Anda di halaman 1dari 7

HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Hukum-hukum Dasar Kimia:


1. Hukum Lavoisier disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
2. Hukum Perbandingan Tetap (Proust – 1799)
3. Hukum Gay Lussac (1802)
4. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
5. Hukum Avogadro (1811)

➢ Hukum Lavoisier (Hukum kekekalan massa)


Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoisier adalah
suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut Dalam sistem tertutup massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/ konstan).
Percobaan yang dilakukan oleh Lavoisier adalah dengan memanaskan 530 gram logam
mercuri dalam wadah terhubung udara dalam silinder ukur pada sistem tertutup. Ternyata
volume udara dalam silinder berkurang 1/5 bagian. Logam merkuri berubah menjadi merkuri
oksida sebanyak 572,4 gram. Besarnya kenaikan massa merkuri sebesar 42,4 adalah sama
dengan 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen → merkuri oksida
530 gram + 42,4 gram = 572,4 gram

➢ Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap)


Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu sama. “Perbandingan
massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.” Misalnya, air tersusun dari
dua atom Hidrogen (H) untuk setiap atom Oksigen (O) yang kemudian setiap simbolik
dituliskan sebagai rumus molekul yang sangat umum dikenal, yaitu H2O. Dalam 10 g air,
terdapat 1.119 g H dan 8,881 g O sebagai peyusun senyawanya. Demikian pula dalam 27 g air,
maka terdapat 3,021 g H dan 23.979 g O. Dengan demikian komposisi/perbandingan H dan O
dalam kedua air yang massanya berbeda tersebut adalah sama, yaitu H=11,19% dan O=88,81%.

➢ Hukum Dalton (Hukum Perbandingan Berganda)


Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk unsur- unsur yang
dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Berdasarkan hasil percobaannya, Dalton
merumuskan hukum kelipatan perbandingan yang berbunyi: ”Jika dua jenis unsur bergabung
membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa-massa salah satu unsur dalam senyawa-
senyawa tersebut sama, sedangkan massa-massa unsur lainnya berbeda, maka perbandingan
massa unsur lainnya dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan
sederhana”. Untuk memahami hal ini, perhatikan tabel hasil percobaan reaksi antara nitrogen
dengan oksigen berikut.
Massa nitrogen Massa oksigen Massa senyawa
Jenis senyawa
yang direaksikan yang direaksikan yang terbentuk
Nitrogen
monoksida 0,875 gram 1,00 gram 1,875 gram
(NO)
Nitrogen
dioksida 1,75 gram 1,00 gram 2,75 gram
(NO2)

Tabel: Hasil percobaan reaksi antara nitrogen dengan oksigen

Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam
senyawa NO2 dan senyawa NO merupakan bilangan bulat dan sederhana.

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛i𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 NO2 = 175gram = 2


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛i𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 NO 0,875 gram 1

➢ Hukum Gay Lussac (Hukum Perbandingan Volume)


Gay Lussac merumuskan hukum perbandingan volume: “Pada suhu dan tekanan yang sama,
volume gas gas yang bereaksi dan volume gas-gashasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat
sederhana.“ Hukum perbandingan volume dari Gay Lussac dapat kita nyatakan sebagai berikut:
“Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan koefisien masing-masing gas.” Untuk dua buah gas
(misalnyagas A dan gas B) yang tercantum dalam satu persamaan reaksi, berlaku hubungan: Volume A /
Volume B = koefisien A / koefisien B
Volume A = koefisien A / koefisien B × volume B
Contoh : Berat 1 liter suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P dan T yang samaberatnya 7,5
gram. Berapa berat molekul tersebut?
Jawab :
V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
𝑉1 𝑥 𝑛2
n1 = 𝑉2
1 𝑥 0,25
2/x =
10

x = 20 / 0,25
= 80

➢ Hukum Avogadr0
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga
merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain
perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Pada keadaan
STP (0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter

Contoh: Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan tekanan tetap, di
mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram ?
(Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 58 = 0,5 mol
Mol O2 = 40 / 32 = 1,25 mol
Volume C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter

Konsep Mol
Banyaknya jumlah partikel (atom, molekul, atau ion) dalam suatu zat dinyatakan dalam
satuan mol. Para ahli sepakat bahwa satu mol zat mengandung jumlah partikel yang sama
dengan jumlah partikel dalam 12,0 gram isotop C-12 yakni 6,02 x 1023 partikel. Jumlah partikel
ini disebut Bilangan Avogadro (NA = Number Avogadro) atau dalam bahasa Jerman Bilangan
Loschmidt (L).
Dengan mempertimbangkan aspek massa zat, 1 mol zat didefinisikan sebagai massa zat
tersebut yang sesuai dengan massa molekul relatifnya (Mr) atau massa atomnya (Ar). Untuk 1
mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai dengan massa atom Karbon, diketahui dari tabel
periodik bahwa massa atom karbon adalah 12 sma, sehingga massa zat tersebut juga 12 gram.
Untuk itu 1 mol zat dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :

Massa Molar
Massa molar didefinisikan sebagai massa satu mol partikel yang mewakili dari suatu zat.
Dengan melihat pada tabel periodik, kita dapat menyimpulkan bahwa massa molar lithium
adalah 6.94 g, massa molar dari seng adalah 65,38 g, dan massa molar emas adalah 196,97 g.
Masing-masing dari jumlah ini mengandung 6,02 × 1023 atom dari unsur tertentu. Satuan untuk
massa molar adalah gram per mol atau g/mol.

Volume Molar gas


Volum molar adalah volume 1 mol zat dalam wujud gas dalam keadaan tertentu.
Satuannya liter/mol. Pada keadaan standar (STP) dengan tekanan 1 atm dan suhu 0oC, volum
molar gas = 22,4 liter. Pada keadaan ambien (ATP) dengan tekanan 1 atm dan suhu 25oC, volum
molar gas = 24,4 liter. Maka hubungan mol dengan volum molar :
𝑉
𝑛=
𝑉𝑚
Keterangan:
V = volume gas (liter)
Vm = volume molar (liter/mol)

Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus kimia yang menggambarkan perbandingan mol terkecil
dari atom-atom penyusun senyawa. Sebagai contoh, setiap molekul asetat terdiri dari 2 atom
karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2 atom Oksigen (O). Dengan demikian, perbandingan
jumlah atom C : H : O dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 = 1 : 2 : 1. Jadi rumus empiris asam asetat
adalah CH2O.
Contoh soal :
Dalam 3 gram suatu senyawa karbon terdapat 1,2 gram karbon, 0,2 gram Hidrogen,dan
sisanya adalah oksigen. Tentukanlah rumus empiris dari senyawa tersebut ( Ar H
= 1; C= 12; dan O = 16)
Jawab:
Suatu senyawa mengandung unsur karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Dalam
3 gram senyawa terdapat C = 1,2 gram; H= 0,2 gram; dan O = 3-(1,2+0,2) gram = 1,6 gram
1,2 g𝑟𝑎𝑚
jumlah mol C = = 0.1 mol
12 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
0,2 g𝑟𝑎𝑚

jumlah mol H = 1 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,2 mol

massa O = 3 – (1,2 + 0,2) gram = 1,6 gram


1,6 g𝑟𝑎𝑚
jumlah mol O = 16 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,1 mol

perbandingan mol C : H : O = 0,1 : 0,2 : 0,1 = 1 : 2 : 1


Jadi rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2O

Rumus Molekul
Rumus Molekul adalah rumus sebenarnya dari suatu senyawa. Secara umum, rumus
molekul dari senyawa dengan rumus empiris RE dapat dinyatakan sebagai (RE)x , adapun
harga x bergantung pada massa molekul relatif (Mr) dari senyawa yang bersangkutan.
Contoh soal :
Diketahui rumus empiris suatu senyawa adalah CH2O dan massa molekul relatif senyawa
tersebut adalah 60, lalu anda diminta menentukan rumus molekulnya. Dalam hal ini rumus
molekul senyawa dapat ditulis sebagai (RE)x, seterusnya nilai x ditentukan berdasarkan nilai
massa molekul relatifnya.
Jawab :
Diketahui rumus empiris CH2O
Misalnya rumus molekul senyawa itu (CH2O)x
Mr (CH2O)X = 60 ⭢ (12 + 2 + 16)x = 60
30 x = 60
x =2
Senyawa Hidrat
Hidrat adalah senyawa Kristal padat yang mengandung air Kristal (H 2O). Rumus
kimia senyawa Kristal padat sebenarnya sudah diketahui. Jadi, pada dasarnya
penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (x). Rumus
hidrat dapat ditulis sebagai berikut :
(Rumus kimia senyawa kristal padat).x(H2O)
Nilai x dapat dihitung dari perbandingan mol pada pemanasan hidrat.
CaSO4.x(H2O) → CaSO4 + xH2O
1 mol 1 mol 1 mol

