Anda di halaman 1dari 20

1

PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA

OLEH :
TIM DOSEN KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2021

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang Telah
memberikan kita nikmat berupa Ilmu Pengetahuan. Dalam rangka memaksimalkan
Misi “ Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran secara professional di bidang
Farmasi berdasarkan pada Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)”
dan mampu berdaya saing pada tahun 2022, salah satu upaya untuk itu maka
dibuatlah Pegangan Praktikan di dalam Laboratorium yang berdasar pada Mata
Kuliah Kimia Fisika yakni Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika ini diharapkan dapat bermanfaat dan mampu
menunjang kognitif Mahasiswa di dalam Laboratorium terkait bidang Sains khususnya
ilmu Farmasi, dimana tidak lepas dari Pengantar di Mata kuliah terkait yaitu Kimia
Fisika. Setiap Sub Bab pada Penuntun Praktikum ini mengacu pada Kurikulum KKNI,
sehingga lebih sistematis.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika ini terdiri dari pengantar berupa Teori,
tujuan percobaan, alat dan bahan yang digunakan, serta cara kerja yang dapat
memudahkan mahasiswa dalam melakukan praktek laboratorium.
Atas dukungan dan kerja sama Tim Penyusun Penuntun Praktikum Kimia Fisika
ini, kami mengucapkan banyak Terima Kasih.

Wallahul muwafieq ilaa aqwamith Thariq


Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 19 Februari 2021


Penyusun Penuntun Praktikum

Tim Dosen

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


3

TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

1. Setiap mahasiswa yang telah terprogram dalam Mata Kuliah Kimia Fisika,
wajib ikut dalam Praktikum Kimia Fisika,
2. Memakai pakaian rapi dengan baju Laboratorium lengkap dengan Papan
Nama, serta Logo universitas Megarezky Makassar,
3. Ikut serta dalam Asistensi tiap percobaan yang akan dilakukan di
laboratorium.
4. Tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, keterlambatan ditolerir
sampai 10 menit.
5. Membawa segala sesuatu yang terkait dalam kebutuhan praktikum, seperti:
buku penuntun, alat praktikum yang ditentukan, dan syarat masuk Praktikum
(TP),
6. Pemakaian alat dan bahan di dalam Laboratorium harus dengan persetujuan
Asisten dan Laboran.
7. Hal terkait praktikum lainnya dapat didiskusikan dengan Asisten terkait.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


4

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan perbedaan masing-masing Gas Ideal dan Gas Nyata berdasarkan 2


literatur berbeda (bukan blog’s) dan tuliskan link literaturnya!
2. Carilah soal yang menggunakan rumus Persamaan Ideal, kemudian ganti nilai
n (mol)nya dengan jumlah 2 angka terakhir Nim Anda (cth: B1A119001 ke
B1A1190 0+1 ), dan hitung kembali!
3. Sebutkan apakah yang dimaksud Zat-zat yang volatile, berikan pula
contohnya!
4. Jelaskan definisi titik didih!
5. Tuliskan bunyi Hukum Roult, beserta rumus persamaannya!
6. Jelaskan hubungan suhu terhadap Laju reaksi!
7. Gambarkan grafik orde reaksi nol, 1 dan 2, serta Tuliskan persamaan laju
reaksi ordo 0, 1, 2, dan 3!
8. Manakah yang fluiditasnya lebih besar: minyak tanah atau minyak kelapa?
Jelaskan secara singkat!
9. Apakah viskositas suatu fluida selalu berkurang bila suhu dinaikkan? Jelaskan
berdasarkan pemahaman anda!
10. Jelaskan cara kerja alat viscometer terhadap larutan!

