Anda di halaman 1dari 19

Hukum Gay Lussac atau Hukum Perbandingan Volume

Bunyi Hukum Gay Lussac atau hukum perbandingan berganda adalah pada suhu dan tekanan tetap, volume gas-
gas yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Untuk
memahami hukum dasar ilmu kimia yang satu ini mari kita pahami cara berpikir ilmuan terdahulu dalam
pengembangan teori ini.
Gay Lussac, pengembang Hukum Gay Lussac atau Hukum Perbandingan Berganda Pada umumnya, gas-gas yang
bercampur tidak menunjukan adanya gejala reaksi. Tetapi jika diberikan perlakuan dan kondisi tertentu
dimungkinkan terjadi reaksi. Sebagai contoh, pencampuran gas O2 dengan gas H2 tidak terjadi reaksi, tetapi billa
ke dalam campuran itu dilewatkan bunga api listrik akan terbentuk reaksi, yang ditandai dengan adanya letupan
dan uap air. Berdasarkan gejala tersebut, seorang pakar kimia Perancis bernama Joseph Louis Gay-Lussac
melakukan serangkaian pengukuran kuantitatif terhadap volume gas-gas yang terlibat dalam reaksi.
Gay-Lussac melakukan percobaan dengan cara mencampurkan gas hidrogen dan gas oksigen ke dalam suatu
wadah tertentu, kemudian terhadap campuran dilewatkan bunga api listrik agar terjadi reaksi. Hasil reaksi dan
gas hasil reaksi dipisahkan berdasarkan perbedaan titik cair komponen campuran dengan cara mengubah fasa
uap menjadi cair. Dengan demikian, volume gas-gas sisa reaksi dan hasil reaksi dapat dipisahkan dan diukur.
Percobaan tersebut dilakukan berulangkali pada suhu dan tekanan tetap. Hasil pengukuran menunjukan bahwa
perbandingan volume gas hidrogen dan oksigen yang bereaksi dan uap air produk reaksi selalu 2:1:2, atau
2 volum gas hidrogen + 1 volum gas oksigen –> 2 volum uap air
Sejalan dengan percobaan di atas, gas-gas yang lain dapat diukur
perbandingan volumnya. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada
tabel di bawah:
Berdasarkan data perbandingan volum, Gay-Lussac sampai pada
kesimpulan bahwa pada suhu dan tekanan tetap, volume gas-gas
yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana. Pernyataan ini dikenal dengan
nama Hukum Gay Lussac atau juga dikenal Hukum
Perbandingan Volume atau hukum kesetaraan volume. Hukum
tersebut berlaku hanya untuk reaksi gas yang susunan molekulnya
sederhana dan stoikiometris.
N
Rasio
o Persamaan Kimia
Volume
.
Hidrogen + klorin –>
1 1:1:2
hidrogen klorida
Hidrogen + nitrogen –>
2 3:1:2
amonia
Karbon + oksigen –> karbon
3 1:1:1
dioksida
Contoh Soal Hukum Gay Lussac atau Hukum Perbandingan
Volume
1.Ke dalam tabung Eudiometer dimasukkan campuran gas yang
terdiri dari 26,0 mL gas hidrogen dan 24,0 mL gas oksigen, dan
dilewatkan bunga api listrik. Berapa volume gas sisa (dalam mL)
adn gas apa?
Penyelesaian:
Hidrogen + oksigen –> air
2 volum : 1 volum : 2 volum
26 mL : 13 mL : 26 mL
Gas yang tersisa adalah oksigen sebanyak 11 mL.
Berapa volume gas belerang trioksida (SO3( yang terbentuk bila
2 L gas belerang dioksida (SO2) bereaksi sempurna dengan gas
oksigen? Diketahui perbandingan volume gas yang bereaksi:
2:1:2
Penyelesaian:
2SO2 + O2 –> 2SO3
2 volum : 1 volum : 2 volum
2L :1L:2L
Jadi volum belerang trioksida sebanyak 2 Liter.
Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip
Avogadro)

