Reaksi :
HCl H+ + Cl-
H2O H+ + OH-
Fenomena elektrolisis tidak selalu sederhana seperti pada larutan HCl. Elektron-elektron
ditangkap oleh ion-ion pada katoda, dan elektron-elektron dilepas oleh ion pada anoda. Kation
atau anion yang bereaksi pada elektroda tidak selalu dari zat terlarut. Dalam larutan air, ion
hidrogen dan hidroksil selalu ada meskipun sangat sedikit, sesuai reaksi : H2O H+ + OH-
Ion-ion dari zat terlarut dan ion hidrogen dan hidroksil bersaing untuk melepas muatan mereka
pada elektroda. Ion yang berhasil (menang) adalah ion yang memerlukan energi paling sedikit
untuk melepaskan muatan. Secara elektrokimia, ion yang memerlukan potensial elektroda
negatif lebih rendah, akan terlebih dahulu melepas muatannya pada katoda; sedangkan ion yang
memerlukan potensial elektroda positif lebih rendah akan terlebih dahulu melepas muatannya
Sehingga setelah elektrolisa selesai di dalam larutan akan tertinggal ion Na+ dan ion OH- dan
larutan menjadi bersifat basa. Pada elektrolisa larutan CuSO4, ion tembaga dan ion hidroksil
akan melepaskan muatan mereka, sehingga katoda akan dilapisi oleh tembaga dan gas oksigen
dibebaskan pada anoda. Reaksinya adalah sebagai berikut :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
H2O H+ + OH-
Katoda : Cu2+ + 2e- Cu (s)
Anoda :4OH- 2H2O + O2(g) + 4e-
Ion hidrogen dan ion sulfat akan tersisa dalam larutan, dan larutan menjadi bersifat asam.
Zat Elektrolit
Zat elektrolit Kuat ( 1) Zat Elektrolit Lemah ( 1)
1. semua asam halida kecuali HF, HNO3, 1. HF, HNO2, HSO4-, HCN, H2S, H2CO3,
H2SO4 pada tingkat pertama H2C2O4,
2. semua hidroksida logam alkali; Sr(OH)2 2. Semua hidroksida logam alkali tanah kecuali
dan Ba(OH)2 Sr dan Ba
3. sebagian besar garam 3. garam merkuri
Dimana A dan B disebut pasangan asam dan basa konjugasi. Dalam hal ini ion H+ menunjukkan
ion hidrogen yang tidak tersolvasi (tidak terikat oleh air).
Jenis-jenis asam menurut Bronsted dan Lowry :
a. Molekul-molekul tidak bermuatan, misalnya : HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH dll.
b. Anion-anion yang terdapat dalam garam asam, misalnya : anion bisulfat (HSO4-), anion
bikarbonat (HCO3-), anion bifosfat (H2PO4-) dll.
c. Ion amonium dan ion hidronium, karena kedua ion tersebut mempunyai kecenderungan
memberikan proton, yaitu : NH4+ NH3 + H+
H3O+ H2O + H+
d. Kation-kation terhidrat, seperti misalnya ion aluminium hidrat :
{Al(H2O)6}3+ {Al(H2O)5(OH)}2+ + H+
Jenis-jenis basa menurut Bronsted dan Lowry :
Zat Elektrolit
Zat elektrolit Kuat ( 1) Zat Elektrolit Lemah ( 1)
1. semua asam halida kecuali HF, HNO3, 1. HF, HNO2, HSO4-, HCN, H2S, H2CO3,
Contoh 2.
Hitung konsentrasi ion hidrogen dari larutan 0,1 M asam asetat yang derajat ionisasinya 1,35%.
Penyelesaian:
CH3COOH H+ + CH3COO-,
[H+] = 1,35% x [CH3COOH]
= 1,35% x 0,1 M = = 1,35 x 10-3M.
1,82 x105
1,82x10-5 = 2 (0,1) jadi = 1,35x10 2 atau 1,35%.
0,1
Berdasar harga Ka1 dan Ka2, terlihat bahwa harga Ka2 jauh lebih kecil daripada Ka1, hal ini
berarti [S2-] sangat kecil; sehingga untuk menghitung harga [HS-] yang penting adalah pada
[HS - ] 9,5 x 10 5
[S 2 ] K a 2 x 2
1,2 X 10 5 x 5
1,2 x 10 15 M
[S ] 9,5 x 10
Berdasarkan persamaan terakhir terlhat, bahwa besarnya konsentrasi ion sulfida (S2-)
berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi ion hidrogen (H +). Hal ini berarti apabila
ke dalam larutan jenuh H2S ditambahkan asam kuat sedemikian hingga besarnya konsentrasi ion
H+ dalam larutan menjadi dua kali semula, maka konsentrasi ion S2- menjadi seperempat kali
semula.
Contoh 2.
Hitunglah besarnya konsentrasi ion sulfida (S2-) dalam larutan HCl 0,25 M yang dijenuhkan
dengan H2S.
Penyelesaian :
HCl adalah suatu asam kuat yang dalam larutan mengalami proses ionisasi sempurna
menghasilkan konsentrasi H+ = 0,25 M. Menurut proses ionisasi H2S (lihat materi sebelumnya) :
[H ] [HS ] K a1 [H 2 S]
K a1 9,1 x 10 -8 [HS ]
[H 2 S] [H ]
( 9,1 x 10 8 ) x 0,1
3,6 x 10 8 M
0,25
[H ] [S 2 ] 2 K a 2 [HS ]
K a2
1,2 x 10 -15 . [S ]
[HS ] [H ]
( 1,2 x 10 15 ) x ( 3,6 x 10 8 )
1,7 x 10 22 M
0,25
Dari contoh ini dapat dilihat bahwa perubahan keasaman (konsentrasi H+) dari 9,5 x 10 5 M
menjadi 0,25 M, menyebabkan konsentrasi ion sulfida (S2-) dalam larutan berkurang dari
1,2 x 10-15 M menjadi 1,7 x 10-22 M.
Contoh 4.
Bagaimana pengaruh penambahan 16,4 gram garam Natrium asetat (Na.C2H3O2) ke dalam 2 liter
larutan Asam asetat 0,1 M, terhadap derajad ionisasinya . Diketahui : Ka = 1,82 x 10-5; BA. Na
=23, O=16, C=12, H=1.
Penyelesaian :
a. Sebelum penambahan garam Na.C2H3O2
Ka 1,82 x 10 5
Rumus : α 1,35 x 10 2 dan [H+] = 0,1 x = 0,1 x 1,35 x 10-2
C 0 ,1
= 1,35 x 10-3 M.
b. Sesudah penambahan garam Na.C2H3O2
B.M. Na.C2H3O2 =23 + 24 + 3 + 32 = 82
swm/kimia analisis/teori dasar analisis kualitatif/hal-10
16,4
16,4 gram Na.C2H3O2 = 0,2 mol
82
1
Na.C2H3O2 = x 0,2 0,1 mol/lt , karena garam Na.C2H3O2 dalam larutan terionisasi sempurna,
2
maka garam ini dalam larutan akan memberikan konsentrasi ion C2H3O2- = 0,1 mol/lt.
Andaikata karena penambahan garam tersebut, derajad ionisasi asam asetat berubah
menjadi ’, maka besarnya konsentrasi ion H+; ion C2H3O2- dan HC2H3O2 yang tidak terionisasi,
masing-masing adalah : 0,1’ M; 0,1 M dan 0,1 (1-’) M.
[H ] [C 2 H 3 O 2 -] 0,1α, x 0,1 0,1α,
Ka , maka 1,82 x 10 5
[HC 2 H 3 O 2 ] 0,1(1 α' ) 1 α'
Karena ’ sangat kecil, maka (1-’) dapat dianggap 1, sehingga :
’ =1,82 x 10-5/0,1 = 1,82 x 10-4 dan [H+] = 0,1 x ’ = 0,1 x 1,82 x 10-4 = 1,82 x 10-5 M
Jadi karena penambahan 16,4 gram garam Na.C2H3O2 ; maka derajad ionisasi asam tersebut
turun dari 1,35% menjadi 1,82 x 10-2 %. Demikian juha besarnya konsentrasi ion H+ turun dari
1,35 x 10-3 menjadi 1,82 x 10-5 M.
Contoh 5.
Apakah pengaruh penambahan 26,75 gram garam amonium klorida (NH4Cl) ke dalam 1 liter
larutan 0,1 M amoniak. Diketahui Kb NH3 = 1,8 x 10-5 dan BM NH4Cl = 53,5.
Penyelesaian :
a. Sebelum penambahan garam NH4Cl
K 5
Rumus : α b 1,8 x 10 1,3 x 10 2
C 0,1
b. Setelah penambahan garam NH4Cl
26,75
26,75 gram NH4Cl = 0,5 mol, garam NH4Cl terionisasi sempurna, sehingga dala larutan
53,5
memberikan konsentrasi ion NH4+ sebesar 0,5 mol/lt.
Apabila karena penambahan garam tersebut derajad ionisasi amoniak berubah menjadi ’, maka
: [OH-] = 0,1 ’; [NH4+] = 0,5 M dan [NH3] = 0,1(1-’); maka :
[NH ] [OH - ]
, maka 1,8 x 10 5
0,1α, x 0,5
Kb Karena ’ sangat kecil, maka (1-’) dapat
[NH 3 ] 0,1(1 α)
dianggap = 1, sehingga : ’ =1,85 x 10-5/0,5 = 3,6 x 10-5.
Jadi akibat penambahan garam tersebut, maka derajad ionisasi amoniak turun dari 1,3% menjadi
3,6 x 10-3%.
Ksp AgCl = [Ag+] x [Cl-] = (1,05 x 10-5 ) (1,05 x 10-5) = 1,10 x 10-10 .
Contoh 7.
Hitung besarnya tetapan hasil kali kelarutan garam kromat (Ag2CrO4), apabila kelarutannya =
2,5 x 10-2 gram per liter. Diketahui berat molekul Ag2CrO4 = 332.
Penyelesaian :
2,5 x 10 2
-2
Kelarutan Ag2CrO4 = 2,5 x 10 gram/lt = 7,5 x 10 5 mol/lt
332
Ionisasi Ag2CrO4 2 Ag+ + CrO42-
Sehingga : [Ag+] = 2 x (7,5 x 10-5) = 15 x 10-5 mol/lt
[CrO42-] = 7,5 x 10-5 mol/lt
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 x [CrO42-] = (15 x 10-5)2 x (7,5 x 10-5) = 1,70 x 10-12
Contoh 8.
Hitung besarnya tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium fluorida; apabila konsentrasi ion
fluorida (F-) dalam larutan jenuh CaF2 = 7,8 x 10-3 g/lt. Diketahui berat atom F = 19.
Penyelesaian :
Ionisasi garam CaF2 dalam larutan jenuhnya :
CaF2 Ca2+ + 2 F-
7,8 x 10 3 0,4 x 10 3
[F-] = 0,4 x 10 3 mol/lt; [Ca 2 ] 0,2 x 10 3 mol/lt
19 2
Ksp CaF2 = [Ca2+] x [F-]2 = (0,2 x 10-3) x (0,4 x 10-3)2 = 3,2 x 10-11
Contoh 10.
Hitung berapa mol/lt besarnya konsentrasi ion OH- dalam larutan jenuh Mg(OH)2, jika diketahui
Ksp Mg(OH)2 = 3,4 x 10-11.
Penyelesaian :
Ionisasi Mg(OH)2 dalam larutan jenuhnya :
Mg(OH)2 Mg2+ + 2 OH-
Andaikan kelarutan Mg(OH)2 = a mol/lt; maka [OH-] = 2a mol/lt dan [Mg2+] = a mol/lt
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] x [OH-]2
3,4 x 10-11 = a x (2a)2 = 4a3 a 3 3,4 x 10 11 / 4 2,04 x10 4 mol/lt
Jadi konsentrasi OH- = 2 x 2,04 x 10-4 = 4,08 x 10-4 mol/lt
c. Pemakaian Hasil Kali Kelarutan
Contoh 11.
