Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Beberapa bulan yang lalu sebatang besi yang cukup panjang itu masih terlihat mulus,
mengkilap, dan bersih. Akan tetapi sekarang, sebatang besi itu terlihat kasar, berwarna
kemerahan, dan kotor. Peristiwa ini sering disebut pengkaratan atau korosi. Ada banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya korosi, bisa karena terkena garam, suasana lingkungan
yang terlalu lembab, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang lainnya. Namun dari semua
faktor yang ada, tidak akan menyebabkan terjadinya suatu korosi tanpa adanya suatu reaksi
kimia. Reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya korosi tersebut disebut reaksi Redoks.

Di alam ini, energi biokimia sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan
reaksi redoks. Contohnya adalah fotosintesis yang melibatkan reduksi karbon dioksida
menjadi gula dan oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi
gula, menghasilkan karbon dioksida dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang
direduksi digunakan untuk mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang
kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis
adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen.

Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara
NAD /NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ.
+

Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat
dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung
pada rasio ini.

Reaksi Redoks banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh lain yaitu
pada reaksi-reaksi pembakaran, perkaratan, oksidasi makanan dalam sel, peleburan bijih
logam, penyepuhan emas, fotosintesis, dan peleburan bijih logam. Aki, baterai, dan berbagai
proses elektrolis seperti penyepuhan, juga berjalan berdasarkan reaksi redoks.
LANDASAN TEORI

2.1. Reduksi dan Oksidasi.


Perkembangan konsep reduksi dan oksidasi.

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain


dikatakan bersifat oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia
"menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator biasanya adalah
senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti
H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif,
sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain


dikatakan bersifat reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor
melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia
"mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa
yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan
Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya
dengan mudah. Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan
LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2], terutama dalam
reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga
berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi
katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.

NO OKSIDASI REDUKSI

Penambahan atom Pengurangan aton


1
oksigen oksigen

Pengurangan atom Penambahan atom


2
hidrogen hidrogen

3 Pelepasan elektron Penangkap elektron

Naiknya bilangan Turunnya bilangan


4
oksidasi oksidasi

PERBEDAAN REDUKSI DENGAN OKSIDASI.

Disebut reaksi REDOKS karena reaksi Reduksi-Oksidasi selalu berlangsung


bersamaan. Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer
elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan
teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan
reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.

Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam, menghasilkan


air, karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi penuh
bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida.
Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon
menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat, dan
kemudian peroksida.
Penyetaraan Reaksi Redoks
Banyak reaksi redoks yang sukar disetarakan dengan cara menebak. Reaksi-reaksi
seperti itu dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi atau metode bilangan oksidasi.

1. Metode Bilangan Oksidasi


Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan
oksidasi dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari
oksidator.

Istilah oksidasi mengacu pada pelepasan elektron, sedangkan istilah reduksi


mengacu pada pernangkapan elektron. Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi dan
reduksi atom harus diseimbangkan, tidak hanya jumlah atomnya tetapi juga jumlah
elektronnya.
Bilangan oksidasi atom didefinisikan sebagai jumlah elektron valensi pada
atom bebas dikurangi jumlah elektron yang “Dikontrol” oleh atom dalam senyawanya
jika elektron dipakai bersama, ”Kontrol” diberikan pada atom yang lebih elektron
negatif untuk atom unsur yang sama masing-masing atom memiliki setengah jumlah
elektron yang dipakai bersama. Jika elektron ditransfer dari suatu atom ke atom yang
lain, bilangan oksidasi sama dengan muatan yang dihasilkan. Jika elektron dipakai
bersama, bilangan oksidasinya tidak sama dengan muatannya, dan mungkin tidak ada
muatan yang terjadi.

Misalnya, perhatikan atom senyawa CO2

C Masing-masing O
Jumlah elektron valensi 4 6
pada atom bebas

Jumlah elektron valensi -0 -8


yang di “Kontrol”
Bilangan oksidasi +4 -2

Seperti muatan pada sebuah ion, setiap atom mempunyai bilangan oksidasi.
Jumlah total bilangan oksidasi. Jumlah total bilangan oksidasi semua atom sama
dengan muatan bersih pada molekul atau ion maka, untuk Co 2, muatannya adalah 4 +
2(-2) = 0
Dengan mempelajari aturan-aturan dibawah ini , proses penentuan bilangan
oksidasi menjadi lebih mudah.
a) Jumlah semua bilangan oksidasi pada sebuah spesies sama dengan
muatan pada spesies tersebut.
b) Bilangan oksidasi unsur bebas = 0.
c) Bilangan oksidasi semua ion monoatomik sama dengan muatannya.
d) Dalam senyawanya, bilangan oksidasi semua unsur logam alkali dan
logam alkali tanah sama dengan nomor golongannya.
e) Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa adalah +1, kecuali jika
hidrogen bergabung dengan logam aktif, dimana bilangan oksidasinya
-
1.
f) Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawanya adalah -2 (kecuali untuk
peroksida dan superperoksida).

