Anda di halaman 1dari 34

KIMIA KELAS X SEMESTER 2

DISUSUN OLEH :
Muhammad Firdaus Lana Ibnu Su’ud (21)

X MIPA 1
MAN 2 KOTA MALANG
2022
DAFTAR ISI

BAB 1 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT............3


A. MATERI............................................................................................3
1. Larutan.........................................................................................3
2. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit..........................................5
3. Kekuatan Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit........................7
4. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah...........................................9

B. LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................13
C. SOAL................................................................................................16

BAB 2 REAKSI REDOKS DAN TATANAMA SENYAWA.................17


A. MATERI...........................................................................................17
1. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Pengikatan dan
Pelepasan Oksigen....................................................................17
2. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Pelepasan dan
Penerimaan Oksigen.................................................................18
3. Bilangan Oksidasi.....................................................................21
4. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Pengingkatan dan
Penurunan Bilangan Oksigen....................................................23
5. Reaksi Auterodoks dan Disproporsionasi.................................24
6. Reaksi Oksidasi dan Reduksi Dalam Kehidupan Sehari-hari...25
7. Rumus Kimia............................................................................26
8. Rumus dan Nama Senyawa Ionik.............................................26
9. Rumus dan Nama Senyawa Kovalen........................................29

B. LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................30
C. SOAL................................................................................................35

BAB 3 HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA.....................36


A. MATERI...........................................................................................36
1. Hukum-hukum Dasar Kimia.......................................................36
2. Konsep Mol.................................................................................38
3. Rumus Empiris............................................................................39
4. Rumus Molekul...........................................................................39
5. Senyawa Hidrat...........................................................................40
6. Kadar Zat dalam Campuran........................................................40
7. Pereaksi Pembatas.......................................................................41
B. SOAL...............................................................................................42
BAB 1
A. Materi

1. Larutan
Larutan merupakan suatu campuran zat yang homogen. Ada
dua komponen dalam larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent). Pada larutan garam misalnya, garam merupakan zat terlarut
sedangkan air adalah sebagai pelarutnya. Pelarut merupakan
komponen dengan jumlah yang lebih banyak, sedangkan zat terlarut
jumlahnya lebih kecil. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dengan konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran
zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi. Dalam larutan, kita tidak dapat lagi membedakan partikel zat
terlarut dengan pelarutnya, karena keduanya bercampur secara
homogen.
Berdasarkan fasa zat terlarut dan pelarutnya, larutan dapat
diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Kelompok Larutan


Fasa Zat Terlarut Fasa Pelarut Contoh
Padat Cair Gula dalam air, garam dapur dalam air
Cair Cair Etanol dalam air
Gas Cair Karbon dioksida (CO2) dalam air, amonia (NH3) dalam air
Padat Padat Tembaga dalam emas (yellow gold)
Gas Gas Udara terdiri atas nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida
(CO2), dan gas-gas lain

Pada bab ini, pelarut yang akan dibahas adalah air. Hal ini
karena air merupakan pelarut yang umum ditemui dan digunakan.
Ketersediaan air di alam sangat banyak, selain itu sifat air yang
mampu melarutkan berbagai macam zat menyebabkan reaksi kimia
sebagian besar berlangsung dalam pelarut air. Tidak semua zat jika
dicampurkan ke dalam air dapat membentuk larutan. Misalnya, garam
dapur (NaCl) dan cuka (CH3COOH) larut dalam air, tetapi minyak
tidak larut dalam air.
Apa yang terjadi pada proses pelarutan NaCl? untuk
memahaminya perhatikan gambar 2.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Proses pelarutan NaCl: (a) Kristal NaCl dilarutkan dalam air,
(b) Bentuk Kristal NaCl , (c) Ion Na+ dan Cl- lepas dikelilingi molekul H2O

Berdasarkan gambar di atas, pada saat garam dapur dilarutkan dalam air, molekul-
molekul H2O akan mengelilingi pemukaan kristal NaCl. Muatan parsial positif (δ+) dari
molekul-molekul H2O akan tertarik ke ion Cl- yang ada pada bagian luar kristal. Sementara
muatan parsial negatif (δ-) akan tertarik ke ion Na+. Akibatnya ion-ion Na+ dan Cl- pada
bagian luar kristal akan lepas. Tiap ion Na+ dan Cl- akan dikelilingi oleh 6 molekul H2O.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam pelarut, maka pada
suatu saat komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat
terlarutnya gula dan pelarutnya air, maka pada suatu titik gula tidak akan dapat larut lagi dan
terbentuklah endapan. Larutan dimana tidak ada zat terlarut yang dapat dilarutkan lagi pada
kondisi (suhu dan tekanan) tertentu disebut larutan jenuh. Contohnya, kelarutan natrium
korida (NaCl) dalam air pada 20oC adalah 36,0 g/100 mL. Sebaliknya, larutan tidak jenuh
adalah larutan yang mengandung jumlah zat terlarut kurang dari yang dibutuhkan untuk
menjadi jenuh pada kondisi tertentu.
Kelarutan zat terlarut dalam pelarut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sifat zat terlarut dan pelarut, suhu, dan tekanan gas. Zat terlarut polar hanya dapat larut dalam
pelarut polar, sebaliknya zat terlarut nonpolar hanya dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Prinsip ini dikenal dengan istilah “like dissolves like”. Sebagian besar padatan larut dalam
pelarut cair dan kenaikan temperatur dapat meningkatkan kelarutannya. Kelarutan gas dalam
cair naik seiring dengan kenaikan tekanan gas.
Larutan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1. Cairan tubuh kita mengandung komponen larutan dari berbagai zat kimia
2. Berbagai mineral yang berasal dari kulit bumi ditemukan dalam bentuk larutan
3. Reaksi kimia di laboratorium dan industri banyak yang berlangsung dalam larutan
Oleh karena itu, kita perlu memahami apa itu larutan dan bagaimana sifat-sifatnya. Salah satu
sifat larutan yang penting adalah daya hantar listrik. Berdasarkan daya hantar listriknya,
larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

2. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Pernahkah kalian minum minuman isotonik? Mengapa
minuman tersebut dikatakan dapat menggantikan cairan tubuh
yang hilang? Metabolisme sel-sel dalam tubuh berlangsung dalam
cairan tubuh, yang selain mengandung air juga mengandung
bahan lain yang diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit
Gambar 3. Contoh
dalam cairan tubuh terdiri dari kation dan anion. Kation utama Minuman Isotonik
dalam cairan tubuh adalah sodium (Na ) dan potasium (K ), sedangkan anion utama adalah
+ +

klorida (Cl-). Sodium dan klorida hilang terutama melalui keringat yang berlebihan sehingga
tubuh membutuhkan banyak elektrolit setelah lelah beraktifitas. Minuman isotonik
mengandung elektrolit yang dibutuhkan tubuh untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Apa sebenarnya elektrolit itu?. Elektrolit adalah zat yang dapat menghasilkan ion di
dalam larutan. NaCl, KCl, dan MgCl2 merupakan elektrolit karena dalam air dapat
menghasilkan ion. Ketika NaCl dilarutkan dalam air, maka akan mengalami solvasi
menghasilkan ion Na+ dan Cl- seperti persamaan berikut.
NaCl(s) + H2O (l) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Proses tersebut dikenal dengan dissosiasi. Proses dissosiasi dapat dibuktikan dengan
percobaan daya hantar listrik atau uji elektrolit, dimana larutan elektrolit akan dapat
menghantarkan arus listrik.
Zat yang tidak dapat menghasilkan ion di dalam larutan disebut nonelektrolit. Contoh
nonelektrolit antara lain: gula atau sukrosa (C12H22O11), glukosa (C6H12O6), dan urea
(CO(NH2)2). Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik. Berikut ini
gambaran percobaan yang dilakukan untuk membuktikan larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Gambar 4. Rangkaian Alat Percobaan Daya Hantar Larutan


Alat uji dirangkai seperti gambar di atas, kemudian larutan diuji dengan mengalirkan
arus listrik dan mengamati peristiwa atau gejala yang terjadi. Pengamatan yang paling mudah
dilakukan yaitu dengan melihat nyala lampu yang dihasilkan. Larutan elektrolit dapat
menghantarkan listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji daya hantar listrik
larutan. Sebaliknya, larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga
tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji daya hantar listrik larutan. Gambaran pengamatan
perbedaan larutan elektrolit dan nonelektrolit dapat diilustrasikan seperti gambar 5.

Gambar 5. Uji Larutan Elektrolit (kiri) dan Nonelektrolit (kanan)

Jadi apa yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik sedangkan
larutan nonelektrolit tidak?. Pada tahun 1884 Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari
Swedia mengemukakan teori elektrolit. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion
(ion positif dan negatif). Ion-ion inilah yang kemudian bertugas menghantarkan arus listrik.
Bagaimana ion-ion dapat menghantarkan arus listrik? perhatikanlah ilustrasi larutan HCl
dalam menghantarkan listrik pada gambar 6 berikut.

(a) (b) (c)


Gambar 6. (a) Ion H+ dan Cl- dalam larutan, (b) Reaksi di Anoda, (c) Reaksi di Katoda

Ion-ion yang dihasilkan dalam larutan elektrolit dapat bergerak bebas, dimana:
 Ion-ion H+ dalam larutan HCl akan tertarik ke katoda dan menangkap elektron sehingga
mengalami reduksi menghasilkan gas H2. Reaksi yang terjadi:
Katoda: 2H+(aq) + 2e → H2(g)
 Ion-ion Cl- dalam larutan akan tertarik ke anoda melepaskan elektron dan mengalami
oksidasi menghasilkan gas Cl2. Elektron yang ditangkap anoda akan diteruskan kembali
ke kutub positif baterai, dan selanjutnya akan diteruskan ke kutub negatif baterai.
Reaksinya:
Anoda: 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
 Apabila reaksi pada katoda dan anoda digabung, maka akan diperoleh total reaksi
berikut: Katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)
Anoda : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
Total reaksi : 2H+(aq) + 2Cl-(aq) → H2(g) + Cl2(g)
Berdasarkan reaksi di atas, selain menyalakan lampu larutan elektrolit juga dapat
menghasilkan gas yang dapat diamati dengan terbentuknya gelembung gas pada kedua
elektroda. Hal ini didukung oleh percobaan yang dilakukan Michael Faraday. Dia
menemukan bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan terjadi proses
elektrolisis yang menghasilkan gas. Pada elektrolisis larutan HCl seperti reaksi di atas, akan
menghasilkan gas H2 dan Cl2.
Senyawa nonelektrolit seperti gula dan etanol tidak menghasilkan ion jika dilarutkan
dalam air dan tetap berada sebagai molekul. Hal inilah yang menyebabkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Proses pelarutan gula dalam air ditunjukkan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6(s) + H2O(l) → C6H12O6(aq)

3. Kekuatan Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit


 Elektrolit Senyawa Ion dan Kovalen Polar
Pernahkah kalian mendengar berita beberapa waktu
lalu, bahwa jus belimbing wuluh dapat menghidupkan bola
lampu selama satu bulan tanpa dimatikan? Mengapa hal itu
bisa terjadi?.
Jus belimbing wuluh merupakan larutan elektrolit
yang mengandung banyak ion sehingga dapat menghantarkan
listrik dan menyalakan bola lampu. Elektrolit dapat berasal Gambar 2.1 Jus Blimbing Wuluh
Menyalakan Bola Lampu
dari senyawa ion maupun senyawa kovalen polar.
Senyawa ion merupakan senyawa yang tersusun atas ion-ion akibat adanya transfer
elektron diikuti dengan terjadinya gaya tarik antara ion positif dan ion negatif. Contoh
senyawa ion adalah NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion Na+ dan Cl-, sedangkan NaOH
terdiri atas ion Na+ dan OH-. Senyawa ion dalam bentuk kristal (padatan), ion-ionnya terikat
satu sama lain dengan rapat dan kuat sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas. Oleh
karena itu, padatan senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik. Struktur padatan NaCl dan
NaOH dapat diilustrasikan seperti gambar berikut.
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Struktur Padatan NaCl, (b) Struktur Padatan NaOH

Akan tetapi dalam bentuk lelehan maupun dalam bentuk larutan, ion-ion senyawa ion dapat
bergerak dengan bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Berikut ini gambaran ion-
ion Na+ dan Cl- dalam larutan.

