Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian sejarah menurut kbbi dan bahasa arab


-Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sejarah adalah asal-usul (keturunan) silsilah;
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, pengetahuan atau
uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau
- kata Arab (‫شجرة‬, šajaratun) yang artinya pohon
2. Pengertian pra sejarah dan pra aksara
-PRASEJARAH berasal dari Bahasa Latin yakni Prae yang berarti sebelum dan Historia yang
berarti sejarah. Prasejarah jika diartikan secara harfiah berarti SEBELUM SEJARAH.
Adapun pengertian Prasejarah berdasarkan istilah adalah masa di mana perilaku juga
anatomi manusia pertama kali muncul. Masa ini berakhir saat manusia sudah mengenal
tulisan.
-Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan
3. Pola kehidupan manusia purba

• NOMADEN : Kehidupan yang menetap, masih berpindah dari satu tempat


lainnya.

• FOOD PRODUCING : Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri, misalnya


dengan berladang, sudah tidak bergantung pada alam, ada pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan

• FOOD GATHERING : Cara hidup yang masih mengumpulkan makanan


langsung dari alam, hidup berpindah-pindah, alat-alat masih sangat sederhana

• SEDENTER : hidup yang telah menetap relatif lebih lama, membangun tempat
tinggal yang lebih tahan lama dan kokoh, masih bergantung pada alam

4. Raja yang terkenal di sriwijaya,majapahit,singasari


-sriwijaya:
1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
2. Sri Indrawarman (Berita Arab Dan Cina, 724 M)
3. Rudrawikrama (Berita Cina, 728 M)
4. Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
5. Maharaja (Berita Arab, 851 M)
6. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
7. Sri Udayaditya Warmadewa (Berita Cina, 960 M)
8. Sri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
9. Sri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
10. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
11. Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
-majapahit
1. Raden Wijaya (1293-1309)
2. Jayanegara (1309-1328)
3. Tribuana Tungga Dewi (1328-1350)
4. Hayam Wuruk (1350-1389)
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)
6. Suhita (1399-1429)
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1451—1453)
9. Purwawisesa (1456-1466)\
10. Kartabumi (1466-1478)
-singasari
1. Ken Arok (1222–1227 M)
2. Anusapati (1227–1248 M)
3. Tohjoyo (1248 M)
4. Ranggawuni (1248–1268 M)
5. Kertanegara (1268-1292 M)

5. Bangsa bangsa eropa yang datang ke indonesia


-bangsa portugis (1511)
-bangsa spanyol(1521)
-bangsa inggris(1579)
-bangsa belanda(1596)

6. Bangsa-bangsa pertama di indonesia


 Portugis (1509-1595 M) Negara pertama yang pernah menjajah Indonesia ialah
Portugis. ...
 Spanyol (1521-1692 M) ...
 Belanda (1602-1942 M) ...
 Perancis (1806-1811 M) ...
 Inggris (1811-1816 M) ...
 Jepang (1942-1945 M)

7. Tujuan dibentuk ppki dan bpupki


-Bpupki tujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya, hal ini tidak
lain merupakan usaha Jepang untuk mendapatkan hati rakyat Indonesia.(dokuritsu junbi
cosakai)
-ppki tujuan untuk melanjutkan tugas-tugas dari BPUPKI dalam mempersiapkan negara
Indonesia merdeka.( Dokuritsu Junbi inkai)
8. Hasil sidang ppki
-PPKI =
1 .mengesah kan dan menetapkan UUD 1945
2. menetapkan Ir.Soekarno dan muh hatta sbgai presien dan wakil presiden
3. membentuk komite nasional
-BPUPKI=
1. sidang pertama berisi tentang rumusan dari muh yammin, dr soepomo, dan Ir.soekarno
tentang PANCASILA
2. sidang ke 2=
pernyataan indonesia merdeka
pembukaan UUD
UUD itu sendiri dan batang tubuh

9. Indonesia merdeka (rengasdengklok,penyusunan teks proklamasi(siapa,tempat


dibacakan,tempat penyusunan,disebarkan melalui media apa dan dimana saja))

A.Latar Belakang Rengasdengklok


Peristiwa Rengasdengklok dilatar belakangi karena adanya perbedaan pendapat antara
golongan tua dengan golongan muda. Golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
menginginkan bahwa proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI sedangkan
golongan muda memaksa agar cepat-cepat diumumkan kemerdekaan, selain itu golongan
muda tidak suka dengan PPKI yang tak ingin negara Jepang ikut campur dan tidak
terpengaruh oleh Jepang.

