A. Sejarah
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygne pada tahun
1777. Nama tersebut berasal dari akar kata Yunani (oxys) (asam, secara
harfiah "tajam") dan - (-gens) (penghasil, secara harfiah penghasil
keturunan). Ia menamainya demikian karena ia percaya bahwa oksigen
merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, namun pada saat para
kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygne telah digunakan secara luas
dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk
disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat
dari siklus oksigen. Siklus biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di
dalam dan di antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, biosfer, dan litosfer.
Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis. Fotosintesis
melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan proses pembusukan
menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan, laju produksi
dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di
atmosfer setiap tahunnya.
C. Siklus Oksigen
Gambar berikut merupakan siklus oksigen. Siklus oksigen memperlihatkan
pertukaran antara oksigen dalam bentuk gas (O2) yang terdapat dalam jumlah
yang besar di atmosfer dengan oksigen dalam bentuk senyawa yaitu
karbondioksida (CO2) dan air (H2O), serta bahan-bahan organik.
Siklus oksigen ini sangat berkaitan erar dengan siklus unsur lainnya,
terutama siklus karbon. Oksigen yang berada dalam bentuk senyawa (yang terikat
secara kimia) melalui berbagai proses menghasilkan energi, terutama pada
perubahan dan proses metabolik dalam organisme. Oksigen dilepasakan atau
dihasilkan dari proses fotosintesis. Unsur oksigen ini secara cepat
bereaksi/berikatan mebentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon pada proses
respirasi aerobik dan dengan karbon serta nitrogen pada proses pembakaran bahan
bakar fosil.
D. Struktur
Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak berwarna dan
tak berasa dengan rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen secara kimiawi
berikatan dengan konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki orde
ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai ikatan ganda ataupun
sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.
E. Isotop
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami adalah 16O, 17O, dan 18O,
dengan 16O merupakan yang paling melimpah (99,762%). Isotop oksigen dapat
berkisar dari yang bernomor massa 12 sampai dengan 28.
Kebanyakan 16O di disintesis pada akhir proses fusi helium pada bintang,
namun ada juga beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon. 17O
utamanya dihasilkan dari pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus
CNO, membuatnya menjadi isotop yang paling umum pada zona pembakaran
hidrogen bintang. Kebanyakan 18O diproduksi ketika 14N (berasal dari
pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang paling
umum di zona kaya helium bintang.
Manusia yang normal akan membutuhkan oksigen sekitar 375 liter per hari.
Secara alamiah, kita mendapatkan oksigen dengan bernapas melalui paru-paru.
Oksigen sampai di paru-paru kemudian ke alveoli lalu akan diikat oleh
hemoglobin di dalam darah. Kemudian disalurkan ke seluruh tubuh untuk
membantu proses pembakaran glukosa menjadi energi.
Oksigen kini tidak hanya dapat dihirup, namun bisa juga dimasukkan
melalui saluran pencernaan. Hampir sama dengan air minum dalam kemasan
lainnya, air oksigen berasal dari tanah atau mata air yang telah melalui proses
destilasi, kemudian di akhir prosesnya ditambahkan dengan oksigen. Melalui
oxygen keeper technology, air yang tadinya mengandung oksigen relatif sedikit,
kini bisa mencapai 10 kali lipat lebih tinggi kadar oksigennya. Air oksigen
biasanya mengandung 80 ppm oksigen per botol. Namun, oksigen yang sudah
larut dalam air?bersifat sangat labil dan mudah terlepas kembali terutama jika air
tersebut berada dalam kondisi di atas suhu ruang (25-30oC), terkena panas, atau
terpapar cahaya matahari langsung.
Gas Oksigen
Ozon
G. Senyawa-Senyawa Oksigen
a. Senyawa Oksida
Oksida adalah senyawa
biner suatu unsur dengan oksigen.
Sebagian besar oksida diperoleh
langsung dengan mereaksikan
unsurnya langsung dengan oksigen.
