Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR LABORATORIUM MEDIK


STOIKIOMETRI I

Dosen Mata Kuliah :

Nur Habibah,S.Si.,M.Sc

I Wayan Karta, S.Pd,M.Si

Ni Nyoman Astika Dewi,M.Biomed

G.A.Md. Ratih K.R.D.,S.Farm.M.Farm, Apt

Disusun oleh :

I Made Adi Ariantho Wibawa

Ida Ayu Krisna Dwipayanti

Febyanti Mellinia

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

D-III Analis Kesehatan

2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kuasanya, kami dapat menyekesaikan makalah yang berjudul
“ Pengantar Laboratorium Medik ; Stoikiometri I ” dengan lancar. Makalah ini
telah kami susun denga maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga mempelancar proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
dan dosen pembimbing, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi
kepada pembaca dan manfaat kepada yang membutuhkan.

Denpasar, 10 Agustus 2019

Penyusun

1
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................1
A. Hukum Kimia yang Berhubungan dengan Stokiometri.....................1
1. Hukum kekekalan massa Lavosier......................................1
2. Hukum perbandingan tetap Proust......................................1
3. Hukum perbandingan berganda dari Dalton.......................2
4. Hukum Gas Ideal.................................................................2
5. Hukum Avogadro (Konsep Mol)..........................................4
B.Cara Identifikasi Terjadinya Reaksi Kimia.........................................4
1. Timbulnya Gas....................................................................4
2. Timbulnya Endapan............................................................4
3. Timbulnya Perubahan Warna.............................................5
4. Timbulnya Perubahan Suhu...............................................5
Daftar Pustaka.......................................................................................6

2
BAB I
A. Hukum Kimia yang Berhubungan dengan Stoikiometri
Pengertian Stoikiometri :

Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan


kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi
maupun sebagai hasih reaksi. Stoikiometri erat hubungannya dengan
perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan
asas-asas stoikiometri yaitu antara lain ;persamaan kimia dan konsep mol.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia, antara lain:

1. Hukum kekekalan massa Lavoisier:

Hukum Kekekalan Massa didasari oleh percobaan seorang ilmuwan


Prancis bernama Antoine Lavoisier tentang reaksi pembakaran, sehingga
hukum kekekalan massa ini biasa disebut sebagai Hukum Lavoisier.
Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi: Dalam suatu reaksi, massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, dapat dimaknai bahwa dalam
suatu reaksi kimia yang sempurna massa total reaktan (pereaksi) yang
bereaksi akan sama dengan massa total produk.
Contoh soal:
A+B→C+D
Apabila A dan B adalah reaktan sedangkan C dan D adalah produk,
maka: Massa A + Massa B = Massa C + Massa D
Sebagai contoh: 2H2(g) + O2(g)→ 2H2O(l) 2g 16g 18gApabila
direaksikan 2 g gas hidrogen dengan 16 g gas oksigen, akan dihasilkan
18 g air. Reaksi di atas sesuai dengan hukum kekalan massa, bahwa
massa zat-zat yang bereaksi sama dengan produk yang dihasilkan.

2. Hukum perbandingan tetap Proust :


Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust ini lahir dari
berkembangnya hukum kekekalan massa. Hukum ini berbunyi: ”
Dalam suatu zat kimia murni, perbandingan massa unsur-unsur
dalam suatu senyawa adalah tetap.”
Contoh soal:
Dalam senyawa amonia (NH3) yang terdiri dari 1 atom N (Ar = 14) dan 3
atom H (Ar = 1), perbandingan massa nitrogen (N) dengan massa
hidrogen (H) adalah:
Massa H : Massa O = (2 × 1) : (1 × 16)

Massa H: Massas O = 2 : 16
= 1:8

1
3. Hukum Perbandingan Berganda dari Dalton ;

Hukum Perbandingan Berganda Dalton berbunyi: “Bila dua buah unsur


dapat membentuk dua atau lebih senyawa, dengan massa salah satu
unsur adalah sama, maka perbandingan massa unsur kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.”

Contoh soal :
Dari dua buah unsur yang dapat membentuk dua atau lebih senyawa
adalah unsur karbon (C) dan unsur oksigen (O). Unsur C dan O dapat
membentuk dua jenis senyawa, yaitu karbon monoksida (CO) dan karbon
dioksida (CO2). Jika menurut hukum perbandingan tetap Proust,
perbandingan massa C (Ar = 12) dengan massa O (Ar = 16) dalam
senyawa CO dan CO2 sebagai berikut.

