Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIKA STATISTIK

ENTROPI DALAM MEKANIKA STATISTIK

DISTRIBUSI KECEPATAN MOLEKUL DALAM GAS IDEAL

KELOMPOK 12
1. MARIA SHERLY LEONA LERRICK (1801050046)
2. YISKA TAROCI BOLU EOH (18010500

SEMESTER : V
KELAS :B

PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik . judul makalah ini adalah “ GAS IDEAL”.
Makalah ini berisi tentang pengertian gas ideal, syarat-syarat gas ideal, hukum gas
ideal, gas ideal dalam ilmu Fisika dan ilmu Kimia, serta fenomena terkait gas ideal
dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Termodinamika.
Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada
makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi
makalah ini secara segi teori, metode, dan analisis hingga dapat menjadi acuan
referensi bagi penulis selanjutnya.

Kupang, Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH FISIKA STATISTIK...............................................................................................


KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................................
BAB II LATAR BELAKANG......................................................................................................
A. Entropi dalam Mekanika Klasik.......................................................................................
B. Distribusi Kecepatan Molekul dalam Gas Ideal.............................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Metode termodinamika statistik dikembangkan pertama kali beberapa tahun
terakhir oleh Boltzmann di Jerman dan Gibbs di Amerika Serikat. Dengan
ditemukannya teori kuantum, Bose, Einstein, Fermi, dan Dirac memperkenalkan
beberapa modifikasi ide asli Boltzmann dan telah berhasil dalam menjelaskan
beberapa aspek yang tidak dipenuhi oleh statistik Boltzmann.
Pendekatan statistik memiliki hubungan dekat dengan termodinamika dan
teori kinetik. Untuk sistem partikel di mana energi partikel bisa ditentukan, kita bisa
menurunkan dengan statistik mengenai persamaan keadaan dari suatu bahan dan
persamaan energi bahan tersebut. Termodinamika statistik memberikan sebuah
penafsiran tambahan tentang konsep entropi.
Termodinamika statistik (Mekanika statistik), tidak seperti teori kinetik, tidak
fokus pada pertimbangan tumbukan antara 1 molekul dengan molekul lain atau
dengan permukaan secara detail. Malahan ia mengambil keuntungan dari fakta bahwa
molekul itu memiliki jumlah yang sangat banyak dan sifat rata-rata dari sejumlah
besar molekul bisa dihitung walaupun tidak berisi informasi tentang molekul tertentu.
Jadi sebagai misal, perusahaan asuransi bisa memprediksi dengan ketelitian yang
tinggi tentang harapan hidup rata-rata semua orang yang yang lahir di Amerika
Serikat pada tahun yang diberikan, tanpa mengetahui keadaan kesehatan salah satu
dari orang-orang tersebut.
Gas Ideal itu adalah gas teoretis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang
bergerak dengan acak dan tidak saling berinteraksi, dari beberapa eksperimen
diketahui kalau semua gas didalam kondisi kimia apapun di temperatur yang tinggi
ataupun temperatur yang rendah akan cenderung memperlihatkan suatu hubungan
sederhana di antara sifat makrospkopisnya (tekanan, temperatur, dan volume) Di
kondisi yang normal seperti pada saat temperatur dan juga tekanan gas standart maka
kebanyakan dari gas nyata akan berperilaku sperti gas ideal, beberapa gas seperti

4
oksiken, nitrogen, gas mulia, hidrogen dan juga karbon dioksida dapan diperlakukan
sebagaimana gas ideal dengan perbedaan yang masih bisa ditolelir, secara umum
memang gas berperilaku seperti gas ideal di temperatur yang tinggi ataupun tekanan
yang rendah karena kerja yang melawan gaya intermolekuler membuat jauh lebih
kecil apabila dibandingkan dengan energi kinetik partike, dan juga ukuran dari
molekul juga menjadi jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ruangan kosong
antar molekul, gas ideal tidak bisa dipakai dalam suhu rendah ataupun tekanan yang
tinggi karena gaya intermolekuler dan juga ukuran molekuler menjadi hal penting,
dan model dari gas ideal juga tidak bisa digunakan di gas berat seperti refrigeran atau
gas dengan gaya intermolekuler yang kuat seperti uap air, di beberapa titik pada saat
suhu rendah dan juga tekanan tinggi gas nyata akan mengalami fase transisi yang
berubah menjadi liquid atau solid, model gas ideal tidak bisa menjelaskan atau
memperbolehkan frase transisi

