Anda di halaman 1dari 23

“ANALISA DELIVERABILITY TEST SECARA

KONVENSIONAL DAN LIT BERDASARKAN MODIFIED


ISOCRONAL TEST PADA SUMUR GAS DI PT.BENUO TAKA
WAILAWI’’

PROPOSAL TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :

MARYA RENY RATU RENGGI


1501228

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


BALIKPAPAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
TUGAS AKHIR

Oleh :
MARYA RENY RATU RENGGI
NIM 15.01.228

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Karmila, ST.,MT Nijusiho Manik, ST., MT


NIDN : 1120018103 NIDN : 1107128501

Mengetahui
Ketua Jurusan

Abdi Suprayitno, ST., M.Eng


NIDN : 1110098502
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kebutuhan masyarakat dunia akan sumber energi terus meningkat dari tahun
ke tahun, baik bahan bakar minyak maupun gas. Hal yang perlu diperhitungkan
bahwa dengan berjalannya waktu, laju produksi sumur gas akan mengalami
penurunan seiring dengan penurunan tekanan reservoir
Untuk itu diperlukan pengujian secara periodik untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi, salah satu pengujian yang dilakukan adalah
deliverability test yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan sumur gas untuk
berproduksi. Dengan penganalisaan deliverability test yang benar dan tepat akan
dapat mengetahui nilai dari AOF (Absolute Open Flow).
Dengan adanya proposal ini peneliti ingin mengajukan penyusunan Tugas
Akhir yang membahas analisa perbandingan deliverability test secara
konvensional dan LIT (Laminer-Inersia-Turbulen) berdasarkan Modified
Isocronal Test.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan sumur gas untuk
berproduksi dengan tujuan :
1. Melakukan pengujian sumur secara langsung (Deliverability) pada sumur
yang akan diuji tekanan dan laju alirnya berdasarkan Modified Isochronal
Test.
2. Menentukan laju alir dan tekanan yang sesuai dengan sumur
3. Menganalisa hasil perhitungan secara Konvensional dan LIT (Laminer-
Inersia-Turbulen), dengan indikator produktivitas yaitu AOF (Absolut
Open Flow)
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Penelitian Tugas Akhir ini lebih difokuskan kepada penentuan kemampuan
sumur gas untuk berproduksi dengan mentukan nilai dari AOF (Absolut Open
Flow) berdasarkan modified isochronal test. Serta melakukan analisa dari hasil
perhitungan menggunakan cara konvensional dan LIT.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Dapat melakukan pengujian sumur secara langsung (Deliverability) pada
sumur yang akan diuji tekanan dan laju alirnya berdasarkan Modified
Isochronal Test.
2. Dapat menentukan laju alir dan tekanan yang sesuai dengan sumur.
3. Dapat menganalisa hasil perhitungan secara Konvensional dan LIT
(Laminer-Inersia-Turbulen), dengan indikator produktivitas yaitu AOF
(Absolut Open Flow).

1.5 Sistematika Penelitian


Bab I Pendahuluan: Pada bab ini berisi pemaparan mengenai latar belakang
masalah yang dikaji, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II Tinjauan Lapangan: Pada bab ini memberikan gambaran umum
mengenai kondisi area kerja serta kondisi sumur, serta sejarah, kondisi dan data
yang diperoleh disumur gas itu sendiri.
Bab III Teori Dasar: Pada bab ini diuraikan mengenai teori dasar dari Tugas
Akhir yang diangkat.
Bab IV Analisa dan Perhitungan Data: Pada bab ini membahas mengenai
analisa dan perhitungan berdasarkan metode yang digunakan.
Bab V Pembahasan: Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan dari bab
analisa dan perhitungan yang dilakukan serta bab-bab sebelumnya.
BabVI Kesimpulan: Pada bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan
dan perhitungan yang telah dilakukan.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data primer dan sekunder
dari PT. Benuo Taka Wailawi. Penelitian akan ini dimulai dari tanggal 12 Maret
– 12 April 2019.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sifat Gas Alam