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


5

PERCOBAAN 1
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN MASSA JENIS GAS

A. Tujuan
• Menentukan berat molekul suatu senyawa berdasarkan massa jenis Gas
• Memahami rumus persamaan ideal.
B. Teori
Gas yang terdiri atas molekul yang bergerak menurut jalannya yang lurus
ke sehala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Karena molekul gas
selalu bergerak ke segala arah, maka gas yang satu mudah bercampur dengan
gas yang lain (difusi), asal keduanya tidak bereaksi. Semua gas dibagi menjadi
2: Gas ideal dan nyata. Gas ideal merupakan gas yang mengikuti secara
sempurna hukum-hukum gas (Gay Lusac, Boyle, dan sebagainya). Gas nyata
merupakan gas yang hanya mengikuti hukum-hukum gas pada tekanan rendah.
Gas ideal sebenarnya tidak ada, jadi hanya merupakan hipotesis, pada gas
ideal dianggap molekul-molekulnya tidak Tarik menarik dan volume
molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas itu sendiri atau ruang yang
ditempati. Sifat gas ideal hanya didekati oleh gas beratom satu pada tekanan
rendah dan temperatur yang relatif tinggi (Sukardjo, 1989)
Gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang
sederhana ialah PV = n.R.T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat
dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan
yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat
molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan
pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan
rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang
sangat besar. Suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah
dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan berkurang
tetapi perbandingan densiti dan tekanan atau akan tetap, sebab berat total
W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan
persamaan berikut :
PV = RT
M = RT = RT

Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur
tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan
udara tersebut. Kejenuhan udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila
V adalah volume dari W gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat
mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka
tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal :
P = RT
(Respati, 1992).

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


6

Pendekatan yang lebih langsung untuk menetapkan BM dibandingkan


metode Cannizaro adalah menggunakan persamaan gas ideal untuk tujuan
ini perlu mengubah persamaan itu sedikit. Jumlah mol gas yang biasanya
dinyatakan dengan n adalah sama dengan massa gas, m dibagi oleh massa
molar, µ (satuannya gr/mol). Jadi n = m/µ. BM tidak bersatuan, secara
numeris sama dengan massa molar PV =
Dimana :

µ menentukan BM gas

persamaan µ = diperlukan pengukuran volume (v) yang dipunyai oleh suatu


gas yang diketahui massanya (m) pada suhu (T) dan tekanan (P) tertentu.
Bentuk dari persamaan gas ideal yang µ = tidak terbatas untuk menentukan
BM, tapi dapat digunakan dalam berbagai penggunaan lain dimana jumlah gas
diberi atau dicari dalam bentuk gram bukan mol (Petruci, 1996).

Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dari persamaan gas ideal
di dapat:

PV = n.R.T…………………………(1)

atau

PV = RT………………….(2)

dengan mengubah persamaan (2) akan diperoleh:

P (BM) = RT……………(3)

P (BM) = ρ R T

Dimana :
BM = berat molekul (gr/mol)
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
T = suhu (˚K)
n = mol
ρ = massa jenis gas (Kg/m3)
R = konstanta gas = 0,08206 liter mol-1K-1

Persamaan itu merupakan hubungan antara dua variable sampel suatu


zat, dan disebut persamaan keadaan gas sempurna.

Zat-zat yang volatile adalah senyawa kovalen dengan titik didihnya


rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang menguap. Bila
suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari 100 ˚C ditempatkan
dalam Erlenmeyer tertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian
tutupnya, kemudian labu Erlenmeyer dipanaskan sampai 100 oC, maka cairan
tadi akan menguap dan mendorong udara yang labu erlenmeyer tersebut

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


7

keluar melalui lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar akhirnya uap itu
sendiri yang akan keluar, sampai uap itu akan berhenti keluar ketika sama
dengan tekanan udara luar. Pada kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer
hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfir,
volumenya sama dengan labu erlenmeyer dan suhu sama dengan titik didih air
dalam penangas air (kira-kira 100 oC). Labu erlenmeyer ini kemudian diambil
dari penangas air, dinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat
didalamnya dapat diketahui. Kemudian menggunakan persamaan (3) berat
senyawa dapat ditentukan (Tim kimia fisik. 2009).

Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyatakan bahwa


perbandingan :
adalah konstan.

dimana n = konstant

Gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan


pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar. Gas hipotesis yang
dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan
tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas
ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal. Pada tekanan yang
relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua
gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat
dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).

C. Prosedur Percobaan
Alat dan Bahan
▪ Erlenmeyer 100 mL
▪ Gelas piala besar
▪ Aluminium voil
▪ Karet gelang
▪ Jarum
▪ Neraca analitik
▪ Desikator
▪ Cairan Volatil (etanol/kloroform)
Cara Kerja
1. Ambil sebuah erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup
dengan aluminium voil kencangkan dengan karet yang seperti terlihat
dalam gambar.
2. Timbang dengan neraca analitik
3. Masukkan ± 5 mL cairan volatile kedalam erlenmeyer, kemudian tutup
kembali dengan alumunium voil, kencangkan dengan karet sehingga
tutup ini bersifat kedap gas. Lalu dengan menggunakan sebuah jarum
buatlah sebuah lubang kecil pada tutupnya agar gas dapat keluar,
4. Rendam erlenmeyer dalam penangas air bersuhu ± 100°C, sehingga
bagian bawahnya 1,5 cm dari alumunium voil biarkan semua cairan
volatile menguap. Catat suhu penangas air.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


8

5. Setelah semua cairan menguap dalam erlenmeyer pemanasan


dihentikan. keringkan dari air yang melekat pada bagian luar, lalu
dinginkan (dapat dimasukkan dalam desikator jika ada_Udara akan
masuk lagi ke dalam Erlenmeyer jadi cair).
6. Timbang erlenmeyer dingin dengan menggunakan neraca analitik
(ditimbang bersaaan dengan tutup aluminium dan gelang karetnya)
7. Tentukan volume Erlenmeyer dengan mengisinya dengan air sampai
penuh,
8. Ukur massa jenis yang terdapat dalam erlenmeyer tersebut.
9. Ukur suhu air yang terdapat dalam Erlenmeyer, volume air bisa diketahui
bila massa jenis air pada suhu air dalam Erlenmeyer, dengan
menggunakan rumus:

ρ = m/V

dimana:
ρ = massa jenis gas (Kg/m3)
m = massa 1 partikel gas (Kg)
V = volume gas (m3)

10. Ulangi Langkah 1-9 dengan mengganti larutan volatile lainnya.

Hasil dan Perhitungan


- Massa erlenmeyer + aluminium voil + karet gelang = ………… g
- Massa erlenmeyer + aluminium voil + karet gelang + cairan X = ……… g
- massa cairan x =……… g
- Massa erlenmeyer =……… g
- Massa erlenmeyer + air =……… g
- Suhu penangas air =………..°C
- Suhu air =………..°C
- Tekanan udara (sama dengan tekanan uap cairan) =………. atm

Perhitungan
1. Hitung volume erlenmeyer dengan menggunakan massa jenis air
(g/cm3)
2. Hitung massa jenis gas dengan menggunakan massa cairan (x) dan
volume erlenmeyer (pada suhu penangas air dan tekanan atmosfir)
3. Hitung berat molekul cairan (x) dengan menggunakan persamaan gas
ideal.
Tugas
1. Apa hubungan antara sifat volatile zat terhadap massa jenisnya?
Jelaskan!
2. 100 mL udara memiliki massa 0,12 g, tentukan massa jenis udara
tersebut!
3. Hitung berat molekul cairan (BM) soal no.2 dengan menggunakan
persamaan gas ideal

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


9

PERCOBAAN 2
PENENTUAN TITIK DIDIH CAMPURAN BERDASARKAN HUKUM ROULT

A. Tujuan
• Menentukan pengaruh komposisi titik didih campuran
• Memperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap
campuran
B. Teori
Larutan merupakan campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut,
dimana jumlah zat terlarut cenderung lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah zat pelarutnya. Dalam ilmu kimia, pelarut tidak selalu air. Ada pelarut
lain seperti alkohol, kloroform, benzene dan lainnya. Pelarut atau cairan
apapun dan larutan, dapat ditentukan tekanan uapnya, Tekanan uap jenuh
pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap jenuh larutannya (pelarut +
terlarut), sehingga perubahan tekanan uap jenuh adalah:

ΔP = P˚ - P

Perubahan tekanan uap jenuh larutan terjadi akibat penambahan zat terlarut
dapat, hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

ΔP = Xt . P˚

Karena : Xt + Xp = 1, maka : P = Xp . P˚

Ingat :
mol terlarut
Fraksi mol zat terlarut (Xt)=
mol terlarut+ mol pelarut

mol pelarut
Fraksi mol zat pelarut (Xp) =
mol terlarut+ mol pelarut

Dimana :
ΔP = perubahan/penurunan Tekanan Uap
P˚ = tekanan Uap Jenuh Pelarut Murni
P = tekanan Uap Larutan
Xt = fraksi Mol Zat Terlarut
Xp = fraksi Mol Zat Pelarut

Larutan dikelompokkan menjadi dua bagian bila ditinjau dari kekuatan


relatif dari gaya tarik-menarik antara molekul pelarut dan terlarutnya, yaitu
larutan ideal dan larutan non ideal. Larutan ideal didefenisikan sebagai
larutan yang memiliki interaksi tarik menarik antara molekul-molekul sama
dengan interaksi tarik-menarik molekul-molekul dari pelarut dan terlarutnya.
Ciri-ciri larutan ideal adalah sebagai berikut:

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


10

▪ Memenuhi Hukum Raoult.


▪ Homogenitas: Pada seluruh kisaran komposisi dari sistem selalu homogen.
Fraksi mol nol sampai dengan satu (0<x<1).
▪ Entalpi pembentukan: ΔH campuran = 0, artinya tidak ada perubahan
entalpi sebelum dan sesudah pencampuran.
▪ Volume campuran:, ΔV campuran = 0, artinya tidak terjadi perubahan
volume sebelum dan sesudah pencampuran.

Francois-Marie Raoult (1880) mempelajari tekanan uap larutan. Raoult


merumuskan Hukum yang berbunyi: “Tekanan uap pelarut (PA) pada
permukaan larutan besarnya sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut
murni (PoA) dengan fraksi mol pelarut di dalam larutan (XA)”. Secara
matematika, hukum ini dapat ditulis sebagai :

PA = XA . P˚A

Pada campuran dengan zat terlarut yang bersifat mudah menguap (volatil),
tekanan uapnya dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

PB = XB . P˚B

C. Prosedur Percobaan
Alat dan Bahan
▪ Alat Refluk 250 mL
▪ Hot plate
▪ Corong
▪ Termometer 100 ˚C
▪ Gelas ukur 10 ml
▪ Etil Asetat 1M, 20 ml
▪ Toluene 1M, 20 ml

Cara Kerja
1. Siapkan Refluk, lalu pasang alat refluk dengan benar (labu leher dua 250
ml. pemanas dan kondensor dirangkai dan termometer dicelupkan
ditengah larutan tanpa menyentuh labu dan setiap kali larutan
ditambah, pemanas dimatikan).
2. Ambil 10 ml etil asetat, lalu masukkan ke dalam labu dan dipanaskan
hingga mendidih. Catat titik didih!
3. Tambahkan Toluene sebanyak 2 ml hingga 10 ml dan dipanaskan. Catat
titik didih nya!
4. Campuran larutan dipindahkan ke wadah kosong dan ditutup.
5. Ambil 10 ml toluene, lalu masukkan ke dalam labu dan dipanaskan hingga
mendidih. Catat titik didih!
6. Ambil Etil asetat, lalu tambahkan sebanyak 2 ml hingga 10 ml dan
dipanaskan. Catat titik didih!

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


11

Lembar Kerja
Larutan Volume Suhu (˚C)
Etil Asetat
Toluen
….
….
….
….