adalah hukum gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia
Amedeo Avogadro, yang pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:
Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan
tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai
contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung
jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama.
Aspek ini dapat dinyatakan secara matematis,
V n = k {\displaystyle \qquad {{V} \over {n}}=k} . di mana:
V adalah volum gas. n adalah jumlah mol dalam gas tersebut. k
adalah tetapan kesebandingan. Akibat paling penting dari hukum
Avogadro adalah bahwa Konstanta gas ideal memiliki nilai
yang sama bagi semua gas. Artinya, konstanta
1. MASSA ATOM RELATIF (Ar) dan MASSA MOLEKUL RELATIF (Mr)

1. Massa Atom Relatif (A r)

1 satuan massa atom (amu) = 1/12 massa 1 atom C–12


Contoh:
Massa atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom karbon –12.
Maka: Ar O = 1,33 x Ar C–12 = 1,33 x 12 = 15,96

Para ahli membandingkan massa atom yang berbeda-beda, menggunakan skala massa atom relatif
dengan lambang “Ar”.
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C–12 atau isotop 12C karena mempunyai kestabilan inti
yang inert dibanding atom lainnya. Isotop atom C–12 mempunyai massa atom 12 sma. Satu sma
sama dengan 1,6605655 x 10–24 g. Dengan digunakannya isotop 12C sebagai standar maka dapat
ditentukan massa atom unsur yang lain.
Massa atom relatif suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu
atom unsur tersebut dengan 1 /12 massa satu atom C–12.

Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotop tersebut. Sebagai contoh, di alam
terdapat 35Cl dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl dapat dihitung dengan cara
ARX =

Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 37) = 35,5

Ar merupakan angka perbandingan sehingga tidak memiliki satuan. Ar dapat dilihat pada Tabel
Periodik Unsur (TPU) dan selalu dicantumkan dalam satuan soal apabila diperlukan.
2. Massa Molekul Relatif (M r )
Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan
tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur,
sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul senyawa. Massa
molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul (Mr). Massa molekul
relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 x
massa atom C–12. Secara matematis dapat dinyatakan:
Bilangan Avogadro

Bilangan avogadro adalah jumlah molekul yang terdapat dalam satu


mol atau berat gram molekul dari bahan apapun. Satu gram berat
molekul adalah berat suatu zat (dalam gram) yang secara numerik
setara dengan berat molekul berdimensi dari substansinya. Jumlah
molekul dalam satu gram berat molekul telah ditentukan kira-kira
sekitar 6.0221367x1023 molekul.

Hukum Avogadro
Hukum avogadro merupakan hukum kimia dasar yang menyatakan
bahwa gas-gas yang memiliki volume, suhu, dan tekanan yang sama,
memiliki jumlah partikel yang sama pula. Hukum ini pertama kali
diusulkan sebagai sebuah hipotesis oleh fisikawan Italia, Amadeo
Avogadro, pada 1811.
Tetapan Avogadro (L) = 6,02×1023 partikel/mol
Lambang L menyatakan huruf pertama dari Loschmidt, seorang ilmuwan austria yang pada tahun 1865 dapat menentukan besarnya
tetapan Avogadro dengan tepat. Sehingga,
1 mol emas = 6,02×1023 atom emas
1 mol air = 6,02×1023 atom air
1 mol gula = 6,02×1023 molekul gula

1 mol zat X = L buah partikel zat X

Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel


Telah diketahui bahwa 1mol zat X = l buah partikel zat X, maka
2 mol zat X = 2 x L partikel zat X
5 mol zat X = 5 x L partikel zat X
n mol zat X = n x L partikel zat X
Jumlah partikel = n x L

Contoh soal:
Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol timbal dioksida (PbO2).
Jawab :
1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau 1 mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat
Atom timbal = 1 x 5 mol = 5 mol
Atom oksigen = 2 x 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)
Hubungan Mol dengan Massa

