Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KAPITA SELEKTA

“TEORI KINETIK GAS”

OLEH

KELOMPOK 2 :
1. ALEKSIUS RONALDIA BILLA (1701050043)
2. BENTRUIDA LOBO (1701050018)
3. CLAUDYA G. K. NUBAN (1701050023)
4. ELFIANA HARDIANTI JUITA (1701050010)
5. FEBRONIA HERLINDA LALUS (1701050045)
6. JENNY C. F. BESIN (1701050013)
7. MEDIANA LODA LENDE (1701050058)
8. SRIYANTI ALETA LUSI (1701050039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

[1]
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

[2]
DAFTAR ISI

kata pengantar ............................................................................................................ 1


daftar isi ..................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
A. Latar belakang ................................................................................................ 3
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5


A. Hukum-Hukum Yang Mendasari Permasalahn Gas Ideal ............................... 5
B. pengertian gas ideal........................................................................................... 7
C. persamaan gas ideal .......................................................................................... 8
D. tekanan dan tetapan gas ideal............................................................................ 9
E. suhu dan energi kinetik gas ideal ...................................................................... 11
F. kecepatan efektif gas ideal ................................................................................ 11
G. Derajat kebebasan dan teorema ekipansi energi ............................................... 12
H. energi dalam pada gas ideal .............................................................................. 13

Contoh Soal ................................................................................................................... 15


Pembahasan Soal ............................................................................................................ 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17


A. kesimpulan ......................................................................................................... 17

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 18

[3]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam pandangan mikroskopik, materi bukanlah partikel kasatmata yang kontinu


tetapi merupakan partikel kasatmata yang diskret. Walaupun konsep ini telah
dihipotesiskan oleh para filosof kuno sejak dulu, namun baru pada awal abad
kesembilanbelaslah hipotesis ini digunakan dalam bentuk ilmiah dan berfungsi sebagai
dasar pembuatan teori atom. Teori kinetik gas dikembangkan pada pertengahan abad
kesembilan belas ketika teori dinamika kalor mulai mendapat tempat. Perkembangan
historis kedua teori mencerminkan pergulatan kedua hipotesis terhadap teori-teori
matematis mapan.
Anggapan utama teori kinetik gas terletak pada definisi tingkat keadaan gasnya.
Gas yang berupa zat komponen tunggal dianggap terdiri atas sejumlah partikel diskret
yang identik yang disebut molekul. Volume yang ditempati oleh molekul sangat kecil
dibandingkan dengan volume keseluruhan gas. Jarak antara molekul dengan demikian
jauh lebih besar daripada molekul itu sendiri sehingga pada skala molekul suatu gas
bukanlah kontinu dan tidak pula homogen (Saad, 1997).
Secara mikroskopis, gas ideal dikaji lebih secara teoritis dibandingkan pembuktian
eksperimen, di mana gas dikaji dari molekul-molekul penyusunnya, seperti kecepatan
molekul gas. Hal ini menyebabkan dibutuhkan pemberian koordinat dan kecepatan semua
molekul.Namun tetap terdapat keterkaitan antara gambaran makroskopis dan mikroskopis
suatu gas, seperti misalnya suhu mutlak gas menggambarkan energi kinetik rata-rata dari
molekul-molekul gas tersebut.
Teori kinetik pada awalnya menganggap bahwa gerak molekul itu diatur oleh
hukum mekanika klasik. Kemudian terbukti bahwa anggapan ini keliru untuk sistem
berskala molekul. Ketika teori kuantum dikembangkan, penjelasan mengenai gerak
partikel mikroskopis semakin dapat diterima secara empiris.
Dalam mengakaji suatu keadaan molekul gas, konsep tumbukan, energi kinetik,
tekanan, dan temperatur saling berkaitan satu sama lain. Keempat besaran tersebut adalah
bagian dari koordinat termodinamik gas. Koordinat inilah yang menentukan karakteristik
gas tersebut. Besaran-besaran itu juga dapat digunakan untuk merumuskan persamaan gas
ideal. Berdasarkan paparan itu penulis menyusun
Teori kinetik adalah teori yang menjelaskan perilaku sistem –sistem fisis
dengan menganggap bahwa sistem-sistem fisis tersebut terdiri atas sejumlah besar
molekul yang bergerak sangat cepat.
Peristiwa meltusnya balon diatas terkait dengan hubungan tekanan ,suhu, dan
volume gas. Teori kinetik gas adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat
atau kelakuan suatu gas. Teori kinetik gas tidak mengutamakan kelakuan sebuah partikel,
tetapi meninjau sifat zat secara kesluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel
tersebut .
Gas merupakan suatu zat yang molekul atau partikelnya bergerak bebas. pada bab
ini akan dipelajari mengenai sifat mikroskopik dari suatu gas dengan meninjau dari

