DISUSUN OLEH :
Muhammad Firdaus Lana Ibnu Su’ud (21)
X MIPA 1
MAN 2 KOTA MALANG
2022
DAFTAR ISI
B. LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................13
C. SOAL................................................................................................16
B. LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................30
C. SOAL................................................................................................35
1. Larutan
Larutan merupakan suatu campuran zat yang homogen. Ada
dua komponen dalam larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Pada larutan garam misalnya, garam merupakan zat terlarut
sedangkan air adalah sebagai pelarutnya. Pelarut merupakan
komponen dengan jumlah yang lebih banyak, sedangkan zat terlarut
jumlahnya lebih kecil. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dengan konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran
zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi. Dalam larutan, kita tidak dapat lagi membedakan partikel zat
terlarut dengan pelarutnya, karena keduanya bercampur secara
homogen.
Berdasarkan fasa zat terlarut dan pelarutnya, larutan dapat
diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok seperti pada tabel 1.
Pada bab ini, pelarut yang akan dibahas adalah air. Hal ini
karena air merupakan pelarut yang umum ditemui dan digunakan.
Ketersediaan air di alam sangat banyak, selain itu sifat air yang
mampu melarutkan berbagai macam zat menyebabkan reaksi kimia
sebagian besar berlangsung dalam pelarut air. Tidak semua zat jika
dicampurkan ke dalam air dapat membentuk larutan. Misalnya, garam
dapur (NaCl) dan cuka (CH3COOH) larut dalam air, tetapi minyak
tidak larut dalam air.
Apa yang terjadi pada proses pelarutan NaCl? untuk
memahaminya perhatikan gambar 2.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Proses pelarutan NaCl: (a) Kristal NaCl dilarutkan dalam air,
(b) Bentuk Kristal NaCl , (c) Ion Na+ dan Cl- lepas dikelilingi molekul H2O
Berdasarkan gambar di atas, pada saat garam dapur dilarutkan dalam air, molekul-
molekul H2O akan mengelilingi pemukaan kristal NaCl. Muatan parsial positif (δ+) dari
molekul-molekul H2O akan tertarik ke ion Cl- yang ada pada bagian luar kristal. Sementara
muatan parsial negatif (δ-) akan tertarik ke ion Na+. Akibatnya ion-ion Na+ dan Cl- pada
bagian luar kristal akan lepas. Tiap ion Na+ dan Cl- akan dikelilingi oleh 6 molekul H2O.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam pelarut, maka pada
suatu saat komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat
terlarutnya gula dan pelarutnya air, maka pada suatu titik gula tidak akan dapat larut lagi dan
terbentuklah endapan. Larutan dimana tidak ada zat terlarut yang dapat dilarutkan lagi pada
kondisi (suhu dan tekanan) tertentu disebut larutan jenuh. Contohnya, kelarutan natrium
korida (NaCl) dalam air pada 20oC adalah 36,0 g/100 mL. Sebaliknya, larutan tidak jenuh
adalah larutan yang mengandung jumlah zat terlarut kurang dari yang dibutuhkan untuk
menjadi jenuh pada kondisi tertentu.
Kelarutan zat terlarut dalam pelarut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sifat zat terlarut dan pelarut, suhu, dan tekanan gas. Zat terlarut polar hanya dapat larut dalam
pelarut polar, sebaliknya zat terlarut nonpolar hanya dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Prinsip ini dikenal dengan istilah “like dissolves like”. Sebagian besar padatan larut dalam
pelarut cair dan kenaikan temperatur dapat meningkatkan kelarutannya. Kelarutan gas dalam
cair naik seiring dengan kenaikan tekanan gas.
Larutan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1. Cairan tubuh kita mengandung komponen larutan dari berbagai zat kimia
2. Berbagai mineral yang berasal dari kulit bumi ditemukan dalam bentuk larutan
3. Reaksi kimia di laboratorium dan industri banyak yang berlangsung dalam larutan
Oleh karena itu, kita perlu memahami apa itu larutan dan bagaimana sifat-sifatnya. Salah satu
sifat larutan yang penting adalah daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantar listriknya,
larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
klorida (Cl-). Sodium dan klorida hilang terutama melalui keringat yang berlebihan sehingga
tubuh membutuhkan banyak elektrolit setelah lelah beraktifitas. Minuman isotonik
mengandung elektrolit yang dibutuhkan tubuh untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Apa sebenarnya elektrolit itu?. Elektrolit adalah zat yang dapat menghasilkan ion di
dalam larutan. NaCl, KCl, dan MgCl2 merupakan elektrolit karena dalam air dapat
menghasilkan ion. Ketika NaCl dilarutkan dalam air, maka akan mengalami solvasi
menghasilkan ion Na+ dan Cl- seperti persamaan berikut.
NaCl(s) + H2O (l) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Proses tersebut dikenal dengan dissosiasi. Proses dissosiasi dapat dibuktikan dengan
percobaan daya hantar listrik atau uji elektrolit, dimana larutan elektrolit akan dapat
menghantarkan arus listrik.
Zat yang tidak dapat menghasilkan ion di dalam larutan disebut nonelektrolit. Contoh
nonelektrolit antara lain: gula atau sukrosa (C12H22O11), glukosa (C6H12O6), dan urea
(CO(NH2)2). Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik. Berikut ini
gambaran percobaan yang dilakukan untuk membuktikan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Jadi apa yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik sedangkan
larutan nonelektrolit tidak?. Pada tahun 1884 Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari
Swedia mengemukakan teori elektrolit. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion
(ion positif dan negatif). Ion-ion inilah yang kemudian bertugas menghantarkan arus listrik.
Bagaimana ion-ion dapat menghantarkan arus listrik? perhatikanlah ilustrasi larutan HCl
dalam menghantarkan listrik pada gambar 6 berikut.
Ion-ion yang dihasilkan dalam larutan elektrolit dapat bergerak bebas, dimana:
Ion-ion H+ dalam larutan HCl akan tertarik ke katoda dan menangkap elektron sehingga
mengalami reduksi menghasilkan gas H2. Reaksi yang terjadi:
Katoda: 2H+(aq) + 2e → H2(g)
Ion-ion Cl- dalam larutan akan tertarik ke anoda melepaskan elektron dan mengalami
oksidasi menghasilkan gas Cl2. Elektron yang ditangkap anoda akan diteruskan kembali
ke kutub positif baterai, dan selanjutnya akan diteruskan ke kutub negatif baterai.
Reaksinya:
Anoda: 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
Apabila reaksi pada katoda dan anoda digabung, maka akan diperoleh total reaksi
berikut: Katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)
Anoda : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
Total reaksi : 2H+(aq) + 2Cl-(aq) → H2(g) + Cl2(g)
Berdasarkan reaksi di atas, selain menyalakan lampu larutan elektrolit juga dapat
menghasilkan gas yang dapat diamati dengan terbentuknya gelembung gas pada kedua
elektroda. Hal ini didukung oleh percobaan yang dilakukan Michael Faraday. Dia
menemukan bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan terjadi proses
elektrolisis yang menghasilkan gas. Pada elektrolisis larutan HCl seperti reaksi di atas, akan
menghasilkan gas H2 dan Cl2.
Senyawa nonelektrolit seperti gula dan etanol tidak menghasilkan ion jika dilarutkan
dalam air dan tetap berada sebagai molekul. Hal inilah yang menyebabkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Proses pelarutan gula dalam air ditunjukkan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6(s) + H2O(l) → C6H12O6(aq)
Akan tetapi dalam bentuk lelehan maupun dalam bentuk larutan, ion-ion senyawa ion dapat
bergerak dengan bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Berikut ini gambaran ion-
ion Na+ dan Cl- dalam larutan.
Demikin juga pada NaOH jika dalam bentuk lelehan maupun larutan. NaOH dalam
larutan, tiap ion Na+ dan OH- akan dikelilingi oleh molekul H 2O. Berikut ini gambaran
ion-ion Na+ dan OH- dalam larutan NaOH.
Beberapa larutan yang bukan berasal dari senyawa ion seperti HCl dan H 2SO4 juga
dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ion-ion di dalam
larutan tersebut. HCl, H2SO4, dan CH3COOH merupakan senyawa kovalen polar, namun jika
dilarutkan dalam air dapat menghasikan ion-ion. Pada larutan HCl, pasangan elektron ikatan
tertarik ke atom Cl yang lebih elektro negatif dibanding dengan atom H sehingga atom H
lebih positif dan atom Cl lebih negatif. Proses yang terjadi disebut ionisasi, reaksinya adalah:
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Antar molekul HCl dengan molekul air terdapat gaya tarik-menarik yang cukup kuat yang
dapat memutuskan ikatan membentuk ion-ion yang dapat bergerak bebas.
Baik ionisasi maupun disosisasi dapat menghasilkan ion di dalam larutan. Perbedaan
dasar adalah bahwa pada disosiasi ion-ion terjadi pada padatan senyawa ion yang terpisah dan
bergerak di dalam larutan, sedangkan pada ionisasi senyawa kovalen polar bereaksi untuk
membentuk ion-ion yang terpisah di dalam larutan.
Meskipun demikian, tidak semua senyawa kovalen polar dapat mengalami ionisasi di
dalam air. Senyawa kovalen polar yang pekat (liquid) tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena tidak mengalami ionisasi sehingga tidak menghasilkan ion-ion. Zat yang dapat
menghantarkan arus listrik disebut juga konduktor listrik.
Elektrolit dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Elektrolit kuat adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air mengion sempurna. Contohnya
KCl, di dalam larutan semua KCl disolvasi menjadi ion K+(aq) dan Cl-(aq). Beberapa
senyawa kovalen seperti HCl, H2SO4, dan HNO3 terionisasi sempurna di dalam larutan
sehingga termasuk elektrolit kuat. Berikut gambaran ionisasi HCl dalam larutan.
Larutan elektrolit kuat jika diuji dengan alat uji daya hantar listrik akan menghasilkan nyala
lampu yang terang.
Beberapa senyawa digolongkan elektrolit lemah karena di dalam larutan hanya
sebagian kecil yang terionisasi. Contohnya asam asetat (CH 3COOH), walaupun larut baik di
dalam air tetapi hanya sebagian kecil yang terion. Sebagian besar asam asetat yang larut tetap
dalam bentuk molekul. Proses pelarutan asam asetat dalam air ditunjukkan dengan persamaan
di bawah ini.
CH3COOH(aq ) H+(aq) + CH3COO-(aq)
Dua tanda panah menunjukkan bahwa reaksi ionisasi asam asetat tidak berlangsung
sempurna. Tanda panah ke kanan lebih pendek dari pada tanda panah ke kiri. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil asam asetat yang terion dan sebagian besar asam
asetat yang terlarut berada dalam bentuk molekul. Contoh lain elektrolit lemah adalah asam
fluorida (HF) yang jika dilarutkan dalam air hanya terion sebagian. Bentuk mikroskopisnya
dapat diilustrasikan seperti gambar berikut.
Larutan elektrolit lemah jika diuji dengan alat uji daya hantar listrik akan menghasilkan nyala
lampu yang kurang terang atau redup.
Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dapat dinyatakan dengan derajat ionisasi
atau derajat dissosiasi (α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah
zat yang dilarutkan.
Reaksi oksidasi dan reduksi biasanya berjalan secara simultan (bersamaan) seperti yang yang
terjadi pada reaksi berikut:
Karena reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, maka reaksi di atas
disebut reaksi redoks. Pada contoh di atas, CO dioksidasi oleh Fe2O3. Oleh karena itu, Fe2O3
merupakan pengoksidasi atau oksidator. Sebaliknya, Fe2O3 direduksi oleh CO sehingga CO
merupakan pereduksi atau reduktor. Jadi, oksidator adalah zat yang memberikan oksigen
kepada zat lain, sedangkan reduktor adalah zat yang menerima oksigen dari zat lain.
O2(g) 4e
+
2+
2Zn(s) → 2Zn + 4e atau 2Zn(s) + O2(g) → 2ZnO(s)
2O2-
Reaksi di atas merupakan reaksi redoks karena reaksi oksidasi dan reduksi terjadi
bersamaan. Jika diilustrasikan gambaran mikroskopiknya seperti pada gambar berikut.
Keterangan:
: atom Zn : atom O
: atom Zn2+ : atom O2-
Jika jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi tidak sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi, maka salah satu harus
dikalikan sehingga jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi. Contohnya:
Persamaan setengah reaksi oksidasi: [ Ag(s) → Ag+(aq) + 1e ] X 2
Persamaan setengan reaksi reduksi: S(g) + 2e → S2-
Persamaan reaksi total : 2Ag(s) + S(g) → Ag2S(s)
Reaksi tersebut dapat terjadi pada bahan yang terbuat dari perak, misalnya sendok perak yang
yang semula berwarna putih perak teroksidasi menjadi perak sulfida yang berwarna
kekuningan. Ilustrasi reaksinya seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.3 Reaksi redoks Ag dengan S menjadi Ag2S pada sendok perak
3. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi (b.o) didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom ketika
berada dalam bentuk ion atau molekul. Ada beberapa aturan untuk menentukan bilangan
oksidasi suatu atom, antara lain:
4. Bilangan oksidasi dari unsur bebas seperti Na, Fe, H2, Cl2, O2, P4, dan S8 = 0.
5. Bilangan oksidasi dari ion monoatomik sederhana = muatan ionnya. Contoh:
Bilangan oksidasi Na+ = +1 Bilangan oksidasi Cu2+ = +2
Bilangan oksidasi O2- = -2 Bilangan oksidasi Cl- = -1
6. Jumlah bilangan oksidasi dari semua atom dalam molekul netral = 0, sedangkan jumlah
bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik = muatan ionnya. Contoh:
Muatan senyawa NaCl = 0
Jumlah b.o Na + jumlah b.o Cl = 0
(1 x b.o Na) + (1 x b.o Cl) = 0
-
Muatan NO3 = -1
Jumlah b.o N + jumlah b.o O = -1
(1 x b.o N) + (3 x b.o O) = -1
7. Bilangan oksidasi fluorin di dalam senyawanya, misalnya HF, NaF, ClF3 selalu -1.
8. Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa kovalen dengan nonlogam seperti HCl, NH 3,
H2O = +1. Bilangan oksidasi hidrogen yang membentuk ikatan dengan logam = -1,
misalnya NaH dan CaH2.
9. Bilangan oksidasi oksigen di dalam senyawanya selalu -2, kecuali dalam senyawa
fluorida, peroksida, dan superoksida.
Bilangan oksidasi O dalam H2O = -2
Bilangan oksidasi O dalam senyawa fluorida, OF2 = +2
Bilangan oksidasi O dalam senyawa peroksida, H2O2, Na2O2 = -1
Bilangan oksidasi O dalam senyawa superoksida, KO2 = -1/2
10. Logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +1.
11. Logam golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +2.
12. Bilangan oksidasi golongan nonlogam sama dengan muatan ionnya.
Contoh;
Cl dalam NaCl adalah Cl- sehingga bilangan oksidasi Cl dalam NaCl = -1
Cl dalam ICl adalah Cl-, karena keelektronegatifan Cl lebih besar daripada I sehingga
bilangan oksidasi Cl dalam ICl = -1
13. Logam transisi mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi.
Berikut ini beberapa contoh cara menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam
molekul, ion sederhana, maupun ion poliatomik.
Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam MgCl2, b.o Mg = +2, Cl = -1
MgCl2
+2 -1
Jumlah b.o Mg + jumlah b.o Cl =
0 (1 x b.o Mg) + (2 x b.o Cl) =
0 [1 x (+2)] + [2 x (-1) ] = 0
(+2) + (-2) =0
Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam Fe2O3, b.o Fe = +3, O = -2
Fe2O3
+3 -2
NH4+
-3 +1
+6 -2
Karbon (C) mengalami oksidasi karena bilangan oksidasi C meningkat dari 0 menjadi +4,
sedangkan oksigen (O2) mengalami reduksi karena bilangan oksidasi oksigen menurun
dari 0 menjadi -2.
oksidasi
reduksi
+1+7-2 +1 -1 +2 -1 +1-1 0 +1 -2
oksidasi
reduksi
0 +1 -2 +1 -2 +1 +1 -1
Sebagian dari gas Cl2 (bilangan oksidasi 0) mengalami reaksi oksidasi menjadi HOCl (bilangan
oksidasi +1) dan mengalami reduksi menjadi HCl (bilangan oksidasi -1). H 2O yang menyebabkan
Cl2 teroksidasi sekaligus tereduksi, sehingga H2O bertindak sebagai reduktor sekaligus oksidator.
Reaksi kebalikan dari reaksi autoredoks adalah reaksi konproporsionasi, yaitu reaksi redoks
yang hasil oksidasi dan reduksinya sama. Contohnya:
oksidasi
reduksi
+1 -2 +4 -2 0 +1 -2
Pada reaksi tersebut, hasil oksidasi dan hasil reduksinya merupakan zat yang sama yaitu
belerang (S).
6. Reaksi Oksidasi dan Reduksi dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi lebih luas daripada dua
konsep awal. Terdapat banyak reaksi redoks yang kita temui dalam kehidupan sehari- hari, antara
lain:
a. Pembakaran gas alam
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
b. Fotosintesis
6CO2(g) + 6H2O(l) + sinar matahari → C6H12O6(aq) + 6O2(g)
c. Ekstark besi dari oksida besi
Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)
d. Korosi
4Fe(s) + 3O2(g) + nH2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)
e. Aki mobil
Oksidasi : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e Reduksi
: PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e → PbSO4 + 2H2O
Reaksi total: Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 + 2H2O
7. Rumus kimia
Rumus Kimia dinyatakan dengan lambang dan jumlah atom-atom yang terkandung
dalam unsur maupun senyawa. Beberapa rumus kimia yang digunakan untuk menyatakan
nama dan komposisi senyawa adalah rumus empiris, rumus molekul, dan rumus struktur.
Rumus struktur:
Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam
senyawa NO2 dan senyawa NO merupakan bilangan bulat dan sederhana.
x = 20 / 0,25
= 80
Hukum Avogadr0
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga
merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain
perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Pada
keadaan STP (0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter
Contoh: Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan tekanan tetap, di
mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram ?
(Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 58 = 0,5 mol
Mol O2 = 40 / 32 = 1,25 mol
Volume C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter
2. Konsep Mol
Banyaknya jumlah partikel (atom, molekul, atau ion) dalam suatu zat dinyatakan
dalam satuan mol. Para ahli sepakat bahwa satu mol zat mengandung jumlah partikel yang
sama dengan jumlah partikel dalam 12,0 gram isotop C-12 yakni 6,02 x 10 23 partikel. Jumlah
partikel ini disebut Bilangan Avogadro (NA = Number Avogadro) atau dalam bahasa Jerman
Bilangan Loschmidt (L).
Dengan mempertimbangkan aspek massa zat, 1 mol zat didefinisikan sebagai massa
zat tersebut yang sesuai dengan massa molekul relatifnya (Mr) atau massa atomnya (Ar).
Untuk 1 mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai dengan massa atom Karbon, diketahui
dari tabel periodik bahwa massa atom karbon adalah 12 sma, sehingga massa zat tersebut
juga 12 gram. Untuk itu 1 mol zat dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :
Massa Molar
Massa molar didefinisikan sebagai massa satu mol partikel yang mewakili dari suatu zat.
Dengan melihat pada tabel periodik, kita dapat menyimpulkan bahwa massa molar lithium
adalah 6.94 g, massa molar dari seng adalah 65,38 g, dan massamolar emas adalah 196,97 g.
Masing-masing dari jumlah ini mengandung 6,02 × 1023 atom dari unsur tertentu. Satuan
untuk massa molar adalah gram per mol atau g/mol.
3. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus kimia yang menggambarkan perbandingan mol terkecil
dari atom-atom penyusun senyawa. Sebagai contoh, setiap molekul asetat terdiri dari 2 atom
karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2 atom Oksigen (O). Dengan demikian, perbandingan
jumlah atom C : H : O dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 = 1 : 2 : 1. Jadi rumus empiris asam
asetat adalah CH2O.
Contoh soal :
Dalam 3 gram suatu senyawa karbon terdapat 1,2 gram karbon, 0,2 gram Hidrogen,dan
sisanya adalah oksigen. Tentukanlah rumus empiris dari senyawa tersebut ( Ar H
= 1; C= 12; dan O = 16)
Jawab:
Suatu senyawa mengandung unsur karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Dalam
3 gram senyawa terdapat C = 1,2 gram; H= 0,2 gram; dan O = 3-(1,2+0,2) gram = 1,6
gram
1,2 g𝑟𝑎𝑚
jumlah mol C 12 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
= 0.1 mol
= 0,2 g𝑟𝑎𝑚
4. Rumus Molekul
Rumus Molekul adalah rumus sebenarnya dari suatu senyawa. Secara umum, rumus
molekul dari senyawa dengan rumus empiris RE dapat dinyatakan sebagai (RE)x , adapun
harga x bergantung pada massa molekul relatif (Mr) dari senyawa yang bersangkutan.
Contoh soal :
Diketahui rumus empiris suatu senyawa adalah CH2O dan massa molekul relatif senyawa
tersebut adalah 60, lalu anda diminta menentukan rumus molekulnya. Dalam hal ini rumus
molekul senyawa dapat ditulis sebagai (RE)x, seterusnya nilai x ditentukan berdasarkan nilai
massa molekul relatifnya.
Jawab :Diketahui rumus empiris CH2O
Misalnya rumus molekul senyawa itu (CH2O)x
Mr (CH2O)X = 60 ⭢ (12 + 2 + 16)x = 60
5. Senyawa Hidrat
Hidrat adalah senyawa Kristal padat yang mengandung air Kristal (H2O).
Rumus kimia senyawa Kristal padat sebenarnya sudah diketahui. Jadi, pada dasarnya
penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (x). Rumus
hidrat dapat ditulis sebagai berikut :
(Rumus kimia senyawa kristal padat).x(H2O)
Nilai x dapat dihitung dari perbandingan mol pada pemanasan hidrat.
CaSO4.x(H2O) → CaSO4 + xH2O
1 mol 1 mol 1 mol