Berapa mol/lt besarnya konsentrasi ion Ag+ yang tinggal dalam larutan, setelah penambahan
asam klorida (HCl) ke dalam larutan perak nitrat sedemikian sehingga diperoleh konsentrasi ion
Cl- = 0,05 mol/lt. Diketahui Ksp AgCl = 1,5 x 10-10.
Penyelesaian :
Setelah penambahan HCl, dalam larutan akhir :
Ksp AgCl = [Ag+] x [Cl-]
1,5 x 10 -10
1,5 x 10-10 = [Ag+] x 0,05 [Ag+] = 3,0 x10 9 mol/lt
0,05
Jadi Ag+ yang tinggal dalam larutan = 3,0 x 10-9 mol/lt
Contoh 11.
Hitunglah besarnya konsentrasi ion-ion Cd2+ dan Mn 2+ maksimum yang tinggal dalam larutan
setelah pengendapan dengan H2S berlebihan dalam HCl 0,25 M. Diketahui Ksp CdS = 5,5 x 10-
25
; Ksp MnS = 1,4 x 10-15.
Penyelesaian :
Lihat contoh soal (no. 2), besarnya [S2-] dalam larutan HCl 0,25 M yang telah dijenuhkan
dengan H2S adalah = 1,7 x 10-22 mol/lt.
Maka untuk garam CdS : [Cd2+] x [S2-] = Ksp CdS = 5,5 x 10-25
5,5 x 10 -25
Jadi [Cd ] dalam larutan
2+
- 22
3,2 x10 3 mol/lt
1,7 x 10
3,2 x 10 -3 x12,4 3,6 x10 1 gram/lt
Apabila dalam larutan terkandung 10 mg ion Cd2+ per ml (10 gram/lt), maka ion Cd2+ yang
10 - 0,36
mengendap sebesar : x 100% 96,4%
10
Untuk garam MnS : [Mn2+] x [S2-] = Ksp MnS = 1,4 x 10-15
6. Pengendapan Bertingkat
Prinsip hasil kali kelarutan, juga dapat digunakan untuk perhitungan yang menyangkut
pengendapan bersama dua jenis garam sukar larut.
Sebagai contoh, misalnya suatu larutan ion klorida (Cl-) ditambah dengan larutan Perak
nitrat (AgNO3) dan sedikit larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Dalam hal ini di
dalam larutan akan terbentuk dua jenis garam sukar larut yaitu gram Perak Klorida (AgCl) dan
Perak kromat (Ag2 CrO4). Ksp AgCl = 1,5 x 10-10 dan Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12.
Dalam larutan, kesetimbangan masing-masing garam tersebut adalah :
AgCl Ag+ + Cl- Ksp AgCl = [Ag+] x [Cl-] = 1,5 x 10-10 ...(i)
Ag2CrO4 2 Ag+ + CrO42- Ksp Ag2CrO4 = [Ag+] 2 x [CrO42-] = 2,4 x 10-12 ...(ii)
Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh hubungan :
[Cl - ] 2 ( 1,5 x 10 -10 ) 2 1 1
-12
atau [Cl - ] 2 x [CrO4 2 ] .....(iii)
[CrO4 ] 2,4 x 10 1,1 x 10 8 1,18 x 10 8
Maka garam perak kromat tidak akan terendapkan dalam larutan, sampai konsentrasi ion CrO42-
melebihi besarnya konsentrasi ionkromat dalam persamaan (iii). Maka apabila larutan
mengandung ion Cl- dan CrO42- dalam jumlah yang setara , apabila ditambahkan larutan perak
nitrat secara bertetes-tetes, garam AgCl akan terendapkan sampai konsentrasi CrO42- melebihi
perbandingan dalam persamaan (Iii), baru kemudian garam perak kromat terendapkan bersama
sedikit garam AgCl.
Contoh 12
Suatu larutan mengandung ion Cl- dan CrO42- dengan konsentrasi masing-masing adalah 0,1 mol
dan 0,002 mol. Ke dalam larutan tersebut kemudian ditambahkan bertetes-tetes larutan AgNO3
0,1 M. Pertanyaan :
a. Garam manakah yang akan mengendap lebih dahulu, AgCl atau Ag2CrO4 ?
b. Berapa besarnya konsentrasi ion Cl- yang masih tinggal dalam larutan, pada saat garam
Ag2CrO4 mulai mengendap.
c. Berapa % dari konsentrasi ion Cl- semula yang tinggal dalam larutan setelah garam
Ag2CrO4 terendapakn.
Diketahui : Ksp AgCl = 1,5 x 10-10; Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12.
Penyelesaian :
a. Ksp AgCl = [Ag+] x [Cl-] = 1,5 x 10-10
1,5 x 10 -10
[Ag+] = 1,5 x 10 -9 mol/lt
0,1
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+] 2 x [CrO42-] = 2,4 x 10-12
2,4 x 10 -12
+
[Ag ] = 3,5 x 10 -5 mol/lt
0,002
Contoh 13.
Larutan NH4OH ditambahkan ke dalam endapan garam perak klorida sampai konsentrasi
NH3OH pada keseimbangan adalah 3 M. Hitunglah berapa gram/lt garam AgCl yang akan larut.
Diketahui : Ksp AgCl = 1,5 x 10-10 ; Kinst kompleks {Ag+(NH3)2}+ = 6,8 x 10-8 dan BM AgCl =
143,5.
Penyelesaian :
Reaksi-reaksi yang terdapat dalam larutan adalah :
AgCl Ag+ + Cl-
Ag+ + Cl- + 2 NH3 {Ag(NH3)2}Cl {Ag(NH3)2}+ + Cl-
{Ag(NH3)2}+ Ag+ + 2 NH3
Dari persamaan reaksi tersebut, terlihat bahwa untuk setiap mol AgCl yang terlarut akan
terbentuk 1 mol ion Cl- dan 1 mol ion kompleks {Ag+(NH3)2}+ . Meskipun sebenarnya ion
kompleks tersebut dalam larutan juga terionisasi menghasilkan ion Ag+. Tetapi karena harga Kinst
ion kompleks sangat kecil, berarti derajad ionisasinya juga sangat kecil; sehingga besarnya
konsentrasi ion kompleks dianggap sama dengan besarnya konsentrasi ion Cl-. (kesalahannya
akan sangat kecil)
Apabila besarnya [Cl-] = [{Ag+(NH3)2}+] = a mol/lt, maka besarnya [Ag+] dalam keseimbangan
tersebut adalah :
K sp AgCl 1,5 x 10 -10
[Ag+] = mol/lt
[Cl - ] a
Contoh 14.
Hitunglah besarnya konsentrasi ion Ag+ dalam larutan ion kompleks {Ag+(NH3)2}+ 0,1 M,
apabila :
a. dalam larutan terdapat kelebihan NH3
b. konsentrasi NH3 dalam larutan 3 mol/lt
Penyelesaian :
a. Proses ionisasi ion kompleks {Ag+(NH3)2}+ adalah :
{Ag+(NH3)2}+ Ag+ + 2 NH3
Dimisalkan derajad ionisasi ion kompleks adalah = .
[{Ag+(NH3)2}+] yang terionisasi = 0,1
[{Ag+(NH3)2}+] sisa = 0,1(1-)
[Ag+] yang terbentuk = 0,1; [NH3] yang terbentu = 0,2 .
[Ag ] x [NH 3 ] 2 0,1α x ( 0,2α) )2
K inst
6,8 x 10 -8 6,8 x 10 -8
[{Ag(NH 3 )2 } ] 0,1( 1-αα
Karena <<<<<<, maka (1-) dianggap =1; sehingga :
6,8 x 10 -8
0,043 = 6,8 x 10-8. α3 1,9 x 10 -3
0,04
Jadi [Ag+] dalam larutan = 1,9 x 10-4 mol/lt.
b. Dimisalkan [Ag+] dalam larutan = a mol/lt, maka [NH3] = (3 + 2a); tetapi karena a<<<<< 3,
maka [NH3] = 3 mol/lt.
a x 32
Maka 6,8 x 10 -8 a = 7,7 x 10-10
0,1
Jadi [Ag ] dalam larutan = 7,7 x 10-10 mol/lt.
+
H2O H+ + OH-
a H a OH [H ] [OH ] f H f OH [H ] [OH ]
K x bila f 1 maka : K
a H 2O [H 2 O] f H 2O [H 2 O]
Hasil eksperimen berdasar konduktan air menunjukkan K = 1,2 x 10-16 pada suhu 25oC. Nilai
yang sangat rendah ini menunjukkan bahwa derajat disosiasi air boleh diabaikan, maka dalam
praktek air dianggap tak terdisosiasi. Jadi konsentrasi air dianggap tetap; sehingga :
1000
K . [H2O] = [H+] [OH-] ; Kw =[H+] [OH-]; [H2O] = 55,6mol/li ter ;
18
1000
[H2O] = 55,6mol/li ter ; sehingga Kw = K . [H2O] = 1,2 x 10-16 x55,6 = 1,01 x 10-14.
18
Kw tetapan hasil kali ion-ion air,
Larutan :
1. netral : [H+] = [OH-] = K w = 10-7M
2. asam : [H+] >[OH-] dan [H+]>10-7M
3. basa : [H+] < [OH-] dan [H+] < 10-7M
Eksponen Ion Hidrogen
Untuk menghindari konsentrasi-konsentrasi ion hidrogen yang rendah maka oleh Sorensen
(1909) diperkenalkan eksponen ion hidrogen (pH).
pH = -log [H+] = log 1 atau [H+] =10-pH; pH eksponen ion hidrogen.
[H ]
[H ] [CH 3 COO ] [H ] 2
Ka sehingga K a
[CH 3 COOH - H ] [CH 3 COOH]
karena [H+] sangat kecil diabaikan,
[OH ] K b Basa
[NH 4 ] [OH ]
Kb ,
[NH 4 OH OH ] 1 1
pOH pK b log[Basa]
karena [OH-] sangat kecil maka diabaikan 2 2
sehingga 1 1
pH 14 pK b log[Basa]
[NH 4 ] [OH ] 2 2
Kb ,
[NH 4 OH]
[OH ]2
[NH4+] = [OH-] sehingga K b
[Basa]
Larutan Buffer
Ada 2 macam larutan buffer atau penahan yaitu larutan :
a. yang mengandung asam lemah dengan garamnya disebut Larutan Buffer Asam.
b. yang mengandung basa lemah dengan garamnya disebut Larutan Buffer Basa.
Hidrolisa Garam
Apabila garam-garam dilarutkan adalam air, tidak selalu bereaksi netral. Kemungkinan sebagian
garam berinteraksi dengan air, proses ini disebut hidrolisa.
Garam-garam dibagi menjadi 4 golongan :
1. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, misalnya : NaCl, KCl dan lain sebagainya.
2. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, misalnya NH4Cl
3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, misalnya CH3COONa
4. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya CH3COONH4
1 1
pH 7 pK a pK b
2 2
Derajad Hidrolisa
Adalah bagian dari setiap mol ion yang mengalami hidrolisa dalam kesetimbangan.
cx 2
Kh , Kh = Konstanta hidrolisa. c = konsentrasi garam, x = derajat hidrolisa.
(1 x)
Contoh 16.
Larutan 0,1 M Natrium asetat (CH3COONa) mempunyai harga Ka =1,82 x 10-5 Hitunglah :
a. Konstanta hidrolisa.
b. Derajat hidrolisa
c. pH larutan
Penyelesaian :
K w 1,0 x10 14
a. K h = 5
5,5 x10 10
K a 1,82 x10
cx 2 5 10 1 x 2
b. derajat hidrolisa : K h atau 5,5x10 , x =7,5x10-5 atau 0,0075%.
(1 x) (1 x)
c. pH 7 pK a logG jadi pH = 7 + 2,37 +1/2 (-1) =8,87.
1 1
2 2
Bersifat basa karena berasal dari basa kuat dan asam lemah.
Contoh 17.
