Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak peristiwa di sekitar kita yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi atau
disebut juga reaksi redoks. Sebagai contoh, pembakaran bahan bakar roket, pemutihan
pakaian dan fotosintesis.
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan seiring dengan
kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya sekitar abad 18, konsep reaksi oksidasi dan reduksi
didasarkan atas reaksi oksidasi yang melibatkan penggabungan oksigen dan reaksi
reduksi yang melibatkan pelepasan oksigen. Kemudian memasuki abad 20 para ahli
melihat suatu karakteristik mendasar dari reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari ikatan
kimianya, yaitu adanya serah terima elektron. Adanya serah terima elektron
menyebabkan reaksi oksidasi dan reduksi selalu terjadi bersama-sama sehingga disebut
juga reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks. Konsep ini ternyata dapat diterapkan
lebih luas yakni untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Selanjutnya, para
ahli menyadari bahwa reaksi redoks tidak selalu melibatkan serah terima elektron, tetapi
juga penggunaan bersama elektron. Mereka lalu mengembangkan konsep reaksi redoks
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi .
Di bab ini, akan dibahas ketiga konsep reaksi oksidasi dan reduksi di atas. Di
samping itu, akan dibahas tata nama senyawa dan penerapan reaksi redoks dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan konsep reaksi oksidasi dan reduksi?
2. Bagaimana cara menentukan bilangan oksidasi?
3. Bagaimana menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks?
4. Bagaimana reaksi autoredoks dan konproporsionasi?
5. Bagaimana tatanama senyawa kimia?
6. Bagaimana peranan redoks dalam kehidupan sehari- hari?

1
1.3 TujuanPenulisan
1. Mengetahui perkembangan konsep reaksi oksidasi dan reduksi
2. Mengetahui cara menentukan bilangan oksidasi
3. Mengetahui cara menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
4. Mengetahui reaksi autoredoks dan konproporsionasi
5. Mengetahui tatanama senyawa kimia
6. Mengetahui peranan redoks dalam kehidupan sehari- hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi


a. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen
Pada awalnya, istilah oksidasi dan reduksi digunakan untuk menyatakan reaksi
kimia yang berkaitan dengan reaksi-reaksi yang melibatkan oksigen. Hal ini karena
oksigen mudah bereaksi dengan zat-zat lain (unsur atau senyawa) untuk membentuk
oksida-oksida dari zat-zat tersebut. Oksidasi adalah pengikatan oksigen. Sedangkan
reduksi adalah pelepasan oksigen.
Contoh oksidasi:
1. Perkaratan logam, misalnya besi
4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
2. Pembakaran gas alam
CH4(g) +2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
3. Oksidasi glukosa dalam tubuh
C6H12O6(aq) + 6O2(g)→ 6CO2(g)+ 6H2O(l)
4. Oksidasi belerang oleh KClO3
3S(s) + 2KClO3(s) →2KCl(s)+ 3SO2(g)
Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator. Pada contoh 1, 2 dan 3
diatas, oksidator yang digunakan adalah O2, sedangkan pada contoh 4, oksidatornya
adalah KClO3.
Contoh reduksi:
1. Reduksi bijih besi (Fe2O3, hematit) oleh karbon monoksida (CO)
Fe2O3(s)+ 3CO(g)→ 2Fe(s) + 3CO2(g)
2. Reduksi kromium(III) oksida oleh aluminium
Cr2O3(s) + 2Al(s) → Al2O3(s) + 2Cr(s)
3. Reduksi tembaga(II) oksida oleh gas hidrogen
CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi diatas disebut reduktor. Pada
contoh diatas, reduktor yang digunakan adalah CO, Al dan H2.