Oksida-oksida dasar yang
sederhana jika bereaksi dengan air
akan menghasilkan hidroksida
logam. Sebagai contoh, lithium oksida bereaksi dengan air menghasilkan
larutan lithium hidroksida yang tidak berwarna. Oksida dapat diklasifikasikan
ke dalam lima golongan, yaitu oksida nonlogam(oksida asam), oksida
logam(oksida basa), oksida amfoter, oksida netral dan oksida campuran :
1) Oksida asam, adalah suatu oksida yang dengan air akan membentuk
asam, biasanya merupakan oksida non-logam. Misalnya: SO3, CO2, dll.
2) Oksida basa, adalah suatu oksida yang dengan air akan membentuk
basa, biasanya merupakan oksida logam. Misalnya barium oksida bereaksi
dengan air menghasilkan basa menurut persamaan reaksi :
4) Oksida netral, adalah suatu oksida yang tidak bereaksi dengan asam
maupun basa. Misalanya : H2O, N2O, NO, CO
b. Senyawa Peroksida
Peroksida adalah senyawa oksida yang memiliki bilangan oksidasi -1.
Misalnya, ,H2O2, Na2O2, BaO2. Senyawa peroksida yang banyak digunakan
adalah hidrogen peroksida,H2O2.
Hidrogen peroksida, H2O2, merupakan cairan biru pucat dengan titik
beku -0,46oC. Cairannya lebih kental daripada air (1,47 g/cm3) karena kuatnya
ikatan hidrogen. Senyawa murninya tidak stabil. Peruraian H2O2 merupakan
reaksi eksoterm yang dikatalisis oleh cahaya dan berbagai bahan (seperti besi
dan tembaga), menurut persamaan reaksi :
2H2O2(l) 2H2O(l) + O2(g) G = -119,2 kJ mol-1
c. Senyawa Superoksida
H. Sifat Fisika
Nomor atom 8
Keelektronegatifan 3,5
I. Sifat Kimia
Oksigen membentuk senyawa kimia dengan semua elemen lain kecuali gas
inert cahaya. Menjadi bukan logam yang paling aktif (setelah fluor), oksigen
berinteraksi langsung dengan unsur-unsur yang paling reaktif. Satu-satunya
pengecualian adalah gas inert berat, halogen, emas, dan platinum; senyawa dengan
oksigen yang diperoleh dengan metode tidak langsung. Hampir semua reaksi yang
melibatkan oksigen adalah reaksi oksidasi eksotermik, yaitu, disertai dengan evolusi
panas. Oksigen bereaksi dengan hidrogen pada suhu biasa sangat lambat, sedangkan
reaksi ini hasil eksplosif di atas 550 C: 2H 2 + O 2 = 2H 2 O. Oksigen bereaksi
dengan belerang, karbon, nitrogen, dan fosfor sangat lambat dalam keadaan biasa.
Laju reaksi meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada karakteristik
pengapian suhu untuk masing-masing elemen pembakaran terjadi. Reaksi oksigen
dengan nitrogen adalah endotermik karena stabilitas tertentu dari molekul 2 N dan
menjadi nyata hanya di atas 1200 C atau dalam mengalirkan listrik: N 2 + O 2 =
2NO. Oksigen aktif mengoksidasi hampir semua logam dan, dengan mudah khusus,
alkali dan alkali logam tanah. Reaktivitas dari suatu logam dengan oksigen tergantung
pada banyak faktor, seperti kondisi permukaan logam, tingkat subdivisi, dan adanya
kotoran.
Sumber :
Achmad, hiskia. 1992. Kimia unsur dan radiokimia. Bandung : Pt. Adhitia Bakti
Effendy. 2004. Teori VSPER kepolaran dan gaya antar molekul. Malang : UIN
Malang
Djati
Indonesia
https://guide-prof.blogspot.co.id/2014/10/sifat-fisika-dan-kimia-oksigen.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen
http://kimiadasar.com/oksigen/
http://ytarwiyana.blogspot.co.id/2011/04/makalah-oksigen-kimia-anorganik-1.html