Gas bumi merupakan sumber daya alam yang terdiri dari senyawa
hidrokarbon (𝐶𝑛 𝐻2𝑛+2 ) dan komponen non hidrokarbon lainnya seperti
𝑁2 , 𝐶𝑂2 dan 𝐻2 𝑆. Gas bumi yang dihasilkan dipermukaan dapat dikelompokkan
dalam dua golongan, yaitu:
1. Sebagai produk ikatan dari minyak dikenal sebagai associated gas.
2. Gas sebagai produk utama dikenal sebagai non-associated gas
Untuk membedakan gas dengan fluida lainnya, maka kita harus memahami sifat
gas alam itu sendiri. Sifat gas alam yang akan diuraikan disini meliputi sifat gas ideal,
sifat gas nyata, dan sifat fisik gas.

2.1.1 Sifat-sifat Gas Ideal


Sebagai titik awal dalam mempelajari sifat gas nyata, terlebih dahulu kita
mengingat hipotesis fluida yang dikenal dengan gas ideal. Meskipun sebagai suatu
hipotesis, tetapi konsep gas ideal berguna sebagai suatu alat untuk menjelaskan perilaku
gas nyata yang lebih komplek. Gas ideal didefinisikan sebagai suatu fluida dimana:
1. Molekul relatif dapat diabaikan bila dibandingkan dengan volume dari fluida
secara keseluruhan.
2. Tidak memiliki gaya tarik atau gaya tolak antara sesama molekul atau antara
molekul dengan dinding dari tempat dimana gas itu berada.
3. Semua tumbukan dari molekul bersifat elastik murni, yang berarti tidak ada
kehilangan energi sebagai akibat dari tumbukan tadi.
Dasar untuk menggambarkan suatu gas ideal datang dari percobaan-percobaan
yang kemudian dikenal sebagai hukum-hukum gas:
1. Hukum Boyle
Bahwa perubahan volume dari suatu gas ideal berbanding terbalik dengan
tekanan gas pada temperatur yang konstan.
1
V~ atau PV  konstan ............................................................ (1)
P
2. Hukum Charles
Bahwa perubahan volume berbanding lurus dengan perubahan temperatur
pada tekanan yang konstan.
V
V ~ T atau  konstan .............................................................. (2)
T
3. Hukum Avogadro
Bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang sama suatu gas ideal dengan
volume yang sama, akan mempunyai jumlah molekul yang sama.
Dari gabungan antara Hukum Boyle, Charles dan Avogadro, maka didapat suatu
persamaan kesetimbangan sebagai berikut :

PV  nRT ................................................................................... (3)

Persamaan 3 hanya berlaku untuk komponen gas murni (komponen tunggal).


Karena gas alam merupakan campuran dari berbagai komponen hidrokarbon, maka
diperlukan aturan untuk menyatakan perbandingan masing-masing komponen yang
menyusun suatu gas alam, dan biasanya digunakan angka-angka pembanding yang
menyatakan fraksi mol. Untuk suatu sistem dengan n komponen, maka fraksi mol dapat
ditulis dalam bentuk :
ni
yi  ................................................................................... (4)
ni
dimana:
yi = fraksi mol dari komponen i

ni = jumlah mol dari komponen i

n i = total mol dari seluruh komponen campuran gas

2.1.2 Sifat-sifat Gas Nyata


Beberapa asumsi telah digunakan untuk memformulasikan persamaan
kesetimbangan gas untuk gas ideal.Namun asumsi tersebut tidak tepat untuk gas
yang berada pada kondisi jauh dari kondisi ideal atau standar. Untuk
menanggulangu hal tersebut digunakan suatu koreksi yang dinamakan sebagai
faktor deviasi gas (Z). Faktor deviasi gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume gas pada keadaan tekanan dan temperatur sebenarnya dibagi
dengan volume gas pada keadaan ideal atau standar.
𝑉𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑍= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑍 𝑉𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑉𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Sehingga persamaan kesetimbangan menjadi
𝑃 𝑉 = 𝑍 𝑛 𝑅 𝑇 ............................................................................. (5)
dimana untuk gas ideal harga Z = 1
Harga faktor deviasi gas tergantung dari perubahan tekanan, temperatur
atau komposisi gas.

