Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MISKONSEPSI TERMODINAMIKA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. DERMAWATI MANIK (4192421017)


2. KRISTIAN MALAU (4193121043)
3. MELISA DURFANA (4191121038)
4. NOPERANTA GINTING (4193321003)
5. NURUL APRILIA (4191121014)

KELAS : FISIKA DIK D 2019


MATA KULIAH : FISIKA SMA
DOSEN PENGAMPU : DRS. ABU BAKAR, M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat,hidayahnya, kami
mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Miskonsepsi Materi
TERMODINAMIKA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Profesi Kependidikan.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan Terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini,
khususnya kepada Bapak DRS. ABU BAKAR M.Pd selaku dosen pembimbing dalam mata
kuliah Fisika SMA ini yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para
pembaca.Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Oktober 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan......................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................3


2.1 Cakupan Materi.............................................................................................................3
2.2 Miskonsepsi...................................................................................................................10
BAB III. PENUTUP..........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika sebagai salah satu bagian dari IPA bukan hanya sebuah kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan
suatu proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pada realisasinya tidak jarang siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika. Hal ini menyebabkan konsep yang
dipahami siswa berbeda dengan konsep para ahli sehingga terjadi miskonsepsi pada siswa.
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Salah satu
cabang fisika yang banyak terjadi miskonsepsi adalah pada bidang mekanika.
Salah satu konsep fisika yang dialami banyak miskonsepsi oleh mahasiswa adalah
pada materi Termodinamika. Hingga saat ini masih banyak ditemukan miskonsepsi
mahasiswa pada materi Termodinamika. Salah satu penyebab adanya miskonsepsi tersebut
diantaranya kesalahan dari buku bahan ajar. Pembelajaran dikelas sampai saat ini masih
menggunakan buku-buku sebagai satu-satunya bahan ajar cetak konvensional. Bahan ajar
tersebut hanya berisi ringkasan materi, contoh soal, dan latihan-latihan. Strategi
pengorganisasian dan penyampaian isi di dalambahan ajar tersebut tidak terstuktur dengan
baik. Kesulitan dalam memahami konsep ini mengakibatkan banyak siswa mengalami
miskonsepsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja cakupan materi Termodinamika?
2. Bagaimana kesalahan konsep atau miskonsepsi yang sering terjadi pada materi fisika
Termodinamika?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas mata kuliah Fisika SMA
2. Untuk mengetahui cakupan materi Termodinamika
3. Untuk mengetahui kesalahan konsep atau miskonsepsi yang sering terjadi pada materi
fisika Termodinamika

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cakupan Materi
I. Sifat Sifat Gas Ideal
a.1. Pengertian
Gas ideal adalah sekumpulan partikel gas yang tidak saling berinteraksi satu dengan
lainnya. Artinya, jarak antarpartikel gas ideal sangat berjauhan dan bergerak secara acak.

a.2. Sifat-Sifat Gas Ideal


Sifat-sifat gas ideal adalah:
 Partikelnya berjumlah banyak.
 Tidak ada interaksi antarpartikel atau tidak ada gaya tarik menarik antarpartikelnya.
 Jika dibandingkan ukuran ruangan, ukuran partikel gas ideal bisa diabaikan.
 Tumbukan yang terjadi antara partikel gas dan dinding ruangan merupakan tumbukan
lenting sempurna.
 Partikel gas tersebar secara merata di dalam ruangan, namun bergerak acak ke segala
arah.
 Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
 Energi kinetik rata-rata molekul gas ideal sebanding dengan suhu mutlaknya.

a.3. Persamaan Umum Gas Ideal


PV =nRT KETERANGAN:

P  = tekanan gas (Pa);


m
PV = RT Mr = massa molekul relatif (kg/mol);
Mr
V = volume gas (m3);
m
P M r= RT Na = bilangan Avogadro = 6,02 × 1023 partikel/mol
V
m = massa 1 partikel gas (kg);
P M r=ρRT
R = tetapan gas ideal (8,314 × 103 J/kmol.K;

k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);


N
PV = RT
Na N = jumlah partikel gas;

n = jumlah mol (mol);


