KATA PENGANTAR
minuman, obat tradisional sedian non steril dan kosmetik hingga uji sensitivitas
dan potensi antibiotik. Penuntun praktikum ini merupakan acuan atau panduan
Makassar, 2019
Penulis
2
KARTU KONTROL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
NAMA :
Poto
NIM :
3x4
KELOMPOK :
KELAS :
FOTO
3X4
Makassar , 2019
Penanggung Jawab Praktikum Mikrobiologi terapan
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
4
PRAKTIKUM I
5
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Contoh sampel yang digunakan.
2. Medium NA (Natrium Agar), PDA (Potato Dekstrosa Agar), LB (Lactosa
Broth), PW (Pepton Water), TSB (Triptic Soy Broth), SCB (Slenite Cystine
Broth), EMBA (Eosin Methyln Blue), VJA (Vogel Johnsen Agar), SSA
(Salmonella Shigella Agar) dan CETA (Cetremi Agar), BTB (Brom Timol
Blue) dan Air Steril.
3. Cawan petri steril, tabung reaksi steril, pipet tetes, spoit dan Bunsen.
Cara Kerja :
Penyiapan Sampel
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Untuk sampel padatan digerus sampai halus, kemudian ditimbang sebanyak 10
mg, untuk sampel cair dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam botol
pengenceran 10-1 yang telah berisi aquadest 9 ml yang telah disterilkan, lalu
dihomogenkan.
4. Dari botol pengencer 10-1 diambil 1 ml sampel lalu dimasukkan ke dalam botol
pengencer 10-2, berturut-turut hingga 10-3, 10-4.
Pengujian Sampel
A. Pengujian Kuantitatif
ALT Bakteri
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3, 10-4,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
6
4. Dituang medium NA hingga menutupi semua dasar cawan petri.
Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri secara perlahan
membentuk angka 8 lalu dibiarkan memadat.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati dan
dihitung jumlah koloni bakteri.
ALT Kapang
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-1, 10-2, 10-3,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
4. Dituang medium PDA hingga menutupi semua dasar cawan petri.
Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri secara perlahan
membentuk angka 8 lalu dibiarkan memadat.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 3x24 jam. Diamati dan
dihitung jumlah koloni bakteri.
B. Pengujian Kualitatif
Pengujian Escherichia coli
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3, 10-4,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang
berisi 9 ml medium LB dan tabung Durham, ditetesi 1-3 tetes BTB.
4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri
tabung di ikat dengan karet.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati jika
timbul gas dan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning maka
positif untuk Escherichia coli.
7
Pengujian Staphylococcus aureus
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3, 10-4,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang
berisi 9 ml medium PW.
4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri
tabung di ikat dengan karet.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati jika
timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk Staphylococcus aureus.
8
3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3, 10-4,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang
berisi 9 ml medium SCB.
4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri
tabung di ikat dengan karet.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati jika
timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk Salmonella thypi.
C. Pengujian Lanjutan
Pengujian Escherichia coli
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alkohol 70%.
3. Dituang medium EMBA ke dalam cawan petri steril sehingga tertutupi
dasarnya dan dibiarkan memadat.
4. Dengan ose bulat steril diambil sampel uji positif dari medium LB dan
digoreskan pada medium EMBA.
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati jika
timbul koloni merah dalam hijau metalik maka positif untuk Escherichia
coli.
9
5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati jika
timbul koloni hitam dan zona bening maka positif untuk Staphylococcus
aureus.
10
Tabel Pengamatan :
1. ALT Bakteri
∑ Koloni
No. Sampel
10-1 10-2 10-3
1.
2.
3.
4.
2. ALT Kapang
∑ Koloni
No. Sampel -2
10 10-3 10-4
1.
2.
3.
4.
Sampel
No. Bakteri Uji Medium
Escherichia LB
1.
coli EMBA
Staphylococcus PW
2.
aureus VJA
Pseudomonas TSB
3.
aeruginosa. CETA
Salmonella SCB
4.
thypi SSA
≠ = Tidak dilakukan
11
PRAKTIKUM II
12
kimia murni memang seragam, tetapi campuran berbagai bahan belum tentu
serba sama.
6. Tidak bergabung dengan bahan organik. Banyak desinfektan bergabung
dengan protein atau bahan organik lain. Apabila desinfektan semacam itu
digunakan di dalam keadaan yang banyak mengandung bahan organik, maka
sebagian besar dari desinfektan itu akan menjadi aktif.
