Anda di halaman 1dari 63

KIMIA DASAR

REDOKS DAN
ELEKTROKIMIA
WIZA ULFA FIBARZI, S.T., M.T.
REDOKS
PENDAHULUAN
Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan reduksi.

Konsep reaksi redoks terdiri dari tiga:


1) Oksidasi dan reduksi sebagai pengikatan dan pelepasan oksigen.
2) Oksidasi dan reduksi sebagai pelepasan dan penerimaan elektron.
3) Oksidasi dan reduksi sebagai pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi.
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
OKSIGEN

Menurut konsep ini:


1) Oksidasi adalah reaksi dimana suatu zat direaksikan dengan sumber oksigen sehingga berikatan dengan
oksigen tersebut (membentuk oksida).
2) Reduksi adalah reaksi dimana suatu zat berupa oksida direaksikan dengan zat yang menarik oksigen sehingga
oksida tersebut kehilangan oksigen

Oksidator adalah Sumber oksigen yang mengoksidasi zat lain dan tereduksi
Reduktor adalah Penarik oksigen yang mereduksi zat lain dan teroksidasi
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN OKSIGEN
Oksidasi Reduksi

Karena konsep yang sempit, tidak seluruh reaksi


oksidasi/reduksi terjadi secara simultan (redoks). Tidak seluruh
reaksi oksidasi melibatkan reduksi, dan tidak seluruh reaksi
reduksi melibatkan oksidasi.
Oksidasi Reduksi

Karena konsep yang sempit, tidak seluruh reaksi


oksidasi/reduksi terjadi secara simultan (redoks). Tidak seluruh
reaksi oksidasi melibatkan reduksi, dan tidak seluruh reaksi
reduksi melibatkan oksidasi.
Oksidasi dan reduksi sebagai pelepasan dan
penerimaan elektron

Menurut konsep ini:


1) Oksidasi adalah semua proses reaksi kimia yang disertai pelepasan elektron.
2) Reduksi adalah semua proses reaksi kimia yang disertai penerimaan elektron.

Oksidator adalah penerima eletron dan tereduksi


Reduktor adalah Pelepas electron dan teroksidasi

Berdasarkan konsep ini, seluruh reaksi oksidasi/reduksi terjadi secara simultan karena tiap ada zat yang
melepas elektron, ada pula zat yang menerima elektron. Oleh karena itu, tiap reaksi oksidasi atau reaksi reduksi
menurut konsep ini adalah reaksi redoks.

Setengah reaksi redoks adalah reaksi reduksi atau reaksi oksidasi saja dalam suatu keseluruhan reaksi redoks
Oksidasi dan reduksi sebagai pelepasan dan
penerimaan elektron
Contoh reaksi redoks
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI

Bilangan oksidasi senyawa adalah jumlah muatan listrik yang dimiliki atom-atom suatu senyawa, dimana
elektron ikatan didistribusikan ke atom yang lebih elektronegatif

Bilangan oksidasi atom adalah muatan listrik yang dimiliki suatu atom dalam sebuah senyawa.
Contoh: biloks HCl adalah 0, biloks Mg2+ adalah +2, dan biloks F- adalah -1
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
Penentuan bilangan oksidasi/biloks atom:
1) Unsur bebas di alam memiliki biloks 0.
Contoh: H₂, N₂, O₂, P₄, S₈, Fe, Mn, Ca.
2) Ion memiliki biloks yang sama dengan nilai muatannya.
Contoh: ion CO₃²· memiliki biloks -2, ion 𝐶𝑎2+ memiliki biloks +2.
3) Unsur logam memiliki biloks positif.
Nilai-nilai biloks logam
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
4) Unsur fluor (F) selalu memiliki biloks -1.
5) Unsur hidrogen (H) memiliki biloks:
a. Biloks umum H adalah +1.
Contoh: dalam HCl dan H₂SO₄, biloks H adalah +1.
b. Pada hidrida logam, H memiliki biloks -1.
Contoh: Dalam NaH, biloks hidrogen -1.