Tugas
1. Tekanan uap larutan adalah 53,17 mmHg. Jika tekanan uap air murni
pada suhu tersebut 55,3 mmHg, berapakah fraksi mol nya?
2. Hitunglah tekanan uap larutan jika 5 mol zat cair etil asetat
dicampurkan dengan 6 mol zat cair nonvolatil. Diketahui tekanan uap
jenuh zat cair volatile murni pada suhu tersebut adalah 80 mmHg!

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


12

PERCOBAAN 3
KINETIKA REAKSI

A. Tujuan
• Menentukan laju reaksi
• Menentukan perubahan pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
B. Teori
Kinetika reaksi disebut juga sebagai laju reaksi. Laju reaksi merupakan laju
bertambahnya konsentrasi produk dan berkurangnya konsentrasi reaktan tiap
satuan waktu. Bila suatu reaksi dinyatakan:

Δ [A] Δ [B]
A → B, maka: VA = − dan VB = +
dt dt

Dalam kinetika reaksi, pengelompokan reaksi meliputi reaksi elementer dan


reaksi kompleks. Reaksi elementer merupakan langkah reaksi tunggal. Ketika
hanya satu molekul yang terlibat (A → P) reaksi elementer merupakan
unimolekular dengan hukum laju satu orde atau tingkat (laju = k [A] x dalam
hal ini x adalah orde terhadap A).
Jika dua molekul reaktan yang terlibat (A + B → P) reaksi elementer
adalah bimolekular dengan hukum laju dua orde atau tingkat (laju = k [A] x
[B]y dalam hal ini x adalah orde terhadap A dan y adalah orde terhadap B).
Sedangkan reaksi kompleks merupakan reaksi yang berlangsung melalui lebih
dari satu langkah reaksi elementer konstituen. Reaksi Unimolekular, reaksi
berantai, reaksi katalitik dan enzim merupakan contoh reaksi yang kompleks.
Laju reaksi dapat disusun dalam sebuah persamaan laju. Pada persamaan
laju reaksi, konsentrasi digunakan adalah konsentrasi reaktan pada sebuah
reaksi. Untuk reaksi penguraian A menjadi B misanya, maka reaksinya adalah
A → B, persamaan lajunya adalah V= k [A]x. Untuk reaksi yang berlangsung 2
atau beberapa tahap, maka laju reaksi yang dapat ditentukan adalah reaksi
yang berlangsung lambat. Sebagai contoh pada tahap penguraian ozon (O 3):
(1) O3 → O2 + O (Reaksi Cepat)
(2) O3 + O → 2O2 (Reaksi Lambat)

Maka reaksi yang menetukan persamaan laju adalah reaksi (2), dengan
persamaan laju sebagai berikut: V= k [O3]x[O]y.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


13

Secara umum, persamaan laju dirumuskan:


V = k [Reaktan]Orde
dimana:
V = Laju reaksi (M/s)
K = Tetapan laju reaksi
[Reaktan] = Konsentrasi reaktan (M)
Orde = Tingkat Reaksi

Harga tetapan laju reaksi (k) merupakan sifat dari reaksi, yang tergantung
pada suhu bukan pada konsentrasi. Satuan k bergantung orde reaksinya. Orde
reaksi secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu orde nol, satu
dan dua. Namun tidak menutup kemungkinan ada reaksi selain 0, 1, 2. Secara
umum, orde reaksi digambarkan sebagai berikut:

Ket:
▪ Orde reaksi nol menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


14

▪ Orde reaksi pertama menunjukkan bahwa konsentrasi sebanding


dengan laju reaksi (a).
▪ Orde reaksi kedua menunjukkan bahwa kuadrat konsentasi adalah
nilai laju reaksi (b).
Hukum Laju Terintegrasi & penentuan orde paruhnya:

C. Prosedur Percobaan
Alat dan Bahan
▪ Gelas ukur 250 mL
▪ Stop watch
▪ Erlenmeyer 500 mL
▪ Penangas
▪ Termometer 100 ˚C
▪ Pipet Volum 50 ml
▪ Aquades
▪ Na2S2O3 0,25 M
▪ HCl 1M

Cara Kerja
1. Ambil 50 ml natrium tiosulfat 0,25 M, lalu masukkan kedalam gelas ukur
(alas gelas ukur harus kertas putih yang diberi tanda “X”, dengan
permukaan yang rata).
2. Ambil 2 ml HCL 0,5 M lalu masukkan kedalam gelas ukur berisi natrium
tiosulfat tersebut (tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan stop
watch).
3. Aduk larutan agar pencampuaran menjadi merata (amati apa yang
terjadi).
4. Catat waktu yang diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat
diamati dari atas.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


15

5. Ukur dan catat suhu larutan setiap 30 detik hingga detik ke180.
6. Ulangi langkah 1-5 dengan mengubah volume larutan tiosulfat (untuk
75 mL, 100 mL, 125 mL)

Lembar kerja
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
Volume Na2S2O3 Volume HCl
Waktu (s) Suhu (oC)
(0,25 M) (0,5 M)
50 mL 2 mL 30
60
90
120
150
180
75 mL 2 mL 30
60
90
120
150
180

Tugas

[A] (M) [A] (M) Laju reaksi (Ms-1)


1,5 1,5 8,54 x 10-6
3,0 1,5 3,42 x 10-6
4,5 1,5 2,00 x 10-6
1,5 3,0 1,71 x 10-6

Tentukan:
a. Persamaan laju reaksi
b. Nilai tetapan laju reaksi

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


16

PERCOBAAN 4
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

A. Tujuan
• Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald
• Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.
B. Teori
Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal sebagai
viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu
lapisan fluida terhadap suatu lapisan yang lainnya.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan ialah metoda kapiler
dari Poiseuille. Pada metode ini diukur waktu t, yang diperlukan oleh
sevolume tertentu cairan V, untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah
pengaruh tekanan penggerak, P yang tetap. Dalam hal ini, untuk cairan yang
mengalir dengan aliran laminar, persamaan Poiseuille dinyatakan sebagai
berikut:

π𝑅 4 Pt
ղ=
8VL

dengan R dan L masing-masing ialah jari-jari dan panjang pipa kapiler. Metode
Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseuille.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya
tarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap
dalam kedudukan setimbang,maka sebelum suatu lapisan molekul dapat
melewati lapisan molekul yang lainnya diperlukan suatu energi tertentu.
Sesuai dengan hokum distribusi Maxwell-Boltzman, jumlah molekul yang
memiliki energi yang diperlukan untuk mengalir dihubungkan dengan faktor
e-E/RT . Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan
dengan persamaan empirik.

η = AeE/RT atau ln η = (E/RT ) + ln A

Dengan:
A = tetapan yang sangat bergantung pada massa molekul relatif dan volume
molar cairan, dan
E = energy ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran.