3
b. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron
Pada perkembangan selanjutnya, ternyata banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang
tidak melibatkan oksigen sehingga konsep oksidasi reduksi dikembangkan lagi.
Pengertian reaksi oksidasi dan reduksi tidak hanya menyangkut penerimaan dan
pelepasan oksigen, tetapi diterapkan untuk semua reaksi yang menyangkut pelepasan dan
penerimaan elektron.
1. Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh suatu zat.
Contoh:
Na(s) → Na+(aq) + e-
Mg(s)→ Mg2+(aq) + 2 e-
Fe2+(aq) →Fe3+(aq)+ e-
2. Reduksi
Reduksi adalah reaksi penerimaan elektron oleh suatu zat.
Contoh:
Br2(l) + 2 e-→ 2Br-(aq)
Sn4+(aq)+2 e- → Sn2+(aq)
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika suatu
spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal itu berarti setiap
oksidasi disertai reduksi. Reaksi yang melibatkan oksidasi-reduksi selanjutnya disebut
reaksi redoks. Reaksi oksidasi dan reduksi saja disebut setengah reaksi.
Zat yang mengalami oksidasi (melepas e-) sehingga menyebabkan zat lain
tereduksi (menerima e-) disebut reduktor. Sedangkan zat yang mengalami reduksi
(menerima e-) sehingga menyebabkan zat lain teroksidasi (melepas e-) disebut oksidator.
c. Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Konsep reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi merupakan
pengembangan konsep reaksi redoks di atas, agar berlaku tidak hanya pada senyawa ion
tetapi juga pada senyawa kovalen. Para ahli melihat karakteristik dari ikatan kimia pada
kedua jenis senyawa tersebut, yakni adanya pergerakan elektron. Pada senyawa ion,

4
pergerakan elektron tersebut berupa serah terima elektron, sedangkan pada senyawa
kovalen berupa pergerakan elektron menuju atom dengan keelektronegatifan lebih besar.
Pergerakan elektron akan menyebabkan perbedaan muatan atom-atom pada
senyawanya (muatan penuh atau muatan parsial). Untuk mengetahui atom mana yang
memiliki muatan positif dan atom mana yang memiliki muatan negatif, dirumuskan suatu
sistem yang dapat berlaku umum, yakni bilangan oksidasi (tingkat oksidasi).
Berdasarkan bilangan oksidasi, oksidasi adalah reaksi kimia yang didalamnya
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi adalah reaksi kimia yang
didalamnya terjadi penurunan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks:
Na + Cl → Na+ + Cl-
Sesuai dengan reaksi redoks diatas, reaksi Na menjadi Na+ disebut reaksi oksidasi
karena bilangan oksidasi Na adalah nol dan mengalami kenaikan menjadi +1 pada ion
Na+, sedangkan reaksi Cl menjadi Cl- disebut reaksi reduksi karena bilangan oksidasi Cl
menurun dari nol menjadi -1 pada ion Cl.
Berdasarkan konsep bilangan oksidasi, oksidator adalah unsur atau senyawa yang
mengalami penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reduktor adalah unsur atau senyawa
yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi.

2.2 Menentukan Bilangan Oksidasi


1. Pengertian Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menunjukkan jumlah elektron suatu atom
unsur yang dilepaskan atau diterima suatu unsur atau senyawa. Harga bilangan oksidasi
menunjukkan banyaknya elektron yang dilepaskan atau diterima. Harga bilangan oksidasi
dapat positif atau negatif. Jika berharga positif berarti atom melepaskan elektron dan
jika berharga negatif artinya atom menerima elektron.
2. Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
Aturan penentuan bilangan oksidasi unsur-unsur adalah sebagai berikut:
 Aturan umum:
a. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas = 0
Contoh: bilangan oksidasi atom dalam unsur Na, Fe, Ca, H2, P4, S8 = 0