2.1.3 Sifat Fisik Gas


Untuk membedakan gas dengan fluida lainnya, maka kita harus memahami
sifat fisik gas itu sendiri. Sifat fisik gas yang akan diuraikan disini meliputi faktor
deviasi gas, faktor volume formasi gas (Bg), kompresibilitas gas (Cg), viskositas
gas (𝜇𝑔), kelarutan gas di air, dan kelarutan air dalam gas.

2.1.3.1 Faktor Deviasi Gas


Dengan diketahui harga Ppr dan Tpr, maka harga factor deviasi gas dapat
diketahui.Katz dan Standing telah menghasilkan grafik korelasi: 𝑧 =
𝑓(𝑃𝑝𝑟, 𝑇𝑝𝑟), yaitu grafik compressibility factor for natural gases. Grafik ini
memberikan hasil yang memuaskan bila gas tidak mengandung 𝐶𝑂2dan 𝐻2 𝑆.
Untuk gas yang mengandung kedua unsur tersebut perlu dilakukan koreksi harga
Ppc dan Tpc lebih dahulu sebelum menghitung Pr dan Tr. Koreksi tersebut adalah
sebagai berikut:
𝑇′𝑝𝑐 = 𝑇𝑝𝑐 – 𝜀 ................................................................................ (6)

𝑃𝑝𝑐 𝑇′𝑝𝑐
P′𝑝𝑐 = 𝑇 2 ……………………………………………... (7)
𝑝𝑐 + 𝜀(𝐵−𝐵 )

dimana:
Tpc = Temperatur Pseudokritis sebelum koreksi
Ppc = Tekanan Pseudokritis sebelum koreksi
T’pc = Temperatur Pseudokritis sesudah koreksi
P’pc = Tekanan Pseudokritis sesudah koreksi
𝜀 = 120(𝐴0.9 − 𝐴1.6 ) + 15(𝐵 0.5 − 𝐵 4 )
B= Fraksi mol H2S
A = Fraksi mol CO2 + B
sehingga,
Tpr = T/T’pc dan Ppr = P/P’pc
Grafik korelasi Z dari Standing-Katz telah dipakai secara meluas
dilingkungan industri. Dengan munculnya komputer, maka komputasi persoalan
gas bumi membutuhkan cara yang lebih sederhana dari pada memasukkan harga
harga Z dari grafik Standing-Katz kedalam program komputer. Cara yang
sederhana adalah dalam bentuk persamaan Z yang diperoleh berdasarkan
penyelarasan dengan grafik Z dari Standing-Katz atau berdasarkan “ equation of
state’’. Pendekatan yang pertama ini digunakan oleh Dranchuck dkk, dengan
menggunakan “ equation of state’’ dari Benedict-Webb-Rubin (BWR).
Pendekatan yang kedua dilakukan oleh Hall-Yarborough dengan menggunakan
persamaan “ equationof state’’ dari Starling-Karnahan

2.1.3.2 Faktor Volume Formasi Gas (Bg)


Faktor Volume Formasi Gas (Bg) didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume gas pada kondisi reservoir dengan kondisi permukaan (standar),
yang dapat ditulis dalam bentuk :
VP,T Z n RT/P
Bg = =Z vol/vol std
Vsc sc n R Tsc /Psc

Dengan menggunakan 𝑇𝑠𝑐 = 520°𝑅 dan 𝑃𝑠𝑐 = 14.7 𝑝𝑠𝑖𝑎 serta 𝑍𝑠𝑐 = 1,
maka persamaan faktor volume formasi gas, Bg
ZT
B g  0.0283 cuft scf .................................................................... (8)
P
atau
ZT
B g  0.00504 bbl/scf .................................................................... (9)
P

