Anda di halaman 1dari 30

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Reaksi transfer elektron dinamakan reaksi reduksi-oksidasi atau disingkat


reaksi redoks. Jenis reaksi ini sangat umum baik dalam reaksi senyawa anorganik
maupun organik. Reaksi redoks merupakan reaksi kimia yang penting bagi
manusia. Reaksi makanan dan metabolisme zat makanan dalam tubuh termasuk
reaksi redoks. Proses pembuatan logam-logam dari bijinya juga merupakan reaksi
redoks.
Transfer elektron dalam reaksi redoks dapat dimanfaatkan untuk kerja
yang berguna. Caranya dengan memisahkan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi
secara fisik. Material yang mengalami reaksi reduksi ditempatkan dalam wadah
yang terpisah dengan material yang mengalami rekasi oksidasi. Kemudian kedua
material tersebut dihubungkan melalui rangkaian luar untuk mengalirkan elektron
yang ditransfer di antara kedua material tersebut dan rangkaian internal untuk
menetralkan kelebihan ion selama reaksi berlangsung. Aliran elektron ini dapat
digunakan sebagai sumber arus listrik searah.
Selain baterai, beberapa tahun terakhir telah dikembangkan sel bahan
bakar, terutama untuk industri ruang angkasa, dimana energi listrik dilepaskan
selaama pembakaran bahan bakar yang dikonnversi langsung menjadi arus listrik
siap pakai.
Ketika sel galvani meninggalkan listrik, reaksi kimia spontan berlangsung
di dalam sel. Pada sel elektrolisis sebaliknya, reaksi kimia tidak spontan
diusahakan terjadi dengan bantuan arus listrik dari luar. Prinsip ini banyak
digunakan untuk memproduksi berbagai zat maupun pemurniaan logam.
A. Konsep Reduksi-Oksidasi
Pada mulanya oksidasi diartikan sebagai reaksi penggabungan dengan
oksigen, sedangkan reduksi diartikan sebagai reaksi pengambilan oksigen dari
oksidasi logam agar terbentuk logam bebas. Zat-zat yang mudah bereaksi dengan
oksigen seperti karbon, hidrogen dinamakan pereduksi (reduktor), sedangkan zat-
zat yang mudah melepaskan oksigen dinamakan pengoksidasi (oksidator). Konsep
reduksi-oksidasi diperluas hingga mencakup reaksi-reaksi yang tidak hanya
melibatkan oksigen, melainkan melibatkan transfer elektron. Oleh karena itu,

1
oksidasi didefiniskan sebagai proses pelepasan eletron dan reduksi sebagai proses
penerimaan elektron. Prinsip ini berlaku untuk reaksi redoks dari golongan
senyawa ionik, padahal berdasarkan pengamatan, banyak reaksi redoks tidak
melibatkan transfer elektron maupun oksigen, sehingga muncul konsep perubahan
bilangan oksidasi, yang disingkat biloks.
1. Bilangan Oksidasi (Biloks)
Biloks diartikan sebagai muatan atom dalam suatu molekul atau ion. Contoh
dalam natrium klorida, biloks total senyawa NaCl adalah nol sebab tidak
bermuatan, sedangkan biloks atom natrium dalam senyawa NaCl adalah +1 dan
biloks atom klorin adalah -1.
Dalam suatu molekul yang berikatan kovalen atau ion poliatomik, biloks
menyatakan muatan hipotesis. Misakan pada molekul HCl, kedua elektron ikata
berada pada sekitar atom klorin sebab atm klorin lebih elektronegatif daripada
hidrogen.

H : Cl Cl : Cl

Oleh karen atom H tidak memiliki elektronyang terikat padanya, maka


biloksnya +1. Atom klorin mempunyai delapan elektron valensi, kelebihan satu
elektron dari keadaan netralnya, oleh sebab itu, biloksnya adalah -1.
Jika atom yang berikatan berasal dari unsur yang sama, misalnya Cl2 maka
kedua elektron ikatan tersebar pada masing-masing atom. Akibat penyebaran
elektron ini, atom-atom dalam setiap zat mempunyai muatan bersih sama dengan
nol dan biloknya adalah 0.
Biasanya untuk menentukan biloks atom tidak diturunkan dari rumusan
Lewis, tetapi disederhanakan berdasarkan aturan berikut.
a. Unsur-unsur bebas mmeiliki biloks 0. Contohnya biloks C, Na dan
Mo, adalah 0.
b. Biloks suatu atom dalam molekul unsur adalah 0. Jadi. Biloks atom
klorin dalam Cl2 atau atom O dalam O2 adalah 0.

2
c. Biloks atom-atom golongan IA (logam alkali) dalam setiap senyawa
adalah +1; biloks atom golongan IIA (logam alkali tanah) dalam tiap
senyawa adalah +2.
d. Biloks atom fluorin adalah -1 dalam semua senaywa
e. Biloks atom klorin, bromin dan iodin adalah -1 dalam setiap senaywa
biner yang bergabung dengan unsur yang kurang elektronegatif.
f. Biloks oksigen dalam senyawa biasanya -2 kecuali dalamperoksida
seperti H2O2 dan Na202 biloks oksigen adalah -1.
g. Biloks hidrogen dalam hampir tiap senyawa adalah +1 kecualii hidrida,
senyawa seperti NaH dimana atom hidrogen terikat pada logam yang
lebih elektronegatif, hidrogen mempunyai biloks -1.
h. Jumlah biloks atom-atom dalam suatu senyawa selalu sama dengan
nol. Untuk ion poliatomik, biloks dari atom-atom dalam ditambih
muatan ion.
Biloks unsur-unsur dalam senyawa ionik biasanya ditentukan dengan
melihat ion pasanganya. Misalkan pada senyawa Fe(CIO4)2.Fe dan Cl memiliki
beberapa biloks sehingga sukar untuk menentukan senyawa langsung dari
senyawanya. Akan tetapi, jika dianggap sebagai senyawa ion poliatomik yang
umum,bahwa ion perklorat adalah CIOi,dapat dipastikan bahwa ion-ion tersusun
dari kation dan anion yaitu Fedan CIOi, oleh karena atom Fe mempunyai biloks
+2 maka atom CI mempunyai biloks +7. Sebab muatan totai senyawa nol.

Biloks berguna dalam mengkarakterisasi reaksi-reaksi kimai dan dalam


penamaan senyawa kimia. Misalnya pada senyawa biner, dimana unsur pertama
mempunyai 2 atau lebih biloks, maka akan terdapat 2 atau lebih senyawa biner
dari kedua unsur tersebut. Hal ini dapat di bedakan dengan sistem tatanama dalam
sistem ini, pemberian biloks terhadap unsur nama pertama sebagai ngka romawi
(menyertai namanya). Misalnya :

SnCI4 timah (IV) klorida P4O6 fosfor (III) oksida

SnCI2 timah (II) klorida P4O10 fosfor (V) oksida

3
2. REAKSI REDUKSI OKSIDASI ( REDOKS)

Pada bagian berikut akan di bahas terminologi yang di gunakan untuk


menjelaskan reaksi reduksi oksidasi (redoks) kemudian mempelajari berbagai
jenis reaksi redoks

A. Terminologi
Ketika besi di larutkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat yang
berwarna biru, besi menjadi terlapisi oleh logam tembaga yang warnanya
kemerah merahan. Persaam elementernya adalah :
Fe + CuSO4 FeSO4 + Cu
Persamaan ion bersihnya adalah :
0 +2 +2 0
Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

Biloks di tuliskan di atas lambang atomnya jika mengalami


perubahan. Tampak bahwa logam besi melepaskan elektron membentuk
ion besi (II) sedangkan ion tembaga (II) menerima elektron membentuk
logam tembaga. Reaksi ini melibatkan transfer elektron dan di golongkan
sebagai reaksi redoks.
Reaksi tersebut dapar di ruliskan dalam bentuk dua setengah
reaksi. Salah satu setengah reaksi adalah satu dari dua proses reaksi
redoks, satu persamaan melibatkan pelepasan elektron dan yang lainya
melibatkan penerimaan elektron. Setengah reksinya adalah sebagai
berikut :
Fe Fe2+ + 2e- (elektron di lepaskan oleh Fe)
Cu2+ + 2e- Cu ( elektron di terima oleh Cu2+ )

Dalam hal perubahan bilangan oksidasi dapat di katakan bahwa


biloks besi meningkat dan biloks tembaga menurun.

4
Sekarang tinjau reaksi besi dan oksige, persamaanya adalah :

0 0 +3 -2
4Fe + 3O2 2Fe2O3

Reaksi ini juga tergolong reaksi redoks karena melibatkan transper


elektron. Pada reaksi ini biloks besi meningkat dan biloks oksigen
menurun sehingga perubahan bilangan oksidasinya dapat di tulis sebagai
berikut :

Fe Fe2+ + 2e-
O2 + 4e- 2O2-
Aspek transper elektron dalam treaksi redoks di tandai dengan
perubahan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks dapat di definisikan
secara lebih luas sebagai suatu reaksi yang melibatkan transfer elektron
atau adanya perubahan bilangan oksidasi. Reaksi sepeerti ini terbagi 2
bagian, yakni oksidasi dan reduksi.
Oksidasi di definisikan sebagai spesi dalam reaksi redoks yang
mengalami kehilangan elektron atau spesi yang mengalami kenaikan
biloks. Reduksi adalah spesi dalam reaksi redoks yang menerima elektron
atau spesi yang mengalami penurunan bilok. Pada umunya, jika reaksi
oksidasi terjadi maka reaksi reduksi juga terjadi. Hal ini menerangkan
bahwa reaksi seperti itu dinamakan reaksi redoks.

Zat yang mengoksidasi zat lain atau oksidator adalah zat yang
mengalami reduksi. Zat yang mereduksi zat lain atau reduktor adalah zat
yang mengalami oksidasi. Hubungan antara keduanya di tunjuakan pada
diagram reaksi besi dan ion tembaga (II) berikut. :

5
Pada hampir semua kasus, oksidator dan reduktor dalam reaksi
redoks merupakan pereaksi yang berbeda. Namun untuk beberapa reaksi,
baik oksidator maupun reduktor dapat merupakan senyawa yang sama.
Contoh, amonium dikromat (NH4) 2CR2O7 yang terurai membentuk
reaksi seperti gunung meletus. Persamaan kimianya :
-3 +6 0 +3
(NH4)2CR2O7 N2 + 4H2O + Cr2O
Dalam reaksi eksotermis tersebut, oksidator adalah ion dikromat, CR2O72-
dan reduktornya adalah ion amonium , (NH4+).

B. REAKSI DISPROPORSIONASI
Reaksi tersebut merupakan suatu reaksi diaman preaksi mengalami
oksidasi dan juga reduksi. Dengan kata lain, reduktor dan oksidatornya
merupakan senyawa yang sama, sebagai contoh adalah reaksi berikut :
+1 0 +2
2Cu+ Cu + Cu2+
Ion tembaga (I) teroksidasi membentuk tembaga (II) sekaligus tereduksi
membentuk logam tembaga, jadi tembaga (I) mengalami disporposionasi
dalam larutan air. Contoh dari disproporsionasi adalah reaksi klorin
dengan air berikut ini :

0 -1 +1
CL2 + H2O HCL + HCLO

6
SILVI

7
tinggi. Ada berbagai spesi yang dapat direduksi oleh asam nitrat. Di laboraturium,
asam nitrat dapat mereduksi berbagai zat bergantung pada konsentrasinya, juga
pada sifat zat pereduksi. Di sini produk reaksi adalan NO, sementara Cu+
dioksidasi menjadi Cu2+

Untuk menyetarakan persamaan reaksi tersebut, setiap atom yang


mengalami perubahan bilangan oksidasi harus disetarakan. Atom-atom nitrogen
yang bilangan oksidasinya berubah disetarakan. Atom N yang tidak mengalami
perubahan bilangan oksidasi tidak perlu disetarakan pada tahap akhir. Atom
tembaga disetarakan dengan cara menambahkan koefisien reaksi.

+5 +1 +2 +2
HNO3 + Cu2O  2Cu(NO3)2 + NO + H2O
Selanjutnya, perubahan bilangan oksidasi untuk atom tembaga dihitung.
Bilangan oksidasi Cu naik dari +1 menjadi +2, dengan kenaikan sebesar 1 satuan.
Namun demikian, karena ada dua atom tembaga, maka kenaikan total bilangan
oksidasinya turun dari +5 menjadi +2, dan penurunan total adalah 3. Secara
sederhana informasi ini diringkas pada persamaan berikut.

