Anda di halaman 1dari 98

Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia

Kimia Kelas 1 > Stoikiometri


160
< Sebelum Sesudah >
STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari
komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.
1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh:
hidrogen + oksigen hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"

Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.

Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO
3
) x massa CaCO
3

= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO
3
x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah
satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".

Contoh:

Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO
2
dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen
pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT

dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)

Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-
kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:

A.

HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n
1
= n
2
dan T
1
= T
2
; sehingga diperoleh : P
1
V
1
= P
2
V
2


Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur
tersebut 0.5 mol NH
3
mempunyai volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?

Jawab:
P
1
V
1
= P
2
V
2

2.5 = P
2
. 10 P2 = 1 atmosfir
B. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile diukur
pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat
den sederhana".

Jadi untuk: P
1
= P
2
dan T
1
= T
2
berlaku : V
1
/ V
2
= n
1
/ n
2


Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N
2
) jika pada kondisi tersebut 1
liter gas hidrogen (H
2
) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14

Jawab:
V
1
/V
2
= n
1
/n
2
10/1 = (x/28) / (0.1/2) x = 14 gram
Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.
C. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan
keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P
1
. V
1
/ T
1
= P
2
. V
2
/ T
2

D. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa
pada keadaan STP (0
o
C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume
ini disebut sebagai volume molar gas.

Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH
3
) pada suhu 27
o
C dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)

Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol

Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter

Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:

P
1
. V
1
/ T1 = P
2
. V
2
/ T
2

1 x 112.1 / 273 = 1 x V
2
/ (273 + 27) V
2
= 12.31 liter




Massa Atom Dan Massa Rumus
Kimia Kelas 1 > Stoikiometri
161
< Sebelum Sesudah >
1. Massa Atom Relatif (A
r
)
merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa 1 atom karbon
12
2. Massa Molekul Relatif (M
r
)
merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan 1/12 massa 1
atom karbon 12.
Massa molekul relatif (M
r
) suatu senyawa merupakan penjumlahan dari massa atom
unsur-unsur penyusunnya.

Contoh:
Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X
2
Y
4
?

Jawab:
M
r
X
2
Y
4
= 2 x A
r
. X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220


Konsep Mol
Kimia Kelas 1 > Stoikiometri
162
< Sebelum Sesudah >
1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya
sebesar bilangan Avogadro dan massanya = M
r
senyawa itu.

Jika bilangan Avogadro = L maka :
L = 6.023 x 10
23

1 mol atom = L buah atom, massanya = A
r
atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = M
r
molekul tersehut.
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat

Contoh:
Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?

Jawab:
M
r
NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
mol NaOH = massa / M
r
= 20 / 40 = 0.5 mol
Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 10
23
molekul.


Persamaan Reaksi
Kimia Kelas 1 > Stoikiometri
163
< Sebelum Sesudah >
PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT
1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud
gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den
tekanannya sama)

Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari

HNO
3
(aq) + H
2
S (g) NO (g) + S (s) + H
2
O (l)
Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah dengan memisalkan
koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e sehingga:

a HNO
3
+ b H
2
S c NO + d S + e H
2
O
Berdasarkan reaksi di atas maka
atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)
atom O : 3a = c + e 3a = a + e e = 2a
atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a 2b = 3a b = 3/2 a
atom S : b = d = 3/2 a

Maka agar terselesaikan kita ambil sembarang harga misalnya a = 2 berarti: b = d = 3, dan
e = 4 sehingga persamaan reaksinya :

2 HNO
3
+ 3 H
2
S 2 NO + 3 S + 4 H
2
O

Hitungan Kimia
Kimia Kelas 1 > Hitungan Kimia
164
< Sebelum Sesudah >
Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada hukum-hukum dasar
ilmu kimia.

Dalam hal ini akan diberikan bermacam-macam contoh soal hitungan kimia beserta
pembahasanya.

Contoh-contoh soal :
1. Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C = 12 ; O= 16 ;
Ca=40)
Jawab :
1 mol CaCO, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol O
M
r
CaCO
3
= 40 + 12 + 48 = 100
Jadi kadar kalsium dalam CaCO
3
= 40/100 x 100% = 40%

2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan asam klorida
encer berlebih sesuai reaksi :
2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl
3
(aq) + 3 H
2
(g)
Berapa gram aluminium klorida dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada
kondisi standar ?

Jawab:
Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan
2 mol Al x 2 mol AlCl
3
3 mol H
2

5.4 gram Al = 5.4/27 = 0.2 mol
Jadi:
AlCl
3
yang terbentuk = 0.2 x M
r
AlCl
3
= 0.2 x 133.5 = 26.7 gram
Volume gas H
2
yang dihasilkan (0
o
C, 1 atm) = 3/2 x 0.2 x 22.4 = 6.72 liter

3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe
2
O
3
(Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini direduksi
dengan gas CO sehingga dihasilkan besi.
Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ?
Jawab:
1 mol Fe
2
O
3
mengandung 2 mol Fe
maka : massa Fe
2
O
3
= ( M
r
Fe
2
O
3
/2 A
r
Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320 ton
Jadi bijih besi yang diperlukan = (100 / 80) x 320 ton = 400 ton

4. Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut dipanaskan
sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa garam tersebut
menjadi 15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam garam tersebut
?
Jawab :
misalkan rumus garamnya adalah CuSO
4
.

xH
2
O
CuSO
4
. xH
2
O CuSO
4
+ xH
2
O
24.95 gram CuSO
4
. xH
2
O = 159.5 + 18x mol
15.95 gram CuSO
4
= 159.5 mol = 0.1 mol
menurut persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan bahwa:
banyaknya mol CuS0
4
. xH
2
O = mol CuSO
4
; sehingga persamaannya
24.95/ (159.5 + 18x) = 0.1 x = 5
Jadi rumus garamnya adalah CuS0
4
. 5H
2
O

Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam
molekul.
Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan A
r
masing-masing unsurnya
- % massa dan A
r
masing-masing unsurnya
- perbandingan massa dan A
r
masing-masing unsurnya

Rumus molekul: bila rumus empirisnya sudah diketahui dan M
r
juga diketahui maka rumus
molekulnya dapat ditentukan.
Contoh: Suatu senyawa C den H mengandung 6 gram C dan 1 gram H.
Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut bila
diketahui Mr nya = 28 !
Jawab: mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2
Jadi rumus empirisnya: (CH
2
)
n

Bila M
r
senyawa tersebut = 28 maka: 12n + 2n = 28 14n = 28 n =
2
Jadi rumus molekulnya : (CH
2
)
2
= C
2
H
4

Contoh: Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (C
x
H
y
) dalam keadaan gas
diperlukan oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO
2
sebanyak 60 ml.
Tentukan rumus molekul hidrokarbon tersebut !
Jawab: Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum
C
x
H
y
(g) + (x + 1/4 y) O
2
(g) x CO
2
(g) + 1/2 y H
2
O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam
reaksi.
Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol berbanding
lurus dengan volumenya
Maka:
mol C
x
H
y
: mol O
2
: mol CO
2
= 1 : (x + 1/4y) : x
20 : 100 : 60 = 1 : (x + 1/4y) : x
1 : 5 : 3 = 1 : (x + 1/4y) : x
atau:
1 : 3 = 1 : x x = 3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y = 8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8

Reaksi Eksoterm Dan Endoterm
Kimia Kelas 1 > Termokimia
165
< Sebelum Sesudah >
a. Reaksi Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada
reaksi tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga AH = ( - )

Contoh : C(s) + O
2
(g) CO
2
(g) + 393.5 kJ ; AH = -393.5 kJ

b. Reaksi Endoterm

Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada
reaksi tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga AH = ( + )

Contoh : CaCO
3
(s) CaO(s) + CO
2
(g) - 178.5 kJ ; AH = +178.5 kJ

Perubahan Entalpi
Kimia Kelas 1 > Termokimia
166
< Sebelum Sesudah >
Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada
tekanan tetap.
a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)
Contoh: H
2
2H - a kJ ; AH= +akJ
b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H H
2
+ a kJ ; AH = -a kJ
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :
1. Entalpi Pembentakan Standar ( AHf ):
AH untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H
2
(g) + 1/2 O
2
(g) H
2
0 (l) ; AHf = -285.85 kJ
2. Entalpi Penguraian:
AH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (=
Kebalikan dari AH pembentukan).
Contoh: H
2
O (l) H
2
(g) + 1/2 O
2
(g) ; AH = +285.85 kJ
3. Entalpi Pembakaran Standar ( AHc ):
AH untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O
2
dari udara yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH
4
(g) + 2O
2
(g) CO
2
(g) + 2H
2
O(l) ; AHc = -802 kJ
4. Entalpi Reaksi:
AH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan
reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi
bulat sederhana.
Contoh: 2Al + 3H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3H
2
; AH = -1468 kJ
5. Entalpi Netralisasi:
AH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.
Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H
2
O(l) ; AH = -890.4 kJ/mol
6. Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya =
jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-
unsur pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari
positif menjadi negatif atau sebaliknya
Contoh:
N
2
(g) + 3H
2
(g) 2NH
3
(g) ; AH = - 112 kJ
2NH
3
(g) N
2
(g) + 3H
2
(g) ; AH = + 112 kJ

Penentuan Perubahan Entalpi Dan Hukum Hess
Kimia Kelas 1 > Termokimia
167
< Sebelum Sesudah >
PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI
Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya digunakan alat
seperti kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin lebih sensitif.
Perhitungan : AH reaksi = E AHf
o
produk - E AHf
o
reaktan

HUKUM HESS
"Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung
pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir."
Contoh:
C(s) + O
2
(g) CO
2
(g) ; AH = x kJ 1 tahap
C(s) + 1/2 0
2
(g) CO(g) ; AH = y kJ
2 tahap
CO(g) + 1/2 O
2
(g) CO
2
(g) ; AH = z kJ
------------------------------------------------------------ +
C(s) + O
2
(g) CO
2
(g) ; AH = y + z kJ
Menurut Hukum Hess : x = y + z

Energi-Energi Dan Ikatan Kimia
Kimia Kelas 1 > Termokimia
168
< Sebelum Sesudah >
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kimia,
sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan. Untuk molekul kompleks,
energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom
bebas disebut energi atomisasi.
Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul
tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H
2
, 0
2
, N
2
atau HI yang
mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan energi ikatan Energi atomisasi
suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara pertolongan entalpi pembentukan senyawa
tersebut. Secara matematis hal tersebut dapat dijabarkan dengan persamaan :
AH reaksi = E energi pemutusan ikatan - E energi pembentukan ikatan
= E energi ikatan di kiri - E energi ikatan di kanan
Contoh:
Diketahui :
energi ikatan
C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol

Ditanya:
AH reaksi = C
2
H
4
(g) + H
2
(g) C
2
H
6
(g)


AH reaksi = Jumlah energi pemutusan ikatan - Jumlah energi pembentukan ikatan

= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ

Sistem Dispers Dan Sistem Koloid
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid
169
< Sebelum Sesudah >
SISTEM DISPERS
A. Dispersi kasar
(suspensi)
: partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar
dari 100 nm.
B. Dispersi koloid : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1
nm - 100 nm.
C. Dispersi molekuler
(larutan sejati)
: partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil
dari 1 nm.
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.

JENIS KOLOID

Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium
pendispersinya.

- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.

Sifat-Sifat Koloid
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid
170
< Sebelum Sesudah >
Sifat-sifat khas koloid meliputi :
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.



Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H
+



Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S
2-


c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel
atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi
yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)
3
bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H
+
.
(ii) Koloid As
2
S
3
bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S
2
.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya besar terhadap medium
pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya kecil terhadap medium
pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.


Elektroferisis Dan Dialisis
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid
171
< Sebelum Sesudah >
ELEKTROFERESIS

Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu
elektroda.
Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid
berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid
berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.
Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan alat
Cottrell.

DIALISIS

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya.
Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel

Pembuatan Koloid
Kimia Kelas 1 > Sistem Koloid
172
< Sebelum Sesudah >
A. Cara Kondensasi
Cara kondensasi termasuk cara kimia.


kondensasi

Prinsip
:
Partikel Molekular --------------> Partikel Koloid
Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi :
1. Reaksi Redoks
2 H
2
S(g) + SO
2
(aq) 3 S(s) + 2 H
2
O(l)
2. Reaksi Hidrolisis
FeCl
3
(aq) + 3 H
2
O(l) Fe(OH)
3
(s) + 3 HCl(aq)
3. Reaksi Substitusi
2 H
3
AsO
3
(aq) + 3 H
2
S(g) As
2
S
3
(s) + 6 H
2
O(l)
4. Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI
2
, BaSO
4

dapat membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO
3
(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) AgCl(s) + NaNO
3
(aq) (encer)

B. Cara Dispersi
Prinsip : Partikel Besar ----------------> Partikel Koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
1. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan
dengan cara penggerusan atau penggilingan.
2. Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.
3. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H
2
S ; endapan Al(OH)
3
oleh AlCl
3



Konsentrasi Dan Kecepatan Reaksi
Kimia Kelas 1 > Kecepatan Reaksi
173
< Sebelum Sesudah >
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain
dalam setiap satuan waktu.

Untuk reaksi: aA + bB mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:

1 (dA) 1 d(B) 1 d(M) 1 d(N)
V =
-
------- = -
------- =
+
-------- =
+
----------
a dt b dt m dt n dt
dimana:
- 1/a . d(A)
/dt
= r
A

= kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi zat A per
satuan wakru.
- 1/b . d(B)
/dt
= r
B

= kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi zat B per
satuan waktu.
- 1/m . d(M)
/dt
= r
M

= kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi zat M per
satuan waktu.
- 1/n . d(N)
/dt
= r
N

= kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi zat N per
satuan waktu.
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan
berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang pula
kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = k(A)
x
(B)
y


dimana:

V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.