Pada suhu 25oC, 2,675 gram garam NH4Cl dilarutkan dalam 500 ml air. Hitunglah derajad hidrolisa
dan pH larutan garam tersebut. Diketahui Kb NH4OH = 1,8 x 10-5. BM NH4Cl = 53,5
Penyelesaian :
2,675 gram NH4Cl = 2,675/53,5 = 0,05 mol
Soal
1. Ke dalam larutan asam lemah HA ditambahkan sejumlah berat garam kaliumnya sehingga
diperoleh larutan buffer yang pH nya 6,3979. Apabila harga tetapan ionisasi asam (Ka) = 1,9 x
10-5. Hitung perbandingan konsentrasi asam dan garamnya.
2. Suatu larutan buffer basa yang pH nya 9,0 terdiri dari campuran antara larutan NH 4OH dan
NH4Cl. Apabila konsentrasi masing-masing larutan tersebut =0,25 M dan Kb = 1,8 x 10-5.
Hitung perbandingan volume kedua larutan tersebut.
3. Ke dalam suatu asam lemah HA 0,1 M yang mempunyai pH = 3,0 ditambahkan 0,28 gram
KOH. Hitunglah :
a. konstanta hidrolisa (Kh) dan derajat hidrolisa garam KA
b. berapa pH larutan yang terjadi.
4. Pada 100 ml larutan yang mengandung 8,29 x 10-3 gram ion timbel, ditambahkan 100 ml asam
sulfat 10-3 M. Berapa banyaknya timbel yang tidak diendapkan yang tertinggal di dalam larutan
? Diketahui Ksp PbSO4 = 2,2 x 10-8, BA Pb = 207,2
Pustaka
1. Vogel, 1979, ”Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi ke 5, PT
Kalman Media Pustaka, jakarta, Jilid 1 dan 2
2. Mujiran dan Sayid Achmad, --------, Diktat Kuliah Kimia Analitik I, Jurusan Kimia, FMIPA,
UGM, Yogyakarta
1. Pendahuluan
Analisa volumetri adalah suatu analisa kimia kuantitatif untuk menentukan banyaknya
suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur volume larutan standart yang dapat bereaksi
secara kuantitatif dengan zat yang akan ditentukan.
Larutan standar adalah suatu larutan yang normalitasnya telah diketahui dengan teliti, biasanya
larutan standar tersebut ditambahkan ke dalam larutan yang akan ditentukan melalui suatu alat yang
disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai
terjadi reaksi sempurna disebut proses titrasi; sedang saat reaksi sempurna tercapai disebut saat
ekivalen atau saat stoikiometri atau saat akhir teoritis. Saat akhir tersebut biasanya dapat
diketahui karena terjadinya suatu perubahan dalam larutan yang dapat disaksikan. Perubahan
tersebut antara lain disebabkan karena :
a. larutan standarnya sendiri (misalnya dalam proses permanganometri)
b. pengaruh larutan indikator yang ditambahkan. Artinya apabila terjadi reaksi antara larutan
standar dengan zat yang akan ditentukan telah sempurna, maka indikator tersebut akan
memberikan perubahan warna larutan yang jelas atau terbentuk kekeruhan/endapan dalam
larutan yang dititrasi. Saat ini disebut saat akhir titrasi.
Berdasarkan hukum kesetaran kimia, jika banyaknya larutan standar yang digunakan untuk
titrasi diketahui, maka banyaknya zat yang akan ditentukan yang terdapat dalam volume tertentu
dapat dihitung.
Untuk titrasi yang ideal, saat akhir titrasi akan bersamaan dengan saat akhir teoritis, tetapi dalam
praktek hal ini hampir tidak pernah tercapai, karena selalu terdapat sedikit perbedaan sehingga
mengakibatkan terjadinya suatu kesalahan yang disebut kesalahan titrasi.
Oleh karena karena itu pemilihan indikator dalam proses titrasi merupakan faktor penting, agar
kesalahan titrasi yang terjadi sekecil mungkin.
Alat-alat dan bahan-bahan yang biasanya digunakan dalam analisa volumetri, antara lain :
a. Neraca analitik; buret; pipet dan labu takar. Alat-alat ini semua tidak boleh dipanaskan.
Disamping alat-alat tersebut biasanya digunakan juga : Erlenmeyer, gelas ukur, corong gelas,
gelas pengaduk dan lainnya.
b. Zat-zat murni untuk pembuatan larutan standar dan sebagai standar primer.
c. Zat-zat atau larutan indikator.
2. Persyaratan untuk Reaksi yang digunakan dalam Analisa Volumetri :
Dari berbagai reaksi kimia yang dikenal, hanya sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
titrasi. Syarat yang harus dipenuhi untuk analisis kuantitatif adalah :
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan persamaan reaksi tertentu atau dengan kata lain zat yang
ditentukaan harus bereaksi kuantitatif dengan larutan standar. Reaksi sederhana dan mudah
dituliskan. Tidak boleh ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berjalan sempurna pada titik ekivalen. Reaksi harus dapat terjadi dengan cepat,
bila perlu ditambahkan katalisator.
3. Pada saat titik ekivalen harus terjadi perubahan, baik sifat fisik atau kimia dalam larutan
yang cukup jelas.
4. Harus tersedia indikator yang sesuai, sehingga memberikan ketentuan yang jelas saat titik
ekivalen tercapai.
4. Konsentrasi Larutan
Molaritas (M)
Larutan yang per liternya mengandung satu mol (gram molekul/grol) zat yang dilarutkan
Contoh: larutan 1 M KCl = 1 mol KCl/liter = 74,5 gram KCl/liter
larutan 1M Na2SO4.10H2O = 322 gram Na2SO4.10H2O /l
Normalitas (N)
Larutan yang per liternya mengandung satu ekivalen (gram ekivalen) zat yang dilarutkan
Berat ekivalen : didefinisikan sebagai berat zat yang dapat bereaksi atau melepaskan 1 gram
hidrogen atau 8 gram oksigen.
5. Berat Ekivalen
Berat ekivalen suatu zat, ditentukan berdasarkan jenis reaksi yang berlangsung pada proses titrasi.
Berat Ekivalen dalam proses Titrasi Netralisasi
a. Berat Ekivalen Asam : adalah banyaknya mol asam tersebut yang dapat melepaskan 1 gram
ion H+.
Untuk asam-asam monobasis, misalnya HCl, HI, HNO3, CH3COOH; berat ekivalennya = 1
mol
Jadi 1 grek HCl=1 mol HCl; 1 grek HNO3 = 1 mol HNO3. sedang untuk asam dibasis ,
misalnya H2SO4, H2CO3, H2C2O4 berat ekivalennya 1 / 2 mol . Untuk asam tribasis H3PO4
berat ekivalennya 1 / 3 mol
b. Berat Ekivalen Basa : adalah banyaknya mol basa tersebut yang dapat melepaskan 1mol ion
OH- atau menerima 1 gram ion H+.
Untuk basa-basa berasam satu, misalnya : NaOH, KOH, NH4OH, berat ekivalennya = 1 mol.
Untuk basa berasam dua , misalnya Ba(OH)2, Ca(OH)2 berat ekivalennya 1 2 mol . Untuk
basa-basa berasam tiga misalnya Al(OH)3 dan sebagainya berat ekivalennya = 1 3 mol .
c. Berat Ekivalen Garam Normal : didasarkan pada valensi kation atau anionnya.
Untuk garam yang valensi kation atau anionnya sama : sama dengan berat molekul
garam dibagi jumlah valensi kation atau anionnya.
1
Contoh : untuk KCl, NH4Cl, berat ekivalennya = 1 mol ; Na2SO4 berat ekivalennya = mol
2
1
; berat ekivalen AlCl 3 mol .
3
Untuk garam yang valensi kation atau anionnya tidak sama : sama dengan berat
molekul dibagi hasil kali valensi kation dan anionnya.
1 mol 1
Contoh : Fe2(SO4)3, berat ekivalen Fe2(SO4)3 = mol
(2) (3) 6
d. Berat Ekivalen Garam rangkap : berat ekivalennya berubah-ubah didasarkan pada
komponen yang diekivalenkan.
Contoh : garam rangkap Na2HAsO4.10H2O yang dapat menghasilkan ion-ion Na+, H+,
HAsO42-, AsO43-. Berat ekivalennya 1 mol bila didasarkan pada Na+ atau HAsO42-, 1 mol bila
2
didasarkan pada H+ dan 1 mol bila didasarkan pada AsO43-.
3
Berat Ekivalen dalam Proses pembentukan Kompleks ditentukan dari bentuk persamaan
reaksinya.
Contoh :
Berat ekivalen KCN dalam pembentukan senyawa kompleks KAg(CN)2 adalah = 2 mol.
Ag+ + 2 CN- {Ag+(CN-)2}-.
Sedang untuk molekul NH3 dalam pembentukan kompleks berikut adalah = 2 mol.
Cu2+ + 4 NH3 {Cu(NH3)4}2+
Berat Ekivalen dalam Proses Okdidasi atau Reduksi : dapat ditentukan dengan 3 macam cara.
a. Dengan meninjau banyaknya atom oksigen yang dilepas atau diterima oleh zat tersebut. Berat
ekivalen = banyaknya mol zat tersebut yang dapat melepas atau menerima ½ mol atom O.
Contoh : 2 KMnO4 K2O + 2MnO + 5O
BE KMnO4 = 1/5 mol
b. Dengan meninjau Perubahan bilangan oksidasi yang dialami oleh zat yang tereduksi atau
teroksidasi. Berat ekivalen = banyaknya mol zat tersebt yang dapat mengalami perubahan 1
satuan bilangan oksidasi.
Contoh :
Reduksi KMnO4 dalam larutan asam sulfat encer menjadi MnSO4.
Perubahan bilangan oksidasi Mn dari +7 menjadi +2 atau berubah 5 unit reduksi, berarti berat
ekivalennya KMnO4 1 mol .
5
Oksidasi Ferosulfat (FeSO4) menjadi ferisulfat Fe2(SO4)3.
2FeSO4.7H2O + O Fe2(SO4)3 + 15 H2O
Perubahan bilangan oksidasi atam Fe dari +2 menjadi +3, berarti berubah 1 unit oksidasi.
Berarti berat ekivalen FeSO4 = 1 mol.
c. Dengan meninjau banyaknya elektron yang dilepaskan atau diterima zat tersebut.
Contoh : oksidasi ion 2 S2O3= S4O6= + 2e
=
BE S2O3 = 1 mol
Pengertian ekivalen sangat penting selain mempermudah pembuatan larutan standar juga akan
mempermudah pada perhitungan yang terdapat dalam analisa volumetri.
Dalam proses titrasi yang dimaksud titik ekivalen adalah saat dimana banyaknya grek atau mgrek
zat yang dititrasi sama dengan banyaknya grek atau mgrek zat penitrasi, sehingga berlaku rumus :
V1 x N1 = V2 x N2.
dimana : V1 , V2 volume zat penitrasi dan yang dititrasi
N1, N2 normalitas larutan penitrasi dan yang dititrasi.
Contoh 1.
Berapa ml larutan HCl 1 N dibutuhkan untuk mengendapkan 1 gram AgNO3 ?
Penyelesaian :
Reaksi : AgNO3 + HCl AgCl (s) + HNO3
1 x 1000
1 g AgNO3 = mmol 5,886 mgrek
169,9
Jumlah mgrek HCl = mgrek AgNO3 = 5,886 mgrek; sehingga volume HCl = 5,886/1 = 5,889 ml
Contoh 2.
Hitunglah berat ekivalen Na2C2O4 dan K2Cr2O7 dalam reaksi berikut ini :
3C2O42- + Cr2O72- + 14H+ 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O
Contoh 3.
Hitung berat ekivalen AgNO3 dan BaCl2 dalam reaksi berikut :
2Ag+ + BaCl2 AgCl(s) + Ba2+
penyelesaian :
1 mol AgNO3 memberikan 1 mol kation univalen, Ag+; 1 mol BaCl2 bereaksi dengan 2 mol Ag+.
Maka :
berat ekivalen AgNO3 = 1 mol = BM = 169,9 gram
berat ekivalen BaCl2 = ½ mol = 208,2/2 = 104,1 gram
Contoh 4.