7. Aktivitas antimikrobal pada suhu kamar atau suhu tubuh. Tidaklah perlu
menaikkan suhu sampai di atas suhu yang biasanya dijumpai di lingkungan
tempat diinginkannya senyawa itu.
8. Kemampuan untuk menembus. Kecuali bila substansi itu dapat menembus
permukaan, maka aksi antimikrobalnya hanya terbatas pada situs aplikasinya
saja.
9. Tidak menimbulkan karat dan warna.
10. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
11. Berkemampuan sebagai deterjen.
12. Ketersediaan dan biaya. Senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar dengan
harga pantas.
13
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Contoh sampel yang digunakan.
2. Medium NB, bakteri Staphylococcus aureus.
3. Cawan petri, tabung reaksi steril, pipet tetes, spoit dan bunsen.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Sediakan 8 tabung reaksi steril, dimana tabung 1 diisi dengan 9,5 ml medium
NB steril dan tabung 2-8 diisi dengan 5 ml NB steril.
3. Ditambahkan dalam tabung 1 sebanyak 0,5 ml sampel yang diujikan, sehingga
diperoleh pengenceran 1 : 20.
4. Dari tabung 1 diambil 5 ml dan dimasukkan dalam tabung 2, dicampur hingga
homogen.
5. Dari tabung 2 diambil 5 ml dimasukkan dalam tabung 3, dilakukan hal yang
sama sampai tabung ke 6. Setelah homogen diambil 5 ml dari tabung 6 dan
disimpan dalam wadah lain/dibuang.
6. Ditanam ke dalam tabung 1-6 sebanyak 1 ose/ 0,02 ml bakteri suspensi biakan
bakteri.
7. Untuk tabung 7 digunakan sebagai kontrol positif dimana hanya berisikan
medium NB 5 ml dan 1 ose/ 0,02 ml bakteri, sedangkan tabung 8 digunakan
sebagai kontrol negatif yang berisikan medium NB 5 ml dan 0,5 ml sampel
yang diujikan.
8. Di inkubasi selama 1x24 jam semua tabung pada suhu 37°C pada inkubator,
amati kekeruhan pada tiap tabung.
14
Tabel Pengamatan :
Pengenceran
No. Sampel Klp
Kontrol + Kontrol -
1.
2.
3.
Gambar Pengamatan
Sampel :
Medium :
Biakan :
Ket : a : Kapas (penutup)
b : Medium
c : Pengamatan (ada tidaknya kekeruhan)
15
PRAKTIKUM III
KOEFISIEN FENOL
Pada saat ini telah banyak beredar dan ditawarkan berbagai macam
desinfektan kepada konsumen. Desinfektansia secara umum diartikan sebagai
pembasmi mikroorganisme terutama ditujukan kepada benda mati. Pada
penandaannya yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara penggunaan
produk yang sesuai sebagai bahan untuk desinfeksi. Namun demikian banyak pula
produk desinfektansia yang membuat cara-cara penggunaan dan komposisinya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka setiap bahan dan sediaan
desinfektansia perlu dilakukan pengawasan secara laboratorium untuk melindungi
konsumen dari pemalsuan sediaan tersebut. Menurut SNA 06-1872-1990, syarat
mutu cairan desinfektan sebagai pembersih lantai dan lain-lain adalah koefisien
fenol, pH, kelarutan dalam air sadah, dan daya memucatkan sebagai indikator
kekuatan desinfektan dalam membasmi mikroorganisme adalah koefisien fenol.
Josep Lister (1817) menggunakan desinfektan yang mengandung
persenyawaan fenol yaitu asam karbol untuk desinfeksi peralatan bedahnya pada
saat melakukan operasi. Sampai sekarang pun sebagai larutan baku penentu
keampuhan desinfektansia, sehingga dikembangkan metode untuk pengujian
kekuatan desinfektansia dengan uji koefisien fenol.
Nilai koefisien fenol adalah perbandingan pengenceran tertinggi
desinfektansia dengan pengenceran tertinggi baku fenol 5 %, dimana pengenceran
tersebut dapat mematikan bakteri uji dalam kontak waktu 10 menit, tetapi tidak
mematikan bakteri uji dalam kontak waktu 5 menit. Mikroorganisme yang di
pakai menurut FDA adalah galur Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus
yang khas.