5
b. Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
 Bilangan oksidasi ion Na+ = +1
 Bilangan oksidasi ion Fe2+ = +2
 Bilangan oksidasi ion Fe3+ = +3
 Bilangan oksidasi ion Cl- = -1
 Bilangan oksidasi ion O2- = -2
c. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral sama dengan 0.
Contoh:
Dalam HNO3 : (1 x b.o H) + (1 x b.o N) + (3 x b.o O) = 0
Dalam Al2(SO4)3 : (2 x b.o Al) + (3 x b.o S) + (12 x b.o O) = 0
d. Jumlah bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu ion poliatom = muatannya
Contoh:
Dalam MnO4- : (1 x b.o Mn ) + (4 x b.o O) = -1
Dalam Cr2O72- : (2 x b.o Cr) + (7 x b.o O) = -2
 Aturan untuk unsur-unsur di golongan utama:
e. Bilangan oksidasi fluorin (F) dalam senyawanya selalu sama dengan -1
Contoh: bilangan oksidasi F dalam NaF, HF, CIF =-1
f. Bilangan oksidasi atom H dalam senyawanya = +1
Hal ini tidak berlaku untuk senyawa hidrida, yaitu senyawa hidrogen dengan
logam. Bilangan oksidasi H dalam senyawa hidrida = -1.
Contoh:
Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa H2O, NH3, HCl, NaOH = +1
Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa hidrida NaH, KH, CaH2= -1
g. Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawanya sama dengan -2, kecuali dalam
senyawa biner fluorida, peroksida dan superoksida.
 Senyawa fluorida OF2 = +2
 Senyawa peroksida, seperti senyawa H2O2, Na2O2, BaO2, bilangan oksidasi atom
O = -1
 Senyawa superoksida seperti senyawa KO2, NaO2, bilangan oksida atom O =
-1/2

6
h. Bilangan oksidasi logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam senyawanya sama
dengan +1
i. Bilangan oksidasi logam golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam senyawanya
sama dengan +2
j. Bilangan oksidasi non logam
1. Dalam senyawa biner dari logam dan non logam, non logam mempunyai
bilangan oksidasi sama dengan muatan ionnya
Contoh: Cl berada sebagai ion Cl- dalam senyawa NaCl
Jadi, bilangan oksidasi Cl dalam NaCl = -1
2. Dalam senyawa biner dari non-logam dan non-logam, non logam yang lebih
elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi negatif. Bilangan oksidasinya sama
dengan bilangan oksidasi jika nonlogam tersebut berada sebagai ionnya.
Contoh: dalam senyawa ICl, Cl lebih elektronegatif dibandingkan I sehingga Cl
mempunyai bilangan oksidasi negatif. Nilai bilangan oksidasi Cl dalam ICl
sama dengan bilangan oksidasi ionnya (Cl-) yakni -1.
 Aturan untuk logam transisi
k. Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawanya dapat lebih dari satu
Contoh: Fe mempunyai bilangan oksidasi +2 dalam FeO, +3 dalam Fe2O3, dan
seterusnya. Bilangan oksidasi Fe dapat ditentukan dengan menggunakan aturan
penentuan bilangan oksidasi.
Contoh soal:
 Tentukan bilangan oksidasi Cl dalam KClO4!
Jawab:
Jumlah total bilangan atom K, Cl dan 4 atom O adalah 0.
(1 x b.o K) + (1 x b.o Cl) + (4 x b.o O) =0
(1 x (+1) + (1 x (b.o Cl) + (4 x (-2) =0
1 + ( b.o Cl) + (-8) =0
b.o Cl = +7

