Anda di halaman 1dari 17

REVISI

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM


KIMIA ANORGANIK II
“Reaksi Oksidasi Reduksi (2)
Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Logam”

Disusun Oleh:

Kelompok : 5 (Lima)
Anggota : 1. Khoiriyah (06101181621014)
2. Meta Aprizulyanti (06101181621005)
3. Gita Anggraini (06101181621058)
4. Vika Nurjanah (06101281621015)
5. Setra Sari (06101281621022)

Dosen Pembimbing : Drs. M. HadeliL., M.Si

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
I. Nomor Percobaan : 3 (Tiga)
II. Judul Percobaan : Reaksi Oksidasi Reduksi (2)
Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Logam
III. Tujuan Percobaan : Mempelajari Pengaruh Asam dan Basa
Terhadap Logam
IV. Dasar Teori
Reaksi oksidasi-reduksi banyak berperandalam kehidupan sehari-
hari.Mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai dengan kerja cairan
pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu, unsur logam dan
nonlogam diperoleh dari bijihnya dari proses oksidasi atau reduksi.(Mulyani,
2013)
Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses di mana
oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses di mana
oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga
disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-
reaksi lain di mana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat
dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi, sebelum definisi oksidasi reduksi
yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron,
disusun orang.
Reaksi asam-basa dapat dikenali sebagai proses transfer-proton. Reaksi
oksidasi-reduksi (redoks) dikenal juga sebagai reaksi tranfer-elektron.Dalam
reaksi redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara
logam magnesium dan asam klorida merupakan satu contoh reaksi redoks:
0 +1 +2 0
Mg(s + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Ingat bahwa angka yang ditulis di atas unsur adalah bilangan oksidasi
dari unsur tersebut.Dilepasnya eletron oleh suatu unsur selama oksidasi ditandai
dengan meningkatnya bilangan oksidasi unsur itu.Dalam reduksi, terjadi
penurunan bilangan oksidasi karena diperolehnya elektron oleh unsur
tersebut.Dalam reaksi yang ditunjukkan di sini, logam Mg dioksidasi dan ion H+
direduksi; ion Cl- adalah ion pengamat.
A. Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Penggabungan dan
Pelepasan Oksigen.
Penggabungan dan pelepasan oksigen adalah konsep awal pada defenisi
reaksi redoks.Hal ini didasarkan pada kemampuan gas oksigen untuk bereaksi
dengan berbagai unsur membentuk suatu oksida.(Krisnandi, 2014)
Oksidasiadalah peristiwa penggabungan suatu zat dengan oksigen.Zat
yang memberoksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator.
Contoh reaksi oksidasi:
2Cu(s) + O2(g) → 2CuO(s)
2 Fe(s) + O2(g) → 2FeO(s)
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
Reduksiadalah proses pelepasan oksigen dari suatu zat. Zat yang menarik
oksigen padareaksi oksidasi disebut reduktor.
Contoh reaksi reduksi:
CuO(s) → Cu(s) + O2(g)
2SO3(s) → 2SO2(s) + O2(g)
PbO(s) → Pb(s) + O2(g)

B. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pelepasan dan


Penangkapan Elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi
adalah reaksi penangkapan elektron. Dilihat dari serah terima elektron di atas
reaksi reduksi dan oksidasi selalu terjadi secara bersama-sama sehingga akan ada
zat yang melepasdan menangkap elektron oleh karena itu reaksi tersebut disebut
reaksi oksidasi dan reduksi (redoks). Beberapa contoh reaksi yang dapat
menjelaskan peristiwa di atassebagai berikut:
Oksidasi: Na → Na+ + e
Zn → Zn2+ + 2e
Reduksi: K+ + e → K
Cu2+ + 2e → Cu
Zat yang mengalami oksidasi (melepaskan elektron) disebut reduktor
(pereduksi), sebab menyebabkan zat lain mengalami reduksi (menangkap
elektron).Sebaliknya zat yang mengalami reduksi disebut oksidator
(pengoksidasi), misalnyauntuk reaksi
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Zn teroksidasi menjadi Zn2+, maka Zn merupakan reduktor, sedangkan
Cu2+ tereduksimenjadi Cu maka merupakan oksidator.Reduktor dan oksidator
dapat ditentukan dengan menuliskan persamaan reaksioksidasi dan reduksi
dengan cara setengah reaksi. perhatikan contoh dibawah ini:
Reaksi antara Ag dan Cl2 membentuk AgCl
Oksidasi: Ag(s) → Ag+ (s) + e
Reduksi : Cl2(g) + 2e → 2Cl-(g)
2Ag(s) + Cl2(g) → Ag+(s) + Cl-(g)

C. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan


Bilangan Oksidasi
Pengertian reaksi redoks selanjutnya berkembang menjadi lebih luas.
Konsep reaksi redoks yang terakhir dan masih digunakan sampai sekarang adalah
berdasarkan biloks.Konsep redoks yang berdasarkan bilangan oksidasi adalah
sebagai berikut:
Reaksi redoks adalah reaksi yang mana terjadi perubahan bilangan
oksidasi dari atomsebelum dan sesudah reaksi. Dilihat dari bilangan oksidasinya
maka oksidasi danreduksi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Oksidasi: peningkatan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya bertambah
(oksidasi), yang disebut reduktor.
Reduksi: penurunan bilangan oksidasi. bilangan oksidasinya berkurang
(reduksi), yang disebut oksidator.
Sebelum kita mempelajari lebih jauh reaksi redoks berdasarkan perubahan
bilanganoksidasi maka harus dipahami dulu apa itu bilangan oksidasi.
Bilangan Oksidasi
Bilanganoksidasiyaitu bilangan yang menyatakan banyaknya elektron
yang telah dilepaskan atau diterima oleh suatu muatan yang dimiliki oleh suatu
atom dalam suatu senyawa.
Biloks diberi tanda positif jika atom itu melepaskan elektron dan diberi
tanda negatif jika atom itu menerima elektron.
Bagaimana kita bisa menentukan apakah suatu unsur dalam senyawa
memiliki biloks positif atau negatif? Perhatikan deret unsur berdasarkan
keelektronegatifannya berikut ini.
Logam< H < P < C < S < I < Br < Cl < N < O < F
Jika unsur diatas bereaksi membentuk senyawa, maka unsur yang
posisinya lebih kiri akan mempunyai biloks positif. Sementara itu unsur yang
posisinya lebih kanan akan mempunyai biloks negatif.
Untuk menentukan bilangan oksidasi berbagai unsur dalam senyawa
disusun aturansebagai berikut:
1. Bilangan oksidasi atom unsur dalam keadaan unsur bebasnya adalah nol.
Contoh : Bilangan okisdasi Na, Fe, H2, N2, O2 berturut-turut = 0
2. Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh : Bilangan oksidasi ion Cu2+ = +2 Na+ = +1 Al3+ = +3
3. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa adalah nol sedangkan
untuk ion poliatomik jumlah bilangan oksidasi pembentuk ion tersebut harus
sama dengan muatan ion poliatomik tersebut.
Contoh : Tentukan bilangan oksidasi C dalam H2CO3
Berlaku : (2 x biloks H) + (1 x biloks C) + (3 x Biloks O) = 0
(2 x +1) + (1 x biloks C) +(3 x -2) = 0
2 + (1 x biloks C) + -6 = 0
(1 x biloks C) = +4
4. Bilangan oksidasi unsur-unsur golongan VII A , atom F, Cl, Br, I selalu
mempunyai bilangan oksidai -1 dalam senyawa biner logam.
Contoh : HF, NaBr, FeCl3 bilangan oksidasi F, Br, Cl berturut-turut= -1
5. Atom unsur golongan IA mempunyai bilangan oksidasi +1 dalam
senyawanya.
Contoh : Li , Na, K, Rb Cs mempunyai biloks = +1
6. Atom unsur golongan IIA mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam
senyawanya.
Contoh : Be, Mg, Ca, Sr, Ba mempunyai biloks = +2
7. Dalam senyawanya, atom H mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam
senyawa hidrida logam atom H mempunyai bilangan oksidasi -1.
Contoh : Bilangan okisdasi H dalam HCl, H2O dan NH3 berturut- turut = +1.
Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1
8. Oksigen mempunyai bilangan oksidasi -2, dengan pengecualian:
a. Dalam senyawa biner dengan F, O mempunyai bilangan oksidasi +2
b. Dalam peroksida mempunyai bilangan oksidasi -1.
Contoh : Bilangan oksidasi O dalam H2O, NO, CO2 berturut-turut adalah -2
Bilangan oksidasi O dalam H2O2, Na2O2 berturut-turut adalah -1