Sebelum itu golongan pemuda telah mengadakan perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini
diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan
janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam
harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

-Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Ir. Soekarno dan Mr. Moh. Hatta diculik sehari penuh di Rengasdengklok. Ini demi kebaikan
mereka agar tidak terpengaruh Jepang dan cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok ini Ir. Soekarno dan Moh. Hatta memiliki wibawa yang
besar dan karena itu golongan muda enggan mendekati mereka.

Berdasarkan pernyataan Soekarno kepada Shudanco Sanggih bahwa Ir. Soekarno bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta. Esok siangnya,
Shudanco Sanggih kembali ke Jakarta dan menyampaikan berita kepada kawan-kawan dan
golongan muda bahwa Ir. Soekarno akan bersiap memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Perwakilan Golongan Tua
(Achmad Subarjo) dengan Perwakilan Golongan Muda (Wikana). Mereka sepakat bahwa
akan melaksanakan proklamasi di Jakarta, dan Laksamana Tadachi Maeda mengizinkan
rumah kediamanya sebagai tempat perundingan dan menjamin keselamatan mereka.

-Akhir Peristiwa Rengasdengklok

Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok.
Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo
sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu
meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan
harinya paling lambat pukul 12.00 WIB.

Nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat
bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.

b.penyusunan teks proklamasi

-siapa:

 Ir Soekarno = menyusun konsep + tanda tangan + membacakan


 Moh. Hatta = menyusun konsep + tanda tangan
 Mr Ahmad Soebardjo = menyusun konsep
 Laksamana Tadashi Maeda = menyediakan rumah untuk membuat teks
 Sukarni = yang mengusulkan menandatangani teks proklamasi adalah Bung Karno
dan bung Hatta atas nama bangsa indonesia
 Fatmawati = menjahit sang Merah Putih
 Sayuti Melik = yang mengetik Teks Proklamasi
-tempat menyusun:ruang makan dirumah laksaman tadashi maeda jl.imam bonjo no.1
-tempat dibacakan:jl.pegangsaan timur no 56,jakarta pusat,11.30
-cara penyebaran

 Kantor berita “domei”


Pada tanggal 17 agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB. Wartawan Kantor Berita Domei
(sekarang kantor berita antara) Syahrudin menyampaikan salinan teks proklamasi kepada
Waidan B. Panelewen. Ia segera memerintahkan kepada Markonis (petugas telekomunikasi)
F. Wuz untuk menyiarkan berita tersebut tiga kali berturut-turut. Ketika kantor berita domei
disegel jepang pada tanggal 20 agustus 1945 para pemuda tersebut membuat pemancar baru
di Menteng 31 dengan kode panggilan DJK 1. Tokoh yang berperan antara lain: sultamto,
Susilaharja, dan Suhandar.
 Radio
Pada tanggal 17 agustus 1945, Syahrudin berhasil memasuki ruang siaran radio Hoso Kanri
Kyoku (sekarang RRI). Tepat pukul 19.00 teks proklamasi berhasil disiarkan, M. yusuf
Ronodipuro, bactiar Lubis, dan Suprapto adalah tokoh-tokoh yang berperan besar dalam
menyiarkan berita proklamasi tersebut.
 Kawat telepon
Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi melalui
telepon kepada Asa Bafaqih yang kemudian diteruskan kepada Penghulu Lubis untuk
mendapatkan pengesahan lolos sensor. Selanjutnya dikawatkan ke daerah-daerah.
 Surat kabar (pers)
Harian “suara Asia” di Surabaya adalah Koran pertama yang menyiarkan berita proklamasi.
Para pemuda yang berjuang lewat pers, antara lain B.M. Diah, Sukarjo Wiryo Pranoto, Iwa
Kusuma Sumantri, Ki hajar Dewantoro, Otto Iskandardinata, GS.S.J. Ratulangi, Adan Malik,
Sayuti Melik, Sultan Yahrir, Madikin Winohito, Sumanang SH, Manai Sophian, dan Ali
Hasyim.
 Anggota PPKI dari Daerah
Berita proklamasi secara resmi dibawa dan disebarluaskan keluar pulau jawa melalui para
anggota PPKI yang berasal dari daerah yang kebetulan menyaksikan peristiwa proklamasi dan
menghadiri sidang PPKI. Anggota tersebut antara lain: Teuku Muhammad Hasan (sumatera),
Sam Ratulangi (Sulawesi), Ketut Puja(Nusa tenggara), dan AA Hamidhan (Kalimantan).
 Sarana lain
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui pemasangan pampflet,
poster, dan coretan pada tembok-tembok dan gerbong-gerbong kereta api. Sejumlah besar
pampflet disebarkan ke penjuru kota. Pamphlet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis.
Selain itu, berita proklamasi kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan
penyampaian dari mulut ke mulut. Keampuhan cara itu terbukti dan berdatangannya
masyarakat ke lapangan Ikada untuk mendengarkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan.