7
 Tentukan bilangan oksidasi S dalam SF6!
Jawab:
bilangan oksidasi F= -1
(b.o S) + 6 x (-1) = 0
Maka biloks S = +6

2.3 Menentukan Oksidator dan Reduktor dalam Reaksi Redoks


Konsep reaksi oksidasi dan reduksi yang berdasarkan pada penerimaan dan
pelepasan elektron menyatakan bahwa tidak mungkin ada reaksi oksidasi saja atau reaksi
reduksi saja. Ini berarti reaksi reduksi dan oksidasi selalu berlangsung bersamaan dan
disebut reaksi oksidasi reduksi, disingkat reaksi redoks. Zat-zat yang menerima elektron
atau mengalami reduksi (bilangan oksidasinya turun) dinamakan oksidator atau
pengoksidasi, sedangkan zat-zat yang melepaskan elektron atau yang mengalami oksidasi
(bilangan oksidasinya naik) dinamakan reduktor atau pereduksi.
Contoh :
Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e- (oksidasi)
Br2(l) + 2e- → 2Br-(aq) + (reduksi)
Mg(s) + Br2(l) → Mg2+(aq) + 2Br-(aq) (redoks)
Pada reaksi diatas, Mg adalah reduktor karena mengalami oksidasi atau
melepaskan elektron, sedangkan Br2 adalah oksidator karena mengalami reduksi atau
menerima elektron.
Contoh soal:
Tentukan reduktor, oksidator, hasil oksidasi dan hasil reduksi dari reaksi berikut:
Mg(s) + CuSO4(aq) → MgSO4(aq) + Cu(s)
Jawab : Reaksi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut
b.o bertambah
0 +2
Mg(s) + CuSO4(aq) → MgSO4(aq) + Cu(s)
+2 b.o berkurang 0
Atom unsur Mg dan Cu mengalami perubahan bilangan oksidasi, jadi termasuk reaksi
redoks.

8
Reduktor: Mg karena bilangan oksidasi atom Mg bertambah dari 0 menjadi +2 berarti
mengalami oksidasi.
Oksidator: CuSO4 karena bilangan oksidasi atom CuSO4 berkurang dari +2 menjadi 0
berarti mengalami reduksi.
Hasil oksidasi: MgSO4
Hasil reduksi: Cu

2.4 Reaksi Autoredoks dan Konproporsionasi


a. Reaksi Autoredoks (Reaksi Disproporsionasi)
Pada beberapa reaksi redoks, zat-zat yang bertindak sebagai oksidator dan
reduktor merupakan zat yang sama. Reaksi redoks seperti itu disebut reaksi autoredoks
(reaksi disproporsionasi).
Contohnya pada reaksi berikut:
 Cl dalam Cl2 teroksidasi sekaligus tereduksi dalam reaksi berikut.
reduksi
0 +1 -2 +1 +1 -1 +1 +1 -2 +1 -2
Cl2(g) + 2NaOH(aq) →NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
oksidasi
b. Reaksi Konproporsionasi
Reaksi konproporsionasi merupakan kebalikan dari reaksi disproporsionasi yaitu
reaksi redoks yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama. Contoh:
Reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang dioksida menghasilkan belerang dan air.
2H2S + SO2 → 3S + 2H2O
-2 +4 0

oksidasi
reduksi
Pada contoh tersebut, hasil reduksi dan hasil oksidasinya merupakan zat yang
sama, yaitu belerang.

9
2.5 Tata Nama Senyawa Kimia
1. Tata Nama Oksida Basa dan Oksida Asam
1) Tata nama Oksida Basa
a. Oksida basa adalah oksida logam yaitu hasil reaksi logam dengan oksigen.
Apabila logamnya mempunyai bilangan oksidasi satu macam maka cara
pemberian namanya yaitu dengan menyebutkan nama logamnya kemudian
ditambah kata oksida. Contoh:
Unsur Bilangan oksidasi Rumus senyawa Nama senyawa
Na +1 Na2O Natrium oksida
Ag +1 Ag2O Perak oksida
Mg +2 MgO Magnesium oksida
Al +3 Al2O3 Aluminium oksida

b. Apabila logamnya mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu macam maka
cara pemberian namanya dapat memakai nama sistematik (sistem Stock) atau
memakai nama lama.
 Nama sistematik (sistem Stock)
Nama logamnya disebutkan, kemudian disebutkan tingkat bilangan
oksidasinya yang pada penulisannya memakai angka Romawi dalam kurung.
Contoh:
Unsur Bilangan oksidasi Rumus senyawa Nama senyawa
Fe +2 FeO Besi(II) oksida
+3 Fe2O3 Besi(III) oksida
Cu +1 Cu2O Tembaga(I) oksida
+2 CuO Tembaga(II) oksida
Sn +2 SnO Timah(II) oksida
+4 SnO2 Timah(IV) oksida