Kenaikan bilangan oksidasi tembaga harus sama dengan nilai mutlak


penurunan bilangan oksidasi nitrogen karena jumlah elektron yang dilepaskan
harus sama dengan yang diterima. Oleh sebab itu, spesi tembaga harus dikalikan
dengan bilangan 3, dan nitrogen dikalikan dengan bilangan 2. Akhirnya diperoleh

8
Atom- atom yang tidak berubah disetarakan dengan cara penyisiran.
Walaupun atom nitrogen yang mengalami perubahan bilangan oksidasi telah
disetarakan, tetapi ada atom nitrogen lain yang muncul sebagai ion NO3 dalam
6Cu(NO3). Untuk alasan ini, tambahkan 12HNO3 terhadap 2HNO3 pada ruas kiri
persamaan.
14HNO3 + 3Cu2O  6Cu(NO3)2 + 2NO + H2O

Sekarang atom nitrogen dan tembaga telah setara, kecuali untuk molekul
H2O. ini dapat disetarakan berdasarkan jumlah atom oksigen atau hidrogen.
Persamaan kimia yang telah setara adalah:

14HNO3(aq) + 3Cu2O(s)  6Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 7H2O(l)

Tahap- tahap untuk menyetarakan persamaan molekular dengan cara


perubahan bilangan oksid asi dapat diringkas sebagai berikut:
1. Tentukan bilangan oksidasi semua atom. Dari sini, tentukan atom-atom yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi. Hubungkan zat-zat yang mengalami
oksidasi dan reduksi. Jika pereaksi mengalami oksidasi juga reduksi, tuliskan
pereaksi sebagai zat pengoksidasi juga sebagai zat pereduksi. Jika perlu,
tambahkan koefisien pada pasangan itu sehingga atom-atom yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi setara.
2. tentukan perubahan bilangan oksidasi, baik zat yang teroksidasi maupun zat
yang tereduksi. Buat nilai mutlak (nilai tanpa tanda) dari perubahan ini, yang
nilainya sama dengan perkalian spesi yang terlibat oksidasi dengan suatu
bilangan, dan yang terlibat reduksi dengan bilangan lain.
3. setarakan atom-atom lain yang tidak mengalami reduksi dan oksidasi melalui
penyisiran. Persamaan dapat dilengkapi dengan menambahkan H2O. Penambagan
H2O ke salah satu ruas untuk menyetarakan atom O. Periksa apakah persamaan
sudah setara.

9
Logam seng bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan sejumlah produk
yang bergantung pada konsentrasi asam. Pada konsentrasi asam pekat, seng
mereduksi asam nitrat menjadi ion amonium; seng dioksidasi menjadi ion seng
(II). Ion Zn2+ dan ion NH4NO3. Tuliskan spesi yang hanya mengalami perubahan
bilangan oksidasi dengan persamaan kerangka:

Zn(s) + HNO3(aq)  Zn(NO)2(aq) + NH4NO3(aq)

Setarakan persamaan ini dengan metode perubahan bilangan oksidasi.

Penyelesaian:

Tahap 1. Pertama kita tentukan bilangan oksidasi semua atom. Dari sini tentukan
atom Zn dan N yang hanya mengalami perubahan bilangan oksidasi (atom N
dalam ion NO3- di ruas kanan tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi).

0 +5 +2 -3
Zn + HNO3  Zn(NO3)2 + NH4NO3

Tambahkan koefisien agar atom-atom yang bilangan oksidasinya berubah


disetarakan lebih dulu. Seperti dituliskan pada persamaan, ada satu atom Zn pada
ruas kiri dan satu atom pada ruas kanan sehingga koefisien Zn tidak perlu
disamakan. Terdapat satu atom N pada ruas kiri dan satu atom N pada ruas kanan
sebagai hasil reduksi, sehingga koefisien N ini sudah sama.
Tahap 2. Tentukan perubahan bilangan oksidasi untuk zat yang mengalami
oksidasi maupun reduksi.

Kalikan koefisien pada Zn dengan bilangan 4 sehingga perubahan bilangan


oksidasi sama dengan nilai mutlak.

10
Tahap 3. Sekarang setarakan atom-atom N yang lain. Terdapat 10 atom N pada
ruas kanan, maka tambahkan 9HNO3 terhadap HNO3 pada ruas kiri untuk
mendapatkan 10 HNO3.

4Zn(s) + 10HNO3(aq)  4Zn(NO)2(aq) + NH4NO3(aq)

Akhirnya,setarakn O dengan H2O ke salah satu ruas.Terdapat 30 atom O


pada ruas kiri persamaan dan 27 tom O pada ruas kanan.Karena itu,tambahkan
3𝐻2 𝑂 ruas kanan.

𝑀𝑛𝑂4 − (𝐴𝑞) + 8𝐻 + (𝐴𝑞) + 5𝐹𝑒 2+ (𝐴𝑞) → 𝑀𝑛2+ (𝐴𝑞) + 4𝐻2 𝑂(𝑙) + 5𝐹𝑒 2+ (𝐴𝑞)

4Zn + 10𝐻𝑁𝑂3 → 4𝐻𝑍𝑛(𝑁𝑂3 )2 + 4𝑁𝐻4 𝑁𝑂3 + 3𝐻2 𝑂

Atom H juga setara dan ini mudah diperiksa .Persamaan setara lengkap dengan
fase nya adalah:

4𝑍𝑛(𝑠) +10𝐻𝑁𝑂3 (𝐴𝑞) → 4𝐻𝑍𝑛(𝑁𝑂3 )2 (𝐴𝑞) + 4𝑁𝐻4 𝑁𝑂3 (𝐴𝑞) +

3𝐻2 𝑂(𝑙)

Contoh 14.3

Menyetarakn Persamaan Ion dengan Metode PBO

Gas klorin dapat dibuat dengtan cara mengoksidasi ion klorida oleh ion
permanganate dalam suasana asam.Ion permanganate direduksi menjadi 𝑀𝑛2+

11
Tuliskan persamaan ion setara dengan reaksi ini.

𝑀𝑛𝑂4 + 𝐶𝑙 − → 𝑀𝑛𝑂4 + 𝐶𝑙2

Penyelesaian :

Tahap 1.Persamaan kerangkanya adalah:

+7 -1 +2 0

𝑀𝑛𝑂4 − + 𝐶𝑙 − → 𝑀𝑛𝑂4 + 𝐶𝑙2

Bilangan oksidasi dituliskan diatas persamaan untuk ataom-atom yang mengalami


perubahan bilangan oksidasi.Pertama koefisien spesi Cl disetarakan,kemudian
atom Mn

+7 -1 +2 0

𝑀𝑛𝑂4 − + 2𝐶𝑙 − → 𝑀𝑛𝑂4 + 𝐶𝑙2

Tahap 2.Perubahan bilanagn oksidasi nya adalah:

-5

+7 -1 +2 0
Buatlah mutlak dari perubahan bilangan oksidasi untuk menyamakan dengan cara
𝑀𝑛𝑂 − + 𝐶𝑙 − → 𝑀𝑛𝑂 + 𝐶𝑙
4 4 2
mengalikan koefisien Mn dengan bilangan 2 dan Cl dengan 5
+2

-5

+7 -1 +2 0

2𝑀𝑛𝑂4 − + 10𝐶𝑙 − → 2𝑀𝑛2+ + 5𝐶𝑙2

12 +2
Tahap 3.Setarakan atomOdengan menambahkan 8𝐻2 𝑂 pada ruas kanan.

2𝑀𝑛𝑂4 − + 10𝐶𝑙 − → 2𝑀𝑛2+ + 5𝐶𝑙2 + 8𝐻2 𝑂

Akhirnya,setarakan atom H dengan menambahkan 16𝐻 + pada ruas kiri

2𝑀𝑛𝑂4 − + 10𝐶𝑙 − + 16𝐻 + → 2𝑀𝑛2+ + 5𝐶𝑙2 + 8𝐻2 𝑂

Periksa apakah persamaan udah setara.Catatan bahwa muatan di kedua ruas juga
setara (terdapat muatan +4 pada kedua ruas)

Metode setengah-reaksi lebih cocok diterapkan pada reaksi redoks yang


melibatkan larutan asam, basa, atau netral.

b. Metode Setengah-Reaksi Metode setengah-reaksi untuk menyetarakan


persamaan reaksi reduksi-oksidasi didasarkan pada pemisahan persamaan ke
dalam dua setengah-reaksi. Setengah-reaksi ini masing-masing disetarakan dan
selanjutnya digabungkan untuk memperoleh persamaan reaksi reduksi. oksidasi
yang setara.

2𝑀𝑛𝑂4 − + 10𝐶𝑙 − + 16𝐻 + → 2𝑀𝑛2+ + 5𝐶𝑙2 + 8𝐻2 𝑂

Tinjau reaksi ion permanganat, 𝑀𝑛𝑂4 − dan 𝐹𝑒 2+ dalam suasana asam. Tuliskan
persamaan kerangka untuk reaksi ini. Ingat bahwa persamaan kerangka hanya
mengandung spesi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi (Pada persamaan
boleh jadi mengandung atom 0 dan pada salah satu ruas yang tidak terdapat pada
ruas yang lain). Persamaan kerangkanya adalah:

𝑀𝑛𝑂4 − + 𝐹𝑒 2+ → 𝑀𝑛2+ + 𝐹𝑒 3+

Untuk memperoleh persamaan setara dari reaksi ini, pertama memisahkan


persamaan kerangka ke dalam dua setengah-reaksi. Tuliskan setengah-reaksi yang

13
belum lengkap dari persamaan kerangka ini, untuk spesi yang mengandung
mangan adalah:

𝑀𝑛𝑂4 − → 𝑀𝑛2+

Hal serupa, tuliskan spesi yang mengandung besi dari persamaan kerangka
untukmemperoleh setengah-reaksi lainnya.

𝐹𝑒 2+ → 𝐹𝑒 3+

Pada setengah-reaksi mangan yang disetarakan adalah atom Mn. Jika belum
setara, dapat disetarakan dengan menyamakan koefisien pereaksi dan produk
reaksi. Penyetaraan atom 0 dalam setengah-reaksi ini dengan menambahkan 4𝐻2 𝑂
pada ruas kanan.

𝑀𝑛𝑂4 − → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂

Sekarang tambahkan 8𝐻 + pada ruas kiri persamaan untuk menyetarakan atom N.


(karena reaksi berlangsung dalam suasana asx, asumsikan 𝐻 + tersedia).

𝑀𝑛𝑂4 − + 8𝐻 + → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂

Setengah-reaksi ini belum setara secara muatan listrik (terdapat muatan total +7
pada ruas kiri dan +2 pada ruas kanan). Kita tambahkan lima elektron pada ruas
kiri persamaan untuk mencapai kesetaraan muatan.

𝑀𝑛𝑂4 − + 8𝐻 + + 5e → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂(setengah-reaksi reduksi)

Periksa apakah persamaan ini telah setara jumlah atom dan muatan listriknya.

Setengah-reaksi untuk besi telah setara, tetapi muatannya belum. Jadi, kita
tambahkan satu elektron pada ruas kanan persamaan.

𝐹𝑒 2+ → 𝐹𝑒 3+ + 𝑒 − (setengah-reaksi oksidasi)

Periksa apakah sudah setara jumlah atom maupun muatan listriknya.

14
Tahap akhir adalah mengalikan setiap setengah-reaksi dengan suatu bilangan,
yang apabila kedua setengah-reaksi digabungkan, jumlah elektronnya habis. Hal
ini diperlukan, sebab elektron bebas tidak muncul dalam persamaan akhir.

(𝑀𝑛𝑂4 − + 8𝐻 + + 5e → 𝑀𝑛2++ 4𝐻2 𝑂 x 1

(𝐹𝑒 2+ → 𝐹𝑒 3++ 𝑒 −) x5

𝑀𝑛𝑂4 − + 8𝐻 + + 5𝐹𝑒 2+ + 5e → 𝑀𝑛2+ + 4𝐻2 𝑂+ 5𝐹𝑒 2+ + 5e

Persamaan akhir yang sudah setara adalah

𝑀𝑛𝑂4 − (𝐴𝑞) + 8𝐻 + (𝐴𝑞) + 5𝐹𝑒 2+ (𝐴𝑞) → 𝑀𝑛2+ (𝐴𝑞) + 4𝐻2 𝑂(𝑙) + 5𝐹𝑒 2+ (𝐴𝑞)

Metode setengah-reaksi untuk menyetarakan persamaan kerangka reaksi reduksi-


oksidasi dapat diringkas sebagai berikut.

1) Pisahkan persamaan kerangka ke dalam setengah-reaksi. Jika mengalami


kesukaran, ikuti prosedur berikut.

a) Tentukan bilangan oksidasi dari atom-atom dalam persamaan kerangka untuk


memutuskan atom-atom mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

b) Tuliskan setengah-reaksi yang belum leng-kap untuk reduksi dengan cara


menjiplak spesi hanya untuk atom-atom yang bilangan oksidasinya turun. Dengan
cara serupa, terapkan penjiplakan pada atom-atom yang hanya mengalami
kenaikan bilangan oksidasi.

15
2. Setarakan setiap setengah-reaksi.
a) Setarakan setiap setengah-reaksi untuk atom yang direduksi atau
dioksidasi dengan menyamakan koefisien pereaksi dan produk.
b) Setarakan setiap setengah-reaksi untuk atom O dengan menambahkan
H2O pada salah satu ruas dari setengah-reaksi.
c) Setarakan setiap setengah-reaksi untuk atom H dengan menambahkan ion
H+ pada salah satu ruas setengah-reaksi.
d) Setarakan setiap setengah-reaksi untuk muatan listrik dengan
menambahkan electron pada salah satu ruas.
3. Gabungkan setengah-reaksi untuk memperoleh persamaan reduksi-oksidasi
akhir.
a) Kalikan tiap setengah-reaksi dengan bilangan yang apabila setengah-
reaksi digabungkan, elektron lenyap dari kedua persamaan itu.
b) Sederhanakan persamaan setara dengan menghilangkan spesi yang terjadi
pada kedua ruas dan perkecil koefisien reaksi ke bilangan yang terkecil.
Periksa apakah persamaan benar-benar setara, baik jenis atom maupun
muatan listriknya.

Pada pernyataan setengah-reaksi dalam suasana basa diasumsikan bahwa


ion OH- tersedia, sedangkan ion H+ tidak tersedia. Dalam beberapa kasus,
setengah-reaksi dalam suasana basa mudah menyetarakan atom H dan O dengan
menambahkan OH-. Misalnya, penyetaraan setengah-reaksi yang belum lengkap
ini :

Zn Zn (OH)42-

Dengan menambahkan OH- dan e- :

Zn + 4OH- Zn(OH)42- + 2e-

16
Pada hampir setiap kasus, penyetaraan O dan H memerlukan OH- maupun
H2O. Salah satu cara untuk menentukan ini adalah menyetarakan setengah-reaksi
sebagaimana bekerja dalam suasana asam. Selanjutnya, setelah tahap (2d),
sisipkan langkah berikutnya. Tambahkan OH- secukupnya pada kedua ruas
setengah-reaksi untuk digabungkan dengan semua ion H+ . langkah ini dapat
dinyatakan sebagai langkah (2e), yaitu : jika reaksi terjadi dalam suasana basa,
ubah semua ion H+ dalam setengah-reaksi menjadi OH+ dalam setengah-reaksi
menjadi H2O dengan cara menambahkan jumlah ion OH- yang sama pada kedua
ruas persamaan. Hilangkan setiap H2O yang terjadi pada kedua ruas persamaan
setengah-reaksi.

Menyetarakan persamaan reaksi dengan metode setengah-reaksi

Ion permanganat mengoksidasi ion sulfat menurut persamaan kerangka :

MnO4- + SO32- MnO2 + SO42- (suasana basa)

Gunakan metode setengah-reaksi untuk menulisakan persamaan setaranya.

Penyelesaian :

Tahap 1. Tuliskan setengah-reaksi untuk mangan dan belerang. Tahap (2a)

MnO4- MnO2 dan SO32- SO42-

Setarakan atom O dalam persamaan mangan dengan menambahkam H2O pada


ruas kanan persamaan (tahan 2b).

MnO4- MnO2 + 2H2O

Setarakan hydrogen dengan menambahkan ion H+ pada ruas yang berlawanan


(tahap 2c).

MnO4- + 4H+ MnO2 + 2H2O

Setarakan muatan dengan menambahkan electron (tahap 2d).

MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O

17
Setengah-reaksi ini dapat diubah kedalam suasana basa dengan menambahkan
empat ion OH- pada kedua ruas persamaan (tahap 2e).

Pada ruas kiri tambahkan 4 ion OH- kepda 4 ion H+ menghasilkan 4 H2O.

MnO4- + 4H2O + 3e- MnO2 + 2H2O + 4OH-

Penghilangan kelebihan H2O menghasilkan setengah-reaksi reduksi :

MnO4- + 2H2O + 3e- MnO2 + 4OH-

Dengan cara serupa, setengah-reaksi oksidasi dapat ditentukan :

SO32- + 2OH- SO42- + H2O + 2e-

Akhirnya kedua setengah-reaksi digabungkan kemudian setarakan jumlah


elektron yang dilepaskan dan yang diterima (langkah 3a)

MnO4- + 2H2O + 3e- MnO2 + 4OH- x(2)

SO32- + 2OH- SO42- + H2O + 2e- x(3)

2MnO4- + 4H2O + 3SO32- + 6OH- + 6e- 2MnO2 + 8OH- + 3SO42- +


3H2O + 6e-

Setelah disederhanakan (tahap 3b), diperoleh hasil penyetaraan adalah sebagai


berikut.

2MnO4- + H2O + 3SO32- 2MnO2 + 2OH- + 3SO42-

Periksa apakah persamaan ini sudah setara baik muatan maupun jumlah atomnya.

18
13.3 Beberapa Artian dalam Elektrokimia
Oleh karena oksidasi dan reduksi merupakan suatu proses yang berkaitan
dengan perpindahan elektron maka redoks merupakan bagian dari elektrokimia,
yang memberikan bukan hanya tafsiran jenis tetapi juga tafsiran terhitung gejala
oksidasi-reduksi, karena itulah konsep dan hukum hukum dasar elektrokimia perlu
dipahami terlebih dulu. Berikut ini dibeberkan beberapa konsep dan hukum-
hukum dasar elektrokimia yang penting dalam pemeriksaan kimia .
Penghantaran listrik adalah suatu proses perpindahan zarah-zarah bermuatan
melalui suatu penghantar. Ada dua jenis penghantaran listrik yang penting dalam
pemeriksaan kimia, yaitu: penghantaran elektronik dan penghantaran ionik.
Penghantar elektronik adalah penghantar padat. Sedangkan penghantaran ionik
adalah sitat larutan (atau lelehan zat), di sini ion-ion adalah muatan yang
berpindah. Ampere (A) adalah kuat arus tetap yang menghasilkan gaya sebesar 2
x 10-7 jika dipertahankan dalam dua penghantar paralel dengan panjangnya tak
terhingga, irisan lintangnya diabaikan dan diletakkan pada jarak 1 meter satu sama
lain dalam ruangan hampa. Arus sebesar 1 A akan mengendapkan 1,11800 mg
perak per detik dari larutan perak nitrat pada keadaan tertentu.
Coulomb adalah satuan jumlah kelistrikan. Satu coulomb adalah jumlah
kelistrikan yang bila dilewatkan dalam detik akan menghasilkan arus 1 A. Oleh
karena itu 1 coulomb adalah jumlah kelistrikan yang diperlukan untuk
pengendapan 1,11800 mg perak dari larutan perak nitrat.
Volt (V) adalah satuan gaya gerak listrik (ggl). Beda potensial 1 V akan
timbul antara dua titik jika 1 joule usaha bekerja antara kedua titik itu ketika 1
coulomb kelistrikan melewatinya.
Ohm adalah satuan tahanan listrik. Suatu penghantar mempunyai tahanan 1
ohm jika arus 1 A mengalir ketika beda potensial i V diper tahankan melintasi
kedua ujungnya.