CO → massa C : massa O = (1×12) : (1×16)

= 12 : 16

Massa C : Massa O = 3 : 4

CO2 → massa C: Massa O =(1×12): (2×16)

=12:32

Massa C: Massa O = 3 : 8

Apabila massa salah satu unsur sama banyaknya pada kedua jenis
senyawa,

CO → massa C : massa O = 3 : 4
CO 2 → massa C : massa O = 3 : 8
Maka massa unsur yang lain akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana. Dalam hal ini, perbandingan massa O dalam senyawa CO
terhadap massa O dalam senyawa CO2 adalah sebagai berikut.
CO → massa C : massa O = 3 : 4

CO 2 → massa C : massa O = 3 : 8

maka massa O dalam CO : massa O dalam CO2 = 4 : 8 = 1 : 2

4. Hukum Gas Ideal :

Hukum ini merupakan dasar dari berbagai rumus turunan dalam


menyelesaikan persoalan yang melibatkan komponen gas dalam reaksi
kimia. Hukum ini menunjukkan hubungan bahwa sejumlah tertentu gas dapat
membentuk volume yang berbeda pada kondisi suhu dan tekanan yang
berbeda. Atau, sejumlah tertentu gas dapat menghasilkan tekanan yang
berbeda, bergantung pada suhu dan volume ruangan yang ditempati. Dalam
berbagai aplikasi, hukum gas ideal ini dapat diturunkan menjadi beberapa
rumus yang lebih singkat.

2
PV = nRT

Dengan :

P = tekanan gas (atm)


V = volume gas (L atau dm3)
n = jumlah mol gas (mol)
R = konstanta gas ideal = 0,082 L.atm/mol.K
T = suhu (K)
Sebagai contoh, apabila dua atau lebih gas diukur pada tekanan dan
suhu yang sama (P dan T tertentu yang sama untuk semua gas), maka
rumus gas ideal dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut.
Contoh soal :
Misalkan, ada dua macam gas yang diukur pada P dan T yang sama,
dimana mol gas pertama adalah n1 dan mol gas kedua adalah n2. Maka,
hubungan antara mol gas-gas tersebut dengan volume masing-masing
adalah:
PV1 /PV2 = n1 RT/n2 RT

V1/V2 = n1 /n2

Rumus di atas menunjukkan bahwa jika gas-gas diukur pada kondisi P


dan T tertentu, volume yang ditempati oleh masing-masing gas sebanding
dengan jumlah mol mereka. Selanjutnya, apabila semua gas diukur pada
suhu dan tekanan standar (Standard Temperature-Pressure/STP),
dimana P = 1 atm dan T = 0oC, maka hukum gas ideal dapat diturunkan
sebagai berikut.

PV=nRT

(1 atm) V = n (0,082 L.atm/mol.K) (273 K)

V(STP) = n × 22,4 L/mol


Nilai 22,4 L/mol disebut sebagai volume molar (Vm), yang berarti bahwa
semua gas yang berjumlah 1 mol pada keadaan STP mempunyai volume
sebesar 22,4 L. Dengan kaidah yang sama, apabila gas-gas diukur pada
kondisi ruangan (Room Temperature-Pressure/RTP) dengan P = 1 atm
dan suhu = 25oC, maka hukum gas ideal dapat diturunkan menjadi:
V(RTP) = n × 24 L/mol

Apabila gas-gas diukur pada volume wadah dan suhu yang sama (V dan
T sama untuk semua gas), maka Hukum Gas Ideal dapat diturunkan
menjadi:

P1 / P2 = n1 / n2

3
Rumus di atas menunjukkan bahwa apabila gas-gas diukur pada kondisi
V dan T yang tetap, maka tekanan masing-masing gas sebanding dengan
jumlah mol mereka.

5. Hukum Avogadro (Konsep Mol) :

Mol adalah salah satu dari ketujuh besaran pokok yang menjadi satuan
Internasional (SI) untuk jumlah zat. Satu mol setara dengan jumlah zat
sebesar 6,02 × 1023 partikel. Nilai 6,02 × 1023 disebut sebagai bilangan
Avogadro (L).