Sebelum membahas hubungan mol dengan massa, kalian harus ingat terlebih
dahulu tentang Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr). Masih
ingat kan? Kalau begitu kita cek ingatan kalian dengan mengerjakan soal dibawah
ini.
Hitung Mr H2SO4 (Ar H = 1, S = 32, dan O = 16)!
Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut.
Ca = 40
O = 16
H =1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2!
Sudah ingat kan? Maka kita langsung ke materi selanjutnya yaitu mengenai massa
molar.
Massa molar menyatakan massa yang dimiliki oleh 1 mol zat, yang besarnya sama
dengan Ar atau Mr.
Untuk unsur:
1 mol unsur = Ar gram, maka dapat dirumuskan:
Massa 1 mol zat = Ar zat dinyatakan dalam gram
atau
Massa molar zat tersebut = besar Ar zat gram/mol

Untuk senyawa:
1 mol senyawa = Mr gram, maka dapat dirumuskan:
Massa 1mol zat = Mr zat dinyatakan dalam gram
atau
Massa molar zat tersebut = besar Mr zat gram/mol
Jadi perbedaan antara massa molar dan massa molekul relatif adalah pada
satuannya. Massa molar memiliki satuan gram/mol sedangkan massa molekul
relatif tidak memiliki satuan.
Hubungan antara mol dengan massa adalah:
Kuantitas (dalam mol) = Massa senyawa atau unsur (gram) / Massa molar senyawa
atau unsur (gram/mol) = 0,3 mol
hubungan Mol dengan Volume
a. Gas pada keadaan standar
Pengukuran kuantitas gas tergantung suhu dan tekanan gas. Jika gas diukur pada keadaan
standar, maka volumenya disebut volume molar. Volume molar adalah volume 1 mol gas
yang diukur pada keadaan standar. Keadaan standar yaitu keadaan pada suhu 0 °C (atau
273 K) dan tekanan 1 atmosfer (atau 76 cmHg atau 760 mmHg) atau disingkat STP
(Standard Temperature and Pressure).
Besarnya volume molar gas dapat ditentukan dengan persamaan gas ideal: PV= nRT
P = tekanan = 1 atm
n = mol = 1 mol gas
T = suhu dalam Kelvin = 273 K
R= tetapan gas = 0,082 liter atm/mol K
Maka:
P V = nRT
V =1 x 0,082 x 273
V = 22,389
V = 22,4 liter
Jadi, volume standar = VSTP = 22,4 Liter/mol.
Dapat dirumuskan: V = n x Vm
n = jumlah mol
Vm = VSTP = volume molar
Contoh soal:
1) Berapa kuantitas (dalam mol) gas hidrogen yang volumenya 6,72 liter, jika diukur pada
suhu 0 °C dan tekanan 1 atm?
Jawab:
Kuantitas (dalam mol) H2 = volume H2/ VSTP
= 6,72 L / 22,4 mol/L
= 0,3 mol
b. Gas pada keadaan nonstandar

Jika volume gas diukur pada keadaan ATP (Am-bient Temperature and Pressure)
atau lebih dikenal keadaan non–STP maka menggunakan rumus:
PV= nRT
P = tekanan, satuan P adalah atmosfer (atm)
V = volume, satuan Vadalah liter
n = mol, satuan nadalah mol
R = tetapan gas = 0,082 liter atm / mol K
T = suhu, satuan T adalah Kelvin (K)

Contoh soal:
Tentukan volume 1,7 gram gas amonia yang diukur pada suhu 27 °C dan tekanan
76cmHg!
Jawab:
n = massa amonia / massa molar amonia
= 1,7 gram / 17 gram/mol
= 0,1 mol
P = (76 cmHg / 76 cmHg) x 1 atm = 1 atm
T = (t + 273) K = 27 + 273 = 300 K
PV =nRT
1 atm × V = 0,1 mol × 0,082 L atm / mol K × 300 K
V = 2,46 L
Hubungan mol dengan massa, bilangan Avogadro dan volume dapat diringkas dalam bagan dibawah ini.