2.1.3.3 Kompresibilitas Gas (Cg)


Kompresibilitas isothermal dari gas diukur dari perubahan volume per
unit volume dengan perubahan tekanan pada temperatur konstan, atau dapat
ditulis dalam bentuk :
1  δV 
C  
V  δP  T .................................................................... (10)
Kompresibilitas gas ideal :

nRT  δV  nRT
V    2
P  δP  T P
sehingga,
1 δV P  nRT  1
C     .................................... (11)
V δP nRT  P 2  P
Sedangkan untuk gas nyata :
ZnRT
V=
P
dimana Z = f(P), maka akan didapat
1 1 δZ 
C    ………………………………………… (12)
P Z  δP 
𝛿𝑍
Harga (𝛿𝑃) dapat ditentukan secara analitis, yaitu
𝛿𝑍 𝑍1 − 𝑍2
( )=
𝛿𝑃 𝑃1 − 𝑃2

2.1.3.4 Densitas Gas


Densitas didefenisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal
ini massa dapat diganti oleh berat gas (m). Sesuai dengan persamaan gas ideal,
maka rumus densitas untuk gas ideal adalah :
m PM
ρg   ...................................................................... (13)
V RT
dimana :
ρg
= densitas gas, lb cuft
m = berat gas, lb
V = volume gas,cuft
M = berat molekul gas, lb/lb mole
P = tekanan reservoir,psia
T = temperatur, R
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole R
Rumus diatas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal. Sedangkan
untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
PM a
ρg 
zRT ............................................................................ (14)
dimana :
m = berat gas, lb
z = faktor kompresibilitas gas
Ma = berat molekul tampak
2.1.3.5 Specific Gravity Gas
Specific gravity suatu gas atau campuran gas didefinisikan sebagai
perbandingan densitas gas dengan densitas udara pada kondisi tekanan dan
temperatur yang sama. Untuk gas murni, maka specific gravity dapat ditulis
dengan :
ρg
γg  ................................................................................. (15)
ρu
Dengan mengasumsikan bahwa perilaku baik gas maupun udara memenuhi
hukum gas ideal, maka persamaan specific gravity-nya menjadi :

PM a
M Ma
γ g  RT  a  ................................................... (16)
PM u M u 28.96
RT

2.1.3.6 Viskositas Gas (µg)


Viskositas dari suatu gas campuran tergantung pada tekanan, temperature
dan komposisi.Carl-Kobayashi-Burrows telah menyusun grafik korelasi untuk
menentukan viskositas dari gas.
𝜇1 = 𝑓(𝑀, 𝑇) = 𝑓(𝛾, 𝑇)
𝜇 ⁄𝜇1 = 𝑓(𝑃𝑝𝑟 , 𝑇𝑝𝑟 )
dimana:
𝜇1 = viskositas pada tekanan 1 atm
𝜇 = viskositas pada tekanan > 1 atm
Dengan mengetahui harga berat molekul M dari gas atau spesifik gravity
gas, 𝛾𝑔 , nilai dari 𝜇1 dapat ditentukan berdasarkan grafik viscosity of paraffin
hydrocarbon gases at 1.0 atmosphere. Nilai 𝜇 ⁄𝜇1 diperoleh dari grafik viscosity
ratio versus pseudo reduced pressure bila diketahui nilai Ppr dan Tpr.
Persamaan semi empiris untuk keperluan program computer dijabarkan
oleh Lee-Gonzales-Eakin yang akan memberikan hasil yang memuaskan untuk
“sweet gas’’