Dalam suasana asam sulfat encer, 25 ml larutan garam Ferro sulfat (FeSO4) dapat teroksidasi
sempurna oleh 30 ml larutan KMnO4 0,125 N. Hitunglah berapa gram FeSO4 terkandung dalam
larutan tersebut. Diketahui BM FeSO4 = 152
Penyelesaian :
Dengan memakai persaman : V1 x N1 = V2 x N2
25 x N = 30 x 0,125 N = 0,15
Dalam titrasi redoks , 1 grek FeSO4 = 1 mol. Jadi banyaknya FeSO4 yang terkandung dalam larutan
tersebut = 25 x 0,15 x 152 mgram = 57 mgram
5. Larutan Standar
Larutan standar yaitu suatu larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekivalen
tertentu dalam volume tertentu. Larutan standar biasanya dinyatakan dalam besaran normal, dimana
satu normal (1 N) adalah larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tetentu dalam volume 1 liter.
Pada pembuatan larutan standar, perlu diperhatikan jenis titrasi yang akan menggunakan larutan
standar tersebut, dan pada prinsipnya suatu larutan standar dapat dibuat dari zat berbentuk cair
maupun padat (kristal).
a. Pembuatan Larutan Standar dari zat yang Berbentuk Cair
Pembuatan larutan standar dari zat yang berbentuk cair, biasa disebut dengan proses
pengenceran, yaitu dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih encer. Cara pengenceran dapat
dilakukan dari zat cair yang telah diketahui normalitasnya, maupun zat cair yang belum diketahui
normalitasnya.
Apabila larutan standar dibuat dari zat cair yang telah diketahui normalitasnya, maka untuk
menentukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan rumus : V1 x N1 = V2 x N2.
dimana : V1 , V2 volume zat cair sebelum dan sesudah pengenceran
N1, N2 normalitas larutan sebelum dan sesudah pengenceran.
V x N2
Sehingga : V1 2
N2
Apabila larutan standar dibuat dari zat cair yang belum diketahui normalitasnya, maka untuk
menentukan volume zat yang akan diencerkan, digunakan persamaan :
N x V x BM
Vx
10 x n x K x L
dimana :
Vx volume zat yang akan diencerkan
n valensi zat yang akan diencerkan
K kadar zat yang akan diencerkan
L densitas zat yang akan diencerkan
BM berat molekul zat yang akan diencerkan
V volume larutan hasil pengenceran
N Normalitas larutan hasil pengenceran
swm/kimia analisa/analisa vlumetri/hal-4
Contoh 5:
Berapa ml larutan H2SO4 4 N harus diencerkan untuk membuat larutan 500 ml H2SO4 0,1 N ?
Penyelesaian :
Dengan menggunakan : V1 x N1 = V2 x N2.
V1 x 4 = 500 x 0,1 V1 = 12,5
Jadi volume H2SO4 4 N yang harus diencerkan sebanyak = 12,5 ml.
Contoh 6.
Jika 3,9 ml HCl pekat yang densitasnya 1,2 g/ml dan kadarnya 39,1% diencerkan hingga volume
500 ml, berapa normalitas larutan HCl yang dihasilkan.
Penyelesaian :
N x V x BM
Rumus : V x
10 x n x K x L
N x 500 x 36,5
3,9 N = 0,1.
10 x 1 x 39,1 x 1,2
Jadi normalitas larutan HCl yang dihasilkan = 0,1N
b. Pembuatan Larutan Standar dari zat yang Berbentuk Padat
Zat padat yang dapat digunakan pada pembuatan larutan standar dibedakan menjadi zat padat
dengan kemurnian tinggi dan zat padat dengan kemurnian rendah.
Larutan standar yang dibuat dari zat padat dengan kemurnian tinggi disebut larutan standar
primer. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan zat padat tersebut sebanyak berat tertentu
dalam volume tertentu sesuai dengan dengan volume dan normalitas yang dikehendaki.
Zat-zat yang dapat digunakan sebagai zat standar primer, antara lain adalah : Na2CO3,
Na2B4O7.10H2O, Na2C2O4.2H2O, NaCl, KBrO3, K2Cr2O7 dan lain-lain.
Apabila zat padat yang digunakan pada pembuatan larutan tersebut kemurniannya rendah
misalnya : NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3 dan lain-lain. Maka setelah larutan standar tersebut
dibuat, sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu dengan zat atau larutan standar
primer, untuk menentukan normalitas yang sesungguhnya. (menentukan faktor normalitasnya).
Faktor normalitas = perbandingan antara normalitas yang sesungguhnya dengan normalitas yang
dikehendaki. Larutan standar yang dibuat dari zat dengan kemurnian rendah disebut juga larutan
standar sekunder.
Syarat-syarat zat standar primer adalah :
1. Harus mempunyai kemurnian tinggi, atau mudah dimurnikan dengan jalan dipanaskan pada
suhu 110-120oC.
2. Zat harus stabil, mudah dikeringkan dan tidak higroskopis, tidak mudah menyerap CO2 dan
tidak mudah teroksidasi oleh udara, sehingga dapat ditimbang dengan berat tetap.
3. Berat ekivalen harus tinggi, agar kesalahan dalam penimbangan dapat diminimalkan.
4. Harus mudah dan cepat larut dalam pelarut yang sesuai.
Dalam titrasi netralisasi (asam-basa), zat standar primer yang sering digunakan adalah : Na2CO3,
Na2B4O7.10H2O (boraks), asam benzoat, asam oksalat kristal (H2C2O4.2H2O) dan lain-lain. Dalam
titrasi pengendapan perak (Argentometri) digunakan NaCl dan KCl. Dalam proses titrasi reduksi
okasidasi digunakan K2Cr2O7, KBrO3, Na2C2O4.2H2O.
Contoh 7.
Untuk standarisasi larutan KMnO4, sejumlah 0,2856 g natrium oksalat murni dilarutkan dalam air,
ditambahkan asam sulfat, dan larutan dititrasi pada 70oC, diperlukan larutan KMnO4 45,1 ml.
Hitung normalitas larutan KMnO4.
5C2O42- + 2MnO4- + 16 H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Penyelesaian :
grek KMnO4 = grek Na2C2O4
perubahan bilangan oksidasi C dari +6 dalam C2O42- menjadi +4 dalam CO2, sehingga berat
ekivalen Na2C2O4 = ½ mol = 134,0/2 = 67,00 gram
g Na 2 C 2 O 4 0,2856 285,6
grek Na2C2O4 = grek mgrek
Berat Ekivalen Na 2 C 2 O 4 67,0 67,0
4,2627 mgrek
VKMnO4 x NKMnO4 = 285,6 mgrek 4,2627 mgrek. NKMnO4 = 0,0945 N
67,0 45,1 ml
Menurut Oswald (1891), semua indikator umumnya adalah asam atau basa organik lemah
yang berbeda warnanya dalam bentuk molekul dan dalam bentuk ionnya. Suatu contoh sederhana
adalah p-nitrofenol, yang merupakan asam lemah dengan disosiasi sebagai berikut :
O
OH
+ H2O + H3O+
NO2
N
OH O O
[HIn] [In - ]
maka : [H ] K ina x ; sehingga pH pK ina log
[In ] [HIn ]
Tabel 2. Pengaruh pH terhadap Warna larutan dari suatu Indikator (Ka = 10-5)
pH larutan Perbandingan [HIn] : [In-] Warna
1 10.000 : 1 Merah
2 1.000 : 1 Merah
3 100 : 1 Merah
4 10 : 1 Merah
5 1:1 Jingga trayek
6 1 : 10 Kuning
7 1 : 100 Kuning
8 1 : 1000 Kuning
9 1 : 10.000 Kuning
Dari uraian tersebut dapat diketahui, pada umumnya trayek pH indikator adalah dua satuan pH,
sebab berdasarkan kesetimbangan ionisasinya :
Contoh : pembuatan Kurva titrasi antara 100 ml larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH 0,1 N.
a. menentukan besarnya pH larutan sebelum mulai titrasi.
[HCl] = 0,1 grel/lt, maka [H+] = 0,1 grel/lt
pH = -log[H+] = - log (0,1) = 1,000
b. menentukan besarnya pH larutan pada setiap penambahan larutan pereaksi (larutan standar),
sampai sebelum titik ekivalen tercapai.
Disini, akan diberikan beberapa contoh pada penambahan NaOH sebanyak :
1) 10 ml
2). 25 ml
HCl sisa = (10 – 2,5) mgrek = 7,5 mgrek
14
12
10
8
pH
0
0 50 100 150 200
NaOH yang ditam bahkan (m l)
Dari Tabel 3 dan Gambar 1, terlihat bahwa pada permulaan titrasi pH larutan bertambah sangat
lambat, tetapi setelah penambahan pereaksi 99 ml sampai 101 ml bertambahnya pH larutan
sangat cepat, yaitu kira-kira 9 satuan pH untuk larutan 1 N; 7 satuan pH untuk larutan 0,1 N dan
5 satuan pH untuk larutan 0,01N.
Berarti pada titrasi tersebut dapat digunakan indikator-indikator dengan trayek pH = 4 sampai
10. Indikator tersebut antara lain : bromo-cresol green, methyl red dan phenol pthalein.
b. menentukan besarnya pH larutan pada setiap penambahan larutan pereaksi (larutan standar),
sampai sebelum titik ekivalen tercapai.
Akan diberikan bbeberapa contoh perhitungan pada penambahan NaOH sebanyak :
1) 10 ml
100 ml H.C2H3O2 0,1 N = (100 ml) x (0,1 mgrek/ml) = 10 mgrek
10 ml NaOH 0,1 N = (10 ml) x (0,1 mgrek/ml) = 1 mgrek
NaC2H3O2 terbentuk = 1 mgrek
H.C2H3O2 sisa = (10-1) mgrek = 9 mgrek
Volume total larutan = (100 + 10) ml = 110 ml
Jadi di dalam larutan terdapat campuran asam lemah (H.C2H3O2) dan garamnya
(Na.C2H3O2). campuran ini disebut larutan buffer. Sehingga untuk menghitung ph
[G]
digunakan rumus : pH pKa log
[A]
1
= - log 1,82 x 10-5 + log 110
9
110
= 4,7399 -0,9542 = 3,786
2) 25 ml
2,5
pH = 4,7399 + log
7,5
= 4,2799 – 0,4771 = 4,263
3) 50 ml ( disebut juga saat larutan setengah netral)
5
pH = 4,7399 + log , jadi pH = 4,7399 ( atau pH = pKa)
5
4) 90 ml
9
pH = 4,7399 + log = 4,7399 + 0,9542 = 5,694
1
c. menentukan besarnya pH larutan pada saat terjadi titik ekivalen
pada titik ekivalen banyaknya mgrek adam adalah sama dengan banyaknya mgrek basa yang
ditambahkan. Oleh karenanya baik H.C2H3O2 maupun NaOH habis bereaksi dan membentuk
10
garam Na.C2H3O2. Konsentrasi Na.C2H3O2 = mgrek/ml 0,05 mol/lt
200
pH 12 pKw 12 pKa 12 log[G]
pH = 1
2
x 14 1
2
x 4,7399 1
2
x log 0,05 8,7195
d. menentukan besarnya pH larutan setelah titik ekivalen, artinya di dalam larutan telah terdapat
kelebihan pereaksi.
Disini akan diberikan contoh, pada penambahan NaOH sebanyak :
1) 101 ml
100 ml H.C2H3O2 0,1 N = 10 mgrek
101 ml NaOH 0,1 N = 10,1 mgrek
NaOH yang
pH larutan
ditambahkan (ml) 14
0 2.873
10 3.786 12
25 4.263
10
50 4.740
75 5.217 8
pH
90 5.694
95 6.019 6
99 6.736
4
99.5 7.039
99.9 7.739
2
100 8.719
101 10.697 0
105 11.387 0 50 100 150 200
110 11.678 NaOH yang ditambahkan (ml)
125 12.046
Gambar 2. Grafik titrasi 100 ml larutan
150 12.301
H.C2H3O2 0,1 N (Ka = 1,82 x 10-5 )
175 12.436 dengan larutan NaOH 0,1 N
200 12.523
Dari Tabel.4 dan Gambar 2, dapat diketahui bahwa besarnya pH pada titik ekivalen
tercapai adalah 8,719; sedangkan besarnya pH larutan pada saat penambahan NaOH 99 ml dan
101 ml adalah 6,736 dan 10,697. Ini berarti bahwa dalam titrasi antara H.C2H3O2 dengan NaOH
yang normalitasnya masing-masing 0,1 N, maka indikator-indikator yang dapat digunakan
adalah indikator yang perubahan warnanya pada pH sedikit basa yaitu : phenolphtalein (8,3-
10), timol pthalein (8,3-10,5) atau timol blue (8,0-9,6). Apabila digunakan indikator methyl
orange (3,1-4,4) atau metil merah (4,2-6,3), maka kesalahan titrasi yang terjadi lebih dari 1%.