[4]
tekanan, volum dan suhu yang sering disebut dengan teori kinetik gas.
Didalam makalah ini juga ada tentang jenis-jenis gas seperti gas monatik,
diatomic, dan poliatomik. Dan sifat-sifat gas yang sering kita dapati didalam kehidupan
kita

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui hukum-hukum yang mendasari permasalahn gas ideal


2. Mengetahui pengertian gas ideal
3. Mengetahui persamaan gas ideal
4. Mengetahui tekanan dan tetapan gas ideal
5. Mengetahui suhu dan energi kinetik gas ideal
6. Mengetahui kecepatan efektif gas ideal
7. Derajat kebebasan dan teorema ekipansi energi
8. Mengetahui energi dalam pada gas ideal

[5]
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum-Hukum yang Mendasari Persamaan Gas Ideal


Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara
mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle, Charles, dan
Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran makrokospik dari
berbagai macam proses serta perumusannya. Kata kinetik berasal dari adanya anggapan
bahwa molekul-molekul gas selalu bergerak.
Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle.
Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan keseimbangan yang berbeda
pada suhu konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut.
p1V1 = p2V2

Keterangan:
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)

V2 : volume gas pada keadaan 2 (m )


Jika dibuat grafik, maka akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva
isotermal. Perhatikan Gambar 8.1! Kurva isotermal merupakan kurva yang
bersuhu sama.

[6]
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles.
Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas

V1 V2
=
T1 T2
yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada tekanan konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

Apabila hubungan antara volume dan suhu pada hukum Charles Anda
lukiskan dalam grafik, maka hasilnya tampak seperti Kurva yang terjadi disebut kurva
isobarik yang artinya bertekanan sama.

Gambar 8.2 Grafik hubungan volume


dan suhu gas pada tekanan konstan (isobarik

Hukum dikemukakan oleh oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay


Iussac.Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada
volume konstan, diperoleh persamaan sebagai berikut

p1 p2
=
T1 T2

Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

[7]
Apabila hubungan antara tekanan dan suhu gas pada hukum Gay Lussac dilukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak seperti pada Gambar 8.3. Kurva yang terjadi disebut
kurva isokhorik yang artinya volume sama.
p
Gambar 8.3 Grafik
V >V >V
3 2 hubungan tekanan dan
1
V
1

V
suhu gas pada volume
2
konstan (isokhorik)
V3

Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut.
p1V1 p2V2
=
T1 T2
Persamaan di atas disebut hukum Boyle-Gay Lussac. Anda telah
mempelajari hukum-hukum tentang gas, yaitu hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac.
Namun, dalam setiap penyelesaian soal biasanya menggunakan hukum Boyle-Gay
Lussac. Hal ini disebabkan hukum ini merupakan gabungan setiap kondisi yang
berlaku pada ketiga hukum sebelumnya