μ g  kx 10 4 exp Xρ g
y
 ............................................................. (17)

dimana :

k
9.4 x 0.02 M T1.5
209  19 M  T
986
X  3.5   0.01 M
T
M  γ g xM udara  γ g x 28.964

y  2.4  0.2 X

γgP
ρ g  0.0433 , g cm 3
ZT
𝜇 = viskositas, mikro poise
𝜌 = massa jenis, gr/cc
𝑇 = temperatur, °𝑅
𝑀= berat molekul dari gas, (28.964 x 𝛾𝑔 )
1 mikro-poise = 10−6 poise
Persamaan lain yang dapat digunakan dalam komputasi komputer adalah
seperti yang diusulkan oleh Hollo-Holmes-Pais
𝜇1 = [1.709𝑥105 − 2.062𝑥10−6 (𝛾𝑔 )] 𝑇 + 8.188(10−3 ) − 6.15(10−3 ) log 𝛾𝑔
(18)
2.1.3.7 Kelarutan Gas Di Air
Harga kelarutan gas di air tergantung dari tekanan, temperatur dan
salinitas air. Dimana factor koreksi untuk salinitasi dihitung dari persamaan:
𝑅𝑠𝑤
= 1 − 𝑋𝑌. 10−4 ……………………………………… (19)
𝑅𝑠𝑤𝑝

dimana:
Y = salinitas air,ppm
X= 3.471/T0.837
T = temperatur, ℉
𝑅𝑠𝑤 = kelarutan gas terkoreksi, cuft/bbl
𝑅𝑠𝑤𝑝 = kelarutan gas di air tawar, cuft/bbl
2.1.3.8 Kelarutan Air Dalam Gas
Kelarutan air dalam gas tergantung dari tekanan, temperatur dan salinitas
air. Faktor koreksi untuk salinitas dihitung dengan:
𝑊𝑠
= 1 − 2.87 10−8 𝑌1.266 …………………………… (20)
𝑊𝑠𝑝

dimana :
𝑊𝑠 = kelarutan air dalam gas, lbm/MMscf
𝑊𝑠𝑝 = kelarutan air tawar dalam gas
Y = salinitas air, ppm

2.4 Aliran Gas dalam Reservoir


Dengan memproduksikan suatu sumur yang menghubungkan permukaan
dengan reservoir gas, akan terjadi ketidak-setimbangan tekanan dalam reservoir.
Gradien tekanan yang ditimbulkannya akan menyebabkan fluida (dalam hal ini
gas) dalam media berpori itu mengalir kearah sumur. Gas yang mengalir ini
mempunyai sifat yang khas, yaitu bersifat dapat dimampatkan (compressible).
Sifat khas ini serta rendahnya harga viskositas menyebabkan aliran gas tersebut
mungkin tidak murni laminer (aliran viscous), melainkan dipengaruhi pula oleh
unsur inersia dan turbulensi. Hal ini terutama terjadi ada laju produksi yang besar
atau pada gradien tekanan yang besar, seperti aliran didekat lubang sumur.
Seketika sumur dibuka, yang sebelumnya berada dalam lingkungan yang
stabil, maka ia akan menimbulkan implus perubahan tekanan didekatnya. Implus
ini akan merambat menjauhi sumur sebagai fungsi waktu. Kecepatan merambat
ini dipengaruhi oleh sifat batuan berpori dan fluida pengisinya. Aliran yang
ditimbulkan dan diamati disumur itu, seperti laju produksi atau tekanan didasar
sumur (Pwf) tergantung pada seberapa jauh perambatan implus (transient) itu
berlangsung. Pada suatu saat implus ini akan mencapai batas yang kedap aliran
(no-flow boundary). Perubahan harga Pwf sebelum aliran transient ini berlangsung
dapat dibagi atas tiga perioda, yaitu: transient, transient lanjut, dan semi mantap
(pseudo-steady state). Perubahan ini dapat dilihat pada gambar 2.1 dimana pada
𝛿𝑃
periode semi mantap penurunan tekanan terhadap waktu adalah tetap ( 𝛿𝑡 =

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛).