6) Unsur oksigen (O) memiliki biloks:


a. Pada senyawa oksida atau umum, oksigen memiliki biloks -2.
Senyawa oksida mengandung ion oksida (O ²·).
Contoh: Pada K₂O, H₂O, Na₂O dan MgO, biloks oksigen -2
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
b. Pada senyawa peroksida, oksigen memiliki biloks -1. 7. Total biloks atom penyusun suatu senyawa:
Senyawa peroksida mengandung ion peroksida (O₂²·). a. Pada senyawa netral, total biloks atom
Contoh: Pada K₂O₂, H₂O₂, Na₂O₂ dan MgO₂, biloks oksigen -1 penyusun adalah 0.
b. Pada senyawa ion, total biloks atom
c. Pada senyawa superoksida, oksigen memiliki biloks -1/2.
penyusun sama dengan muatan ionnya.
Senyawa superoksida mengandung ion superoksida (O₂·).
Contoh: Pada KO₂, HO₂, NaO₂ dan MgO₄, biloks oksigen -1/2.

d. Pada senyawa F₂O, oksigen memiliki biloks +2.


REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI

Menurut konsep ini:


1) Oksidasi adalah pertambahan/kenaikan bilangan oksidasi.
2) Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi

Oksidator adalah zat yang mengalami penurunan bilangan oksidasi dan menaikkan bilangan oksidasi zat
lain.

Reduktor adalah zat yang mengalami pertambahan bilangan oksidasi dan menurunkan bilangan oksidasi
zat lain.
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI

Perhatikan Reaksi Berikut yang manakah senyawa yg mengalami oksidasi dan reduksi
REAKSI REDOKS BERHUBUNGAN DENGAN
BILANGAN OKSIDASI
MENENTUKAN REAKSI REDOKS
Suatu reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan dapat dilakukan dengan mengecek bilangan oksidasi masing-
masing atom tiap senyawa yang terlibat dalam reaksi.

Tahapan menentukan reaksi redoks:


a. Reaksi yang melibatkan unsur bebas umumnya tergolong reaksi redoks.
b. Reaksi yang melibatkan unsur yang berganti tipe rumus harus diperiksa biloksnya.
c. Oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan hasil reduksi dapat ditentukan setelah seluruh
atom tiap senyawa yang terlibat dalam reaksi diperiksa bilangan oksidasinya, apakah bertambah atau menurun.
MENENTUKAN REAKSI REDOKS
MENENTUKAN REAKSI REDOKS
REAKSI REDOKS DISPROPORSIONASI DAN
KONPROPORSIONASI
Reaksi disproporsionasi atau autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat
yang sama. Dalam kata lain, zat tersebut mengalami reduksi dan juga oksidasi
REAKSI REDOKS DISPROPORSIONASI DAN
KONPROPORSIONASI
Reaksi konproporsionasi adalah reaksi redoks yang hasil oksidasi dan reduksinya merupakan zat yang sama.
Contoh Soal
Contoh Soal
Contoh Soal
Penyetaraan Reaksi Redoks
Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
1. Cara setengah reaksi (Ion Elektron)
2. Cara perubahan bilangan oksidasi (biloks).
Cara setengah reaksi (Ion Elektron)
Cara ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama
dengan jumlah electron yang diserap pada setengah reaksi reduksi. Penyetaraan dilakukan dengan menyamakan jumlah
elektronnya. Cara ini diutamakan untuk reaksi dengan suasana reaksi yang telah diketahui. Penyetaraan dalam larutan
bersuasana asam berbeda dengan suasana basa.
Cara setengah reaksi (Ion Elektron)
Cara setengah reaksi (Ion Elektron)
Cara setengah reaksi (Ion Elektron)
Cara perubahan bilangan oksidasi (biloks).
Cara penyetaraan persamaan reaksi dengan
cara perubahan bilangan oksidasi, yaitu
dengan cara melihat perubahan bilangan
oksidasinya. Penyetaraan dilakukan dengan
menyamakan perubahan bilangan oksidasi.
Pada cara ini suasana reaksi tidak begitu
mempengaruhi, meskipun suasana reaksi
belum diketahui, penyetaraan dapat
dilakukan.
Cara perubahan bilangan oksidasi (biloks).
Cara perubahan bilangan oksidasi (biloks).
ELEKTROKIMIA
ELEKTROKIMIA
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia.
Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik atau
sebaliknya.