Orde Reaksi
Kimia Kelas 1 > Kecepatan Reaksi
174
< Sebelum Sesudah >
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.
Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat
ditentukan berdasarkan percobaan.
Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan
reaksi :
v = k (A) (B)
2


persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan merupakan
reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah reaksi orde 3.
Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br
2
(g) 2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:
No. (NO) mol/l (Br
2
) mol/l
Kecepatan Reaksi
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108
Pertanyaan:
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
Jawab:
a. Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah V = k(NO)
x
(Br
2
)
y
: jadi
kita harus mencari nilai x den y.
Untuk menentukan nilai x maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak
berubah, yaitu data (1) dan (4).
Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4
kali maka :
2
x
= 4 x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)

Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak
berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br
2
naik 2 kali,
sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :
2
y
= 2 y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br
2
)

Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO)
2
(Br
2
) (reaksi orde 3)
b. Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja misalnya
data (1), maka:
V = k(NO)
2
(Br
2
)
12 = k(0.1)
2
(0.1)
k = 12 x 10
3
mol
-2
1
2
det
-1


Teori Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi
Kimia Kelas 1 > Kecepatan Reaksi
175
< Sebelum Sesudah >
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang bagaimana suatu
reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi antara dua jenis molekul
A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan waktu antara kedua jenis
molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan
konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan
semakin besar pula jumlah tumbukan yang terjadi.
TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA
LAIN :
- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang harus
dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat menghasilkan
reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih besar atau sama
dengan energi pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama
jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju reaksi absolut.
Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh molekul-
molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk). Keadaan
tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis
sebagai berikut:
A + B T
*
--> C + D
dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi
- T
*
adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi

SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA
BERIKUT


Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal sampai
dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul pereaksi harus
memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat mencapai keadaan
transisi (T
*
) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh
molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.

Tahap Menuju Kecepatan Reaksi
Kimia Kelas 1 > Kecepatan Reaksi
176
< Sebelum Sesudah >

Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal) sampai
keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Contoh: 4 HBr(g) + O
2
(g) 2 H
2
O(g) + 2 Br
2
(g)
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O
2
bereaksi dengan 4 molekul
HBr. Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil antara
molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan 1
molekul O
2
kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil
adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1 molekul O
2
. Hal ini berarti
reaksi di atas harus berlangsung dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya
adalah :
Tahap 1: HBr + O
2

HOOBr
(lambat)
Tahap 2: HBr + HOOBr
2HOBr
(cepat)
Tahap 3: (HBr + HOBr
H
2
O + Br
2
) x 2
(cepat)
------------------------------------------------------ +
4 HBr + O
2
--> 2H
2
O + 2 Br
2

Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut
ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya
paling lambat.
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan
kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling lambat
dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan
reaksi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi
Kimia Kelas 1 > Kecepatan Reaksi
177
< Sebelum Sesudah >
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat
yang bereaksi, suhu dan katalisator.
A. KONSENTRASI
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang
bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat
yang bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian
makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.

B. SIFAT ZAT YANG BEREAKSI
Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya
reaksi.
Secara umum dinyatakan bahwa:
- Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.
Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya
berlawanan.

Contoh: Ca
2+
(aq) + CO
3
2+
(aq) CaCO
3
(s)
Reaksi ini berlangsung dengan cepat.

- Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.
Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi
untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang
bereaksi.

Contoh: CH
4
(g) + Cl
2
(g) CH
3
Cl(g) + HCl(g)
Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi misalnya
cahaya matahari.

C. SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah
sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea.
Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan
kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai
tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k = A . e
-E/RT

dimana:

k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/mol
o
K = 8.314 joule/mol
o
K
T : suhu reaksi (
o
K)

D. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis
akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan
jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi
yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi
dapat berlangsung lebih cepat.

Keadaan Kesetimbangan
Kimia Kelas 1 > Kesetimbangan Kimia
178
< Sebelum Sesudah >
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila dalam
suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri maka,
reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksi kesetimbangan dapat
dinyatakan sebagai:
A + B C + D

ADA DUA MACAM SISTEM KESETIMBANGAN, YAITU :
1. Kesetimbangan dalam sistem homogen
a. Kesetimbangan dalam sistem gas-gas
Contoh: 2SO
2
(g) + O
2
(g) 2SO
3
(g)
b. Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan
Contoh: NH
4
OH(aq) NH
4
+
(aq) + OH
-
(aq)

2. Kesetimbangan dalam sistem heterogen
a. Kesetimbangan dalam sistem padat gas
Contoh: CaCO
3
(s) CaO(s) + CO
2
(g)
b. Kesetimbangan sistem padat larutan
Contoh: BaSO
4
(s) Ba
2
+
(aq) + SO
4
2-
(aq)
c. Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas
Contoh: Ca(HCO
3
)
2
(aq) CaCO
3
(s) + H
2
O(l) + CO
2
(g)


Hukum Kesetimbangan
Kimia Kelas 1 > Kesetimbangan Kimia
179
< Sebelum Sesudah >
Hukum Guldberg dan
Wange:
Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil
kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali
konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-masing
konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya
adalah tetap.
Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai hukum kesetimbangan.
Untuk reaksi kesetimbangan: a A + b B c C + d D maka:
Kc = (C)
c
x (D)
d
/ (A)
a
x (B)
b


K
c
adalah konstanta kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap.
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
- Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas yang
dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat yang berbentuk gas
saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap den nilainya telah terhitung dalam
harga Kc itu.
Contoh: C(s) + CO
2
(g) 2CO(g)
K
c
= (CO)
2
/ (CO
2
)
- Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan dalam
perhitungan K
c
hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.
Contoh: Zn(s) + Cu
2+
(aq) Zn
2+
(aq) + Cu(s)
K
c
= (Zn
2+
) / (CO
2+
)
- Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya tergolong salah
satu reaktan atau hasil reaksinya maka konsentrasi dari pelarut itu tidak dimasukkan
dalam perhitungan Kc.
Contoh: CH
3
COO
-
(aq) + H
2
O(l) CH
3
COOH(aq) + OH
-
(aq)
K
c
= (CH
3
COOH) x (OH
-
) / (CH
3
COO
-
)

Contoh soal:
1. Satu mol AB direaksikan dengan satu mol CD menurut persamaan reaksi:
AB(g) + CD(g) AD(g) + BC(g)
Setelah kesetimbangan tercapai ternyata 3/4 mol senyawa CD berubah menjadi AD dan BC.
Kalau volume ruangan 1 liter, tentukan tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini !
Jawab:
Perhatikan reaksi kesetimbangan di atas jika ternyata CD berubah (bereaksi) sebanyak 3/4
mol maka AB yang bereaksi juga 3/4 mol (karena koefsiennya sama).
Dalam keadaan kesetimbangan:
(AD) = (BC) = 3/4 mol/l
(AB) sisa = (CD) sisa = 1 - 3/4 = 1/4 n mol/l
K
c
= [(AD) x (BC)]/[(AB) x (CD)] = [(3/4) x (3/4)]/[(1/4) x (1/4)] = 9
2. Jika tetapan kesetimbangan untuk reaksi:
A(g) + 2B(g) 4C(g)
sama dengan 0.25, maka berapakah besarnya tetapan kesetimbangan bagi reaksi:
2C(g) 1/2A(g) + B(g)
Jawab:
- Untuk reaksi pertama: K
1
= (C)
4
/[(A) x (B)
2
] = 0.25
- Untuk reaksi kedua : K
2
= [(A)
1/2
x (B)]/(C)
2

- Hubungan antara K1 dan K2 dapat dinyatakan sebagai:
K
1
= 1 / (K
2
)
2
K
2
= 2

Pergeseran Kesetimbangan
Kimia Kelas 1 > Kesetimbangan Kimia
180
< Sebelum Sesudah >
Azas Le Chatelier menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka
sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi
sekecil-kecilnya.
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru
akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.
Bagi reaksi:
A + B C + D

KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN
1. Dari kiri ke kanan, berarti A bereaksi dengan B memhentuk C dan D, sehingga
jumlah mol A dan Bherkurang, sedangkan C dan D bertambah.
2. Dari kanan ke kiri, berarti C dan D bereaksi membentuk A dan B. sehingga jumlah
mol C dan Dherkurang, sedangkan A dan B bertambah.

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK KESETIMBANGAN ADALAH :
a. Perubahan konsentrasi salah satu zat
b. Perubahan volume atau tekanan
c. Perubahan suhu
A. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika
konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat
tersebut.
Contoh: 2SO
2
(g) + O
2
(g) 2SO
3
(g)
- Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO
2
, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O
2
, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kiri.
B. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN
Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan
volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan
berupa pergeseran kesetimbangan.
Jika tekanan diperbesar = volume diperkecil, kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah Koefisien Reaksi Kecil.
Jika tekanan diperkecil = volume diperbesar, kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah Koefisien reaksi besar.
Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri
= jumlah koefisien sebelah kanan, maka perubahan tekanan/volume
tidak menggeser letak kesetimbangan.
Contoh:
N
2
(g) + 3H
2
(g) 2NH
3
(g)

Koefisien reaksi di kanan = 2
Koefisien reaksi di kiri = 4
- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil), maka
kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar), maka
kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.

C. PERUBAHAN SUHU

Menurut Van't Hoff:
- Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
- Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Contoh:
2NO(g) + O
2
(g) 2NO
2
(g) ; AH = -216 kJ
- Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
- Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.

Pengaruh Katalisator Terhadap Kesetimbangan Dan Hubungan Antara
Harga Kc Dan Kp
Kimia Kelas 1 > Kesetimbangan Kimia
181
< Sebelum Sesudah >
PENGARUH KATALISATOR TERHADAP KESETIMBANGAN
Fungsi katalisator dalam reaksi kesetimbangan adalah mempercepat tercapainya
kesetimbangan dan tidak merubah letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan K
c
tetap), hal ini disebabkan katalisator mempercepat reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar.

HUBUNGAN ANTARA HARGA K
c
DENGAN K
p


Untuk reaksi umum:

a A(g) + b B(g) c C(g) + d D(g)

Harga tetapan kesetimbangan:
K
c
= [(C)
c
. (D)
d
] / [(A)
a
.

(B)
b
]
K
p
= (P
C
c
x P
D
d
) / (P
A
a
x P
B
b
)
dimana: P
A
, P
B
, P
C
dan P
D
merupakan tekanan parsial masing-masing gas A, B. C dan D.

Secara matematis, hubungan antara K
c
dan K
p
dapat diturunkan sebagai:
K
p
= K
c
(RT)
An

dimana An adalah selisih (jumlah koefisien gas kanan) dan (jumlah koefisien gas kiri).
Contoh:
Jika diketahui reaksi kesetimbangan:
CO
2
(g) + C(s) 2CO(g)

Pada suhu 300
o
C, harga K
p
= 16. Hitunglah tekanan parsial CO
2
, jika tekanan total dalaun
ruang 5 atm!
Jawab:
Misalkan tekanan parsial gas CO = x atm, maka tekanan parsial gas CO
2
= (5 - x) atm.
K
p
= (PCO)
2
/ PCO
2
= x
2
/ (5 - x) = 16 x = 4
Jadi tekanan parsial gas CO2 = (5 - 4) = 1 atm

Kesetimbangan Disosiasi
Kimia Kelas 1 > Kesetimbangan Kimia
182
< Sebelum Sesudah >
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah mol
mula-mula.
Contoh:
2NH
3
(g) N
2
(g) + 3H
2
(g)
besarnya nilai derajat disosiasi (o):
o = mol NH
3
yang terurai / mol NH
3
mula-mula

Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:
a = 0 berarti tidak terjadi penguraian
a = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
0 < o < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian).
Contoh:
Dalam reaksi disosiasi N
2
O
4
berdasarkan persamaan

N
2
O
4
(g) 2NO
2
(g)

banyaknya mol N
2
O4 dan NO
2
pada keadaan setimbang adalah sama.
Pada keadaan ini berapakah harga derajat disosiasinya ?
Jawab:
Misalkan mol N
2
O
4
mula-mula = a mol
mol N
2
O
4
yang terurai = a o mol mol N
2
O
4
sisa = a (1 - o) mol
mol NO
2
yang terbentuk = 2 x mol N
2
O
4
yang terurai = 2 a o mol
Pada keadaan setimbang:
mol N
2
O
4
sisa = mol NO
2
yang terbentuk
a(1 - o) = 2a o 1 - o = 2 o o = 1/3
0

menu
pelajaran

Menu Kimia Kelas 2
< Kelas 1 Kelas 3 > Soal2x
1. Larutan
a. Larutan
b. Konsentrasi Larutan
2. Eksponen Hidrogen
a. Pendahuluan
b. Menyatakan pH Larutan Asam
c. Menyatakan pH Larutan Basa
d. Larutan Buffer (penyangga)
e. Hidrolisis
e.1. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah
e.2. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat
3. Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan
a. Teori Asam Basa
b. Stokiometri Larutan
4. Zat Radioaktif
a. Keradioaktifan Alam
b. Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan
5. Kimia Lingkungan
Kimia Lingkungan
6. Kimia Terapan Dan Terpakai
Kimia Terapan Dan Terpakai
7. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
a.1. Penurunan Tekanan Uap jenuh Dan Kenaikkan Titik Didih
a.2. Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik
b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
8. Hasil Kali Kelarutan
a. Pengertian Dasar
b. Kelarutan
c. Mengendapkan Elektrolit
9. Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
a. Oksidasi - Reduksi
b. Konsep Bilangan Oksidasi
c. Langkah-Langkah Reaksi Redoks
d. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
e. Elektrokimia
f. Sel Volta
g. Potensial Elektroda
h. Korosi
i. Elektrolisis
j. Hukum Faraday
10. Struktur Atom
a. Pengertian Dasar
b. Model Atom
c. Bilangan-Bilangan Kuantum
d. Konfigurasi Elektron
11. Sistem Periodik Unsur-Unsur
Sistem Periodik Unsur-Unsur
12. Ikatan Kimia
a. Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia
b. Ikatan ion = Elektrovalen = Heteropolar
c. Ikatan Kovalen = Homopolar
d. Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar
e. Ikatan Logam, Hidrogen, Van Der Walls
f. Bentuk Molekul
13. Hidrokarbon
a. Hidrokarbon termasuk senyawa karbon
b. Kekhasan atom karbon
c. Klasifikasi hidrokarbon
d. Alkana
e. Isomer alkana
f. Tata nama alkana
g. Alkena
h. Alkuna
i. Beberapa hidrokarbon lain

Pendahuluan
Kimia Kelas 2 > Larutan
183
< Sebelum Sesudah >
LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua
macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas :
1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl0
3
, H
2
SO
4
, HNO
3
dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH,
KOH, Ca(OH)
2
, Ba(OH)
2
dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al
2
(SO
4
)
3
dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan
harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH
3
COOH, HCN, H
2
CO
3
, H
2
S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH
4
OH, Ni(OH)
2
dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO
4
, PbI
2
dan lain-lain
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena
zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

Konsentrasi Larutan
Kimia Kelas 2 > Larutan
184
< Sebelum Sesudah >
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1. FRAKSI MOL
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah
mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X.

Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B. maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB = 1
2. PERSEN BERAT
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
- gula = 5/100 x 100 = 5 gram
- air = 100 - 5 = 95 gram
3. MOLALITAS (m)

Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
4. MOLARITAS (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H
2
SO
4
(Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H
2
SO
4
= (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5. NORMALITAS (N)

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H
+
.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH
-
.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi


Pendahuluan
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
185
< Sebelum Sesudah >
Besarnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan disebut derajat keasaman.
Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH.
pH = - log [H
+
]
Untuk air murni (25
o
C): [H
+
] = [OH
-
] = 10
-7
mol/l
pH = - log 10
-7
= 7

Atas dasar pengertian ini, ditentukan:
- Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral

- Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam

- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa

- Pada suhu kamar: pK
w
= pH + pOH = 14

Menyatakan pH Larutan Asam
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
186
< Sebelum Sesudah >
Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan
(dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.
1. pH Asam Kuat

Bagi asam-asam kuat ( o = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung
langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).

Contoh:
1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !

Jawab:
HCl(aq) H
+
(aq) + Cl
-
(aq)
[H
+
] = [HCl] = 0.01 = 10
-2
M
pH = - log 10
-2
= 2
2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !

Jawab:
H
2
SO
4
(aq) 2 H
+
(aq) + SO
4
2-
(aq)
[H
+
] = 2[H
2
SO
4
] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10
-1
M
pH = - log 10
-1
= 1

2. pH Asam Lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya = 1 (0 < o < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H
+
tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi
asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah
menghitung besarnya [H
+
] dengan rumus
[H
+
] = \ ( C
a
. K
a
)
dimana:
C
a
= konsentrasi asam lemah
K
a
= tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 0.025 mol CH
3
COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka =
10
-5

Jawab:
Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10
-1
M
[H
+
] = \ (C
a
. K
a
) = 10
-1
. 10
-5
= 10
-3
M
pH = -log 10
-3
= 3

Menyatakan pH Larutan Basa
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
187
< Sebelum Sesudah >
Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu
dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah.
1. pH Basa Kuat
Untuk menentukan pH basa-basa kuat (o = 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH
larutan dari konsentrasi basanya.
Contoh:
a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M !
b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)
2
0.01 M !
Jawab:
a. KOH(aq) K
+
(aq) + OH
-
(aq)
[OH
-
] = [KOH] = 0.1 = 10
-1
M
pOH = - log 10
-1
= 1
pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13
b. Ca(OH)
2
(aq) Ca
2+
(aq) + 2 OH
-
(aq)
[OH
-1
] = 2[Ca(OH)
2
] = 2 x 0.01 = 2.10
-2
M
pOH = - log 2.10
-2
= 2 - log 2
pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2

2. pH Basa Lemah
Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya = 1, maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH- digunakan rumus:
[OH
-
] = \ (C
b
. K
b
)
dimana:
C
b
= konsentrasi basa lemah
K
b
= tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH
4
OH, jika diketahui tetapan ionisasinya =
10
-5
!
Jawab:
[OH
-
] = \ (C
b
. K
b
) = 10
-3
. 10
-5
= 10
-4
M
pOH = - log 10
-4
= 4
pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10

Larutan Buffer
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
188
< Sebelum Sesudah >
Larutan buffer adalah:
a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.
Contoh:
- CH
3
COOH dengan CH
3
COONa
- H
3
PO
4
dengan NaH
2
PO
4

b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH
4
OH dengan NH
4
Cl
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.

CARA MENGHITUNG LARUTAN BUFFER
1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
[H
+
] = K
a
. C
a
/C
g

pH = pK
a
+ log C
a
/C
g

dimana:
C
a
= konsentrasi asam lemah
C
g
= konsentrasi garamnya
K
a
= tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol
natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
K
a
bagi asam asetat = 10
-5

Jawab:
C
a
= 0.01 mol/liter = 10
-2
M
C
g
= 0.10 mol/liter = 10
-1
M
pH= pK
a
+ log C
g
/C
a
= -log 10
-5
+ log
-1
/log
-2
= 5 + 1 = 6

2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH
-
] = K
b
. C
b
/C
g

pOH = pK
b
+ log C
g
/C
b

dimana:
C
b
= konsentrasi base lemah
C
g
= konsentrasi garamnya
K
b
= tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH
4
OH dengan 0.1 mol
HCl ! (K
b
= 10-5)
Jawab:
NH
4
OH(aq) + HCl(aq) NH
4
Cl(aq) + H
2
O(l)
mol NH
4
OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH
4
OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH
4
Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH
4
Cl) maka campurannya akan
membentuk
Larutan buffer.
C
b
(sisa) = 0.1 mol/liter = 10
-1
M
C
g
(yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10
-1
M
pOH = pK
b
+ log C
g
/C
b
= -log 10
-5
+ log 10
-1
/10
-1
= 5 + log 1 = 5
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

Hidrolisis
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
189
< Sebelum Sesudah >
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.

ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU :
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl,
K
2
SO
4
dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian
nilai pH = 7 (bersifat netral).
2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH
4
Cl,
AgNO
3
dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis
parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).
3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya
CH
3
COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami
hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).
4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya
CH
3
COONH
4
, Al
2
S
3
dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk
jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga K
a
den K
b
.

Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
190
< Sebelum Sesudah >
Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan persamaan:
[H
+
] = \ K
h
. C
g

dimana :
K
h
= K
w
/K
b

K
h
=

konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
pH = 1/2 (pK
W
- pK
b
- log C
g
)

Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.1 M NH
4
Cl ! (Kb = 10
-5
)
Jawab:
NH
4
Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung.
pH = 1/2 (pK
w
- pK
b
- log C
g
)
= 1/2 (-log 10
-14
+ log 10
-5
- log 10
-1
)
= 1/2 (14 - 5 + 1)
= 1/2 x 10
= 5

Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah
Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen
191
< Sebelum Sesudah >
Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan
digunakan persamaan:
[OH
-
] = \ K
h
. C
g

dimana:
K
h
= K
w
/K
a

K
h
= konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
pH = 1/2 (pK
w
+ pK
a
+
log C
g
)

Contoh:
Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (K
a
=
10
-5
).
Jawab:
NaOH + CH
3
COOH CH
3
COONa + H
2
O
- mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol
- mol CH
3
COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol
Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka tidak
ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH
3
COONa) yang terbentuk.
- mol CH
3
COONa = 0.002 mol (lihat reaksi)
- C
g
= 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10
-2
M
- Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan
basa kuat), besarnya:
pH = 1/2 (pK
w
+ pK
a
+ log C
g
)
= 1/2 (14 + 5 + log 10
-2
)
= 1/2 (19 - 2)
= 8.5

Teori Asam Basa
Kimia Kelas 2 > Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan
192
< Sebelum Sesudah >
A. MENURUT ARRHENIUS

Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H
+
.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH
-
.
Contoh:

1) HCl(aq) H
+
(aq) + Cl
-
(aq)
2) NaOH(aq) Na
+
(aq) + OH
-
(aq)

B. MENURUT BRONSTED-LOWRY

Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.
Contoh:

1) HAc(aq) + H
2
O(l) H
3
O+(aq) + Ac
-
(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HAc dengan Ac
-
merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
H
3
O+ dengan H
2
O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
2) H
2
O(l) + NH
3
(aq) NH
4
+
(aq) + OH
-
(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
H
2
O dengan OH
-
merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
NH
4
+
dengan NH
3
merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan
sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik
(amfoter)

Stokiometri Larutan
Kimia Kelas 2 > Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan
193
< Sebelum Sesudah >
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya
berada dalam bentuk larutan.
1. Stoikiometri dengan Hitungan Kimia Sederhana
Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia
sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan
komponen lain dalam suatu reaksi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
a. menulis persamann reaksi
b. menyetarakan koefisien reaksi
c. memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol
Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentuk larutan, maka mol larutan
dapat dinyatakan sebagai:
n = V . M
dimana:
n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan
Contoh:
Hitunglah volume larutan 0.05 M HCl yang diperlukan untuk melarutkan 2.4 gram
logam magnesium (Ar = 24).
Jawab:
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl
2
(aq) + H
2
(g)
24 gram Mg = 2.4/24 = 0.1 mol
mol HCl = 2 x mol Mg = 0.2 mol
volume HCl = n/M = 0.2/0.25 = 0.8 liter

2. Titrasi

Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Motode ini banyak dilakukan di
laboratorium. Beberapa jenis titrasi, yaitu:
1. titrasi asam-basa
2. titrasi redoks
3. titrasi pengendapan
Contoh:
1. Untuk menetralkan 50 mL larutan NaOH diperlukan 20 mL larutan 0.25 M HCl.
Tentukan kemolaran larutan NaOH !
Jawab:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H
2
O(l)
mol HCl = 20 x 0.25 = 5 m mol
Berdasarkan koefisien reaksi di atas.
mol NaOH = mol HCl = 5 m mol
M = n/V = 5 m mol/50mL = 0.1 M
2. Sebanyak 0.56 gram kalsium oksida tak murni dilarutkan ke dalam air. Larutan ini
tepat dapat dinetralkan dengan 20 mL larutan 0.30 M HCl.Tentukan kemurnian kalsium
oksida (Ar: O=16; Ca=56)!
Jawab:
CaO(s) + H
2
O(l) Ca(OH)
2
(aq)
Ca(OH)
2
(aq) + 2 HCl(aq) CaCl
2
(aq) + 2 H
2
O(l)
mol HCl = 20 x 0.30 = 6 m mol
mol Ca(OH)
2
= mol CaO = 1/2 x mol HCl = 1/2 x 6 = 3 m mol
massa CaO = 3 x 56 = 168 mg = 0.168 gram
Kadar kemurnian CaO = 0.168/0.56 x 100% = 30%

Keradioaktifan Alam
Kimia Kelas 2 > Zat Radioaktif
194
< Sebelum Sesudah >
Definisi : Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat radiokatif

MACAMNYA
KERADIOAKTIFAN ALAM
- Terjadi secara spontan

Misalnya:
92
238
U
90
224
Th +
2
4
He
1. Jenis peluruhan
a. Radiasi Alfa
- terdiri dari inti
2
4
He
- merupakan partikel yang massif
- kecepatan 0.1 C
- di udara hanya berjalan beberapa cm sebelum menumbuk
molekul udara
b. Radiasi Beta
- terdiri dari elektron
-1
0
e atau
-1
0
beta
- terjadi karena perubahan neutron
0
1
n
1
1
p +
-1
0
e
- di udara kering bergerak sejauh 300 cm
c. Radiasi Gamma
- merupakan radiasi elektromagnetik yang berenergi tinggi
- berasal dari inti
- merupakan gejala spontan dari isotop radioaktif
d. Emisi Positron
- terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan hampir sama
dengan elektron
- terjadi dari proton yang berubah menjadi neutron
1
1
p
0
1
n +
+1
0
e
e. Emisi Neutron
- tidak menghasilkan isotop unsur lain

2. Kestabilan inti
- Pada umumnya unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83
adalah radioaktif.
- Kestabilan inti dipengaruhi oleh perbandingan antara neutron dan
proton di dalam inti.
* isotop dengan n/p di atas pita kestabilan menjadi stabil dengan
memancarkan partikel beta.
* isotop dengan n/p di bawah pita kestabilan menjadi stabil
dengan menangkap elektron.
* emisi positron terjadi pada inti ringan.
* penangkapan elektron terjadi pada inti berat.

3. Deret keradioaktifan

Deret radioaktif ialah suatu kumpulan unsur-unsur hasil peluruhan suatu radioaktif
yang berakhir dengan terbentuknya unsur yang stabil.

a. Deret Uranium-Radium
Dimulai dengan
92
238
U dan berakhir dengan
82
206
Pb
b. Deret Thorium
Dimulai oleh peluruhan
90
232
Th dan berakhir dengan
82
208
Pb
c. Deret Aktinium
Dimulai dengan peluruhan
92
235
U dan berakhir dengan
82
207
Pb
d. Deret Neptunium
Dimulai dengan peluruhan
93
237
Np dan berakhir dengan
83
209

Bi

Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan
Kimia Kelas 2 > Zat Radioaktif
195
< Sebelum Sesudah >
KERADIOAKTIFAN BUATAN
Perubahan inti yang terjadi karena ditembak oleh partikel.
Prinsip penembakan:
o Jumlah nomor atom sebelum penembakan = jumlah nomor atom setelah
penembakan.
o Jumlah nomor massa sebelum penembakan = jumlah nomor massa setelah
penembakan.
Misalnya:
7
14
N +
2
4
He
8
17
O +
1
1
p

RUMUS
k = (2.3/t) log (N
o
/N
t
)
k = 0.693/t
1/2

t = 3.32 . t
1/2
. log N
o
/N
t

k = tetapan laju peluruhan
t = waktu peluruhan
N
o
= jumlah bahan radioaktif mula-mula
N
t
= jumlah bahan radioaktif pada saat t
t
1/2
= waktu paruh

RINGKASAN
1. Kestabilan inti: umumnya suatu isotop dikatakan tidak stabil bila:
a. n/p > (1-1.6)
b. e > 83
e = elektron
n = neutron
p = proton
2. Peluruhan radioaktif:
a. N
t
= N
o
. e
-1

b. 2.303 log N
o
/N
t
= k . t
c. k . t
1/2
= 0.693
d. (1/2)
n
= N
t
/N
o

t
1/2
x n = t
N
o
= jumiah zat radioaktif mula-mula (sebelum meluruh)
N
t
= jumiah zat radioaktif sisa (setelah meluruh)
k = tetapan peluruhan
t = waktu peluruhan
t
1/2
= waktu paruh
n = faktor peluruhan
Contoh:
1. Suatu unsur radioaktif mempunyai waktu paruh 4 jam. Dari sejumlah No unsur tersebut
setelah 1 hari berapa yang masih tersisa ?
Jawab:
t
1/2
= 4 jam ; t= 1 hari = 24 jam
t
1/2
x n = t n = t/t
1/2
= 24/4 = 6
(1/2)
n
= N
t
/N
o
(1/2)
6
= N
t
/N
o
N
t
= 1/64 N
o

2. 400 gram suatu zat radioaktif setelah disimpan selama 72 tahun ternyata masih tersisa
sebanyak 6.25 gram. Berapakah waktu paruh unsur radioaktif tersebut ?
Jawab:
N
o
= 400 gram
N
t
= 6.25 gram
t = 72 tahun
(1/2)
n
= N
t
/N
o
= 6.25/400 = 1/64 = (1/2)
6

n = 6 (n adalah faktor peluruhan)
t = t
1/2
x n t
1/2
= t/n = 72/6 = 12 tahun

ayo....
belajar !!