(a) (b) (c)


Gambar 2.3 (a) Dissosiasi NaCl, (b) Ion Na+ dalam Larutan, (c) Ion Cl- dalam Larutan

Demikin juga pada NaOH jika dalam bentuk lelehan maupun larutan. NaOH dalam
larutan, tiap ion Na+ dan OH- akan dikelilingi oleh molekul H 2O. Berikut ini gambaran
ion-ion Na+ dan OH- dalam larutan NaOH.

Gambar 2.4 Ion-Ion Na+ dan OH- dalam Larutan NaOH

Beberapa larutan yang bukan berasal dari senyawa ion seperti HCl dan H 2SO4 juga
dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ion-ion di dalam
larutan tersebut. HCl, H2SO4, dan CH3COOH merupakan senyawa kovalen polar, namun jika
dilarutkan dalam air dapat menghasikan ion-ion. Pada larutan HCl, pasangan elektron ikatan
tertarik ke atom Cl yang lebih elektro negatif dibanding dengan atom H sehingga atom H
lebih positif dan atom Cl lebih negatif. Proses yang terjadi disebut ionisasi, reaksinya adalah:
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Antar molekul HCl dengan molekul air terdapat gaya tarik-menarik yang cukup kuat yang
dapat memutuskan ikatan membentuk ion-ion yang dapat bergerak bebas.
Baik ionisasi maupun disosisasi dapat menghasilkan ion di dalam larutan. Perbedaan
dasar adalah bahwa pada disosiasi ion-ion terjadi pada padatan senyawa ion yang terpisah dan
bergerak di dalam larutan, sedangkan pada ionisasi senyawa kovalen polar bereaksi untuk
membentuk ion-ion yang terpisah di dalam larutan.
Meskipun demikian, tidak semua senyawa kovalen polar dapat mengalami ionisasi di
dalam air. Senyawa kovalen polar yang pekat (liquid) tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena tidak mengalami ionisasi sehingga tidak menghasilkan ion-ion. Zat yang dapat
menghantarkan arus listrik disebut juga konduktor listrik.

4. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Elektrolit dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Elektrolit kuat adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air mengion sempurna. Contohnya
KCl, di dalam larutan semua KCl disolvasi menjadi ion K+(aq) dan Cl-(aq). Beberapa
senyawa kovalen seperti HCl, H2SO4, dan HNO3 terionisasi sempurna di dalam larutan
sehingga termasuk elektrolit kuat. Berikut gambaran ionisasi HCl dalam larutan.

Gambar 2.5 HCl Terionisasi Sempurna dalam Larutan

Larutan elektrolit kuat jika diuji dengan alat uji daya hantar listrik akan menghasilkan nyala
lampu yang terang.
Beberapa senyawa digolongkan elektrolit lemah karena di dalam larutan hanya
sebagian kecil yang terionisasi. Contohnya asam asetat (CH 3COOH), walaupun larut baik di
dalam air tetapi hanya sebagian kecil yang terion. Sebagian besar asam asetat yang larut tetap
dalam bentuk molekul. Proses pelarutan asam asetat dalam air ditunjukkan dengan persamaan
di bawah ini.
CH3COOH(aq ) H+(aq) + CH3COO-(aq)
Dua tanda panah menunjukkan bahwa reaksi ionisasi asam asetat tidak berlangsung
sempurna. Tanda panah ke kanan lebih pendek dari pada tanda panah ke kiri. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil asam asetat yang terion dan sebagian besar asam
asetat yang terlarut berada dalam bentuk molekul. Contoh lain elektrolit lemah adalah asam
fluorida (HF) yang jika dilarutkan dalam air hanya terion sebagian. Bentuk mikroskopisnya
dapat diilustrasikan seperti gambar berikut.

Gambar 2.6 HF Terionisasi Sebagian dalam Larutan

Larutan elektrolit lemah jika diuji dengan alat uji daya hantar listrik akan menghasilkan nyala
lampu yang kurang terang atau redup.
Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dapat dinyatakan dengan derajat ionisasi
atau derajat dissosiasi (α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah
zat yang dilarutkan.

𝛼 = jumlah zat yang mengion


jumlah zat mula-mula
Jika semua zat yang dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya=1, sebaliknya jika tidak
ada yang mengion maka derajat ionisasinya=0. Jadi, batas-batas nilai derajat ionisasi (α)
adalah 0 ≤ α ≤ 1.
Elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi besar (mendekati 1), sedangkan elektrolit
lemah mempunyai derajat ionisasinya kecil (mendekati 0). Elektrolit kuat mempunyai daya
hantar yang relatif baik meskipun konsentrasinya kecil, sedangkan elektrolit lemah
mempunyai daya hantar yang tidak terlalu baik meskipun konsentrasinya relatif besar. Pada
konsentrasi yang sama, elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang lebih baik daripada
elektrolit lemah.
Beberapa senyawa seperti perak klorida (AgCl) dan magnesium hidroksida
[Mg(OH)2] yang sangat sedikit larut dalam air digolongkan elektrolit kuat karena senyawa
yang terlarut terion sempurna. Senyawa ini walaupun termasuk elektrolit kuat tapi tidak
menghasilkan nyala lampu terang ketika diuji daya hantar listriknya. Hal ini karena jumlah
ion yang dihasilkan sangat sedikit.
Jika larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah diuji daya hantar listriknya yang
dirangkai dengan bola lampu, maka akan mengahasilkan nyala lampu seperti gambar 2.7
(a) (b)
Gambar 2.7 Uji Daya Hantar Listrik pada (a) Larutan Elektrolit Kuat dan (b) Larutan Elektrolit Lemah

Senyawa-senyawa yang termasuk elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan nonelektrolit


dapat digolongkan seperti pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Contoh Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit


Golongan Tipe zat terlarut Contoh
(di dalam pelarut air)
Elektrolit kuat  Senyawa ion 
Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3,
 Senyawa kovalen polar yang HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
terionisasi sempurna 
Basa kuat, yaitu basa-basa
golongan alkali dan alkali tanah,
antara lain : NaOH, KOH, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

Garam-garam yang mempunyai
kelarutan tinggi, antara lain : NaCl,
KCl, KI, KNO3, Al2(SO4)3 dan lain- lain.

Elektrolit  Beberapa senyawa ion  Asam lemah, antara lain:


 Senyawa kovalen polar yang CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan
lemah
terion Sebagian lain-lain.
 Basa lemah, antara lain: NH4OH,
Ni(OH)2 dan lain-lain.
 Garam-garam yang sukar larut,
antara lain: CaCrO4, PbI2 dan lain-
lain.
Nonelektrolit  Senyawa kovalen polar yang  Larutan urea
tidak dapat terion  Larutan sukrosa
 Larutan glukosa
 Larutan alkohol dan lain-lain

Bagaimana cara menentukan kekuatan larutan elektrolit? Kekuatan larutan elektroit


ditentukan oleh beberapa faktor :
 Jenis larutan elektrolit, elektrolit kuat dalam konsentrasi yang sama atau hampir sama
mempunyai kekuatan jauh lebih besar jika dibanding larutan elektrolit lemah. Sebab
dalam larutan elektrolit lemah hanya sebagian kecil larutan yang terurai menjadi ion-
ionnya (misal dengan derajat dissosiasi = 0,0001 berarti yang terurai hanya 0,01% dari
total konsentrasinya) sedangkan larutan elektrolit kuat hampir semuanya terurai (100%
dari konsentrasi terurai)
 Kadar/Konsentrasinya, bila sama jenisnya (sama-sama elektrolit lemah atau sama-
sama elektrolit kuat) kekuatan larutan elektrolit ditentukan oleh konsentrasinya. Semakin
besar konsentrasi maka semakin besar kekuatannya, karena semakin banyak yang
mengion.
 Jumlah ion yang terbentuk per molekul, konsentrasi larutan bukan satu-satunya faktor
yang mempengaruhi kekuatan larutan elektrolit. Jumlah ion yang terbentuk per molekul
juga berpengaruh. Contoh, reaksi penguraian KCl dan CaCl 2. Dalam reaksi tersebut tiap
satu molekul KCl menghasilkan dua ion yaitu satu ion K+ dan satu ion Cl- sedangkan
dalam reaksi penguraian CaCl2 menghasilkan tiga ion, yaitu satu ion Ca+ dan dua ion
Cl-. Jadi pada konsentrasi yang sama, kekuatan CaCl2 lebih besar daripada KCl.
BAB 2
A. MATERI

1. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Pengikatan dan Pelepasan Oksigen


Oksidasi didefinisikan sebagai pengikatan oksigen, sedangkan reduksi adalah pelepasan
oksigen. Pembakaran kayu, pembakaran gas alam, pembakaran bensin pada mesin mobil,
perkararatan besi merupakan contoh reaksi oksidasi.
1. Pembakaran gas metana akan menghasilkan karbon dioksida, air, dan
energi. CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) + energi

2. Oksidasi sulfur menjadi gas sulfur


dioksida S(s) + O2(g) → SO2(g)

3. Oksidasi glukosa dalam tubuh


C6H12O6(aq) + 6O2(g) → 6CO2(g) + 6H2O(l)

Contoh reaksi reduksi:


1. Reduksi tembaga(II) oksida oleh gas
hidrogen CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)

2. Reduksi raksa(II) oksida


2HgO(s) → 2Hg(l) + O2(g)

3. Reduksi air menjadi oksigen pada proses fotosintesis


H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)

Reaksi oksidasi dan reduksi biasanya berjalan secara simultan (bersamaan) seperti yang yang
terjadi pada reaksi berikut:
Karena reaksi reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, maka reaksi di atas
disebut reaksi redoks. Pada contoh di atas, CO dioksidasi oleh Fe2O3. Oleh karena itu, Fe2O3
merupakan pengoksidasi atau oksidator. Sebaliknya, Fe2O3 direduksi oleh CO sehingga CO
merupakan pereduksi atau reduktor. Jadi, oksidator adalah zat yang memberikan oksigen
kepada zat lain, sedangkan reduktor adalah zat yang menerima oksigen dari zat lain.

2. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Pelepasan dan Penerimaan Elektron


Dahulu pengertian reaksi oksidasi dan reduksi hanya digunakan untuk reaksi-reaksi
yang berlangsung dengan adanya perpindahan oksigen. Konsep ini kemudian berkembang
setelah para ahli melihat suatu karakteristik mendasar dari reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
ditinjau dari ikatan kimianya yaitu adanya serah terima electron. Konsep ini lebih luas karena
dapat diterapkan untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Misalnya pada reaksi:
2Zn(s) +O2(g) → 2ZnO(s) atau 2Zn2+O2-(s)
Pada reaksi tersebut, atom seng (Zn) pada logam diubah menjadi kationnya (Zn2+). Proses
tersebut disebut oksidasi.
Oksidasi: Zn → Zn2+ + 2e
Sedangkan oksigen (O2) diubah menjadi anion (O2-). Proses tersebut disebut reduksi.
Reduksi: O2 + 4e → 2O2-
4 elektron yang digunakan pada proses reduksi diambil dari dua atom seng. Transfer 4
elektron dari atom seng ke molekul oksigen dapat digambarkan sebagai berikut:

O2(g) 4e
+
2+
2Zn(s) → 2Zn + 4e atau 2Zn(s) + O2(g) → 2ZnO(s)

2O2-
Reaksi di atas merupakan reaksi redoks karena reaksi oksidasi dan reduksi terjadi
bersamaan. Jika diilustrasikan gambaran mikroskopiknya seperti pada gambar berikut.

Keterangan:
: atom Zn : atom O
: atom Zn2+ : atom O2-

Gambar 3.1 Reaksi Redoks antara Zn dengan O2 menghasilkan ZnO

Jadi, oksidasi adalah pelepasan elektron, sedangkan reduksi penerimaan elektron.


Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berpasangan, dimana salah satu reaktan
teroksidasi dan pada saat yang bersamaan reaktan yang lain tereduksi. Misalnya pada reaksi
antara Zn dengan larutan Cu2+ berikut:
Oksidasi: Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
Reduksi: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Reaksi di atas disebut persamaan setengah reaksi. Persamaan total dari reaksi redoks adalah
jumlah dari dua setengah reaksi.
Persamaan setengah reaksi oksidasi: Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
Persamaan setengan reaksi reduksi : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Persamaan reaksi total : Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama dengan jumlah elektron
yang diterima pada setengah reaksi reduksi sehingga tidak ada elektron pada persamaan
reaksi total. Ilustrasi gambaran mikroskopik seperti pada gambar berikut.
Keterangan:
: atom Zn : ion : ion Zn2+
Zn+
: atom Cu
: ion Cu 2+
: ion Cu +

Gambar 3.2 Reaksi redoks antara Zn dengan Cu2+

Jika jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi tidak sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi, maka salah satu harus
dikalikan sehingga jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama
dengan jumlah elektron yang diterima pada setengah reaksi reduksi. Contohnya:
Persamaan setengah reaksi oksidasi: [ Ag(s) → Ag+(aq) + 1e ] X 2
Persamaan setengan reaksi reduksi: S(g) + 2e → S2-
Persamaan reaksi total : 2Ag(s) + S(g) → Ag2S(s)
Reaksi tersebut dapat terjadi pada bahan yang terbuat dari perak, misalnya sendok perak yang
yang semula berwarna putih perak teroksidasi menjadi perak sulfida yang berwarna
kekuningan. Ilustrasi reaksinya seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Reaksi redoks Ag dengan S menjadi Ag2S pada sendok perak
3. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi (b.o) didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom ketika
berada dalam bentuk ion atau molekul. Ada beberapa aturan untuk menentukan bilangan
oksidasi suatu atom, antara lain:
4. Bilangan oksidasi dari unsur bebas seperti Na, Fe, H2, Cl2, O2, P4, dan S8 = 0.
5. Bilangan oksidasi dari ion monoatomik sederhana = muatan ionnya. Contoh:
 Bilangan oksidasi Na+ = +1 Bilangan oksidasi Cu2+ = +2
 Bilangan oksidasi O2- = -2 Bilangan oksidasi Cl- = -1
6. Jumlah bilangan oksidasi dari semua atom dalam molekul netral = 0, sedangkan jumlah
bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik = muatan ionnya. Contoh:
 Muatan senyawa NaCl = 0
Jumlah b.o Na + jumlah b.o Cl = 0
(1 x b.o Na) + (1 x b.o Cl) = 0
-
 Muatan NO3 = -1
Jumlah b.o N + jumlah b.o O = -1
(1 x b.o N) + (3 x b.o O) = -1
7. Bilangan oksidasi fluorin di dalam senyawanya, misalnya HF, NaF, ClF3 selalu -1.
8. Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa kovalen dengan nonlogam seperti HCl, NH 3,
H2O = +1. Bilangan oksidasi hidrogen yang membentuk ikatan dengan logam = -1,
misalnya NaH dan CaH2.
9. Bilangan oksidasi oksigen di dalam senyawanya selalu -2, kecuali dalam senyawa
fluorida, peroksida, dan superoksida.
 Bilangan oksidasi O dalam H2O = -2
 Bilangan oksidasi O dalam senyawa fluorida, OF2 = +2
 Bilangan oksidasi O dalam senyawa peroksida, H2O2, Na2O2 = -1
 Bilangan oksidasi O dalam senyawa superoksida, KO2 = -1/2
10. Logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +1.
11. Logam golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam senyawanya mempunyai bilangan
oksidasi = +2.
12. Bilangan oksidasi golongan nonlogam sama dengan muatan ionnya.
Contoh;
 Cl dalam NaCl adalah Cl- sehingga bilangan oksidasi Cl dalam NaCl = -1
 Cl dalam ICl adalah Cl-, karena keelektronegatifan Cl lebih besar daripada I sehingga
bilangan oksidasi Cl dalam ICl = -1
13. Logam transisi mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi.
Berikut ini beberapa contoh cara menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam
molekul, ion sederhana, maupun ion poliatomik.
 Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam MgCl2, b.o Mg = +2, Cl = -1
MgCl2

+2 -1
Jumlah b.o Mg + jumlah b.o Cl =
0 (1 x b.o Mg) + (2 x b.o Cl) =
0 [1 x (+2)] + [2 x (-1) ] = 0
(+2) + (-2) =0
 Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam Fe2O3, b.o Fe = +3, O = -2
Fe2O3

+3 -2

Jumlah b.o Fe + jumlah b.o O = 0


(2 x b.o Fe) + (3 x b.o O) =0
[2 x (+3)] + [3 x (-2) ] =0
(+6) + (-6) =0
 Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam NH4+, b.o N = -3, H = +1

NH4+

-3 +1

Jumlah b.o N + jumlah b.o H = +1


(1 x b.o N) + (4 x b.o H) = +1
[1 x (-3)] + [4 x (+1) ] = +1
(-3) + (+4) = +1
 Menentukan bilangan oksidasi (b.o) semua atom dalam SO42-, b.o S = +6, O = -2
SO42-

+6 -2

Jumlah b.o S + jumlah b.o O = -2


(1 x b.o S) + (4 x b.o O) = -2
[1 x (+6)] + [4 x (-2) ] = -2
(+6) + (-8) = -2

Bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawanya berkaitan dengan posisi unsur-unsur


dalam tabel periodik. Suatu atom dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Berikut ini
beberapa bilangan oksidasi atom dari beberapa unsur pada periode 2, dan 3.

Gambar 2.1 Bilangan Oksidasi pada Unsur Periode 2 dan 3

Gambar 2.2 Bilangan Oksidasi pada Unsur Periode 3

4. Konsep Oksidasi-Reduksi Ditinjau dari Peningkatan dan Penurunan


Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi dapat digunakan untuk menjelaskan reaksi oksidasi dan reduksi
secara luas. Oksidasi adalah peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah penurunan
bilangan oksidasi. Contoh:
a. Reaksi pembakaran karbon (C) menjadi gas karbondioksida (CO2).
reduksi
oksidasi

C(s) + O2(g) → CO2(g)


0 0
+4 -2

Karbon (C) mengalami oksidasi karena bilangan oksidasi C meningkat dari 0 menjadi +4,
sedangkan oksigen (O2) mengalami reduksi karena bilangan oksidasi oksigen menurun
dari 0 menjadi -2.

b. Reaksi antara kalium permanganat (KMnO4) dengan asam klorida (HCl)

oksidasi
reduksi

2KMnO4(aq) + 14HCl(aq) → 2MnCl2(aq) + 2KCl(aq) + 5Cl2(g) + 7H2O(l)

+1+7-2 +1 -1 +2 -1 +1-1 0 +1 -2

HCl mengalami oksidasi karena bilangan oksidasi Cl meningkat dari -1 menjadi 0,


sedangkan KMnO4 mengalami reduksi karena bilangan oksidasi Mn menurun dari +7
menjadi +2. HCl menyebabkan KMnO4 tereduksi menjadi MnCl2 sehingga HCl disebut
reduktor, sedangkan KMnO4 menyebabkan HCl teroksidasi menjadi Cl2 sehingga KMnO4
disebut oksidator.

5. Reaksi Autoredoks atau Disproporsionasi


Pada beberapa reaksi redoks, kadang senyawa yang sama mengalami oksidasi
sekaligus reduksi. Reaksi demikian disebut reaksi autoredoks atau disproporsionasi. Jadi pada
reaksi autoredoks oksidator dan reduktor merupakan zat yang sama. Misalnya gas klorin yang
dilarutkan di dalam air akan mengalami reaksi autoredoks atau disproporsionasi.

oksidasi
reduksi

Cl2(g) + H2O(l) → HOCl(aq) + HCl(aq)

0 +1 -2 +1 -2 +1 +1 -1
Sebagian dari gas Cl2 (bilangan oksidasi 0) mengalami reaksi oksidasi menjadi HOCl (bilangan
oksidasi +1) dan mengalami reduksi menjadi HCl (bilangan oksidasi -1). H 2O yang menyebabkan
Cl2 teroksidasi sekaligus tereduksi, sehingga H2O bertindak sebagai reduktor sekaligus oksidator.
Reaksi kebalikan dari reaksi autoredoks adalah reaksi konproporsionasi, yaitu reaksi redoks
yang hasil oksidasi dan reduksinya sama. Contohnya:

oksidasi
reduksi

2H2S + SO2 → 3S + 2H2O

+1 -2 +4 -2 0 +1 -2

Pada reaksi tersebut, hasil oksidasi dan hasil reduksinya merupakan zat yang sama yaitu
belerang (S).
6. Reaksi Oksidasi dan Reduksi dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsep oksidasi reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi lebih luas daripada dua
konsep awal. Terdapat banyak reaksi redoks yang kita temui dalam kehidupan sehari- hari, antara
lain:
a. Pembakaran gas alam
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
b. Fotosintesis
6CO2(g) + 6H2O(l) + sinar matahari → C6H12O6(aq) + 6O2(g)
c. Ekstark besi dari oksida besi
Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)
d. Korosi
4Fe(s) + 3O2(g) + nH2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)
e. Aki mobil
Oksidasi : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e Reduksi
: PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e → PbSO4 + 2H2O
Reaksi total: Pb + PbO2 + 4H+ + 2SO42- → 2PbSO4 + 2H2O
7. Rumus kimia
Rumus Kimia dinyatakan dengan lambang dan jumlah atom-atom yang terkandung
dalam unsur maupun senyawa. Beberapa rumus kimia yang digunakan untuk menyatakan
nama dan komposisi senyawa adalah rumus empiris, rumus molekul, dan rumus struktur.

1. Rumus Empiris (RE)


Menyatakan perbandingan paling sederhana atom-atom dalam satu molekul.
2. Rumus Molekul (RM)
Menunjukkan jumlah yang sebenarnya atom-atom setiap unsur dalam satu molekul
senyawa.
3. Rumus Struktur (RS)
Menunjukkan jumlah atom-atom dan ikatan antaratom.
Contoh: Senyawa hidrogen peroksida
Rumus empiris: HO
Rumus molekul: H2O2

Rumus struktur:

8. Rumus dan Nama Senyaw Ionik


Rumus senyawa ionik: AxBy → Ay+ Bx-
1. Penamaan Senyawa Ionik Biner
Nama kation = nama logam berakhiran -ium Nama
anion = nama nonlogam berakhiran -ida Contoh:
NaCl = natrium klorida MgF2 =
magnesium fluorida

2. Penamaan Senyawa Ionik dari Logam Transisi


 Penamaan IUPAC
Nama kation = nama logam diikuti angka romawi dalam kurung tanpa spasi
Nama anion = nama nonlogam berakhiran -ida
Contoh:
Cu2O = tembaga(I) oksida FeCl2 = besi(II) klorida
CuO = tembaga(II) oksida FeCl3 = besi(III) klorida
 Penamaan trivial
Akhiran “o” untuk ion logam yang bermuatan rendah
Akhiran “i” untuk ion logam yang bermuatan tinggi
Contoh:
Cu2O = kupro oksida FeCl2 = ferro klorida
CuO = kupri oksida FeCl3 = ferri klorida

3. Penamaan Senyawa dari Ion Poliatomik


Ion poliatomik adalah ion yang tersusun dari gabungan dua unsur atau lebih. Jika dua
atau lebih ion poliatomik ada dalam satu rumus, ion-ion ini dituliskan dalam tanda kurung,
dengan angka indeks diluar tanda kurung menunjukkan jumlah ion poliatomik.
Contoh:
Ca(NO3)2 = kalsium nitrat (NH4)2SO4 =
ammonium sulfat Berikut ini tabel nama-
nama kation:
Berikut ini tabel nama-nama anion:

4. Senyawa Ionik Berhidrat


Senyawa ionik berhidrat mengandung molekul air dengan jumlah tertentu yang terikat
dalam senyawa ionik. Rumus air ditulis berpasangan dengan rumus senyawa ionik dibelakang
titik. Jumlah air yang terikat pada rumus senyawa ditulis di depan rumus air setelah titik.
Contoh: MgSO4.7H2O = magnesium sulfat heptahidrat

5. Senyawa molekuler yang mengandung hidrogen menggunakan nama umum yang


tidak sistematis.
9. Rumus dan Nama Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen biner tersusun dari dua unsur nonlogam yang berbeda. Aturan
penamaannya:
1. Unsur dengan nomor golongan yang lebih rendah dalam tabel periodik sebagai kata
pertama dan yang nomor golongannya lebih tinggi sebagai kata kedua.
2. Jika kedua unsur terletak pada golongan yang sama, unsur yang terletak pada periode yang
lebih tinggi ditulis sebagai kata pertama.
3. Unsur yang kedua ditulis sesuai dengan nama unsur dengan akhiran -ida
4. Senyawa kovalen memiliki awalan latin yang menunjukkan jumlah atom setiap unsur dalam
senyawa.
Contoh: SO3 = belerang trioksida N2O3 = dinitrogen trioksida
BAB 3
A. MATERI

1. Hukum-hukum Dasar Kimia:


1. Hukum Lavoisier disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
2. Hukum Perbandingan Tetap (Proust – 1799)
3. Hukum Gay Lussac (1802)
4. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
5. Hukum Avogadro (1811)

 Hukum Lavoisier (Hukum kekekalan massa)


Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoisier adalah
suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut Dalam sistem tertutup massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/ konstan).
Percobaan yang dilakukan oleh Lavoisier adalah dengan memanaskan 530 gram logam
mercuri dalam wadah terhubung udara dalam silinder ukur pada sistem tertutup. Ternyata
volume udara dalam silinder berkurang 1/5 bagian. Logam merkuri berubah menjadi merkuri
oksida sebanyak 572,4 gram. Besarnya kenaikan massa merkuri sebesar 42,4 adalah sama
dengan 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen → merkuri oksida
530 gram + 42,4 gram = 572,4 gram

 Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap)


Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu sama. “Perbandingan
massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.” Misalnya, air tersusun dari
dua atom Hidrogen (H) untuk setiap atom Oksigen (O) yang kemudian setiap simbolik
dituliskan sebagai rumus molekul yang sangat umum dikenal, yaitu H2O. Dalam 10 g air,
terdapat 1.119 g H dan 8,881 g O sebagai peyusun senyawanya. Demikian pula dalam 27 g air,
maka terdapat 3,021 g H dan 23.979 g O. Dengan demikian komposisi/perbandingan H dan O
dalam kedua air yang massanya berbeda tersebut adalah sama, yaitu H=11,19% dan O=88,81%.

 Hukum Dalton (Hukum Perbandingan Berganda)


Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk unsur- unsur yang
dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Berdasarkan hasil percobaannya, Dalton
merumuskan hukum kelipatan perbandingan yang berbunyi: ”Jika dua jenis unsur bergabung
membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa-massa salah satu unsur dalam senyawa-
senyawa tersebut sama, sedangkan massa-massa unsur lainnya berbeda, maka perbandingan
massa unsur lainnya dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan
sederhana”. Untuk memahami hal ini, perhatikan tabel hasil percobaan reaksi antara
nitrogen dengan oksigen berikut.
Massa nitrogen Massa oksigen Massa senyawa
Jenis senyawa
yang direaksikan yang direaksikan yang terbentuk
Nitrogen
monoksida 0,875 gram 1,00 gram 1,875 gram
(NO)
Nitrogen
dioksida 1,75 gram 1,00 gram 2,75 gram
(NO2)

Tabel: Hasil percobaan reaksi antara nitrogen dengan oksigen

Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam
senyawa NO2 dan senyawa NO merupakan bilangan bulat dan sederhana.

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛i𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 NO2 = 175gram = 2


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛i𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 NO 0,875 gram 1

 Hukum Gay Lussac (Hukum Perbandingan Volume)


Gay Lussac merumuskan hukum perbandingan volume: “Padasuhu dan tekanan yang sama,
volume gas gas yang bereaksi dan volume gas-gashasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat
sederhana.“ Hukum perbandingan volume dari Gay Lussac dapat kita nyatakan sebagai berikut:
“Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan koefisien masing-masing gas.” Untuk dua buah gas
(misalnyagas A dan gas B) yang tercantum dalam satu persamaan reaksi, berlaku hubungan: Volume A /
Volume B = koefisien A / koefisien B
Volume A = koefisien A / koefisien B × volume B
Contoh : Berat 1 liter suatu gas = 2 gram, 10 liter NO pada P dan T yang samaberatnya 7,5
gram. Berapa berat molekul tersebut?
Jawab :
V1 / V2 = n1 / n2
n1 = 2 / x
𝑉1 𝑥 𝑛2
n1 = 𝑉2
1 𝑥 0,25
2/x =
10

x = 20 / 0,25
= 80

 Hukum Avogadr0
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga
merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain
perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Pada
keadaan STP (0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter

Contoh: Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan tekanan tetap, di
mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram ?
(Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 58 = 0,5 mol
Mol O2 = 40 / 32 = 1,25 mol
Volume C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter

2. Konsep Mol
Banyaknya jumlah partikel (atom, molekul, atau ion) dalam suatu zat dinyatakan
dalam satuan mol. Para ahli sepakat bahwa satu mol zat mengandung jumlah partikel yang
sama dengan jumlah partikel dalam 12,0 gram isotop C-12 yakni 6,02 x 10 23 partikel. Jumlah
partikel ini disebut Bilangan Avogadro (NA = Number Avogadro) atau dalam bahasa Jerman
Bilangan Loschmidt (L).
Dengan mempertimbangkan aspek massa zat, 1 mol zat didefinisikan sebagai massa
zat tersebut yang sesuai dengan massa molekul relatifnya (Mr) atau massa atomnya (Ar).
Untuk 1 mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai dengan massa atom Karbon, diketahui
dari tabel periodik bahwa massa atom karbon adalah 12 sma, sehingga massa zat tersebut
juga 12 gram. Untuk itu 1 mol zat dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :

Massa Molar
Massa molar didefinisikan sebagai massa satu mol partikel yang mewakili dari suatu zat.
Dengan melihat pada tabel periodik, kita dapat menyimpulkan bahwa massa molar lithium
adalah 6.94 g, massa molar dari seng adalah 65,38 g, dan massamolar emas adalah 196,97 g.
Masing-masing dari jumlah ini mengandung 6,02 × 1023 atom dari unsur tertentu. Satuan
untuk massa molar adalah gram per mol atau g/mol.

Volume Molar gas


Volum molar adalah volume 1 mol zat dalam wujud gas dalam keadaan tertentu.
Satuannya liter/mol. Pada keadaan standar (STP) dengan tekanan 1 atm dan suhu 0 oC, volum
molar gas = 22,4 liter. Pada keadaan ambien (ATP) dengan tekanan 1 atm dan suhu 25oC,
volum molar gas = 24,4 liter. Maka hubungan mol dengan volum molar :
𝑉
𝑛=
𝑉𝑚
Keterangan:
V = volume gas (liter)
Vm = volume molar (liter/mol)

3. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus kimia yang menggambarkan perbandingan mol terkecil
dari atom-atom penyusun senyawa. Sebagai contoh, setiap molekul asetat terdiri dari 2 atom
karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2 atom Oksigen (O). Dengan demikian, perbandingan
jumlah atom C : H : O dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 = 1 : 2 : 1. Jadi rumus empiris asam
asetat adalah CH2O.
Contoh soal :
Dalam 3 gram suatu senyawa karbon terdapat 1,2 gram karbon, 0,2 gram Hidrogen,dan
sisanya adalah oksigen. Tentukanlah rumus empiris dari senyawa tersebut ( Ar H
= 1; C= 12; dan O = 16)
Jawab:
Suatu senyawa mengandung unsur karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Dalam
3 gram senyawa terdapat C = 1,2 gram; H= 0,2 gram; dan O = 3-(1,2+0,2) gram = 1,6
gram
1,2 g𝑟𝑎𝑚
jumlah mol C 12 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
= 0.1 mol
= 0,2 g𝑟𝑎𝑚

jumlah mol H = 1 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,2 mol

massa O = 3 – (1,2 + 0,2) gram = 1,6 gram


1,6 g𝑟𝑎𝑚
jumlah mol O = 16 g𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,1 mol

perbandingan mol C : H : O = 0,1 : 0,2 : 0,1 = 1 : 2 : 1


Jadi rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2O

4. Rumus Molekul
Rumus Molekul adalah rumus sebenarnya dari suatu senyawa. Secara umum, rumus
molekul dari senyawa dengan rumus empiris RE dapat dinyatakan sebagai (RE)x , adapun
harga x bergantung pada massa molekul relatif (Mr) dari senyawa yang bersangkutan.
Contoh soal :
Diketahui rumus empiris suatu senyawa adalah CH2O dan massa molekul relatif senyawa
tersebut adalah 60, lalu anda diminta menentukan rumus molekulnya. Dalam hal ini rumus
molekul senyawa dapat ditulis sebagai (RE)x, seterusnya nilai x ditentukan berdasarkan nilai
massa molekul relatifnya.
Jawab :Diketahui rumus empiris CH2O
Misalnya rumus molekul senyawa itu (CH2O)x
Mr (CH2O)X = 60 ⭢ (12 + 2 + 16)x = 60
5. Senyawa Hidrat
Hidrat adalah senyawa Kristal padat yang mengandung air Kristal (H2O).
Rumus kimia senyawa Kristal padat sebenarnya sudah diketahui. Jadi, pada dasarnya
penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (x). Rumus
hidrat dapat ditulis sebagai berikut :
(Rumus kimia senyawa kristal padat).x(H2O)
Nilai x dapat dihitung dari perbandingan mol pada pemanasan hidrat.
CaSO4.x(H2O) → CaSO4 + xH2O
1 mol 1 mol 1 mol

6. Kadar zat dalam campuran


Menyatakan kadar campuran sangat penting dalam kimia. Kadar zat sangat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi. Kadar zat dapat dinyatakan dalam :
 Persen massa (% massa)
Untuk menyatakan % massa kita dapat menentukannya dengan rumus:
% massa = (massa zat/ massa campuran) x 100%
Contoh:
20 gram gula dicampurkan dengan 80 gram air. Berapakah % kah kadar gula dalamlarutan yang
terbentuk?
Jawab:
= (20 gram/ 100 gram) x 100%
= 20%
Perhatikan bahwa massa campuran adalah massa gula ditambah massa air yaitu 100gram, bukan 80
gram. Kesalahan sering dilakukan disini.

 Persen volume (% volum)


Persen volum sering digunakan untuk menyatakan kadar zat yang terbentuk dari dua zat
berwujud cair, misalnya untuk menyatakan kadar alcohol dalam campuran.Untuk
menyatakan
% volume kita dapat menentukannya dengan rumus:
% volume = (volume zat/ volume campuran) x 100%
Misalnya, kalian membeli alcohol yang dikemasannya tertera kadarnya 70 %. Berarti alkohol
yang kalian beli itu tidak murni alias campuran. Alkohol itu terdiri dari alcohol dan air. Bila
volume alcohol yang kalian beli itu 250 ml, berapa banyak air yang terdapat pada campuran
tersebut?
Alcohol 70 % = (70/100) x 250 ml
= 175 ml
Berapa banyak airnya?
250 ml – 175 ml = 75 ml
% volum = (volum zat/ volum campuran) x 100%

 Ppm / Bpj (bagian persejuta)


Ppm / bpj digunakan untuk menyatakan kadar campuran yang sangat kecil. Misalnya
untuk menyatakan kadar gas gas polutan di udara, kadar garam dalam airlaut dll.
Misalnya diambil sampel 1 kg air sungai. Setelah diteliti, didalamnya terdapat 10 mg Pb. Maka
kita bisa menyatakan bahwa dalam air sungai tersebut kadar Pb adalah
= (20 mg/ 1000000 mg) x 1000000 = 20 ppm
7. Pereaksi Pembatas
Sesuai namanya, pereaksi pembatas adalah zat (pereaksi) yang membatasi jumlah
produk yang dihasilkan pada suatu reaksi. Dikatakan membatasi jumlah produk yang
dihasilkan karena zat tersebut telah habis terlebih dahulu selagi zat yang lain masih ada,
padahal keberadaannya sangat diperlukan untuk reaksi selanjutnya (menghasilkan produk).
Jadi, pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu (pertama kali).
Pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah mol setiap pereaksi
masing-masing dengan koefisien reaksinya (= kuosien reaksi, Q). Tentu saja dari reaksi yang
sudah setara. Pereaksi dengan kuosien reaksi terkecil merupakan pereaksi pembatas.
Dengan demikian kalau tersedia beberapa zat pereaksi dengan jumlahnya masing-masing,
kita dapat meramalkan zat pereaksi apa yang nantinya habis terlebih dahulu atau zat apa
yang tersisa. Untuk perhitungan selanjutnya, jumlah (mol) pereaksi pembatas dipakai sebagai
pembanding/ standarnya. Baik jumlah produk ataupun zat lain yang bereaksi.
Contoh:
Dalam wadah tertutup, 23 gram etanol (Mr = 46) dibakar dengan 80 gram oksigenberdasarkan
reaksi berikut:
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2CO2 (g) + 3 H2O (l)
Tentukan pereaksi pembatas dalam reaksi tersebut!
Jawab:
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2CO2 (g) + 3 H2O (l)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 C2H5OH 23
Jumlah mol etanol = n C2H5OH = = = 0,5
𝑀𝑟 C2H5OH 46
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 O2 80
Jumlah mol oksigen = n O2 = = = 2,5
𝑀𝑟 O2 32

Perbandingan etanol : oksigen yang bereaksi adalah 1 : 3 atau 0,5 : 1,5.


Jadi oksigen pada reaksi ini akan berlebih. Etanol akan habis terlebih dulu sehingga etanol
disebut sebagai pereaksi pembatas.

Anda mungkin juga menyukai