B. Pengertian Gas Ideal


Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa semua gas dalam kondisi kimia
apapun, pada temperatur tinggi, dan tekanan rendah cenderung memperlihatkan suatu
hubungan sederhana tertentu di antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu tekanan,
volume dan temperatur. Hal ini menganjurkan adanya konsep tentang gas ideal yang
memiliki sifat makroskopis yang sama pada kondisi yang sama. Berdasarkan sifat
makroskopis suatu gas seperti kelajuan, energi kinetik, momentum, dan massa setiap
molekul penyusun gas, Anda dapat mendefinisikan gas ideal dengan suatu asumsi
(anggapan) tetapi konsisten (sesuai) dengan definisi makroskopis. Gas ideal merupakan
gas yang memenuhi asumsi-asumsi berikut.
a. Suatu gas terdiri atas molekul-molekul yang disebut molekul. Setiap
molekul identik (sama) sehingga tidak dapat dibedakan dengan
molekul lainnya.
b. Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
c. Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
d. Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran molekulnya.
e. Tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika antarmolekul
saling bertumbukan atau terjadi tumbukan antara molekul dengan
dinding.
f. Semua tumbukan yang terjadi baik antarmolekul maupun antara
molekul dengan dinding merupakan tumbukan lenting sempurna dan

[8]
terjadi pada waktu yang sangat singkat (molekul dapat dipandang
seperti bola keras yang licin).
g. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku pada molekul gas
ideal.

C. Persamaan Gas Ideal


Hukum Boyle-Gay Lussac berlaku untuk gas ideal dalam keadaan bejana tertutup.
Persamaan hukum Boyle-Gay Lussac dapat dituliskan dalam bentuk seperti di bawah ini.

pV
= tetapan (konstan)
T
Para ahli kimia menemukan bahwa tetapan (konstan) itu sebanding dengan jumlah
mol (n R). Oleh karena itu, persamaannya menjadi seperti berikut

PV
= nR atau PV = nRT
T

R selanjutnya disebut konstanta gas umum yang nilainya 8,31 J/mol K atau

N R
pV = RT = N( )T
Na Na
𝑁
0,082 L atm/mol K. Persamaan ini disebut persamaan gas ideal. Jika 𝑛 = 𝑁
𝑎
maka persamaan gas ideal di atas dapat ditulis sebagai berikut.

N R
pV = RT = N( )T
Na Na
𝑅
jika 𝑁 = k, maka persamaannya menjadi :
𝑎

pV = NkT

dengan k merupakan tetapan Boltzman yang nilainya 1,38 × 10–23 JK-1.


𝑚
Jika 𝑛 = 𝑀 dengan n merupakan jumlah mol, m merupakan massa total gas, M merupakan
massa molekul gas maka persamaan gas ideal menjadi seperti berikut.

[9]
m m RT
pV = RT =
M Vm
𝑚
jika = 𝜌, maka persamaannya menjadi :
𝑉

qRT
p=
m
Dengan ρ merupakan massa jenis benda.

D. Tekanan dan Tetapan Gas Ideal


Tekanan gas pada dinding bejana sama dengan besarnya momentum yang
diberikan oleh molekul gas pada tiap satuan luas tiap satuan waktu. Untuk lebih
Z
jelasnya, perhatikan Gambar 8.4 berikut!
L
L

V L Gambar 8.4 Diagram


mx
gerakan molekul gas dalam
dinding bejana berbentuk kubus.