D. Penyetaraan Reaksi Oksidasi Reduksi


Salah satu teknik yang digunakan dalam menyetarakan persamaan redoks
menggunakan metode ion-elektron.Dalam metode ini, reaksi keseluruhan dibagi
menjadi dua setengah reaksi, satu untuk oksidasi dan satu untuk
reduksi.Persamaan untuk kedua setengah reaksi ini disetarakan secara terpisah,
dan kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan setara
keseluruhannya.
Contohnya, misalkan kita diminta untuk menyetarakan persamaan yang
menunjukkan terjadinya oksidasi ion Fe2+ menjadi ion Fe3+ oleh ion dikromat
(Cr2O72-) dalam medium asam. Sebagai hasilnya, ion Cr2O72- tereduksi menjadi
ion-ion Cr3+. Tahap tahap berikut ini akan membantu kita menyetarakan
persamaannya.
Tahap 1.Tulis persamaan tak setara untuk reaksi ini dalam bentuk ionik.
Fe2+ + Cr2O72- → Fe3+ + Cr3+
Tahap 2.Pisahkan persamaan tersebut menjadi dua setengah reaksi.
+2 +3
Oksidasi: Fe2+ → Fe3+

+6 +3
Reduksi: Cr2O72- → Cr3+

Tahap 3. Setarakan atom yang bukan O dan H disetiap setengah reaksi secara
terpisah
Setengah reaksi oksidasi sudah setara untuk atom Fe.Untuk setengah reaksi
reduksi kita kalikan Cr3+ dengan 2 untuk menyetarakan atom Cr.
Cr2O72- → 2Cr3+
Tahap 4. Untuk reaksi dalam medium asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan
atom O dan tambahkan H+ untuk, menyetarakan ataom H.
Karena reaksi berlangsung dalam lingkungann asam, kita tambahan 7 molekul
H2O di sebelah kanan setengah reaksi reduksi untuk menyetarakan atom O:
Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Untuk menyetarakan atom H, kita tambahkan 14 ion H+ sebelah kiri:
14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Tahap 5.Tambahkan elektron pada salah satu sisi dari setiap setengah reaksi
untuk menyetarakan muatan. Jika perlu, samakan jumlah elektron di kedua
setengah reaksi dengan cara mengalikan satu atau kedua setengah reaksi dengan
koefisien yang sesuai.

Untuk setengah reaksi oksidasi kita tuliskan:


Fe2+ → Fe3+ + e-
Kita tambahkan 1 elektron di sisi kanan sehingga terdapat satu muatan 2+ pada
setiap sisi dari setengah reaksi.
Dalam setengah reaksi reduksi terdapat total 12 muatan positif pada sisi kiri dan
hanya 6 muatan positif pada sisi kanan. Jadi, kita tambahkan 6 elektron di sebelah
kiri.
14H+ + Cr2O72- + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O
Untuk menyamakan banyaknya elektron pada kedua setengah reaksi, kita kalikan
setengah reaksi oksidasi dengan 6:
6Fe2+ → 6Fe3+ + 6e-

Tahap 6.Jumlahkan kedua setengah reaksi dan setarakan persamaan akhir


dengan pengamatan.Elektron-elektron di kedua sisi harus saling meniadakan.
Kedua setengah reaksi dijumlahkan sehingga diperoleh:
14H+ + Cr2O72- + 6Fe2+ + 6e- → 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O + 6e-
Elektron pada kedua sisi saling meniadakan, dan kita mendapatkan persamaan
ionik bersih yang sudah setara:
14H+ + Cr2O72- + 6Fe2+ → 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O
Tahap 7. Periksa kembali apakah persamaan ini mengandung jenis dan jumlah
atom yang sama serta periksa juga apakah muatan pada kedua sisi persamaan
sudah sama.
Untuk reaksi dalam medium basa, kita biasanya akan menyetarakan atom seperti
yang telah kita lakukan pada tahap 4 untuk medium asam. Lalu, untuk setiap ion
H+ biasanya kita tambahkan ion OH- yang sama banyaknya di kedua sisi
persamaan. Jika H+ dan OH- muncul pada sisi yang sama dari persamaan, kita
biasanya akan menggabungkan ion-ion tersebut menjadi H2O.