Gambar 2.1. Perubahan Tekanan terhadap Waktu

2.5 Persamaan Aliran Gas


Persamaan umur aliran yang telah disinggung lazimnya dapat diselesaikan
secara numerik. Akan tetapi dengan menggunakan beberapa anggapan sederhana,
maka persmaan tersebut dapat dijadikan linier sifatnya, sehingga dapat
diselesaikan secara analitis. Anggapan yang sering digunakan adalah:
1. Kondisi aliran yang isotermal
2. Pengaruh gravitasi diabaikan
3. Aliran satu fasa
4. Media berpori bersifat homogen, isotropik dan tidak dapat dimampatkan
5. Aliran laminer, 𝛿 = 1 (untuk sementara diberlakukan: faktor LIT akan
ditambahkan atas hasil penyelesaian aliran yang laminer)
6. Permeabilitas bukan fungsi dari tekanan

2.6 Deliverability Test


Deliverability test merupakan suatu tes yang dilakukan untuk memperoleh
kemampuan sumur untuk berproduksi. Terdapat tiga macam test yang dapat
digunakan untuk memperoleh deliverability, yaitu:
1. Back Pressure
2. Isochronal Test
3. Modified Isochronal Test
Ketiga uji tersebut dilengkapi dengan kurva deliverability untuk
menganalisa kemampuan dari sumur-sumur gas tersebut.
2.6.1 Back Pressure
Pada uji sumur back pressure menurut Pierce dan Rawlins (1929),
dimulai dengan menstabilkan tekanan reservoir dengan jalan menutup sumur, dari
mana ditentukan harga ̅̅̅̅
𝑃𝑅 . Selanjtnya sumur diproduksi diubah-ubah stabil,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.

Gambar 2.2. Back Pressure Test


2.6.2 Isochronal Test
Metode tes yang diusulkan oleh Cullender (1955), terdiri dari serangkaian
̅̅̅̅. Diusulkan dengan
proses penutupan sumur sampai mencapai stabil 𝑃𝑅
pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama waktu t,
tanpa menanti kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh
penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil ̅̅̅̅
𝑃𝑅 . Salah satu tes produksi ini
dilakukan sampai mencapai kondisi stabil.

Gambar 2.3. Isochronal Test

2.6.3 Modified Isochronal Test


Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu
menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan
stabil. Katz dkk. (1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil
yang mendekati hasil dari tes isochronal. Perbedaan antara metode ini dengan
isochronal terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu
mencapai stabil. Selain dari pada itu selang waktu penutupan dan pembukaan
sumur dibuat sama besar.
Gambar 2.4. Modified Isochronal Test

2.6.3.1 Analisa Konvensional


Pada awal masa dari tes penentuan deliverability sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara 𝑞𝑠𝑐 terhadap ∆𝑃2 pada kondisi aliran stabil.
𝑞𝑠𝑐 = 𝐶(𝑃𝑅 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 ) 𝑛 ........................................................... (21)
dimana:
𝑞𝑠𝑐 = laju produksi pada keadaan standard
𝑃𝑅 = tekanan reservoir rata-rata pada waktu sumur ditutup
𝑃𝑤𝑓 = tekanan alir dasar sumur
C = konstanta, tergantung pada satuan dari 𝑞𝑠𝑐 dan P
n = harga konstanta berkisar antara 0.5-1.0
Persamaan yang menerangkan aliran stabil dalam daerah penyerapan
yang berbentuk radial adalah:
𝑘ℎ(𝑃𝑅 2 −𝑃𝑤𝑓 2 )
𝑞𝑠𝑐 = 𝑟 ...………………………….. ..... (22)
1.422𝑥106 𝑧𝜇𝑇 𝑙𝑛(0.472 𝑒 )
𝑟𝑤

Langkah penyelesaian:
 Pembuatan grafik koordinat log-log berdasarkan persamaan analisa
konvensional akan menghasilkan hubungan linier
 log 𝑞𝑠𝑐 = 𝑙𝑜𝑔 𝐶 + 𝑛 𝑙𝑜𝑔∆𝑃2
 ∆𝑃2 = (𝑃𝑅 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 )
 Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak ∆𝑃2
 Satuan ukuran lain yang digunakan dalam analisa deliverability adalah
AOF dimana harga 𝑃𝑤𝑓 2 sama dengan nol.