1 mol = 6,02 × 1023 partikel

Menurut data di atas, mol adalah satuan dari jumlah zat, demikian pula
pada suatu reaksi kimia.
Contoh soal :

2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (l)


Pada reaksi kimia di atas, 2 molekul H2 bereaksi dengan 1 molekul O2
menghasilkan 2 molekul H2O. Koefi sien reaksi masing-masing zat
merupakan perbandingan paling sederhana jumlah reaktan dan produk
yang terlibat dalam reaksi. Karena koefi sien reaksi merupakan
perbandingan jumlah zat-zat dalam suatu reaksi kimia, maka koefisien
reaksi juga merupakan perbandingan mol zat-zat dalam suatu reaksi
kimia.

B. Cara Identifikasi Terjadinya Reaksi Kima

Reaksi kimia dapat digambarkan sebagai persamaan reaksi. Persamaan


reaksi menunjukkan zat-zat yang bereaksi (reaktan) dan zat-zat hasil reaksi
(produk). Begitu banyak perubahan zat yang terjadi untuk membedakan 
apakah suatu perubahan zat termasuk perubahan kimia atau fisika, dapat
dikenali dari beberapa gejala yang timbul. Terbentuknya zat baru yang
merupakan syarat dari perubahan kimia, dapat dikenali dari timbulnya ciriciri
berikut ini.

1. Timbulnya Gas

Banyak reaksi kimia menghasilkan zat baru yang ditandai terbentuknya gas
pada suhu kamar. Sebagai contoh, apabila kapur tulis dimasukkan ke dalam
larutan asam klorida encer maka akan timbul gelembung-gelembung gas
yang keluar dari larutan. Gelembunggelembung gas tersebut merupakan zat
baru (gas karbon dioksida) hasil reaksi antara larutan asam klorida dan
kapur. Contohnya:
Reaksi antara logam seng dan larutan asam sulfat. Gelembung gas yang
keluar dari reaksi tersebut merupakan gas hidrogen. Oleh karena pada
kedua peristiwa tersebut dihasilkan zat baru (yang keduanya berwujud gas
pada suhu kamar) maka kedua peristiwa tersebut merupakan contoh reaksi.

2. Timbulnya Endapan

4
Banyak reaksi kimia menghasilkan zat baru yang tidak berwujud gas pada
suhu kamar, melainkan berupa endapan
Contohnya :
Jika kita meniupkan napas ke dalam air kapur, air kapur yang tadinya
jernih akan menjadi keruh. Kekeruhan ini terjadi karena terbentuknya zat
baru berupa endapan putih. Endapan putih ini merupakan hasil reaksi antara
zat yang ada dalam udara hasil pernapasan kita dan air kapur. Contoh lain
adalah jika kita meneteskan larutan perak nitrat ke dalam air ledeng, air
ledeng akan tampak keruh. Kekeruhan ini terbentuk karena adanya reaksi
antara larutan perak nitrat dan partikel yang ada dalam air ledeng, kemudian
membentuk zat baru berbentuk endapan dalam air ledeng. Endapan yang
ada dalam kedua contoh di atas merupakan zat baru yang terbentuk akibat
pencampuran dua macam zat. Jadi, kedua peristiwa tersebut termasuk
reaksi kimia. Melalui dua contoh tersebut kita bisa mengatakan bahwa
timbulnya endapan dapat menjadi petunjuk telah terjadi reaksi kimia.

3. Timbulnya Perubahan Warna

Banyak reaksi kimia yang terjadi tidak disertai oleh timbulnya endapan atau
gas, tetapi ditandai oleh timbulnya warna yang baru.
Contohnya:,
Jika kita memanaskan padatan terusi (tembaga sulfat berhidrat) yang
berwarna biru dalam sebuah tabung reaksi, terusi akan berubah menjadi zat
lain yang berwarna putih dan dalam dinding tabung akan terbentuk tetesan
cairan

4. Timbulnya Perubahan Suhu

Timbulnya perubahan suhu dapat juga menjadi petunjuk terjadinya reaksi


kimia.
Contohnya :
Jika kita memasukkan sedikit kapur tohor ke dalam air yang terdapat
dalam tabung reaksi, kita akan merasakan suhu air yang terdapat dalam
tabung tersebut meningkat. Pada peristiwa ini telah terbentuk zat  baru hasil
reaksi antara air dan kapur tohor.

5
Daftar Pustaka
College ion consuadation. 2014. Ciri-ciri Reaksi Kimia. https://fisikazone.com/ciri-
ciri-reaksi-kimia/. 10 Agustus 2019

Quipperlearn .2019. Materi SBMPTN Kimia SMA.


https://learn.quipper.com/id/courses/5594ffe4e750f62036003d24. 10 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai