Hal paling awal yang harus kamu pahami dalam materi redoks dan elektrokimia adalah
konsep reaksi reduksi oksidasi (redoks). Secara umum, ada tiga konsep yang bisa
menjelaskan reaksi redoks, yaitu berdasarkan:
Namun, bagaimana dengan reaksi yang tidak melibatkan atom oksigen? Keterbatasan
tersebut menyebabkan munculnya konsep kedua. Berdasarkan perpindahan
elektron, reduksi adalah reaksi penangkapan elektron, sedangkan oksidasi adalah
reaksi pelepasan elektron. Konsep reaksi redoks yang melibatkan perpindahan elektron
ini hanya bisa terjadi pada senyawa ionik, sedangkan senyawa kovalen tidak.
Oleh karena itu, muncul konsep redoks yang ketiga, yaitu berdasarkan perubahan
biloks. Bilangan oksidasi adalah muatan positif dan negatif pada suatu atom.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan biloks,
sedangkan oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan biloks.
Baca juga: 7 Rekomendasi Jurusan yang Cocok untuk Introvert, Apa Saja?
2. Penyetaraan Reaksi Redoks
Ada dua metode penyetaraan reaksi redoks, yaitu melalui metode perubahan biloks dan
metode setengah reaksi. Berikut merupakan langkah dari masing-masing metode:
Ciri khas sel galvani adalah adanya jembatan garam sebagai penghubung
Materi redoks dan elektrokimia juga mengenal yang namanya sel elektrokimia. Sel
elektrokimia terbagi menjadi dua, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Sel volta atau sel
galvani merupakan sel elektrokimia yang mengubah energi kimia dari reaksi redoks
spontan menjadi energi listrik. Prinsip kerja sel volta adalah aliran elektron dari anode
ke katode melalui rangkaian luar. Secara umum, sel volta tersusun dari:
Elektrode anode terletak di paling kiri, sedangkan katode paling kanan. Tanda | adalah
batas untuk memisahkan fase yang berbeda dan tanda || menunjukkan jembatan
garam. Suatu reaksi berlangsung spontan bila nilai potensial sel (E°sel)
bernilai positif. Adapun, rumus untuk menghitung nilai E°sel adalah sebagai berikut:
Dalam sel volta, dikenal juga istilah deret volta, yaitu deret elektrokimia yang
menunjukkan urutan potensial elektrode standar dari suatu unsur. Dari kiri ke kanan,
reaktivitas unsur logam dan sifat reduktor semakin berkurang, sedangkan sifat oksidator
semakin bertambah.
Baca juga: 6 Jurusan Kuliah IPA yang Menjamin Masa Depan untuk Perempuan,
Apa Saja?
4. Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menggunakan energi listrik untuk
menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Secara umum, sel elektrolisis tersusun dari:
Pada sel elektrolisis, ada beberapa aturan khusus untuk setiap reaksi yang terjadi, baik
reaksi di katode maupun anode.
a. Reaksi di katode
Pada katode, terjadi reduksi dan reaksinya bergantung pada jenis kation.
Jika kation merupakan logam aktif (golongan IA, IIA, Al, dan Mn), maka terjadi
reduksi air:
2H2O(l) +2e– → H2(g) + 2OH–(aq)
Jika kation bukan logam aktif, maka reaksi reduksinya sebagai berikut:
b. Reaksi di anode
Pada anode, reaksi yang terjadi bergantung pada jenis anode dan anion.
Jika anode inert dan anionnya merupakan sisa asam lain (seperti Cl–, Br–, I–) atau
OH–, maka reaksi oksidasi yang terjadi:
Perlu Sobat tahu, reaksi redoks dan elektrokimia juga bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Sel volta dapat berperan sebagai sel bahan bakar, baterai (sel kering),
maupun aki (sel basah).
Sementara itu, penggunaan sel elektrolisis, antara lain untuk memproduksi suatu zat
dan pemurnian logam. Prinsip pemurnian logam, yaitu logam kotor sebagai anode dan
logam murni sebagai katode. Tak hanya itu, sel elektrolisis juga berperan penting dalam
proses penyepuhan (electroplating), di mana logam yang akan disepuh berfungsi
sebagai katode dan logam penyepuh sebagai anode.
Pada awalnya, sekitar abad ke-18, konsep reaksi oksidasi dan reduksi didasarkan atas
penggabungan unsur atau senyawa dengan oksigen membentuk oksida, dan pelepasan oksigen
dari senyawa.
Adapun yang dimaksud dengan reaksi reduksi dan oksidasi adalah sebagai berikut.
Reduktor adalah:
1. Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi.
2. Zat yang mengalami reaksi oksidasi.
Contoh:
1. Reduksi Fe2O3 oleh CO
Fe2O3 + 3CO ---> 2Fe + 3CO2
2. Reduksi Cr2O3 oleh Al
Cr2O3 + 2Al ---> 2Cr + Al2O3
Oksidator adalah:
Contoh:
1. Oksidasi Fe oleh O2
4Fe + 3O2 ---> 2Fe2O3
2. Pemanggangan ZnS
2ZnS + 3O2 ---> 2ZnO + 2SO2
Reaksi oksidasi dan reduksi ternyata bukan hanya melibatkan oksigen, melainkan juga
melibatkan elektron. Memasuki abad ke-20, para ahli melihat suatu karakteristik mendasar dari
reaksi oksidasi dan reduksi yang ditinjau dari ikatan kimianya, yaitu adanya serah terima
elektron. Konsep ini dapat diterapkan pada reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen.
Adapun yang dimaksud dengan reaksi reduksi dan oksidasi adalah sebagai berikut:
Reduktor adalah:
Contoh:
Contoh:
1. K ---> K+ + e-
2. Cu ---> Cu2+ + 2e-
Reaksi redoks dapat pula ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi atom atau unsur sebelum dan
sesudah reaksi. Reaksi redoks adalah reaksi yang ditandai dengan terjadinya perubahan bilangan
oksidasi (biloks) dari atom unsur sebelum dan sesudah reaksi. Sebelum membahas konsep reaksi
reduksi oksidasi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, ada baiknya kita bahas terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan bilangan oksidasi itu.
Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi atau biloks adalah muatan yang dimiliki oleh atom jika elektron valensinya
cenderung tertarik ke atom lain yang berikatan dengannya dan memiliki keelektronegatifan lebih
besar.
Jumlah bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas sama dengan 0 (nol).
Contoh:
Bilangan oksidasi atom dalam unsur Na, Fe, H2, P4, dan S8 sama dengan 0 (nol).
Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa netral sama dengan 0 (nol).
Contoh:
Senyawa NaCl mempunyai muatan = 0.
Jumlah biloks Na + biloks Cl = (+1) + (-1) = 0.
Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
Ion NO3- bermuatan = -1, maka biloks N = -1 dan biloks O = -1.
Jumlah bilangan oksidasi unsur dari golongan IA adalah +1 dan unsur dari golongan IIA
adalah +2, dan golongan IIIA adalah +3
Contoh:
Bilangan oksidasi Na dalam NaCl, Na2SO4, dan Na2O adalah +1.
Bilangan oksidasi Ca dalam CaCl2, CaSO4, dan CaO adalah +2.
Bilangan oksidasi Al dalam Al2O3 adalah +3.
Jumlah bilangan oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner adalah -2 dan unsur
golongan VIIA pada senyawa biner adalah -1.
Contoh:
Bilangan oksidasi S dalam Na2S dan MgS adalah -2.
Bilangan oksidasi Cl dalam NaCl, KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.
Jumlah bilangan oksidasi unsur H yang berkaitan pada senyawa logam adalah +1, apabila
berkaitan dengan senyawa non-logam -1.
Contoh:
Bilangan oksidasi H dalam H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1.
Bilangan oksidasi H dalam NaH, CaH2 adalah -1.
Jumlah bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa peroksida = -1. Bilangan oksidasi O
dalam senyawa non-peroksida = -2.
Contoh:
Bilangan oksidasi O dalam senyawa peroksida, seperti H 2O2 dan BaO2 adalah -1.
Bilangan oksidasi O dalam H2O adalah -2