Kimia Lingkungan
Kimia Kelas 2 > Kimia Lingkungan
196
< Sebelum Sesudah >
DEFINISI
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari pengaruh dari bahan kimia terhadap lingkungan.
KETENTUAN
Kimia lingkungan mempelajari zat-zat kimia yang penggunaannya dapat menguntungkan
dibidang kemajuan teknologi tetapi hasil-hasil sampingannya merugikan, serta cara
pencegahannya.
MACAMNYA
1. Pencemaran udara
2. Pencemaran air
3. Pencemaran tanah
1. Pencemaran udara

a. Karbon monoksida (CO)
- tidak berwarna dan tidak barbau
- bersifat racun karena dapat berikatan dengan hemoglobin CO
+ Hb COHb
- kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar dan O
2
,
akibatnya darah kurang berfungsi sebagai pengangkut 0
2


b. Belerangdioksida (SO
2
)
- berasal dari: gunung api, industri pulp dengan proses sulfit dan
hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang (S)
- warna gas : coklat
- bersifat racun bagi pernafasan karena dapat mengeringkan
udara

c. Oksida nitrogen (NO dan NO
2
)
- pada pembakaran nitrogen, pembakaran bahan industri dan
kendaraan bermotor
- di lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk
asam nitrat yang bersifat korosif

d. Senyawa karbon
- dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa karbon di
bidang pertanian, kesehatan dan peternakan, misalnya
kelompok organoklor
- organoklor tersebut: insektisida, fungisida dan herbisida
2. Pencemaran air
a. Menurunnya pH air memperbesar sifat korosi air pada Fe dan dapat mengakibatkan
terganggunya
kehidupan organisme air.
b. Kenaikan suhu air mengakibatkan kelarutan O
2
berkurang.
c. Adanya pembusukan zat-zat organik yang mengubah warna, bau dan rasa air.
Syarat air sehat:
- tidak berbau dan berasa
- harga DO tinggi dan BOD rendah
3. Pencemaran tanah
- Adanya bahan-bahan sintetik yang tidak dapat dihancurkan oleh
mikroorganisme seperti plastik.
- Adanya buangan kimia yang dapat merusak tanah.
4. Dampak polusi

JENIS POLUTAN D A M P A K
CO Racun sebab afinitasnya terhadap Hb besar
NO
Peningkatan radiasi ultra violet sebab NO menurunkan kadar O
3

(filter ultra violet)
Freon s d a
NO
2
Racun paru
Minyak Ikan mati sebab BOD naik
Limbah industri Ikan mati sebab BOD naik
Pestisida Racun sebab pestisida adalah organoklor
Pupuk Tumbuhan mati kering sebab terjadi plasmolisis cairan sel


Kimia Terapan Dan Terpakai
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
197
< Sebelum Sesudah >
DEFINISI
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari reaksi-reaksi kimia yang dapat dimanfaatkan
dalam proses industri untuk mengolah bahan asal menjadi bahan jadi atau bahan setengah
jadi.

A. SABUN
B. DETERGEN
C. BENSIN
D. PUPUK
E. AIR
F. KESADAHAN
G. ZAT TAMBAHAN PADA MAKANAN
H. KERTAS

Sabun
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
198
< Sebelum Sesudah >
1. PENGERTIAN
Garam dari asam lemak dengan KOH/NaOH

2. JENIS
O
||
Lunak : R C OK
O
||
Keras : R C ONa

3. SIFAT
1. Mengandung alkali bebas kualitas rendah
2. Dalam H
2
O koloid
3. Dalam air sadah kurang membuih
4. PEMBUATAN
Lemak / Minyak + NaOH / KOH

Detergen
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
199
< Sebelum Sesudah >
1. PENGERTIAN
Garam Natrium dari Asam Sulfonat

2. SIFAT
Fisis
- Ujung non polar : R - O (hidrofob)
- Ujung polar : SO
3
Na (hidrofil)
Terhadap JASAD RENIK
- Rantai C-nya lurus : Biogradable
- Rantai C-nya bercabang : Unbiogradable
Kimiawi
- Dapat melarutkan lemak
- Tak dipengaruhi kesadahan air

3. PEMBUATAN
ROH + H
2
SO
4
ROSO
3
H + H
2
O
ROSO
3
H + NaOH ROSO
3
Na + H
2
O

Bensin
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
200
< Sebelum Sesudah >
1. KOMPOSISI
- Iso oktan (= 2, 2, 4 - trimetil pentana)
- n heptan (menimbulkan knocking)

2. BILANGAN OKTAN
Kadar iso oktan dalam bensin

3. KOMERSIAL
- Premium bilangan oktan + 80
- Premix bilangan oktan + 94

4. SENYAWA ANTI KNOCKING
Tetra etil lead (C
2
H
5
)
4
Pb

5. BENSIN CRACKING
Diperoleh melalui proses pemutusan Hidrokarbon
C
12
H
26
> C
6
H
14
+ C
6
H
12

425 C 25 atm

Pupuk
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
201
< Sebelum Sesudah >
JENIS PUPUK
1. Pupuk Alam
- Kompos
- Pupuk Hijau
- Pupuk Kandang

2. Pupuk Buatan
a. Pupuk Nitrogen
- Za = (NH
4
)
2
SO
4

- A.S.N = Amonium Sulfat Nitrat
- Urea = CO(NH
2
)
2

b. Pupuk Kalium N.P.K
c. Pupuk Pospor
- Enkel Superpospat
- Double Superpospat
- Triple Superpospat
Catatan :
Fungsi Pupuk : Mensuplai kebutuhan akan unsur-unsur tertentu


ayo....
belajar !!

Air
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
202
< Sebelum Sesudah >
H2O merupakan pelarut universal
1. Menurut Tempatnya
a. Air Tanah
b. Air Permukaan Sungai
c. Air Hujan
2. Menurut Kandungan Mineral
a. Air Murni
b. Air Tak Murni
- Air Minum
- Air mineral Air Pelikan dan Air Sadah

Kesadahan
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
203
< Sebelum Sesudah >
Air Sadah mengandung Ca
2+
dan Mg
2+

1. Jenis
a. Tetap bila anionnya SO
4
2-
/ Cl
-

....pelunakannya diberi Na
2
CO
3

b. Sementara bila anionnya HCO
3
-

....pengendapannya Dipanaskan dan Diberi Kapur
2. Dampak
a. Memboroskan

b.Sabun Menimbulkan Baru Ginjal

c.Menimbulkan Kerak Pada Dasar Ketel

Zat Tambahan Pada Makanan
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
204
< Sebelum Sesudah >
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah

- karbohidrat
- lemak
- protein
- vitamin
- mineral
- air

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat zat-
zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.
Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :
1. Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik kelihatannya, lebih
sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.
2. Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam proses
penyediaan/pembuatan bahan makanan.
Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu kesehatan.

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN
1. Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

Ada 2 macam zat warna:
a. Zat Warna Nabati, yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan. seperti
warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan warna
kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).
b. Zat Warna Sintetik, yang umumnya dibuat dari ter batubara
Zat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan,
karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa
beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit
kanker.

2. Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar makanan lebih
sedap rasa dan baunya.

3. Zat Pengawet
Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak.
Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain, misalnya
natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya digunakan juga
antibiotik.
Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama kelamaan menjadi tengik. Peristiwa
ini terjadi karena asam lemak
yang tidak jenuh dalam bahan ini teroksidasi.
Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah penyebabnya. Untuk mencegah proses ini
pada minyak atau lemak ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".
Contohnya:
- butil hidroksi anisol (BHA)
- butil hidroksi toluena (BHT)
Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam askorbat
(vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan itu.
Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur dengan
makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang pertanian dan
peternakan, misalnya senyawa organoklor.
Karena itu kita harus mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang
akan kita makan untuk mencegah
keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang sekarang sering diberikan
kepada hewan potong untuk
mempercepat pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak
kita kehendaki.

4. Zat Pemanis
Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai sehari-hari.
Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun, sirup dan
lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena kelebihan pemanis
sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan penyakit.
Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula yang
berasal dari daun Stevita rebaudina.

Kertas
Kimia Kelas 2 > Kimia Terapan Dan Terpakai
205
< Sebelum Sesudah >
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas ialah bahan-bahan yang mengandung
banyak selulosa, seperti bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain.
Pembuatan kertas dari bahan baku dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Pembuatan pulp
2. Pembuatan kertas dari pulp
Pulp, di samping dapat digunakan untuk membuat kertas, dapat juga digunakan untuk
membuat rayon (rayon adalah selulosa dalam bentuk serat-serat).
Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
1. Proses mekanis
2. Proses semi-kimia
3. Proses kimia
Pada proses mekanis tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling
dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat
lain.

Pada proses semi-kimia dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan
bahan kimia untuk lebih melunakkan, sehingga serat-
serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.

Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk
mengllilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat
selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa
yang murni dan tidak rusak.

Ada 2 metoda pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu:
a. Metoda proses basa

Termasuk di sini adalah:
- proses soda
- proses sulfat

b. Metoda proses asam

Yang termasuk proses asam adalah proses sulfit

Proses Basa

Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam
sebuah bejana yang disebut "digester."
Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak:
- NaOH 7%, untuk proses soda
- NaOH, Na
2
S dan Na
2
CO
3
untuk proses sulfat
Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain.
Reaksi sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis:
Larutan pemasak
Kayu > pulp (selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa asam
+ merkaptan + zat-zat pengotor lainnya.
Kemudian campuran yang selesai dimasak tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah
pulp dan disaring. Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat karton dan pulp halus yang
warnanya masih coklat harus dikelantang (diputihkan/dipucatkan). Pemucatan dilakukan
dengan menggunakan Kaporit atau Natrium hipoklorit. Perlu diperhatikan bahwa, bahan-
bahan kimia yang sudah terpakai tidak dibuang, tetapi diolah kembali untuk dipakai lagi.
Hal ini berarti menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan
Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah :
Na
2
SO
4
+ 2 C > Na
2
S + 2 CO
2

Na
2
CO
3
+ Ca(OH)
2
> 2 NaOH + CaCO
3

Proses Asam
Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan proses
basa. tetapi larutan yang digunakan adalah:
SO
2
, Ca(HSO
3
)
2
dan Mg(HS0
3
)
2

Pembuatan Kertas

Pulp yang sudah siap, diolah dengan bahan-bahan penolong seperti perekat damar, kaolin,
talk, gips, kalsium karbonat, tawas aluminium, kertas bekas, zat warna dan lain-lain, untuk
kemudian diproses menjadi kertas, melalui mesin pembentuk lembaran kertas, mesin
pengeras dan mesin pengering.
Catatan:
1. Zat-zat tersebut di atas dipakai dalam jumlah kecil sekali, dan bila berlebihan
berbahaya bagi kesehatan.
2. Ada zat pemanis yang dapat menimbulkan kanker pada hewan-hewan percobaan,
sehingga di beberapa negara dilarang.
3. Umumnya zat-zat tersebut di atas adalah sintetis.

Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan
206
< Sebelum Sesudah >
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut).
Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi
ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non
elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh Dan Kenaikan Titik Didih
Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan
207
< Sebelum Sesudah >
PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian
atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.
Menurut RAOULT:
p = p
o
. XB
dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = P
o
(1 - X
A
)
P = P
o
- P
o
. X
A

P
o
- P = P
o
. X
A

sehingga:
AP = po . XA
dimana:

AP = penunman tekanan uap jenuh pelarut
p
o
= tekanan uap pelarut murni
X
A
= fraksi mol zat terlarut
Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20
o
C adalah 18 mmHg.
Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 90/18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048
Penurunan tekanan uap jenuh air:

AP = P
o
. X
A
= 18 x 0.048 = 0.864 mmHg

KENAIKAN TITIK DIDIH
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni.
Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ATb = m . K
b

dimana:
ATb = kenaikan titik didih (
o
C)
m = molalitas larutan
K
b
= tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
ATb = (W/Mr) . (1000/p) . K
b

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan
sebagai:
Tb = (100 + ATb)
o
C

Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik
Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan
208
< Sebelum Sesudah >
PENURUNAN TITIK BEKU
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
AT
f
= m . K
f
= W/M
r
. 1000/p . K
f

dimana:
AT
f
= penurunan titik beku
m = molalitas larutan
K
f
= tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
M
r
= massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan
sebagai:
T
f
= (O - AT
f
)
o
C

TEKANAN OSMOTIK

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel
(proses osmosis).
Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = t , maka :
t = n/V R T = C R T
dimana :
t = tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol
o
K
T = suhu mutlak (
o
K)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.


Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan
209
< Sebelum Sesudah >
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada
konsentrasi yang sama
Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na
+
(aq) + Cl
-
(aq) karena terurai menjadi 2
ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah
derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
o = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk
elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < o < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.
1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
AT
b
= m . K
b
[1 + o(n-1)] = W/M
r
. 1000/p . K
b
[1+ o(n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
AT
f
= m . K
f
[1 + o(n-1)] = W/M
r
. 1000/p . K
f
[1+ o(n-1)]
3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
t = C R T [1+ o(n-1)]
Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur
(Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, K
b
= 0.52 dan K
f
= 1.86)
Jawab:
Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> NaF
+
(aq) + Cl
-
(aq)
Jumlah ion = n = 2.
AT
b
= 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416
o
C
AT
f
= 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488
o
C
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita
mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya
dianggap 1.