16
Rumus Koefisien Fenol
17
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Contoh sampel yang digunakan berdasarkan uji MIC.
2. Medium NB, kultur bakteri Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus,
larutan fenol, dan es batu/air es.
3. Tabung reaksi steril, pipet tetes, spoit, stopwatch, ose dan bunsen.
Cara Kerja :
Pembuatan Larutan Baku Fenol 5 %
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Ditimbang fenol sebanyak 0,5 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml.
3. Dibuat pengenceran baku fenol dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 :
80, 1 : 90, dan 1 : 100 untuk deret 1.
4. Untuk deret I, II, III disiapkan tabung reaksi masing-masing 3 yang berisi 5 ml
medium Nutrient Broth (NB).
5. Pada deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose/ 0,02 ml pada tabung
1 kemudian didiamkan selama 30 detik.
6. Setelah 30 detik dilakukan hal yang sama pada tabung 2, didiamkan 30 detik
dan dilanjutkan untuk tabung 3 pada deret I. Kemudian diistirahatkan selama 3
menit di wadah yang berisi air es.
7. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.
8. Ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal sama dilakukan pada tabung
ke-3 kemudian diistirahatkan selama 3 menit di wadah yang berisi air es.
9. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik.
10. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2
deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal sama dilakukan pada tabung
18
ke-3 dari deret III. Kemudian diistirahatkan selama 3 menit di wadah yang
berisi air es.
11. Semua tabung di inkubasi dalam incubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
Di amati perubahan yang terjadi berupa kekeruhan medium atau terbentuknya
endapan.
19
9. Semua tabung di inkubasi dalam incubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
Di amati perubahan yang terjadi berupa kekeruhan medium atau terbentuknya
endapan.
Tabel Pengamatan :
Desinfektan
Lama Kontak
No. Pengenceran
5 menit 10 menit 15 menit
1.
2.
3.
4.
5.
Fenol 5 %
Lama Kontak
No. Pengenceran
5 menit 10 menit 15 menit
1.
2.
3.
20
Gambar Pengamatan
Deret
Keterangan :
Deret ke …..
Tabung ke …
( - ) = Jernih (# tumbuh)
( + ) = Keruh (ada pertumbuhan)
1. Sumbat Kapas
2. Tabung Reaksi
3. Medium
4. Kolom Bakteri
21
PRAKTIKUM IV
UJI STERILITAS
22
dikendalikan maka tergolong sebagai ruangan steril. Sehingga perlu dilakuan
pencegahan, atau pengendalian dari kontaminasi mikroorganisme yang dapat
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung proses industri farmasi
atau produk yang dihasilkan oleh industri farmasi.
Selain ruangan yang harus steril, alat-alat kesehatan dan porsenil juga
sangatlah penting. Hal ini mengingat tentang keberhasilan suatu produk farmasi
dalam industri farmasi yang dipengaruhi oleh kondisi alat, proses pembuatan dan
porsenilnya sendiri.
23
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Medium NA dan PDA steril.
2. Cawan petri steril, spoit steril, dan bunsen.
Cara Kerja :
Penyiapan Medium
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Cawan petri steril diisi dengan medium NA dan PDA cair secara aseptik
sebanyak kurang lebih 10 ml, lalu dibiarkan memadat.
3. Semua cawan petri yang berisi medium NA di inkubasikan terbalik dengan
suhu 37°C selama 1x24 jam pada inkubator sedangkan untuk medium PDA
pada suhu kamar selama 3x24 jam.
4. Cawan petri yang tidak mempunyai mikroba digunakan untuk uji sterilitas
ruangan.
24
3. Enkas
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Cawan petri steril yang berisi medium NA dan medium PDA tutupnya
dibuka 1/3 bagian, didamkan selama 15 menit.
c. Cawan petri steril tersebut diinkubasikan terbalik pada inkubator bersuhu
37°C selama 1x24 jam. Diamati ada tidaknya koloni mikroba.
3. Enkas
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Cawan petri steril yang berisi medium NA dan medium PDA tutupnya
dibuka 1/3 bagian, didamkan selama 15 menit.
c. Cawan petri steril tersebut diinkubasikan terbalik pada inkubator bersuhu
37°C selama 1x24 jam. Diamati ada tidaknya koloni mikroba.