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


17

Untuk cairan tak terdissosiasi. Batschinski mengemukakan persamaan


empirik,
c
η= atau ν = b + c/ η = b + cφ
v−b

ket:
b dan c tetapan yang bergantung pada jenis zat cair, dan
ν adalah volume jenis dalam cm3/g.
Ditemukan bahwa tetapan b praktis identik dengan tetapan van der waals
cairan yang bersangkutan.
C. Prosedur Percobaan
Alat dan Bahan
▪ Viskometer Ostwald
▪ Thermostat
▪ Stopwatch
▪ Pipet ukur 25 ml
▪ Piknometer (jk neraca Westphal tdk tersedia)
▪ CCl4, Aseton, Benzena, Gliserol, Sabun cair, masing-masing 20 ml
▪ Air suling sebagai cairan pembanding
Cara Kerja
1. Bersihkan viscometer yang akan digunakan
2. Letakkan viscometer dalam thermostat pada kondisi vertical
3. Pipet sejumlah tertentu (10-15 mL) cairan kedalam reservoir A sehingga
kalau cairan ini dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis
m, reservoir A kira-kira masih tersisih setengahnya.
4. Atur thermostat pada suhu yang dikehendaki. Biarkan Viskometer dan
isinya selama 10 menit untuk mencapai suhu thermostat.
5. Dengan mengisap atau meniup (melalui sepotong selang karet) bawa
cairan ke B sampai sedikit di atas garis m. Kemudian biarkan cairan
mengalir secara bebas. Catat waktu yang diperlukan cairan untuk
mengalir dari m ke n. Lakukan pengerjaan ini beberapa kali.
6. Tentukan rapat massa cairan pada suhu yang bersangkutan dengan
piknometer dan neraca westphal.
7. Lakukan pengerjaan 1 sampai dengan 6 di atas, untuk cairan pembanding
(air suling). Gunakan viscometer yang sama.
Lembar kerja
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


18

Tugas
1. Apakah yang dimaksud bilangan Reynold? dan bagaimanakah
hubungannya dengan aliran laminar? Jelaskan dengan Bahasa yang Anda
pahami
2. Sebutkan cara lainnya yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas
cairan! Jelaskan!

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


19

PERCOBAAN 5
JARI-JARI MOLEKUL PADA VISKOSITAS CAIRAN

A. Tujuan
• Menentukan laju reaksi
• Menentukan perubahan pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
B. Teori
Einstein menurunkan sebuah persamaan hubungan antara volume zat
terlarut dengan viskositas larutan, yaitu :
η/ηo = 1 + 2,5θ

η = viskositas larutan
ηo = viskositas pelarut
θ = fraksi volume zat terlarut (dengan menganggap partikel zat terlarut
berbentuk bola)
Apabila persamaan Einstein tadi disusun kembali akan diperoleh:

η/ηo = 1 + 6,3 x 1021 r3C

r = Jari – jari molekul zat terlarut dalam cm (disini dianggap bahwa partikel
zat terlarut dalam bentuk bulat, sehingga volumenya sama dengan 4/3
πr3. Pada kenyataannya sangat jarang ditemui partikel zat terlarut dalam
bentuk bulat. Jadi yang akan ditentukan dalam percobaan ini adalah jari-
jari efektif dengan anggapan bahwa partikel zat berbentuk bulat).
C = konsentrasi partikel(molekul) zat terlarut dalam satuan mol/liter
Viskositas dapat diukur dengan menggunakan viscometer Ostwald (ataupun
yang lain). Biasanya viskositas ditentukan dengan jalan membandingkan
waktu alir larutan dengan waktu alir pelarut (air). Viskositas larutan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

η/ηo = td/t0d0

η dan η0= viskositas larutan dan pelarut


t dan t0 = waktu alir larutan dan pelarut
Alat dan Bahan
▪ Viskometer Ostwald
▪ Pipet 10 mL
▪ Buret 50 mL 2 buah
▪ Erlenmeyer 100 ml 4 buah
▪ Stopwatch
▪ Penangas air

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ


20

▪ Gliserol
▪ Alkohol dan aseton

Cara Kerja
1. Siapkan larutan gliserol dengan konsentrasi 1,0 ; 0,75; 0,50; dan 0,25
M
2. Bersihkan viskometer dengan alkohol dan aseton
3. Ke dalam viskometer dimasukkan 5 mL larutan gliserol dengan pipet
(harus tepat). Kemudian viskometer ditempatkan dalam penangas air
dan biarkan suhu setimbang.
4. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak
antara dua tanda yang terdapat pada viskometer (waktu alir). Ulangi
sampai 3 kali dengan catatan perbedaan waktunya tidak lebih dari 0,5
detik.
5. Bersihkan viskometer dan ukur waktu alir larutan gliserol yang lain.
Lembar kerja
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

฀ Penuntun Praktikum Kimia-Fisika UNIMERZ

Anda mungkin juga menyukai