g) Bilangan oksidasi semua atom halogen dalam senyawanya adalah ⁻1


kecuali untuk atom klor, brom, dan iodin yang membentuk senyawa
dengan atom oksigen atau atom halogen yang letaknya lebih tinggi
dalam tabel periodik.

a. Penyetaraan dengan Reaksi Ion


Langkah-langkah yang digunakan untuk menyetarakan reaksi, sebagai berikut.
 Tentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi (Biloks).
 Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan memberikan
koefisien yang sesuai.
 Tentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan jumlah pertambahan
biloks dari reduktor. Jumlah perubahan biloks = jumlah atom yang terlibat
dikalikan dengan jumlah bilangan oksidasinya.
 Samakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan memberi koefisien
yang sesuai.
 Setarakan muatan dengan menambah ion H+ (dalam suasana asam) atau
ion OH- (Dalam suasana basa.
 Setarakan atom H dengan menambahkan H2O.

contoh soal berikut ini., Carikan contoh lain dari bahan yang saya berikan

a. MnO4-(aq) + H2C2O4 -> Mn2+(aq) + CO2(g) (suasana larutan asam)


b. CrO4(aq) + C2H4 -> Cr2O3(s) + C2H4(OH)(aq) (suasana larutan basa)

Jawab.

a. MnO4-(aq) + H2C2O4 -> Mn2+(aq) + CO2(g) (suasana larutan asam)

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubaahan biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Mn (dari +7 -> +2) dan C
(dari +3 -> +4)

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks


dengan memberikan koefisien yang sesuai.

Atom Mn sudah setara.

Untuk menyetarakan atom C, beri koefisien 2 untuk CO2

MnO4-(aq) + H2C2O4 -> Mn2+(aq) + 2CO2(g)


Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan
jumlah pertambahan biloks dari reduktor

Perubahan biloks Mn : dari +7 menjadi +2 dan C dari +3 menjadi +4.


Oleh karena itu reaksi itu melibatkan 2 atom C, maka jumlah perubahan
biloks C = 2 × 1 = 2.

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan


memberi koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakan jumlah prubahan biloks, koefisien MO4- dan Mn2+


dikalikan 2, sedangkan koefisien H2C2O4 dan CO2 dikalikan 5.

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4 -> 2Mn2+(aq) + 10CO2(g)

Langkah 5: Menyamakan muatan.

Jumlah atom H diruas kiri = 16, sedangkan di ruas kanan tidak ada atom
H, maka tambahkan 8 molekul H2O di ruas kanan.

2MnO4-(aq) + 5H2C2O4 + 6H+(aq) -> 2Mn2+(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l)

(Reaksi setara)

b. CrO4(aq) + C2H4 -> Cr2O3(s) + C2H4(OH)(aq) (suasana larutan basa)

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubaahan biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Cr.

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks


dengan memberikan koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakanan atom Cr, beri koefisien 2 untuk Cr2O42-


Atom C sudah setara.
2CrO4(aq) + C2H4 -> Cr2O3(s) + C2H4(OH)(aq)

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan


jumlah pertambahan biloks dari reduktor

Perubahan biloks Cr = 2 × 3 = 6 (tiap atom Cr berubah dari 6+ menjadi


3+) serta perubahan biloks C = 2 × 1 = 2(tiap atom C berubah dari -2
menjadi -1).

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan


memberi koefisien yang sesuai.

Untuk menyetarakan jumlah prubahan biloks, koefisien C2H4 dan


C2H4(OH)2 dikalikan 3.

2CrO4(aq) + 3C2H4 -> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq)


Langkah 5: Menyamakan muatan.

Total muatan diruas kiri = -4

Total muatan diruas kanan = 0

Untuk menyamakan muatan, maka diruas kanan perlu ditambahkan 4 ion


OH-

2CrO4(aq) + 3C2H4 -> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq) + 4OH-(aq)

(Muatan setara)

Langkah 6: Menyetarakan atom H.