 Nama lama (nama Latin)


Nama logam yang bilangan oksidasinya rendah diberi akhiran o
sedangkan logam yang bilangan oksidasinya tinggi diberi akhiran i. Contoh:

10
Unsur Bilangan oksidasi Rumus senyawa Nama senyawa
Fe +2 FeO Fero oksida
+3 Fe2O3 Feri oksida
Cu +1 Cu2O Kupro oksida
+2 CuO Kupri oksida

2) Tata Nama Oksida Asam


Oksida asam adalah oksida nonlogam. Pada umumnya unsur nonlogam
mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu macam. Pemberian namanya adalah
didasarkan pada sistem awalan (nama Latin). Jumlah atom pada oksida atom
tersebut disebutkan dengan angka Latin, sebagai berikut :
1= mono 3 = tri 5 = penta 7 = hepta 9 = nona
2 = di 4 = tetra 6 = heksa 8 = okta 10 = deka
Contoh:
Unsur Bilangan oksidasi Rumus kimia Nama senyawa
Cl +1 Cl2O Diklor monoksida
+3 Cl2O3 Diklor trioksida
+5 Cl2O5 Diklor pentaoksida
+7 Cl2O7 Diklor heptaoksida
N +1 N2O Dinitrogen monoksida
+2 NO Nitrogen monoksida
+4 NO2 Nitrogen dioksida
+5 N2O5 Dinitrogen pentaoksida

2. Tatanama Asam, Basa dan Garam


1) Tata Nama Asam
Asam menurut Archenius adalah senyawa yang larutannya dalam air
melepaskan ion H+dan ion sisa asam yang bermuatan negatif (anion). Banyaknya
ion H+ dalam suatu asam disebut valensi asam. Senyawa asam ada yang
mengandung oksigen dan ada pula yang tidak mengandung oksigen.
a. Asam yang tidak mengandung oksigen

11
Pemberian nama asam yang tidak mengandung oksigen diberi akhiran ida
Contoh:
Rumus kimia Nama senyawa
HF(aq) Asam fluorida
HCl(aq) Asam klorida
HBr(aq) Asam bromida
b. Asam yang mengandung oksigen
Pada asam yang mengandung jumlah oksigen lebih sedikit diberi akhiran it, pada
asam yang mengandung jumlah oksigen lebih banyak diberi akhiran at.Contoh:
Rumus Kimia Nama senyawa
HNO2 Asam nitrit
HNO3 Asam nitrat
H2SO3 Asam sulfit
H2SO4 Asam sulfat
Awalan per diberikan kepada asam yang mengandung oksigen lebih dari asam
umumnya. Sementara itu, awalan hipo diberikan pada asam yang mengandung
oksigen kurang dari asam umumya. Contoh:
Rumus kimia Nama senyawa
HClO Asam hipoklorit
HClO2 Asam klorit
HClO3 Asam klorat
HClO4 Asam perklorat

2) Tata Nama Basa


Basa adalah senyawa yang mengandung ion logam yang bermuatan positif
(kation) dan ion OH- (ion hidroksida) yang bermuatan negatif (anion). Banyaknya
ion OH- dalam suasan basa disebut valensi basa. Valensi basa sama dengan
bilangan oksidasi logam dalam basa itu.
a. Apabila logamnya mempunyai bilangan oksidasi satu macam maka tata
namanya, menyebutkan nama logamnya kemudian ditambah kata hidroksida.