Pengertian Dasar
Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan
210
< Sebelum Sesudah >
Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi
beberapa kemungkinan:
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat
larut larutan tak jenuh.
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat
larut larutan jenuh.
- Garam AB larut sebagian larutan kelewat jenuh.
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit
yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen.
Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap
liter larutannya.
Contoh:
AgCl(s) Ag
+
(aq) + Cl
-
(aq)
K = [Ag
+
] [Cl
-
]/[AgCl]
K . [AgCl] = [Ag
+
][Cl
-
]
K
spAgCl = [Ag
+
] [Cl
-
]
Bila Ksp AgCl = 10
-10
, maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu
25
o
C, Mempunyai nilai [Ag
+
] [Cl
-
] = 10
-10


Kelarutan
Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan
211
< Sebelum Sesudah >
1. Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).

A
n
B(s)
n
A
+
(aq) + B
n-
(aq)
s n.s s
Ksp A
n
B = (n.s)
n
.s = n
n
.s
n+1
s = n+i Ksp A
n
B/n
n

dimana: s = sulobility = kelarutan
Kelarutan tergantung pada:
- suhu
- pH larutan
- ada tidaknya ion sejenis
2. Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis
AB(s) A
+
(aq) + B
-
(aq)
s n.s s
Larutan AX :
AX(aq) A
+
(aq) + X
-
(aq)
b b b
maka dari kedua persamaan reaksi di atas:

[A
+
] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan terhadap nilai b sehingga
dapat diabaikan.
[B
-1
] = s
Jadi : Ksp AB = b . s
Contoh:
Bila diketahui Ksp AgCl = 10
-10
,berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1 liter
larutan 0.1 M NaCl ?
Jawab:
AgCl(s) Ag
+
(aq) + Cl
-
(aq)
s s s
NaCl(aq) Na
+
(aq) + Cl
-
(aq)
Ksp AgCl = [Ag
+
] [Cl
-
] = s . 10
-1

Maka s = 10
-10
/10
-1
= 10
-9
mol/liter
Dari contoh di atas. kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion
sojenis maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.
a. Pembentukan garam-garam
Contoh: kelarutan CaCO
3
(s) pada air yang berisi CO
2
> daripada dalam air.
CaCO
3
(s) + H
2
O(l) + CO
2
(g) Ca(HCO
3
)
2
(aq)
larut
b. Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat
Contoh: kelarutan Al(OH)
3
dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH)
3
dalam air.
Al(OH)
3
(s) + KOH(aq) KAlO
2
(aq) + 2 H
2
O(l)
larut
c. Pembentukan senyawa kompleks
Contoh: kelarutan AgCl(s) dalam NH
4
OH > daripada AgCl dalam air.
AgCl(s) + NH
4
OH(aq) Ag(NH
3
)
2
Cl(aq) + H
2
O(l)
larut

Mengendapkan Elektrolit
Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan
212
< Sebelum Sesudah >
Untuk suatu garam AB yang sukar larut berlaku ketentuan, jika:
- [A
+
] x [B
-
] < Ksp larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
- [A
+
] x [B
-
] = Ksp larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap
- [A
+
] x [B
-
] > Ksp larutan kelewat jenuh; di sini terjadi pengendapan zat
Contoh:
Apakah terjadi pengendapan CaCO
3
. jika ke dalam 1 liter 0.05 M Na
2
CO
3
ditambahkan 1
liter 0.02 M CaCl
2
, dan diketahui harga Ksp untuk CaCO
3
adalah 10
-6
.
Jawab:
Na
2
CO
3
(aq) 2 Na
+
(aq) + CO
3
-
(aq)
[CO
3
2-
] = 1 . 0.05 / 1+1 = 0.025 M = 2.5 x 10
-2
M
CaCl
2
(aq) Ca
2
+
(aq) + 2Cl
-
(aq)
[Ca
2+
] = 1 . 0.02 / 1+1 = 0.01 = 10
-2
M
maka : [Ca
2+
] x [CO
3
2-
] = 2.5 x 10
-2
x 10
-2
= 2.5 x 10
-4

karena : [Ca
2+
] x [CO
3
2-
] > Ksp CaCO
3
, maka akan terjadi endapan CaCO
3


Oksidasi - Reduksi
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
213
< Sebelum Sesudah >
OKSIDASI REDUKSI
Klasik


Oksidasi

Reaksi antara suatu zat dengan oksigen

Reduksi Reaksi antara suatu zat dengan hidrogen


Modern
Oksidasi

- Kenaikan Bilangan Oksidasi
- Pelepasan Elektron
Reduksi

- Penurunan Bilangan Oksidasi
- Penangkapan Elektron

Oksidator

- Mengalami Reduksi
- Mengalami Penurunan Bilangan Oksidasi
- Memapu mengoksidasi
- Dapat menangkap elektron

Reduktor

- Mengalami oksidasi
- Mengalami kenaikan Bilangan Oksidasi
- Mampu mereduksi
- Dapat memberikan elektron

Auto Redoks

- Reaksi redoks di mana sebuah zat mengalami
reduksi sekaligus oksidasi




Konsep Bilangan Oksidasi
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
214
< Sebelum Sesudah >
Pengertian Bilangan Oksidasi :
Muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion.
HARGA BILANGAN OKSIDASI
1. Unsur bebas Bialngan Oksidasi = 0

2. Oksigen

Dalam Senyawa Bilangan Oksidasi = -2
kecuali
a. Dalam peroksida, Bilangan Oksidasi = -1
b. Dalam superoksida, Bilangan Oksida = -1/2
c. Dalam OF2, Bilangan Oksidasi = +2

3. Hidrogen
Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1

Kecuali dalam hibrida = -1

4. Unsur-unsur Golongan IA
Dalam Senyawa, Bilangan Oksidasi = +2

5. Unsur-unsur Golongan IIA
Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +2

6. Bilangan Oksidasi molekul = 0

7. Bilangan Oksidasi ion = muatan ion

8. Unsur halogen
F : 0, -1
Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br : 0, -1, +1, +5, +7
I : 0, -1, +1, +5, +7

Langkah-Langkah Reaksi Redoks
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
215
< Sebelum Sesudah >
LANGKAH-LANGKAH PENYETARAAN REAKSI REDOKS
1. CARA BILANGAN OKSIDASI
a. Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksinya.
b. Tentukan penurunan Bilangan Oksidasi dari oksidator dan kenaikan Bilangan
Oksidasi dari reduktor.
c. Jumlah elektron yang diterima dan yang dilepaskan perlu disamakan dengan
mengalikan terhadap suatu faktor.
d. Samakan jumlah atom oksigen di kanan dan kiri reaksi terakhir jumlah atom
hidrogen di sebelah kanan dan kiri reaksi.
2. CARA SETENGAH REAKSI
a. Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksi.
b. Reaksi oksidasi dipisahkan daui reaksi reduksi
c. Setarakan ruas kanan dan kiri untuk jumlah atom yang mengalami perubahan
Bilangan Oksidasi untuk reaksi yang jumlah atom-atom kanan dan kiri sudah
sama, setarakan muatan listriknya dengan menambahkan elektron.
d. Untuk reaksi yang jumlah atom oksigen di kanan dan kiri belum sama setarakan
kekurangan oksigen dengan menambahkan sejumlah H2O sesuai dengan jumlah
kekurangannya.
e. Setarakan atom H dengan menambah sejumlah ion H+ sebanyak
kekurangannya.
f. Setarakan muatan, listrik sebelah kanan dan kiri dengan menambahkan elektron
pada ruas yang kekurangan muatan negatif atau kelebihan muatan positif.
g. Samakan jumlah elektron kedua reaksi dengan mengalikan masing-masing
dengan sebuah faktor.

Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
216
< Sebelum Sesudah >
Tahapan:
1. Tentukan perubahan bilangan oksidasi.
2. Setarakan perubahan bilangan oksidasi.
3. Setarakan jumlah listrik ruas kiri dan kanan dengan :
H
+
pada larutan bersifat asam
OH
-
pada larutan bersifat basa
4. Tambahkan H2O untuk menyetarakan jumlah atom H.
Contoh:
MnO
4
-
+ Fe
2+
Mn
2+
+ Fe
3+
(suasana asam)

.................-5
.....(
1. MnO
4
-
+ Fe
2+
Mn
2+
+ Fe
3+

..+7...... +2....... +2...... +3
.................
........................+1
2. Angka penyerta = 5
MnO
4
-
+ 5 Fe
2+
Mn
2+
+ 5 Fe
3+


3. MnO
4
-
+ 5 Fe
2+
+ 8 H
+
Mn
2+
+ 5 Fe
3+


4. MnO
4
-
+ 5 Fe
2+
+ 8 H
+
Mn
2+
+ 5 Fe
3+
+ 4 H
2
O


Elektrokimia
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
217
< Sebelum Sesudah >
SEL ELEKTROKIMIA
1. Sel Volta/Galvani
1. terjadi penubahan : energi kimia energi listrik
2. anode = elektroda negatif (-)
3. katoda = elektroda positif (+)

2. Sel Elektrolisis
1. terjadi perubahan : energi listrik energi kimia
2. anode = elektroda positif (+)
3. katoda = elektroda neeatif (-)

Sel Volta
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
218
< Sebelum Sesudah >
KONSEP-KONSEP SEL VOLTA
Sel Volta
1. Deret Volta/Nerst
a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn
Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au

b. Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi
Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi

2. Prinsip
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda katoda ; Arus listrik : katoda anoda
3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan


MACAM SEL VOLTA
1. Sel Kering atau Sel Leclance
= Katoda : Karbon
= Anoda :Zn
= Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO
2
+ NH
4
Cl + sedikit Air

2. Sel Aki
= Katoda: PbO
2

= Anoda : Pb
= Elektrolit: Larutan H2SO4
= Sel sekunder

3. Sel Bahan Bakar
= Elektroda : Ni
= Elektrolit : Larutan KOH
= Bahan Bakar : H
2
dan O
2


4. Baterai Ni - Cd
= Katoda : NiO
2
dengan sedikit air
= Anoda : Cd

Potensial Elektroda
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
219
< Sebelum Sesudah >
POTENSIAL ELEKTRODA
1. Pengertian
Merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan
atau mempertahankan elektron

2. Elektroda Hidrogen
- E H
2
diukur pada 25 C, 1 atm dan {H
+
} = 1 molar
- E H
2
= 0.00 volt

3. Elektroda Logam
- E logam diukur terhadap E H
2

- Logam sebelah kiri H : E elektroda < 0
- Logam sebelah kanan H : E elektroda > 0

4. Cara Menghitung Potensial Elektroda Sel
1. E sel = E red - E oks
2. E sel = E sel - RT/nF ln C
Pada 25 C :
E sel = E sel - 0.059/n log C
Elektroda tergantung pada :
- Jenis Elektroda
- Suhu
- Konsentrasi ionnya

Catatan :
E = potensial reduksi standar (volt)
R = tetapan gas - [ volt.coulomb/mol.K] = 8.314
T = suhu mutlak (K)
n = jumlah elektron
F = 96.500 coulomb
C = [bentuk oksidasi]/[bentuk reduksi]

Korosi
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
220
< Sebelum Sesudah >
KOROSI
1. Prinsip
Proses Elektrokimia
Proses Oksidasi Logam

2. Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) Fe
2+
+ 2e
Katoda: 2 H
+
+ 2 e
-
H2
2 H
2
O + O
2
+ 4e
-
4OH
-


b. 2H+ + 2 H
2
O + O
2
+ 3 Fe 3 Fe
2+
+ 4 OH
-
+ H
2

Fe(OH)
2
oleh O
2
di udara dioksidasi menjadi Fe
2
O
3
. nH
2
O

3. Faktor yang berpengaruh

1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO
2
, SO
2
)
4. Adanya O
2

5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

4. Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan
dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain

Elektrolisis
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
221
< Sebelum Sesudah >
1. Katoda [elektroda -]
Terjadi reaksi reduksi
Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) den Alkali tanah (IIA), Al
dan Mn
Reaksi:
2 H
+
(aq) + 2e
-
H
2
(g)
ion golongan IA/IIA tidak direduksi; penggantinya air
2 H
2
O() + 2 e- basa + H
2
(g)
ion-ion lain direduksi
2. Anoda [ektroda +]
Terjadi reaksi oksidasi
Jenis logam diperhatikan

a. Anoda : Pt atau C (elektroda inert)
reaksi : - 4OH
-
(aq) 2H
2
O() + O
2
(g) + 4e-
- gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2
H
2
O() asam + O
2
(g)
- golongan VIIA (halogen) gas
b. Anoda bukan : Pt atau C
reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau
senyawa lain.

Hukum Faraday
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
222
< Sebelum Sesudah >

PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS
1. Hukum Faraday I
"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat
arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q = i . t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

2. Hukum Faraday II
"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda
(terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."
Rumus:
m
1
: m
2
= e
1
: e
2

m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Contoh:
Pada elektrolisis larutan CuSO
4
dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama
965 detik.
Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang
terbentuk di anoda pada (OC, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16).
Jawab:
CuSO
4
(aq) Cu
2+
(aq) + SO4
2-
(aq)
Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu
2+
(aq) + 2e
-
Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H
2
O(l) O
2
(g) + 4 H
+
(aq) + 4 e
-

a. massa tembaga:
m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 =
31.25 x 0,1 = 3,125 gram

b. m
1
: m
2
= e
1
: e
2

mCu : mO
2
= eCu : eO
2

3,125 : mO
2
= 6.32/2 : 32/4
3,125 : mO
2
= 31,25 : 8
mO
2
= (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram
mol O
2
= 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol
volume O
2
(0C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter

Pengertian Dasar
Kimia Kelas 2 > Struktur Atom
223
< Sebelum Sesudah >
a. Partikel dasar : partikel-partikel pembentuk atom yang terdiri dari elektron, proton den
neutron.
1. Proton : partikel pembentuk atom yang mempunyai massa sama dengan satu
sma (amu) dan bermuatan +1.
2. Neutron : partikel pembentuk atom yang bermassa satu sma (amu) dan netral.
3. Elektron : partikel pembentuk atom yang tidak mempunyai massa dan
bermuatan -1.

b. Nukleus : Inti atom yang bermuatan positif, terdiri dari proton den neutron.
c. Notasi unsur : z
A

A dengan X : tanda atom (unsur)
Z : nomor atom = jumlah elektron (e)
= jumlah proton (p)
A : bilangan massa = jumlah proton +
neutron
Pada atom netral, berlaku: jumlah elektron = jumlah proton.
Contoh :
1. Tentukan jumlah elektron, proton den neutron dari unsur 26
56
Fe !
Jawab :
Jumlah elektron = jumlah proton = nomor atom = 26
Jumlah neutron = bilangan massa - nomor atom = 56 - 26 = 30
2. Berikan notasi unsur X, jika diketahui jumlah neutron = 14 dan jumlah elektron = 13 !
Jawab :
Nomor atom = jumlah elektron = 13
Bilangan massa = jumlah proton + neutron = 13 + 14 = 27
Jadi notasi unsurnya: 13
27
X

d. Atom tak netral : atom yang bermuatan listrik karena kelebihan atau kekurangan
elektron bila dibandingkan dengan atom netralnya.
Atom bermuatan positif bila kekurangan elektron, disebut kation.
Atom bermuatan negatif bila kelebihan elektron, disebut anion.
Contoh:
- Na
+
: kation dengan kekurangan 1 elektron
- Mg
2-
: kation dengan kekurangan 2 elektron
- Cl
-
: anion dengan kelebihan 1 elektron
- O
2
: anion dengan kelebihan 2 elektron
e. Isotop : unsur yang nomor atomnya sama, tetapi berbeda bilangan massanya.
Contoh: Isotop oksigen: 8
16
O ; 8
17
O ; 8
18
O
f. Isobar : unsur yang bilangan massanya sama, tetapi berbeda nomor atomnya.
Contoh: 27
59
CO dengan 28
59
Ni
g. Isoton : unsur dengan jumlah neutron yang sama.
Contoh: 6
13
C dengan 7
14
N
h. Iso elektron: atom/ion dengan jumlah elektron yang sama.
Contoh: Na
+
dengan Mg
2+

K
+
dengan Ar

Model Atom
Kimia Kelas 2 > Struktur Atom
224
< Sebelum Sesudah >
A. MODEL ATOM JOHN DALTON
- atom adalah bagian terkecil suatu unsur
- atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, terbagi lagi, atau diubah menjadi zat
lain
- atom-atom suatu unsur adalah same dalam segala hal, tetapi berbeda dengan
atom-atom dari unsur lain
- reaksi kimia merupakan proses penggabungan atau pemisahan atom dari unsur-
unsur yang terlihat
Kelemahan teori atom Dalton: tidak dapat membedakan pengertian atom den molekul.
Dan atom ternyata bukan partikel yang terkecil.
B. MODEL ATOM J.J. THOMPSON
- atom merupakan suatu bola bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron-
elektron seperti kismis
- jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif, sehingga atom bersifat netral

C. MODEL ATOM RUTHERFORD
- atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dengan muatan positif yang massanya
merupakan massa atom tersebut
- elektron-elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti tersebut
- banyaknya elektron dalam atom sama dengan banyaknya proton dalam inti dan ini
sesuai dengan nomor
atomnya

D. MODEL ATOM BOHR
- elektron-elektron dalam mengelilingi inti berada pada tingkat-tingkat energi (kulit)
tertentu tanpa
menyerap atau memancarkan energi
- elektron dapat berpindah dari kulit luar ke kulit yang lebih dalam dengan
memancarkan energi, atau
sebaliknya

Bilangan-Bilangan Kuantum
Kimia Kelas 2 > Struktur Atom
225
< Sebelum Sesudah >
Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan kuantum.
1. Bilangan kuantum utama (n): mewujudkan lintasan elektron dalam atom.
n mempunyai harga 1, 2, 3, .....
- n = 1 sesuai dengan kulit K
- n = 2 sesuai dengan kulit L
- n = 3 sesuai dengan kulit M
- dan seterusnya
Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah elektron
maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi rumus Pauli = 2n
2
.
Contoh:
kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 4
2
elektron = 32 elektron
2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu bergerak
sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit.
Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1).
n = 1 ; l = 0 ; sesuai kulit K
n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L
n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M
n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N
dan seterusnya
Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:
l = 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp)
l = 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle)
l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse)
l = 3 ; sesuai sub kulit f (f = fundamental)
Bilangan kuantum magnetik (m): mewujudkan adanya satu atau beberapa tingkatan
energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m) mempunyai harga (-l)
sampai harga (+l).
Untuk:

l = 0 (sub kulit s), harga m = 0 (mempunyai 1 orbital)
l = 1 (sub kulit p), harga m = -1, O, +1 (mempunyai 3 orbital)
l = 2 (sub kulit d), harga m = -2, -1, O, +1, +2 (mempunyai 5 orbital)
l = 3 (sub kwit f) , harga m = -3, -2, O, +1, +2, +3 (mempunyai 7 orbital)
4. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya.
Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar
melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2
atau -1/2.
Pertanyaan:
Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron 3s
1
?
Jawab:
Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s
1
dapat dinyatakan sebagai,
n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2

Konfigurasi Elektron
Kimia Kelas 2 > Struktur Atom
226
< Sebelum Sesudah >
Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua orbital ini
terisi penuh. Bagaimanakah pengisian elektron dalam orbital-orbital tersebut ?
Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan. antara lain:
1. Prinsip Aufbau : elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi terendah
dan seterusnya.
Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah adalah 1s dilanjutkan dengan 2s,
2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah dibuat diagram sebagai berikut:

Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur:
Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s
1

Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s
2
2s
2
2p
2

Atom K : mempunyai 19 elektron, konfigurasinya 1s
2
2s
2
2p
6
3S
2
3p
6
4s
1

2. Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat
bilangan kuantum yang sama.
Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth
dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus berlawanan.
3. Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah bahwa
elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi
dengan sebuah elektron.
Contoh:

- Atom C dengan nomor atom 6, berarti memiliki 6 elektron dan cara Pengisian orbitalnya
adalah:

Berdasarkan prinsip Hund, maka 1 elektron dari lintasan 2s akan berpindah ke lintasan 2pz,
sehingga sekarang ada 4 elektron yang tidak berpasangan. Oleh karena itu agar semua
orbitalnya penuh, maka atom karbon berikatan dengan unsur yang dapat memberikan 4
elektron. Sehingga di alam terdapat senyawa CH
4
atau CCl
4
, tetapi tidak terdapat senyawa
CCl
3
atau CCl
5
.

Sistem Periodik Unsur-Unsur
Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur
227
< Sebelum Sesudah >
MACAM-MACAM SISTEM PERIODIK
1. TRIADE DOBEREINER DAN HUKUM OKTAF NEWLANDS
TRIADE DOBEREINER
Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan
sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom.
Contoh kelompok-kelompok
triade:
- Cl, Br dan I
- Ca, Sr dan Ba
- S, Se dan Te
HUKUM OKTAF NEWLANDS
Apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka unsur kesembilan
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesepuluh mirip dengan
unsur kedua dan seterusnya. Karena setelah unsur kedelapan sifat-sifatnya selalu
terulang, maka dinamakan hukum Oktaf.
(+8)
Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (nomor atom 11) 3 11

2. SISTEM PERIODIK MENDELEYEV
- Disusun berdasarkan massa atomnya dengan tidak mengabaikan sifat-sifat
unsurnya.
- Lahirlah hukum periodik unsur yang menyatakan bahwa apabila unsur disusun
menurut massa atomnya, maka unsur itu akan menunjukkan sifat-sifat yang
berulang secara periodik.
- Beberapa keunggulan sistem periodik Mendeleyev, antara lain:
- Ada tempat bagi unsur transisi.
- Terdapat tempat-tempat kosong yang diramalkan akan diisi dengan unsur yang
belum ditemukan pada waktu itu.
- Kekurangan sistem periodik ini:
- Adanya empat pasal anomali, yaitu penyimpangan terhadap hukum perioditas
yang disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya. Keempat anomali itu
adalah: Ar dengan K, Te dengan I, Co dengan Ni dan Th dengan Pa.

3. SISTEM PERIODIK BENTUK PANJANG
Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan Mendeleyev, disusun berdasarkan
nomor atomnya.
Sistem ini terdiri dari dua deret, deret horisontal disebut periodik dan deret vertikal
disebut golongan.
4. SISTEM PERIODIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON
A. HUBUNGAN ANTARA PERIODA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON

Dalam sistem periodik, perioda menunjukkan banyaknya kulit yang telah terisi
elektron di dalam suatu atom.
Sehingga sesuai dengan banyaknya kulit yaitu K, L, M, N, O, P, Q maka sistem
periodik mempunyai 7 perioda.
B. HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON
C. CARA PENENTUAN PERIODA DAN GOLONGAN SUATU UNSUR
D. BEBERAPA SIFAT PERIODIK UNSUR-UNSUR


Hubungan Antara Golongan Dengan Konfigurasi Elektron
Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur
228
< Sebelum Sesudah >
Unsur yang terletak pada satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip (hampir
sama).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan unsur-unsur golongan B
disebut unsur transisi (peralihan), semua unsur transisi diberi simbol B kecuali untuk triade
besi, paladium dan platina disebut "golongan VIII''.
- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN A
Lambang
Golongan
Nama
Golongan
Konfigurasi Elektron Orbital
Terluar
I - A Alkali ns
1

II - A Alkali tanah ns
2

III - A Boron ns
2
- np
1

IV - A Karbon - Silikon ns
2
- np
2

V - A
Nitogen -
Posphor
ns
2
- np
3

VI - A Oksigen ns
2
- np
4

VII - A Halogen ns
2
- np
5

VIII - A Gas mulia ns
2
- np
6

- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN B
Konfigurasi
Elektron
Lambang Golongan
(n - 1) d
1
ns
2
III - B
(n - 1) d
2
ns
2
IV - B
(n - 1) d
3
ns
2
V - B
(n - 1) d
4
ns
2
VI - B
(n - 1) d
5
ns
2
VII - B
(n - 1) d
6-8
ns
2
VIII
(n - 1) d
9
ns
2
I - B
(n - 1) d
10
ns
2
II - B
- GOLONGAN LANTANIDA DAN AKTINIDA, DIBERI LAMBANG
nS
2
(n-2)f
1-14


Jika :
n = 6 adalah lantanida
n = 7 adalah aktinida

Cara Penentuan Perioda Dan Golongan Suatu Unsur
Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur
229
< Sebelum Sesudah >
1. Unsur dengan nomor atom 11, konfigurasinya : 1s
2
2s
2
2p
6
3s
1

- n = 3, berarti periode 3 (kulit M).
- elektron valensi (terluar) 3s sebanyak 1 elektron, berarti termasuk golongan IA.

2. Unsur Ga dengan nomor atom 31, konfigurasinya : 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2

3d
10
4p
1

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
- elektronvalensi 4s
2
4p
1
, berarti golongan IIIA.

3. Unsur Sc dengan nomor atom 21, konfigurasinya : 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2
3d
1

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
- 3d
1
4s
2
berarti golongan IIIB.

4. Unsur Fe dengan nomor atom 26, konfigurasinya : 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2

3d
10

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
- 3d
6
4s
2
, berarti golongan VIII.

Beberapa Sifat Periodik Unsur-Unsur
Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur
230
< Sebelum Sesudah >
1. Jari jari atom adalah jarak dari inti atom ke lintasan elektron terluar.
- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan jari jari atom berkurang.
- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari atom bertambah.
- Jari-jari atom netral lebih besar daripada jari-jari ion positifnya tetapi lebih kecil dari
jari-jari ion negatifnya.

Contoh:
jari-jari atom Cl < jari-jari ion Cl
-

jari-jari atom Ba > jari-jari ion Ba
2+


2. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang
paling lemah/luar dari atom suatu unsur atau ion dalam keadaan gas.
- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan potensial ionisasi bertambah.
- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah potensial ionisasi berkurang.

3. Affinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan pada saat atom suatu
unsur dalam keadaan gas menerima elektron.
- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan affinitas elektron bertambah.
- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah affinitas elektron berkurang.

4. Keelektronegatifan adalah kemampuan atom suatu unsur untuk menarik elektron ke
arah intinya dan digunakan bersama.

SECARA DIAGRAMATIS SIFAT-SIFAT INI DAPAT DISAJIKAN SEBAGAI BERIKUT
1. Jari-jari atom
2. Sifat logam
3. Sifat elektropositif
4. Reduktor
5. Sifat basa/oksida basa

makin besar/kuat

1. Sifat elektronegatif
2. Oksidator
3. Potensial ionisasi
4. Affinitas elektron
5. Keelektronegatifan

Keterangan: tanda-tanda panah di atas mempunyai arti sebagai berikut
: artinya, dalam satu periode dari kiri ke kanan
: artinya, dalam satu periode dari kanan ke kiri
+ : artinya, dalam satu golongan dari atas ke bawah

: artinya, dalam satu golongan dari bawah ke atas

Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
231
< Sebelum Sesudah >
Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan bersama
dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia (ns
2
np
6
)
Contoh:


TEORI INI MENDAPAT BEBERAPA KESULITAN, YAKNI :
1. Pada senyawa BCl
3
dan PCl
5
, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan atom fosfor
dikelilingi 10 elektron.
2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur tergant~u~g
jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.
Contoh :
8
O : 1s
2
2s
2
2p
2
2p
x
2
2p
y
1
2p
z
1

Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-H; O=O).

akan tetapi:

5
B : 1s
2
2s
2
2p
x
1

Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, dimana cara
pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak
membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah
elektron.
Contoh :
5
B : 1s
2
2s
2
2p
x
1
(hibridisasi) 1s
2
2s
1
2p
x
1
2p
y
1


Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga
buah elektron, seperti BCl
3

3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena di
sekelilingnya telah terdapat
8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa,
misalnya XeF
2
den XeO
2
.
Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom terjadi dengan care
saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital yang tumpang tindih
harus mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan.
BEBERAPA MACAM IKATAN KIMIA YANG TELAH DIKETAHUI, ANTARA LAIN :
A. Ikatan antar atom 1. Ikatan ion = elektrovalen = heteropolar

2. Ikatan kovalen = homopolar

3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar

4. Ikatan logam
B. Ikatan antar molekul 1. Ikatan hidrogen

2. Ikatan van der walls

Ikatan Ion = Elektrovalen = Heteropolar
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
232
< Sebelum Sesudah >
Ikatan ion biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan elektron (logam-
logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah menerima elektron (terutama
golongan VIA den VIIA). Makin besar perbedaan elektronegativitas antara atom-atom yang
membentuk ikatan, maka ikatan yang terbentuk makin bersifat ionik.
PADA UMUMNYA UNSUR-UNSUR YANG MUDAH MEMBENTUK IKATAN ION ADALAH
- IA VIIA atau VIA
- IIA VIIA atau VIA
- Unsur transisi VIIA atau VIA
Contoh:
Na Na + e
-
1s
2
2s
2
2p
6
3s
1
1s
2
2s
2
2p
6
(konfigurasi Ne)
Atom Cl (VIIA) mudah menerima elektron sehingga elektron yang dilepaskan oleh atom Na
akan ditangkap oleh atom Cl.
Cl + e
-
Cl
-
1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
5
1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
(konfigurasi Ar)
Antara ion-ion Na
+
dan Cl
-
terjadi gaya tarik menarik elektrostatik, sehingga membentuk
senyawa ion Na
+
Cl
-
.
Contoh lain : CaCl
2
, MgBr
2
, BaO , FeS dan sebagainya.
SIFAT-SIFAT SENYAWA IONIK ANTARA LAIN

a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar

Ikatan Kovalen = Homopolar
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
233
< Sebelum Sesudah >
Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama elektron dari atom-atom yang
membentuk ikatan. Pada umumnya ikatan kovalen terjadi antara atom-atom bukan logam
yang mempunyai perbedaan elektronegativitas rendah atau nol. Seperti misalnya : H
2
, CH
4
,
Cl
2
, N
2
, C
6
H
6
, HCl dan sebagainya.
IKATAN KOVALEN TERBAGI ATAS
1. IKATAN KOVALEN POLAR
Atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap pasangan
elektron
persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan kedua atomnya.
Elektron persekutuan akan
bergeser ke arah atom yang lebih elektronegatif akibatnya terjadi pemisahan kutub
positif dan negatif.


Dalam senyawa HCl ini, Cl mempunyai keelektronegatifan yang lebih besar dari H.
sehingga pasangan elektron lebih tertarik ke arah Cl, akibatnya H relatif lebih
elektropositif sedangkan Cl relatif menjadi elektronegatif.
Pemisahan muatan ini menjadikan molekul itu bersifat polar dan memiliki "momen
dipol" sebesar:
T = n . l
dimana :
T = momen dipol
n = kelebihan muatan pada masing-masing atom
l = jarak antara kedua inti atom

2. IKATAN KOVALEN NON POLAR
Titik muatan negatif elektron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul
pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron
persekutuan mendapat gaya tarik yang sama.
Contoh:

Kedua atom H mempunyai harga keelektronegatifan yang sama.


Karena arah tarikan simetris, maka titik muatan negatif elektron persekutuan
berhimpit.
Contoh lain adalah senyawa CO
2
, O
2
, Br
2
dan lain-lain

Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
234
< Sebelum Sesudah >
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang membentuknya.
Jadi di sini terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi),
sedangkan atom lain sebagai
penerimanya.
SYARAT PEMBENTUKANNYA
1. Atom yang satu memiliki pasangan elektron bebas
2. Atom lainnya memiliki orbital kosong
Contoh:
- Ion hidronium (H
3
O
+
): H
2
O + H
+
H
3
O
+
L



- Ion amonium : NH
4
+


Ikatan Logam, Ikatan Hidrogen Dan Ikatan Van Der Walls
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
235a
< Sebelum Sesudah >
IKATAN LOGAM
Pada ikatan kovalen, elektron-elektron ikatan seolah-olah menjadi milik sepasang atom,
sehingga tidak dapat bergerak bebas. Pada logam, elektron-elektron yang menyebabkan
terjadinya ikatan di antara atom-atom logam tidak hanya menjadi milik sepasang atom
saja, tetapi menjadi milik semua atom logam, sehingga elektron-elektron dapat bergerak
bebas. Karena itulah maka logam-logam dapat menghantarkan arus listrik.

IKATAN HIDROGEN

Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai
keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
Contoh:
- molekul H
2
O



- molekul HF

IKATAN VAN DER WALLS
Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara
molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan
suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara
molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya
tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls.

Bentuk Molekul
Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia
236
< Sebelum Sesudah >
Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Teori ini menyatakan bahwa
ikatan antar atom terjadi dengan cara saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron
dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang
berlawanan.
Pertindihan antara dua sub kulit s tidak kuat, oleh karena distribusi muatan yang berbentuk
bola, oleh sebab itu pada umumnya ikatan s - s relatif lemah.
Sub kulit "p" dapat bertindih dengan sub kulit "s" atau sub kulit "p" lainnya, ikatannya
relatif lebih kuat, hal ini dikarenakan sub kulit "p" terkonsentrasi pada arah tertentu.
Contoh:
a. Molekul HF: - konfigurasi atom H : 1s
1



- konfigurasi atom F: 1s
2
2s
2
2P
x
2
2p
y
2
2p
z
1



Tumpang tindih terjadi antara sub kulit 1s dari atom H dengan orbital 2p
z
dari aton, F.
Pertindihan demikian disebut pertindihan sp.
b. Molekul H2O: - konfigurasi atom H : 1s
1



- konfigurasi atom O: 1s
2
2s
2
2P
x
2
2p
y
1
2p
z
1



Dalam atom O terdapat 2 elektron dalam keadaan yang tidak berpasangan (orbital 2p
y

dan 2p
z
), masing-masing orbital ini akan bertindihan dengan orbital 1s dari 2 atom H.
Kedudukan orbital-orbital p saling tegak lurus, diharapkan sudut ikatannya sebesar 90
o
,
tetapi karena adanya pengaruh pasangan elektron 2p
x
, maka kedua ikatan tersebut
akan tertolak dan membentuk sebesar 104.5
o
.
c. Molekul CH
4
- konfigurasi atom H: 1s
1



- konfigurasi atom C: 1s
2
2s
2
2P
x
1
2p
y
1
2p
z
0



Untuk mengikat 4 atom H menjadi CH
4
, maka 1 elektron dari orbital 2s akan
dipromosikan ke orbital 2p
z
, sehingga konfigurasi elektron atom C menjadi: 1s
1
2s
1
2p
x
1

2p
y
1
2p
z
1
. Orbital 2s mempunyai bentuk yang berbeda dengan ketiga orbital 2p, akan
tetapi ternyata kedudukan keempat ikatan C-H dalam CH
4
adalah sama. Hal ini terjadi
karena pada saat orbital 2s, 2p
x
, 2p
y
dan 2p
z
menerima 4 elektron dari 4 atom H,
keempat orbital ini berubah bentuknya sedemikian sehingga mempunyai kedudukan
yang sama. Peristiwa ini disebut "hibridisasi". Karena perubahan yang terjadi adalah 1
orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp
3
. Bentuk molekul dari ikatan
hibrida sp
3
adalah tetrahedron.

BEBERAPA BENTUK GEOMETRI IKATAN, ANTARA LAIN :
Jenis ikatan
Jumlah ikatan
maksimum
Bentuk geometrik
sp 2 Linier
sp
2
3 Segitiga datar
sp
3
4 Tetrahedron
dsp
3
5 Trigonal bipiramid
sp
2
d ; dsp
2
4 Segiempat datar
d2
s
p
3
; sp
3
d
2
6 Oktahedron


Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236a
< Sebelum Sesudah >
Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang
membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut
kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh
makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejaka Friedrich Wohler
pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam air seni)
dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium sianat
tersebut.

O
||
NH
4
+
CNO
-
H
2
N - C - NH
2


Begitu keberhasilan Wohler diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat
senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori tentang daya hidup hilang dan
orang hanya menggunakan kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan arti
yang sesungguhnya. Sejaka saat itu banyak senyawa karbon berhasil disintesis dan hingga
sekarang lebih dari 2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah setiap
harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon sedemikian banyak bila dibandingkan
dengan jumlah senyawa anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan ?

Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang menyebabkan kimia karbon
dibicarakan secara tersendiri , karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar
antara senyawa karbon dan senyawa anorganik seperti yang dituliskan berikut ini.
Senyawa karbon Senyawa anorganik
- membentuk ikatan kovalen
- dapat membentuk rantai karbon
- non elektrolit
- reaksi berlangsung lambat
- titik didih dan titik lebur rendah
- larut dalam pelarut organik
- membentuk ikatan ion
- tidak dapat membentuk rantai karbon
- elektrolit
- reaksi berlangsung cepat
- titik didih dan titik lebur tinggi
- larut dalam pelarut pengion

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak
bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,
diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal.

Kekhasan Atom Karbon
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236b
< Sebelum Sesudah >
Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2, L = 4, jadi
mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat
digambarkan dengan rumus Lewis sebagai berikut, umpamanya untuk CH4.

ikatan dalam molekul metana
[gambar]
atom karbon

[gambar]
4 atom hidrogen

[gambar]
molekul metana ( CH
4
)
[gambar]
diagram sederhana dari molekul metana

H H
\ /
C
/ \
H H
empat ikatan kovalen dari molekul metana
Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom
karbon lain membentuk rantai karbon yang terbuka atau tertutup/berlingkar. Contoh-contoh
rantai karbon dapat digambarkan dengan rumus struktur :
| | | | |
- C - C - - C - C - C -
| | | | |
C
rantai terbuka rantai terbuka dan bercabang

| |
- C - C -
| |
- C - C -
| |
rantai tertutup
Sekarang terjawablah mengapa jumlah senyawa karbon demikian banyaknya walaupun
jumlah jenis unsur pembentuknya sedikit.

Klasifikasi Hidrokarbon
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236c
< Sebelum Sesudah >
Kita mulai dengan klasifikasi hidrokarbon yang merupakan senyawa yang hanya tersusun
oleh karbon dan hidrogen. Sedangkan senyawa karbon lainnya dapat dipandang sebagai
turunan dari hidrokarbon. Hidrokarbon masih dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
hidrokarbon alifatik, termasuk di dalamnya adalah yang berantai lurus, yang berantai
cabang, dan rantai melingkar, dan kelompok kedua, hidrokarbon aromatik yang
mengandung cincin atom karbon yang sangat stabil.

Hidrokarbon alifatik masih dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelipatan ikatan
karbon-karbon; hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbon-karbon; dan
hidrokarbon tak jenuh yang mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap dua karbon-
karbon atau ikatan rangkap tiga.

Alkana
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236d
< Sebelum Sesudah >
Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi
rumus umum C
n
H
2n+2
yang dinamakan alkana atau parafin. Suku perfama sampai dengan
10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam
tabel berikut.
Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana
Suku
ke
n rumus molekul nama
titik didih
(C/1 atm)
massa 1 mol
dalam g
1 1 CH
4
metana -161 16
2 2 C
2
H
6
etana -89 30
3 3 C
3
H
8
propana -44 44
4 4 C
4
H
10
butana -0.5 58
5 5 C
5
H
12
pentana 36 72
6 6 C
6
H
14
heksana 68 86
7 7 C
7
H
16
heptana 98 100
8 8 C
8
H
18
oktana 125 114
9 9 C
9
H
20
nonana 151 128
10 10 C
10
H
22
dekana 174 142
Selisih antara suku satu dan suku berikutnya selalu sama, yaitu -CH
2
atau 14 satuan massa
atom, sehingga seperti suatu deret dan disebut deret homolog (deret sepancaran). Ternyata
banyak senyawa-senyawa karbon yang merupakan deret seperti alkana seperti yang akan
kita pelajari nanti. Bagaimana kita dapat memberi nama pada suku-suku alkana, untuk itu
perhatikan nama setiap suku itu dan nama umum. Umpamanya, metana dan alkana apanya
y yang sama? Akhiran -ana, jadi alk- diganti dengan met- untuk suku pertama, suku kedua
dengan et-, suku ketiga dengan prop-, suku keempat dengan but-, mulai suku kelima dan
seterusnya diberi awalan angka-angka Latin; pent- untuk 5, heks- untuk 6, hept- untuk 7,
okt- untuk 8, non- untuk 9, dan dek- untuk 10. Hasil penamaan sudah dapat anda lihat
pada tabel di atas. Anda harus betul-betul menguasai nama-nama dari kesepuluh alkana
yang sederhana ini karena akan merupakan dasar bagi penamaan senyawa-senyawa karbon
lainnya.
Alkana-alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk mensintesis
senyawa-senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam minyak bumi, dan dapat
dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi bertingkat. Suku pertama sampai
dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada temperatur kamar. Metana biasa
disebut juga gas alam yang banyak digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga/industri.
Gas propana, dapat dicairkan pada tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai bahan bakar
yang disebut LPG (liquified petroleum gas). LPG dijual dalam tangki-tangki baja dan
diedarkan ke rumah-rumah. Gas butana lebih mudah mencair daripada propana dan
digunakan sebagai "geretan" rokok. Oktana mempunyai titik didih yang tempatnya berada
dalam lingkungan bahan bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat dalam
kerosin (minyak tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan parafin yang banyak
digunakan untuk membuat lilin.
Bagaimana sifat-sifat senyawa karbon yang termasuk dalam satu deret homolog?
Perhatikan tabel di atas di mana terdapat salah satu sifat, yaitu titik didih. Titik didih
semakin tinggi jika massa molekul relatifnya makin besar. Hal ini berarti wujudnya akan
berubah pada suhu kamar dari gas ke cair kemudian padat. Kecenderungan sifat apa lagi
yang dapat anda ramalkan?
Dalam kimia karbon adalah panting bagi kita untuk dapat menuliskan rumus molekul dan
rumus struktur. Rumus molekul menyatakan banyaknya atom setiap unsur yang ada dalam
suatu molekul. Sedangkan rumus struktur menggambarkan bagaimana atom-atom itu
terikat satu sama lain. Karena atom karbon merupakan tulang punggung dari semua
senyawa karbon, maka kita harus mampu menggambarkan rangka karbon dalam suatu
molekul senyawa karbon. Setiap atom karbon dikelilingi secara tetrahedral oleh atom-atom
terikat dalam gambaran tiga dimensi, tetapi biasanya molekul-molekul senyawa karbon
cukup digambarkan dengan gambaran dua dimensi saja.
H
|
H - C - H
|
H
rumus struktur metana (gambar 2 dimensi)
Nama
Formula
(rumus)
Formula struktural
metana CH4
H
|
H - C - H
|
H
etana C2H6
H H
| |
H - C - C - H
| |
H H
propana C3H8
H H H
| | |
H - C - C - C - H
| | |
H H H
butana C4H10 H H H H
| | | |
H - C - C - C - C - H
| | | |
H H H H
Sifat alkana sebenarnya berhubungan dengan rantai struktural molekulnya. Bila rantai
karbon panjang atau bercabang, maka setelah anda buat rangka atom karbonnya tinggal
membubuhkan atom-atom hidrogen pada ikatan atom karbon yang masih kosong.

contoh : molekul butana

| | | |
- C - C - C - C -
| | | |
sekarang anda tinggal membubuhkan atom-atom hidrogennya
H H H H
| | | |
H - C - C - C - C - H
| | | |
H H H H
Kalau anda membuat molekul butana dengan molymod, terlihat bahwa rantai karbonnya
tidak benar-benar lurus seperti rumus strukturnya, karena atom karbon tetrahedral
mencegah gambaran rantai karbon lurus. Kebanyakan yang kita tuliskan adalah rumus
struktur yang lebih sederhana lagi yaitu:
CH
3
- CH
2
- CH
2
- CH
3
atau CH
3
CH
2
CH
2
CH
3

Jadi asal terbaca rantai karbonnya, itulah yang akan kita gunakan selanjutnya asal selalu
ingat bahwa sesungguhnya adalah gambaran ruang.