Jumlah atom H diruas kiri = 12

Jumlah atom H diruas kanan = 22

Tambahkan 5 molekul H2O diruas kiri

2CrO4(aq) + 3C2H4 + 5H2O(l)-> Cr2O3(s) + 3C2H4(OH)(aq) + 4OH-(aq)

(Reaksi setara)

b. Penyetaraan dengan Reaksi Rumus


Langkah-langkah yang digunakan untuk menyetarakan reaksi, sebagai berikut.

 Tentukan unsur yang mengalami perubahan biloks.

 Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan memberi koefisien


yang sesuai.

 Tentukanlah jumlah penurunan biloks dari oksidator dan jumlah pertambahan


biloks dari reduktor.

 Samakan jumlah perubahan biloks reduktor dan oksidator dengan memberi


koefisien yang sesuai.

 Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation (logam), anion


(nonlogam), hidrogen, dan teraksir oksigen.

Perhatikan contoh berikut ini :

a. Cu + HNO3 → Cu(NO3)2 + NO + H2O

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubahan biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Cu dan N

0 +5 +2 +2
Cu + HNO3 Cu(NO3)2 + NO + H2O

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks


dengan memberi koefisien yang sesuai.

Baik atom Cu maupun atom N sudah setara. Atom N dalam Cu(NO3)2


tidak mengalami perubahan biloks, jadi belum diperhitungkan.

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan


jumlah pertambahan biloks dari reduktor.

0 +2

Oksidasi : Cu Cu, jumlah pertambahan biloks = 2.

+5 +2

Reduksi :N N, jumlah penurunan biloks = 3.

0 +5 +2 +2

Cu + HNO3 -> Cu(NO3)2 + NO + H2O

+2

-3

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks reduktor dan


oksidator dengan memberi koefisien yang sesuai.

0 +5 +2 +2

Cu + HNO3 -> Cu(NO3)2 + NO + H2O

+2 (×3)

-3 (×2)

Menjadi: 3Cu + 2HNO3 -> 3Cu(NO3)2 + 2NO + H2O

Langkah 5: Menyetarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation


(logam), anion (nonlogam), hidrogen, dan teraksir oksigen.

Tidak ada kation lain dalam reaksi ini selain Cu.

Anion yang tidak mengalami perubahan biloks adalah NO3-, yaitu pada
Cu(NO3)2 yang jumlahnya sebanyak 6. Ion NO3- ini juga berasal dari
HNO3, jadi jumlah HNO3 harus ditambahnkan 6 sehingga menjadi 8.

3Cu + 8HNO3 → 3Cu(NO3)2 + 2NO +H2O

Selanjutnya untuk menyetarakan atom H, tuliskan koefisien H2O = 4


3Cu + 8HNO3 → 3Cu(NO3)2 + 2NO +4H2O

Atom O sudah setara dan dengan demikian reaksi sudah setara.

b. MnO + PbO2 → MnO4- + Pb2+

Langkah 1: Menentukan unsur yang mengalami perubahan biloks.

Unsur yang mengalami perubahan biloks adalah Mn dan Pb

+2 +4 +7 +2
MnO + PbO2 → MnO4 + Pb2+
-

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks


dengan memberi koefisien yang sesuai.

Baik atom Mn maupun atom Pb sudah setara.

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan


jumlah pertambahan biloks dari reduktor.
+2 +7
Oksidasi : Mn Mn, jumlah pertambahan biloks = 5.

+4 +2
Reduksi : Pb Pb, jumlah penurunan biloks = 2.

+2 +4 +7 +2
MnO + PbO2 → MnO4 + Pb2+
-

+5

-2

Langkah 4: Menyamakan jumlah perubahan biloks reduktor dan


oksidator dengan memberi koefisien yang sesuai.

+2 +4 +7 +2
MnO + PbO2 → MnO4 + Pb2+
-

+5 (x2)
-2(x5)

Menjadi: 2MnO + 5PbO2 → 2MnO4- + 5Pb2+

Langkah 5: Menyetarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation


(logam), anion (nonlogam), hidrogen, dan teraksir oksigen.
Samakan muatan dengan menambahkan H+

2MnO + 5PbO2 → 2MnO4- + 5Pb2+


0 0 -2 +10

0 + 8H+ +8

Samakan H dengan menambah H2O

2MnO + 5PbO2 + 8H+ → 2MnO4- + 5Pb2+


8 0 + 4H2O

Atom O sudah setara dan dengan demikian reaksi sudah setara.