Misalnya terdapat suatu molekul gas ideal yang berada dalam sebuah bejana
berbentuk kubus dengan panjang sisi L. Molekul gas tersebut memiliki massa m, dan
kecepatan terhadap sumbu X sebesar vx. Sebelum molekul menumbuk dinding
momentumnya m × vX. Setelah menumbuk dinding molekul berubah arahnya
sehingga momentumnya menjadi -m × vX. Jadi, setiap kali molekul menumbuk
dinding, molekul tersebut mengalami perubahan momentum sebesar selisih antara
momentum sebelum tumbukan dan momentum setelah tumbukan. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
Δp = p1 – p2
= (m × vX) – (-m × vX)
= 2 m vX
Molekul tersebut akan menumbak dinding untuk kedua kalinya setelah

2L
Δt =
vX
selang waktu
Sehingga momentum persatuan waktu yang diberikan oleh molekul ke dinding bejana
adalah:

[10]
Δ 2 mvX 2 mvX2
pX =
Δ 2L 2L
vX

Sebaliknya, dinding akan mengalami momentum persatuan waktu yang sama


besarnya tetapi berlawanan arahnya. Jika dalam bejana terdapat N molekul gas
dengan kecepatan rata-rata vX , maka besar momentum persatuan waktu yang diterima
dinding adalah sebagai berikut.
Nmv2
pX =

Diketahui bahwa molekul gas bergerak dalam tiga dimensi (ke segala arah). Sesuai
dengan anggapanbahwa setiap molekul bergerak acak ke segala arah, maka rata-rata kecepatan
kuadrat kelajuan pada arah sumbu X,Y, dan
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Z adalah sama besar ( 𝑣𝑋2 = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑣𝑌2 = ̅̅̅
𝑣𝑍2 ). Jadi, resultan rata-rata
kuadrat

v = vX = vY = vZ = 3vX atau v2 =
2 2 2 2 v2

kecepatan ( v2 ) adalah sebagai berikut.


Oleh karena itu, besar momentum per satuan waktu yang diterima dinding bejana kubus
dapat di tulis sebagai berikut.

1
Nm v
p= =
L3 3 L3

Karena L3 merupakan volume kubus (V), maka persamannya dapat ditulis:

1 Nmv2 1
p= atau pV = mv2 N
3 V 3 3

Apabila dihubungkan dengan pv = N k T, maka persamaan berubah menjadi:

[11]
1
Jika dihubungkan dengan energi kinetik rata-rata (𝐸𝐾 = 2 𝑚𝑣 2 maka persamaan menjadi:

Keterangan:
p : tekanan gas (Nm–2)
N : jumlah molekul
v : kecepatan (m/s)
m : massa molekul (kg)
V : volume gas (m3)
Ek : energi kinetik (J)

E. Suhu dan Energi Kinetik Gas Ideal


2
Telah Anda ketahui bahwa 𝑝𝑉 = 3 𝐸𝑘 𝑁 Jika dihubungkan dengan
persamaan p V = n R T, maka dapat diperoleh persamaan berikut.
2 2NEk
nRT= E N atau T =
3

Jika dihubungkan dengan persamaan pV = NKT, maka diperoleh


persamaan:

2
NKT = E N atau E = atau T = (untuk N = 1)
3

F. Kecepatan Efektif Gas Ideal


Karena molekul-molekul gas tidak seluruhnya bergerak dalam kecepatan yang
sama, maka Anda perlu mendefiniskan arti 𝑣 ̅̅̅2 . Misalnya, di dalam sebuah bejana
tertutup terdapat N1 molekul yang bergerak dengan kecepatan v1, N2 molekul yang
bergerak dengan kecepatan v2, dan seterusnya, maka rata-rata kuadrat kecepatan molekul
gas (̅̅̅
𝑣 2 ) dapat dinyatakan melalui persamaan berikut.

Kecepatan efektif vrms (rms = root mean square) didefinisikan sebagai akar dari
rata-rata kuadrat kecepatan.