HCl yang 14
ditambahkan pH
(ml)
0 11.127 12
10 10.214
10
25 9.737
50 9.260
8
75 8.783
pH
90 8.306
6
95 7.981
99 7.264
4
99.5 6.961
99.9 6.261
2
100 5.281
101 3.303 0
102 3.004 0 50 100 150 200
105 2.613 HCl yang ditambahkan (ml)
110 2.322
125 1.954 Gambar 3. Grafik titrasi 100 ml larutan
150 1.699 NH4OH 0,1 N (Kb = 1,80 x 10-5) dengan
175 1.564 larutan HCl 0,1 N.
200 1.477
Dari Tabel.5 dan Gambar 3, dapat diketahui bahwa besarnya pH pada titik ekivalen tercapai adalah
5,281; sedangkan besarnya pH larutan pada saat penambahan HCl 99 ml dan 101 ml adalah 7,264
dan 3,303. Ini berarti bahwa dalam titrasi antara NH4OH dengan HCl yang normalitasnya masing-
masing 0,1 N, maka indikator-indikator yang dapat digunakan adalah indikator yang perubahan
warnanya pada pH sedikit asam, seperti misalnya : metil orange (3,1-3,4); bromo-cresol green (3,8-
5,4); methyl red (4,2-6,3).
Persamaan (3) tidak hanya berlaku untuk menentukan besarnya pH larutan pada titik ekivalen
pertama pada titrasi asam lemah dibasis tetapi dapat juga digunakan untuk menghitung besarnya pH
larutan pada titik ekivalen pertama dan kedua asam lemah tribasis dengan basa kuat. Sebagai contoh,
apabila larutan 0,1 N asam phospat (H3PO4) yang harga Ka1, Ka2 dan Ka3 berturut-turut : 7,5 x 10-
3
, 6,2 x 10-8 dan 5,0 x 10-13 ditirasi dengan 0,1 N larutan basa kuat, maka besarnya pH larutan pada
saat tercapai titik ekivalen adalah sebagai berikut :
1 1 1
a. titik ekivalen pertama, pH = pK a1 pK a2 = (2,1249 7,2076 ) 4,66
2 2 2
1 1 1
b. titik ekivalen pertama, pH = pK a2 pK a3 = (7,2076 12,301) 9,754
2 2 2
1 1 1
c. titik ekivalen kedua adalah : pH = pK w pK a3 log[G]
2 2 2
1
= 7 + 6,15 + log( 0,025) = 12,3489
2
adapun grafiknya titrasinya disajikan pada Gambar (8) dan indikator yang dapat digunakan pada
proses titrasi tersebut antara lain : methyl orange (titik ekivalen pertama), timol pthalein atau phenol
pthalein (titik ekivalen kedua) sedang untuk titik ekivalen ketiga misalnya trapaeolin O.
14
14
12
12
10 10
8 8
pH
pH
6 6
4
4
2
2
0
0 50 100 150 0
0 50 100 150
Volume NaOH (ml) volume NaOH (ml)
12 12
10 10
8 8
pH
pH
6 6
4 4
2 2
0 0
0 50 100 150 0 50 100 150
volum e NaOH (m l) volum e HCl (m l)
Gambar 8. Kurva titrasi H3PO4 dengan Gambar 9 Kurva titrasi Na2CO3 dengan HCl
NaOH
Besarnya pH pada titik ekivalen pertama = 8,31 dan pada titik ekivalen kedua = 3,84. Apabila
titran yang dipakai pada titik ekivalen pertama = a ml dan titik ekivalen kedua = b ml. Maka
banyaknya masing-masing komponen adalah :
2a x N mmol
Na2CO3 = 2a ml x N mgrek =
2
Contoh 7.
Asam benzoat adalah suatu asam lemah monobasis, mempunyai Ka = 6,6 x 10-5 pada suhu kamar.
Apabila 61 mg asam tersebut dilarutkan dalam 50 ml aquadest, kemudian larutannya dititrasi dengan
larutan basa standar 0,05 N, hitunglah :
a. molaritas dan pH asam tersebut
b. pH larutan pada saat setengah netral dan pada saat titik ekivalen
c. volume NaOH yang ditambahkan sehingga pH larutan menjadi 11,301
Penyelesaian :
a. 61 mg C6H5COOH = 61/122 = 0,5 mmol
1000
molaritas larutan asam benzoat = x 0,5 mmol/ml = 0,01 mmol/ml = 0,01 mol/lt
50
[H+] = Ka x [C 6 H 5 COOH] 6,6 x 10 -5 x 0,01 8,124 x 10 -4 mol/lt
pH = -log [H+]
= -log 8,124 x 10-4 = 3,0902
b. pada saat setengah netral, jumlah asam = jumlah garam, sehingga : pH = pKa
pH = - log 6,6 x 10-5 = 4,1805
pada titik ekivalen pH 12 pKw 12 pKa 12 log[G]
(50 x 0,01)
pH = 7 + ½ x 4,1805 + ½ log
60
= 7 + 2,09025 -1,0396 = 8,0507
c. andaikan banyaknya larutan NaOH yang ditambahkan = a ml , maka :
50 ml C6H5COOH 0,01 M = 0,5 mol
a ml NaOH 0,05 N = 0,05 a mgrek
NaOH sisa dalam (50 + a) ml larutan = (0,05a – 0,5)mgrek
(0,05a 0,5)
Konsentrasi ion OH- dalam (50 + a) ml larutan = mol/lt
(50 a)
(0,05a 0,5)
pOH = -log , pH = 14- pOH
(50 a)
Titrasi metoda Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH 6 - 10. Dalam larutan asam, konsentrasi
ion kromat akan sangat terkurangi sesuai reaksi berikut :
2H+ + 2CrO42- 2HCrO4- Cr2O72- + H2O
Sehingga Ksp Ag2CrO4 tidak terlampaui.
Sebaliknya pada kondisi basa, akan terjadi endapan AgOH, yang Ksp nya = 2,3 x 10-8.
2Ag+ + 2OH- 2 AgOH(s) Ag2O(s) + H2O
Contoh 1.
Suatu sampel seberat 0,8165 g yang mengandung ion klorida dianalisis dengan metoda Volhard.
Sampel dilarutkan dalam air dan ditambahkan 50,0 ml AgNO3 0,1214 M untuk mengendapkan ion
klorida. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan KSCN 0,1019 memerlukan 11,7 ml. Hitung persentase
klorida dalam sampel.Diketahui BM NaCl = 58,5
Penyelesaian :
Reaksi yang terjadi dalam larutan :
Cl- + Ag+ AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN
Sehingga : mmol AgNO3 = mmol Cl- + mmol KSCN
50,0 x 0,1214 mmol = mmol Cl- + 11,7 x 0,1019 mmol
mmol Cl- = 4,872
berat Cl- = 4,872 mmol x 35,5 mg/mmol
4,872 mmol x 35,5 mg/mmol
% Cl - x 100%
816,5 mg
% Cl - 21,15%
Contoh 2.
Ke dalam larutan yang mengandung 0,5 gram campuran LiCl dan BaBr2, ditambahkan 37,6 ml
larutan AgNO3 0,2 N. Kelebihan Ag+nya dapat dititrasi dengan 18,5 ml larutan standar KCNS
0,11 N. Hitunglah % berat Ba dalam larutan tersebut. BM LiCl = 42,5; BaBr2 = 297 ; BA Ba = 137
Penyelesaian :
Diandaikan banyaknya LiCl = a mgram = a/42,5 mmol = a/42,5 mgrek,
maka banyaknya BaBr2 = (500-a) mgram = (500-a)/297 mmol = 2 x (500-a)/297 mgrek
AgNO3 yang ditambahkan = 37,6 ml AgNO3 0,2 N = 7,52 mgrek;
Tabel 7 meringkaskan beberapa penetapan yang lazim yang dapat dilakukan dengan titrasi langsung
dengan permanganat dalam suasana asam.
Tabel 7. Penerapan Titrasi Langsung dengan Larutan Permanganat dalam Asam
Analit Setengah Reaksi dari zat yang dioksidasi
Stibium (III) HsbO2 + 2H2O HSbO4 + 2H+ + 2e-
Arsen (III) HAsO2 + 2H2O H3AsO4 + 2H+ + 2e-
Hidrogen peroksida H2O2 O2 + 2H+ + 2e-
Besi (II) Fe2+ Fe3+ + e-
Nitrit HNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2e-
Oksalat H2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2e-
Timah (II) Sn2+ Sn4+ + 2e-
Titanium (III) Ti3+ + H2O TiO2+ + 2H+ + e-
Uranium (IV) U4+ + 2H2O UO22+ + 4H+ + 2e-
Vanadium (IV) VO2+ + 3H2O V(OH)4+ + 2H+ + e-
Contoh Soal
1. Pada analisa pirolusit, sampel sebanyak 0,5 gram yang mengandung MnO2 direduksi dengan
garam fero 0,1 N sebanyak 50 ml sampai semua mangan direduksi menjadi Mn(II). Reduktor
yang berlebih kemudian dititrasi dengan KMnO4 0,0982 N sebanyak 30 ml. Hitunglah % MnO2
dalam sampel tersebut. Diketahui : BA Mn = 55, O =16.
Penyelesaian :
Reaksi MnO2 dengan reduktor :
2. Batu kapur mengandung 41% CaO. Setelah dilarutkan menggunakan HCl, kalsiumnya
diendapkan sebagai CaC2O4; endapan ini dilarutkan dalam H2SO4 dan larutannya dititrasi
dengan KMnO4 standar 0,5 N. Jika batu kapur yang dianalisa sebanyak 2,5 gram, berapa ml
KMnO4 yang dibutuhkan untuk titrasi ? Diketahui : BA Ca = 40, H =1, O = 16.
Penyelesaian :
Reaksi pelarutan endapan CaC2O4 :
CaC2O4 + H2SO4 CaSO4 + H2C2O4
Reaksi titrasi :
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
41
banyaknya CaO = x 2500 mgram 1025 mgram
100
1025
= mmol 18,30357 mmol
56
= 2 x 18,30357 mgrek
= 36,60714 mgrek
mgrek CaO = mgrek CaC2O4 = mgrek H2C2O4 = mgrek KMnO4
KMnO4 yang dibutuhkan untuk titrasi = 36,60714 mgrek
36,60714 mgrek
Jadi volume KMnO4 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi = 73,21428 ml
0,5 N
3. Sebanyak 0,31 gram garam kalium iodida kotor setelah dilarutkan dalam aquades ditambahkan 1
mmol K2CrO4 dan 20 ml H2SO4 6N. Kemudian larutan dididihkan untuk menghilangkan I2 yang
terjadi. Larutan yang mengandung kelebihan ion CrO42- setelah didinginkan kemudian
ditambahn KI berlebih dan akhirnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 standar 0,1 N, diperlukan
sebanyak 12 ml. Hitunglah kemurnian garam KI tersebut. BM KI = 166
Penyelesaian :
6 KI + 2 K2CrO4 + 8 H2SO4 5 K2SO4 + Cr2(SO4)3 + 8 H2O + 3I2
2- - + 3+
CrO4 + 2I + 8 H Cr + I2 + 4H2O
2-
I2 + 2S2O3 2I + S4O62-
-
12 ml Na2S2O3 standar 0,1 N = 1,2 mgrek , berarti kelebihan ion CrO42- = 1,2 mgrek
K2CrO4 yang ditambahkan = 1 mmol = 3 mgrek.