Perhitungan Kimia dalam Reaksi Kimia


Pada materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa perbandingan koefisien menyatakan perbandingan jumlah
partikel dan perbandingan volume, sedangkan mol meru-pakan jumlah partikel dibagi bilangan Avogadro.
Perbandingan koefisien menyatakan perbandingan jumlah partikel, maka perbandingan koefisien juga
merupakan perbandinganmol.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Perbandingan koefisien = perbandingan volume
= perbandingan jumlah partikel
= perbandingan mol
Misalnya pada reaksi: N2(g) + 3 H2(g) → NH3(g)
a. Perbandingan volume N2(g): H2(g: NH3(g)= 1 : 3 : 2
b. Perbandingan jumlah partikel N2(g) : H2(g) : NH3(g) = 1 : 3 : 2
c. Perbandingan mol N2(g) : H2(g) : NH3(g) = 1 : 3 : 2
Contoh Soal
a. Pada reaksi pembentukan gas amonia (NH3) dari gas nitrogen dan hidrogen, jika gas nitrogen yang
direaksikan adalah 6 mol, maka tentukan:
1) jumlah mol gas hidrogen yang diperlukan;
2) jumlah mol gas amonia yang dihasilkan!
Jawab:
1) N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(g)
Mol H2 = ( koefisien H2 / koefisien N2 ) x mol N2
= (3/1) x 6 = 18 mol
2) mol NH3 = (koefisien NH3 / koefisien N2) x mol N2
= (2/1) x 6 = 12 mol
Bilangan oksidasi

Bilangan oksidasi( biloks ) didefinisikan sebagai jumlah muatan negatif dan positif dalam atom,

yang secara tidak langsung menandakan jumlah elektron yang telah diterima atau diserahkan. Atom

yang menerima elektron akan bertanda negatif, atom yang melepaskan elektron bertanda positif.

1. Bilangan oksidasi unsur bebas (berbentuk atom, atau molekul unsur) adalah 0

(nol).

Unsur bebas berbentuk atom.'


- Bilangan oksidasi C dalam C =0
- Bilangan oksidasi Ca dalam Ca =0
- Bilangan oksidasi Cu dalam Cu =0
- Bilangan oksidasi Na dalam Na =0
- Bilangan oksidasi Fe dalam Fe =0
- Bilangan oksidasi Al dalam Al =0
- Bilangan oksidasi Ne dalam Ne =0
Unsur bebas berbentuk molekul.
- Bilangan oksidasi H dalam H2 =0
- Bilangan oksidasi O dalam O2 =0
- Bilangan oksidasi Cl dalam Cl2 =0
- Bilangan oksidasi P dalam P4 =0
- Bilangan oksidasi S dalam S8 =0
2. Bilangan oksidasi logam dalam senyawa selalu positif.
Unsur logam golongan 1 (sistem lama gol. IA) (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), bilangan oksidasinya +1.
- Bilangan oksidasi K dalam KCl, KNO3, atau K2SO4 = +1
Unsur logam golongan 2 (sistem lama gol. IIA) (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra), bilangan oksidasinya +2.
- Bilangan oksidasi Mg dalam MgO, MgCl2, atau MgSO4 = +2
Bilangan oksidasi unsur logam lain:
- Ag = +1
- Cu = +1 dan +2
- Hg = +1 dan +2
- Au = +1 dan +3
- Fe = +2 dan +3
3. Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1 atom)
sama dengan muatan ionnya.'
Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Ca2+, Al3+, Cl-, dan 02- berturut-turut +1,+2, +3, -1 dan -2.
Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+, SO42-, PO43- berturut-turut +1,-2, dan -3.
4. Bilangan oksidasi unsur golongan VIA (O, S, Se, Te, Po) pada senyawa
bineradalah -2, dan unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, I, At) pada senyawa biner adalah -1.'
Bilangan oksidasi unsur S pada Na2S dan MgS adalah -2.
Bilangan oksidasi unsur Cl pada NaCl, KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.
5. Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanya adalah +1.'