[12]
1 1
𝐸𝑘 = 2 ̅̅̅̅̅̅
Mengingat bahwa ̅̅̅ 2
𝑚𝑣 2 = 2 𝑚𝑣𝑟𝑚𝑠 , maka persamaan dapat ditulis menjadi:

𝑅 𝑀
Karena 𝑘 = 𝑁 dan 𝑚 = 𝑁 𝑟 , maka persamaan menjadi:
𝑎 𝑎

𝑚
Mengingat bahwa massa jenis 𝜌 = 𝑉 , maka persamaan tekanan gas dan kecepatan
efektifnya dapat ditulis:
2
p= E atau p V = EN
3 1𝑚 2 1 2 3 3𝑝
𝜌= 𝑣𝑟𝑚𝑠 = 𝜌𝑣𝑟𝑚𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑟𝑚𝑠 = √
3𝑉 3 𝜌

G. Derajat Kebebasan dan Teorema Ekipartisi Energi


Berdasarkan hasil analisis mekanika statistik, untuk sejumlah besar molekul
yang memenuhi hukum gerak Newton pada suatu sistem dengan suhu mutlak T,
maka energi yang tersedia terbagi merata pada setiap derajat
1
Kebebasan sebesar 𝑘𝑇. Pernyataan ini selanjutnya disebut teorema
2
ekipartisi

energi. Derajat kebebasan yang dimaksud dalam teorema ekipartisi energi adalah
setiap cara bebas yang dapat digunakan oleh pertikel unutk menyerap energi. Oleh
karena itu, setiap molekul dengan f derajat kebebasan akan memiliki energi rata-rata.

1
E = f ( kT)
2

Pada molekul gas monoatomik atau beratom tunggal, molekul melakukan gerak
translasi sehingga energi yang ada masing-masing digunakan untuk gerak translasi
1 1 1
pada arah sumbu X, Y, dan Z (2 𝑚𝑣𝑥2 , 2 𝑚𝑣𝑦2 , 2 𝑚𝑣𝑍2 ). Oleh karena itu molekul gas
monoatomik dikatakan memiliki tiga derajat kebebasan.
Untuk molekul gas diatomik atau beratan dua, di samping melakukan gerak
translasi, molekul juga melakukan gerak rotasi dan vibrasi. Perhatikan Gambar 8.5
berikut!

[13]
Y Y Y

pusat massa
Vy
m2 m m
m1 m2 m1
X
Vx
Vz
Z Z Z
(a) (b) (c)

Gambar 8.5 (a) Gerak translasi, (b) Gerak rotasi, (c) Gerak vibrasi
Dalam model yang melibatkan gerak translasi dan rotasi, molekul gas diatomik digambarkan
sebagai dua buah bola yang dihubungkan oleh batang. Pusat massa molekul melakukan gerak
translasi dengan komponen energi kinetik pada arah sumbu X, Y, dan Z
1 1 1
(( 𝑚𝑣𝑥2 , 𝑚𝑣𝑦2 , 𝑚𝑣𝑍2 ), sehingga memiliki tiga derajat kebebasan. Molekul juga dapat
2 2 2
melakukan gerak rotasi terhadap sumbu X,Y dan Z dengan energi kinetik rotasi masing-
1 1 1
masing 𝐸𝑘𝑋 = 2 𝐼𝑋 𝑤 2 , 𝐸𝑘𝑦 = 2 𝐼𝑦 𝑤 2 , 𝐸𝑘𝑧 = 2 𝐼𝑧 𝑤 2. Namun karena kedua atom merupakan
massa titik dengan batang penghubung terletak pada sumbu X sebagai proses, maka momen
inersia terhadap sumbu X, yaitu IX= 0. Akibatnya energi kinetik rotasi terhadap sumbu X yaitu
1
𝐸𝑘𝑋 = 2 𝐼𝑋 𝑤 2 =0. Oleh karena itu, gerak rotasi hanya memiliki dua komponen energi kinetik
yaitu 𝐸𝑘𝑦 dan 𝐸𝑘𝑧 . Hal ini menunjukan banwa gerak rotasi molekul hanya memiliki dua
derajat kebebasan.