𝐴𝑂𝐹 = 𝐶(𝑃𝑅 2 )𝑛 .................................................................... (23)


2.6.3.2 Analisa LIT (Laminer-Inersia-Turbulen)
Analisa dengan menggunakan pseudo-potential, 𝛹, serta kondisi aliran
laminer-inersia-turbulen (LIT). Dasar analisa LIT menggunakan persamaan:
(∆𝑃𝐷 )𝑟𝐷 = 𝑃𝑡 + 𝑆 + 𝐷𝑞𝑠𝑐 ......................................................... (24)
dimana:
S = skin
D = bilangan konstanta
𝑃𝑡 = ln 0.472 𝑟𝑒 /𝑟𝑤
Langkah penyelesaian:
 Penjabaran dari persamaan dasar LIT
𝑟𝑒
𝜓𝑅 − 𝜓𝑤𝑓 = 𝑞𝐷 𝜓𝑅 (ln 0.472 + 𝑆 + 𝐷𝑞𝑠𝑐 )
𝑟𝑤
𝑇 𝑟𝑒
= (1.422𝑥106 (ln 0.472 + 𝑆)) 𝑞𝑠𝑐
𝑘ℎ 𝑟𝑤

𝑇 𝑟𝑒
+ (1.422𝑥106 (ln 0.472 + 𝑆)) 𝑞𝑠𝑐 2
𝑘ℎ 𝑟𝑤

atau
∆𝜓 = 𝑎 𝑞𝑠𝑐 + 𝑏 𝑞𝑠𝑐 2 ............................................................. (25)

Bilangan b akan tetap sama pada kondisi aliran transien maupun semi
mantap asalkan 𝑞𝑠𝑐 tidak berubah. Sebaliknya harga a akan berubah-ubah
dan menjadi konstan bila aliran semi-mantap (stabil) sudah tercapai.
 Persamaan LIT dibuat pada grafik log-log akan memberikan grafik linier
dengan kemiringan 45°
∆𝜓 − 𝑏 𝑞𝑠𝑐 2 = 𝑎 𝑞𝑠𝑐 ............................................................. (26)
Harga konstanta a dan b diperoleh dengan cara least square, yaitu:
∆𝜓
∑ ∑ 𝑞 2 −∑ 𝑞 ∑ 𝑞 ∑ ∆𝜓
𝑞
𝑎=
𝑁 ∑ 𝑞 2 −∑ 𝑞 ∑ 𝑞

∑ ∆𝜓 ∑ 𝑞 ∑ ∆𝜓/𝑞
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑞2 − ∑ 𝑞 ∑ 𝑞
Harga konstanta a dan b dapat pula diperoleh secara langsung dengan
membuat grafik ∆ψ/𝑞𝑠𝑐 vs 𝑞𝑠𝑐
∆𝜓
= 𝑎 + 𝑏𝑞𝑠𝑐 ................................................................ (27)
𝑞𝑠𝑐

Persamaan diatas adalah persamaan kuadrat sehingga akar persamaan


dapat dicari dari:
0.5
−𝑎+{𝑎2 +4𝑏∆𝜓}
𝑞𝑠𝑐 = ................................................. (28)
2𝑏
AOF diperoleh dengan membuat 𝜓𝑤𝑓 sama dengan nol.
̅ 𝑅 }0.5
−𝑎+{𝑎2 +4𝑏𝜓
𝑞𝑠𝑐 = ................................................. (29)
2𝑏
BAB III
RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