Banyaknya K2CrO4 yang bereaksi dengan garam KI adalah 3-1,2 = 1,8 mgrek.
KI dalam sampel = 1,8 mgrek
= 1,8 x 166 = 298,8 mgram
298,8
% KI = x 100 % 96,39%
310
4. Dalam suasana asam, 40 ml larutan KMnO4 dapat mengoksidasi sempurna garam kalium
tetraoksalat dihidrat (KHC2O4.H2C2O4.2H2O). Berapakah konsentrasi larutan KMnO4 tersebut.
Pustaka
1. Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1986, Quantitative Analysis, Terjemahan oleh A. H. Pudjatmaka :
Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke 5, Erlangga, Jakarta
2. Mujiran dan Sayid Achmad, --------, Diktat Kuliah Kimia Analitik II, Jurusan Kimia, FMIPA,
UGM, Yogyakarta
1. Pendahuluan
Gravimetri adalah suatu metode analisa kimia kuantitatif untuk penentuan jumlah zat
berdasarkan pada penimbangan. Dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang
dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa : sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau
suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Berdasarkan hasil yang ditimbang, cara-
cara gravimetri dapat dibedakan menjadi cara evolusi dan cara pengendapan.
1. Cara Evolusi
Pada cara evolusi, bahan direaksikan, sehingga timbul suatu gas. Caranya dapat memanaskan
bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari adalah
banyaknya gas yang terjadi. Cara menentukan jumlah gas tersebut dapat dilakukan secara :
a. tidak langsung : dalam hal ini zat ditimbang sebelum dan setelah bereaksi. Berat gas
diperoleh sebagai selisih berat sebelum dan setelah bereaksi.
b. langsung : gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus
untuk gas yang bersangkutan. Sebenarnya yang ditimbang adalah bahab penyerap sebelum
dan sesudah penyerapan, sedangkan berat gas diperoleh sebagai selisih kedua penimbangan.
2. Cara Pengendapan
Pada cara pengendapan, zat direaksikan sehingga menjadi suatu endapan dan endapan tersebut
ditimbang. Berdasarkan cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
a. Endapan dibentuk dengan reaksi antara zat yang dianalisa dengan suatu pereaksi; endapan
biasanya berupa senyawa. Endapan kemudian ditimbang. Baik kation maupun anion dapat
diendapkan; bahan pengendapnya mungkin anorganik, mungkin pula organik.. Inilah yang
disebut gravimetri.
b. Endapan dibentuk secara elektrokimia. Zat dielektrolisa, sehingga terjadi endapan logam.
Cara ini disebut elektrogravimetri. Umumnya yang diendapkan adalan kation.
Pada tulisan ini hanya akan dibahas gravimetri dengan cara pengendapan.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-121
Kondisi yang terpenting, menurut von Weimarn adalah derajat kelewat jenuhan, dimana:
QS
kelewat jenuhan
S
Q= konsentrasi larutan lewat jenuh yang akan membentuk endapan
S= kelarutan endapan
Maka:
□ Makin besar Q, maka makin besar, maka makin besar kristal halus atau bahkan koloid
□ Makin kecil , atau makin kurang lewat jenuh , makin besar kemungkinan kristal endapan
kasar.
Maka dalam proses pembentukan endapan :
a. pereaksi harus encer
b. pereaksi ditambahkan sedikit demi sedikit untuk menghindari terbentuknya senyawa
kompleks
c. bila pengendapan perlu pemanasan harus dilakukan dibawah titik didihnya untuk
menghindari kenaikan kelarutan.
catatan
digestian atau aging adalah membiarkan endapan terendam dalam larutan induknya untuk waktu
lama.
peptisasi adalah pelarutan endapan ke dalam cairan sebagai koloid
Kesempurnaan Endapan
Yang dimaksud adalah, apakah semua zat terlarut telah diubah menjadi endapan. Bila belum
maka hitungan hasil analisa akan kurang dari sebenarnya (kesalahan negatif). Jadi pada pembuatan
endapan harus diusahakan kesempurnaan pengendapan. Dengan kata lain kelarutan endapan harus
sekecil mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur faktor-faktor kelarutan zat. Diantaranya :
a. Sifat endapan itu sendiri, yang dapat dilihat dari Ksp nya. Sebagai contoh adalah endapan
klorida, PbCl2 lebih mudah larut dari pada AgCl (bisa dihitung dari harga Kspnya). Oleh
karenanya klorida lebih baik diendapkan sebagai AgCl, tidak sebagai PbCl2 atau lebih baik lagi
jika dapat diendapkan sebagai garam klorida lain yang kelarutannya lebih kecil dari pada AgCl.
b. Pemberian ion pengendap yang berlebih; sebagai contoh NaCl diberi Ag+ melebihi dari pada
yang diperlukan untuk mengendapkan semua Cl-. Berdasarkan teori kesetimbangan maka Cl-
yang tidak terendapkan makin berkurang. Ag+ + Cl- AgCl (s)
c. Pada umumnya pada suhu tinggi, kelarutan endapan makin besar dari pada pada suhu rendah.
Bila perbedaan kelarutan pada kedua suhu tersebut besar, maka pengendapan dilakukan pada
suhu rendah. Contohnya adalah pengendapanMg2+ sebagai MgNH4PO4 dalam air es. Tetapi bila
kelarutan pada suhu tinggi hanya sedikit berbeda kelarutannya dari pada pada suhu rendah
misalnya Fe(OH)3 dan BaSO4 tidak perlu diendapkan dalam air es malah sebaiknya diendapkan
dalam larutan mendidih. Sebab reaksi berlangsung cepat dan kemurnian endapan lebih baik.
Kemurnian Endapan
Endapan yang murni, adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-
molekul lain (zat-zat lain yang disebut pengotor atau kontaminan). Pengotoran (kontaminasi oleh
zat-zat lain mudah terjadi, karena pengendapan terjadi dari larutan yang berisi macam-macam zat.
Pada pengendapan AgCl di atas, setidaknya mengandung ion-ion Na+, Cl-, Ag+ dan NO3- dan
bahan-bahan lain yang terdapat dalam garam dapur kotor. Setelah AgCl mengendap, larutan larutan
masih berisi komponen-komponen tadi kecuali Cl-, dan zat-zat yang mudah terbawa oleh endapan
AgCl, misalnya karena diadsorbsi (diserap pada permukaan butir-butir endapan) atau teroklusi
(terkurung diantara butir-butir endapan yang menggumpal).
swm/kimia analis/gravimetri/hal-122
Endapan yang kotor beratnya akan lebih besar dari pada semestinya, maka senyawa yang
dihitung berdasar endapan kotor juga lebih besar dari sebenarnya (kesalahan positif). Jadi harus
diusahakan memperoleh endapan semurni mungkin (100% murni tidak mungkin). Usaha-usaha itu
dilakukan baik sewaktu membentuk endapan (dalam proses pengendapan) maupun sesudahnya.
Susunan Endapan
Pada contoh pengendapan NaCl, Berat AgCl tidak boleh kurang ataupun lebih dari berat yang
semestinya diperoleh dari NaCl dalam sampel. Kemungkinan kesalahan sudah dijelaskan pada
uraian sebelumnya, tetapi masih ada kemungkinan kesalahan karena sebab lain, yaitu susunan
endapan yang tidak tetap. AgCl kurang baik untuk menjelaskan persoalan ini; lebih mudah bila
ditinjau analisa besi. Pada pengendapan besi diperoleh Fe(OH)3. Hidroksida ini mempunyai
susunan tertentu tetapi mengandung air kristal yang tidak tertentu jumlahnya atau Fe(OH)3.nH2O; n
tidak tertentu, berat Fe tidak dapat dihitung berdasar endapan tersebut.
Jadi harus dicari endapan yang susunannya tetap atau endapan yang terbentuk dapat diubah
menjadi zat yang komposisinya tertentu. Untuk endapan Fe(OH)3.nH2O, kalau dipanaskan pada
suhu tinggi (900-1000oC) maka terjadi perubahan berikut :
2 Fe(OH)3.nH2O Fe2O3 + m H2O
Kemudian yang ditimbang adalah Fe2O3, suatu oksida dengan susunan tertentu dan tetap.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-123
Misalnya suatu larutan yang berisi ion-ion Al3+dan Fe3+. Dianalisa untuk penentuan jumlah Fe3+
dengan mengendapkannya sebagai Fe(OH)3. Karena Al(OH)3 juga sukar larut, maka ion-ion OH-
yang diberikan untuk membentuk Fe(OH)3 juga mengendapkan Al(OH)3. Maka endapan endapan
yang diinginkan yaitu Fe(OH)3 terkotori oleh Al(OH)3.
a.1. Pengendapan bersama (simultaneous precipitation): kotoran mengendap bersamaan dengan
analit. Contohnya Al(OH)3 sebagai pengotor Fe(OH)3. Cara mengatasi pengotoran semacam ini
adalah mencegah terbentuknya endapan tersebut dengan memisahkan atau mengkompleksnya.
Bila hal itu tidak mungkin, maka perlu pengendapan dengan pereaksi lebih selektif. Pencucian
dan pengendapan ulang (reprecipitation) jarang berhasil menyingkirkan bahan-bahan pengotor
tersebut.
a.2. Pengendapan susulan (post precipitation): pada kasus ini kotoran mengendap selang beberapa
waktu dengan endapan analit terbentuk, karena reaksinya lamabt. Suatu contoh ialah campuran
Ca2+ dan Mg2+, untuk analisa Ca2+ dengan mengendapkan sebagai garam oksalat, CaC2O4.
Karena MgC2O4 juga sukar larut, garam ini juga mengendap, akan tetapi baru kemudian,
kadang-kadang setelah berhari-hari. Bila endapan analit segera disaring, maka pengotoran tidak
terlalu banayak; dan karena kotoran yang terbaaw sedikit, pengendapan ulang sangat
menguranginya.
b. Terbawa oleh Endapan (coprecipitation)
Pengotor ini tidak mengendap, melainkan hanya terbawa oleh endapan analit. Andaikata
larutan Fe3+ di atas selain berisis Al3+ juga berisi Na+ dan Mg2+ dan pH diatur dengan larutan buffer
agar tidak membentuk endapan Mg(OH)2, ternyata dalam endapan Fe(OH)3 terdapat ion Mg2+.
Pengotoran ini tidak terjadi karena pengendapan, melainkan karena Mg2+ terbawa serta. Awal
terjadinya pengotoran ini ialah adsorpsi suatu ion oleh endapan analit, kemudian ion lawannya ikut
terbawa.
Usaha Mengurangi Pengotoran
a. sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan mengotori
b. selama membentuk endapan. Tekniknya macam-macam, tetapi semua berdasar prinsip bahwa
pembentukan endapan dipersulit (bukan dihalangi) atau secara teoritis : diusahakan agar derajat
lewat jenuh larutan menjadi sekecil mungkin.
c. Setelah endapan terbentuk
1. sebelum disaring dengan digestion
2. sesudah disaring dengan mencuci
3. ada kalanya dengan pengendapan ulang
5. Pencucian Endapan
Tujuannya adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun
yang terbawa secara mekanis.
Efisiensi pencucian tergantung dari cara membagi cairan yang tersedia. Pencucian berkali-kali
meggunakan volume kecil lebih efektif dibanding volume besar hanya 1-2 kali. Contoh : 100 ml
dipakai mencuci 5 x masing-masing 20 ml lebih baik hasilnya dari pada 2x mencuci masing-masing
50 ml. Secara matematik dapat ditunjukkan hubungan berikut :
n
u
X n Xo
u v
di mana : X0, Xn = konsentrasi pengotor sebelum dan sesudah dicuci
u = volume cairan yang tinggal setelah pencucian
v = volume cairan yang digunakan tiap kali pencucian
Contoh :
Suatu campuran sebanyak 2 g. Berisi 0,1 g kotoran dan 0,5 ml cairan. Dicuci dengan 20 ml pencuci
a. dipakai 2 x 10 ml dan b. 4 x 5 ml.
n 2
u 0,5
a. X n X o = 0,1 = 2,3 x 10-4 g
u v 10 0,5
4
0,5
.b. X n 0,1 = 6,8 x 10-6 g
5 0,5
swm/kimia analis/gravimetri/hal-124
Kapan pencuian sudah selesai?
Andaikan analisa Ag+ dibentuk endapan AgCl, maka pengendapnya adalah Cl-. Artinya
kelebihan Cl- merupakan pengotor. Maka untuk menyatakan apakah pencucian dapat dihentikan
dapat dilakukan dengan mengetes cairan pencuci yang menetes dari saringan menggunakan AgNO 3.
pada awal pencucian pertama dan kedua pasti terlihat ada Cl-. Pada pencucian ketiga berkurang, dan
keempat sudah tidak terlihat Cl- lagi. Bila demikian maka pencucian dapat dihentikan. Sebenarnya
kalau Cl- sudah habis belum tentu pengotor-pengotor lain habis pula, tetapi kalau tidak ada jalan
untuk menunjukkannya, terpaksa dianggap selesai.
Ion mana yang dipilih sebagi penunjuk selesainya pencucian? Tergantung dari larutan yang
menghasilkan endapan : ion mana yang ada didalamnya dan mana yang mudah ditunjukkan ada-
tidaknya dengan reaksi yang cukup spesifik dan sensitif.
6. Penyaringan
Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, dapat dilakukan dengan
sentrifuga atau penyaringan. Alat-alat penyaringan :yang paling banyak dipakai adalah kertas
saring, selain itu dapat dipakai cawan gelas atau cawan porselen berpori.
Kertas saring mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a. tidak inert, yaitu dapat dirusak oleh asam atau basa pekat dan macam-macam oksidator yang
dapat berakibat bocor
b. kekuatan mekanisnya kurang, daapt sobek dan ambrol, sehingga bocor dan mengotori endapan
karena seratnya terbawa terutama penyaringan dengan vacum
c. dapat mengadsorpsi bahan-bahan dari larutan yang disaring
d. untuk gravimetri perlu dibakar habis karena tidak dapat dikeringkan sampai berat tetap
Keuntungan pemakaian kertas saring adalah : mudah diperoleh, murah, efisiensi penyaringan tinggi.
Untuk kecepatan penyaringan tersedia kertas dengan pori-pori halus, medium dan kasar.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-125
9. Perhitungan Gravimetri
Pada proses gravimetri, sampel (cuplikan) dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang
mengendap, endapan ditimbang dan dari berat endapan dapat dihitung banyaknya senyawa yang
dicari.
Untuk menghitung berat zat yang dicari dari berat endapan, digunakan faktor gravimetri.
berat formula zat yang dicari
Faktor gravimetri
berat formula zat yang ditimbang
Berat zat yang dicari = berat zat yang ditimbang (berat endapan) x faktor gravimetri
Contoh : Misalnya ingin diketahui kadar NaCl dalam garam dapur kotor : maka NaCl direaksikan
dengan AgNO3, sehingga mengendap sebagai AgCl. Endapan AgCl disaring, dibersihkan,
dikeringkan dan ditimbang.
berat NaCl dihitung sebagai berikut :
Berat NaCl = berat endapan AgCl x faktor gravimetri
BM NaCl
= berat endapan AgCl x
BM AgCl
BM NaCl
berat endapan AgCl x
BM AgCl
% NaCl = x 100%
berat sampel
Contoh Soal :
1. Sampel seberat 0,6025 g dari suatu garam klorida dilarutkan dalam air dan kloridanya
diendapkan dengan menambahkan AgNO3 berlebih. Endapan AgCl disaring, dicuci dan
dikeringkan, beratnya diperoleh 0,7134 g. Hitung % Cl dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi : Ag+ + Cl- AgCl
1 mol 1 mol 1 mol
berat Cl berat endapanx faktor gravimetri
berat atom Cl
berat Cl 0,7134 x
berat AgCl
35,5
berat Cl 0,7134 x
143,32
berat Cl
% Cl x 100 %
berat sampel
35,5
0,7134 x
143,32
x 100 % jadi % Cl 29,29%.
0,6025
swm/kimia analis/gravimetri/hal-126
2. Suatu sampel bijih besi beratnya 0,48 g, dilarutkan dalam asam, besinya dioksidasi ke keadaan
oksidasi +3 dan kemudian diendapkan sebagai oksida berair Fe(OH)3. Endapan disaring, dicuci
dan dipijarkan menjadi Fe2O3 diperoleh berat 0,2481 g. Hitung % Fe dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi : 2 Fe3+ + 6 OH- 2 Fe(OH)3
2 Fe(OH)3 Fe2O3 + 3 H2O(g)
3. Sebanyak 0,5428 gram sampel batuan fosfat diendapkan sebagai MgNH4PO4.6H2O dan
dipijarkan menjadi MgP2O7. Jika berat hasil pemijaran sebesar 0,2234 g, hitunglah a. Persentase
P2O5 dalam sampel b. kemurnian dalam persen dinyatakan sebagai P.
Penyelesaian :
a. Persentase P2O5
berat endapan x ( P2O5 / Mg2 P2O5 )
P2O5 = x 100
berat sampel
0,2234 x (141,95 / 222,55)
= x 100 % = 26,25%
0,5428
b. Persentase P
berat endapan x (2 P / Mg 2 P2 O7 )
P= x 100%
(berat sampel)
0,2234 x (2 x 30,974 / 222,55)
= x 100%
0,5428
= 11,46%.
4. Dalam gravimetri terhadap belerang, kadang-kadang endapan BaSO4 yang sudah dipanggang
sebagian tereduksi menjadi BaS.
Andaikan sampel mengandung 32,3% SO3 dianalisis dan 20% endapan akhir yang ditimbang
adalah BaS dan 80% BaSO4. Berapa SO3 hitungan hasil analisis, jika endapan diandaikan
seluruhnya BaSO4.
Penyelesaian :
Misal : f = fraksi SO3 hasil hitungan
100 f = persen SO3
Wp = berat campuran BaSO4 dan BaS yang diperoleh dari 1 gram sampel
SO3
Wp x
BaSO4
Maka : x 100 100 f
1,0
BaSO4
Wp f x (1)
SO3
Endapan : 20% BaS dan 80% BaSO4, maka % SO3 yang benar adalah :
SO3 SO3
0,8W x 0,2Wp x 32,3 (2)
BaSO4 BaS
Persamaan (1) dimasukkan ke (2) :
BaSO4
0,8 f 0,2 f x
BaS x 100 32,3 diperoleh : f = 0,3
1
Jadi analisis menghasilkan %SO3 = 100 x 0,3 = 30%
swm/kimia analis/gravimetri/hal-127
5. Suatu sampel yang hanya mengandung CaCO3 dan MgCO3 dipanggang menjadi CaO dan MgO.
Campuran oksida mempunyai berat setengah berat sampel aslinya. Hitunglah persentase CaCO3
dan MgCO3 dalam sampel
Penyelesaian :
Misal : berat sampel = 1 gram maka berat campuran oksida = 0,5 gram.
Jika W = berat CaCO3 (gram) maka berat MgCO3 = (1-W) gram
banyaknya CaCO3 dalam gram + banyaknya MgCO3 dalam gram = 0,5
CaO MgO
Wx (1 W ) 0,5
CaCO3 MgCO3
56 40
W x (1 W ) 0,5
100 84
W 0,267 g CaCO3
Karena berat sampel 1 g, maka persentase CaCO3 = 26,7% dan persentase MgCO3 =100 – 26,7
= 73,3.
6. Dalam analisa 0,5 g sampel Feldspar, didapatkan campuran KCl dan NaCl yang beratnya =
0,118 g. Apabila dari campuran klorida tersebut direaksikan dengan AgNO3, menghasilkan
endapan AgCl yang beratnya = 245,1 mg. Hitunglah % berat Na2O dan K2O dalam sampel
tersebut.
Penyelesaian :
a (118 a)
Diandaikan bera KCl = a mg = mmol ; maka bera NaCl = (118-a)mg = mmol
74,5 58,5
a (118 a) a (118 a)
Maka jumlah endapan AgCl = ( + ) mmol = 143,5 x ( + ) mg
74,5 58,5 74,5 58,5
a (118 a)
Persamaan : 143,5 x ( + ) = 245,1
74,5 58,5
Persamaan tersebut diselesaikan diperoleh a = 84,1905
Maka berat KCl = 84,1905 mg dan berat NaCl = 118-84,1905 = 33,8095 mg.
97 x 84,1905
% berat K2O = x 100% 10,62%
149 x 500
62 x 33,8095
% berat Na2O = x 100% 3,58 %
117 x 500
7. Dua komponen dalam suatu campuran dapat ditetapkan dari dua macam data analisis. Dua
persamaan dengan dua variabel dipecahkan secara serempak. Berikut ini satu contoh data
gravimetri digabung dengan data titrasi.
Suatu sampel seberat 0,7500 g yang mengandung NaCl dan NaBr dititrasi dengan AgNO3
0,1043 M, ternyata menghabiskan 42,23 ml. Sampel kedua yang sama berat ditambah dengan
AgNO3 berlebih dan campuran AgCl serta AgBr disaring, dikeringkan dan diperoleh berat
0,8042 g. Hitung persentase NaCl dan NaBr dalam sampel tersebut.
Penyelesaian :
Andaikan : NaCl = x mmol dan NaBr = y mmol, maka :
x + y = total mmol = 42,23 ml x 0,1043 mmol/ml
x + y = 4,405
Akan dihasilkan juga : AgCl = x mmol dan AgBr = y mmol. Jadi :
AgCl x + AgBr y = 804,2
143,32x + 187,77y = 804,2
Kedua persamaan setelah diselesaikan diperoleh : x = 0,516 dan y = 3,889
0,516 mmol x 58,44 mg/mmol
Maka : NaCl = x 100% 4,02%
750,0 mg
3,889 mmol x 102,89 mg/mmol
NaBr = x 100% 53,35%
750,0
swm/kimia analis/gravimetri/hal-128
10. Penerapan Analisa Gravimetri
1. Besi(III) Hidroksida
Penerapan gravimetri besi dilakukan mengendapkannya sebagai besi(III) hidroksida, Fe(OH)3 atau
Fe2O3.nH2O atau disebut oksida berair. Kemudian pemanaskan/memanggang pada suhu tinggi
menjadi Fe2O3. Metode ini jarang digunakan untuk penentuan besi dalam baja atau paduan logam,
karena metode volumetri lebih baik. Metode ini digunakan dalam analisis batuan, yang mana besi
dipisahkan dari unsur-unsur seperti kalsium dan magnesium dengan pengendapan. Bijih besi
biasanya dilarutkan dalam asam klorida, dan asam nitrat digunakan untuk mengoksidasi besi
sehingga keadaan oksidasinya +3.
Reaksi :
a. pelarutan bijih besi
bijih besi + HCl Fe2+ atau Fe3+
b. oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
Fe2+ + HNO3 Fe3+ + NO + H2O
c. pembentukan endapan
Fe3+ + 3NH4OH Fe(OH)3 + 3NH4+
1000oC
2 Fe(OH)3 Fe2O3 + H2O
Sifat Endapan
Oksida berair dari besi merupakan endapan mirip gelatin yang sangat tidak larut dalam air (Ksp = 1
x 10-36). Koagulasi dilakukan pada kondisi larutan panas. Endapan dicuci dengan air yang
mengandung sedikit amonium nitrat untuk mencegah peptisasi. Penyaringan dilakukan dengan
kertas saring. Kertas dibakar habis dan endapan dipijarkan/dipanggang pada suhu yang tinggi untuk
menghilangkan air.
Kesalahan-kesalahan
Endapan berbentuk gelatin, sehingga mempunyai kecenderungan menyerap ion-ion asing selama
pengendapan
2. BaSO4
Endapan BaSO4 dapat digunakan untuk menentukan Ba atau sulfat (SO42-) atau belerang (S).
Ba2+ + SO42- BaSO4
Sifat endapan
Kelarutan dalam air kecil : 3 mg/L pada suhu 26oC.