3
ρ = massa jenis gas (kg/m3); dan
PV =NkT
a.4. Hukum Hukum Gas Ideal
 Hukum Boyle
Bunyi Hukum Boyle “jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan
berbanding terbalik dengan volumenya”. Atau dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara
tekanan dan volume suatu gas pada suhu tertentu adalah tetap (isotermal). Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut.
PV =KONSTAN
P1 V 1=P2 V 2
Keterangan:
P1=¿ Tekanan gas pada keadaan 1 ( N /m 2 ¿
P2=¿ Tekanan gas pada keadaan 2 ¿)
V 1=¿ Volume gas pada keadaan 1(m3 )
V 2=¿ Volume gas pada keadaan 2( m 3 )

 Hukum Charles
Bunyi Hukum Charles “jika tekanan suatu gas dijaga konstan, maka volume gas
akan sebanding suhu mutlaknya”. Atau dapat dinyatakan sebagai hasil bagi antara volume
dan suhu pada tekanan tetap (isobar) akan bernilai tetap. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.
V
=KONSTAN
T
V1 V2
=
T 1 T2
Keterangan:
T 1=¿ Suhu gas pada keadaan 1( K )
T 2=¿ Suhu gas pada keadaan 1( K )
V 1=¿ Volume gas pada keadaan 1(m3 )
V 2=¿ Volume gas pada keadaan 2( m 3 )

 Hukum Gay-Lussac

4
Bunyi Hukum Gay-Lussac “jika volume suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan
sebanding dengan suhu mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung dalam keadaan isokhorik
(volume tetap). Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut:
P
=KONSTAN
T
P 1 P2
=
T1 T 2
Keterangan:
P1=¿ Tekanan gas pada keadaan 1 ( N /m2 ¿
P2=¿ Tekanan gas pada keadaan 2 ¿)
T 1=¿ Suhu gas pada keadaan 1( K )
T 2=¿ Suhu gas pada keadaan 1( K )

 Hukum Boyle Gay-Lussac


Hukum Boyle- Gay Lussac adalah “hasil kali antara tekanan dan volume dibagi
suhu pada sejumlah partikel mol gas adalah tetap”. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.
PV
=KONSTAN
T
P1V 1 P2V 2
=
T1 T2

a.5. Tekanan Gas Ideal


Tekanan terjadi jika suatu gas berada dalam keadaan tertutup. Tekanan tersebut
disebabkan oleh tunmbukan antar partikel gas dengan dinding tempat gas berada. Besarnya
tekanan gas pada ruang tertutup dapat dirumuskan sebagau berikut:

1 N . m. ⃗v 2 N ⃗ Keterangan:
P= ¿ E
3 V 3V k P = tekanan gas (N/m2);
V = volume gas (m3);
m = massa partikel gas (kg);
N = jumlah partikel gas;
m
⃗v =kecepatan ratarata partikel gas ( )
s
⃗Ek =Energi kinetik rata rata partikel gas ( J )

5
a.6. Penerapan Gas Ideal Dalam Kehidupan Sehari Hari
 Ban motor akan kempes jika lama tidak digunakan
 Botol ,menjadi kempes setelah dimasukkan air panas dll

II. Hukum I Termodinamika


Bunyi Hukum I Termodinamika adalah “Pada saat gas dalam ruang tertutup
diberi kalor maka kalor tersebut akan dimanfaatkan untuk melakukan usaha
dan merubah energi dalamnya.”
Secara matematis dapat dituliskan:
W =Q+∆ U
Dimana
W = Usaha sistem
Q = Perubahan kalor sistem
∆ U = Perubahan energy dalam

III. Siklus Carnot Dan Mesin Kalor


1. Siklus Carnot

Siklus Carnot adalah sebuah siklus reversibel, yang pertama kali dikemukakan oleh
Sadi Carnot pada tahun 1824, seorang insinyur Perancis. Mesin teoritis yang menggunakan
siklus Carnot disebut dengan Mesin Kalor Carnot. Siklus Carnot yang dibalik dinamakan
dengan siklus Carnot terbalik dan mesin yang menggunakan siklus carnot terbalik disebut
dengan mesin refrigerasi Carnot.