19
Elektroda adalah suatu sistem dua-fase yang terdiri dari sebuah penghantar
elektronik (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (larutan). Di sini reaksi
elektrokimia berlangsung sebagaimana ditun jukkan oleh perpindahan elektron
dari penghantar elektronik ke penghantar ionik atau sebaliknya Misalnya, reaksi
elektrokimia elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan AgNO, dapat
dituliskan sebagai reaksi oksidasi atau reduksi tergantung pada arah reaksinya :
Ag+ + e = Ag
Bagan elektroda ini dilukiskan dengan Ag I Ag+ ( garis tegak adalah
perbatasan fase). Selain itu logam mulia (seperti Pt dan Au) dapat juga
membentuk suatu elektroda jika dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung
pasangan redoks, misalnya reaksi elektroda berikut dapat berlangsung pada
elektroda platina :
Fe3+ + e = Fe2+
Bagan elektroda ini ditulis sebagai berikut : Pt ° I Fe2+ ,,Fe3+
Potensial elektroda adalah ukuran kekuatan oksidasi-reduksi suatu elektroda
dan diukur dalam satuan volt. Potensial suatu elektroda tung gal tidak bisa diukur
langsung karena jarak antara logam dan larutan gat dekat. Akan tetapi, beda
potensial antara dua diukur dengan mudah. Karena itu, harus dilakukan
pembandingan.
potensial elektroda satu sama lain atau dengan suatu elektroda diambil sebagai
elektroda baku pembanding. Pemakaian elektroda baku pembanding sangat
berguna dalam praktek karena, berdasarkan baku pembanding itu, potensial
elektroda lain dapat diurutkan sesuai dengan daya oksidasi-reduksinya, dan
kelayakan reaksi dapat diramalkan. Tetapi, yang penting dalam penentuan
potensial elektroda adalah kebolak-balikan reaksi elektrodanya, yang harus
berlangsung sama baiknya dalam kedua arah reaksi, yakni reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi.

b. Kekuatan Oksidator dan Reduktor

20
Data potensial reduksi standar yang terdapat pada Tabel 14.4 dapat digunakan
untuk meramalkan kekuatan oksidator dan reduktor pada keadaan standar. Pada
tabel tersebut kita melihat bahwa potensial reduksi standar dengan nilai potensi
terbesar (lebih positif) dimiliki oleh fluorin.Dengan kata lain, gas fluorin memiliki
kecenderungan terbesar berubah dari kiri ke kanan persamaan sebagaimana
tertulis. Setengah reaksi reduksi mempunyai bentuk umum sebagai

Oksidator + ne- → Reduktor.

Oksidator adalah spesi yang mengalami reduksi, sehingga dapat


dinyatakan bahwa oksidator terkuat menurut data potensial reduksi standar di
atas adalah spesi dengan nilai E⁰ terbesar atau dimiliki oleh gas fluorin.
Sebaliknya, setengah reaksi reduksi dengan potensial elektroda terendah (lebih
negative) memiliki kecenderungan lebih besar untuk berubah dari kanan ke
kiri, yaitu :
Reduktor oksidator + ne-
Dengan demikian , reduktor terkuat menurut data potensial reduksi standar
diatas adalah spesi tereduksi yang memiliki setengah-reaksi dengan nilai E⁰
terkecil. Dalam hai ini, dimiliki oleh ion litium.
Dua persamaan reaksi reduksi paling atas dan dua persmaan reaksi reduksi
paling bawah adalah sebagi berikut :
Li+ (aq) + e- Li(s)
Na+(aq) + e- Na(s)
………….
S2O82-(aq) +2e- 2SO42-(aq)
F2(g) + 2e- 2F-(aq)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa oksidator
terkuat adalah spesi di kiri paling bawah yaitu S2O82- dan F2- dan reduktor
terkuat dalam spesi di kanan paling atas dalam, yaitu Li dan Na.
Data potensial elektroda standar dapat digunakan untuk meramalkan arah
kespontanan suatu reaksi redoks berdasarkan pengetahuan kekuatan relative

21
oksidator dan reduktor di ruas kiri dan kanan persamaan. Oksidator yang lebih
kuat akan berada pada posisi pereaksi dari persamaan reaksi spontan.
Demikian juga reduktor yang lebih kuat akan berada di ruas pereaksi pada
reaksi spontan.

C. Sel Elektrolisis

Sel galvani menghasilkan arus listrik searah ketika reaksi reduksi-oksidasi


berlangsung secara spontan. Suatu instrument yang mirip sel galvani, yaitu sel
elektrolisis. Sel ini bekerja secara kebalikan dari sel galvani, yakni
menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi kimia yang tidak spontan,
atau reaksi kimia yang memiliki potensial sel negative.

1. Aplikasi Elektrolisis
Elektrolisis memiliki aplikasi penting, misalnya isi ulang baterai,
produksi logam aluminium dari bijihnya, dan pelapisan krom pada objek
tertentu, semuanya dilakukan secara elektrolisis.
a. Elektrolisis Lelehan Garam
Baterai sebagai sumber arus listrik searah dihubungkan dengan
kedua elektroda yang dicelupkan kedalam lelehan natrium klorida
(NaCl meleleh pada 810⁰C). pada elektroda yang dihubungkan dengan
kutub negative baterai terbentuk endapan logam natrium, sedangkan
pada elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif baterai
terbentuk gas klorin. Setengah reaksinya adalah:
Na + (l) + e- Na (l)
1
Cl- (l) Cl2(g) +e-
2

Sebagaimana pada sel galvani, anoda adalah elektron tempat


terjadi reaksi oksidasi, dan katoda adalah elektroda tempat terjadi
reaksi reduksi. Jadi, selama elektrolisis lelehan NaCl, terjadi reduksi

22
ion Na+ menjadi logam Na di katoda, dan oksidasi ion Cl- menjadi gas
Cl2 di anoda.
Elektrolisis digunakan secara komersial untuk memperoleh logam
natrium dari natrium klorida. Sel disamping adalah sel komersial yang
digunakan untuk memperoleh logam natrium dari lelehan natrium
klorida. Sel dikonstruksi untuk mempertahankan produk elektrolisis
agar tetap terpisah , sebab jika produk menyatu akan bereaksi kembali.
Kalsium klorida ditambahkan pada natrium klorida untuk
menurunkan titik leleh dari 801⁰C menjdi sekira 580⁰C (ingat titik
leleh atau titik beku suatu zat turunn dengan adanya penambahan zat
yang sukar larut). Reaksi sel yang terjadi adalah :

Na+ (l) + Na (l)


1
Cl- (g) Cl2(g) + e-
2

1
Na+(l) + Cl-(l) Na (l) + 2 Cl2g

Logam reaktif lainnya yang diperoleh dengan cara elektrolisis


lelehan garam atau senyawa ionik adalah logam litium, magnesium,
dan kalsium, semuanya siperoleh dengan cara elektrolisis garam
kloridanya. Pembuatan logam natrium secara komersial pertama kali
dikembangkan menggunakan metode Humpry Davy. Metode tersebut
pertama kali dikembangkan guna menemukan unsur natrium pada
tahun 1807. Davy mengelektrolisis lelehan natrium hidroksida, NaOH
yang titik lelehnya 318⁰C relatif rendah untuk senyawa ion. Setengah
reaksi selnya adalah :
Na+(l) + e- Na(l)
4OH- (e) O2(g) + 2H2O(g) + 4e-

b. Elektrolisis Air

23
Dalam elektrolisis lelehan garam, setengah reaksi ditentukan oleh
keterlibatan ion-ion hasil lelehan garam. Akan tetapi, jika elektrolisis
dilakukan pada larutan ionic, adanya air sebagai pelarut perlu
dipertimbangkan, boleh jadi terlibat pada salah satu elektroda atau
keduanya, sebab air dapat direduksi atau dioksidasi atau dioksidasi
menurut setengah-reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Didalah
air, disamping molekul H2O, terdapat ion H+ dan OH- hasil
swaionisasi air.
Pada setengah-reaksi reduksi, air direduksi menjadi H2 menurut
persamaan berikut.
2H2O(l) + 2e- H2(g) + 2OH-(aq)
Sementara itu, pada setengah-reaksi oksidasi, air dioksidasi
menjadi O2 menurut persamaan berikut.
2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e-

24
Penggabungan kedua persamaan tersebut menghasilkan persamaan bersih untuk
elektrolisis air, yaitu:

2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq) x2 (reduksi)

2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e- (oksidasi)

2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)

c. Elektrolisis Larutan Asam Sulfat

Untuk mengetahui apa yang terjadi dalam elektrolisis larutan H2SO4 kita
perlu menganalisis spesi-spesi yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam
larutan tersedia spesi-spesi hasil ionisasi asam sulfat dan ionisasi air. Asam sulfat
merupakan asam kuat sehingga dalam air terionisasi relatif sempurna membentuk
ion H+ dan SO42-. Disamping itu, air juga dapat terionisasi walaupun sangat lemah
membentuk ion H+ dan OH-. Dengan demikian, di dalam larutan asam sulfat
terdapat H2O, H+, OH-, dan SO42- . Spesi-spesi tersebut bersaing satu sama lain
untuk menjalani reduksi ataupun oksidasi pada permukaan elektroda. Pada katoda,
setengah-reaksi yang dapat direduksi adalah:

2 H+(aq) + 2e- → H2(g) Eo 0, 00 V

2H2O(l) + 2e- → H2(g) Eo -0, 83 V

Pada anoda, setengah reaksi yang dapat dioksidasi adalah :

2SO42-(aq) → S2O82- (aq) + 2e- Eo -2, 01 V

2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) +4e- Eo -1, 23 V

25
Di katoda, setengah reaksi reduksi yang memiliki peluang paling tinggi
adalah yang memiliki potensial reduksi paling besar, dalam hal ini adalah reduksi
ion-ion H+ membentuk H2. Dengan demikian, reaksi yang terjadi di kanoda
adalah:

2H+(aq) + 2e- (aq) → H2(g)

Di anoda, setengah reaksi oksidasi yang memiliki peluang paling tinggi


adalah yang memiliki potensial oksidasi paling besar, dalam hal ini adalah
oksidasi molekul-molekul air membentuk O2. Dengan demikian, reaksi yang
teradi di anoda adalah:

2H2O(l) → O2(g) + 4H-(aq) +4e-

Gabungan kedua setengah reaksi tersebutmenghasilkan persamaan bersih


untuk elektrolisis H2SO4 sebagai berikut:

4H+(aq) + 4e-(aq) → 2H2(g) (reduksi)

2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e- (oksidasi)

2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa elektrolisis asam sulfat


merupakan elektrolisis air. Hal ini berlaku pada beberapa asam organik dimana
ion ion H+ hasil ionisasi asam berperan sebagai inisiator atau katalis agar proses
elektrolisis air berjalan.

d. Elektrolisis Larutan Natrium Klorida

Dalam elektrolisis larutan natrium kloria, spesi yang ada dalam larutan
adalah Na+, Cl-, H2O dan ion-ion H+/OH- hasil swaionisasi air. Di katoda,
setengah reaksi reduksi yang bersaing adalah

Na+(aq) + e- → Na(s) Eo -2, 71 V

26
2H2O(l) +4e- → H2(g) + 2OH-(aq) Eo -0, 83 V

Oleh karena potensial reduksi standar H2O lebih besar dibandingkan ion
Na+, maka yang direduksi di katoda adalah molekul-molekul air. Hal ini sesuai
dengan pengamatan di laboratorium bahwa di katoda terbentuk gelembung gas,
yang tentunya adalah gas H2 hasil reduksi air.