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah:


1. Jelaskan entropi dalam mekanika klasik!
2. Bagaimana distribusi kecepatan molekul dalam gas ideal?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diambil tujuan:


1. Dapat menjelaskan entropi dalam mekanika klasik.
2. Dapat menjelaskan kecepatan molekul dalam gas ideal.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Entropi dalam Mekanika Klasik


1. Entropi
Secara termodinamika, entropi telah didefinisikan melalui hubungan :

(1)
Dengan adalah perubahan entropi, dQ adalah sejumlah kecil kalor yang diterima
assembli, dan dS T adalah suhu assembli. Dari entropi tersebut kita dapat
menurunkan sejumlah besaran termodinamika yang lain. Pertanyaan sekarang adalah
bagaimana merumuskan entropi secara statsitik? Mari kita bahas di bab ini. Kita
sekarang fokuskan perhatian pada statistik Maxwell-Boltzmann karena assembli yang
akan kita bahas lebih terfokus ke assembli gas.
Pada perumusan statistik Maxwell-Boltzmann kita sudah menganggap bahwa partikel
gas dapat dibedakan satu dengan lainnya. Dengan asumsi ini maka probalilitas
penyusunan N buah partikel gas pada tingkat-tingkat energi memenuhi

(2)
Pertanyaan yang patut diajukan di sini adalah apakah benar satu partikel gas dapat
dibedakan dari partikel gas yang lain jika partikel-partikel tersebut merupakan
molekul gas yang sama dari isotop yang sama pula? Pernyataan tersebut mungkin
meragukan. Oleh karena itu, perhitungan probabilitas di atas terlalu besar dari yang
seharusnya, yaitu apabila dianggap satu partikel tidak dapat dibedakan dari partikel
lain. Jumlah cara menukar N buah partikel jika partikel tersebut dapat dibedakan
adalah N!. Dengan demikian, jika dianggap bahwa partikel-partikel gas dalam
assembli tidak dapat dibedakan maka probalitas penyusunan partikel-partikel yang
diungkapkan dalam persamaan (12.2) harus dibagi N! menjadi

6
(3)

konfigurasi penyusunan yang memberikan probabilitas maksimum terpenuhi jika

Pada keadaan ini kita peroleh Wmaks. Secara statistik entropi


didefinisikan sebagai :

(4)

Berdasarkan persamaan (3) maka Kemudian kita melakukan


penyederhanaan dengan menggunakan aturan stirling untuk logaritma faktorial dan
diperoleh :

(5)
Apabila menggunakan ns dalam konfigurasi maksimum maka kita peroleh W maks yang
apabila dinyatakan dalam skala logaritma diperoleh bentuk sebagai berikut

(6)
Dengan mengganti β = −1/ kT maka berdasarkan persamaan (4) kita dapatkan entropi

(7)

7
2. Proses-proses dengan Entropi
Suatu proses yang berlangsung melalui keadaan-keadaan yang tidak
setimbang dari sistem disebut proses irreversibel (tidak dapat dibalik). Proses yang
melalui keadaan-keadaan setimbang dari sistem disebut proses reversibel (dapat
dibalik). Proses itu berlangsung secara bertahap, sedikit-demi-sedikit, sehingga
keadaan selalu setimbang.
Jika suatu sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 melalui proses
reversibel, maka dari

Karena entropi hanya bergantung pada keadaan sistem saja, maka integral dari
keadaan 1 ke keadaan 2 di sebelah kanan tidak bergantung pada proses reversibel
yang diikuti. Dalam proses reversibel isotermal, suhu T konstan, sehingga

Karena T selalu positif , maka selisih S2-S1 bisa positif atau negatif bergantung pada
apakah kalor Q diserap atau dilepaskan oleh sistem. Untuk proses reversibel
adiabatik, dQ=0, maka S2-S1=0 atau S konstan. Dari dS= đQ/T diperoleh:

yang menyatakan kalor yang diserap ketika sistem mengalami perubahan dari
keadaan A1 ke keadaan A2. Luas di bawah kurva proses dari keadaan A 1 ke keadaan
A2 adalah kalor yang diserap (Q); lihat Gambar 1.1(a).
Jika proses itu berbentuk siklis seperti Gambar 1.1(b), maka tidak ada perubahan
entropi:

Proses siklis ini disebut siklis reversibel. Kalor bersih yang diserap adalah:

8
merupakan luas dalam siklis. Besarnya kalor itu sama dengan kerja yang dilakukan
sistem.

T A1 T
(a) A
(b)

T1 A2
T B
T2

S1 dS S2 S S
Gambar 1.1 (a) Proses reversibel, (b) proses siklis.

Suatu sistem yang terisolasi dari lingkungannya, dalam keadaan setimbang memiliki
entropi maksimum. Karena entropinya maksimum, maka proses-proses yang
mungkin dilakukan dalam sistem tersebut adalah proses-proses dengan dS=0 (yang
tidak mengubah entropi). Proses-proses itu tentulah revesibel. Jika sistem itu tidak
dalam keadaan setimbang, maka sistem itu secara alami akan berevolusi dalam arah
di mana entropinya meningkat. Jadi, jika suatu sistem yang terisolasi tidak dalam
keadaan setimbang, maka proses yang paling mungkin terjadi adalah proses dengan
dS  0 .
Tanda sama dengan dipenuhi jika prosesnya reversibel, dan tanda > jika keadaan
awal sistem tidak setimbang; lihat Gambar 1.2. Sehubungan dengan hal di atas, maka
Hukum Kedua Termodinamika diungkapkan sebagai berikut:
Proses-proses yang bisa terjadi dalam suatu sistem terisolasi adalah prosesproses di
mana entropi meningkat atau tetap.
Fenomena transpor seperti difusi molekul dan konduksi termal adalah contoh dari
proses irreverrsibel. Diffusi berlangsung dalam arah di mana konsentrasi menjadi
homogen (entropi maksimum). Proses sebaliknya, perubahan spontan dari keadaan
homogen ke keadaan tidak homogen (penurunan entropi), tidak mungkin terjadi.

9
S S maksimum

t
Gambar 1.2 Perubahan entropi sistem terisolasi ketika berkembang menuju
kesetimbangan.

Jika suatu sistem tidak terisolasi, entropi sistem itu bisa turun dan entropi
sistem-sistem di sekitarnya juga berubah karena ada interaksi antara sistem dan
lingkungannya. Tetapi, jumlah perubahan entropi akan memenuhi dS0. Sebagai
contoh, jika gabungan dua sistem terisolasi dan total entropi: S=S1+ S2, maka
prosesproses yang terjadi di dalam sistem gabungan akan memenuhi dS  dS1 
dS2  0
Entropi salah satu sistem bisa menurun selama proses, namun total perubahan
entropi keseluruhan haruslah positif atau nol.
Siklis Carnot seperti Gambar 1.3 adalah siklus yang terdiri dari dua proses isotermik
(AB dan CD) dan dua proses adiabatik (DA dan BC).
T
A B
T1
T2
D C

S1 S2 S

Gambar 1.3 Siklis Carnot.