Urutan proses pada siklus Carnot adalah sebagai berikut :


1) Ekspansi isotermal reversibel

6
V2
W1= -Q1 = -nRT In
V1

Ket :
n : Jumlah mol zat
R : Tetapan umum gas (8,31 J/molK)
T : Suhu (Kelvin)
V1 : Volume Awal (Liter)
V2 : Volume Akhir (Liter)

2) Ekspansi adiabatis reversibel


Pada proses adiabatik Q= 0, sehingga
W = Cv(T2 – T1).
Dimana T1 > T2
Ket :
CV : Kapasitas kalor (J/K)
T1 : Suhu awal (Kelvin)
T2 : Suhu akhir (Kelvin)

3) Kompresi isotermal reversibel

W3 = -Q2 = -nRT ln V4/V3

Dimana V3 > V4

4) Kompresi adiabatis reversibel

W4 = Cv (T1 – T2)

Dimana T1 > T2

Hukum termodinamika kedua meletakkan pembatasan pada operasi peralatan siklus


seperti yang diekspresikan oleh Kelvin-Plank dan Clausius. Sebuah mesin kalor tidak dapat
beroperasi dengan menukarkan panas hanya dengan reservoir tunggal, dan refrigerator tidak
dapat beroperasi tanpa adanya input kerja dari sebuah sumber luar. Dari pernyataan diatas
kita dapat mengambil kesimpulan yang berhubungan dengan efisiensi termal dari proses
reversibel dan irreversibel

1) Efisiensi sebuah mesin kalor irreversibel selalu lebih kecil dari mesin kalor reversibel
yang beroperasi antara dua reservoir yang sama.

7
2) Efisiensi semua mesin kalor reversibel yang beroperasi antara dua reservoir yang
sama adalah sama.

Gambar 1 Prinsip carnot

2. Mesin Kalor

Mesin Kalor didefinisikan sebagai alat yang mengubah kalor menjadi energi mekanis
atau lebih tepat suatu sistem yang bekerja secara terus menerus dan hanya kalor dan usaha
yang dapat melalui permukaan batasnya.Beberapa contoh mesin kalor adalah Mesin Carnot,
mesin Brayton, mesin Otto, mesin Rankine, dan mesin diesel.

Perubahan energi dalam mesin kalor secara skematis diberikan pada gambar diatas.
Lingkaran menggabarkan mesinnya sendiri. Kalor QP yang diberikan kepada mesin oleh
tandon kalor adalah sebanding dengan luas penampang pipa. Kalor Q D yang terbuang melalui
saluran pembuangan ke tandon dingin berbanding lurus dengan lua penampang pipa keluar.
Sebagian kalor diubah menjadi kerja mekanis W yang dilukiskan pada pipa cabang kekanan.
Jadi QP adalah kalor yang diserap oleh mesin dan QD adalah kalor yang dibuang oleh mesin
per siklus. Kalor neto yang diserap adalah:

Q = Qp – QD
Ket :
Q : Jumlah kalor (J)
Qp : Kalor terima (J)

8
QD : Kalor lepas (J)
Kalor yang diserap dari tandon biasanya diperoleh dari pembakaran bahan bakar.
Dengan menggunakan hukum pertama untuk satu siklus lengkap dan dengan dengan
mengingat tidak ada perubahan neto energi dalam, kita peroleh:
W = QP – QD
(Siklus Daya)
Ket :
W : Usaha (N)

Siklus yang menghasilkan kerja neto yang dipindahkan ke lingkungan pada setiap
siklus disebut siklus daya.Nilai dari efisiensi tidak pernah lebih besar 1 (100%). Pada mesin
aktual, nilai efisiensi selalu kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kalor
yang diserap diubah menjadi kerja.

Simpulan dari rumusan efesiensi mesin Carnot :

 Semua mesin Carnot yang bekerja pada dua reservoir yang sama mempunyai efesiensi
yang sama.
 Efesiensi mesin kalor tidak tergantung pada jenis material(working subtance) yang
digunakan.
 Temperatur termodinamika tidak tergantung pada jenis material(working substance).

9
2.2 Miskonsepsi

Miskonsepsi Materi Termodinamika

Identifikasi miskonsepsi merupakan hal yang penting dilakukan dalam proses


pembelajaran fisika. Pengidentifikasian dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses
pembelajaran serta perlu ditindak lanjuti dengan upaya agar siswa terlepas dari
miskonsepsinya (Silung, 2015). Upaya pengidentifikasian miskonsepsi harus dilakukan
secara tepat agar terhindar dari kesalahan tindak lanjutnya. Kesalahan pengidentifikasian
akan menyebabkan kesalahan dalam cara mengatasinya, dan hasilnya pun tidak akan
memuaskan (Tayubi, 2005).

Kesalahan konsep yang dilakukan siswa berupa kesalahan dalam memahami


konsep usaha yang dilakukan lingkungan pada sistem, proses Termodinamika, usaha
pada proses Termodinamika, kapasitas kalor, Hukum I Termodinamika, perubahan
energi dalam, siklus Termodinamika, mesin Carnot, perubahan entropi, dan mesin
pendingin, serta mengkonversikan ke Satuan Internasional (SI).