Setengah reaksi oksidasi yang bersaing di anoda adalah:

2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e- Eo -1, 36 V

2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) +4e- Eo -1, 23 V

Oleh karena potensial oksidasi standar H2O lebih besar dibandingkan ion
Cl-, maka yang dioksidasi di anoda adalah molekul-molekul air. Hal ini juga
teramati di laboratorium bahwa di anoda terbentuk gelembung gas, yang tentunya
adalah gas O2 hasil oksidasi air.

Gabungan kedua setengah reaksi menghasilkan persamaan bersih untuk


elektrolisis NaCl encer sebagai berikut:

4H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq) x2 (reduksi)

2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e- (oksidasi)

2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)

Ion – ion H+ dan OH- hasil elektrolisis bereaksi kembali membentuk


molekul air sehingga hasil bersih dari elektrolisis larutan NaCl encer tiada lain
adalah elektrolisis air membentuk gas H2 dan O2.

Namun demikian, nilai potensial oksidasi antara ion Cl- dan H2O sangat
berdekatan sehingga oksidasi ion-ion Cl- dapat juga terjadi. Hal ini bergantung
pada potenisal listrik yang diterapkan selama elektrolisis dan konsentrasi garam
NaCl di dalam larutan. Sebagaimana diketahui bahwa potensial sel dipengaruhi
juga oleh knsentrasi larutan. jika larutan relative pekat, maka ion-ion klorida dapat

27
dioksidasi di anoda membentuk gas Cl2. Untuk kasus ini, dapat dipelajari dari
persamaan Nernst untuk setengah reaksi Cl- | Cl2.

2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e-

Dalam larutan NaCl yang snagat encer, potensial oksidasi Cl- sangat
negative, sehingga H2O yang memenangkan persaingan dengan Cl-, tetapi jika
konsentrasi NaCl diperbesar, maka potensial oksidasi Cl- meningkat dan ion Cl-
turut teroksidasi bahkan dapat memenangkan persaingan dengan H2O. Akibatnya
di anoda terjadi perubahan produk reaksi dari O2 menjadi Cl2.

Reaksi sel untuk elekrolisis larutan NaCl pekat menjadi gas klorin
dan gas hydrogen adalah sebagai berikut:

2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq) x2 (katoda)

2Cl-(aq) → Cl2(g) + 4e- (anoda)

2H2O(l) + 4e- → H2(g) + Cl2(g) + 2OH-(aq)

Oleh karena dalam larutan masih terdapai ion ion Na+, maka ion tersebut
akan bereaksi dengan ion OH- hasil elektrolisis di katoda membentuk NaOH. Jika
larutan dalam elektrolisis diuapkan akan diperoleh NaOH. Dengan kata lain,
NaOH pekat merupakan teknik yang dikembangkan di industry untuk
memproduksi gas Cl2 dan NaOH. Sel komersial ini dikembangkan dalam beberapa
macam, sebab pada sel komersial diatas ada masalah yang muncul, yaitu produk
yang dihasilkan (Cl2 dan NaOH) dapat bereaksi membentuk NaOCl dan HCl.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dikembangkan model sel alkali-klorin
seperti pada, dimana dalam sel sepasang membrane untuk memisahkan anoda dan
katoda, dan hanya ion Na+ yang dibolehkan berdifusi.

Larutan natrium klorida dimasukkan pada kompartemen anoda, dimana ion


klorida dioksidasi menjadi gas klorin. Ion Na+ membawa arus Listrik dari anoda
menuju katoda melalui membrane. Dimasukkan dari atas kompartemen katoda,

28
dimana air direduksi menjadi ion hidroksida, dan larutan natrium hidroksida yang
terbentuk dikeluarkan pada bagian bawah kompartemen katoda.

Mdel sel diatas yang paling tua dikembangkan adalah sel merkuri alkali-klorin.
Model ini digunakan untuk elektrolisis natrium klorida, dimana logam merkuri,
ion natrium direduksi bersama-sama dengan air. Logam natrium hasil direduksi
menjadi panduan merkuri-natrium cair, yang disebut natrium amalgam (amalgam
adalah paduan merkuri dengan setiap logam lain).

Na+ (aq) + e-  Na (Amalgam)

Natrium amalgam disirkulasikan dari sel elektrolisis menuju pegurai


(decomposer) amalgam. Dalam decomposer, merkuri menempel pada elektroda
grafit, sementara logam natrium bereaksi dengan air membentuk larutan NaOH
dan gas H2. Hiangnya dari merkuri sel ini menjadi sumber pencemaran merkuri
diperairan. Pada sel yang ramah lingkungan, ditambahkan filter dan zat warna
untuk mengurangi hilangnya logam merkuri.

Penyepuhan Logam

Penyepuhan (electroplating) adalah teknik untuk melapisi suatu logam dengan


logam lain melalui proses elektrolisis dengan tujuan tertentu. Contoh, tembaga
sering dilapisi dengan emas atau perak agar tampak lebih berharga. Demikian juga
logam besi mudah terkorosi sehingga sering dilapisi dengan logam lain yang
tahan karat, misalnya dengan nikel dank rom. menunjukkan pelapisan logam besi
dengan perak melalui proses elektrolisis. Logam besi ditempatkan sebagai katoda
dan logam perak ditempatkan sebagai anoda, keduanya dicelupkan dalam larutan
AgNO3. Dikatoda terjadi reduksi ion-ion Ag+ membentuk logam perak yang
menempel pada permukaan besi, sementara dianoda logam perak terionisasi
membentuk ion-ion Ag+.

Elektrolisis juga sering digunakan untuk pemurniaan beberapa logam. Misalnya,


tembaga sebagai bahan penghantar listrik harus murni, yang dimurnikan dengan
cara elektrolisis. Lempeng tembaga yang akan dimurnikan ditempatkan sebagai

29
anoda dan logam murni ditempatkan sebaga katoda, keduanya dicelupkan
kedalam larutan CuSO4. selama elektrolisis ion tembaga (II) meninggalkan
lempeng tembaga yang dimurnikan dan bergerak menuju tembaga murni. Logam
pengotor yang reaktif seperti emas, perak, dan platina membentuk endapan
lumpur berharga yang terendapkan didasar sel, sedangkan logam yang lebih
reaktif dari tembaga tetap berada sebagai ion dalam larutan elektrolit. Setelah
beberapa minggu dalam sel elektrolitik, tembaga murni sebagai katoda menjadi
lebih besar dan dikeluarkan dari sel elektrolisis.

30

Anda mungkin juga menyukai