H. Energi Dalam pada Gas Ideal


Energi dalam suatu gas atau sering diberikan notasi U, merupakan jumlah
energi kinetik total dari seluruh molekul gas dalam suatu ruangan.
U = Ek1 + Ek2 + ... +Ekn
NfkT nfRT
U = NE = =
2 2

Keterangan:
U : energi dalam gas (J) N : banyaknya molekul
f : derajat kebebasan k : tetapan Boltzman
T : suhu mutlak (K) R : tetapan umum gas

Berdasarkan rumus di atas, besar energi dalam tergantung dari jumlah molekul, suhu
gas, serta jenis gas apakah monoatamik, diatomik, atau triatomik.
1. Gas monoatomik (f = 3) seperti He, Ne, dan Ar.
3
𝑈 = 𝑁𝐸̅ = 𝑁𝐸 ̅̅̅𝑘 = 𝑁𝑘𝑇
2
2. Gas diatomik seperti H2, O2, dan H2.

[14]
 Pada suhu rendah (T = ± 250 K), f = 3, maka 𝑈 = 𝑁𝐸̅ = 𝑁𝐸
̅̅̅𝑘 =
3
𝑁𝑘𝑇
2

 Pada suhu sedang (T= ±500 K), f = 5, maka 𝑈 = 𝑁𝐸̅ = 𝑁𝐸


̅̅̅𝑘 =
5
𝑁𝑘𝑇
2

 ̅̅̅𝑘 = 7 𝑁𝑘𝑇
Pada suhu tinggi (T= ±1000 K), f = 7, maka 𝑈 = 𝑁𝐸̅ = 𝑁𝐸 2

[15]
Contoh Soal

1. Factor yang mempengaruhi energy kinetic gas di dalam ruangan tertutup:


(1) Tekanan (3) Suhu
(2) Volume (4) Jenis zat
Pernyataan yang benar adalah...........
A. (1) dan (2) D. (2) saja
B. (1) dan (3) E. (3) saja
C. (1) dan (4)
2. Gas dengan volune V berada di dalam ruang tertutup bertekanan P dan suhu T. Bila
gas mengembang secara isobaric sehingga volumnya naik menjadi 2 kali volume
mula-mula maka perbandingan suhu gas mula-mula dan akhir adalah......
A. 1 : 1 D. 2 : 1
B. 1 : 2 E. 3 : 2
C. 1 : 3
3. Dua mol gas menempati ruang 24,08 liter. Tiap molekul gas memiliki energy kinetic
sebesar 3 X 10-21 J. Jika bilangan Avogadro = 6,02 X 1023 molekul,mol-1 maka tekanan
gas dalam tangki adalah......
A. 1,00 X 102 Pa D. 1,00 X 105 Pa
B. 2,41 X 102 Pa E. 2,41 X 105 Pa
C. 6,02 X 102 Pa
4. Sebanyak tiga liter gas argon suhunya 27OC dan tekanan 1 atm (1 atm= 105Pa) berada
di dalam tabung. Jika konstanta gas umum 8,314 J/mol K dan banyaknya partikel
dalam 1 mol adalah 6,02 X 1023 partikel maka banyaknya partikel gas argon tersebut
dalam tabung adalah........ partikel
A. 0,83 X 1023 D. 0,22 X 1023
B. 0,72 X 1023 E. 0,12 X 1023
C. 0,42 X 1023
3
5. Suhu gas ideal dalam tabung dirumuskan sebagai Ek= kT , T menyatakan suhu
2

mutlak dan E = energi kinetic rata-rata molekul gas. Berdasarkan persamaan diatas
adalah....
A. Semakin tinggi suhu gas, energy kinetiknya semakin kecil
B. Semakin tinggi suhu gas, gerak partikel gas semakin lambat
C. Semakin tinggu suhu gas, gerak partikel gas semakin cepat

[16]
D. Suhu gas berbanding terbalik dengan energy kinetic kinetic gas
E. Suhu gas tidak mempengaruhi gerak partikel gas