12
Contoh:
Nama kimia Nama senyawa
NaOH Natrium hidroksida
KOH Kalium hidroksida
Mg(OH)2 Magnesium hidroksida

b. Apabila logamnya mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu macam maka
tata namanya seperti tata nama oksida logam atau oksida basa tetapi oksida
diganti dengan hidroksida.
 Nama sistematik
Rumus kimia Nama senyawa
Cu(OH)2 Tembaga(II) hidroksida
Fe(OH)3 Besi(III) hidroksida

 Nama lama
Contoh:
Rumus kimia Nama senyawa
Cr(OH)2 Kromo hidroksida
Cr(OH)3 Kromi hidroksida
Fe(OH)2 Fero hidroksida
Fe(OH)3 Feri hidroksida

3) Tata Nama Garam


Garam adalah senyawa yang mengandung ion logam yang bermuatan
positif dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Ion sisa asam adalah asam yang
telah melepaskan ion H+ nya. Garam merupakan senyawa yang terbentuk melalui
reaksi asam dengan basa yang dikenal dengan reaksi netralisasi. Penamaan garam
adalah dengan nama ion logam disebutkan terlebih dahulu kemudian nama sisa
asamnya.

13
Perhatikan tabel berikut.

Rumus Sisa Asam Nama Sisa Asam Rumus Garam Nama Garam

F- Ion fluorida CaF2 Kalsium fluorida

Cl- Ion klorida SnCl4 Timah(IV) klorida

Br- Ion bromida AgBr Perak bromida

3. Tatanama Senyawa Organik


Senyawa organik disebut juga senyawa karbon. Berbagai deret homolog senyawa
organik/senyawa karbon seperti senyawa-senyawa hidrokarbon alkana, alkena,
alkuna, alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, ester dan amina.
Contoh:
Nama senyawa Rumus kimia
Metana CH4
Propana C3H8
Heptana C7H16
Oktana C8H18
Etanol C2H5OH

2.6 Peranan Redoks dalam Kehidupan Sehari- hari


1. Pembakaran Bahan Bakar Roket
Pada umumnya, sebuah roket dapat bergerak karena gas buang yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar yang mendorong roket dalam arah yang berlawanan
dengan semburan gas tersebut. Sebagian besar roket diisi dengan bahan bakar cair dan
suatu cairan pengoksidasi (oksidator). Bahan bakar dan zat pengoksidasi bercampur
dan terbakar dalam ruang pembakaran. Keberadaan zat pengoksidasi membuat bahan
bakar terbakar lebih efesien dibandingkan dengan pembakaran yang hanya bergantung
pada oksigen yang ada diudara sekitar.

14
2. Proses Pemutihan Pakaian
Jenis zat pemutih yang banyak digunakan dalam produk-produk pemutih adalah
natrium hipoklorit (NaOCl). Jika dilarutkan dalam air, NaOCl akan terurai menjadi
Na+ dan OCl-. Ion OCl- akan tereduksi menjadi ion klorin dan ion hidroksida.
OCl- + 2e-+ H2O Cl- + 2H2O-
Biloks Cl dalam OCl- adalah +1, sedangkan biloks Cl- adalah -1. Berarti Cl mengalami
reduksi atau bertindak sebagai oksidator. Sifat oksidator inilah yang menyebabkan
NaOCl dapat mengoksidasi noda pada pakaian.

3. Mencegah Kerusakan Radikal Bebas


Untuk mencegah kerusakan radikal bebas, ilmuan menggunakan suatu zat yang
disebut antioksidan, yaitu suatu jenis molekul yang dapat menetralkan radikal bebas
dengan menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas. Beberapa antioksidan adalah
radikal bebas itu sendiri, yang memberikan elektron (memanfaatkan konsep redoks)
untuk menstabilkan dan menetralkan radikal bebas yang berbahaya.

15
Contoh-contoh antioksidan yang sering digunakan dalam tubuh adalah vitamin C
(asam askorbat), vitamin E dan beta-karotin. Sementara itu, antioksidan yang sering
digunakan dalam industri antara lain adalah BHT (butylated hydroxytoluene) dan
BHA (butylated hydroxyanisole) yang sering ditambahkan pada bahan makanan
dengan konsentrasi yang kurang dari 1%.

4. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh tumbuhan hijau
yang menghasilkan karbohidrat sederhana (glukosa) dan gas oksigen dari karbon
dioksida dan air dengan menggunakan energi yang diserap oleh klorofil dari sumber-
sumber radiasi energi, seperti matahari.
cahaya matahari, klorofil
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Sesuai dengan persamaan kimia diatas, maka fotosintesis merupakan reaksi
redoks dimana atom karbon mengalami reduksi dan atom oksigen mengalami oksidasi.

5. Reaksi Redoks pada Pengkaratan Besi


Kebanyakan logam mempunyai sifat mudah teroksidasi oleh oksigen dari
udara. Peristiwa tersebut disebut korosi atau pengkaratan. Contohnya pagar rumah,

16
pipa besi dan badan kendaraan bermotor. Pengkaratan akan terjadi jika ada air dan
oksigen. Selain itu, bakteri juga dapat menghasilkan enzim oksidasi yang dapat
mempercepat terjadi karat.
Ketika air yang mengandung sedikit oksigen bercampur dengan logam besi, besi
akan mengalami oksidasi. Elektron yang dihasilkan besi, kemudian ditangkap oleh ion
hidrogen dan molekul oksigen membentuk air. Dengan kata lain, elektron pada besi
berpindah ke molekul oksigen. Kemudian, ion oksigen yang bermuatan negatif akan
masuk ke permukaan besi. Reaksi besi dan oksigen akan menghasilkan besi oksida
sehingga besi akan keropos. Proses perkaratan besi yang berlangsung dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan reaksi sebagai berikut:
4Fe(s) + 3O2(aq) + 6H2O(l) 2Fe2O3.3H2O(l)
besi karat besi
Pada reaksi tersebut, bilangan oksidasi Fe sebagai pereaksi adalah nol,
sedangkan bilangan oksidasi Fe pada Fe2O3.3H2O adalah +3. Berarti Fe mengalami
oksidasi karena biloksnya bertambah. Adapun bilangan oksidasi O pada O2 adalah 0,
sedangkan bilangan oksidasi O pada Fe2O3 adalah -2. Berarti biloks atom O berkurang
(dari 0 menjadi -2) atau mengalami reduksi. Bilangan oksidasi H pada H2O tidak
berubah, baik sebagai pereaksi maupun hasil reaksi, karena H2O hanya terikat sebagai
kristal pada Fe2O3.

6. Reaksi Redoks pada Penyetruman Akumulator


Dalam proses kerja akumulator menghasilkan listrik dan penyetruman
melibatkan reaksi redoks. Suatu akumulator mengandung larutan elektrolit asam sulfat
(H2SO4). Akumulator tersusun atas kutub negatif yang terbuat dari logam timbal (Pb)

17
dan kutub positif terbuat dari timbal(IV) oksida (PbO2). Di kutub negatif (anode) terjadi
reaksi oksidasi, sedangkan di kutub positif (katode) terjadi reaksi reduksi.
Kutub negatif
Reaksi : Pb + SO42- PbSO4 + 2e-

Kutub Positif
Reaksi: PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e- PbSO4 + 2H2O
Reaksi akhir adalah Pb + 2SO42- + PbO2 + 4H+ 2PbSO4 + 2H2O
Pada reaksi tersebut terjadi perpindahan elektron dari logam Pb ke PbO2. Perpindahan
elektron tersebut menyebabkan terjadinya listrik. Pada saat akumulator disetrum, reaksi
yang terjadi adalah kebalikannya.
2PbSO4 + 2H2O Pb + 2SO42- + PbO2 + 4H+

7. Reaksi Redoks pada Ekstraksi Logam


Logam dapat diekstraksi dari bijihnya dengan cara mereduksi bijih logam besi
yang dikenal dengan nama reaksi termit.
Fe2O3 + 2Al 2Fe + Al2O3
Pada reaksi tersebut biloks Fe berkurang (dari +3 menjadi 0) sehingga Fe2O3 bertindak
sebagai oksidator atau mengalami reeduksi adapun biloks Al bertambah (dari 0
menjadi +3) sehingga Al bertindak sebagai reduktor atau mengalami oksidasi.

18
19
BAB III
MISKONSEPSI MATERI REDOKS DAN TATA NAMA

NO MATERI ESIS ERLANGGA YUDISTIRA BUMI AKSARA YRAMAWIDYA


(KTSP) (KTSP) (KTSP) (K13) BILINGUAL
KTSP
1. Aturan Bilangan Sama dengan Pada buku Sama dengan Sama dengan buku
penentuan oksidasi buku ESIS yudistira tidak buku ESIS ESIS
bilangan flourin dalam dikhususkan
oksidasi senyawanya pada fluorin saja,
selalu sama tetapi pada
dengan -1 golongan VII A.
“Bilangan
oksidasi unsur-
unsur golongan
VII A dalam
senyawa biner
logam adalah -1”

20
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Rangkuman
1. Konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
 Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen
 Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen
2. Konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan elektron
 Oksidasi adalah pelepasan elektron
 Reduksi adalah penerimaan elektron
3. Konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
 Oksidasi adalah pertambahan bilangan oksidasi
 Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi
4. Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menunjukkan jumlah elektron suatu atom unsur
yang dilepaskan atau diterima suatu unsur atau senyawa. Harga bilangan oksidasi
menunjukkan banyaknya elektron yang dilepaskan atau diterima
5. Reaksi autoredoks (disproporsionasi) adalah reaksi redoks dimana pereaksi yang sama
mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus. Sedangkan reaksi konproporsionasi adalah
reaksi redoks yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama
6. Tatanama yang digunakan pada senyawa kimia yaitu tata nama IUPAC berdasarkan
sistem Stock
7. Penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari seperti pembakaran bahan bakar
roket, proses pemutihan pakaian, mencegah kerusakan radikal bebas, fotosintesis,
pengkaratan besi, penyetruman akumulator dan ekstraksi logam

21
LAMPIRAN SOAL-SOAL SULIT

1. Banyak pupuk penting yang merupakan senyawa ionik seperti ammonium fosfat, kalium
nitrat dan ammonium nitrat. Hitunglah persentase massa nitrogen, fosfor dan kalium
untuk senyawa tersebut.1(bumi aksara 2013 hlm 176)
2. Dalam suatu eksperimen, seorang siswa memanaskan timbal(II) oksida dengan arang
dalam wadah. Setelah selesai, ia memperoleh cairan berwarna keperakan di bagian bawah
wadah.
a. Menurut kalian, kira-kira apa cairan tersebut?
b. Dapatkah kalian menuliskan persamaan reaksinya?
c. Apakah reaksi tersebut merupakan reaksi redoks? Jelaskan (ESIS hlm 273)
3. Konsep reaksi redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron telah
dikembangkan lebih lanjut untuk menjelaskan pergerakan elektron tidak hanya pada
senyawa ion tetapi juga senyawa kovalen, yakni berdasarkan bilangan oksidasi.
a. Jelaskan perbedaan pergerakan elektron pada senyawa ion dan senyawa kovalen ?
b. Bagaimana pergerakan elektron yang berbeda pada kedua jenis senyawa tersebut
dirumuskan sebagai bilangan oksidasi ? Jelaskan dengan contoh (ESIS hlm 271)
4. Mangan yang tidak dapat dioksidasi lagi terdapat dalam ion....
a. MnO4-
b. MnO42-
c. Mn2+
d. MnCl42-
e. Mn4+2 (Yudistira hlm 256)

1 ,2
Bumi Aksara. Michelke Purba

22

Anda mungkin juga menyukai