Hasil akhir :

2MnO + 5PbO2 + 8H+ → 2MnO4- + 5Pb2+ + 4H2O

2. Metode Setengah Reaksi/Metode Ion dan Elektron.


Metode setengah reaksi didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron
yang dijumlahkan pada setengah reaksi oksidasi sama dengan jumlah electron yang
diserap pada setengah reaksi reduksi. Proses penyetaraan berlangsung menurut tahap-
tahap sebagai berikut :
Langkah 1: Menulis kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan
oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.
K2Cr2O7 (aq) + HCl (aq) KCl (aq) + CrCl3 (aq) + Cl2 (aq) + H2O
(aq)
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) Cr3+ (aq)
-
Oksidasi : Cl (aq) Cl2 (aq)
Langkah 2: Menyetarakan masing-masing setengah reaksi.
Setarakan banyaknya atom unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
Yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada reaksi di atas adalah
Cr dan Cl. Banyaknya atom Cr di sebelah kiri = 2, berarti di sebelah kanan
juga harus 2. Begitu juga Cl.
Cr2O72- 2Cr3+
2Cl- Cl2
Setarakan jumlah oksigen dengan cara menambahkan nH2O pada ruas
yang kekurangan n Oksigen dan tambahkan 2nH+ pada ruas lawannya.
Cr2O72- + 14 H+ 2Cr3+ + 7H2O
2Cl- Cl2
Langkah 3: Menyatarakan muatan dengan menambahkan elektron pada
ruas yang muatannya lebih besar.
Jumlah muatan pada reduksi :
Di ruas kiri = (-2) + 14 = +12
Di ruas kanan = 2x (+3) = +6
Jumlah muatan di ruas kiri lebih besar 6 satuan daripada di sebelah kanan.
Tambahkan 6 elektron pada ruas kiri.
Cr2O7 2- + 14 H+ + 6 e- 2Cr3+ + 7 H2O
Jumlah muatan pada oksidasi di ruas kiri = -2 dan di kanan = 0, jadi
tambahkan 2 elektron pada ruas kanan.
2Cl- Cl2 + 2e-
a. Langkah 4: Menyetarakan jumlah elektron yang diserap pada
setengah reaksi reduksi dengan jumlah electron yang dibebaskan pada
setengah reaksi oksidasi dengan cara memberi koefisien yang sesuai,
kemudian jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut.

Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 2H2O x1


2Cl- Cl2 + 2e- x3

Cr2O72- + 6Cl- + 14H+ 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O


Langkah 4: Apabila terdapat spesi lain, selain unsur yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi, oksigen dan hidrogen, maka penyetaraan
dilakukan dengan menambahkan spesi yang bersangkutan pada ruas
lainnya.
Pada reaksi diatas yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi
adalah K+ dan sebagian Cl-.
Pada Cr2O72- terdapat dua ion K+, jadi tambahkan dua ion K+ di kiri dan
dua lagi di kanan.
Pada 2Cr 3+ terdapat enam ion Cl- , jadi tambahkan enam ion Cl- di kanan
dan enam di kiri lain. Pada KCl terdapat 2Cl- di kiri dan 2Cl- di kanan.

Cr2O72- + 6Cl- + 14H+ 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O


2K+ + 6Cl- + 2Cl- 2K+ + 6Cl- + 2Cl-

K2Cr2O7 + 14HCl 2CrCl3 + 2KCl + 3Cl2 + 7H2O

3. Contoh reaksi Redoks dalam kehidupan sehari-hari


Carikan contoh lain dari bahan yang saya berikan

Dasar elektrokimia adalah reaksi redoks, yaitu serah terima elektron dari satu pereaksi
yang lain. Elekrokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara energi listrik
dan reaksi kimia. Dinyatakan bahwa listrik timbul akibat aliran (gerakan) partikel bermuatan
dalam mediumnya yang disebut konduktor. Aliran itu terjadi karena terdapat beda potensial di
antara dua titik dalam konduktor tersebut. Beda potensial itu dapat dibuat bila kedua ujung
konduktor dihubungkan dengan sumber arus.
Sumber arus dapat diciptakan dengan mengubah energi mekanik, energi panas, atau
energi kimia dengan alat-alat tertentu. Air terjun dapat memutar generator untuk
menghasilkan listrik bertenaga besar. Kemudian, energi panas pembakaran minyak dapat
dipakai untuk menghidupkan generator berenergi sedang, dan reaksi redoks dalam larutan
dapat menghasilkan listrik berenergi kecil, seperti baterai. Generator menghasilkan arus
bolak-balik (AC= across current) tetapi dapat diubah jadi arus searah (DC = direct current),
sedangkan baterai dan aki menghasilkan arus searah. Dalam elektrokimia, reaksi redoks
berlangsung pada bagian sel yang disebut elektrode-elektrode. Elektrokimia dibagi menjadi
dua sel, yaitu sel Galvani/ sel Volta, dan sel Elektrolisis.
Sel Galvani, yaitu reaksi redoks spontan yang elektronnya dipaksa melalui kawat,
sehingga sel ini menghasilkan arus listrik. Yang dibahas dalam sel ini adalah cara
menentukan potensial sel, serta manfaat dan kerugiannya.
Setelah itu dilanjutkan dengan sel elektrolisis, yaitu reaksi redoks yang tidak spontan,
tetapi dipaksa terjadi oleh energi listrik. Pembahasan sel ini diutamakan tentang cara
menentukan reaksi pada anoda dan katoda, serta hubungan perubahan zat dengan kuantitas
listrik yang terpakai.

