KIMIA DASAR
1
BAB I
STOIKIOMETRI
Contoh:
hidrogen + oksigen hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3
Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
2
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
a. HUKUM BOYLE
Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada
temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan
2 atmosfir ?
Jawab:
P1 V1 = P2 V2
b. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bila
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai
bilangan bulat den sederhana".
Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N 2) jika pada kondisi tersebut
3
1 liter gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Jawab:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
d. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan
bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4
liter volume ini disebut sebagai volume molar gas.
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH 3) pada suhu 27o C dan tekanan 1
atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol
Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter
Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27) V2 = 12.31 liter
4
Contoh:
Jawab:
C. KONSEP MOL
1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
L = 6.023 x 1023
Contoh:
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.
D. PERSAMAAN REAKSI
1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
5
Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang
berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan
volume asalkan suhu den tekanannya sama)
6
BAB II
HITUNGAN KIMIA
Dalam hal ini akan diberikan bermacam-macam contoh soal hitungan kimia
beserta pembahasanya.
Contoh-contoh soal :
Jawab :
2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan asam
klorida encer berlebih sesuai reaksi :
Berapa gram aluminium klorida dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan
pada kondisi standar ?
Jawab:
Jadi:
7
3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini
direduksi dengan gas CO sehingga dihasilkan besi.
Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ?
Jawab:
4. Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut
dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa
garam tersebut menjadi 15.95 gram. Berapa banyak air kristal yang
terkandung dalam garam tersebut ?
Jawab :
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat
dalam molekul.
Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan Ar masing-masing unsurnya
8
- perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnya
Rumus molekul: bila rumus empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui
maka rumus molekulnya dapat ditentukan.
n=2
Maka:
atau:
1:3=1:x x=3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y=8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8
9
BAB III
TERMOKIMIA
1. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau
pada reaksi tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga ΔH = ( - )
Contoh : C(s) + O2(g) CO2(g) + 393.5 kJ ; ΔH = -393.5 kJ
2. Reaksi Endoterm
Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau
pada reaksi tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga ΔH = ( + )
Contoh : CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; ΔH = +178.5 kJ
B. Perubahan Entalpi
10
4. Entalpi Reaksi:
ΔH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam
persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien
persamaan reaksi bulat sederhana.
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ; ΔH = - 112 kJ
2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ; ΔH = + 112 kJ
Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya digunakan
alat seperti kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin lebih sensitif.
HUKUM HESS
"Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak
tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir."
Contoh:
11
Menurut Hukum Hess : x = y + z
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini
selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
ikatan kimia, sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan.
Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu
sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi.
Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam
molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H 2, 02,
N2 atau HI yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan
energi ikatan Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara
pertolongan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal tersebut
dapat dijabarkan dengan persamaan :
Contoh:
Diketahui :
energi ikatan
C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol
Ditanya:
12
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ
13
BAB IV
SISTEM KOLOID
SISTEM DISPERS
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
JENIS KOLOID
14
B. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion H+ permukaannya menyerap ion S2-
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap
partikel atau ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini
disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan
sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion
S2.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan
dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,
pencampuran koloid yang berbeda muatan.
15
Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya
kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
ELEKTROFERESIS
Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke
salah satu elektroda. Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan
partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid
bermuatan negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti
koloid bermuatan positif. Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan
asap dalam suatu industri dengan alat Cottrell.
DIALISIS
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang
menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput
semipermeabel.
D. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
kondensasi
Prinsip Partikel Molekular --------------> Partikel
: Koloid
a. Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq) 3 S(s) + 2 H2O(l)
b. Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
c. Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)
d.
Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat
membentuk partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)
16
2. Cara Dispersi
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
a. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian
dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.
c. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
BAB V
KECEPATAN REAKSI
17
A. KONSENTRASI DAN KECEPATAN REAKSI
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah
menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu.
Untuk reaksi: aA + bB mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:
dimana:
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar.
Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan
berkurang pula kecepatannya.
V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.
B. Orde Reaksi
18
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.
Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya
dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
v = k (A) (B) 2
Contoh soal:
Kecepatan Reaksi
No. (NO) mol/l (Br2) mol/l
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108
Pertanyaan:
Jawab:
Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap
NO tidak berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br2
19
naik 2 kali, sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :
b. Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja
misalnya data (1), maka:
V = k(NO)2(Br2)
12 = k(0.1)2(0.1)
k = 12 x 103 mol-212det-1
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan
reaksi antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan
yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B.
Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.
- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang
harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat
menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi tumbukannya
lebih besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).
- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang
tidak sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana
struktur ruangnya.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju
reaksi absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus
dilewati oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan
akhir (produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi
keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:
A + B ; T* --> C + D
20
dimana:
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan
awal sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-
molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan
(Ea) agar dapat mencapai keadaan transisi (T *) dan kemudian menjadi hasil reaksi
(C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.
Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal)
sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O2 bereaksi dengan 4
molekul HBr. Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang
berhasil antara molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4
molekul HBr dengan 1 molekul O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil.
Tumbukan yang mungkin berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1
molekul HBr dengan 1 molekul O2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berlangsung
dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah:
21
Tahap 1: HBr + O2 Δ HOOBr (lambat)
Tahap 2: HBr + HOOBr Δ 2HOBr (cepat)
Tahap 3: (HBr + HOBr Δ H2O + Br2) x 2 (cepat)
------------------------------------------------------ +
4 HBr + O2 --> 2H2O + 2 Br2
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan
kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling
lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu
kecepatan reaksi.
1. KONSENTRASI
- Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.
22
Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut
dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat
dalam molekul zat yang bereaksi.
3. SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan
bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai
keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar.
Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu
dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT
dimana:
4. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi
tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir
reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti
sebelum reaksi.
BAB VI
KESETIMBANGAN KIMIA
23
A. Keadaan Kesetimbangan
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila
dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan
reaksi ke kiri maka, reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum
reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:
A + B C + D
B. Hukum Kesetimbangan
Hukum Guldberg dan Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka
Wange: hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi dengan
hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-
masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien
reaksinya adalah tetap.
24
Kc adalah konstanta kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap.
- Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas yang
dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat yang berbentuk
gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap den nilainya telah terhitung
dalam harga Kc itu.
- Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan dalam
perhitungan Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.
Contoh soal:
Jawab:
25
2. Jika tetapan kesetimbangan untuk reaksi:
sama dengan 0.25, maka berapakah besarnya tetapan kesetimbangan bagi reaksi:
2C(g) 1/2A(g) + B(g)
Jawab:
C. Pergeseran Kesetimbangan
Bagi reaksi:
A + B C + D
26
tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.
Contoh:
C. PERUBAHAN SUHU
27
akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
Contoh:
Kp = Kc (RT)n
dimana n adalah selisih (jumlah koefisien gas kanan) dan (jumlah koefisien gas
kiri).
28
Contoh:
Pada suhu 300o C, harga Kp= 16. Hitunglah tekanan parsial CO2, jika tekanan total
dalaun ruang 5 atm!
Jawab:
Misalkan tekanan parsial gas CO = x atm, maka tekanan parsial gas CO2 = (5 - x)
atm.
Kp = (PCO)2 / PCO2 = x2 / (5 - x) = 16 ; x = 4
E. Kesetimbangan Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan
jumlah mol mula-mula.
Contoh:
Contoh:
29
banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama.
Jawab:
a(1 - µ) = 2a ; 1 - µ = 2 ; µ = 1/3
BAB VII
LARUTAN
A. Pendahuluan
30
LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya
(daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit
dan larutan non elektrolit.
1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik
yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air),
seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion
(tidak mengion).
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
31
B. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1. FRAKSI MOL
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:
* XA + XB = 1
2. PERSEN BERAT
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat:
3. MOLALITAS (m)
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air =
0,2 m
4. MOLARITAS (M)
Contoh:
32
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5. NORMALITAS (N)
N = M x valensi
BAB VIII
EKSPONEN HIDROGEN
A. Pendahuluan
33
Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman.
Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH.
pH = - log [H+]
pH = - log 10-7 = 7
Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus
ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.
1. pH Asam Kuat
Contoh:
Jawab:
Jawab:
34
pH = - log 10-1 = 1
2. pH Asam Lemah
Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya 1 (0 < < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari
konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus
ditempuh adalah menghitung besarnya [H+] dengan rumus
[H+] = Ca . Ka)
dimana:
Contoh:
Jawab:
1. pH Basa Kuat
Contoh:
35
Jawab:
2. pH Basa Lemah
[OH-] = Cb . Kb)
dimana:
Contoh:
Jawab:
D. Larutan Buffer
36
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl
1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan
0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab:
2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb . Cb/Cg
dimana:
Cb = konsentrasi basa lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
37
Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH
dengan 0.1 mol HCl ! (Kb= 10-5)
Jawab:
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka
campurannya akan membentuk
Larutan buffer.
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9
E. Hidrolisis
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya
NaCl, K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam
yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral).
2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah
(misalnya NH4Cl, AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang
terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).
3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat
(misalnya CH3COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang
terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).
4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah
(misalnya CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total
(sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung
harga Ka den Kb.
38
F. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah
Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan
persamaan:
[H+] = Kh . Cg
dimana :
Kh = Kw/Kb
Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
Contoh:
Jawab:
NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara
langsung.
Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam
perhitungan digunakan persamaan:
39
[OH-] = Kh . Cg
dimana:
Kh = Kw/Ka
Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:
Contoh:
Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam
asetat ! (Ka = 10-5).
Jawab:
Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan,
maka tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH 3COONa) yang
terbentuk.
40
BAB IX
TEORI ASAM BASA DAN STOKIOMETRI LARUTAN
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
2. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Contoh:
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor)
dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat
ampiprotik (amfoter).
B. Stokiometri Larutan
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau
seluruhnya berada dalam bentuk larutan.
41
1. Stoikiometri dengan Hitungan Kimia Sederhana
Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentuk larutan, maka mol
larutan dapat dinyatakan sebagai:
n=V.M
dimana:
n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan
Contoh:
Hitunglah volume larutan 0.05 M HCl yang diperlukan untuk melarutkan 2.4
gram logam magnesium (Ar = 24).
Jawab:
2. Titrasi
Contoh:
42
HCl.
Tentukan kemolaran larutan NaOH !
Jawab:
2. Sebanyak 0.56 gram kalsium oksida tak murni dilarutkan ke dalam air.
Larutan ini tepat dapat dinetralkan dengan 20 mL larutan 0.30 M
HCl.Tentukan kemurnian kalsium oksida (Ar: O=16; Ca=56)!
Jawab:
43
BAB X
ZAT RADIOAKTIF
A. Keradioaktifan Alam
Definisi : Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat radiokatif
MACAMNYA
KERADIOAKTIFAN ALAM
Misalnya: 92238 U 90
224
Th + 24 He
1. Jenis peluruhan
a. Radiasi Alfa
- terdiri dari inti 24 He
- merupakan partikel yang massif
- kecepatan 0.1 C
- di udara hanya berjalan beberapa cm sebelum menumbuk
molekul udara
b. Radiasi Beta
- terdiri dari elektron -10 e atau -10 beta
- terjadi karena perubahan neutron 01 n 1
1
p + -10 e
- di udara kering bergerak sejauh 300 cm
c. Radiasi Gamma
- merupakan radiasi elektromagnetik yang berenergi tinggi
- berasal dari inti
- merupakan gejala spontan dari isotop radioaktif
d. Emisi Positron
- terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan hampir sama
dengan elektron
- terjadi dari proton yang berubah menjadi neutron 1 1 p 1 0
0 n + +1 e
e. Emisi Neutron
- tidak menghasilkan isotop unsur lain
2. Kestabilan inti
44
- Pada umumnya unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83
adalah radioaktif.
- Kestabilan inti dipengaruhi oleh perbandingan antara neutron dan
proton di dalam inti.
* isotop dengan n/p di atas pita kestabilan menjadi stabil dengan
memancarkan partikel beta.
* isotop dengan n/p di bawah pita kestabilan menjadi stabil
dengan menangkap elektron.
* emisi positron terjadi pada inti ringan.
* penangkapan elektron terjadi pada inti berat.
3. Deret keradioaktifan
a. Deret Uranium-Radium
b. Deret Thorium
c. Deret Aktinium
d. Deret Neptunium
KERADIOAKTIFAN BUATAN
Prinsip penembakan:
45
o Jumlah nomor massa sebelum penembakan = jumlah nomor massa setelah
penembakan.
Misalnya: 714 N + 24 He 8
17
O + 11 p
RUMUS
k = 0.693/t1/2
RINGKASAN
e = elektron
n = neutron
p = proton
2. Peluruhan radioaktif:
a. Nt = No . e-1
b. 2.303 log No/Nt = k . t
c. k . t1/2 = 0.693
d. (1/2)n = Nt/No
t1/2 x n = t
46
t1/2 = waktu paruh
n = faktor peluruhan
Contoh:
1. Suatu unsur radioaktif mempunyai waktu paruh 4 jam. Dari sejumlah No unsur
tersebut setelah 1 hari berapa yang masih tersisa ?
Jawab:
2. 400 gram suatu zat radioaktif setelah disimpan selama 72 tahun ternyata masih
tersisa sebanyak 6.25 gram. Berapakah waktu paruh unsur radioaktif tersebut ?
Jawab:
No = 400 gram
Nt = 6.25 gram
t = 72 tahun
47
BAB XI
KIMIA LINGKUNGAN
DEFINISI
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari pengaruh dari bahan kimia terhadap
lingkungan.
KETENTUAN
Kimia lingkungan mempelajari zat-zat kimia yang penggunaannya dapat
menguntungkan dibidang kemajuan teknologi tetapi hasil-hasil sampingannya
merugikan, serta cara pencegahannya.
MACAMNYA
1. Pencemaran udara
2. Pencemaran air
3. Pencemaran tanah
1. Pencemaran udara
a.
Karbon monoksida (CO)
- tidak berwarna dan tidak barbau
- bersifat racun karena dapat berikatan dengan hemoglobin CO+Hb
COHb
- kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar dan O2,
akibatnya darah kurang berfungsi sebagai pengangkut 02
b.
Belerangdioksida (SO2)
- berasal dari: gunung api, industri pulp dengan proses sulfit dan
hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang (S)
- warna gas : coklat
- bersifat racun bagi pernafasan karena dapat mengeringkan
udara
c.
Oksida nitrogen (NO dan NO2)
- pada pembakaran nitrogen, pembakaran bahan industri dan
kendaraan bermotor
- di lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk
asam nitrat yang bersifat korosif
48
d. Senyawa karbon
- dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa karbon di
bidang pertanian, kesehatan dan peternakan, misalnya
kelompok organoklor
- organoklor tersebut: insektisida, fungisida dan herbisida
2. Pencemaran air
a. Menurunnya pH air memperbesar sifat korosi air pada Fe dan dapat
mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme air.
b. Kenaikan suhu air mengakibatkan kelarutan O2 berkurang.
c. Adanya pembusukan zat-zat organik yang mengubah warna, bau dan rasa
air.
Syarat air sehat:
- tidak berbau dan berasa
- harga DO tinggi dan BOD rendah
3. Pencemaran tanah
- Adanya bahan-bahan sintetik yang tidak dapat dihancurkan oleh
mikroorganisme seperti plastik.
- Adanya buangan kimia yang dapat merusak tanah.
4. Dampak polusi
JENIS
DAMPAK
POLUTAN
CO Racun sebab afinitasnya terhadap Hb besar
Peningkatan radiasi ultra violet sebab NO menurunkan
NO
kadar O3 (filter ultra violet)
Freon sda
NO2 Racun paru
Minyak Ikan mati sebab BOD naik
Limbah industri Ikan mati sebab BOD naik
Pestisida Racun sebab pestisida adalah organoklor
Pupuk Tumbuhan mati kering sebab terjadi plasmolisis cairan sel
49
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter & Jones, Loretta . 1997 . Chemistry Molekules Matters and Change
3rd Edition . New York U.S.A : W. H Freeman and Company.
Brady, James E . 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Gebelin, Charles G. 2003. Cemistry and Our World. Dubugue. I. A. U.S.A : Wm.
C Brown Publishers.
Keenan, UK, Kleinfester DC, Demwood JA. 1989. Kimia untuk Universitas.
Jakarta : Erlangga.
Petruci, Ralp H dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta : Erlangga.
50
Sukardjo, Drs. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Utami, Budi dan Nugroho, Agung. 2009. Kimia Dasar Universitas. Jakarta :
Erlangga.
51