V. Alat Dan Bahan

 Alat :  Bahan:

Tabung Reaksi Logam (Fe, Zn, Cu)

Rak Tabung Paku Besi

Pipet Tetes Larutan Na2S2O3

Botol Semprot NaOH 2M

HNO3 5M

HCl 5M

Aquadest
VI. Cara Kerja
1. Siapkan sepotong kecil logam Fe, Zn, dan Cu. Bersihkan logam tersebut
menggunakan sabut baja (ampelas) dan tempatkan sample tersebut ke dalam
tabung-tabung secara berpisah.
2. Tambahkan 3 ml larutan HCl 5M kedalam tabung tes dan catat perubahan yang
terjadi pada tabel lembar kerja dan tuliskan persamaan reaksinya.
3. Jika tidak terjadi, panaskan tabung-tabung tes tersebut secara hati-hati dan
catat perubahan yang terjadi
4. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk logam-logam lain
5. Ulangi cara kerja pada langkah 1-4 dengan menggunakan larutan HNO3 5M
sebagai pengganti larutan HCl. Catat semua pengamatan anda dan tulis pula
persamaan reaksinya.
6. Ulangi cara kerja pada langkah 1-4 dengan menggunakan larutan HCl. Catat
hasil pengamatan.
7. Ke dalam tabung tersebut , tambahkan 2 ml Na2S2O3 amati perubahan yang
terjadi dan catat pada table.

VII. HASIL PENGAMATAN


 Pengaruh Asam Terhadap Logam HCl (Tidak Berwarna)
Pengamatan
Logam Persamaan Reaksi
Dingin Panas

Zn Bereaksi ceat Zn(s) + 2HCl(aq)


(Abu- menghasilkan ZnCl2(s)+H2(g)
abu) panas, larutan
-
berwarna putih,
terdapat gelembung
dan endapan

Fe Bereaksi lambat 2Fe(s)+ 6HCl(aq)


(Abu- dari pada Zn, - 2FeCl3(aq) +3H2(g)
abu) Larutan berwarna
kuning dan terdapat
gelembung

Cu Tidak terjadi reaksi Terjadi reaksi Cu(s) + 2HCl(aq)


(Biru) atau perubahan, larutan berwarna
larutan bening kekuningan

 Pengaruh Asam terhadap Logam HNO3 (Tidak Berwarna)


Pengamatan
Logam Persamaan Reaksi
Dingin Panas

Zn Terdapat Zn(s) + 4HNO3(aq)


(Abu- gelembung, tidak Zn(NO3)2(aq) + 2NO2(aq) +
abu) larut, menghasilkan - 2H2O(aq)
panas dan larutan
tidak berwarna

Fe Terdapat Fe(s) + 4HNO3(aq)Fe(NO3)3(aq)


(Abu- gelembung, larutan + 2H2O + NO(g)
abu) berwarna coklat -
dan menghasilkan
panas

Cu Terdapat Cu(s) + 2HNO3(aq)


(Biru) gelembung larutan - Cu(NO3)2(aq) + H2(g)
berwarna biru
 Pengaruh Alkali terhadap Logam NaOH (Tidak Berwarna)
Pengamatan
Logam Pengaruh Alkali Pengaruh Sulfida
Dingin Panas
Zn Bereaksi membentuk Setelah dipanaskan Setelah
(Abu- gelatin, dan larutan terbentuk gelatin, Dan ditambahkan
abu) berwarna abu-abu larutannya tidak sulfida larutan
terdapat gelatin tetap berwarna
abu-abu dan tetap
terdapat endapan
berwarna abu
kehitaman
Fe Setelah dipanaskan
(Abu- Tidak bereaksi larutan menjadi warna Tidak bereaksi
abu) kuning muda

Cu Setelah dipanaskan
(Biru) Tidak Bereaksi larutan menjadi kuning Tidak bereaksi
muda

VIII. Mekanisme Reaksi


(1). Pengaruh Asam terhadap Logam (HCl)
Zn (s) + 2HCl(aq) ZnCl2(s) + H2↑(g)
2 Fe (s) + 6 HCl(aq) 2 FeCl3 (aq) + 3 H2↑(g)
Cu (s) + 2HCl (aq) CuCl (s) + H2↑(g)
(2). Pengaruh Asam terhadap Logam (HNO3)
Zn (s) + 4 HNO3 (aq)Zn(NO3)2(aq) + 2NO2 (g) + 2 H2O (aq)
Fe (s) + 4 HNO3 (aq) Fe(NO3)3 (aq) + 2H2O (aq) + NO (g)
Cu (s) + 2 HNO3 (aq)Cu(NO3)2(aq)+ H2(g)
(3). Pengaruh Alkali terhadap Logam (NaOH)
Zn(s) + 2NaOH (aq)Zn(OH)2(aq) + 2Na
Fe(s) + 2NaOH (aq)Fe(OH)2(aq) +2Na
Cu(s)+ 2 NaOH (aq)Cu(OH)2 (aq) + 2Na
(4). Pengaruh Sulfida
Zn(OH)2(aq) + Na2S2O3(aq)ZnS2O3 + 2NaOH(aq)
Fe(OH)2(aq) + Na2S2O3(aq)
Cu(OH)2 +Na2S2O3(aq)