Kelarutan BaSO4 dalam asam besar, tetapi pengendapan dilakukan pada 0,01 N HCl dengan
alasan :partikel endapan besar, endapan hasil lebih murni dan mencegah endapan lain, misal :
BaCO3. Bertambahnya kelarutan endapan dalam asam karena : SO42- + H+ HSO4-
Endapan BaSO4 berbentuk kristal, harus diusahakan endapan berbentuk partikel besar dan
sesedikit mungkin terjadi kopresipitasi.
Kesalahan
Jangan sampai ada garam-garam alkali dan amonium dan konsentrasi asam yang tinggi karena
memperbesar kelarutan BaSO4.
Jika BaSO4 disaring dengan kertas filter biasa dan dicuci dengan air panas. Kertas saring harus
dibakar dengan udara sebanyak-banyaknya, karena SO42- mudah tereduksi oleh C yang berasal
dari kertas saring. BaSO4 + C BaS + 4CO(g). Untuk menghindari hal ini dapat dipakai
krus porselin.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-129
10. ANALISA BATUAN (ROCK)
Untuk analisa batuan, sebagai standar dipakai batu kapur (lime stone). Batu kapur adalah
satu jenis batuan yang sederhana dalam penanganan analisanya, tetapi langkah-langkah yang
ditempuh untuk analisanya berlaku untuk semua jenis batuan.
Analisa batuan kapur meliputi determinasi (penentuan) beberapa konstituen di dalam
campuran yang kompleks. Konstituennya dipisahkan satu sama lainnya dengan prosedur
gravimetri. Kandungan utama batuan kapur adalah kalsium karbonat, tetapi yang terdapat di alam
umumnya mengandung bermacam-macam konstituen. Konstituen-konstituen ini berupa oksida-
oksida basa (logam) dan oksida-oksida asam (non logam).
Oksida basa : CaO, MgO, Fe2O3, Al2O3, MnO, TiO2, Na2O, K2O.
Oksida asam : CO2, SiO2, P2O5, SO3.
Batuan yang kandungan CO2 nya tinggi disebut batuan karbonat. Bila kandungan Silika (SiO2) nya
tinggi, disebut batuan silikat, P2O5 tinggi disebut batuan phospat.
Batuan kapur adalah batuan karbonat. Biasanya kandungan CO2 nay lebih dari 40%.
Umumnya batuan karbonat mudah terurai oleh asam. Tidak demikian halnya dengan batuan silikat
yang baru dapat terurai oleh asam setelah sebelumnya harus dilebur terlebih dahulu dengan alkali
misalnya Na2CO3.
Garam rangkap kalsium dan magnesium karbonat CaCO3. MgCO3 disebut dolomit, yang
mengandung MgO 10-20%. Jadi kandungan utamanya adalah CaO, MgO dan CO2.
Komposisi batuan Kapur Secara Umum
Komponen Prosentase
Kehilangan akibat pemijaran 40-4
Silika tidak murni 0-7
Oksida Campuran 0-6
Oksida Kalsium 30-35
Oksida Magnesium 14-21
Umumnya untuk analisa batuan, dilakukan secara analisa pendekatan (analisa proksimat). Pada
analisa ini sampel dipecah menjadi lima (5) komponen untuk dilakukan determinasi seperti pada
tabel di atas. Kuantitas yang dideterminasi adalah sebagai berikut :
(1) Kehilangan akibat pemijaran : terutama CO2, sedikit hilang akibat volatilisasi dari air dan
zat-zat organik.
(2) Silika tidak murni : silika yang mengandung Fe2O3, Al2O3 dan sebagainya sebagai kotoran.
(3) Oksida campuran : Fe2O3, Al2O3, TiO2, Mn3O4, P2O3 dan sedikit silika yang lepas dari (2).
(4) Oksida kalsium
(5) Oksida magnesium.
Meskipun analisanya secara pendekatan, pelaksanaannya tetap akurat dan hasil akhir kuantitas yang
dideterminasi harus mendekati 100%.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-1210
Pemijaran juga membantu merubah sifat silikat dalam bentuk “larut” . CaO + SiO2 CaSiO3.
Kalsium silikat terurai oleh asam.
Sebagian besar silika akan tertinggal sebagai residu bila lime stone yang telah dipijarkan
direaksikan dengan asam HCl. Sebagian silika terkonversi menjadi asam silikat yang terdispersi
sebagai koloid SiO2 x H2O. Pada waktu disaring koloid ini ikut dalam filtrat (tapisan). Untuk
mengambil kembali silika, perlu dikenakan proses dehidrasi untuk menghilangkan airnya dan
mengkoagulasikan koloidnya. Proses dehidrasi dilakukan dengan evaporasi larutannya sampai
kering dengan bantuan HCl, dilanjutkan dengan pemanasan residunya pada suhu 110-120oC.
Dehidrasi dapat juga dengan asam sulfat atau asam perklorat.
Setelah proses pemanasan selesai, HCl encer ditambahkan untuk melarutkan sampelnya dan
setelah itu disaring. Maka silika dalam koloid sebagian besar terambil kembali. Meskipun demikian
tetap masih ada silika yang terdispersi, maka perlu dehidrasi ulangan. Silika yang telah terkoagulasi
harus dipijarkan pada suhu tinggi, sebab air terikat sangat kuat oleh SiO2 nya. Pemijaran dilakukan
dengan menggunakan cawan platina. Endapan ditimbang sebagai SiO2.
Endapan final silika tidaklah murni, sebab masih dikotori oleh kation-kation Fe, Al, dan
sebagainya. Kesalahan berat SiO2 terkompensasi dengan berat kation-kationnya.
Bila dikehendaki analisa eksak SiO2nya, maka SiO2 tidak murni tersebut direaksikan dengan
HF dan H2SO4 pada suhu tinggi. Setelah itu silikanya akan terkonversi menjadi Silika tetra flourida
yang volatil. SiO2 + 4 HF SiF4 + 2 H2O. Konversi Fe dan Al aksida menjadi fluorida
dicegah dengan H2SO4. Kemudian pemijaran suhu tinggi menguraikan Fe dan Al sulfat kembali
menjadi oksida. Endapan yang diperoleh ditimbang, maka berat yang hilang adalah berat silika.
OKSIDA GABUNGAN
Fitrat dari determinasi silika terutama mengandung kalsium, magnesium, besi dan
aluminium dan sedikit fosfat. Larutannya dibuat alkalis dengan NH4OH untuk mengendapkan
terutama hidroksida besi dan aluminium dan meninggalkan kalsium dan magnesium di dalam
larutan. Endapannya masih dikotori oleh konstituen minor seperti hidroksida titanium dan mangan
(Mn), juga fosfor. Sebelum proses pengendapan dilakukan perlu Mn dioksidasi dengan brom supaya
tidak mengganggu kemudian.
Endapan disaring, dicuci dan biasanya dimurnikan dengan repretipitasi. Terakhir dipijarkan
dan residunya ditimbang sebagai oksida macam-macam unsur atau disebut “oksida campuran”.
Kemungkinan kesalahan dalam determinasi ini cukup banyak.
(1) Endapan Fe(OH)3 yang menyerupai gelatin mengikut sertakan mengendap (ko-presipitasi), ion-
ion Ca2+ dan Mg2+. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan memberikan konsentrasi tinggi garam-
garam amonium. Dapat juga dengan proses represipitasi.
(2) Ca dan Mg sebagian ikut mengendap sebagai karbonat, bila larutannya dibuat basa. Karbonat
dapat berasal dari amonium hidroksidanya atau akibat penyerapan CO2 dari udara. Kesalahan ini
dapat dikurangi dengan re-presipitasi.
(3) Pemberian ekses amonia harus dihindari, supaya Al(OH)3 yang bersifat amfoter dapat
mengendap sempurna dan Mg(OH)2 tidak ikut mengendap. Kesalahan dapat dikurangi dengan
pemberian garam-garam amonium, akibat ion sejenis.
Bila dikehendaki analisa eksak, endapan oksida campuran dipijarkan, kemudian dilarutkan
dengan asam, silikanya akan tertinggal sebagai residu. Selanjutnya Fe dideterminasi secara
volumetrik dengan titrasi memakai KMnO4. Ti dideterminasi secara kolorimetri, sedangkan Al
dihitung dari sisanya.
KALSIUM
Filtrat dari pengendapan oksida campuran terutama mengandung garam-garam Ca dan Mg,
juga garam-garam amonium yang memang ditambahkanpada analisa sebelumnya dan ion Na bila
sebelumnya diadakan proses peleburan. Permasalahan pokok adalah memisahkan Ca dari Mg. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengendapkan Ca sebagai kalsium oksalat, dengan catatan jumlah Ca
nya sedikit lebih besar dari pada Mg nya. Hal ini terjadi pada lime stone.
Kalsium oksalat adalah garam asam lemah, hingga kelarutannya lebih kecil dalam larutan
netral atau alkalis dibandingkan dalam asam. Meskipun demikian bila oksalatnya ekses, endapannya
kuantitatif pada pH 5. Pengendapan dilakukan pada keadaan panas, disusul netralisasi dengan
amonia.
Kelemahannya, endapan kalsium oksalat mengikutsertakan mengendap (ko-presipitasi) Na,
K dan Mg-oksalat. Mg-oksalat mengendapnya pasca (post-presipitasi). Hal ini dapat dihindari,
swm/kimia analis/gravimetri/hal-1211
endapan tidak terlalu lama kontak dengan larutan induk. Lalam praktek endapan kalsium oksalat
selalu dikotori oleh Mg-oksalat.
Endapan Ca-oksalat dipijarkan menjadi CaCO3 atau menjadi CaO untuk penimbangan akhir.
CaCO3 stabil pada suhu 420-600oC dan tidak higroskopis.
MAGNESIUM
Filtrat dari pengendapan Ca mengandung Mg2+, NH4+ dan kation alkali, juga sejumlah anion
oksalat dan klorida. Kedua anion ini dapat dihilangkan dengan evaporasi memakai HNO3 dan HCl
sampai kering. Oksalat terkonversi menjadi CO2 dan H2O, NH4+ menjadi N2, NO dan H2O.
Residunya dilarutkan dan Mg nya diendapkan sebagai Mg NH4PO4.6H2O
Mg2+ + NH4+ + PO43- + 6 H2O Mg NH4PO4 .6H2O
Mg NH4PO4. 6 H2O MgP2O7 + 2 NH3 + 13 H2O
KARBON DIOKSIDA
Bila dikehendaki analisa CO2 secara murni, caranya adalah sebagai berikut: sampel batu
kapur direaksikan dengan HCl dalam alat khusus, maka akan melepaskan CO2. Gas yang dibebaskan
berturut-turut dialirkan dalam deretan penyerap dan CO2 nya ditentukan dari selisih bertambahnya
berat alat penyerap dengan berat CO2.
Gas yang lepas mengandung uap air, CO2, dan H2S bila sampel mengandung sulfida dan gas
HCl, bila reaksi menggunakan HCl. H2S dan HCl diserap menggunakan CuSO4 anhidrous. Uap air
diserap dengan Mg(ClO4)2 atau drierite CaSO4. CO2 diserap dalam ascarite yaitu suatu bahan padat
yang dibuat dari hasil dispersi NaOH dalam asbestos (bahan ini berpori banyak).
Reaksi : 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O
Keterangan :
A : tabung
dekomposisi bahan
K B : HCl
H I J C : pendingin
D : NaOH -asbestos
E : H2SO4
F : CuSO4
G : Mg(ClO4)2
H, I : NaOH
J : Mg(ClO4)2
K : kran
CuSO4 berfungsi menyerap HCl dan H2S. Mg(ClO4)2 untuk menyerap H2O. H2SO4 menyerap air.
swm/kimia analis/gravimetri/hal-1212
Skema Analisa Batuan Kapur
Pustaka
1. Day, R. A. dan Underwood, A. L., 1986, Quantitative Analysis, Terjemahan oleh A. H. Pudjatmaka :
Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke 5, Erlangga, Jakarta
2. Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, edisi ke 3, Gramedia, Jakarta
3. Kholtof, I.M., E.B. Sande., E.J.Mechan dan Stanley B.,1980, Quantitative Chemical Analysis, edisi ke 4,
The Macmillan Company
swm/kimia analis/gravimetri/hal-1213