Perubahan entropi adalah:

10
Untuk satu siklis, perubahan entropi bersih S siklis=0, sehingga:

Kalor bersih adalah Q=Q1-Q2; ini sama dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
dalam satu siklis. Jadi, W=Q=(T1-T2)(S2-S1). Efisiensi siklis Carnot adalah
perbanding kerja yang dilakukan dengan kalor yang diserap:

Karena Q1=T1SAB=T1(S2-S1), maka

Jadi, efisiensi suatu mesin kalor yang beroperasi secara Carnot (reversibel) tidak
bergantung pada zat yang digunakan dan hanya bergantung pada kedua suhu
reservoir. Inilah yang disebut teori Carnot. Karena tidak bergantung pada zat yang
digunakan maka siklis Carnot adalah siklis yang mempunyai efisiensi paling tinggi.
Salah satu ungkapan dari Hukum Kedua Termodinakia adalah: Tidak mungkin
membuat suatu mesin kalor yang mempunyai efisiensi lebih besar atau sama dengan
efisiensi mesin Carnot.

B. Distribusi Kecepatan Molekul dalam Gas Ideal


Energi suatu molekul adalah jumlah kinetik dan potensial: E=E kin+Epot. Gas
ideal dipandang sebagai sekumpulan molekul dengan jarak antara molekul-molekul
cukup jauh sehingga tidak ada interaksi antar molekul, Epot=0. Oleh sebab itu, energi
suatu molekul gas ideal hanya berbentuk kinetik. Jika gas ideal itu dari molekul-
molekul monoatom, energi kinetiknya hanya dari gerak translasi saja: Ekin = p2 /2m.

11
Tetapi jika gas ideal itu adalah molekul-molekul diatomik, maka energi kinetiknya
selain berasal dari gerak translasi juga dari gerak rotasi dan vibrasi. Agar energi
molekul gas ideal hanya berbentuk kinetik, maka gas itu memerlukan volume yang
cukup besar sehingga tidak ada interaksi antara molekul-molekul. Karena volume
cukup besar maka energi menjadi kontinu.

Ini merupakan rumus Maxwell untuk distribusi energi molekul dalam suatu gas ideal.
Untuk dua harga suhu, distribusi di atas digambarkan seperti Gambar 3.1. Tampak
lebih banyak molekul yang ada pada suhu lebih tinggi. Dengan perhitungan yang
baik, dapat diramalkan pengaruh dari tambahan molekul-molekul itu, dan ramalan
teoretis bisa dibandingkan dengan data eksperimen. Hasil eksperimen sangat sesuai
dengan rumusan dn/dE di atas; hal ini menunjukkan termanfaatkannya statistik
Maxwell-Boltzmann untuk gas.

5000

4500

dn 4000

dE 3500
100K
3000

2500

2000

1500
300K
1000

500

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
E

Gambar. Distribusi energi molekul gas ideal.

12
Berdasarkan rumusan Maxwell tentang distribusi energi molekul dalam gas
ideal, maka rumusan Maxwell tentang distribusi kecepatan molekul bersangkutan
(dn/dv) dapat diturunkan mengingat energi kinetik E=1/2mv2, sehingga dengan

Akan diperoleh:

Gambaran dn/dv sebagai fungsi v diperlihatkan dalam Gambar.


5000

4500

dn 4000 100K

dE 3500

3000

2500

2000

1500 800 K
1000

500

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
v

Gambar. Distribusi kecepatan molekul gas ideal

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara termodinamika, entropi telah didefinisikan melalui hubungan :

Sedangkan secara statistic entropi dirumuskan :

Rumusan distribusi kecepatan molekul dalam gas ideal

B. Saran
Semoga makalah ini dapat digunakan dengan sebaiknya dan penulis juga
menyadari masih terdapat kekurangan dari isi makalah sehingga penulis akan
menerima kritik dan saran dari pembaca.

14
DAFTAR ISI

Abdullah, mikrajuddin.2007. Pengantar Fisika Statistik untuk Mahasiswa.


Bandung
Siregar, rustam. 2012. Fisika Statistik. Departemen Fisika: Universitas
Padjadjaran

15

Anda mungkin juga menyukai