Sel elektrokimia terbagi menjadi dua:


1) Sel elektrolisis, yaitu sel yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Arus listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
2) Sel Volta/Galvani, yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Reaksi redoks spontan
digunakan untuk menghasilkan listrik
ELEKTROKIMIA
Sel Volta (Sel Galvani)

Jembatan garam adalah penyempurna sel yang


mengandung larutan garam dalam bentuk koloid agar-
agar yang:
1) Membuat rangkaian menjadi rangkaian tertutup.
2) Menyeimbangkan muatan elektrolit dengan memberi
ion positif atau negatif
Sel Volta (Sel Galvani)
Sel Volta (Sel Galvani)
Perbedaan potensial listrik antara katoda dan anoda disebut
• Cell voltage
• Electromotive force (emf)
• Cell potential

Diagram Sel (Notasi Sel)


𝑬𝒔𝒆𝒍 = 𝑬𝒌𝒂𝒕𝒐𝒅𝒂 − 𝑬𝒂𝒏𝒐𝒅𝒂
Zn (𝑠) + Cu2+ 𝑎𝑞 ⟶ Zn2+ 𝑎𝑞 + Cu 𝑠
𝑬𝝄𝒔𝒆𝒍 = 𝑬𝝄𝒌𝒂𝒕𝒐𝒅𝒂 − 𝑬𝝄𝒂𝒏𝒐𝒅𝒂
[Cu2+ ] = 1𝑀 dan Zn2+ = 1𝑀
Zn 𝑠 | Zn2+ 1𝑀 ∥ Cu2+ 1𝑀 | Cu (s)
Anoda Katoda
Potensial Reduksi Standar

𝑬𝝄 merupakan Potensial Reduksi Standar atau voltase yang berkaitan dengan reaksi
reduksi pada satu elektroda ketika semua zat terlarut 1 M dan semua gas pada 1
atm.

Penguraian H2 : H2 𝑔 ⟶ 2H + + 2e−

Reaksi Reduksi: 2e− + 2H + 1 𝑀 ⟶ H2 (1 𝑎𝑡𝑚)

𝐸𝜊 = 0 V

Standard hydrogen electrode (SHE)


Potensial Reduksi Standar

Elektroda Zn dimasukkan dalam larutan ZnSO4 dan gas Hidrogen dialirkan ke dalam larutan HCL. Kedua larutan
dihubungkan dengan jembatan garam. Potensial sek yang dihasilkan sebanyak 0,76 V, dan electron mengalir dari Zn ke H2

𝜊 𝜊 𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 − 𝐸𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎
𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝐻𝜊 + /𝐻2 − 𝐸𝑍𝑛
𝜊
2+ /𝑍𝑛

𝜊
0,76 𝑉 = 0 − 𝐸𝑍𝑛 2+ /𝑍𝑛

𝜊
𝐸𝑍𝑛 2+ /𝑍𝑛 = - 0,76

𝑍𝑛 𝑠 | 𝑍𝑛2+ 1 𝑀 ∥ 𝐻 + 1 𝑀 | 𝐻2 1 𝑎𝑡𝑚 | Pt (s) 𝑍𝑛2+ 1 𝑀 + 2𝑒 − ⟶ 𝑍𝑛 𝐸 𝜊 = −0,76


Anoda (Oksidasi) : 𝑍𝑛 𝑠 ⟶ 𝑍𝑛2+ 1 𝑀 + 2𝑒 −
Katoda (Reduksi) : 2𝑒 − + 2𝐻 + 1 𝑀 ⟶ 𝐻2 (1 𝑎𝑡𝑚)