10. Pemberontakan yang dilakukan pki(pemimpin pki madiun,pemimpin g30s/pki

-pki madiun: 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis
Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin.

-pemimpin G30S/PKI:

 Persoalan internal ad
 Dinas intelejen as(cia)
 Pertemuan antara kepentingan inggris-as
 Soekarno
 Tidak ada
 Pki
11. Pemberobtakan di/tii

 Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat


Pada tanggal 7 Agustus 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo secara resmi
menyatakan bahwa organisasi Negara Islam Indonesia (NII) berdiri berlandaskan
kanun azasi, dan pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan Siliwangi sedang
melaksanakan hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, saat itulah terjadi kontak
senjata yang pertama kali antara pasukan TNI dengan pasukan DI/TII. Selama
peperangan pasukan DI/TII ini di bantu oleh tentara Belanda sehingga peperangan
antara DI/TII dan TNI menjadi sangat sengit. Hadirnya DI/TII ini mengakibatkan
penderitaan penduduk Jawa Barat, karena penduduk tersebut sering menerima terror
dari pasukan DI/TII. Selain mengancam para warga, para pasukan DI/TII juga
merampas harta benda milik warga untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah


Selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak
adanya Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah. Amir
Fatah adalah seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada tahun 1946,
menggabungkan diri dengan pasukan TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di
Berebes, Tegal. Amir ini mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan
cara Amir mendapatkan para pasukan tersebut, yaitu. Dengan cara menggabungkan
para laskar untuk masuk ke dalam anggota TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan
pengikut yang banyak, maka pada tangal 23 Agustus 1949 ia memproklamasikan
bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa pesangrahan, Tegal. Dan setelah
proklamasi tersebut di laksanakan, Amir Fatah pun menyatakan bahwa gerakan DI
yang di pimpinnya bergabung dengan organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin
oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat Islam (AUI)
yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud Abdurrahman.
Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sebenarnya, gerakan ini
sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada tahun 1952, organisasi ini
bangkit kembali dan menjadi lebih kuat setelah terjadinya pemberontakan Battalion
423 dan 426 di Magelang dan Kudus. Upaya untuk menumpas pemberontakan
tersebut, pemerintah membentuk sebuah pasukan baru yang di beri nama Banteng
Raiders dengan organisasinya yang di sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada
tahun 1954 di lakukan sebuah operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk
menghancurkan kelompok DI/TII tersebut.

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat yang
Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama Ibnu
Hajar. Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya adalah bagian dari
organisasi DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh
kelompok ini adalah pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah pemerintah
memberi kesempatan untuk menghentikan pemberontakan secara baik-baik, akhirnya
seorang mantan letnan Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi, penyerahan dirinya
tersebut hanyalah sebuah topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah
peralatan tersebut di rampas olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan diri dan
kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII. Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI
mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke Kalimantan selatan
untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan tersebut, dan
pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi hukuman mati pada
tanggal 22 Maret 1965.

Pemberontakan DI/TII di Aceh

Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan, di Aceh (Serambi


Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang tergabung dalam
sebuah organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang di pimpin
oleh Tengku Daud Beureuh dengan kepala adat (Uleebalang). Konflik tersebut
mengakibatkan perang saudara antara kedua kelompok tersebut yang berlangsung
sejak Desember 1945 sampai Februari 1946. Untuk menanggulangi masalah tersebut,
pemerintah RI memberikan status Daerah Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan
mengangkat Tengku Daud Beureuh sebagai pemimpin/gubernur.

Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) yang terbentuk


pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia mengadakan sebuah
sistem penyederhanaan administrasi pemerintahaan yang mengakibatkan beberapa
daerah di Indonesia mengalami penurunan status. Salah satu dari semua daerah yang
statusnya turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat sebagai Daerah Istimewa, setelah
operasi penyederhanaan tersebut di mulai, status Aceh pun berubah menjadi daerah
keresidenan yang di kuasai oleh provinsi Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat
mengecewakan seorang Daud Beureuh, dan akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah
keputusan yang bulat untuk bergabung dengan organisasi Negara Islam Indonesia
(NII) yang di pimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut
terjadi pada tanggal 20 Spetember 1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan
NII, mereka melakukan sebuah operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di
Aceh, selain itu mereka juga melakukan propaganda untuk memperkeruh citra
pemerintahan Republik Indonesia.

Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang di pimpin
oleh Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara menggunakan
kekuatan senjata dan operasi militer dari TNI. Setelah pemerintahan RI melakukan
operasi tersebut, maka kelompok DI/TII tersebut mulai terkikis dari kota-kota yang di
tempatinya. Tentara Nasional Indonesia-pun memberikan pencerahan kepada
penduduk setempat untuk menghindari kesalah pahaman dan mengembalikan
kepercayaan kepada pemerintahan Republik Indoneisa. Tanggal 17 sampai 28
Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima Kodami Iskandar Muda, kolonel
M.Jasin mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, yang musyawarah
tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh dan musyawarah yang
di lakukan tersebut berhasil memulihkan kemanana di Aceh.

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin
oleh Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut baru
bisa di runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas organisasi
tersebut di butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang
sangat sulit. Meski demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai area
tersebut. Selain itu, para pemberontak memanfaatkan rasa kesukuan yang berkembang
di kalangan masyarakat untuk melawan pemerintah dalam menumpas organisasi
DI/TII tersebut. Setelah pemerintahan Republik Indonesia mengadakan operasi
penumpasan DI/TII bersama anggota Tentara Republik Indonesia. Barulah seorang
Kahar Muzakar tertangkap dan di tembak oleh pasukan TNI pada tanggal 3 Februari
1965.

Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada saat
itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku dengan
beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi beberapa kepercayaan
sehingga tidak mungkin untuk menjadikan salah satu hukum agama di jadikan hukum
negara.

 Latar belakang:ingin menjadikan indonesia sebagai negara islam

12. RMS

Ingin membuat Republik Maluku Serikat dengan memisahkan diri dari Republik Indonesia,
hal ini dilatar belakangi dari ketidakpuasan Mr. Christiaan Soumokil terhadap penggabungan
Maluku dengan RI, karena Soumokil anti dengan RI.april 1950

tokoh :

1. Mr. Christiaan Soumokil

2. Prof. Johan Manusama

3. Mantan Anggota KNIL

13. Masa demokrasi liberal

-KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)


Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto ( PNI
) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur, namun gagal.
Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua
minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari
Wilopo,sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI,
Masyumi, dan PSI.

Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:


1. Program dalam negeri:
a. Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD)
b. Meningkatkan kemakmuran rakyat
c. Meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.

2. Program luar negeri:


a. Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda
b. Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia
c. Menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif

Kabinet ini tidak mempunyai prestasi yang bagus, justru sebaliknya banyak sekali
kendala yang muncul antara lain sebagai berikut.
1. Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-
barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
2. Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar
untuk mengimport beras.
3. Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam
keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana
dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
4. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk
menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan
partai politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini
diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan
dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang
Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri
pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan
perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin diperparah denganadanya surat yang
menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di
Sulawesi Selatan. Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah
menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu TNI-AD yang
dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan.
Tetapi saran tersebut ditolak. Muncullahmosi tidak percaya dan menuntut diadakan
reformasi dan reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD. Inti
peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno
agar membubarkan kabinet.

Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di


Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan
pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan.
Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang
telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga
pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar
Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani
tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan
beberapa petani terbunuh. Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa
bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli).

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.

-KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)


Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap
berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif. Hasil atau
prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Burhanuddin Harahap yaitu.
1. Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
3. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
4. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955, yang mana menjadi penyebab kegagalan
dari kabinet Ali dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada
28 Oktober 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam lingkungan
pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.

Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan
dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.

14. Tujuan umum kabinet


Pembebasan irian barat

15. Parlementer dan presidensial


16. Sistem ekonomi masa demokrasi liberal

-Gunting Syafruddin

Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua
uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan
ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan
SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi
defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan
karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan
kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan
pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat
pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

-Sistem Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri


perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah

1. Untuk memajukan pengusaha pribumi.


2. Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka
merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
4. Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan
non pribumi.

Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai


pengusaha non pribumi khususnya Cina. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk
memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa
Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah menyediakan kredit
dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan perlindungan
agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Pada praktenya
program Ali-Baba tidak berhasil dikarenakan pengusaha pribumi kurang pengalaman
sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan
kredit.

17. Pembebasan irian barat


 perjuangan melalui diplomasi
1.) diadakan konferensi Uni Indonesia Belanda tanggal 4 desember
2.) perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda thun 1951
3.) Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan Indonesia Belanda mengenai
Irian Barat tingkat internasional

 perjuangan melalui partai


1.) Pembatalan perjanjian KMB
2.) Pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda

 perjuangan melalui militer


1.) pembentukan Tri Komando Rakyat (Trikora)
2.) pembentukan Komando Mandala
3.) peristiwa laut aru

 pepera

Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) - Sebagai wujud perjanjian New York, sebelum
akhir tahun 1969 diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).

Adapun pelaksanaan Pepera ditempuh melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap pertama, dimulai pada tanggal 24Maret 1969 dilakukan konsultasi dengan
dewan-dewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
2. Tahap kedua, yaitu pemilihan Anggota Dewan Musyawarah Pepera yang berakhir
pada bulan juni 1969 dengan dipilihnya 1.026 anggota dari delapan kabupaten, terdiri
dari 983 pria dan 43 wanita.
3. Tahap ketiga, adalah pelaksanaan Pepera yang di berlakukan di kabupaten-kabupaten,
mulai tanggal 14 Juli 1969 di Merauke dan berakhir pada tanggal 4 Agustus 1969 di
Jayapura.

Hasil Pepera selanjutnya dibawa ke forum PBB, oleh utusan sekjen PBB Ortis Sanz
untuk di laporkan dalamSidangUmumPBBke-24 (November 1969).

Pada tanggal 19 November 1969 Sidang Umum PBB menyetujui Resolusi Belanda,
Malaysia, Muangthai, Thailand, Belgia, Luxemburg, dan Indonesia agar Sidang
Umum PBB menerima hasil-hasil Pepera yang telah dilaksanakan sesuai dengan isi
Persetujuan New York.

Dewan musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan bahwa Irian Barat tetap
merupakan bagian dari Republik Indonesia. Pelaksanaan Pepera dalam tiap tahapnya
disaksikan oleh utusan Sekjen PBB Ortis Sanz. Pada sidang Dewan Musyawarah
Pepera dihadiri oleh beberapa duta besar asing di Jakarta, antara lain Dubes Australia
dan Dubes Belanda.
18. Nasakom

Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (disingkat: Nasakom) adalah konsep


politik yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno di Indonesia, serta merupakan ciri
khas dari Demokrasi Terpimpin.[1][2][3][4]

Pada 1956 Soekarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang


menyatakan bahwa itu "didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan
gagasan Indonesia harmoni sebagai keadaan alami antar hubungan manusia.
Sebaliknya, ia mencari sistem yang didasarkan pada sistem tradisional desa dengan
menampilkan diskusi dan konsensus, di bawah bimbingan para tetua desa. Ia
mengusulkan campuran antara tiga unsur nasionalisme, agama, dan komunisme
menjadi pemerintah koperasi 'Nas-A-Kom'. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia - tentara, kelompok-kelompok
Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan Februari ia
menyatakan 'Demokrasi Terpimpin', dan mengusulkan kabinet yang akan mewakili
semua partai politik penting (termasuk PKI).

19. Konfrontasi terhadap malaysia

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Tanggal 1962–1966
Lokasi Kalimantan, Asia Tenggara
Hasil Perjanjian perdamaian 1966
Pihak terlibat
Malaysia
Britania Raya
Selandia Baru Indonesia

Australia
Tokoh dan pemimpin
Sukarno
Omar Dani (Panglima
Tunku Abdul Rahman Komando Mandala
Walter Walker Siaga)
Soeharto
Abdul Haris Nasution
Kekuatan
tidak diketahui tidak diketahui
Korban
114 korban jiwa 590 korban jiwa
181 cedera 222 cedera

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah


provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei
dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah.
Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba
menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi
Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.

Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Sukarno berpendapat


bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan
menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan
Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu
memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.

Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8


Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan
sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima
pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur
Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat
pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin
pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.

Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi


Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya
dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September,
sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini
sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi
pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan
sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.


Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika
para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek
foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila
ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri
Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak
Garuda[3], amarah Sukarno terhadap Malaysia pun
meledak. ”
Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September
1963, berlaku ketika para demonstran yang sedang memuncak marah terhadap
Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia[3] dan juga karena
serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Ini mengikuti
pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia
mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu
pencerobohan sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai
memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan
penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.

Sukarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia
yang menginjak-injak lambang negara Indonesia[4] dan ingin melakukan balas dendam
dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Sukarno
memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato dia yang sangat
bersejarah, berikut ini:


Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu djuga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!


Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian
keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai
martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan
kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih
memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...


Ganjang... Malaysia
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satu-satu!

Sukarno

20. Dwi fungsi abri

-Dwifungsi ABRI adalah suatu dokrin di lingkungan Militer Indonesia yang


menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan
ketertiban negara dan kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dengan
peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang posisi di dalam pemerintahan.
Pernyataan di atas berdasarkan beberapa pidato Soeharto. Soeharto mengatakan
bahwa sejalan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai alat pertahanan dan keamanan,
maka ABRI harus dapat dengan tepat melaksanakan peranannya sebagai kekuatan
sosial, politik.

-Sedangkan dalam bentuknya ABRI sebagai kekuatan sosial, memiliki dua buah
fungsi. Yaitu fungsi stabilisator dan fungsi dinamisator. ABRI sebagai pelaksana
tugas keamanan Negara juga kemanunggalannya dengan rakyat yang lebih di kenal
dengan ABRI masuk desa maka dapat di kategorikan ABRI sebagai dinamisator
sedangkan sebagai stabilisator dalam kehidupan bangsa dan negara.

21. Super semar

awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden
Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang
dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir
Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa
melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang
belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral
Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga
terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.

Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio


dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan helikopter
yang sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana
Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian menyusul ke Bogor.

Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian menjadi
Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat
menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI
itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet
karena sakit. (Sebagian kalangan menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang
kabinet dianggap sebagai sekenario Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab
dianggap sebagai sebuah kejanggalan).

Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk
menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir
Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana
Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan
Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut
menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan
memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan
kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf,
pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.

Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai
Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang
ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk
mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.

Supersemar2

Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00
waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Hal
tersebut berdasarkan penuturan Sudharmono, di mana saat itu ia menerima telpon dari
Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam. Sutjipto
meminta agar konsep tentang pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu
juga. Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend
Soeharto. Bahkan Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono mengenai dasar
hukum teks tersebut sampai Supersemar itu tiba

22. Pengertian dan makna reformasi


-Refromasi adalah sebuah perubahan terhadap suatu sistem yg teah ada. Dimulai pada
pertengahan 1998 saat Presiden Soeharto mengundurkan diri hingga sekarang. Tujuan
diadakan reformasi adalah untuk melakukan perubahan secara serius dan bertahap
dalam kehidupan kebangsaan, menata kembali struktur kenegaraan, melakukan
perbaikan di segenap bidang, menghilangkan cara hidup/kebiasaan yg tidak sesuai
dengan tuntutan reformasi.
-Perubahan Indonesia menjadi sebuah negara yang demokratis dan mengutamakan
rakyat dalam menjalankan pemerintahan yang baru juga untuk perbaikan ekonomi dan
pembangunan infrastruktur dan lembaga pemerintahan yang lebih adil jujur dan
transparan
23. Akhir orde baru

Latar belakang dan kejadian

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis
finansial Asia sepanjang 1997 - 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada
pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang
kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti
bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan
peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar
berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan
penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.

Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil
Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara
Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan
Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang
dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah
menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru
tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru
tajam untuk tembakan peringatan.

-Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap
mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian
ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta
puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 -
1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka
tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti
kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas
Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan
jurnalis, Anggie Dwi Widowati dalam karyanya berjudul Langit Merah Jakarta

24. Reformasi 1998-sekarang

Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena
tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman ,baik
karena tidak efisien maupun tidak bersih “Reformasi atau mati”. Demikian tuntutan
yang torehkan oleh para aktivis mahasiswa pada spanduk-spanduk yang terpampang
di kampus mereka, atau yang mereka teriakan saat melakukan aksi protes melalui
kegiatan unjuk rasa pada akhir April 1998.