IX. Pembahasan
Pada percobaan kali ini , kami melakukan percobaan mengenai Reaksi
Oksidasi Reduksi (2) Pengaruh Asam dan Basa Terhadapa Logam. Dengan tujuan
percobaan mempelajari pengaruh asam dan basa terhadap logam. Dimana pada
percobaan kali ini kami menggunakan sebanyak 3 sampel logam yaitu Zn ,Fe, dan
Cu. Sedangkan juga kami menggunakan beberapa larutan yang digunakan sebagai
pelarut (zat penguji).
Pada tahap yang pertama kami menggunakan larutan HCl 5 M sebagai
pereaksi dengan menggunakan beberapa logam, selanjutnya kami menyiapkan
beberapa logam yang akan diuji yaituZn, Fe dan Cu . Pada logam Fe kami
membersihkan paku dengan cara mengamplasnya, lalu dengan menggunakan
logam Cu dan Zn sebesar sekitar 2 cm . Lalu pada uji logam kami menempatkan
logam pada tabung reaksi, lalu menambahkan sebanyak 2 ml larutan HCl dan
melihat perubahan yang terjadi.
Pada percobaan 1 menggunakan Zn lalu ditambahkan larutan HCl dan
timbul gelembung gas H2, reaksi berlangsung cepat pada Zn ,dan menghasilkan
panas, yang berarti pada percobaan 1 ini terjadi reaksi eksoterm, berdasarkan teori
eksoterm yaitu reaksi yang membebaskan kalor, kalor mengalir dari sistem ke
lingkungan (terjadi penurunan entalpi), entalpi produk lebih kecil dari pada
entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif . pada
reaksi eksoterm umumnya suhu sistem naik, adanya kenaikan suhu inilah yang
menyebabkan sistem melepas kalor kelingkungan.Berdasarkan teori, logam Zn
ketika bereaksi dengan asam klorida (HCl), menghasilkan ZnCl2 dengan gas H2.
Sama halnya dengan Al, Zn juga mampu menghasilkan H dan menghasilkan
ZnCl2,karena Zn memiliki sifat lebih reaktif dibandingkan dengan H (dilihat dari
deret volta). Larutannya mengalami perubahan warna menjadi abu-abu pada
larutan HCl dan pada logam Al berubah menjadi kehitaman.
Pada percobaan 2 menggunakan Fe lalu ditambahkan larutan HCl dan
timbul gelembung gas H2dan endapan, tapi reaksi yang terjadi lebih lambat
dibandingkan dengan Zn, dan larutan menjadi warna kuning bening.Selanjutnya
uji logam Cu dengan HCl , dimana Cu memiliki warna merah bata dan setelah
dicampurkan tidak terjadi perubahan dan itu berarti itu tidak bereaksi. Karena
larutan tidak bereaksi berarti lalrutan harus dipanaskan, setelah dipanaskan larutan
berubah menjadi berwarna kuning bening.Pada larutan ini juga tidak terjadi reaksi
pergeseran, karena logam Cu tidak mampu menggeser H. Dimana H memiliki
sifat lebih reaktif (dilihat dari deret volta) dari pada Cu, sehingga tidak terjadi
reaksi.
Pada percobaan kedua kami menggunakan larutana HNO3 sebagai larutan
penguji dalam percobaan ini , pada tahap awal kami menggunakan logam Zn
sebagai sampel . Setelah itu letakkan ketiga sampel logam kedalam masing-
masing tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan HNO3 . Pada percobaan
pertama menggunakan sampelZn dimana Zn memiliki warna abu-abu lalu setelah
ditambahkan dengan HNO3 terdapat gelembung, larutan bereaksi dengan
timbulnya gas H2dan mengahasilkan panas reaksi berlangsung secara eksotermdan
Zn yang melarut dalam HNO3.
Lalu menggunakan sampel yang kedua yaitu Fe dimana setelah
ditambahkan dengan HNO3 larutan berubah menjadi berwarna coklat (berkarat)
dan timbul gelembung gas H2serta menghasilkan panas. Lalu menggunakan
sampel yang ketiga yaitu Cu dimana setelah direaksikan dengan HNO3 timbul gas
H2 dan larutan berwarna biru .
Selanjutnya untuk uji yang ketiga adalah uji logam dengan menggunakan
alkali dimana disini menggunakan larutan basa Natrium Hidroksida (NaOH)
untuk perlakuan yang digunakan sama seperti uji pada asam diatas, dimana