25
Tabel Pengamatan :
Ruangan Uji
Gambar Pengamatan
Pengujian Pertama
koloni koloni
Lampu UV Lampu UV
26
Pengujian Kedua
koloni koloni
Lampu UV Lampu UV
27
PRAKTIKUM V
28
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Medium NA dan GNB atau NB steril.
2. Suspensi bakteri uji Vibrio sp., Salmonella thypi, Escherichia coli,
Streptococcus mutans, dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Sampel Ampicillin®, Ciprofloxacin®, Kloramfenikol®, Rifampisin®, Sabun
Mandi, Alkohol 70%, Sabun Cuci Piring dan Hand sanitaizer.
4. Cawan petri steril, spoit steril, ose, vial steril, botol, piper disk dan bunsen.
Cara Kerja :
Peremajaan Mikroba Uji
1. Diambil bakteri dan biakan murni masing-masing satu ose kemudian
diinokulasikan pada medium cair (Medium GNB atau NB).
2. Di inkubasi pada suhu 37°C pada inkubator selama 1x24 jam.
3. Mikroba hasil peremajaan disuspensikan dengan larutan NaCl 0,9% steril.
4. Mikroba tersebut diukur transmitannya menggunakan spektofotometer dengan
panjang gelombang 580 nm pada 25% T untuk bakteri, sebagai blanko
digunakan larutan NaCl 0,9% steril.
5. Bakteri tumbuh disimpan pada lemari pendingin sebagai stok mikroba uji.
29
4. Suspensi biakan bakteri diambil sebanyak 20 µl/ l ose dan dimasukkan ke
dalam vial steril yang berisi dengan medium NA kemudian dituang kedalam
cawan petri steril, dihomogenkan dan biarkan memadat.
5. Medium NA dibiarkan memadat, piper disk yang telah dimasukkan ke dalam
suspensi antibiotik diambil dan diletakkan dipermukaan medium NA yang
telah memadat dalam cawan petri.
6. Cawan petri dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
7. Diameter zona hambatannya (bening) diamati dan diukur.
30
Tabel Pengamatan :
Bakteri Uji
Gambar Pengamatan
A
B
Bakteri :
31
PRAKTIKUM VI
32
Pengujian
Bahan dan Alat :
1. Medium NA dan GNB atau NB steril.
2. Suspensi bakteri uji Salmonella thypi, Escherichia coli, Streptococcus mutans,
dan Pseudomonas aeruginosa. Sampel Kloramfenikol.
3. Cawan petri steril, spoit steril, ose, vial steril, botol, piper disk dan bunsen.
Cara Kerja :
Peremajaan Mikroba Uji
1. Diambil bakteri dan biakan murni masing-masing satu ose kemudian
diinokulasikan pada medium cair (Medium GNB atau NB).
2. Di inkubasi pada suhu 37°C pada inkubator selama 1x24 jam.
3. Mikroba hasil peremajaan disuspensikan dengan larutan NaCl 0,9% steril.
4. Mikroba tersebut diukur transmitannya menggunakan spektofotometer dengan
panjang gelombang 580 nm pada 25% T untuk bakteri, sebagai blanko
digunakan larutan NaCl 0,9% steril.
5. Bakteri tumbuh disimpan pada lemari pendingin sebagai stok mikroba uji.
33
Pengujian Sensitivitas Antimikroba
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Medium NA dimasukkan 10 ml kedalam vial steril.
3. Cawan petri di garis dan dibagi menjadi 4 bagian.
4. Suspensi biakan bakteri diambil sebanyak 20 µl/ l ose dan dimasukkan ke
dalam vial steril yang berisi dengan medium NA kemudian dituang ke dalam
cawan petri steril, dihomogenkan dan biarkan memadat.
5. Piper disk dicelupkan ke dalam masing-masing dosis pengenceran
kloramfenikol, selanjutnya diletakkan diatas cawan petri, sebagai kontrol
digunakan piper disk tanpa antimikroba.
6. Cawan petri dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.
7. Diameter zona hambatannya (bening) diamati dan diukur.
34
Tabel Pengamatan :
Bakteri Uji (Diameter zona bening mm)
Dosis Salmonella Escherichia Streptococcus Pseudomonas
thypi coli mutans aeruginosa
II
III
Kontrol
Gambar Pengamatan
A
B
Bakteri :
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. Metode Analisi PPOMN 2000 Mikrobiologi. Pusat Pengujian Obat
dan Makanan Nasional Badan POM. Jakarta. 2001.
36