Reaksi oksidasi dan reduksi biasanya berjalan secara simultan (bersamaan) seperti
yang yang terjadi pada reaksi berikut:
Karena reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, maka reaksi di atas
disebut reaksi redoks. Pada contoh di atas, CO dioksidasi oleh Fe2O3. Oleh karena itu, Fe2O3
merupakan pengoksidasi atau oksidator. Sebaliknya, Fe2O3 direduksi oleh CO sehingga CO
merupakan pereduksi atau reduktor. Jadi, oksidator adalah zat yang memberikan oksigen
kepada zat lain, sedangkan reduktor adalah zat yang menerima oksigen dari zat lain.
O2(g) 4e
+
2Zn(s) → 2Zn2+ + 4e atau 2Zn(s) + O2(g) → 2ZnO(s)
2O2-
Reaksi di atas merupakan reaksi redoks karena reaksi oksidasi dan reduksi terjadi
bersamaan. Jika diilustrasikan gambaran mikroskopiknya seperti pada gambar berikut.
Jika jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi tidak sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi, maka salah satu harus
dikalikan sehingga jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi. Contohnya:
Persamaan setengah reaksi oksidasi: [ Ag(s) → Ag+(aq) + 1e ] X 2
Persamaan setengan reaksi reduksi: S(g) + 2e → S2-
Persamaan reaksi total : 2Ag(s) + S(g) → Ag2S(s)
Reaksi tersebut dapat terjadi pada bahan yang terbuat dari perak, misalnya sendok perak yang
yang semula berwarna putih perak teroksidasi menjadi perak sulfida yang berwarna
kekuningan. Ilustrasi reaksinya seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.3 Reaksi redoks Ag dengan S menjadi Ag2S pada sendok perak
C. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi (b.o) didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom ketika
berada dalam bentuk ion atau molekul. Ada beberapa aturan untuk menentukan bilangan
oksidasi suatu atom, antara lain:
1. Bilangan oksidasi dari unsur bebas seperti Na, Fe, H2, Cl2, O2, P4, dan S8 = 0.
2. Bilangan oksidasi dari ion monoatomik sederhana = muatan ionnya. Contoh:
Bilangan oksidasi Na+ = +1 Bilangan oksidasi Cu2+ = +2
Bilangan oksidasi O2- = -2 Bilangan oksidasi Cl- = -1
3. Jumlah bilangan oksidasi dari semua atom dalam molekul netral = 0, sedangkan jumlah
bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik = muatan ionnya. Contoh:
Muatan senyawa NaCl = 0
Jumlah b.o Na + jumlah b.o Cl = 0
(1 x b.o Na) + (1 x b.o Cl) = 0
Muatan NO3- = -1
Jumlah b.o N + jumlah b.o O = -1
(1 x b.o N) + (3 x b.o O) = -1
4. Bilangan oksidasi fluorin di dalam senyawanya, misalnya HF, NaF, ClF3 selalu -1.
5. Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa kovalen dengan nonlogam seperti HCl, NH3,
H2O = +1. Bilangan oksidasi hidrogen yang membentuk ikatan dengan logam = -1,
misalnya NaH dan CaH2.
6. Bilangan oksidasi oksigen di dalam senyawanya selalu -2, kecuali dalam senyawa
fluorida, peroksida, dan superoksida.
Bilangan oksidasi O dalam H2O = -2
Bilangan oksidasi O dalam senyawa fluorida, OF2 = +2
Bilangan oksidasi O dalam senyawa peroksida, H2O2, Na2O2 = -1
Bilangan oksidasi O dalam senyawa superoksida, KO2 = -1/2
7. Logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +1.
8. Logam golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +2.
9. Bilangan oksidasi golongan nonlogam sama dengan muatan ionnya. Contoh;
Cl dalam NaCl adalah Cl- sehingga bilangan oksidasi Cl dalam NaCl = -1
Cl dalam ICl adalah Cl-, karena keelektronegatifan Cl lebih besar daripada I sehingga
bilangan oksidasi Cl dalam ICl = -1
10. Logam transisi mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi.
Berikut ini beberapa contoh cara menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam
molekul, ion sederhana, maupun ion poliatomik.
Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam MgCl2, b.o Mg = +2, Cl = -1
MgCl2
+2 -1
Jumlah b.o Mg + jumlah b.o Cl = 0
(1 x b.o Mg) + (2 x b.o Cl) =0
[1 x (+2)] + [2 x (-1) ] = 0
(+2) + (-2) =0
Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam Fe2O3, b.o Fe = +3, O = -2
Fe2O3
+3 -2
Jumlah b.o Fe + jumlah b.o O = 0
(2 x b.o Fe) + (3 x b.o O) =0
[2 x (+3)] + [3 x (-2) ] =0
(+6) + (-6) =0
Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam NH4+, b.o N = -3, H = +1
NH4+
-3 +1
+6 -2
Jumlah b.o S + jumlah b.o O = -2
(1 x b.o S) + (4 x b.o O) = -2
[1 x (+6)] + [4 x (-2) ] = -2
(+6) + (-8) = -2
Karbon (C) mengalami oksidasi karena bilangan oksidasi C meningkat dari 0 menjadi +4,
sedangkan oksigen (O2) mengalami reduksi karena bilangan oksidasi oksigen menurun
dari 0 menjadi -2.
oksidasi
reduksi
+1 +7 -2 +1 -1 +2 -1 +1 -1 0 +1 -2
oksidasi
reduksi
0 +1 -2 +1 -2 +1 +1 -1
Sebagian dari gas Cl2 (bilangan oksidasi 0) mengalami reaksi oksidasi menjadi HOCl
(bilangan oksidasi +1) dan mengalami reduksi menjadi HCl (bilangan oksidasi -1). H2O yang
menyebabkan Cl2 teroksidasi sekaligus tereduksi, sehingga H2O bertindak sebagai reduktor
sekaligus oksidator.
Reaksi kebalikan dari reaksi autoredoks adalah reaksi konproporsionasi, yaitu reaksi
redoks yang hasil oksidasi dan reduksinya sama. Contohnya:
oksidasi
reduksi
+1 -2 +4 -2 0 +1 -2
Pada reaksi tersebut, hasil oksidasi dan hasil reduksinya merupakan zat yang sama yaitu
belerang (S).
A. Reaksi Oksidasi dan Reduksi dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi lebih luas daripada
dua konsep awal. Terdapat banyak reaksi redoks yang kita temui dalam kehidupan sehari-
hari, antara lain:
a. Pembakaran gas alam
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
b. Fotosintesis
6CO2(g) + 6H2O(l) + sinar matahari → C6H12O6(aq) + 6O2(g)
c. Ekstark besi dari oksida besi
Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)
d. Korosi
4Fe(s) + 3O2(g) + nH2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)
e. Aki mobil
Oksidasi : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e
Reduksi : PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e → PbSO4 + 2H2O
Reaksi total: Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 + 2H2O