Kecuali dalam hidrida (senyawa hydrogen dengan logam), bilangan oksidasinya 1'

Alasan: dalam senyawa hidrida, hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H-. Biloks dari ion seperti hidrida adalah sama dengan

muatan ion, dalam hal ini adalah -1.'

Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1.

Bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2, dan AlH3 adalah -1.

6. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2, kecuali :'

1. Pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasinya adalah +2.

2. Pada senyawa peroksida, seperti H2O2, Na2O2 dan BaO2 , bilangan oksidasinya adalah -1.

3. Pada senyawa superoksida, seperti KO2 dan NaO2, bilangan oksidasinya adalah -½ . '

Bilangan oksidasi unsur O pada H2O, KOH, H2SO4 dan Na3PO4 adalah -2.

7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa adalah 0 (nol). '

Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuk ion poliatom sama denganmuatan ion poliatomnya. '

'
Reaksi kimia penyetaraan
1. sintesis
Dalam ilmu kimia, sintesis kimia adalah kegiatan
melakukan reaksi kimia untuk memperoleh suatu produk kimia,
ataupun beberapa produk. Hal ini terjadi berdasarkan peristiwa fisik
dan kimia yang melibatkan satu reaksi atau lebih. Sintesis kimia
adalah suatu proses yang dapat direproduksi selama kondisi yang
diperlukan terpenuhi.
2. Metatesis
Dalam dunia kimia, metatesis merujuk kepada reaksi di mana
bagian-bagian dari dua struktur yang saling bereaksi bertukar
tempat, lihat metatesis (kimia); dalam kimia organik, istilah
metatesis sering digunakan untuk merujuk kepada metatesis olefin.
 Reaksi netralisasi
Reaksi netralisasi sesungguhnya adalah jenis khusus dari reaksi prgantian rangkap. Dengan
satu kation hydrogen dan satu jenis anion hidroksida. Hodrogen dalam asam menetralkan
hidroksida dalam basa untuk membenatuk air. Menurut teori Arrhenius, suatu reaksi
netralisasi meliputi penggabungan natara ion hydrogen dan ion hidroksida untuk
menghasilkan adanya air, dalam hal ini asam “yang tak berdisoiasi” bereaksi langsung
dengan ion-ion hidroksil, yang berada dalam fase padat.
Bronsted-Lowry menjelaskan bahwa reaksi netralisasi sebenarnya adalah reaskis antara ion
hidronium (H3O+) dan hidroksida (OH-).
 Reaksi reduksi dan Oksidasi (Redoks).

Dalam reaksi kimia, terdapat sejumlah reaksi dalam mana keadaan oksidasi berubah, yang disertai
pertukaran electron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau disingkat redoks. Oksidasi
adalah suatu proses yang mengakibatkan hilanganya satu elketron atau lebih dalam zat (atom, ion,
molekul). Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu electron atau lebih oleh zat
(atom, ion, molekul). Bila suatu unsure dioksidasi keadaan oksidasinya berubah harga ke harga yang lebih
positif. Bila suatu unsure direduksi, keadaan oksidasinya menjadi lebih negatif.

Contohnya adalah asam oksalat, dimasukkan kalium permanganat

MnO4-(aq) + H2C2O4(aq) --> Mn2+(aq) + 2CO2(G)

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq) --> 2Mn2+(aq) + 10CO2(G) + 8H2O(l)

Asam Oksalat mengalami oksidasi, karena bilangan oksidasinya mengalami kenaikan, sedangkan ion
permanganat mengalami reduksi, karena bilangan oksidasinya mengalami penurunan.

Anda mungkin juga menyukai