Beberapa peneliti menemukan bahwa:

1. siswa berpendapat suhu dan kalor adalah hal yang sama (Alwan, 2011; Suparno,
2013: 19; Alfiani, 2015; Silung, 2015).
2. Peneliti lain mencatat pemikiran siswa bahwa suhu suatu benda bergantung pada
besar / massa dimana bila benda besar maka suhunya pun besar, dan sebaliknya
(Suparno, 2013: 20; Maunah, dkk., 2014),
3. Suhu benda terus meningkat saat mengalami perubahan wujud (Suparno, 2013: 20;
Hafizah dkk., 2014; Maunah, dkk., 2014; Alfiani, 2015),
4. Jika massa kecil maka kalor yang akan diserap lebih besar sehingga suhunya cepat
naik (Silung, 2015),
5. Dan jika kapasitas kalor besar maka suhu benda akan cepat naik (Hafizah, dkk.,
2014).

Mengatasi Miskonsepsi

10
a) Melakukan remediasi, remediasi pada materi suhu dan pemuaian dapat dilakukan
dengan menanamkan konsep bahwa suhu yang paling dominan dalam menentukan
ukuran panjang suatu benda.
b) Guru diharapkan memberikan motivasi kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa menyukai pembelajaran Fisika;
c) Guru diharapkan lebih sering memberikan latihan dan tugas untuk menyelesaikan
soal-soal Fisika yang bervariasi disertai pembahasannya;
d) Guru diharapkan memperjelas konsep yang diberikan kepada siswa pada materi
Termodinamika, yaitu konsep usaha yang dilakukan lingkungan pada sistem,
proses Termodinamika, usaha pada proses Termodinamika, kapasitas kalor, Hukum I
Termodinamika, perubahan energi dalam, siklus Termodinamika, mesin Carnot,
perubahan entropi, dan mesin pendingin, serta mengkonversikan ke Satuan
Internasional (SI);
e) Guru diharapkan lebih sering mengingatkan siswa untuk lebih teliti dalam
membaca soal dan menghitung, serta meneliti kembali pekerjaannya jika telah selesai
mengerjakan;
f) Siswa diharapkan lebih berkonsentrasi dalam belajar dan aktif dalam kegiatan
pembelajaran;
g) Siswa diharapkan lebih rajin dalam belajar, mengerjakan soal-soal, dan bertanya
kepada guru apabila ada materi yang belum dipahami.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan daiatas maka dapat disimpulkan:

1. Hukum ke nol termodinamika merupakan kesetimbangan termal yang dialami oleh


dua  benda yang bersentuhan.

2. Hukum ke nol termodinamika menjelaskan prinsip kerja termometer, alat pengukur


suhu.

3. Alkohol atau raksa bersentuhan dengan kaca dan kaca bersentuhan dengan benda
yang diukur suhunya, misalnya udara, air atau tubuh manusia.

4. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Kita hanya dapat mengubah bentuk
energi, dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain

5. Gas dalam suatu silinder apabila dipanaskan, volumenya akan mengembang. Gas
tersebut dapat dikatakan melakukan usaha.

6. Apabila suatu system diberi kalor, maka kalor tersebut akan digunakan untuk
melakukan usaha luar dan mengubah energi dalam

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun memohon maaf jika dalam tulisan
ini terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata,
sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang dipahami dikarenakan
kami masih dalam tahap pembelajaran. Harapan kami semoga tulisan kami ini bermanfaat
bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Foster,Bob. 1997.Fisika SMA. Jakarta:Erlangga


Handayani,S, Damara,A. (2009). Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Ishaq,Mohammad. 2006.Fisika Dasar. Yogyakarta:Graha Ilmu


Sari, Deni Monika, dkk. (2013). Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal
Materi Termodinamika Pada Siswa SMA: Jurnal Materi
dan Pembelajaran Fisika.
Silung, Sri Nurul Wahidah, dkk. (2016). Diagnosis Miskonsepsi Siswa SMA di Kota
Malang pada Konsep Suhu dan Kalor
Menggunakan Three Tier Test: Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi.
Sofianto, EWN. (2020). Upaya Meremediasi Konsep Fisika Pada Materi Suhu Dan
Kalor : Southeast Asian Journal of Islamic Education.

Supadi, dkk. (2015). Fisika SMA. Jakarta: Cmedia.

13

Anda mungkin juga menyukai