Kadar zat dalam campuran


Menyatakan kadar campuran sangat penting dalam kimia. Kadar zat sangat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi. Kadar zat dapat dinyatakan dalam :
✓ Persen massa (% massa)
Untuk menyatakan % massa kita dapat menentukannya dengan rumus:
% massa = (massa zat/ massa campuran) x 100%
Contoh:
20 gram gula dicampurkan dengan 80 gram air. Berapakah % kah kadar gula dalamlarutan yang
terbentuk?
Jawab:
= (20 gram/ 100 gram) x 100%
= 20%
Perhatikan bahwa massa campuran adalah massa gula ditambah massa air yaitu 100gram, bukan 80
gram. Kesalahan sering dilakukan disini.

✓ Persen volume (% volum)


Persen volum sering digunakan untuk menyatakan kadar zat yang terbentuk dari dua zat
berwujud cair, misalnya untuk menyatakan kadar alcohol dalam campuran. Untuk menyatakan
% volume kita dapat menentukannya dengan rumus:
% volume = (volume zat/ volume campuran) x 100%
Misalnya, kalian membeli alcohol yang dikemasannya tertera kadarnya 70 %. Berarti alkohol
yang kalian beli itu tidak murni alias campuran. Alkohol itu terdiri dari alcohol dan air. Bila
volume alcohol yang kalian beli itu 250 ml, berapa banyak air yang terdapat pada campuran
tersebut?
Alcohol 70 % = (70/100) x 250 ml
= 175 ml
Berapa banyak airnya?
250 ml – 175 ml = 75 ml
% volum = (volum zat/ volum campuran) x 100%

✓ Ppm / Bpj (bagian persejuta)


Ppm / bpj digunakan untuk menyatakan kadar campuran yang sangat kecil. Misalnya untuk
menyatakan kadar gas gas polutan di udara, kadar garam dalam airlaut dll.
Misalnya diambil sampel 1 kg air sungai. Setelah diteliti, didalamnya terdapat 10 mg Pb. Maka
kita bisa menyatakan bahwa dalam air sungai tersebut kadar Pb adalah
= (20 mg/ 1000000 mg) x 1000000 = 20 ppm
Pereaksi Pembatas
Sesuai namanya, pereaksi pembatas adalah zat (pereaksi) yang membatasi jumlah
produk yang dihasilkan pada suatu reaksi. Dikatakan membatasi jumlah produk yang
dihasilkan karena zat tersebut telah habis terlebih dahulu selagi zat yang lain masih ada,
padahal keberadaannya sangat diperlukan untuk reaksi selanjutnya (menghasilkan produk).
Jadi, pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu (pertama kali).
Pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah mol setiap pereaksi
masing-masing dengan koefisien reaksinya (= kuosien reaksi, Q). Tentu saja dari reaksi yang
sudah setara. Pereaksi dengan kuosien reaksi terkecil merupakan pereaksi pembatas. Dengan
demikian kalau tersedia beberapa zat pereaksi dengan jumlahnya masing-masing, kita dapat
meramalkan zat pereaksi apa yang nantinya habis terlebih dahulu atau zat apa yang tersisa.
Untuk perhitungan selanjutnya, jumlah (mol) pereaksi pembatas dipakai sebagai pembanding/
standarnya. Baik jumlah produk ataupun zat lain yang bereaksi.
Contoh:
Dalam wadah tertutup, 23 gram etanol (Mr = 46) dibakar dengan 80 gram oksigenberdasarkan
reaksi berikut:
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2CO2 (g) + 3 H2O (l)
Tentukan pereaksi pembatas dalam reaksi tersebut!
Jawab:
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2CO2 (g) + 3 H2O (l)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 C2H5OH 23
Jumlah mol etanol = n C2H5OH = = = 0,5
𝑀𝑟 C2H5OH 46

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 O2 80
Jumlah mol oksigen = n O2 = = = 2,5
𝑀𝑟 O2 32

Perbandingan etanol : oksigen yang bereaksi adalah 1 : 3 atau 0,5 : 1,5.


Jadi oksigen pada reaksi ini akan berlebih. Etanol akan habis terlebih dulu sehingga etanol
disebut sebagai pereaksi pembatas

Anda mungkin juga menyukai