menggunakan 3 jenis logam yaituZn, Fedan Cu. Pada tahap awal kami
menyediakan 3 tabung reaksi yang sudah diberi label dan memasukkan masing-
masing logam diatas ke dalam tabung reaksi sesuai dengan label, setelah itu
ditambahkan dengan NaOH secara bergantian,setelah itu dipanaskan apabila tidak
bereaksi dan diamati dan setelah itu ditambah lagi larutan Na2S2O3 dan diamati
perubahan yang terjadi.
Pada logam yang pertama yaitu Zn dimana pada penambahan dengan
NaOH bereaksi membentuk gelatin, dan larutan berwarna abu-abu,kemudian
campuran tersebut dipanaskan dan yang terjadi larutan tidak terdapat gelatin lagi,
setelah itu larutan ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan diamati reaksi
yangterjadi ternyata larutan tetap berwarna abu-abu dan terdapat endapan
berwarna abu kehitaman.
kedua yaitu Fe, setelah ditambahkan dengan Natrium Hidroksida tidak
terjadi reaksi pada logam , karena tidak bereaksi kemudian larutan NaOH dan
logam dipanaskan dan diamati perbuhan yang terjadi , dan ternyata setelah
dipanaskan larutan bereaksi menjadi warna kuning muda. Setelah itu campuran
larutan ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan yang terjadi ,ternyata larutan
tetap tidak bereaksi.
Selanjutnya pada logam yang ketiga yaitu Cu , dimana setelah
ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi reaksi dan setelah itu larutan dipanaskan
dan larutan berubah menjadi berwarna kuning muda dan kemudianlarutan tersebut
ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 dan diamati lagi dan ternyata larutan tetap
tidak bereaksi.
Fungsi Penambahan Na2S2O3 pada larutan ternyata mempengaruhi reaksi
yang terjadi pada asam (HCl dan HNO3) sedangkan pada basa (NaOH) tidak
mempengaruhi, sesuai pada hasil pengamatan yang dilakukan pada alkali
penambahan Na2S2O3tidakmempengaruhi reaksi atau tidak terjadi perubahan.
X. Kesimpulan
1. Reaksi antara Zn dan HCl terjadi secara eksoterm dan berlangsung sangat
cepat.
2. Logam Cu tidak bereaksi dengan HCl tanpa adanya pemanasan, sedangkan
apabila direaksikan denga HNO3 ternyata langsung bereaksi.
3. Logam (Fe,Cu dan Zn) sulit bereaksi tanpa pemanasan dengan larutan
alkali atau NaOH.
4. Penambahan Na2S2O3 pada larutan ternyata mempengaruhi reaksi yang
terjadi pada asam (HCl dan HNO3) sedangkan pada basa (NaOH) tidak.
5. Fe yang direaksikan dengan HNO3 ternyata akan lebih cepat mengkarat /
berkorosi dibangdingkan dengan Fe didalam HCl
DAFTAR PUSTAKA

Bajaw, E. (2015). Reaksi Reduksi dan Oksidasi. (Online).


https://plus.google.com/117609381838436226459/posts/bwvL5a7GUUR.(
Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Cotton & Wilkinson.1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Gulo, P. F.& Desi. (2017). Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2.Unsri:
Indralaya.
Krisnandi, Y. (2014). Reaksi Oksidasi Reduksi. (Online).
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ykrisna/material/topik7reaksiredoks.
pdf. (Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Mulyani, S. (2013). Reaksi Oksidasi Reduksi. (Online).
http://httpchemistrysrimulyani.blogspot.co.id/2013/08/reaksi-oksidasi-
reduksi.html. (Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Zulaiha, Z. (2011). Reaksi Oksidasi Reduksi (2) Pengaruh Asam. (Online).
http://zilazulaiha.blogspot.co.id/2011/10/reaksi-oksidasi-reduksi-2-
pengaruh-asam.html. (Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Lampiran
(a) Pengaruh Asam terhadap Logam (HCl)

(b) Pengaruh Asam terhadap Logam (HNO3)

(c) Pengaruh Alkali terhadap Logam (NaOH)

Anda mungkin juga menyukai