Pembahasan

1. Energy kinetic gas dalam ruang tertutup dinyatakan oleh persamaan:


3
Ek= 2 kT
Dari persamaan diatas, factor yang mempengaruhi energy kinetic gas
adalah suhu.
2. Proses isobaric P = tetap
V1= V T1 = T
V2= 2V T2 = .....?
Pada proses isobaric berlaku: V~T
T1 V1 1
= =
T2 V2 2
3. Pertama, tentukan terlebih dahulu suhu dari gas tersebut.
3
Ek= 2 kT
3
3 X 10-21 = X 1,38 X 10-23 X T
2
2 X 10−21
T= = 144,9 K
1,30 X 10−23
Tekanan gas dalam tangki adalah:
Pv= nRT
P X 24,08 X 10-3 = 2 X 8,31 X 144,9
2408
P= = 1 X 105 Pa
24,08 X 103

4. Pertama, tentukan terlebih dahulu jumlah mol dari gas argon tersebut.
Pv= nRT
3 -3
10 X 3 X 10 = n X 8,314 X (273 + 27)
300
n= = 0,12 mol
2494,2
Jumlah partikel gas argon dalam tabung tersebut adalah
N = nNA = 0,12 X 6,02 X 1023
= 0,27 X 1023

[17]
5. Dari persamaan energy kinetic gas ideal, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suhu gas maka energy kinetic gas tersebut akan semakin besar dan gerak partikelnya
akan semakin cepat.

[18]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Persamaan gas ideal secara umum dirumuskan sebagai berikut :
𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 atau 𝑝𝑉 = 𝑁𝑘𝑇.
 Keadaan standar yaitu keadaan gas pada tekanan 1 atmosfer dan suhu 0℃. 1 mol
gas pada keadaan standar mempunyai volume 22,4 liter.
𝑃1𝑉1 𝑃2𝑉2
 Persamaan hokum Boyle-gay Lussac 𝑇1
= 𝑇2
.
 Hubungan antara suhu, tekanan, dan energy pada suatu gas dapat diterangkan
secara matematis menggunakan teori kinetic gas.
Hubungan ketiga besaran teori tersebut adalah
2 1 2 𝐸𝑘
𝑝𝑉 = 3 𝑁𝐸𝑘 , 𝑝𝑉 = 3 𝑁𝑚𝑣 2, dan 𝑇 = 3 𝑘
.
 Persamaan kelajuan efektif adalah
3𝑘𝑇 3𝑅𝑇 2𝐸𝑘 3𝑃
𝑣𝑟𝑚𝑠 = √ 𝑚
=√ 𝑀
=√𝑚
= 𝜌
.

 Menurut prinsip ekipartisi energy, energy gas didistribusikan secara merata


1
pada setiap derajat kebebasan. Setiap derajat kebebasan besarnya 2
𝑘𝑇
 Untuk gas monoatomik terdapat 3 derajat kebebasan yang terdiri atas 3 energi
translasi kea rah sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z.
 Untuk gas diatomic pada suhu rendah terdapat 5 derajat kebebasan yang terdiri
5
atas 3 energi translasi dan 2 energi rotasi sehingga 𝐸𝑘 = 𝑘𝑇.
2
 Untuk gas poliatomik pada suhu rendah terdapat 7 derajat kebebasan yang
terdiri atas 3 energi translasi, 4 energi rotasi, dan 2 energi vibrasi sehingga 𝐸𝐾 =
7
2
𝑘𝑇.

[19]
DAFTAR PUSTAKA

Albert J. Ruff dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan Populer Fisika. Grolier International, Inc.
Halliday, Resnick. 1991. Fisika Jilid 1, 2 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sutrisno, Tan Ik Gie. 1986. Seri Fisika. Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
Sears, Zemansky. 1971. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Penerbit Binacipta.
Tipler, P.A. 1991. Physics For Scientists and Engineers. Worth Publisher.

[20]

Anda mungkin juga menyukai