𝑍𝑛 (𝑠) + 2𝐻 + 1 𝑀 ⟶ 𝑍𝑛2+ + 𝐻2 (1 𝑎𝑡𝑚)


Potensial Reduksi Standar

Elektroda Cu dimasukkan dalam larutan CuSO4 dan gas Hidrogen dialirkan ke dalam larutan HCL. Kedua larutan
dihubungkan dengan jembatan garam. Potensial sek yang dihasilkan sebanyak 0,34 V, dan electron mengalir dari H2 ke Cu

𝜊 𝜊 𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 − 𝐸𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎
𝜊 𝜊 𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝐶𝑢 2+ /𝐶𝑢 − 𝐸𝐻 + /𝐻
2

Pt 𝑠 | H2 1 𝑎𝑡𝑚 | H + 1 𝑀 ∥ Cu2+ 1 𝑀 | Cu (s) 𝜊


0,34 𝑉 = 𝐸𝐶𝑢 2+ /𝐶𝑢 − 0
Anoda (Oksidasi) : 𝐻2 1 𝑎𝑡𝑚 ⟶ 2𝐻 + 1 𝑀 + 2𝑒 −
𝜊
Katoda (Reduksi) : 2𝑒 − + 𝐶𝑢2+ 1𝑀 ⟶ 𝐶𝑢 (𝑠) 𝐸𝐶𝑢 2+ /𝐶𝑢 = 0,34

𝐶𝑢2+ 1 𝑀 + 2𝑒 − ⟶ 𝐶𝑢 𝐸 𝜊 = 0,34
𝐻2 (1 𝑎𝑡𝑚) + 𝐶𝑢2+ 1 𝑀 ⟶ 𝐶𝑢 𝑠 + 2𝐻 + (1 𝑀)
• Nilai 𝐸 𝜊 dapat digunakan untuk melihat
kecendrungan sebuah spesi dalam
mengalami reaksi reduksi

• Semakin positif nilai 𝐸 𝜊 makan semakin


mudah mengalami reduksi

• Reaksi setengah sel bersifat reversible

• Tanda 𝐸 𝜊 berubah saat reaksi dibalik

• Perubahan koefisien reaksi tidak merubah


nilai 𝐸 𝜊
Deret Volta
Deret Volta adalah deret elektrokimia/ kereaktifan logam yang menunjukkan nilai potensial elektroda
standar logam (E⁰).
Nilai potensial elektroda mengacu pada deret Volta dan dikaitkan dengan reaksi reduksi, sehingga
nilainya:

Sifat deret Volta:


1) Makin ke kanan, logam makin mudah tereduksi (nilai E⁰ lebih positif).
2) Makin ke kiri, logam makin mudah teroksidasi (nilai E⁰ lebih negatif)
Reaksi pendesakan pada sel Volta berlangsung apabila logam pendesak berada di sebelah kiri logam
yang didesak pada deret Volta
Deret Volta
Berapakah nilai potensial sel standar suatu sel elektrokimia yang dibentuk dari elektroda
Cd dalam larutan 1 M 𝐶𝑑(𝑁𝑂3 )2 dan elektroda Al dalam 1 M 𝐴𝑙(𝑁𝑂3 )3 ?