1. Pengenalan lapangan
2. Penentuan sumur kandidat (sumur yang akan di uji)
3. Pembahasan masalah yang akan dikaji
4. Pengumpulan atau pengambilan data-data yang diperlukan, yaitu:
 Data primer : pengujian sumur secara langsung untuk mendapatkan harga
tekanan dan laju alir yang dilakukan sebanyak 4 atau 5 kali.
 Data sekunder : data tambahan berupa reservoir properties yang sudah
ada diperusahaan
5. Penentuan uji sumur yang akan dilakukan, yaitu uji deliverability
(mengetahui kemampuan sumur untuk berproduksi)
6. Penentuan metode yang akan dilakukan, yaitu metode Modified Isochronal
Test (dilakukan dengan jalan menutup sumur, untuk mendapatkan harga 𝑃𝑅 .
Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar 𝑞𝑠𝑐 , sumur tidak perlu
sampai mencapai stabil sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Selain
dari pada itu selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama
besar)
7. Pengolahan data dan input data
8. Melakukan analisa dari data pengujian yang dilakukan untuk menentukan
harga dari AOF (Absolute Open Flow), berdasarkan:
 Analisa Konvensional:
- Hasil analisa data dinyatakan dalam grafik 𝑞𝑠𝑐 𝑣𝑠 ∆𝑃2
- Pentuan nilai n dan Cs berdasarkan rumus:
log 𝑞𝑠𝑐 = 𝑙𝑜𝑔 𝐶 + 𝑛 𝑙𝑜𝑔∆𝑃2
- Penentuan nilai AOF, ketika laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur sebesar 0 atau tekanan atmosphere (± 14,7 psia),
menggunakan rumus:
𝑞𝑠𝑐 = 𝐶(𝑃𝑅 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 ) 𝑛
 Analisa LIT (Laminer-Inersia-Turbulen):
- Hasil analisa data dinyatakan dalam grafik 𝑞𝑠𝑐 𝑣𝑠 ∆𝜓 − 𝑏𝑞 2
- Perhitungan aliran transient dengan menentukan konstanta a dan b,
dimana:
∆𝜓
∑ ∑ 𝑞 2 −∑ 𝑞 ∑ 𝑞 ∑ ∆𝜓
𝑞
𝑎=
𝑁 ∑ 𝑞 2 −∑ 𝑞 ∑ 𝑞

∑ ∆𝜓 ∑ 𝑞 ∑ ∆𝜓/𝑞
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑞2 − ∑ 𝑞 ∑ 𝑞
- Perhitungan konstanta a pada keadaan stabil:
∆𝜓 − 𝑏𝑞 2
𝑎=
𝑞
- Perhitungan aliran stabil, AOF diperoleh dengan membuat 𝜓𝑤𝑓 sama
dengan nol.
−𝑎 + {𝑎2 + 4𝑏𝜓̅𝑅 }0.5
𝑞𝑠𝑐 =
2𝑏
BAB IV
PENUTUP

Demikianlah proposal usulan kegiatan penelitian Tugas Akhir yang akan


saya lakukan di PT. Benuo Taka Wailawi. Saya sangat berharap agar usulan
kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Melihat
keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat mengharapkan
bantuan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melancarkan Tugas Akhir ini.
Saya berharap selama dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini diberikan
bimbingan agar mendapatkan kelancaran hingga akhir kegiatan.
Terima kasih kepada PT. Benuo Taka Wailawi yang telah memberi saya
kesempatan untuk mengajukan proposal kegiatan Tugas Akhir ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga kegiatan
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak.
Contact person : Marya Reny Ratu Renggi
No. Handphone : 0823-4960-1230
Email : mariarenny1@gmail.com
Lampiran : 1. Surat Keterangan dari Kampus STT MIGAS Balikpapan
2. Foto Copy Transkrip sementara yang telah dilegalisir
3. Foto Copy KTM yang telah dilegalisir
4. Foto Copy Asuransi
5. Surat Aktif Kuliah
6. Curriculum Vitae

Anda mungkin juga menyukai