Isomer Alkana
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236e
< Sebelum Sesudah >
Bagaimana kita dapat memperoleh molekul alkana yang lebih panjang dari molekul yang
lebih pendek ? Gantilah salah satu atom H dari metana dengan gugus -CH
3
maka akan kita
peroleh molekul etana. Demikian juga jika kita mengganti salah satu atom H dari etana
dengan gugus -CH
3
akan kita peroleh propana yang rantai karbonnya lebih panjang satu
lagi.
CH
3
-H diganti dengan -CH
3
diperoleh CH
3
-CH
3
CH3-CH2-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH2-CH3

Anda boleh memilih salah satu atom H yang mana saja untuk diganti dengan gugus -CH
3

dan anda akan memperoleh hasil penggantian yang sama. Kita mengatakan bahwa setiap
atom H terikat secara ekuivalen dengan atom karbon. Tetapi bila sekarang anda akan
mengganti salah satu atom H dari propana dengan gugus -CH
3
anda akan memperoleh lebih
dari satu macam hasil, perhatikanlah:

CH
3
-CH
2
-CH
2
-H diganti dengan -CH
3
diperoleh CH
3
-CH
2
-CH
2
-CH
3

n-butana

H CH3
| |
CH3-CH-CH3 diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH-CH3
isobutana
Jelas terlihat bahwa kedua hasil penggantian di atas berbeda, kita mengatakan atom H
tidak lagi terikat secara ekuivalen. Atom C yang terikat dengan satu atom C dan 3 atom H
disebut atom C primer, sedang atom C yang terikat dengan dua atom C den dua atom H
disebut atom C sekunder. Kedua hasil penggantian itu mempunyai rumus struktur yang
berbeda tetapi rumus molekulnya sama, peristiwa ini disebut isomer. Jadi dapatkah Anda
mendefinisikan apa itu isomeri ? Kedua hasil penggantian itu adalah senyawa yang berbeda
terbukti mempunyai sifat-sifat berbeda, titik beku dan titik didih dari yang berantai lurus
adalah -138,3C dan -0,5C sedang yang rantainya bercabang adalah -159C dan -12C.
Sekarang semakin jelas tentunya mengapa jumlah senyawa karbon itu demikian
banyaknya.

Tata Nama Alkana
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236f
< Sebelum Sesudah >
Sekarang bagaimana memberi nama isomer butana itu ? Untuk itu marilah kita gunakan
aturan tata nama yang diterbitkan IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry).
1. Rantai karbon berurutan yang terpanjang dalam suatu molekul ditentukan sebagai
rantai induk. Carilah namanya pada tabel suku pertama sampai dengan 10 senyawa
alkana dan letakkan di bagian belakang Kadang-kadang rumus struktur itu tidak
digambarkan dengan rantai karbon terpanjang dalam garis lurus.
2. Isomer bercabang diberi nama sebagai turunan rantai lurus di mana satu atau
beberapa atom hidrogen diganti dengan pecahan alkana. Pecahan alkana ini disebut
gugus alkil, biasa diberi tanda -R (dari kata radikal), dan mempunyai rumus umum -
C
n
H
2n+1

Dengan mengganti n dengan angka-angka diperoleh suku-sukunya seperti terlihat
pada tabel berikut
Beberapa gugus alkil
n -C
n
H
2n+1
Rumus struktur terinci
Rumus struktur
sederhana
Nama
1 -CH
3

H
|
- C - H
|
H
-CH
3
metil
2 -C
2
H
5

H H
| |
- C - C - H
| |
H H
-CH
2
-CH
3
etil
3 -C
3
H
7

H H H
| | |
- C - C - C- H
| | |
H H H
-CH
2
-CH
2
-CH
3
propil
4 -C
4
H
9

H H H H
| | | |
- C - C - C - C - H
| | | |
H H H H
-CH
2
-CH
2
-CH
2
-CH
3
butil
Tentunya anda dapat meneruskan untuk alkil-alkil lain, tetapi sebagai gugus
cabang tentunya jarang yang berantai panjang. Letakkan nama gugus cabang ini di
depan nama rantai induk
3. Untuk menentukan cabang pada rantai induk, rantai induk itu diberi diberi nomor
dari kiri atau dari kanan sehingga cabang pertama mempunyai nomor terkecil.

contoh :

H H H H H
| | | | |
H - C
5
- C
4
- C
3
- C
2
- C
1
- H
| | | | |
H H H H-C-H H
|
H

a. Menurut aturan nomor satu, rantai C terpanjang 5, jadi menurut tabel ini ,
namanya pentana dan kita letakkan di bagian belakang.
b. cabangnya adalah metil
c. Letakkan cabang itu pada atom C nomor dua dari kanan (karena kalau dari kiri
menjadi nomor 4).
4. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu cabang. Jika cabang-cabang itu sama,
namanya tidak perlu disebut dua kali. Cukup diberi awalan di- , kalau 3 cabang sama
awalannya tri- , tetra untuk 4 cabang yang sama dan seterusnya. Ingat setiap
cabang diberi satu nomor, tidak peduli cabangnya sama atau beda.

contoh :
H H H H
| | | |
H-
1
C -
2
C -
3
C -
4
C - H 2,3-dimetilbutana
| | | |
H H-C-H H-C-H H
| |
H H

a. Rantai terpanjangnya 4, jadi dinamakan butana
b. Cabangnya adalah metil dan ada dua
c. Letak cabangnya pada atom C nomor 2 dan nomor 3.

Jika cabang-cabang itu berbeda, maka urutan menyebutnya adalah menurut urutan
abjad huruf pertamanya, cabang etil disebut dulu dari cabang metil.


Alkena
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236g
< Sebelum Sesudah >
Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap dua
antara dua atom C yang berurutan. Jadi rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih sedikit
dari alkana karena itu rumus umumnya menjadi C
n
H
2n+2
-2H = C
n
H
2n
. Kekurangan jumlah
atom H pada alkena dibandingkan dengan jumlah atom H pada alkana dapat dijelaskan
sebagai berikut. Perhatikan untuk n = 2, pada alkana adalah C
2
H
6
sedang pada alkena
adalah C
2
H
4
, bagaimana dapat digambarkan rumus strukturnya? Perhatikan contoh berikut!

H H H H
| | | |
H - C - C - H berubah menjadi H - C = C - H
| |
H H

Kedua atom H di bawah harus dibebaskan supaya elektron-elektron atom C yang tadinya
dipakai untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom H dapat dialihkan untuk membentuk
ikatan kovalen dengan sesama atom karbon. Alkena mengandung satu ikatan rangkap dua
antara dua atom C, maka suku pertama alkena harus mengandung dua atom C. Jadi n = 2,
dan beberapa suku lain dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.
Lima suku pertama alkena
Suku
ke
n rumus struktur nama
1
2
3
4
5
2
3
4
5
6
CH
2
= CH
2

CH
2
= CH - CH
3

CH
2
= CH - CH
2
- CH
3

CH
2
= CH - CH
2
- CH
2
- CH
3

CH
2
= CH - CH
2
- CH
2
-CH
2
- CH
3

etena
propena
1-butena
1-pentena
1-heksena
Nama alkena berbeda dengan alkana hanya pada bagian belakang, jadi bagian yang
menunjuk pada jumlah tidak berubah. Bagaimana memberi nama alkena yang bercabang?
Secara garis, besar tidak berbeda dengan cara memberi nama alkana yang bercabang,
tetapi pada penentuan rantai induk yang terpanjang harus rantai yang mengandung ikatan
rangkap. Jadi ikatan rangkapnya diutamakan dengan nomor terkecil. Sebagai contoh
lihatlah rumus struktur berikut ini.
H H H H
| | | |
1
C = C
2
- C
3
- C
4
- H 3-metil-1-butena (bukan 2-metil-3-butena)
| | |
H CH
3
H
Pada alkana tidak ada bagian dari rumus strukturnya yang mempunyai ciri khas, sebaliknya
pada alkena ada bagian dari rumus strukturnya yang mengandung satu ikatan rangkap dua.
Bagian ini (-C=C-) disebut gugus fungsional.
Suku alkena yang banya dikenal adalah etena (etilena) dan propena (propilena) yang
merupakan bahan dasar untuk membuat plastik polietena (politena) dan polipropilen.

Alkuna
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236h
< Sebelum Sesudah >
Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dalam tiap molekulnya
mengandung satu ikatan rangkap 3 diantara dua atom C yang berurutan. Untuk
membentuk ikatan rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6 elektron, sehingga tinggal
satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa untuk mengikat atom H. Jumlah atom H, yang
dapat diikat berkurang dua, maka rumus umumnya menjadi
C
n
H
2n+2
- 4H = C
n
H
2n-2

Seperti halnya alkena, alkuna juga mempunyai suku pertama dengan harga n = 2, sehingga
rumus molekulnya C
2
H
2
, sedang rumus strukturnya H - C C - H. Senyawa alkuna tersebut
mempunyai nama etuna atau dengan nama lazim asetilena. Asetilena merupakan suatu gas
yang dihasilkan dari reaksi karbon dengan air dan banyak digunakan oleh tukang las untuk
menyambung besi.
CaC
2
(s) + 2 H
2
0 (l) C
2
H
2
(g) + Ca(OH)
2
(aq)
karbida asetilena

Tata nama alkuna sama dengan alkana atau alkena, bagian pertama menunjuk pada jumlah
sedang bagian kedua adalah akhiran -una, tetapi suku pertamanya juga mempunyai n = 2
seperti alkena. Etuna merupakan suku alkuna satu-satunya yang dapat dibuat. Suku-suku
alkuna lain sering diberi nama atau dianggap sebagai turunan etuna. Jadi propuna disebut
metil asetilena.
Seperti pada alkana, suku-suku rendah pada alkena dan alkuna pun hanya mempunyai satu
rumus struktur, tetapi pada suku ketiga (jangan lupa harga n-nya 4) dapat kita tuliskan
lebih dari satu rumus struktur yaitu ,
pada alkena
1-butena

CH
2
=CH-CH
2
-CH
3

2-butena

CH
3
-CH=CH-CH
3

2-metil-1-propena
CH
2
=C-CH
3

|
CH
3

pada alkuna
CH
3
C-CH
2
-CH
3


1-butuna
CH
3
-CC-CH
3
2-butuna
Jadi peristiwa isomeri terjadi pula pada alkena dan alkuna, bahkan penyebabnya dua. Kalau
pada alkana hanya pada rantainya berbeda (disebut isomeri rantai), pada alkena dan alkuna
dapat pula disebabkan ikatan rangkapnya berpindah tempat (disebut isomeri posisi) karena
itu letak ikatan rangkap pada suku-suku alkena dan alkuna yang lebih tinggi selalu diberi
nomor seperti terlihat di atas.

Beberapa Hidrokarbon Lain
(Kimia Kelas 2 > Hidrokarbon)
236i
< Sebelum Sesudah >
Seperti dikatakan dalam klasifikasi hidrokarbon, masih banyak hidrokarbon lainnya, tetapi rumus umumnya kadang-kadang sama dengan
rumus umum yang ada antara lain rumus umum alkena. Rumus umum alkena juga menunjukkan hidrokarbon siklis yang jenuh yang dikenal
sebagai siklana (siklo-alkana) dan siklo-propana sebagai suku pertamanya mempunyai harga n = 3. Alkandiena dan siklo-alkena mempunyai
rumus umum yang sama dengan alkuna. Rumus molekul C5H8 dapat merupakan pentuna, isoprena (monomer dari karet alam atau
siklopentana).

H3C - CH2 - CH2 - C CH pentuna
H2C = C - CH = CH2
| isoprena
CH3
Adalagi hidrokarbon berlingkar yang mengandung cincin segi enam, dikenal sebagai
hidrokarbon aromatik karena umumnya hidrokarbon ini harum baunya walaupun banyak
juga yang beracun. Struktur utama senyawa aromatik yang menjadi dasar sifat-sifat
kimianya adalah cincin benzena. Cincin benzena biasa digambarkan sebagai segi-enam
beraturan dengan tiap sudut ditempati oleh atom C yang mengikat satu atom H dan ikatan
rangkap yang berselang-seling antara dua atom C yang berurutan (lihat gambar di bawah
ini). Gambaran ini sempat menguasai senyawa aromatik untuk beberapa puluh tahun
sebelum akhirnya diubah karena sifat-sifat utama ikatan rangkap tidak tampak pada
gambaran struktur benzena sebelumnya. Hidrokarbon aromatik banyak pula terdapat dalam
minyak bumi.
rumus lama struktur benzena
H
|
H C H
\ // \ /
C C
| ||
C C
/ \\ / \
H C H
|
H

rumus baru struktur benzena
[gambar]

Anda mungkin juga menyukai