𝐶𝑑 2+ 𝑎𝑞 + 2𝑒 − ⟶ 𝐶𝑑 𝑠 𝐸 𝜊 = −0,40 𝑉
𝐴𝑙 3+ 𝑎𝑞 + 3𝑒 − ⟶ 𝐴𝑙 𝑠 𝐸 𝜊 = −1,66 𝑉
Anoda (Oksidasi) : 𝐴𝑙 𝑠 ⟶ 𝐴𝑙 3+ 1 𝑀 + 3𝑒 − × 2
Katoda (Reduksi) : 2𝑒 − + 𝐶𝑑 2+ 1 𝑀 ⟶ 𝐶𝑑 𝑠 × 3

2𝐴𝑙 (𝑠) + 𝐶𝑑 2+ 1 𝑀 ⟶ 3𝐶𝑑 𝑠 + 2𝐴𝑙 3+ (1 𝑀)

𝜊 𝜊 𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑎 − 𝐸𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎
𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = −0,40 − −1,66
𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 1,26 𝑉
Termodinamika Sel Elektrokimia

Δ𝐺 = −𝑛𝐹𝐸𝑠𝑒𝑙
𝜊
Δ𝐺 𝜊 = −𝑛𝐹𝐸𝑠𝑒𝑙
𝜊
Δ𝐺 𝜊 = −𝑅𝑇 ln 𝐾 = − 𝑛𝐹𝐸𝑠𝑒𝑙

𝜊 𝑅𝑇 (8,314 𝐽/𝐾. 𝑚𝑜𝑙)(298 𝐾)


𝐸𝑠𝑒𝑙 = lnK = 𝑙𝑛𝐾
𝑛𝐹 𝑛 (96.500 𝐽/𝑉. 𝑚𝑜𝑙)

𝜊 0,0257 𝑉
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝑙𝑛𝐾
𝑛
0,0592 𝑉 n = Jumlah mol electron dalam reaksi
𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝑙𝑜𝑔𝐾 F = Konstanta Faraday = 96.500 J/V.mol = 96.500 C/mol
𝑛 K = Konstanta Kesetimbangan
R = Konstanta Gas = 8,314 J/K.mol (0,08206 L. atm/K.mol
T = Suhu (dalam satuan Kelvin)
Termodinamika Sel Elektrokimia

Δ𝐺 𝜊 = −𝑅𝑇 ln 𝐾 = − 𝜊
𝑛𝐹𝐸𝑠𝑒𝑙 Δ𝐺 𝜊 = Energi bebas standar
𝜊
𝐸𝑠𝑒𝑙 = Potensial standar sel
n = Jumlah mol electron dalam reaksi
F = Konstanta Faraday = 96.500 J/V.mol = 96.500 C/mol
K = Konstanta Kesetimbangan
R = Konstanta Gas = 8,314 J/K.mol (0,08206 L. atm/K.mol
T = Suhu (dalam satuan Kelvin)
Hitungah konstanta kesetimbangan untuk reaksi berikut pada suhu 25℃ ?
𝑆𝑛 𝑠 + 2𝐶𝑢2+ 𝑎𝑞 ⇌ 𝑆𝑛2+ 𝑎𝑞 + 2𝐶𝑢+ (𝑎𝑞)
Maka :
Oksidasi : 𝑆𝑛 𝑠 ⟶ 𝑆𝑛2+ 𝑎𝑞 + 2𝑒 −
2+ − + 𝜊 0,0257 𝑉
Reduksi : 2𝐶𝑢 𝑎𝑞 + 2𝑒 ⟶ 2𝐶𝑢 (𝑎𝑞) 𝐸𝑠𝑒𝑙 = ln 𝐾
𝑛
Berdasarkan reaksi diatas diketahui n = 2
𝑛𝐸 𝜊
Berdasarkan tabel potensial reduksi standar, diketahui ln K =
0,0257 𝑉
𝜊 𝜊
bahwa 𝐸𝑆𝑛 2+ /𝑆𝑛 = −0,14 V dan 𝐸𝐶𝑢2+ /𝐶𝑢+ = 0,15 V
(2)(0,29 𝑉)
ln 𝐾 = = 22,6
Sehingga 0,0257 𝑉
𝜊
𝐸 𝜊 = 𝐸𝐶𝑢 𝜊
2+ /𝐶𝑢+ − 𝐸𝑆𝑛2+ /𝑆𝑛
𝐾 = 𝑒 22,6 = 6,5 × 109