Reaksi fotosintesis yaitu :


6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dalam reaksi tersebut, terjadi penerapan redoks, yaitu :
=> Oksidasi (dalam unsur oksigen (O), berubah biloks dari -2 menjadi 0.
=> Reduksi (dalam unsur karbon (C), berubah biloks dari +4 menjadi 0.

Pada perkaratan besi (korosi) :


Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3 . xH2O berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2 + (aq) + 2e . . . . . . . . . . . . . . E = +0, 44V
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH- . . . . . . . . . . . . . . E = +0, 40V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yg
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . xH2O, yaitu karat besi.

Pd baterai :
Anoda : Zn Zn2 + 2e
Katoda : 2MnO2 + 2NH4+ 2e Mn2O3 + 2NH3 + H2O

menjadi
Zn + 2NH4 + 2MnO2 Zn2+ + Mn2O3 +2NH3 + H2O

Reaksi redoks dalam reaksi tersebut adalah :


=> Oksidasi :
Di anoda pada Zn, biloks Zn dari 0 menjadi +2.
=> Reduksi :
Di katoda pada Mn, biloks Mn dari +4 menjadi +3.

Reaksi redoks dalam industri


Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam didiskusikan dalam artikel
peleburan. Oksidasi digunakan dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-produk
pembersih. Reaksi redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.

Reaksi redoks dalam biologi

Atas :asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)


Bawah :asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi Vitamin C)

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks.

Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan
reduksi oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:

C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O


Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi NADH dan
reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara esensial merupakan
kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:

6 CO2 + 6 H2O + light energi → C6H12O6 + 6 O2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks.
Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi
oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan
air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk mereduksi
nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam
pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan
dijaga oleh reduksi oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara
NAD /NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ.
+

Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat
dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung
pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia,
guncangan (shock), dan sepsis.

Siklus redoks

Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa
radikal bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan
koenzim-koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi
oskigen menjadi superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan
reduksi oksigen menjadi superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus
redoks.

Buat dalam bentuk powet point dan tambahkan rumusan masalah dan tujuan dalam
power point

Alamat email saya : diantariningsihyasa@gmail.com

Ringkasan
Reaksi Redoks, terdiri dari dua bagian penting yang bergabung menjadi satu. Reaksi
Reduksi dan Oksidasi. Dalam reaksi redoks, kedua reaksi ini berlangsung bersamaan.
Reduksi merupakan reaksi yang memungkinkan terjadinya penerimaan elektron, dan
penurunan bilangan oksidasi. Oksidasi merupakan reaksi yang memungkinkan terjadinya
pelepasan elektron, dan terjadi kenaikan bilangan oksidasi. Senyawa-senyawa yang memiliki
kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan bersifat oksidatif dan dikenal
sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain,
sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut
sebagai penerima elektron.Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi
senyawa lain dikatakan bersifat reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi.
Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh
karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron.
Banyak reaksi redoks yang sukar disetarakan dengan cara menebak. Oleh karena itu,
diperlukan metode atau cara penyetaraan reaksi yang lebih pasti, yaitu dengan metode
bilangan oksidasi, dan metode setengah reaksi. Metode bilangan oksidasi lebih
mengutamakan perubahan bilangan oksidasi. Metode setengah reaksi lebih menitikberatkan
pada pemecahan reaksi reduksi-oksidasi terlebih dahulu, setelah itu digabung untuk
penyetaraan lebih lanjut.

Reaksi Redoks banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Selain dalam elektrokimia
dan perkaratan besi, ada juga beberapa contoh lain yaitu pada reaksi-reaksi pembakaran,
oksidasi makanan dalam sel, penyepuhan emas, fotosintesis, dan peleburan bijih logam. Aki,
baterai, dan berbagai proses elektrolisis seperti penyepuhan, juga berjalan berdasarkan reaksi
redoks.

Buatkan power point dan tambahkan rumusan masalah dan tujuanya dalam power
point

Anda mungkin juga menyukai