Tuntutan tersebut menggambarkan sebuah titik kulminasi dari gerakan aksi protes
yang tumbuh di lingkungan kampus secara nasional sejak awal tahun 1998. Gerakan
ini bertujuan untuk melakukan tekanan agar pemerintah mengadakan perubahan
politik yang berarti, melalui pelaksanaan reformasi secara total.

Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi yang


dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan ini pada awalnya hanya berupa demonstrasi di
kampus-kampus besar. Namun mahasiswa akhirnya harus turun ke jalan karena
aspirasi mereka tidak mendapatkan respon dari pemerintah. Gerakan Reformasi tahun
1998 mempunyai enam agenda yaitu:
1.Suksesi kepemimpinan nasional
2. Amendemen UUD 1945
3. Pemberantasan KKN
4. Penghapusan dwifungsi ABRI
5. Penegakan supremasi hukum,
6. Pelaksanaan otonomi daerah

Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
25. Gusdur diturunkan jabatannya oleh dpr

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
opsional.[51] Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.[52]
Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada
Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia.

Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan
kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR
jika hal tersebut terjadi.[53] Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1
Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi
diadakannya Sidang Khusus MPR di mana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota
PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di
antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar.
Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur
membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan.[54] Namun,
demonstran NU terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April
mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga
mati.

Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada
kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari
kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.[55] Menteri Kehutanan
Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan
dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan,[56]
yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi
hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri.
Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa
MPR pada 1 Agustus.

Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan
(Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat.
Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri
lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.[57] Akhirnya pada 20 Juli, Amien
Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI
menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah
Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.[58] Gus Dur kemudian mengumumkan
pemberlakuan dekret yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan
ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan
Partai Golkar[59] sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret
tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus
Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.[60] Abdurrahman Wahid terus
bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari,
namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah
kesehatan.[61]

1. Gus Dur menghina DPR, bahwa DPR seperti taman kanak-kanak


2. Mengganti Kapolri Bimantoro dengan Chaerudin tanpa persetujuan DPR.
3. Mencopot Wiranto dari menkopolkam yang berakibat militer tidak senang terhadap
beliau.

4. Kasus Boluggate

Beliau juga mengeluarkan Dekrit Presiden yayng berisi:


1. Pembubaran tehadap DPR/MPR
2. Pembubaran Partai Golkar
3. Pemiu dipercepat 1 tahun

Kemudian Gus Dur diberhentikan melalui TAP MPR, karena tidak menjawab
memorandum dari DPR dan tidak menghadiri panggilan MPR.

26. peristiwa peristiw /pencapaian penting pada masa reformasi

-bj.habibie: Lepasnya Timor Timur dari NKRI


Perubahan politik yang terjadi di Indonesia pasca Orde Baru membuka babak baru
bagi penyelesaian masalah Timor Timur. Presiden Habibie menawarkan Otonomi luas
bagi rakyat Timor Timur. PBB dan Portugal menyambut baik usulan ini. Pada 5 Mei
1999, Indonesia dan Portugal menandatangani paket otonomi Timor Timur yang
membuka jalan sekitar 800.000 rakyat Timor Timur untuk menentukan masa depan
mereka. Jika paket itu diterima , maka Timor Timur akan tetap menjadi bagian dari
NKRI, namun jika ditolak, maka Timor Timur akan merdeka.

Jajak pendapat dilakukan pada tanggal 31 Agustus 1999. Sekjen PBB Kofi Annan
mengumumkan hasil jajak pendapat 4 hari lebih cepat dari yang dibicarakan banyak
pihak. Tanggal 4 September 1999, dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Kofi Annan
mengumumkan bahwa 78% rakyat Timor Timur menolak paket otonomi luas yang
ditawarkan oleh Indonesia. Hanya 21,5% yang menerima hal tersebut. MPR
kemudian mengesahkan hasil jajak pendapat tersebut pada tanggal 19 Oktober 1999.
Sejak saat itu Timor Timur lepas dari NKRI. Pada tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur
secara resmi merdeka dengan nama Republik Demokratik Timor Leste.

Peristiwa lepasnya Timor Timur ini oleh masyarakat Indonesia dianggap kesalahan
terbesar dalam pemerintahan Habibie. Seharusnya Habibie sebagai presiden mampu
mempertahankan Timor Timur, padahal saat beliau di angkat sebagai presiden telah di
ambil sumpahnya agar mampu menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Oleh karena
itu, pertanggung-jawaban beliau di akhir jabatannya pada sidang Paripurna MPR di
tolak sehingga tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden kembali.

Anda mungkin juga menyukai