= 0,15 V – (-0,14) Karena nilai K > 1 maka

= 0,29 Reaksi berlangsung spontan


Pengaruh Konsentrasi pada Potensial Sel
Nilai potensial sel menunjukkan:
∆𝐺 = ∆𝐺 𝜊 + 𝑅𝑇 ln 𝑄
1) Tegangan yang dihasilkan sel.
Δ𝐺 = −𝑛𝐹𝐸
2) Jika nilai E⁰sel > 0, maka reaksi sel spontan
Δ𝐺 𝜊 = −𝑛𝐹𝐸 𝜊
(berlangsung).
Sehingga : ∆𝐺 = ∆𝐺 𝜊 + 𝑅𝑇 ln 𝑄 3) Jika nilai E⁰sel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan
−𝑛𝐹𝐸 = −𝑛𝐹𝐸 𝜊 + 𝑅𝑇 ln 𝑄 (tidak berlangsung).
−𝑛𝐹𝐸 𝜊 𝑅𝑇 ln 𝑄
E = +
−𝑛𝐹 −𝑛𝐹

𝑅𝑇
𝐸 = 𝐸𝜊 − ln 𝑄 (Persamaan Nernst)
𝑛𝐹

Pada kondisi 298 K :

0,0257 𝑉
𝜊 𝜊
0,0592 𝑉
𝐸= 𝐸 − ln 𝑄 atau 𝐸 = 𝐸 − l𝑜𝑔 𝑄
𝑛 𝑛
Apakah reaksi berikut berlangsung spontan pada 298 K, jika
[𝐹𝑒 2+ ] = 0,60 𝑀 𝑑𝑎𝑛 [𝐶𝑑2+ ] = 0,01 𝑀 ?
𝐹𝑒 2+ 𝑎𝑞 + 𝐶𝑑 𝑠 ⇌ 𝐹𝑒 𝑠 + 𝐶𝑑 2+ (𝑎𝑞)
Oksidasi : 𝐶𝑑 𝑠 ⟶ 𝐶𝑑2+ 𝑎𝑞 + 2𝑒 −
Reduksi : 2𝑒 − + 𝐹𝑒 2+ 𝑎𝑞 ⟶ 𝐹𝑒 (𝑠) Maka :

0,0257 𝑉
Berdasarkan tabel potensial reduksi standar diketahui 𝐸= 𝐸𝜊 − ln 𝑄
𝑛
𝜊 𝜊
𝐸𝐹𝑒 2+ /𝐹𝑒 = −0,44 𝑉 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝐶𝑑 2+ /𝐶𝑑 = −0,40 𝑉 , sehingga

𝜊 𝜊 0,0257 𝑉 [𝐶𝑑 2+ ]
𝐸𝜊 = 𝐸𝐹𝑒 2+ /𝐹𝑒 − 𝐸𝐶𝑑 2+ /𝐶𝑑 𝐸 = −0,04 𝑉 − 𝑙𝑛
2 [𝐹𝑒 2+ ]
𝐸 𝜊 = −0,44 𝑉 − −0,40 𝑉
𝐸 𝜊 = −0,04 𝑉 0,0257 𝑉 0,01
𝐸 = −0,04 𝑉 − 𝑙𝑛
2 0,60
E = 0,013
Karena nilai E > 0 maka reaksi
berlangsung spontan
Baterai

Baterai Sel Kering


( Leclanche cell )

Anoda : 𝑍𝑛 𝑠 ⟶ 𝑍𝑛2+ 𝑎𝑞 + 2𝑒 −
Katoda : 2𝑁𝐻4+ 𝑎𝑞 + 2𝑀𝑛𝑂2 𝑠 + 2𝑒 − ⟶ 𝑀𝑛2 𝑂3 𝑠 + 2𝑁𝐻3 𝑎𝑞 + 𝐻2 𝑂 (𝑙)

𝑍𝑛 𝑠 + 2𝑁𝐻4+ 𝑎𝑞 + 2𝑀𝑛𝑂2 𝑠 ⟶ 𝑍𝑛2+ 𝑎𝑞 + 2𝑁𝐻3 𝑎𝑞 + 𝐻2 𝑂 𝑙 + 𝑀𝑛2 𝑂3 (𝑠)


Baterai

Baterai Merkuri

Anoda : 𝑍𝑛 𝐻𝑔 + 2𝑂𝐻 − 𝑎𝑞 ⟶ 𝑍𝑛𝑂 𝑠 + 𝐻2 𝑂 𝑙 + 2𝑒 −


Katoda : 𝐻𝑔𝑂 𝑠 + 𝐻2 𝑂 𝑙 + 2𝑒 − ⟶ 𝐻𝑔 𝑙 + 2𝑂𝐻 − (𝑎𝑞)

𝑍𝑛 𝐻𝑔 + 𝐻𝑔𝑂 𝑠 ⟶ 𝑍𝑛𝑂 𝑠 + 𝐻𝑔 (𝑙)


Baterai

Baterai Litium Keadaan-Padat


Elektrolisis

Elektrolisis adalah proses ketika energi listrik digunakan untuk menyebabkan reaksi
kimia yang tidak spontan terjadi.
Elektrolisis Air
Aspek Kuantitatif Elektrolisis

Kuat arus x waktu → jumlah muatan → jumlah mol elektron → mol analit → gram analit

Muatan/Q (C) = arus/I (A) x waktu/t (s)


1 mol 𝒆− = 96500 C
• Berapa banyak Ca yang terbentuk pada sel elektrolisis dari lelehan 𝐶𝑎𝐶𝑙2 , jika
diketahui arus yang digunakan 0,452 A selama 1,5 jam?

Anoda : 2𝐶𝑙 − 𝑙 ⟶ 𝐶𝑙2 𝑔 + 2𝑒 −


Katoda : 𝐶𝑎2+ 𝑙 + 2𝑒 − ⟶ 𝐶𝑎 (𝑠)

𝐶𝑎2+ 𝑙 + 2𝐶𝑙 − 𝑙 ⟶ 𝐶𝑎 𝑠 + 𝐶𝑙2 (𝑔)

2 mol 𝑒 − = 1 mol Ca

𝐶 𝑠 1 𝑚𝑜𝑙 𝑒 − 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎 = 0,452 × 1,5 𝑗𝑎𝑚 × 3600 × ×
𝑠 𝑗𝑎𝑚 96500 𝐶 2 𝑚𝑜𝑙 𝑒 −
= 0,0126 mol Ca
Massa Ca = 0,0126 x 40 = 0,50 gram
Produksi Logam Aluminium

Anoda : 3[2𝑂2− ⟶ 𝑂2 𝑔 + 4𝑒 − ]
Katoda : 4[𝐴𝑙 3+ + 3𝑒 − ⟶ 𝐴𝑙 (𝑙)]

2𝐴𝑙2 𝑂3 ⟶ 4𝐴𝑙 𝑙 + 3𝑂2 (𝑔)


Produksi Natrium

Anoda : 2𝐶𝑙 − 𝑙 ⟶ 𝐶𝑙2 𝑔 + 2𝑒 −


Katoda : 2𝑁𝑎+ 𝑙 + 2𝑒 − ⟶ 2𝑁𝑎 (𝑙)
2𝑁𝑎+ 𝑙 + 2𝐶𝑙 − 𝑙 ⟶ 2𝑁𝑎 𝑙 + 𝐶𝑙2 (𝑔)
Korosi (Perkaratan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai