Anda di halaman 1dari 216

PEDOMAN

KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI


MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL
No.A-001/D30100/2016-S9
REVISI KE - 0

PERTAMINA
UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER
DIREKTORAT HULU
DAFTAR ISI

BAB I UMUM .............................................................................................................. 1


A. TUJUAN ....................................................................................................... 1
B. RUANG LINGKUP ........................................................................................ 1
C. PENGERTIAN .............................................................................................. 1
D. REFERENSI ................................................................................................. 7
BAB II PILAR UTAMA DAN PENDUKUNG .............................................................. 13
A. PILAR UTAMA ............................................................................................ 13
B. PILAR PENDUKUNG ................................................................................. 14
BAB III PEDOMAN KETEKNIKAN PENILAIAN FORMASI ....................................... 15
A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN OPERASI LOGGING ......................... 16
B. PEMILIHAN JENIS LOGGING DAN ANALISIS HASIL INTERPRETASI.... 19
BAB IV PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR MINYAK DAN GAS ...................... 31
A. BIDANG RESERVOIR ................................................................................ 32
B. ENHANCED OIL RECOVERY (EOR)......................................................... 66
BAB V PEDOMAN KETEKNIKAN SIMULASI RESERVOIR ..................................... 85
A. PENDEFINISIAN TUJUAN YANG AKAN DICAPAI .................................... 85
B. KARAKTERISASI RESERVOIR (RESERVOIR CHARACTERIZATION) ... 85
C. PEMILIHAN DAN PEMBANGUNAN MODEL RESERVOIR ....................... 86
D. PENYELARASKAN VOLUME HIDROKARBON (INISIALISASI) ................ 87
E. PENYELARASAN KINERJA MODEL RESERVOIR DENGAN SEJARAH
PRODUKSI (HISTORY MATCHING) ......................................................... 88
F. PERAMALAN PRODUKSI DENGAN BERBAGAI SKENARIO
PENGEMBANGAN ..................................................................................... 89
G. PELAPORAN.............................................................................................. 89
BAB VI PEDOMAN KETEKNIKAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS ........................ 92
A. PERHITUNGAN KEHILANGAN TEKANAN DAN TEMPERATUR ............. 92
B. ANALISA SISTEM NODAL ......................................................................... 94
C. SISTEM PENGANGKATAN BUATAN ........................................................ 96
D. PERANCANGAN KOMPLESI................................................................... 100
E. PERANCANGAN STIMULASI SUMUR .................................................... 101
F. PENANGGULANGAN MASALAH PRODUKSI ......................................... 102
G. PERANCANGAN FASILITAS PRODUKSI ............................................... 103
BAB VII PEDOMAN KETEKNIKAN PENGELOLAAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
PANAS BUMI ............................................................................................... 110
A. BIDANG RESERVOIR .............................................................................. 111
B. BIDANG PRODUKSI ................................................................................ 114
BAB VIII PENGELOLAAN KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
HIDROKARBON NON-KONVENSIONAL ................................................... 116
A. GAS METANA BATUBARA (GMB) .......................................................... 117
B. SHALE GAS ............................................................................................. 127
C. OIL SHALE ............................................................................................... 130
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN PENILAIAN FORMASI ................................ 137
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR MINYAK DAN GAS ............... 150
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN SIMULASI RESERVOIR .............................. 161
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS ................. 165
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN GEOTERMAL .............................................. 170
LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
HIDROKARBON NON-KONVENSIONAL ............................................... 175
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 1 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB I
UMUM

A. TUJUAN
Tujuan dari pedoman ini adalah untuk menciptakan panduan yang seragam dalam
pekerjaan keteknikan pengelolaan reservoir dan produksi minyak & gas, panas bumi
dan hidrokarbon non konvensional agar diperoleh hasil perhitungan dan atau
interpretasi yang baik, konsisten dan akuntabel.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini mengatur teknis kerja perusahaan yang terkait dengan
pekerjaan keteknikan pengelolaan reservoir dan produksi minyak & gas, panas
bumi dan hidrokarbon non konvensional yang berlaku di lingkungan
Pertamina/Unit/Daerah Operasi (internal consumtion/ internal used only) dan dapat
juga dijadikan acuan bagi Anak Perusahaan Pertamina.
Bahasan dalam pedoman ini meliputi:
1. Pedoman Keteknikan Penilaian Formasi,
2. Pedoman Keteknikan Reservoir Minyak dan Gas
3. Pedoman Keteknikan Simulasi Reservoir
4. Pedoman Keteknikan Produksi Minyak dan Gas
5. Pedoman Keteknikan Reservoir dan Produksi Geotermal
6. Pedoman Keteknikan Reservoir dan Produksi Hidrokarbon Non-
Konvensional
Pedoman ini berlaku di lingkungan Pertamina/Unit/Daerah Operasi(internal
consumtion/ internal used only) dan dapat juga dijadikan acuan bagi Anak
Perusahaan Pertamina.

C. PENGERTIAN
1. Cased hole adalah sumur atau bagian sumur yang sudah dipasang casing.
2. Kontraktor Jasa adalah pihak yang ditunjuk dalam kontrak untuk melakukan
pekerjaan logging.
3. Litologi adalah satuan kelompok batuan berdasarkan kesamaan mineral
penyusun, ukuran butir, tekstur, warna batuan, dll.
4. Log adalah rekaman yang berisi kurva respon peralatan logging yang
berhubungan dengan sifat fisik batuan.
5. Logging adalah kegiatan survei sifat fisik batuan menggunakan peralatan yang
di masukkan kedalam lubang sumur.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 2 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

6. Logging Produksi adalah logging pada kondisi sumur sudah/sedang


diproduksikan atau diinjeksikan.
7. Open hole adalah sumur atau bagian sumur yang belum dipasang casing.
8. Penilaian Formasi adalah kegiatan analisis dan interpretasi data log sumur, uji
drill stem, dll. Yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisik batuan formasi dan
fluida yang terkandung didalam formasi.
9. Quality Control adalah serangkaian prosedur untuk memeriksa dan
memastikan data log sumur yang diperoleh cukup akurat untuk dapat
diinterpretasi.
10. Porositas adalah fraksi dari volume pori-pori suatu batuan terhadap bulk
volume dari batuan tersebut.
11. Permeabilitas adalah kemampuan suatu batuan untuk dapat mengalirkan
fluida.
12. Saturasi adalah perbandingan volume fluida terhadap volume pori.
13. Tekanan kapiler adalah selisih antara tekanan fasa non-wetting dengan
tekanan fasa wetting.
14. Permeabilitas absolut adalah kemampuan suatu batuan untuk dapat
mengalirkan fluida satu fasa.
15. Permeabilitas efektif adalah kemampuan suatu batuan untuk dapat
mengalirkan fluida lebih dari satu fasa.
16. Permeabilitas relatif adalah fraksi antara permeabilitas efektif dengan
permeabilitas absolut.
17. Black oil adalah terdiri dari variasi yang luas dari spesies kimiawi termasuk
molekul-molekul yang besar, berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile).
Diagram fasa-nya mencakup range temperatur yang luas dan iso-vols memiliki
jarak yang seragam pada envelope.
18. Volatile oil adalah mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat dan
lebih banyak intermediates (didefinisikan sebagai etana sampai heksana)
daripada black oil. Range temperatur pada diagram fasa lebih kecil daripada
black oil. Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan
mendekati temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi
cenderung rapat dengan bubble point line.
19. Retrograde gas adalah diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada
untuk minyak, dan titik kritik-nya berada jauh di arah kiri bawah dari envelope.
Diagram fasa dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari
temperatur reservoir dan cricondentherm lebih besar daripada temperatur
reservoir. Pada awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di reservoir.
Dengan menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas menuju dew point.
Dengan menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk membentuk
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 3 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

cairan bebas di reservoir. Cairan ini biasanya tidak mengalir dan tidak dapat
diproduksikan.
20. Wet gas adalah fluida ini berupa gas di dalam reservoir sepanjang penurunan
tekanan reservoir. Tidak ada cairan yang terbentuk di dalam reservoir.
Walaupun demikian, kondisi separator berada pada phase envelope, yang
mengakibatkan sejumlah cairan terbentuk di permukaan (disebut kondensat).
21. Dry gas adalah merupakan metana dengan sejumlah intermediates. Campuran
hidrokarbon hanya berupa gas di reservoir dan kondisi separator permukaan
yang normal berada di luar lengkungan fasa. Maka dari itu, tidak terbentuk
cairan di permukaan.
22. Persamaan keadaan adalah persamaan yang menghubungkan volume
terhadap tekanan dan temperatur.
23. Cadangan adalah perkiraan volume minyak, kondensat, gas alam, natural gas
liquids dan substansi lain yang berkaitan secara komersial dapat diambil dari
perkiraan volume minyak, kondensat, gas alam, natural gas liquids dan
substansi lain yang berkaitan yang secara komersial dapat diambil dari jumlah
yang terakumulasi di reservoir dengan metode operasi yang ada dengan kondisi
ekonomi dan atas dasar regulasi pemerintah saat itu.
24. Proved Reserves adalah cadangan yang didukung oleh oleh uji produksi
(production test) atau uji formasi (formation test).
25. Unproved Reserves adalah cadangan yang didasarkan pada data geologi
dan/atau engineering seperti halnya yang digunakan untuk menentukan proved
reserves; tetapi ketidakpastiannya secara teknik, ekonomi, kontrak dan regulasi
lebih besar.
26. Simulasi Monte Carlo adalah salah satu teknik dengan melakukan perhitungan
berulang kali untuk mengetahui distribusi dari hasil yang dapat diantisipasi
berdasarkan distribusi dari data masukannya.
27. Depletion drive adalah salah satu dari tenaga pendorong di reservoir yang
berasal dari pengembangan gas terlarut (solution gas) yang terdapat di dalam
minyak.
28. Water coning adalah peristiwa naiknya air menuju zona perforasi sumur
produksi.
29. Gas coning adalah peristiwa turunnya gas menuju zona perforasi sumur
produksi.
30. Type Curve adalah metode dalam menentukan suatu model reservoir dengan
membandingkan hasil uji sumur suatu reservoir dengan hasil tipikal yang umum
terjadi untuk setiap model reservoir.
31. Eksplorasi adalah salah satu tahap awal pengembangan suatu lapangan
dimana pada tahap ini dilakukan beberapa test untuk mendapatkan data yang
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 4 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

cukup agar dapat menentukan apakah lapangan tersebut ekonomis untuk di


produksikan atau tidak.
32. Uji build up adalah salah satu dari metode uji sumur dengan cara mengamati
hubungan antara tekanan dan waktu pada saat sumur dimatikan setelah
diproduksikan dengan laju produksi yang konstan selama beberapa waktu.
33. Uji fall off adalah salah satu dari metode uji sumur injeksi dengan cara
mengamati hubungan antara tekanan dan waktu.
34. Uji interferensi adalah salah satu dari metode uji sumur yang membutuhkan
minimal 1 sumur aktif dan 1 sumur observasi/pengamat dengan cara mengamati
tekanan pada sumur observasi terhadap waktu akibat dari produksi pada sumur
sumur aktif.
35. Uji multi-production rate adalah salah satu dari metode uji sumur dengan cara
mengubah laju produksi sumur beberapa kali.
36. Uji drawdown adalah salah satu dari metode uji sumur dengan cara mengamati
tekanan terhadap waktu pada suatu sumur produksi yang sedang berproduksi
dengan laju konstan.
37. Deliverability adalah kemampuan suatu reservoir untuk dapat mengalirkan
fluida menuju ke sumur produksi.
38. Inflow Performance Relationship (IPR) adalah kurva yang menggambarkan
hubungan antara tekanan bottom-hole dan laju produksi.
39. Pola injeksi-produksi (flood pattern) adalah susunan posisi sumur-sumur
injeksi relatif terhadap sumur-sumur produksi. Susunan ini bertujuan untuk
menghasilkan proses pendorongan atau pendesakan minyak bumi secara efektif
dan efisien oleh fluida injeksi.
40. Aspek bawah permukaan yang dimaksud berkaitan dengan posisi sumur di
reservoir, status dan kondisi mekanik lubang sumur serta sifat-sifat fisik reservoir
yang mempengaruhi kapasitas injeksi dan arah aliran.
41. Aspek permukaan yang dimaksud berkaitan dengan kondisi dan posisi sumur
di permukaan tanah bila di onshore atau di platform bila di offshore.
42. Minimum miscibility pressure (MMP) yaitu tekanan terendah pada mana gas
yang diinjeksikan mulai dapat melarut (miscible) kedalam minyak.
43. Swelling test yaitu uji perubahan volume minyak dan kelarutan CO2 pada
tekanan di atas tekanan gelembung (bubble point) minyak.
44. Interfacial tension yaitu tegangan antar muka antara minyak dan larutan air
yang mengandung bahan-bahan kimia yang terlarut.
45. Viskositas polimer yaitu viskositas larutan polimer dalam air yang akan
diinjeksikan.
46. Stabilitas termal yaitu ketahanan larutan yang disebutkan pada butir 3 dan 4 di
atas terhadap temperatur reservoir selama dalam jangka waktu tertentu.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 5 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

47. Filtrasi yaitu penyaringan larutan dengan menggunakan saringan ukuran


tertentu dan pengukuran perubahan volume tertampung terhadap waktu
penyaringan.
48. Kompatibilitas yaitu ukuran perubahan fisik (kekeruhan atau terjadinya
endapan) suatu larutan bilamana sesuatu bahan kimia dicampur ke dalam
larutan tersebut.
49. Kelakuan fasa yaitu perubahan fasa yang terjadi dalam jangka waktu tertentu
bilamana dua fasa cairan yang berbeda dan sifatnya tidak dapat saling melarut
(immiscible) dicampurkan dan diaduk secara perlahan.
50. Adsorpsi yaitu pengikatan bahan kimia oleh permukaan padatan (butiran
pembentuk batuan) ketika larutan yang mengandung bahan kimia dimaksud
bersentuhan dengan padatan tersebut.
51. Sifat kebasahan (wettability) yaitu sifat kecenderungan padatan untuk dapat
dibasahi oleh suatu fluida ketika fluida ini berada bersama-sama dengan fluida
lain diatas permukaan padatan itu.
52. Imbibisi yaitu proses masuknya suatu fluida ke dalam pori-pori media berpori.
Imbibisi hanya akan terjadi apabila media berpori ini dapat dibasahi oleh fluida
tersebut.
53. Coreflood yaitu penginjeksian suatu fluida ke dalam sampel batuan (core) guna
mendorong minyak yang berada dalam core tersebut.
54. Effluent yaitu fluida injeksi yang tertampung setelah melalui core.
55. Sistem Sumur Produksi/Injeksi adalah gabungan seluruh komponen pada
sumur produksi mulai dari komponen lapisan produktif sampai ke komponen
separator/fasilitas pemisahan di permukaaan, atau pada sumur injeksi mulai dari
komponen pompa injeksi sampai ke komponen lapisan yang diinjeksi.Untuk
sistem sumur yang utuh, sesuai dengan urutan komponen-komponen dalam
sistem, perubahan kinerja di satu komponen akan menyebabkan perubahan
kinerja sistem sumur secara keseluruhan.
56. Analisa Sistem Nodal adalah metoda untuk merancang instalasi peralatan
sistem sumur produksi/injeksi berdasarkan kinerja komponen-komponen pada
sumur produksi/injeksiagar menghasilkan laju produksi/injeksi yang
optimum.Selain itu metode ini dapat digunakan untuk analisa kelakuan sumur
produksi atau injeksi dengan mempertimbangkan kinerja seluruh komponen
yang membangun sistem sumur tersebut.
57. Komponen-komponen dalam Sistem Sumur Produksi adalah : (1) komponen
lapisan produktif, (2) komponen komplesi, (3) komponen perforasi/gravel pack,
(4) komponen tubing, (5) komponen peralatan pengangkatan buatan, (5)
komponen peralatan bawah permukaan, (6) komponen kepala sumur/choke, (7)
komponen flowline, (8) komponen manifold, (9) komponen separator, (10)
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 6 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

komponen pemisahan di permukaan. Seluruh komponen tergabung dalam


urutan yang baku dan membentuk sistem sumur produksi.
58. Komponen-komponen dalam Sistem Sumur Injeksi adalah: (1) komponen
pompa injeksi/kompresor, (2) komponen kepala sumur/choke, (3) komponen
tubing atau annulus tubing casing, (4) komponen peralatan sumur bawah
permukaan, (5) komponen komplesi sumur, (6) komponen lapisan yang diinjeksi.
Seluruh komponen tergabung dalam urutan baku dan membentuk sistem sumur
injeksi.
59. Komponen Lapisan Produktif adalah batuan reservoir mulai dari batas luar
sampai dengan batas dalam daerah pengurasan, dimana kinerja produksi
lapisan produktif tersebut dipengaruhi oleh tenaga pendorong alami yang
bekerja,sertajumlah fasa fluida yang mengalirpada lapisan produktif tersebut.
Selain itu, konfigurasi di sekitar dasar lubang sumur, sebagai akibat komplesi
ataupun stimulasi, juga berpengaruh berpengaruh terhadapkinerja lapisan
produktif tersebut.
60. Komponen bawah permukaan dalam Sumur Produksi atau Injeksi
adalahperalatan-peralatan seperti casing, tubing, safety valve, peralatan artificial
lift, dan sebagainya,dimana setiap peralatan mempunyai spesifikasi (ukuran,
kapasitas, dll) tertentu, yang masing-masing mempunyai fungsi dan peran
khusus dalam sistem sumur produksi atau injeksi.
61. Coalbed fairway yaitu zona dari suatu hamparan coal seam yang memiliki
permeabilitas tinggi
62. Drainage area yaitu luas dari reservoir yang dapat di hisap oleh sumur
63. Cleats yaitu rekahan pada batu bara yang menjadi tempat fluida mengalir
64. Coal seam yaitu suatu lapisan batu bara yang biasanya cukup tebal untuk
dilakukan proses penambangan secara ekonomis
65. Dip yaitu besaran kemiringan dari suatu lapisan terhadap sumbu horizontal
66. Face cleats yaitu rekahan yang kontinu sehingga cenderung menjadi media
utama untuk fluida mengalir dalam batu bara
67. Interference test yaitu tes yang mengukur variasi tekanan terhadap waktu pada
suatu sumur observasi yang dihasilkan oleh suatu sumur produksi/injeksi.
68. Modulus Young didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan dan
regangan untuk tekanan uniaxial.
69. Oil Shale adalah sejenis batuan serpih (shale) yang mengandung materi
organik untuk kemudian dipanaskan untuk mengekstraksi hidrokarbon dari
batuan tersebut.
70. Poisson’s ratio adalah perbandingan ekspansi lateral terhadap kontraksi
longitudinal batuan pada kondisi tekanan uniaxial
71. Resistivitas adalah sifat ketahanan batuan saat dialiri listrik.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 7 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

72. Rock-eval pyrolysis merupakan dekomposisi material organik dengan


pemanasan dalam ketiadaan oksigen. Sampel ditaruh ke dalam bejana dan
secara progresif dipanaskan hingga 550oC pada kondisi atmosfer inert. Ahli
geokimia organik menggunakan pyrolisis untuk menentukan richness dan
kematangan dari source rock.
73. S1 menunjukan hidrokarbon yang telah ada dalam batuan, diukur dalam mg HC
per gram TOC
74. S2 menunjukan hidrokarbon yang terbentuk dari degradasi thermal selama
pyrolysis.
75. S3 menunjukan jumlah CO2 yang dihasilkan akibat pemanasan pada proses
rock eval pyrolysis
76. S4 menunjukan kandungan karbon residual yang masih berada didalam sample.
77. Thermal maturity yaitu derajat pemanasan dari suatu batu bara dalam proses
merubah kerogen menjadi hidrokarbon, dimana berkaitan dengan rank dari
suatu batu bara
78. Tmax adalah temperatur dimana puncak dari S2 terjadi.
79. Total Organic Carbon adalah ukuran karbon organic di batuan, satuannya
adalah persen berat, digunakan sebagai parameter dasar dalam
mengklasifikasikan source rock dalam hubungannya dengan tipe kerogen dan
kematangan(Miles, 1994).
80. Vitrinite Reflectance biasanya parameter yang digunakan untuk
mengindikasikan kematangan thermal dari source rock.

D. REFERENSI
1. Amyx, James W., Bass, Daniel M. dan Whiting, Robert L. : "Petroleum Reservoir
Engineering -Physical Properties", McGraw Hill Book Company, 1960.
2. Bateman, R.M., “Open hole Log Analysis and Formation Evaluation”, Boston,
IHRDC. 1985
3. Craft, B. C. dan Hawkins, H. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering",
Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, N.J.
4. Darling, T., “Well Logging and Formation Evaluation”. Oxford, Gulf Publishing.
2005.
5. Hill, A.D., “Production Logging – Theoretical and Interpretive Elements”, SPE.
1990.
6. Serra, O. “Fundamental of Well-Log Interpretation :1.Acquisition of Well Log
Data.Amsterdam, Elsevier Publishing”, 1984.
7. SPWLA. “Glossary of Terms & Expressions Used in Well Logging”, 1975.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 8 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

8. Frick, Thomas C. : "Petroleum Production Handbook", Vol. II - Reservoir


Engineering, SPE of AIME Dallas-Texas.
9. Timmerman, E. H. : "Practical Reservoir Engineering", Part I, PennWell Books,
Tulsa, Oklahoma.
10. Van Poollen, H.K.,: “Petroleum Engineering – Short Course”.1983.
11. McCain, William D., Jr. : “The Properties of Petroleum Fluids – Second Edition,”
PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1990.
12. McCain, William, D., Jr. : “Heavy Components Control Reservoir Fluid Behavior,”
Technology Today Series, SPE 28214, S.A. Holditch & Assocs. Inc., 1994.
13. Ahmed, T.H. : “Comparative Study of Eight Equations of State for Predicting
Hydrocarbon Volumetric Phase Behavior,” SPE Res. Eng. (Feb. 1988) 3, No. 1,
337-348.
14. Redlich, O. dan Kwong, J.N.S. : “On the Thermodynamics of Solutions. V – An
Equation of State. Fugacities of Gaseous Solutions,” Chem. Reviews (1949) 44,
233-244.
15. Soave, G. : “Equilibrium Constants from a Modified Redlich-Kwong Equation of
State,” Chem. Eng. Sci. (1972) 27, No. 6, 1197-1203.
16. Pitzer, K.S., Lippmann, D.Z., Curl, R.F., Jr., Huggins, C.M., dan Peterson, D.E. :
“The Volumetric and Thermodynamic Properties of Fluids. II. Compressibility
Factor, Vapor Pressure and Entropy of Vaporization,” J. Am. Chem. Soc. (1955)
77, No. 13, 3433-3440.
17. Peng, D. dan Robinson, D.B. : “A New Two-Constant Equation of State,” I.&E.C.
Fundamentals (1965) 15, No. 1, 59-64.
18. Edmister, W.C. dan Lee, B.I. : “Applied Hydrocarbon Thermodynamics Volume
I”, 2nd Ed., Gulf Publishing Co., Houston, 1984.
19. Katz, D.L. dan Firoozabadi, A. : “Predicting Phase Behavior of
Condensate/Crude-Oil Systems Using Methane Interaction Coefficients,” Trans.,
AIME (1978) 265, 1649-1655.
20. Reserves Definition Committee, SPE:”MONOGRAPH I—Guidelines For
Application of The Definitions For Oil and Gas Reserves,” The Society of
Petroleum Evaluation Engineers, December 1988.
21. Newendorp, P. and Schuyler, J.: “Decision Analysis For Petroleum Exploration”,
Planning Press, 2nd Ed., Aurora, CO, 2000.
22. Cronquist, C.: ”Estimation and Classification of Reserves of Crude Oil, Natural
Gas, and Condensate”, SPE, Richardson, TX, 2001
23. LAPI ITB: “Pembuatan Standarisasi POD (Plan of Development) Pertamina
Hulu: Laporan Akhir”, Bandung, 2003.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 9 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

24. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering",


Prentice-Hall, Inc., N. J., 1959.
20. Dake, L. P.: "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New
York, 1978.
21. Recham, R.: "Super-Critical Rate Based on Economic Recovery in Water and
Gas Coning by Using Vertical and Horizontal Well Performance ", SPE 71820,
2001.
22. Chan, K. S. : “Water Control Diagnostic Plots”, SPE 30775, The SPE Annual
Technical Conference and Exhibition, Dallas, USA, October 22-25, 1995.
23. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A.: "Gas Reservoir Engineering", SPE,
Richardson, TX, 1996.
24. Horne, R. N. : "Modern Well Test Analysis", Petro Inc., Second Edition, Palo
Alto, CA, 1995.
25. Economides, M.J., Hill, A.D. and Ehlig-Economides, C.: "Petroleum Production
System", Prentice Hall, Englewood, New Jersey, 1994.
26. Murphy, W.C. : “Formation Evaluation from a Drill-Stem Test – An Aid to
Stimulation Design”, SPE 1553, Proceeding of The Annual Fall Meeting of SPE,
1966.
27. Farley, D.L., Jeffords, C.M., and Holden, J. : “Second Generation Drill Stem Test
Assemblies for Floating Vessels”, SPE 5229; Proceeding of Offshore
Technology Conference, TX, May 6-8, 1974.
28. Zainun, K. and Trice, M.L. : “Optimized Exploration Resource Evaluation Using
the MDT Tool”, SPE 29270; Proceeding of The SPE Asia Pacific Oil & Gas
Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, 20-22 March 1995.
29. Kuchuk, F.J. : “Interval Pressure Transient Testing with MDT Packer-Probe
Module in Horizontal Wells”, SPE 39523; Proceeding of The SPE India Oil and
Gas Conference and Exhibition, New Delhi, India, 17-19 February 1998.
30. Frimann-Dahl, C., Irvine-Fortescue, J., Rokke, E., Vik, S., and Wahl, O.:
“Formation Testers vs. DST – The Cost Effective Use of Transient Analysis to
Get Reservoir Parameters”, SPE 48962; Proceeding of The SPE Annual
Technical Conference and Exhibition, New Orleans, Lousiana, 27-30 September
1998.
31. Matthews, C. S. dan Russell, D.G. : “Pressure Build-Up And Flow Tests in
Wells”, Henry L. Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas. 1967.
32. R., Raghavan : “Modern Well Test Analysis”, Continuing Education Course No.
9, 1975 SPE - AIME.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 10 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

33. R., Al-Hussainy dan H.J., Ramly Jr. : “Application of Real Gas Flow Theory to
Well Testing And Deliverability Forecasting”, Gas technology, SPE Reprint
Series No.13, SPE-AIME, Dallas, 1957.
34. Robert C., Earlougher Jr. : “Advanced in Well Test Analysis”, Henry L. Doherty
Series, Monograph Volume 5, SPE -AIME, Dallas, 1977.
35. John Lee : “Well Testing”, SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas,
1982.
36. R., Al-Hussainy dan H. J., Ramey Jr. : “Application of Real Gas Flow Theory to
Well Testing And Deliverability Forecasting”, SPE Reprint Series No. 9, SPE-
AIME, Dallas, 1967.
37. Elkins, L.F. and Skov, A.M.:”Determination of Fracture Orientation from Pressure
Interference”, Trans. AIME.1960.
38. ERCB : "Theory and Practice of the Testing of Gas Wells", Third Edition, 1975.
39. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Willey & Sons,
1984.
40. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Production Engineering", John Willey & Sons,
1984.
41. Beggs. H. Dale: "Gas Production Operations", OGCI Publications Tulsa-
Oklahoma.
42. Cullender, H. H. : "The Isochronal Performance Method of Determining the
Flow Characteristics of Gas Well", Trans. of AIME, Vol. 204, 1955, halaman 137-
142.
43. Donohue, David A. T and Ertekin, Turgay: "Gaswell Testing, Theory, Practice &
Regulation", International Human Resources Development Corporation, Boston.
44. Mishra, S and Caudle, B. H. : "A Simplified Procedure for Gas Deliverability
Calculations Using Dimensionless I PR Curves", SPE Paper No. 13231, SPE of
AIME.
45. Poettman, Fred H. , Schilson, Robert E. : "Calculation of the Stabilized
Performance Coefficient of Low Permeability Natural Gas Wells", Trans of
AIME Vol. 216, 1959, halaman 240-246.
46. Tek, H. R. , Group, M. L and Poettman, F, H, : "Method for Predicting the Back
Pressure Behavior of Low Permeability Natural Gas Well". Trans. of AIME,
Vol.210, 1957, halaman 302-309.
47. Mona D. Trick, Frank J. Palmai, Robert W. Chase, : "Comparison of
Dimensionless Inflow Relationships for Gas Wells", SPE Paper No. 75719, SPE
of AIME.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 11 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

48. Craig Jr., F. F., 1971, “The Reservoir Engineering Aspects of Waterflooding”,
Society of Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas, USA.
49. Willhite, G. P., 1986, “Waterflooding”, Society of Petroleum Engineers of AIME,
Dallas, Texas, USA.
50. Boberg, T. C., 1988, “Thermal Methods of Oil Recovery”, John Wiley & Sons,
New York, New York, USA.
51. SPE Reprint Series, No. 23, 1987, “EOR Field Case Histories”, Society of
Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas, USA.
52. SPE Reprint Series, No. 24, 1988, “Surfactant/Polymer Chemical Flooding –I”,
Society of Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas, USA.
53. SPE Reprint Series, No. 25, 1988, “Surfactant/Polymer Chemical Flooding –II“,
Society of Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas, USA.
54. Rose, S. C., et al., 1989, “The Design Engineering Aspects of Waterflooding“,
Monograph vol. 11, Society of Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas,
USA.
55. Stalkup Jr., F. I., 1992, “Miscible Displacement, Monograph vol. 8“, Society of
Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas, USA.
56. Lyons, W. C. (Editor), 1996, “Standard Handbook of Petroleum & Natural Gas
Engineering, vol. 2“, Gulf Publishing Company, Houston, Texas, USA.
57. Sheng, J. J., 2011, “Modern Chemical Enhanced Oil Recovery: Theory and
Practice“, Elsevier – Gulf Professional Publishing, Amsterdam, Netherland.
58. Cuberson, S.F., “The Outlook for Oil shale”, Paper SPE 10899, 1982.
59. http://emd.aapg.org/technical_areas/oil_shale.cfm
60. Perez, E.R., Pachon Z., Gomez, J.J., Marin, M.P., “Integrated Methodology for
Laboratory Evaluation of Shale Plays Cores”, Paper SPE 169301, 2014
61. Bardsley, S.R., Algermissen, S.T., ”Evaluating Oil Shale by Log Analysis”, Paper
SPE 438, 1963.
62. Herron, M.M., Grau, J.A., Herron, S.L., Kleinberg, R.L., Machlus, M., Reeder,
S.L, Vissapragada, B., Burnham, A.K., Day, R.L., “Total Organic Carbon and
Formation Evaluation with Wireline Logs in the Green River Oil Shale”, Paper
SPE 147184, 2011.
63. Crawford, P.M., Biglarbigi, K., Dammer, A.R., Knaus, E., “Advances in World Oil
Shale Production Technologies”, Paper SPE 116570, 2008.
64. Baskerville, C., “Value of American Oil-Shales”, Paper SPE 921229, 1919.
65. Biglarbigi, K., Crawford, P.M., Carolus, M., Dean, C., “Rethinking World Oil-
Shale Resourcs Estimates”, Paper SPE 135452, 2010.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 12 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

66. Guidelines for Application of the Petroleum Sumberdaya/resources Management


System, Society of petroleum Engineers (SPE)
67. PRMS 2007, Society of petroleum Engineers (SPE)
68. Hattner John, 2012, Reserve Certification, NSAI
69. Abdassah, Doddy, 2014, Pedoman Klasifikasi dan Perkiraan Sumberdaya Gas
Metana Batubara (GMB), Pertamina-Institut Teknologi Bandung
70. Chopra, Satinder, et al., Shale Gas Reservoir Characterization Workflows. Paper
SEG 2012-1344, Presented at the 2012 SEG Annual Meeting, Las Vegas,
Nevada, November 4-9, 2012.
71. Alexander, Tom, et al, “Shale Gas Revolution”, Oilfield Review Autumn 2011: 23,
no.3,
https://www.slb.com/~/media/Files/resources/oilfield_review/ors11/aut11/04_shal
e_gas_revolution.pdf, 2011 (diakses tanggal 22 April 2015).
72. Raphael A.J, 2013, Vitrinite Reflectance Versus Pyrolysis Tmax Data :
Assessing Thermal Maturity in Shale Plays with Special Reference to the
Duvernay Shale Play of the Western Canadian Sedimentary Basin, Alberta,
Canada, SPE 167031, TRICAN Geological Solutions
73. Sudarmoyo, et al, 2001, Hubungan antara Poisson’s Ratio dengan Porositas
dan Densitas Batuan Pasir pada Lapangan Minyak, IATMI
74. Juan C. Glorioso, 2012, Unconventional Reservoirs: Basic Petrophysical
Concepts for Shale Gas, Repsol
75. Lewis, Rick, et al., 2004, New Evaluation Techniques for Gas Shale Reservoir,
Schlumberger.
76. Miller, Camron. Horizontal and Well Planning Within the Woodford and Other
Gas Shales Within the Mid-Continent, USA. Schlumberger: Dallas/Fort Worth.
77. Desphande, V. P. 2008. General Screening Criteria For Shale Gas Reservoirs
and Production Data Analysis. M. S. Thesis, Texas A&M University.
78. George, R., ‘Water Strategy and Water Management Planning (Shale gas and
Tight Oil Plays)”, Government of Alberta, 2012.
79. Abdassah, Doddy. 2011. Energi Fluida Bumi Bagi Kesejahteraan Umat Manusia.
Institut Teknologi Bandung
80. Cuberson, S.F., “The Outlook for Oil shale”, Paper SPE 10899, 1982
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 13 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB II
PILAR UTAMA DAN PENDUKUNG

Pedoman keteknikan ini berkaitan dengan pilar-pilar utama yang wajib dipenuhi untuk
terlaksananya pekerjaan yang dapat tepat sasaran sebagai bagian integral dari
pengelolaan lapangan minyak & gas, panas bumi dan hidrokarbon non konvensional.
Dengan demikian pengelolaan sumberdaya dapat dilaksanakan melalui implementasi
keteknikan reservoir & produksi yang prudent.

A. PILAR UTAMA
Pilar-pilar utama tersebut meliputi kualitas dan kuantitas data, filsafat teori dasar,
keterwakilan data, kesesuaian data, metode yang tepat, dan pembaruan data.
Kualitas dan Kuantitas Data
Kualitas data akan menentukan kualitas hasil perhitungan atau interpretasi.
Bagaimanapun canggih metode atau peralatan yang digunakan, kualitas
hasilnya tidak akan lebih baik dari kualitas data yang digunakan. Perumpamaan
ini dikenal dengan garbage in garbage out. Kualitas data dapat dipilah dan
dikontrol berdasarkan jenis akuisisi dan pelaksanaan akuisisi.
Kuantitas data diperlukan untuk merepresentasikan luas cakupan lapangan dari
sisi lateral dan vertikal. Dalam banyak hal, jumlah data yang cukup diperlukan
sebagai prasyarat untuk mendapatkan hasil perhitungan dan/atau interpretasi
yang konklusif dan bisa digunakan untuk inferensi
2. Filsafat Teori Dasar
Filosofi atau Teori Dasar yang melatarbelakangi pengambilan data, perhitungan
dan interpretasi harus dipahami untuk mampu melakukan kontrol terhadap
kualitas hasil, memahami resiko rentang kesalahan, melakukan penyesuaian di
dalam pelaksanaan akusisi, akibat dari batasan, anggapan atau
penyederhanaan di dalam teori dasar tersebut. Dengan pemahaman terhadap
filsafat teori dasar ini maka konstruksi hasil perhitungan atau interpretasi dapat
diletakkan dalam kerangka pemikiran yang utuh dan benar sebagai dasar bagi
tindak lanjut pemanfaatannya.
3. Keterwakilan Data
Hal ini berkenaan dengan jumlah minimum jenis data, metode pengambilan data
dan/atau kuantitas data yang dibutuhkan di dalam perhitungan atau interpretasi
untuk mendapatkan hasil dengan rentang kesalahan yang masih dalam batasan
toleransi. Jenis dan kuantitas data berkaitan data yang harus ada untuk dapat
dilakukan suatu perhitungan atau interpretasi yang cukup dipercaya sesuai
dengan syarat yang dibutuhkan oleh metode yang dipakai. Sedangkan metode
pengambilan data berkaitan dengan skala (scale) dari data tersebut dan
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 14 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

berkaitan dengan apakan pengukuran dilakukan secara langsung (primer) atau


tidak langsung (sekunder).
4. Kesesuaian Data
Penggunaan data harus memperhatikan teknik atau metode yang digunakan
dalam perhitungan atau interpretasi
5. Metode Yang Tepat
Metode yang tepat perlu digunakan untuk mendapatkan hasil yang paling baik
atau sesuai berdasarkan jumlah data yang ada, jenis data yang digunakan, dan
kesesuain terhadap tujuan.
6. Pembaruan Data
Langkah ini harus dilakukan secara berkala karena kondisi yang sangat dinamis,
daerah cakupan yang sangat lebih luas dibandingkan jumlah data yang tersedia,
dan perkembangan teknologi yang memungkinkan pengukuran data yang lebih
akurat.

B. PILAR PENDUKUNG
Dalam pemenuhan ke-enam pilar utama tersebut, pilar-pilar pendukung perlu
dipertimbangkan yang meliputi:
1. Sistem Data Terintegrasi
2. Pembaharuan Teknologi
3. Kapabilitas Sumber Daya Manusia
4. Ketersediaan Anggaran
5. Pembaruan Peralatan
6. Kematangan Program.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 15 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB III
PEDOMAN KETEKNIKAN PENILAIAN FORMASI

Bab ini memuat panduan dalam penggunaan dokumen Tata Kerja Individu (TKI)
Penilaian Formasi serta panduan dalam persiapan dan pelaksanaan operasi logging.
Perlu diperhatikan bahwa dokumen TKI Penilaian Formasi hanya memuat prosedur yang
umum dilakukan dalam industri sehingga pertimbangan dari engineer yang bertanggung
jawab dalam pekerjaan penilaian formasi serta pihak – pihak terkait khususnya
kontraktor jasa logging tetap diperlukan dalam situasi lapangan yang unik. Juga perlu
diingat bahwa pemakaian perlatan logging dari kontraktor jasa yang berbeda akan
membutuhkan prosedur yang unik, untuk itu perlu adanya komunikasi yang baik antara
engineer dan pihak kontraktor jasa logging dalam keberjalanan pekerjaan penilaian
formasi.
Penilaian formasi adalah kegiatan pengukuran dan analisis sifat fisik formasi dan fluida
yang terkandung didalamnya. Penilaian formasi mencakup rentang teknik pengukuran
dan analisis yang luas, namun bahasan pada TKI lebih dititikberatkan pada analisis dan
interpretasi data log. Dalam TKI tersebut, metode yang dibahas hanya mencakup analisa
log sumur pada kondisi open hole maupun cased hole serta logging produksi. Secara
umum, penilaian formasi juga mencakup analisa mud logging, pengujian formasi dan
analisa batuan inti (dibahas dalam TKI Teknik Reservoir). Pemilihan metode penilaian
formasi bergantung terhadap tujuan yang ingin dicapai (misal : penentuan batas
reservoir, perhitungan kandungan hidrokarbon, penentuan produktivitas formasi) dan
juga besarnya skala pengamatan formasi. Selain itu, metode penilaian formasi juga
dilakukan sepanjang fase eksplorasi dan produksi suatu lapangan. Aktivitas didalam
penilaian formasi berdasar fase pelaksanaannya diberikan pada Tabel 1.
Penilaian formasi dapat memberikan parameter yang dibutuhkan oleh pihak - pihak yang
terlibat dalam operasi eksplorasi dan produksi migas. Kegunaan penilaian formasi,
khususnya dalam bahasan yang digunakan dalam TKI Penilaian Formasi bagi pihak-
pihak tertentu adalah:
1. Untuk geolog, yaitu mengetahui stratigrafi formasi, struktur geologi dan lingkungan
pengendapan serta litologi batuan.
2. Untuk reservoir engineer, yaitu mengetahui kandungan fluida, penentuan batas fluida,
tekanan reservoir, porositas, permeabilitas dan ketebalan bersih (net pay) serta
recoverability formasi.
3. Untuk production engineer, yaitu mengetahui injektivitas dan produktivitas formasi,
kedalaman dan tekanan pada zona permeabel, sifat fisik batuan, batas kontak air-
minyak atau air-gas, faktor sementasi batuan serta laju produksi pasir untuk
perencanaan komplesi.
4. Untuk drilling engineer, yaitu mengetahui ukuran lubang bor, kemungkinan zona
tekanan abnormal, zona rekah, analisa kekuatan semen, lokasi channel untuk re-
cementing, serta membantu penentuan trayektori pengeboran untuk sumur berarah.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 16 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN OPERASI LOGGING


1. Persiapan Tim Operasi Logging
Hal-hal berikut perlu dilaksanakan dalam mempersiapkan tim untuk
menjalankan operasi logging:
1) Pendefinisian Operasi Log
Kegiatan ini mencakup log apa saja yang akan dijalankan kedalam sumur dan
peralatan tambahan yang dibutuhkan (mis. blow out preventer, riser, dll) yang
sesuai terhadap program pengeboran. Pada tahap ini, perlu diputuskan mana
program log yang penting dan mana yang opsional.
2) Ketersediaan Peralatan Log
Hal ini dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan kontraktor jasa
logging mengenai ketersediaan alat di tempat, maupun alat yang akan dikirim,
dan kepastian alat berada di tempat pada saat program logging akan
dijalankan. Alat log cadangan mungkin diperlukan jika log tersebut sangat
menentukan dan juga lokasi lapangan sulit dijangkau.
3) Pertimbangan Batasan Operasi Alat
Sebelum menjalankan alat log, peralatan harus disesuaikan dengan kondisi
sumur, khususnya temperatur, tekanan dan trayektori lubang bor. Dalam hal
ini perlu dilakukan konsultasi dengan kontraktor jasa logging mengenai
spesifikasi teknis alat yang akan digunakan.
4) Pertimbangan Keekonomian
Dalam memilih program log, adalah sangat penting untuk mempertimbangkan
kombinasi alat log yang dapat menghemat waktu dan biaya; juga menghindari
untuk menjalankan alat log yang memberikan hasil yang sama – kecuali
sangat dibutuhkan untuk mendapat akurasi data yang tinggi.
2. Koordinasi dengan Departemen Pengeboran dan Produksi
Kontraktor jasa log dan bagian pengeboran harus terkoordinasi agar program
log dapat dijalankan sesuai tujuan. Untuk itu hal - hal berikut perlu diperhatikan:
1) Lubang sumur telah dibor cukup dalam sehingga sensor paling atas dari
peralatan log dapat menjangkau kedalaman terbawah zona yang ditinjau.
Untuk itu, kontraktor jasa log harus menyediakan informasi jarak sensor
dengan bagian dasar alat log.
2) Kondisi lubang sumur stabil dan sudah bersih dari cutting sebelum
menjalankan alat log ke dalam lubang sumur, jika belum maka koordinasikan
dengan tim pengeboran untuk melakukan sirkulasi sumur.
3) Perubahan sifat lumpur yang dapat mempengaruhi respon alat log, dan
dampak dari pengeboran seperti invasi lumpur.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 17 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

4) Kondisi lubang dan trayektori lubang, agar alat tidak akan mengalami
masalah pada saat dijalankan ke lubang sumur berdasar kondisi lubang. Jika
diperlukan, operasi seperti wiper trips bisa dijalankan demi kelancaran
penggunaan alat log.
5) Untuk sumur dalam kondisi produksi atau akan dikomplesi, harus ada
perwakilan dari tim produksi yang mengawasi, khususnya dalam keamanan
pekerjaan, prosedur buka-tutup kerangan flowline, pengukuran tekanan, dll.
3. Persiapan Sebelum Operasi Logging Dimulai
Hal-hal berikut perlu diperhatikan oleh engineer Pertamina yang bertanggung
jawab dalam mengawasi operasi logging:
1) Dokumen untuk pelaporan dan pengisian header log yang perlu disiapkan
antara lain:
a. Laporan kalibrasi alat log
b. Daftar harga program log dari kontraktor jasa logging (untuk invoice)
c. Log dari sumur sekitar (offset wells)
d. Informasi untuk melengkapi header log
a) Nama Lapangan dan Negara
b) Nama Sumur
c) Koordinat Sumur
d) Data kedalaman dan sumbernya (driller, logging, dll)
e) Sifat Lumpur (densitas, pH, viskositas, water loss)
f) Ukuran pahat bor
g) Ukuran dan kedalaman casing, berat casing
h) Ukuran dan kedalaman tubing, berat tubing (jika ada)
i) Trayektori atau deviasi lubang sumur
e. Laporan pengeboran harian (juga berisi perubahan lumpur, kedalaman
zona lost circulation,dll), deskripsi litologi dari cutting, analisa mud logging
(jika ada), laporan hasil uji transien tekanan sumur (jika ada).
2) Sampel dari lumpur, filtrat lumpur dan mud cake pada sirkulasi terakhir
sebelum logging untuk pengujian resistivitas.
3) Pada logging di rig lepas pantai yang mengambang, peralatan kompensasi
gelombang harus sudah dipasang agar tidak terjadi kesalahan pada
pengukuran kedalaman.
4) Dalam memerintahkan log untuk dijalankan, perlu dipertimbangkan hal
berikut:
a. Beberapa alat log hanya dijalankan berdasar hasil dari log lain.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 18 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

b. Alat yang mengandung sumber radioaktif jangan dijalankan pertama kali


karena ada kemungkinan terjepit di dalam lubang.
c. Ketika kondisi lubang sumur buruk (ukuran lubang tidak teratur, deviasi
tinggi) jalankan terlebih dahulu alat log yang panjang atau alat log yang
dipasang centralizer untuk menghindari keharusan wiper trip ditengah
operasi logging.
d. Ketika temperatur dasar sumur tinggi, jalankan alat yang sensitif terhadap
panas terlebih dahulu (mis. log flowing temperature).
e. Jika akan dilakukan korelasi log pada set yang berbeda, perlu ada alat log
yang sama pada tiap set untuk menjadi referensi dalam korelasi log
nantinya. Untuk log open hole, log gamma ray umum digunakan sebagai
referensi. Sedangkan pada log cased hole, log Casing Collar Locator (CCL)
umum digunakan sebagai referensi.
f. Untuk menghemat waktu, jalankan sebanyak mungkin kombinasi log yang
dibutuhkan sesuai kesamaan kecepatan logging. Alat log yang
membutuhkan kecepatan rendah dikombinasikan dengan sesama alat
dengan kecepatan rendah.
4. Pemeriksaan Umum selama Operasi Logging
Selama operasi logging dilaksanakan, engineer terkait penilaian formasi atau
perwakilan perusahaan yang berwenang sebaiknya mengawasi keberjalanan
proses logging agar proses logging berlangsung dengan aman dan sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Prosedur pemeriksaan umum operasi logging tersedia dalam
TKI. Dengan mengikuti prosedur yang tersedia, jika terdapat kesalahan akibat
operator, dapat langsung ditindaklanjuti atau diulangi tanpa kehilangan waktu
produktif
TKI terkait, lihat TKI No:
C-033 Pemeriksaan Umum pada Operasi Logging
5. Pemeriksaan Umum Terhadap Kualitas Data Log
Data log yang dihasilkan perlu diperiksa kualitasnya agar tidak terjadi kesalahan
pada proses interpretasi. Prosedur kontrol kualitas data log tersedia pada TKI.
Pada kasus data log tidak memenuhi standar kualitas data, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan logging ulang.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-001 Pengontrolan Kualitas Data Log
6. Pemeriksaan Terhadap Log Header dan Cetakan
Log header yang tercetak pada log harus berisi informasi yang diperlukan (sesuai
poin 3.d.) juga urutan operasi dan perlatan logging yang digunakan
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 19 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

7. Laporan di Akhir Proses Logging


Terdiri dari 2 proses, yakni:
1) Lembar yang berisi operasi secara detail. Dokumen ini harus dilengkapi oleh
engineer dan supervisor dari operasi logging. Dokumen ini harus berisi
tentang izin melakukan operasi logging dan anomali yang terjadi saat
perekaman logging.
2) Laporan interpretasi lengkap dari operasi logging yang berisi hasil studi
kualitatif, laporan litologi dari setiap lapisan, korelasi dengan sumur
berdekatan dan evaluasi kuantitatif dari reservoir.

B. PEMILIHAN JENIS LOGGING DAN ANALISIS HASIL INTERPRETASI


Open Hole Logging
1) Penentuan Resistivitas
Penentuan resistivitas dibagi menjadi penentuan resistivitas batuan yang
terdiri dari flushed zone dan uninvaded zone dan penentuan resistivitas air
formasi.
a. Resistivitas Flushed Zone
Beberapa log dapat mengukur resistivitas flushed zone, dengan terlebih
dahulu membutuhkan koreksi terhadap kerak lumpur. Namun, khusus
untuk microlog (ML) membutuhkan koreksi tambahan terhadap diameter
lubang sumur.
Hal - hal yang perlu diperhatikan saat pengukuran resistivitas flushed zone
antara lain:
a) Microspherically Focused Log (MSFL) harus di-run menggunakan water
base mud.
b) Proximity Log dan Microlaterolog (MLL) tidak dapat di-run bersamaan
dengan log resistivitas uninvaded zone.
c) Microlog (ML) memiliki keterbatasan meliputi ketebalan kerak lumpur
harus kurang dari 0.5 in dan kedalaman invasi filtrat lumpur harus kurang
dari 4 in.
Berikut adalah log yang dapat mengukur resistivitas flushed zone
berdasarkan kualitas data yang diperoleh:
a) Microspherically Focused Log (MSFL)
b) Proximity Log
c) Microlaterolog (MLL)
d) Microlog (ML)
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 20 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

TKI terkait, lihat TKI No: C-003 Penentuan Resistivitas Flushed Zone
b. Resistivitas Uninvaded Zone
Beberapa log dapat mengukur resistivitas uninvaded zone, dengan terlebih
dahulu membutuhkan koreksi terhadap diameter lubang sumur, ketebalan
lapisan dan invasi filtrat lumpur.
Hal - hal yang perlu diperhatikan saat pengukuran resistivitas uninvaded
zone antara lain:
a) Induction log (ID) akan menghasilkan data yang baik jika digunakan
untuk mengukur resistivitas lapisan tebal (lebih dari 6 ft) dan
dioperasikan di daerah dengan resistivitas rendah.
b) Deep Laterolog dapat dipengaruhi oleh Groningen effect, yakni jika
digunakan untuk mengukur lapisan dengan resistivitas tidak berhingga
(infinity).
Berikut adalah log yang dapat mengukur resistivitas uninvaded zone
berdasarkan kualitas data yang diperoleh:
a) Induction Log (ID)
b) Spherically Focused Log (SFL)
c) Deep Laterolog (LLD)
d) Laterolog-8 (LL8)
e) Log normal 16”
TKI terkait, lihat TKI No:
C-004Penentuan Resistivitas Uninvaded Zone
c. Resistivitas Air Formasi
Resistivitas air formasi dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan sampel air formasi atau tidak langsung dengan
menggunakan alat logging.
Untuk memperoleh hasil yang baik, penentuan resistivitas air formasi perlu
memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a) Pengukuran dilakukan pada lapisan clean, yakni dengan volume shale
kurang dari 5%. Namun, sering kali nilai penentuan volume shale ini
dapat berbeda - beda sesuai kebijakan setiap perusahaan.
b) Kondisi lubang sumur baik, tanpa adanya washout
c) Lapisan tebal dengan litologi yang tidak berubah (konstan)
d) Jari-jari atau kedalaman invasi yang rendah
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 21 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Berikut adalah metode yang dapat mengukur resistivitas air formasi


berdasarkan prioritas:
a) Pengukuran langsung pada sampel air formasi
b) Dari log Rwa
c) Perbandingan resistivitas
d) Plot silang resistivitas - porositas
e) Dari log SP
TKI terkait : lihat TKI No.C-005 Penentuan Resistivitas Air Formasi
2) Penentuan Porositas dan Litologi
a. Porositas
Porositas yang diperoleh dari masing-masing log tidak akan identik satu
sama lain, tidak juga akan identik dengan nilai porositas yang sebenarnya.
Berikut adalah log yang dapat mengukur porositas berdasarkan kualitas
data yang diperoleh:
a) Plot silang
b) Log litho-densitas
c) Log densitas
d) Log sonik
e) Log neutron
f) Log resistivitas
TKI terkait, lihat TKI No:
C-006 Penentuan Porositas dari 1 jenis Log
C-007 Penentuan Litologi dan Porositas dari Kombinasi 2 Jenis Log
C-021 Penafsiran Log Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
b. Litologi
Berikut adalah metode yang dapat menentukan litologi berdasarkan
kualitas data yang diperoleh:
a) Plot M-N
b) Plot MID
c) Plot litho-densitas neutron
TKI terkait, lihat TKI No:
C-007 Penentuan Litologi dan Porositas dari Kombinasi 2 JenisLog
C-008 Penentuan Litologi dari Kombinasi 3 Log
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 22 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3) Penentuan Saturasi Air


Penentuan saturasi air dipengaruhi oleh keberadaan shale, oleh karena itu
volume shale yang terkandung di dalam lapisan perlu diketahui. Nilai cut-off
sebesar 5% digunakan untuk menentukan lapisan tergolong clean atau shaly
formation. Namun, sering kali nilai cut-off volume shale ini dapat berbeda -
beda sesuai kebijakan setiap perusahaan.
a. Lapisan Clean
Jenis litologi dari lapisan yang ditinjau perlu diketahui sebelum menghitung
saturasi air dari suatu lapisan, terlebih jika lapisan mengandung shale
karena akan berpengaruh terhadap pemilihan metode dan persamaan
yang digunakan. Dan untuk lapisan karbonat, diperlukan perhitungan
eksponen sementasi terlebih dahulu.
Untuk lapisan clean dengan volume shale kurang dari 5%, berikut metode
untuk menentukan saturasi air berdasarkan kualitas data yang diperoleh:
a) Persamaan Archie
b) Metode perbandingan resistivitas
c) Metode bulk volume air
TKI terkait, lihat TKI No:
C-009 Penentuan Eksponen Sementasi untuk Batuan Karbonat
C-011 Penentuan Saturasi Air dengan Quick Look
C-012 Penentuan Saturasi Air untuk Clean Formation
C-022 Penafsiran Log Dielektrik
b. Lapisan Shaly
Pada lapisan shaly, pengaruh shale perlu diperhitungkan dengan
menyertakan volume shale saat menghitung saturasi air untuk lapisan
shaly. Untuk lapisan shaly dengan volume shale lebih dari 5%. Berikut
metode yang digunakan untuk menentukan saturasi air berdasarkan
kualitas data yang diperoleh:
a) Log dielektrik
b) Metode dual water model
c) Persamaan matematis
Penentuan saturasi menggunakan persamaan matematis perlu dirata -
ratakan untuk mendapat hasil yang baik.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-010 Penentuan Volume Shale
C-011 Penentuan Saturasi Air dengan Quick Look
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 23 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-013 Penentuan Saturasi Air untuk Shaly Formation


C-022 Penafsiran Log Dielektrik
4) Penentuan Cut-off dan Net Pay
Setelah nilai porositas, volume shale dan saturasi air dari beberapa lapisan
diperoleh, cut-off untuk penentuan net pay dari formasi dapat ditentukan.
Pemilihan cut-off untuk menentukan net pay menjadi penting agar interval
lapisan yang dipilih dapat memproduksikan hidrokarbon.
TKI terkait, lihat TKI No.C-014 Penentuan Cut-off dan Net Pay
5) Penentuan Densitas Hidrokarbon
Densitas Hidrokarbon dapat ditentukan dengan metode perhitungan dan
metode grafis apabila data log porositas density tersedia. Untuk metode
grafis, apabila litologi tidak diketahui dengan pasti, perlu dibuat asumsi untuk
dua kasus ekstrim (misalnya batuan dianggao 100% pasir atau 100%
dolomit).
TKI terkait, lihat TKI No.C-015 Penentuan Densitas Hidrokarbon
6) Perkiraan Harga Permeabilitas dari Log
Hingga saat ini, permeabilitas tidak dapat diukur secara langsung dari
peralatan logging karena pada kenyataannya fluida tidak mengalir saat
logging dilakukan. Namun harga permeabilitas dapat diperkirakan
berdasarkan metode-metode berikut:
a) Log SP
Perkiraan permeabilitas dari Log SP dilakukan karena data log ini hampir
selalu tersedia. Analisa Permeabilitas dilakukan secara kualitatif dengan
mencari zona permeable yang diindikasikan dengan defleksi yang tinggi
pada log SP.
b) Invasi Filtrat Lumpur (Log Resistivitas)
Perkiraan permeabilitas dari invasi flitrat lumpur juga dilakukan secara
kualitatif. Apabila zona semakin permeable maka “separasi” antara
resistivitas filtrat lumpur, Rmf dan resistivitas air formasi, Rw akan semakin
besar.
c) Log kaliper
Log kaliper ini juga hampir selalu tersedia, namun analisis permeabilitas
sangatlah kualitatif. Semakin permeable suatu zona, invasi yang terjadi
sangat tinggi sehingga perkiraan permeabilitas dapat dilakukan dengan
hanya melihat ketebalan kerak lumpur dari log kaliper.
d) Log Resistivitas – Metode Resistivity Gradient
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 24 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Dengan metode ini permeabilitas dapat ditentukan harganya secara


kuantitatif dengan hanya menggunakan log resistivitas. Permeabilitas
ditentukan sebanding dengan gradien resistivitas batuan.
e) Hubungan Porositas dan Saturasi (Wyllie dan Rose)
Apabila data porositas total dan Saturasi air residual diketahui, metode
Wyllie dan Rose dapat digunakan. Besarnya harga permeabilitas
ditentukan kuantitatif berdasarkan semakin besarnya harga porositas dan
semakin kecilnya harga Swirr.
f) Log NMR (Metode Coates dan SDR)
Perkiraan Permeabilitas dari Log NMR dilakukan secara kuantitatif dengan
prinsip resonansi magnetik yang menirukan aliran dalam formasi, sehingga
hasil permeabilitas dari Log NMR dinilai paling mendekati. Metode yang
digunakan antara lain Metode Coates dan Metode SDR.
g) Hydraulic Flow Unit
Metode ini hanya dapat dilakukan apabila data batuan inti tersedia. Data
batuan inti ini penting untuk menentukan hydraulic flow unit batuan dan
mendapatkan persamaan untuk menentukan permeabilitas. Selanjutnya
permeabilitas dapat diperkirakan secara langsung dari harga Log Gamma
Ray dan Densitas untuk sumur-sumur yang tidak mempunyai data analisa
batuan inti.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-016 Penentuan Permeabilitas dari Log
C-018 Penentuan Hydraulic Flow Unit
C-021 Penafsiran Log Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
7) Pengukuran Tekanan Formasi
Apabila sumur telah selesai dibor, maka yang perlu dilakukan adalah
menjalankan peralatan log RFT/MDT untuk mendapatkan harga tekanan
statik formasi dan sampel fluida. Tekanan formasi yang didapatkan
selanjutnya digunakan untuk penentuan kontak fluida dalam reservoir.
TKI terkait, lihat TKI No.C-017 Penentuan Tekanan Formasi
8) Penafsiran Borehole Image
Log Borehole Image dilakukan dalam kondisi open hole untuk mencitrakan
kondisi riil lubang sumur 360o dengan resolusi tinggi. Logging ini sering
dijalankan ketimbang pengambilan sampel batuan inti yang lebih mahal. Perlu
diingat bahwa pemilihan log ini harus didasarkan pada jenis lumpur. Untuk
jenis lumpur konduktif (bahan dasar air), peralatan borehole imager FMI
(Schlumberger), EMI (Halliburton), dan STAR Imager (Baker Huges) dapat
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 25 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

digunakan. Apabila lumpur tidak konduktif (bahan dasar minyak), gunakan


peralatan imager OBMI (Schlumberger), OMRI(Halliburton), atau Earth
Imager (Baker Huges).
Data Borehole Imager ini sangat diperlukan untuk analisa geologi yang
meliputi struktur geologi, lingkungan pengendapan, identifikasi rekahan,
masalah pelebaran atau penyempitan lubang sumur, pengukuran dip, hingga
penentuan net pay untuk thin bed reservoir yang tidak dapat dilakukan
dengan resolusi log konvensional.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-019 Pengidentifikasian dan Evaluasi Karakteristik Formasi Rekah
Alami
C-020 Penentuan Intensitas Rekahan dengan Borehole Image
2. Cased hole Logging
1) Penentuan Saturasi Air Formasi di Belakang Casing
Penentuan saturasi air formasi untuk kondisi sumur cased-hole dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
a. Carbon-Oxygen Log (CO Log)
Hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi log CO, antara lain:
a) CO Log direkomendasikan untuk diaplikasikan pada formasi dengan
kondisi fluida yang memiliki salinitas rendah (fresh formation water).
b) Untuk kondisi air formasi dengan salinitas tinggi (10 3 ppm atau lebih
tinggi) atau tidak diketahui, evaluasi saturasi air melalui pengukuran
rasio C/O dapat dilakukan secara akurat apabila porositas formasi
bernilai moderat atau tinggi (>0.15).
c) Tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada formasi dengan
porositas yang rendah (<0.15).
b. Pulsed Neutron Log
Hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi log Pulsed Neutron, antara lain:
a) Pulsed Neutron Log direkomendasikan untuk diaplikasikan pada formasi
dengan kondisi fluida yang memiliki salinitas tinggi (saline formation
water) (103 ppm atau lebih tinggi).
b) Dibutuhkan penanganan secara khusus (bergantung pada peralatan)
untuk evaluasi pada formasi dengan porositas rendah (< 0.15).
c. Log Cased-Hole Formation Resistivity (CHFR)
Hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi log CHFR antara lain:
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 26 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

a) Log CHFR diaplikasikan untuk rentang pengukuran yang lebih dalam (7


ft - 32 ft), yaitu pada kondisi dimana fluida sekitar sumur tidak
merepresentasikan fluida formasi sebenarnya.
b) Penerapan log CHFR tidak bergantung pada jenis fluida di dalam casing
karena peralatan langsung bersentuhan dengan permukaan dalam
casing.
c) Log CHFR berperan baik pada penilaian formasi dengan porositas
rendah (< 0.15) jika dibandingkan dengan log Pulsed Neutron atau CO-
Log.
Berdasarkan kualitas data log yang dihasilkan, maka rekomendasi untuk
penerapan peralatan log dalam penentuan saturasi air formasi pada kondisi
cased-hole adalah:
a. Log dielektrik
b. Cased hole Formation Resistivity Log
c. Pulsed neutron capture
d. CO log
TKI terkait, lihat TKI No:
C-024 Penentuan Saturasi Air di Belakang Casing
C-022 Penafsiran Log Dielektrik
2) Penentuan Resisitivitas Fluida Formasi di Belakang Casing
Resistivitas di belakang casing dapat diukur menggunakan peratalan logging
Cased Hole Formation Resistivity (CHFR). Dari nilai resistivitas pada log
CHFR ini dapat diidentifikasi jenis fluida dibelakang casing, apakah air atau
minyak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan CHFR Log adalah
sebagai berikut:
a. Pastikan resistivitas semen dapat diabaikan pada pengukuran CHFR.
Resistivitas semen harus bernilai lebih kecil dari resistivitas formasi (<2
ohm.m)
b. Log CHFR tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada pengukuran /
logging di dalam tubing.
c. Sebaiknya tidak diaplikasikan pada sumur dengan konfigurasi heavy
casing.
d. Tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada sumur dengan
konfigurasi dual casing.
e. Tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada sumur dengan
konfigurasi fibreglass casing.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 27 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

f. Tidak direkomendasikan untuk diaplikasikan pada sumur yang memiliki


masalah scale. Untuk dapat diaplikasikan, pastikan telah dilakukan
penanganan terhadap scale yang menempel pada casing di dalam sumur.
TKI terkait, lihat TKI No: C-025 Penentuan Resistivitas Formasi di
Belakang Casing
3) Penentuan Kekuatan Kompresi Semen dan Bond Index
Kompresi Semen dan Bond Index dapat ditentukan berdasarkan hasil
rekaman Cement Bond Log – Variable Density Log (CBL-VDL).
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh evaluasi yang akurat, antara
lain:
a. Peralatan CBL-VDL harus diposisikan pada tengah radial sumur. Pastikan
rentang variasi travel time maksimum adalah +/- 4 µsec. Variasi travel time
tidak boleh melebihi nilai ini kecuali pada fast formation atau pada pipa
yang terekat baik dimana amplitudo kurang dari 2 mV.
b. Penentuan ikatan semen yang akurat hanya dapat dilakukan pada kondisi
satu rangkaian pipa. Aplikasi pada casing dengan ukuran yang lebih besar
dari 24 inci tidak direkomendasikan.
TKI terkait, lihat TKI No: C-023 Penilaian Hasil Penyemenan Sumur
3. Logging Produksi
1) Pengukuran Profil Aliran Satu Fasa/Multifasa
Pengukuran profil aliran dilakukan untuk menentukan injektivitas formasi pada
sumur injeksi atau penentuan produktivitas formasi pada sumur produksi.
Pengukuran profil aliran dapat dilakukan pada kondisi sumur open hole
maupun cased hole. Pada kondisi sumur open hole, log temperatur digunakan
untuk memberikan indikasi kualitatif interval kedalaman zona yang
berproduksi atau terinjeksi.
Untuk aliran satu fasa, pemilihan alat untuk mengukur profil aliran dilakukan
berdasar rentang laju aliran dalam sumur:
a. Jika aliran dominan satu fasa dan laju alir dalam lubang sumur high flow
(diatas 300 BPD), maka digunakan Continuous Spinner Flowmeter (C-026).
b. Jika aliran terdiri dari satu fasa/dua fasa cair dan laju alir dalam lubang
sumur low flow (10 – 300 BPD), maka digunakan Basket Flowmeter. (C-
026).
c. Jika aliran yang ingin diidentifikasi diperkirakan memiliki laju alir dibawah 10
BPD, maka digunakan Log Tracer (C-031).
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 28 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Jika aliran dalam lubang sumur multifasa (gas dan cairan) perlu diperiksa zona
mana yang memproduksikan gas dan zona mana yang memproduksikan
cairan (minyak/air/kondensat) beserta laju alir fasa dari masing-masing zona.
Untuk itu, digunakan log densitas (C-027). Dalam aliran multifasa dari
reservoir hingga permukaan, akan terjadi perubahan tipe aliran akibat
penurunan tekanan dan perbedaan densitas fasa yang berbeda. Untuk
memeriksa tipe aliran disepanjang lubang bor, perlu digunakan log fluid
capacitance (C-028)
Untuk sumur kondisi cased hole, perlu diperhatikan pula bahwa mungkin
terjadi channeling pada selubung semen sehingga laju aliran yang terukur
bukan merupakan laju aliran sebenarnya dari formasi, untuk itu sebelum
dilakukan pengukuran profil aliran pada sumur cased hole perlu dilakukan
evaluasi kualitas penyemenan dan identifikasi keberadaan channel.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-026 Penafsiran Respon Log Flowmeter
C-027 Penafsiran Respon Log Densitas Fluida
C-028 Penafsiran Respon Log Kapasitan Fluida
C-029 Penafsiran Respon Log Temperatur
C-031 Penafsiran Respon Tracer Log
2) Deteksi Channel dibelakang Casing
Deteksi adanya channel dibelakang casing diperlukan untuk memastikan
isolasi antar formasi serta sebagai dasar keputusan dalam operasi remedial
cementing. Indikasi awal adanya channel diketahui dari penafsiran respon log
CBL-VDL (C-023) atau log temperatur (C-029). Untuk identifikasi lebih lanjut,
dapat digunakan log berikut sesuai prioritas akurasi data:
a. Log tracer (C-031)
b. Log spectral Noise (C-032)
c. Log noise (C-030)
d. Log temperatur (C-029)
TKI terkait, lihat TKI No:
C-023 Penilaian Hasil Penyemenan Sumur
C-029 Penafsiran Respon Log Temperatur
C-030 Penafsiran Respon Noise Log
C-031 Penafsiran Respon Tracer Log
C-032 Penafsiran Respon Spectra Noise Log (SNL)
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 29 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3) Penentuan Lokasi Puncak Semen


Lokasi puncak semen ditentukan pada pekerjaan penyemenan untuk
memastikan interval yang ingin diisolasi sudah tersemen seluruhnya.
Berdasar akurasi data dan reliabilitas alat, prioritas penggunaan log dalam
menentukan lokasi puncak semen adalah sebagai berikut:
a. Log tracer
b. Cement bond log (CBL)
c. Log temperatur
Perlu diperhatikan bahwa log temperatur hanya dapat memberikan hasil yang
akurat jika dijalankan sesaat setelah pemompaan semen selesai. Sedangkan
CBL hanya dapat memberikan hasil yang akurat jika semen sudah kering.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-023 Penilaian Hasil Penyemenan Sumur
C-029 Penafsiran Respon Log Temperatur
C-031 Penafsiran Respon Tracer Log
4) Identifikasi Kebocoran Pada Komplesi Sumur
Jika dicurigai ada kebocoran pada bagian sumur seperti tubing, casing atau
packer, log produksi dapat digunakan untuk mengidentifikasi kedalaman
terjadinya kebocoran. Berdasar akurasi data dan reliabilitas alat, prioritas
penggunaan log dalam menentukan lokasi kebocoran adalah sebagai berikut:
a. Log temperatur dikombinasikan dengan log tracer
b. Log spectral noise (SNL)
c. Log noise
Log temperatur dan log tracer perlu dijalankan secara kombinasi agar dapat
dibedakan nantinya apakah kebocoran dalam lubang sumur terjadi karena
channeling atau memang merupakan kebocoran dari bagian sumur.
TKI terkait, lihat TKI No:
C-029 Penafsiran Log Temperatur
C-030 Penafsiran Noise Log
C-031 Penafsiran Tracer Log
C-032 Penafsiran Spectra Noise Log (SNL)
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 30 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

5) Identifikasi Masalah Kepasiran


Masalah kepasiran dapat diketahui dari log produksi khususnya noise log.
Metode empiris penentuan laju produksi pasir dilakukan menggunakan noise
log konvensional.
TKI terkait, lihat TKI No: C-030 Penafsiran Noise Log

LAMPIRAN
Lampiran 1 – Tabel
Tabel 1. Metode Penilaian Formasi sepanjang Fase Eksplorasi dan
Produksi Lapangan
Tabel 2. TKI yang berhubungan dengan Penilaian Formasi
Lampiran 2 – Daftar Mnemonic Peralatan Log
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 31 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB IV
PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR MINYAK DAN GAS

Kinerja perusahaan yang bergerak di bidang energi sangat bergantung terhadap kinerja
sumber energinya (reservoir). Pemanfaatan sumber energi yang tersimpan di dalam
reservoir adalah core business perusahaan energi. Oleh karenanya memahami
bagaimana reservoir tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan kapasitas optimalnya
adalah satu hal yang penting. Setiap tim di dalam perusahaan perlu bekerja sama secara
terintegrasi satu sama lain untuk menjawab tantangan mengenai bagaimana
memanfaatkan sumber energi yang tersimpan dibawah permukaan, di dalam reservoir,
secara optimal.
Pengelolaan keteknikan reservoir dan produksi migas dilakukan agar reservoir dikelola
dengan tepat untuk memenuhi kelangsungan produksi minyak dan atau gas dalam
jangka waktu yang panjang minimal selama masa kontrak. Hal ini harus dilakukan sejak
eksplorasi, meliputi:
A. Bidang Reservoir
1. Jenis Analisis Core
2. Analisis Sifat - Sifat Fisik Reservoir
3. Penentuan Bidang Batas
4. Penentuan Jenis Fluida Reservoir
5. Pengambilan Sampel Fluida Reservoir
6. Analisis Hasil PVT
7. Persamaan Keadaan
8. Cadangan
9. Simulasi Monte Carlo
10. Coning
11. Pengujian Sumur
12. Penentuan Perbandingan Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
13. Deliverability Test
14. Desain Pola Injeksi – Produksi
15. Enhanced Oil Recovery (EOR)
16. Monitoring Kinerja Waterflood
Berikut adalah pedoman untuk melaksanakan kegiatan keteknikan reservoir dan
produksi minyak dan gas meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, maupun
analisis data, serta praktek keselamatan kerja yang berada dalam ruang lingkup bidang
minyak dan gas. Hal-hal yang dicantumkan dalam pedoman ini menjadi kebijakan
perusahaan yang harus ditaati oleh seluruh personil perusahaan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 32 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Secara garis besar, bab pedoman minyak dan gas melingkupi filosofi dasar dan ruang
lingkup kegiatan yang telah dibuatkan selengkapnya masing-masing penjelasannya di
Tata Kerja Individu (TKI).

A. BIDANG RESERVOIR
1. Jenis Analisis Core
1) Routine Core Analysis:
Core yang dianalisis meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-
besaran yang diukur pada tes ini adalah:
a. Porositas.
b. Permeability to air (kair) dan permeability to liquid (kL).
c. Permeabilitas horisontal yang terbesar (maksimum).
d. Permeabilitas horisontal yang tegak lurus terhadap permeabilitas horisontal
maksimum.
e. Permeabilitas vertikal.
f. Grain density.
g. Saturasi residual
2) Special Core Analysis – SCAL:
Besaran-besaran yang diukur dan diperoleh dari tes ini adalah:
a. Permeabilitas liquid ekivalen sebagai fungsi dari volume throughput.
b. Permeability to air dan porositas core plug dan full diameter core yang
dilakukan pada beberapa harga confining stress.
c. Pore volume compressibility dari core plug dan full diametercore sebagai
fungsi dari tekanan overburden efektif.
d. Faktor resistivitas formasi (F), faktor sementasi (a) dan eksponen
sementasi (m).
e. Indeks resistivitas (RI), saturasi air (Sw) dan eksponen saturasi (n).
f. Permeabilitas relatif (kr) sebagai fungsi saturasi air.
g. Tekanan kapiler.
h. Waterflood Susceptibility

2. Analisis Sifat – Sifat Fisik Reservoir


1) Porositas:
Porositas suatu batuan berpori adalah fraksi dari volume batuan total yang
berongga, yaitu:
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 33 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Volume pori  pori V p


  (1)
Volume total VB
Porositas dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Porositas absolute/total.
Dalam hal ini, volume pori-pori yang digunakan untuk menghitung porositas
adalah volume pori-pori total.
b. Porositas efektif.
Volume pori-pori yang digunakan adalah volume pori-pori yang saling
berhubungan.
Porositas dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dari hasil
interpretasi log (sonic log, density log, neutron log). Porositas untuk tiap
kedalaman reservoir dapat diketahui dengan menggunakan log tersebut.
Selain itu, porositas juga dapat ditentukan dari hasil laboratorium dengan
menggunakan gas porosimeter (hukum Boyle) dimana core yang berasal dari
reservoir dialiri oleh gas untuk dapat menentukan volume pori dari core
tersebut. Pengujian tersebut harus dilakukan pada tekanan net overburden,
yaitu tekanan overburden dikurangi dengan tekanan pori di reservoir. Hal ini
dilakukan agar hasil porositas dapat merepresentasikan keadaan
sesungguhnya di reservoir.

2) Permeabilitas:
Permeabilitas suatu batuan berpori adalah kemampuan suatu batuan berpori
untuk dapat mengalirkan fluida pada suatu gradien tekanan tertentu. Satuan
yang digunakan adalan Darcy atau milli-Darcy (mD). Batuan berpori akan
mempunyai permeabilitas 1 Darcy apabila fluida satu fasa dengan viskositas 1
cp, akan mengalir melalui kubus yang bersisi 1 cm dengan laju aliran 1
cm3/detik pada perbedaan tekanan sebesar 1 atm.
Terdapat beberapa jenis permeabilitas:
81. Permeabilitas absolut adalah kemampuan suatu batuan untuk dapat
mengalirkan fluida satu fasa.
82. Permeabilitas efektif adalah kemampuan suatu batuan untuk dapat
mengalirkan fluida lebih dari satu fasa.
83. Permeabilitas relatif adalah fraksi antara permeabilitas efektif dengan
permeabilitas absolut.
Pengukuran permeabilitas absolut dapat dilakukan dengan menggunakan alat
permeameter. Apabila gas yang digunakan dalam menentukan nilai
permeabilitas, efek klinkenberg harus diperhitungkan karena dapat
mengakibatkan ketidakakuratan hasil permeabilitas yang di dapat.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 34 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Permeabilitas yang tepat didapatkan dengan melakukan ekstrapolasi dari nilai-


nilai permeabilitas yang didapatkan pada percobaan tersebut. Nilai
permeabiltas yang tepat didapatkan pada saat 1/Ṗ=0 (saat mean pressure
mencapai tak hingga dimana gas berkelakuan seperti liquid). Namun, apabila
liquid yang digunakan dalam menentukan nilai permeabilitas, hal tersebut tidak
perlu dilakukan.
Apabila dilakukan pengukuran permeabilitas relatif (kr terhadap S) dari
sejumlah analisis core yang berasal dari reservoir yang sama, hampir selalu
didapatkan harga end points Swc, Swi, Sor, Sgr yang berbeda untuk setiap
analisis core, sehingga akan menghasilkan bentuk kurva k r terhadap S yang
berbeda pula.
Sebuah kurva kr(S) yang representatif untuk suatu reservoir diperoleh dengan
cara normalisasi dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core.
Adapun harga yang dinormalisasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Harga Normalisasi Titik Akhir
Sistem
End Points
Gas/Minyak Gas/Air Air/Minyak
Kro @ Swi
1.0 - 1.0
atau Swc
Kro @ Sor
0 - 0
atau Sgr
Krw @ Swi
- 0 0
atau Swc
Krw @ Sor
- 1.0 1.0
atau Sgr
Krg @ Swi
0 1.0 -
atau Swc
Krg @ Sor 0 0 -

Berdasarkan harga end point tersebut di atas, kurva k r terhadap S yang


diperoleh dari hasil pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut:
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 35 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Tabel 2. Rumus Normalisasi end points


Harga yang Jenis Sistem
dinormalisasi Gas/Minyak Gas/Air Air/Minyak
k ro @ S L k ro @ S w
kro* -
k ro @ S wc k ro @ S wc
k rw @ S w k rw @ S w
krw* -
k rw @ S gr k rw @ S or
k rg @ S L k rg @ S w
krg* -
k rg @ S or k rg @ S wc

S L  S wi S w  S wi S w  S wi
Sw*
1  S wi  S gr 1  S wi  S gr 1  S wi  S or

Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap


analisis core. Kemudian, plot seluruh harga kr* dan S* yang didapat seperti
pada Gambar 1 berikut.
Karena titik kr*(S*) tersebar maka kurva normalisasi rata-rata harus
diperkirakan seperti pada Gambar 1 berikut.
Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili
atau representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" pada seluruh hasil
analisis core yang ada dengan formula sebagai berikut:
N

 (endpoint )i
i 1
(endpoint )rata  rata  (2)
N
dimana end point adalah harga-harga pada Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain- lain dari
setiap sampel dan N adalah jumlah sampel yang diukur.
Langkah terakhir untuk mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr
dan S dengan menggunakan rumus pada Tabel 1 di mana harga S* dan k r*
dibaca dari kurva kr*(S*) rata-rata pada Gambar 1 berikut.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 36 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 1. Kurva Normalisasi (S* vs kr*) seluruh sampel (core)

3) Saturasi:
Rongga di dalam batuan berpori sebagian akan berisi cairan dan sebagian lagi
akan berisi gas. Banyaknya cairan yang mengisi pori-pori batuan dinyatakan
sebagai saturasi cairan, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume cairan dengan volume pori-pori keseluruhan. Sebagai contoh saturasi
air adalah:
Volume air di dalam batuan berpori
Sw  (3)
Volume pori  pori keseluruha n
Apabila batuan berpori berisi minyak dan air, maka:
So + S w = 1
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 37 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Dengan demikian apabila Sw dapat ditentukan, maka harga So dapat dihitung,


yaitu:
So = 1 – Sw
Harga-harga porositas, permeabilitas dan saturasi air dapat ditentukan
berdasarkan analisis core di laboratorium dan selain itu porositas dan saturasi
air dapat pula ditentukan dari interpretasi log secara kuantitatif. Apabila di suatu
reservoir dilakukan beberapa coring, hasil interpretasi log harus di kalibrasi/di
koreksi dengan hasil analisis core di laboratorium. Hasil ini dapat digunakan
sebagai data untuk menentukan besarnya porositas, permeabilitas dan
saturasi air rata-rata di seluruh reservoir dengan menggunakan metode statik.

4) Tekanan Kapiler:
Data tekanan kapiler didapatkan dari analisis core di laboratorium. Analisis
sampel tersebut merupakan bagian yang sangat kecil untuk dapat mewakili
reservoir atau formasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, seluruh data
tekanan kapiler yang diukur dari sampel core yang berasal dari reservoir
tersebut harus digabungkan dan kemudian ditentukan kurva tekanan kapiler
yang dapat mewakili atau representatif untuk reservoir tersebut.
Ada dua metode untuk memperoleh kurva tekanan kapiler yang representatif:
a. Metode Leverett (LeveretJ – function)
b. Metode Statistik – Guthrie
a. Metode Leverett
Leverett membuat fungsi korelasi yang didefinisikan sebagai berikut:
Pc k 0.5
J (S w )  ( ) (4)
 
dimana:
Pc = tekanan kapiler
 = interfacial tension
k = permeabilitas
 = porositas
Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok
kecuali di atas, hanya akan menggeser kurva pada sumbu Y. Beberapa
penulis melibatkan "cos θ", dimana θ adalah sudut kontak, sehingga fungsi
korelasi Leverett menjadi:
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 38 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Pc k
J (S w )  ( ) 0.5 (5)
 cos  

b. Metode Statistik – Guthrie


Tekanan kapiler merupakan fungsi permeabilitas dan saturasi. Dari berbagai
pengamatan, Guthrie mendapatkan bahwa pada suatu harga tekanan
kapiler, hubungan antara k dan Sw adalah sebagai berikut :
Sw = a log k + C (6)
Walaupun Sw pada suatu harga Pc juga merupakan fungsi porositas, namun
untuk tujuan-tujuan praktis, hubungan di atas cukup baik untuk digunakan.
Dari hubungan tersebut diatas, dapat dibuat plot k terhadap Sw untuk
berbagai harga Pc dari sampel batuan yang dianalisis. Hubungan tersebut
akan merupakan garis lurus pada kertas semi-log untuk setiap harga Pc
tertentu.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-034 Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata
C-035 Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata-Rata
C-036 Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Rata-Rata
C-037 Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Rata-Rata dengan
Menggunakan Tekanan Kapiler
C-038 Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Tiga Fasa
3. Penentuan Bidang Batas
Metode menggunakan kombinasi data dilakukan apabila tersedia data-data
lapangan yang cukup seperti data log, data analisis core, dan data tekanan
(sehingga dapat diperoleh gradien tekanan untuk setiap zona). Sedangkan,
metode ADCAP dilakukan apabila tidak tersedia data tekanan dan oil-water
contact (OWC) atau gas-water contact (GWC) tidak atau belum tertembus oleh
sumur yang sudah dibor. Metode yang terbaik untuk dapat menentukan bidang
batas adalah metode menggunakan kombinasi data.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-039 Penentuan Bidang Batas Minyak-Air dan Gas-Air
4. Penentuan Jenis Fluida Reservoir
Penentuan jenis fluida reservoir dilakukan dengan membandingkan seluruh data
fluida reservoir dengan rule of thumb data fluida untuk setiap jenis fluida reservoir.
Membandingkan diagram fasa yang terbentuk pada suatu fluida di reservoir
dengan rule of thumb diagram fasa untuk setiap jenis fluida dapat meningkatkan
ketepatan jenis fluida pada reservoir tersebut.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 39 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

TKI terkait, lihat TKI No.:


C-040 Penentuan Jenis Fluida Reservoir
5. Pengambilan Sampel Fluida Reservoir
Syarat-syarat yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan fluida
reservoir adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan se-awal mungkin sebelum tekanan reservoir kurang dari tekanan
awalnya.
2. Sumur baru harus dibersihkan (cleaned-up) sebelum pengambilan sampel.
3. Para teknisi harus memilih sumur yang produktivitasnya tinggi agar dapat
mempertahankan tekanan setinggi mungkin pada formasi di sekeliling sumur
tersebut.
4. Sumur yang dipilih tidak boleh memproduksi air bebas, tetapi jika hanya
tersedia sumur yang memproduksi air bebas, maka penempatan ruang
sampel di dasar sumur harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
5. Sumur yang dipilih harus pernah diproduksi dengan rasio gas-minyak yang
stabil.
6. Laju alir yang digunakan serendah mungkin untuk menghindari tekanan di
sekitar lubang bor di bawah tekanan jenuh.
7. Perlu dilakukan pengambilan sampel pada beberapa kedalaman untuk
reservoir yang tebal dan permeabilitas vertikalnya cukup besar, karena
komposisinya yang berbeda sebagai akibat pengaruh gravitasi.
8. Pengukuran temperatur pada saat pengambilan sampel dilakukan seteliti
mungkin terutama untuk near-critical-fluids (volatile oil dan retrograde gas).
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-041 Pengambilan Sampel Fluida Reservoir
6. Analisis Hasil PVT
Data PVT flash dan differential harus tersedia kedua-duanya. Untuk analisis faktor
volume formasi gas (Bg) dibutuhkan harga faktor penyimpangan gas (Z).
1) Proses Pembebasan Gas
Pengukuran PVT dilaksanakan sedekat mungkin mencerminkan proses
pembebasan gas dari minyak yang terjadi mulai dari reservoir, tubing, pipa alir
di permukaan sampai separator dan tanki. Pembebasan gas dari larutan yang
terjadi di tubing, pipa alir, separator dan stock tank mendekati proses flash,
sedangkan di dalam reservoir mungkin terjadi dua macam pembebasan gas
yang berbeda tergantung harga saturasi gas (Sg) yaitu:
1. pembebasan gas flash bila saturasi gas (Sg) < saturasi gas equilibrium
(Sge)
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 40 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

2. pembebasan gas differential bila Sg > Sge


2) Smoothing Data
Hasil pengamatan PVT perlu di smoothing dengan bantuan dua persamaan
empirik sesuai dengan jenis pembebasan gas, yaitu:
a. Proses flash menggunakan persamaan :
( Pb  P)
Y (7)
 V 
P  1
 Vsat 
Plot Y terhadap P adalah linier sehingga dapat dicari konstanta a dan b dari
persamaan:
Y  a  bP (8)
 V 
Jadi harga   dihitung kembali berdasarkan persamaan:
 Vsat 
 V  ( P  P)
   1  b (9)
 Vsat  aP  bP 2
b. Proses differential menggunakan persamaan:
log V  log B  C log P (10)
dimana plot ΔP terhadap P pada kertas grafik log –log adalah linier sehingga
konstanta B dan C dapat dihitung.
 V 
Harga   dihitung kembali dengan menggunakan persamaan:
 Vsat 
 V 
   1  B(P) C (11)
 Vsat 
3) Penentuan Bof dan Bod
Penentuan harga faktor volume minyak untuk proses flash memerlukan harga
tekanan operasi separator yang akan digunakan. Pemilihan harga tekanan dan
temperatur operasi yang tepat berpatokan pada sistem yang memberikan
faktor penyusutan (bo) yang paling besar. Berdasarkan harga bo ini maka faktor
volume minyak flash dihitung sebagai berikut:
 V 1
Bof    (12)
 Vsat  bo
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 41 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Faktor volume minyak differential dihitung berdasarkan volume residu (VR)


dengan menggunakan persamaan:
 V  1 
Bod    
 Vsat  VR 
 V  1 
Bod     (13)
 V sat  VR  Pb
4) Penentuan Kelarutan Gas dalam minyak
Kelarutan gas dalam minyak untuk proses flash ditentukan oleh pilihan tekanan
dan temperatur operasi separator. Setelah dipilih kondisi operasi separator,
maka kelarutan gas dalam minyak pada tekanan saturasi diperoleh dari
hubungan berikut ini.
Rsfb  ( Rs ) separator  ( Rs ) tanki (14)
Pada umumnya harga Rsf untuk P > Pb tidak dilaporkan dalam hasil PVT,
walaupun demikian harga perkiraan Rsf dihitung berdasarkan persamaan:
 Bofb 
Rsf  Rsd   (15)
 Bodb 
Harga kelarutan gas dalam minyak untuk proses pelepasan gas differential
dapat dibaca pada laporan hasil PVT mulai tekanan saturasi. Jadi Rsd dibaca
langsung dari hasil PVT.
5) Penentuan Harga Bo dan Rs Gabungan
Pada umumnya sejarah produksi suatu reservoir minyak dapat mencapai harga
tekanan reservoir jauh di bawah tekanan saturasi. Keadaan ini menyebabkan
sebagian besar masa produksi reservoir minyak itu berlangsung pada tekanan
di mana hidrokarbon di dalam reservoir mengalami pembebasan gas
differential.
Sedangkan proses pembebasan gas di separator adalah flash dan semua
parameter produksi diukur setelah fluida keluar dari separator. Hal inilah yang
mendorong untuk dilakukan proses pengabungan agar dapat
merepresentasikan keadaan reservoir dengan baik. Persamaan yang
digunakan adalah:
Bofb
Bo  Bod (16)
Bodb
( Bofb )
Rs  Rsfb  ( Rsdb  Rsd ) (17)
( Bodb )
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 42 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

 Bofb 
Jika harga Rsfb  ( Rsdb  Rsd )  mungkin terjadi pada tekanan yang rendah,
 Bodb 
maka Rs negatif ini dihilangkan saja. Rs dibuat sama dengan nol untuk P = 14.7
psia dan kurva Rs terhadap P dibuat berdasarkan Rs yang positif dan nol tadi.
6) Penentuan Harga Co dan o
Kompresibilitas minyak dihitung berdasarkan persamaan:
dBo
Co   (18)
Bod P
atau Co antara tekanan Pi dan Pb ditentukan berdasarkan:
Bob  Boi
Co  (19)
Boi ( Pi  Pb )
Viskositas minyak diperoleh dari data flash, sehingga secara langsung dapat
dibuat plot o terhadap P.
7) Penentuan Harga Bg
Harga Z diukur dari gas yang dihasilkan dari pelepasan gas secara differential.
Harga faktor volume formasi (SCF/ft3) dihitung dari persamaan:
P
B g  35 .35 (20)
ZT
dengan menggunakan tekanan dan temperatur standar sebesar 14.7 psia dan
60 °F.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-043 Analisis Hasil PVT

7. Persamaan Keadaan
1) Persamaan Keadaan Redlich-Kwong:
Redlich dan Kwong mengajukan suatu persamaan keadaan yang ikut
memperhitungkan ketergantungan temperatur dari istilah daya tarik molekular
pada suatu kelakuan yang mirip dengan Clausius.
 a 
P  1  (VM  b)  RT (21)
 T 2VM (VM  b) 
Keuntungan dari persamaan Clausius adalah konstanta empirik ketiga tidak
diikutsertakan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 43 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

a
Soave mengusulkan agar 1
digantikan dengan suatu istilah ketergantungan
2
T
temperatur, yaitu aT.
 aT 
P  (VM  b)  RT (22)
 VM (VM  b) 
Kenyataan bahwa aT bervariasi pada temperatur menjadi tidak nyaman karena
sebagian besar aplikasi dari persamaan ini adalah pada temperatur yang
konstan. Persamaan untuk aT adalah:
aT  ac (23)

dimana ac adalah harga dari aT pada temperatur kritik dan  adalah suatu
bentuk ketergantungan-temperatur tak berdimensi yang memiliki harga 1.0
pada temperatur kritik. Modifikasi ini seringkali disebut persamaan keadaan
Soave-Redlich-Kwong (Soave-Redlich-Kwong (SRK) equation of state).
Dengan membuat turunan pertama dan kedua dari persamaan diatas sama
dengan nol pada titik kritik akan menghasilkan
2
RTc R 2Tc
b  0.08664 dan a c  0.42747 (24)
Pc Pc
Satuan dari b dan ac tergantung pada satuan dari harga R yang dipilih.
Harga  diperoleh dari


1
2

 1  m 1  Tr
1
2  (25)
dimana
m  0.480  1.574  0.176 2 (26)
dimana  adalah Pitzer acentric factor, yang didefinisikan sebagai
  (log Pvr  1) pada Tr = 0.7 (27)
dimana Pvr adalah tekanan uap tereduksi yang dihitung pada T r = 0.7. Oleh
sebab itu, acentric factor adalah suatu konstanta untuk setiap substansi murni.
2) Persamaan Keadaan Peng-Robinson:
Peng dan Robinson mengajukan suatu bentuk yang sedikit berbeda dari istilah
daya tarik molekular.
 aT 
P  (VM  b)  RT (28)
 VM (VM  b)  b(VM  b) 
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 44 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Istilah aT adalah ketergantungan pada temperatur seperti pada persamaan


keadaan Soave-Redlich-Kwong; walaupun demikian, harganya tidak sama
persis.
Koefisien-koefisien dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
2
RTc R 2Tc
b  0.07780 dan a c  0.45724 (29)
Pc Pc

aT  ac (23)
dimana


1
2

 1  m 1  Tr
1
2  (25)
dan
m  0.37464  1.54226  0.26992 2 (30)
3) Kaidah Pencampuran:
Kaidah pencampuran berikut ini direkomendasikan untuk digunakan dalam
persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson.
b   y j b j dan aT   yi y j aTij (31)
j i j

dimana
1
aTij  (1   ij )( aTi aTj ) 2
(32)
Maka:
aT   yi y j (aTi aTj ) 2 (1   ij )
1
(33)
i j

Istilah ij adalah koefisien interaksi biner, yang diasumsikan tidak tergantung
pada tekanan dan temperatur. Harga dari koefisien ini harus diperoleh dari
mencocokkan persamaan keadaan dengan data kesetimbangan gas-cairan
untuk setiap campuran biner.7 Koefisien interaksi biner memiliki harga yang
berbeda-beda untuk setiap pasangan biner dan untuk masing-masing
persamaan keadaan.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-044 Penggunaan Persamaan Keadaan

8. Cadangan
Cadangan (reserves) adalah perkiraan volume minyak, kondensat, gas alam,
natural gas liquids dan substansi lain yang berkaitan yang secara komersial dapat
diambil dari jumlah yang terakumulasi di reservoir dengan metode operasi yang
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 45 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

ada dengan kondisi ekonomi dan atas dasar regulasi pemerintah saat itu.
Perkiraan cadangan didasarkan atas interpretasi data geologi dan/atau
engineering yang tersedia pada saat itu.
Cadangan biasanya direvisi begitu reservoir diproduksikan seiring bertambahnya
data geologi dan/atau engineering yang diperoleh atau karena perubahan kondisi
ekonomi.
Perhitungan cadangan melibatkan ketidakpastian yang tingkatnya sangat
tergantung pada tersedianya jumlah data geologi dan engineering yang dapat
dipercaya. Atas dasar ketersediaan data tersebut maka cadangan digolongkan
menjadi dua, yaitu proved reserves dan unproved reserves. Unproved reserves
memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih besar dari proved reserved dan
digolongkan menjadi probable atau possible.

1) Proved Reserves
Proved reserves dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk dapat diambil
atas dasar kondisi ekonomi saat itu (current economic conditions). Kondisi
ekonomi tersebut termasuk harga dan biaya pada saat dilakukan perkiraan
(perhitungan) reserves. Proved reserves digolongkan menjadi developed atau
undeveloped.
Pada umumnya reserves disebut proved jika kemampuan produksi reservoir
secara komersial didukung oleh uji produksi (production test) atau uji formasi
(formation test). Terminologi proved merujuk pada volume reserves dan tidak
pada produktifitas sumur atau reservoir semata. Pada kasus-kasus tertentu,
proved reserves mungkin dapat dihitung berdasarkan analisis data log
dan/atau data core yang menunjukkan bahwa kandungan reservoir adalah
hidrokarbon dan memiliki kesamaan dengan reservoir di daerah yang sama
yang sedang diproduksi, atau telah dibuktikan dapat diproduksi saat dilakukan
uji formasi (formation test).
Luas reservoir yang dapat dikatakan proved meliputi (1) daerah yang dibatasi
oleh sumur delineasi dan dibatasi oleh garis kontak fluida (fluid contacts), jika
ada, dan (2) daerah yang belum dibor yang diyakini produktif secara komersial
atas dasar data geologi dan engineering yang tersedia. Jika tidak ada fluid
contacts, batas dari proved reserves adalah struktur yang telah diketahui
mengandung hidrokarbon terkecuali jika ada data engineering dan kinerja
reservoir yang cukup definitif.
Dikatakan proved reserves jika memiliki fasilitas untuk melakukan proses dan
transportasi hidrokarbon pada saat perkiraan cadangan, atau ada komitmen
untuk memasang fasilitas tersebut nantinya.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 46 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Proved undeveloped reserves merujuk pada lokasi yang belum dibor dan
memenuhi kriteria berikut:
a. lokasinya adalah offset dari sumur yang telah terbukti dapat berproduksi
secara komersial pada formasi yang sama,
b. lokasinya di dalam batas-batas zona produktif yang telah dinyatakan
sebagai proved,
c. lokasinya sesuai dengan regulasi saat itu tentang penetapan well
spacing, jika ada, dan
d. perlu dipastikan bahwa lokasi tersebut akan dikembangkan
(diproduksikan).
Di luar empat kriteria tersebut, lokasi yang belum dibor digolongkan proved
undeveloped jika berdasarkan interpretasi data sumur-sumur yang ada
menunjukkan bahwa formasi tersebut kontinyu secara lateral dan mengandung
hidrakarbon yang dapat diambil secara komersial.
Reserves yang dapat diproduksikan dengan menggunakan metode atau teknik
improved recovery digolongkan sebagai proved apabila (1) ditunjukkan oleh
keberhasilan testing dari proyek percontohan (pilot project) atau dari produksi
atau dari respon tekanan dari metode tersebut yang dilakukan pada reservoir
itu, atau di reservoir yang berdekatan dengan sifat-sifat batuan dan fluida yang
serupa mendukung analisis engineering, dan (2) proyek improved recovery
tersebut pasti akan dilakukan.
Reserves yang akan diambil dengan improved recovery methods yang perlu
melalui keberhasilan serangkaian tes digolongkan sebagai proved hanya (1)
setelah produksi yang cukup baik dari reservoir itu, baik dari (a) percontohan
(representative pilot) maupun dari (b) yang sudah terpasang (installed
program), dan (2) proyek improved recovery tersebut pasti akan dilakukan.
Proved reserves, berdasarkan statusnya, digolongkan menjadi dua yaitu
developed dan undeveloped. Penggolongan status reserves menetapkan
status pengembangan dan produksi dari sumur dan/atau reservoir.
a. Developed
Developed reserves diyakini dapat diambil dari sumur yang ada (termasuk
reserves behind pipe). Improved recovery reserves dikatakan developed
hanya setelah peralatan untuk maksud itu dipasang, atau apabila biaya
untuk pengadaan dan pemasangan peralatan tersebut sangat kecil.
Developed reserves terbagi lagi menjadi producing dan nonproducing.
b. Producing
Producing reserves diperkirakan dapat diambil dari interval perforasi yang
terbuka pada saat perhitungan reserves, dan sedang berproduksi. Improved
recovery reserves dianggap producing hanya setelah beroperasi.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 47 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

c. Nonproducing
Producing reserves meliputi shut-in dan behind-pipe reserves. Shut-in
reserves diperkirakan dapat diambil dari interval perforasi yang terbuka pada
saat perhitungan reserves, tetapi belum mulai produksi, atau ditutup karena
kondisi pasar atau kondisi sambungan pipa, atau tidak dapat berproduksi
karena alasan mekanik, dan waktu tentang kapan akan dijual masih belum
pasti.
Behind-pipe reserves diperkirakan dapat diambil dari zona yang ditembus
oleh sumur (behind casing) yang memerlukan kerja komplesi sebelum
dimulai produksi.
d. Undeveloped
Undeveloped reserves diperkirakan dapat diambil:
a) Dari sumur baru pada daerah yang belum dibor (undrilled acreage),
b) Dari memperdalam sumur yang ada sehingga menembus reservoir yang
berbeda, atau
c) Jika diperlukan pembiayaan yang relatif besar untuk melakukan (a)
komplesi pada sumur yang ada atau (b) pemasangan fasilitas produksi
dan transportasi.

2) Unproved Reserves
Unproved reserves didasarkan pada data geologi dan/atau engineering seperti
halnya yang digunakan untuk menentukan proved reserves; tetapi
ketidakpastiannya secara teknik, ekonomi, kontrak dan regulasi lebih besar.
Perhitungan unproved reserves dapat dibuat untuk perencanaan internal atau
evaluasi khusus. Unproved reserves tidak bisa ditambahkan dalam proved
reserves. Unproved reserves dibagi lagi menjadi dua, yaitu: probable dan
possible.
a. Probable Reserves
Probable reserves meliputi:
a) reserves yang diperkirakan menjadi proved jika dilakukan pemboran
dimana data subsurface belum cukup untuk menyatakannya sebagai
proved;
b) reserves dalam formasi yang produktif berdasarkan data log tetapi tidak
memiliki data core atau tes lain yang definitive (seperti uji produksi atau
uji lapisan) dan tidak serupa dengan reservoir yang proved atau
berproduksi dalam daerah tersebut;
c) penambahan reserves (incremental reserves) karena adanya infill
drilling tetapi saat itu belum disetujui tentang well spacing yang lebih
kecil;
d) reserves akibat metode improved recovery yang telah dibuktikan dengan
serangkaian tes yang berhasil selama perencanaan dan persiapan pilot
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 48 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

project atau program tersebut, tetapi belum beroperasi sementara sifat


batuan, fluida dan karakteristik reservoir mendukung keberhasilan
aplikasi metode improved recovery secara komersial;
e) reserves dalam daerah suatu formasi yang telah terbukti produktif di
daerah lain pada lapangan yang sama tetapi daerah tersebut dipisahkan
oleh patahan dan interpretasi geologi menunjukkan bahwa daerah itu
lebih tinggi dari daerah yang terbukti produktif;
f) reserves karena adanya workover, treatment, retreatment, perubahan
peralatan, atau prosedur mekanik lainnya dimana prosedur tersebut
belum terbukti berhasil pada sumur-sumur yang memiliki sifat dan
kelakuan yang sama di reservoir yang sama;
g) penambahan reserves di proved producing reservoir dimana alternatif
interpretasi tentang kinerja dan data volumetrik mengisyaratkan
reserves yang lebih besar dari reserves yang telah digolongkan sebagai
proved.
b. Possible Reserves
Possible reserves meliputi:
a) reserves yang dibuat dengan ekstrapolasi struktur atau stratigrafi di luar
dari daerah yang telah digolongkan sebagai probable, berdasarkan
interpretasi geologi dan geofisik;
b) reserves dalam formasi yang produktif berdasarkan pada data log atau
core tetapi produksinya dibawah produksi yang komersial;
c) penambahan reserves (incremental reserves) karena adanya infill
drilling berdasarkan data yang secara teknik memiliki tingkat
ketidakpastian tinggi;
d) reserves akibat metode improved recovery yang telah dibuktikan dengan
serangkaian tes yang berhasil selama perencanaan dan persiapan pilot
project atau program tersebut, tetapi belum beroperasi sementara sifat
batuan, fluida dan karakteristik reservoir meragukan keberhasilan
aplikasi metode improved recovery secara komersial;
e) reserves dalam daerah suatu formasi yang telah terbukti produktif di
daerah lain pada lapangan yang sama tetapi daerah tersebut dipisahkan
oleh patahan dan interpretasi geologi menunjukkan bahwa daerah itu
lebih rendah dari daerah yang terbukti produktif;
9. Simulasi Monte Carlo
Dalam perhitungan cadangan, simulasi Monte Carlo dilakukan untuk mengetahui
distribusi dari hasil yang dapat diantisipasi berdasarkan distribusi dari data
masukannya. Setiap variabel yang menjadi data masukan dapat memiliki
distribusi dan rentang harga yang berbeda berdasarkan data yang terkumpul di
lapangan. Simulasi Monte Carlo sangat berguna terutama pada tahap eksplorasi
dimana belum banyak sumber data yang dapat diperoleh.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 49 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Sebagai contoh perolehan minyak (BAF—barrel per acre foot) didefinisikan oleh
persamaan:
7758 (1  S w ) RF
BAF  (34)
Boi
dimana:
 = porositas, fraksi
Sw
= saturasi air, fraksi
Boi = faktor volume formasi minyak awal, rb/stb
RF = recovery factor, fraksi

Seluruh rentang harga dari setiap parameter sebaiknya dipertimbangkan dalam


perhitungan. Simulasi Monte Carlo memungkinkan hal ini untuk dilakukan, yaitu
dengan menggunakan distribusi untuk setiap parameter yang memiliki
ketidakpastian atau sumber datanya memiliki rentang ketidaktelitian yang
kemudian menggabungkannya untuk mendapatkan distribusi perolehan minyak
yang mungkin berbeda sama sekali distribusinya dengan distribusi data-data
masukannya. Proses tadi ditampilkan pada Gambar 2.

Model 7758 (1  S w ) RF
BAF 
Boi

“Professional
Judgements” tentang f() f(Sw) f(Boi) f(RF)
ketidakpastian data
masukan

f(BAF)
Hasil simulasi Monte Carlo

Gambar 2 Ilustrasi hasil simulasi Monte Carlo


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 50 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

1) Jenis-Jenis Distribusi Data


Distribusi data dapat berupa normal, log normal, segi empat (uniform) dan segi
tiga (triangle). Selain jenis distribusi yang disebutkan tadi, jenis yang lainnya
yang spesifik tergantung distribusi yang diamati dari hasil pengukuran di
lapangan (sesuai dengan histogram yang dibuat). Prosedur perhitungan
sampling pada proses simulasi Monte Carlo akan diberikan untuk distribusi segi
empat, dan segitiga sebagai berikut:
a. Distribusi Segi Empat
Perhatikan distribusi segi empat yang ditunjukkan oleh Gambar 3, dimana
f(x) adalah fungsi probabilitas densitas dan x adalah harga data. Sedangkan
F(x ≤ xi) adalah frekuensi kumulatif. Harga frekuensi kumulatif berkisar
antara 0 dan 1. Didalam teori sampling, frekuensi kumulatif F(x ≤ xi) ini
memiliki pengertian sebagai kemungkinan untuk memperoleh data yang
kurang atau sama dengan xi dalam proses sampling. Jadi untuk
mendapatkan sampel data yang kurang atau sama dengan harga terbesar,
kemungkinannya sama dengan satu (1) karena setiap sampling kondisi
tersebut akan selalu terpenuhi. Sedangkan kemungkinan untuk
mendapatkan data yang kurang atau sama dengan harga minimum
kemungkinannya mendekati nol.

f(x) F(x=xi)

xL xi xH

1.0

F(x=xi)

0
xL xi xH

Gambar 3 Distribusi segi empat (uniform).


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 51 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Jika luas yang diarsir pada kurva f(x) terhadap x pada daerah antara xL dan
xi adalah F(x≤xi) maka luas daerah antara xL dan xH pada kurva f(x) terhadap
x adalah sama dengan 1, karena F(x≤xH) = 1. Oleh karena itu:
 x H  x L  f ( x)  1 (35)
sehingga didapat f(x):
1
f ( x)  (36)
x H  x L 
Frekuensi kumulatif dihitung berdasarkan persamaan:
xi  x L
F ( x  xi )  f ( xi )( x  x L )  (37)
xH  xL
Karena F(x≤xi) didapat dari random generator komputer, Rn, maka harga xi
yang bersesuaian dengan Rn adalah:
xi  xL  Rn ( xH  xL ) (38)
b. Distribusi Segi Tiga
Contoh dari distribusi segi tiga diberikan oleh Gambar 4 dan 5, dimana x L,
xC, dan xH adalah harga terkecil, harga tengah dan harga terbesar. Untuk
harga xi ≤ xC, dengan cara yang serupa, diperoleh formula sebagai berikut:
xi  x L  x H  x L xC  x L Rn
(39)
Sedangkan untuk harga xi > xC, persamaannya adalah:
xi  x H  x H  x L x H  xC 1  Rn  (40)

f(x)

xL xi xC xH

Gambar 4 Distribusi segi tiga: xi ≤ xC.


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 52 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

f(x)

xL xC xi xH

Gambar 5 Distribusi segi tiga: xi > xC.

TKI terkait, lihat TKI No.:


C-050 Penggunaan Simulasi Monte Carlo
10. Coning
Gas coning dan water coning adalah problem serius yang banyak dijumpai pada
lapangan minyak, terutama pada lapisan minyak yang tipis dimana air dan gas
yang tidak diharapkan menjadi ikut terproduksi, sehingga terproduksinya air dan
gas tersebut menaikkan biaya produksi, dan mengurangi efesiensi perolehan
minyak.
Salah satu sebab terjadinya coning adalah penurunan tekanan (pressure
drawdown). Pada sumur vertikal penurunan tekanan terbesar terjadi di sekitar
lubang sumur, berbeda dengan sumur horizontal dimana penurunan tekanan di
sekitar lubang sumur tidak terlalu besar, sehingga kecenderungan terjadinya
coning dapat diminimalkan, dan laju produksi minyak yang tinggi dapat
diterapkan. Gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya mekanisme water coning
antara lain :
1) Gaya aliran dinamis (dynamic flow force),
2) Gaya gravitasi (gravity force).
Dalam sistem water coning, gaya kemampuan alir suatu fluida (viscous force)
terjadi karena penurunan tekanan di sekitar lubang sumur akibat produksi fluida,
dan gaya gravitasi yang berasal dari perbedaan densitas antara dua fluida
bertambah sebagai akibat mengimbangi viscous force suatu fluida, jika viscous
force suatu fluida melebihi gaya gravitasi maka coning akan terbentuk dan tumbuh
menuju ke interval perforasi hingga air terproduksi.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 53 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Dalam sistem gas coning, gaya dinamik ke bawah sebagai akibat penurunan
tekanan di sekitar lubang sumur sangat besar dan tidak bisa diimbangi oleh
perbedaan berat jenis fluida antara minyak dan gas, maka gas dari atas zona
minyak turun hingga ke interval perforasi sampai gas terproduksi.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-058 Peramalan Kinerja Reservoir dengan Water Coning
C-059 Peramalan Kinerja Reservoir dengan Gas Coning
11. Pengujian Sumur
1) Drill Stem Test (DST)
Drill Stem Test membutuhkan waktu pengujian yang cukup lama. Teknik ini
sangat baik untuk menentukan deliverability sumur dan menentukan
permeabilitas formasi, karena aliran dari formasi cenderung horizontal
sehingga radial flow dapat lebih mudah dikenali dari data tes. Kelemahan dari
teknik ini adalah waktu pengujian yang cukup lama.
2) Repeat Formation Tester:
Repeat Formation tester digunakan untuk:
a) Mengetahui profil tekanan secara vertikal
b) Menentukan permeabilitas vertikal
c) Mengambil contoh fluida
Volume contoh fluida yang diambil tidak sebanyak yang diperoleh dengan
menggunakan Drill Stem Test.
d) Menentukan permeabilitas
Karena interval tes-nya kecil, aliran yang terjadi adalah spherical flow
sebelum batas atas dan bawah reservoir tercapai. Pada saat ini
permeabilitas formasi tidak dapat ditentukan dari data tes. Karena durasinya
yang singkat, permeabilitas formasi yang ditentukanpun adalah
permeabilitas yang telah dipengaruhi oleh filtrat lumpur pemboran.
Kelebihan dan kekurangan dari tes ini adalah
a. Faktor skin yang diperoleh dipengaruhi oleh skin geometrik akibat spherical
flow.
b. Biaya tes cukup murah dibandingkan dengan DST.
c. Jika ditujukan untuk menentukan permeabilitas, formation tester baik untuk
lapisan yang tipis.
d. Rate selama tes sebaiknya sebesar mungkin agar pressure drawdown
cukup besar. Hal ini karena resolusi gauge-nya yang terbatas.
e. Pump rate-nya terbatas.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 54 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3) Modular Dynamic Tester:


a. Merupakan salah satu varian dari formation tester.
b. Menggunakan multiple module yang memberikan keuntungan:
a) Pengukuran tekanan formasi dan uji formasi yang tidak terbatas.
b) Pengambilan multiple fluid sampling.
c. Memberikan keuntungan yang lebih dibanding RFT untuk:
a) Formasi yang terdiri dari laminasi banyak lapisan-lapisan tipis
b) Formasi dengan permeabilitas rendah
c) Formasi rekah alami
4) Pressure Drawdown Test:
Pengujian sumur yang dilakukan dengan membuka sumur dan
mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian berlangsung. Syarat
awal sebelum pembukaan sumur adalah tekanan hendaknya seragam di
seluruh reservoir. Dikarenakan syarat tersebut maka waktu yang paling ideal
untuk melakukan test ini adalah saat pertama suatu sumur berproduksi.
Pengujian ini dapat dilakukan pada:
a. Sumur baru
b. Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir
c. Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan buildup test akan sangat
merugikan.
Keuntungan ekonomis melakukan pengujian sumur jenis ini adalah masih
dapat memperoleh produksi minyak selama pengujian (tidak seperti pada
pressure buildup test), sedangkan keuntungan secara teknis adalah
kemungkinan untuk dapat memperkirakan volume reservoir. Tetapi kelemahan
yang utama adalah sukar sekali mempertahankan laju aliran tetap selama
pengujian berlangsung.
Informasi yang didapatkan dari pengujian ini adalah permeabilitas formasi,
factor skin dan volume pori-pori yang berisi fluida.
Data permeabilitas formasi dan faktor skin didapatkan dari slope garis lurus
pada grafik Pwf vs log (t) pada periode transien sedangkan data volume pori
reservoir didapatkan dari slope garis lurus grafik Pwf vs t pada periode semi
steady state. Penentuan bentuk reservoir menggunakan slope dari kedua plot
tersebut.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 55 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Untuk analisis pengujian sumur pada compressible fluid (gas) dapat dilakukan
dengan 3 metode sesuai dengan data tekanan pada hasil pengujian sumur:
a. Metode P
Gas dianggap bersifat slightly compressible sebagaimana halnya minyak.
Metode ini hanya dipakai untuk tekanan reservoir di atas 4000 psia.
P
Anggapan lainnya adalah = tetap.
Z
b. Metode P2
P
Dianggap bahwa  Z tetap atau hubungan terhadap P linier. Kondisi ini
Z
berlaku kurang lebih untuk tekanan di bawah 2000 psia.
c. Metode m(P) atau Pseudo Pressure Function
Metode ini digunakan untuk semua tekanan reservoir. Karena penggunaan
metode m(P) lebih sukar, biasanya hanya dipakai pada tekanan reservoir
dari 2000 sampai 4000 psia.
Persamaan dasar metode m(P) ini adalah :
P
P
m( P)  2  dP (41)
o Z
P

P° adalah suatu tekanan referensi yang digunakan, misalnya P° = 0 psia.


5) Pressure Build-Up Test:
Pengujian sumur yang dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur
selama suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian
menutup sumur tersebut (biasanya dengan menutup kepala sumur di
permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat
sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat biasanya tekanan dasar sumur).
Dari data tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan permeabilitas
formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya karakteristik kerusakan atau
perbaikan formasi, batas reservoir bahkan keheterogenan suatu formasi.
Dasar analisis pressure build-up diajukan oleh Horner dengan memplot
tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Prinsip yang mendasari analisis ini
adalah prinsip superposisi, yaitu penjumlahan dari solusi-solusi individu suatu
persamaan diferensial linier berorde dua adalah juga merupakan solusi dari
persamaan tersebut.
Grafik yang digunakan untuk analisis pressure build-up adalah shut-in bottom
hole pressure (Pws) vs log [(tp+Δt)/Δt]. [(tp+Δt)/Δt] biasa disebut horner time.
Permeabilitas dapat ditentukan dari slope garis lurus pada grafik tersebut.
Garis lurus tersebut harus diekstrapolasi ke harga horner time = 1 (ekivalen
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 56 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

dengan penutupan sumur yang tak terhingga lamanya), maka tekanan pada
saat ini teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut. Untuk dapat
menghitung skin diperlukan data P1hr yang diambil pada saat penutupan (Δt)
selama 1 jam pada garis lurus atau garis ekstrapolasinya.
6) Fall Off Test
Pengujian ini dilakukan dengan menutup sumur injeksi selama suatu selang
tertentu dan mengamati perubahan tekanan dasar sumur. Untuk keadaan
dimana harga perbandingan antara mobilitas fluida yang diinjeksikan dan fluida
yang berada di dalam reservoir berkisar satu dan tidak ada fasa gas (liquid
filled system) dalam reservoir, maka ulah tekanan untuk kasus injeksi mirip
dengan ulah tekanan kasus produksi. Dengan demikian analisis Uji Fall Off
adalah sama dengan analisis untuk uji pressure build up.
 t p  t 
Dari plot Pws terhadap log   pada bagian yang berupa garis lurus akan
 t 
dapat ditentukan harga kemiringan garis tersebut (m) untuk dapat digunakan
dalam menentukan permeabilitas dan faktor skin.
7) Interference Test
Pengujian ini membutuhkan minimal 1 sumur aktif dan 1 sumur pengamat.
Pengujian dilakukan dengan memproduksi atau menginjeksikan sumur aktif
dan dengan mengamati respon tekanan pada sumur pengamat yang ditutup.
Pengujian ini mempunyai dua tujuan utama:
a. Untuk menetukan apakah diantara dua atau lebih sumur mempunya suatu
komunikasi tekanan
b. Apabila terdapat komunikasi, dapat digunakan untuk memperkirakan
permeabilitas dan perkalian porositas dan kompresibilitas ΦCt dari sekitar
sumur-sumur yang ditest.
Asumsi yang digunakan pada analisis interference test adalah:
a. Faktor skin pada sumur aktif tidak mempengaruhi pressure drawdown pada
sumur pengamat
b. Wellbore storage diabaikan baik di sumur aktif maupun di sumur pengamat
apabila mengguanakn persamaan Ei-function.
Asumsi-asumsi diatas dapat menghasilkan kesalahan pada analisis
interference test. Sehingga cara yang paling baik dalam menganilisis
interference test ini dengan menggunakan type curve matching.
8) Pulse Test:
Pengujian ini membutuhkan menggunakan minimal 1 sumur aktif dan 1 sumur
pengamat. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan suatu kode signal atau
pulse secara beruntun dari sebuah sumur aktif (sumur produksi atau sumur
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 57 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

injeksi) kepada sumur pengamat yang ditutup. Pulse yang secara beruntun
dibuat dengan cara memproduksi/menginjeksi sumur aktif, kemudian
sumurnya ditutup dan diulangi cara ini secara beruntun dengan pola yang
sama. Pulse tekanan dilakukan secara beruntun agar dapat langsung
mennetukan dampak dari sumur aktif tersebut pada sumur pengamat.
Akibat pulse ini dalam hal perubahan tekanan, maka diukur di dalam sumur
pengamat. Dikarenakan pulses period ini pendek dan respon tekanannya kecil,
maka diperlukan pressure gauge khusus/peka yang mampu mendeteksi
perubahan-perubahan tekanan yang sangat kecil, misalnya 0.01 psi.
Keuntungan utama dari pulse-test adalah:
a. Persamaan- persamaan untuk infinite sistem umumnya dapat digunakan
untuk test dengan waktu yang pendek, dan tanpa mempertimbangkan
ukuran sistemnya.
b. Suatu pulse test dapat berakhir dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari, sehingga pulse-test lebih sedikit mengganggu operasi normal
sumur dibandingkan dengan interference test.
c. Secara otomatis trend tekanan reservoir dan gangguan suara dapat
diabaikan.

9) Multiple-Rate Test
Pengujian sumur ini dilakukan dengan laju aliran yang bervariasi. Multi-rate test
dapat berupa:
a. Laju aliran yang bervariasi tanpa control
b. Serentetan laju aliran yang masing-masing tetap besarnya
c. Laju aliran dengan perubahan yang kontinu pada tekanan sumur yang tetap.
Pengukuran laju aliran tekanan yang teliti merupakan sesuatu hal yang penting
untuk berhasilnya analisa pada setiap ttansient well test. Pada multiple-rate
test, pengukuran laju aliran lebih kritis dibandingkan dengan pengukuran pada
test yang konvensional atau pada test dengan laju aliran yang tetap, seperti
drawdown atau buildup test.
Keuntungan-keuntungan dari multiple-rate test adalah sebagai berikut:
a. Dapat memberikan data transient test sementara produksi masih
berlangsung.
b. Dapat mengurangi pengaruh perubahan-perubahan wellbore-storage dan
segresi fasa.
c. Dapat memberikan hasil yang baik, sementara pengujian drawdown dan
buildup tidak dapat dilakukan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 58 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

10) Type Curve Matching


Untuk setiap teknik pengujian sumur, kita telah membuat asumsi implisit bahwa
kita mengetahui model reservoir yang tepat untuk digunakan dalam analisis.
Pada beberapa kasus, para teknisi mungkin tidak memiliki informasi yang
cukup untuk dapat menentukan model reservoir, terutama pada lapangan yang
baru ditemukan. Dasar dari setiap teknik analisis adalah pengenalan dari
bentuk kurva yang mewakili beberapa model reservoir. Sebagai contoh,
karakteristik bentuk aliran dari rekahan konduktivitas-terbatas (finite-
conductivity) adalah aliran bilinear. Selama aliran bilinear, plot log-log dari Pi –
Pwf vs waktu alir, t, memberikan suatu garis lurus yang memiliki kemiringan 1¼.
Sebagai contoh lain, pertimbangkan pemakaian type curve untuk analisis uji
sumur. Prinsip dasar dari type curve adalah jika suatu plot dari data uji
memberikan bentuk yang sama seperti pada type curve di seluruh daerah
waktu, maka reservoir tersebut bertipe sama dengan yang dikarakterisasikan
oleh type curve tersebut. Namun, prinsip ini tidak mutlak. Tipe reservoir yang
berbeda kadang memberikan bentuk dasar yang serupa pada plot type curve.
Sebagai tambahan, baik plot semilog maupun log-log dari data tekanan/waktu
seringkali tidak sensitif terhadap karakteristik perubahan tekanan dari suatu
model reservoir yang spesifik. Sebagai alternatif dari plot tekanan/waktu,
pressure derivative seringkali digunakan secara spesifik untuk mengidentifikasi
tipe-tipe reservoir.
Type curve derivative adalah type curve yang paling definitif untuk
mengidentifikasi tipe reservoir. Ia dapat mengidentifikasi secara tidak kentara
perubahan karakteristik dalam kemiringan yang mungkin tertutup atau tidak
tampak pada type curve tekanan/waktu. Type curve derivative maupun
tekanan/waktu lebih baik daripada grafik semilog untuk mengidentifikasi tipe
reservoir. Suatu type curve mencakup seluruh daerah waktu, sedangkan pada
plot semilog kita biasanya hanya memeriksa garis lurus semilog (daerah middle
time). Lebih jauh lagi, analisis semilog umumnya mengasumsikan suatu
reservoir yang homogen, sedangkan type curve menggambarkan tipe reservoir
yang umum.
Pendekatan terbaik untuk mengidentifikasikan model reservoir yang tepat
melibatkan tiga teknik plotting yang utama: type curve yang biasa, type curve
derivative dan "grafik khusus" untuk suatu uji. Sifat-sifat dapat diperoleh dari
suatu "grafik khusus" ketika garis lurus terbentuk selama daerah waktu
tertentu. Grafik ini meliputi plot Horner untuk reservoir homogen, plot akar
pangkat dua dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas tinggi
dan plot akar pangkat empat dari waktu untuk sumur dengan rekahan
berkonduktivitas rendah. Ketika reservoir sudah teridentifikasi dengan benar,
ketiga plot tersebut akan mengkonfirmasikan atau setidaknya konsisten
dengan tipe reservoir hipotesis. Kini kita mempertimbangkan karakteristik
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 59 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

spesifik dari type curve derivative yang berguna untuk mengidentifikasi tipe
reservoir dari pressure transient test di sumur gas.
a. Nilai maksimum pada kurva pada early time menunjukkan wellbore storage
dan skin. Makin besar nilai maksimumnya, makin luas kerusakan sumur.
Sebaliknya, ketidakhadiran dari nilai maksimum menyarankan sumur yang
sudah terstimulasi (misalnya acidizing atau fracturing).
b. Nilai minimum pada kurva pada middle time menunjukkan penyimpangan
dari sifat reservoir homogen (misal heterogenitas reservoir). Contohnya
meliputi dual-porosity (rekah alami) atau layered reservoir.
c. Stabilisasi atau kelandaian pada late time menunjukkan aliran radial dan
berhubungan dengan garis lurus semilog pada grafik semilog. Setelah kita
bisa mengidentifikasikan daerah ini pada plot derivative, kita dapat
memperkirakan permeabilitas dan faktor skin menggunakan analisis
semilog.
d. Kecenderungan ke arah atas atau ke bawah dari data pada akhir uji
menunjukkan kehadiran batas reservoir. Kecenderungan ke arah atas
adalah karakteristik dari satu atau lebih batas yang bersimpangan dengan
reservoir masih terbuka setidaknya pada satu arah. Contoh dari situasi ini
adalah satu sumur terletak di tengah-tengah reservoir rectangular. Hampir
serupa dengan ini, kecenderungan ke arah bawah pada uji build up
menunjukkan tutupan reservoir; semua batas, baik tidak ada aliran maupun
tekanan konstan yang mempengaruhi pressure transient.
a. Aplikasi Type Curve
Untuk fluida yang incompressible atau slightly compressible dan reservoir
yang homogen, type curve yang digunakan adalah Gringarten-Bourdet Type
Curve (Gambar 1 pada TKI C-071). Type curve ini merupakan solusi dari
persamaan difusivitas aliran fluida yang incompressible atau slightly
compressible di dalam formasi yang homogen. Tekanan pada kondisi awal
dianggap sama dan merata di seluruh daerah pengurasan sumur. Reservoir
dianggap tak terbatas dan sumur diproduksi dengan laju alir yang tetap
(konstan).
Dalam menggunakan type curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes
(perbedaan tekanan dan derivative-nya) dibandingkan dengan type curve.
Data tes diplot dalam skala log-log dengan ukuran log-cycle yang sama
dengan type curve. Data hasil tes (perbedaan tekanan dan derivative-nya)
tersebut kemudian secara bersamaan dicocokkan dengan type curve untuk
mendapatkan model yang sesuai. Teori yang mendasari teknik type curve
matching ini adalah bahwa perbedaan koordinat skala plot dari data dan type
curve merupakan besaran konstan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 60 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Hal yang penting dan perlu diketahui tentang type curve Gringarten-Bourdet
ini adalah selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal
dari fluida di dalam wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal. Sifat
dari unit slope ini adalah:
t D / CD  1 (42)
Karenanya koefisien wellbore storage dapat dihitung dari setiap titik pada
unit slope ini, yaitu
qB  t atau t 
C   (43)
24  P 
Analisis Uji Sumur Gas Menggunakan Type Curve:
Dalam menganalisis uji sumur gas, penggunaan adjusted pressure dan
adjusted time diperlukan. Hal ini disebabkan karena type curve dibuat
berdasarkan solusi persamaan untuk fluida yang incompressible atau
slightly compressible, sementara gas adalah fluida yang compressible dan
sifat-sifat fisiknya sangat tergantung dapat tekanan sistem. Adjusted
pressure dan adjusted pseudotime mengakomodasi karakteristik dari gas
ini, sehingga type curve yang digunakan untuk liquid dapat digunakan untuk
gas.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-060 Perencanaan Uji Sumur Secara Umum
C-061 Perencanaan Uji Sumur untuk Tight Gas Reservoir
C-062 Perencanaan Pulse Test Tekanan Reservoir
C-063 Pengidentifikasian Model Reservoir
C-064 Analisis Hasil Uji Drawdown dan Uji Batas-Batas Reservoir
C-065 Analisis Hasil Uji Buildup untuk Sistem Porositas Tunggal
C-066 Analisis Hasil Uji Falloff
C-067 Analisis Hasil Uji Interferensi
C-068 Analisis Hasil Uji Multi Production Rate
C-069 Analisis Hasil Uji Pressure Drawdown untuk Gas
C-070 Analisis Hasil Uji Buildup untuk Gas
C-071 Analisis Uji Sumur Menggunakan Pressure dan Pressure Derivative
Type Curve
C-072 Analisis Hasil Uji Sumur pada Reservoir Rekah Alami
12. Penentuan Harga Perbandingan Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak (kg/ko) dihitung berdasarkan
kapasitas aliran gas bebas dan minyak di dalam reservoir. Gas yang diukur di
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 61 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

permukaan berasal dari dua sumber, yaitu gas bebas dan gas yang keluar dari
minyak sewaktu fluida itu mengalir sampai permukaan.
Asumsi yang digunakan pada persamaan TKI C-073 adalah aliran gas bebas dan
minyak pada kondisi reservoir bersifat:
a. alirannya steady.
b. drawdown pada gas bebas dan minyak sama besar
c. ketebalan fase gas bebas dan minyak sama
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-073 Penentuan Harga Perbandingan Permeabilitas Gas terhadap Minyak
dari Data Produksi
13. Deliverability Test
Deliverability Test pada sumur-sumur gas bertujuan untuk menentukan
kemampuan sumur untuk memproduksi gas pada berbagai tekanan alir dasar
sumur. Dari tes ini dapat ditentukan absolute open flow (AOF) dan kurva IPR.
Secara empiris dinyatakan oleh persamaan:


qg  C Ps2  Pwf2 
n
(44)

Harga C berubah sesuai dengan lama waktu aliran fluida selama kondisi stabil
belum dicapai. Harganya menjadi konstan (Cs) setelah aliran stabil. Pada kondisi
inilah penentuan deliverability dan AOF gas dilakukan.
Terdapat 3 jenis deliverability test:
a. Back Pressure
Tes yang dilakukan dengan menstabilkan tekanan reservoir dengan jalan
menutup sumur sehingga dapat ditentukan harga tekanan reservoir rata-rata.
Kemudian, sumur diproduksikan dengan laju alir tertentu sehingga aliran
mencapai stabil. Laju produksi diubah-ubah sebanyak empat kali dan setiap
kali sumur itu dibiarkan berproduksi sampai tekanan mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
didahului dengan penutupan sumur. Kelemahan tes ini adalah diperlukan
waktu yang lama untuk mencapai kondisi stabil untuk setiap laju alir.
b. Isochronal Test
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
stabil (tekanan rata-rata reservoir awal) yang disusul dengan pembukaan
sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t,
tanpa menunggu kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh
penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil (tekanan sama dengan
tekanan rata-rata reservoir awal). Salah satu tes produksi ini dilakukan sampai
mencapai kondisi stabil. Harga C akan berubah-ubah bila keadaan stabil belum
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 62 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

dicapai. Deliverability pada keadaan stabil diperoleh dengan membuat garis


lurus sejajar dengan grafik melalui titik yang dipeoleh pada keadaan stabil.
c. Modified Isochronal Test
Perbedaan antara tes ini dengan tes isochronal terletak pada persyaratan
bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain itu, selang waktu
penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar. Salah satu tes produksi
ini dilakukan sampai mencapai kondisi stabil. Harga C akan berubah-ubah bila
keadaan stabil belum dicapai. Deliverability pada keadaan stabil diperoleh
dengan membuat garis lurus sejajar dengan grafik melalui titik yang dipeoleh
pada keadaan stabil. Tes ini merupakan tes yang paling cepat dibandingkan
dengan tes lainnya.
Analisis Modified Isochronal tanpa menggunakan Stabilized Flow Point:
a) Dilakukan dengan memproduksi dan menutup sumur secara bergantian.
b) Interval waktu produksi sama untuk setiap periode aliran, begitu juga
interval waktu penutupannya sama.
c) Pada akhir setiap periode aliran, tekanan aliran dasar sumur (P wf) diukur.
Pada akhir periode penutupan, tekanan statik dasar sumur juga diukur.
d) Extended flow tidak dilakukan pada test ini.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-075 Perencanaan Uji Deliverability
C-076 Perhitungan Deliverability Sumur Gas
14. Desain Pola Injeksi-Produksi
Di dalam proses peningkatan perolehan minyak bumi setelah tahap produksi
primer, suatu fluida perlu diinjeksikan ke dalam reservoir terkait guna mendorong
minyak yang tertinggal di dalam reservoir menuju sumur-sumur produksi. Efisiensi
proses pendorongan minyak ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
mobilitas fluida yang diinjeksikan relatif terhadap mobilitas minyak yang didorong,
heterogenitas reservoir, dominasi arah permeabilitas, spasi dari sumur-sumur
yang ada, dan jarak antara sumur injeksi dan sumur produksi.
Banyak jenis pola yang telah digunakan dalam proses injeksi-produksi,
tergantung pada efektivitas yang diinginkan. Pemilihan pola injeksi produksi perlu
memperhatikan beberapa faktor seperti distribusi permeabilitas, kemiringan
lapisan, luas dan batas-batas reservoir, dan lamanya atau kecepatan respons dari
proses injeksi-produksi yang dikehendaki. Berikut di bawah ini adalah contoh-
contoh pola injeksi-produksi.
1) Pola Injeksi Sentral (central flooding):
Pola ini merupakan pola injeksi-produksi dimana sumur-sumur injeksi
diposisikan di sekitar tengah area luasan reservoir atau area up-structure. Pola
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 63 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

semacam ini pada umumnya diterapkan untuk injeksi gas pada reservoir
minyak yang memiliki tudung gas atau reservoir yang cukup tebal dengan
bentuk struktur yang curam. Sebagai ilustrasi, Gambar 6 di bawah ini
memperlihatkan ilustrasi pola injeksi sentral.

Gambar 6 Pola Injeksi Sentral (Lyon, 1996)

2) Pola Injeksi Periferal (Peripheral Injection)


Pola injeksi periferal merupakan pola injeksi-produksi dimana posisi sumur-
sumur injeksi mengelilingi sumur-sumur produksi atau sumur-sumur injeksi
ditempatkan pada bagian pinggir area produktif. Sebagai ilustrasi sederhana,
Gambar 7 menunjukkan ilustrasi pola injeksi periferal.

Gambar 7 Pola injeksi Periferal (Lyon, 1996)

3) Pola Injeksi-Produksi Searah (End-to-End flooding)


Pola injeksi-produksi ini merupakan pola yang mirip dengan pola periferal,
bedanya yaitu posisi sumur-sumur injeksi ditempatkan pada salah satu sisi dari
area reservoir. Atau, bila reservoir memiliki tudung gas maka injeksi bisa pada
dua sisi berseberangan dimana injeksi air pada sisi downdip dan injeksi gas
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 64 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

pada sisi updip di tudung gas. Pola seperti ini dibatasi untuk reservoir yang
tidak luas, memanjang, dan kemiringan cukup besar. Ilustrasi pola-pola ini
diperlihatkan pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8 Pola Injeksi End-to-End (Lyon, 1996)

4) Pola Injeksi-Produksi Kombinasi Periferal dan Sentral


Pola injeksi-produksi ini merupakan pola gabungan antara pola periferal dan
pola sentral. Pola ini sangat mungkin diterapkan pada reservoir yang memiliki
tudung gas dan akuifer lemah. Gambar 9 berikut memperlihatkan ilustrasi pola
injeksi-produksi ini.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 65 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 9 Pola Injeksi Kombinasi Periferal dan Sentral (Lyon, 1996)

5) Sistem Injeksi-Produksi Berpola (Pattern Flooding)


Pola injeksi-produksi ini merupakan pola tertentu dan tidak sama dengan pola-
pola injeksi-produksi yang telah dikemukakan di atas. Dalam sistem injeksi-
produksi berpola, setiap sumur produksi diharapkan bisa memperoleh efek
langsung dari sumur injeksi.
Untuk suatu reservoir, susunan atau bentuk/segi dan rasio antara sumur-sumur
injeksi dan sumur-sumur produksi bisa berbeda dari satu area ke area yang
lain, tergantung pada distribusi sumur-sumur yang ada dan mungkin adanya
penambahan sumur baru (infill).
Khususnya untuk pilot, sistem injeksi-produksi dipilih sedemikian rupa
sehingga secara teknis proses pendesakan minyak dapat berlangsung secara
efektif dengan efisiensi tinggi dan respons yang tidak terlalu lama. Meskipun
statusnya adalah pilot, aspek ekonomi dalam hal jumlah sumur dan luasan area
untuk respons proses injeksi-produksi perlu dipertimbangkan.
Berikut Gambar 10 di bawah ini memperlihatkan ilustrasi ideal sistem tunggal
untuk beberapa injeksi-produksi berpola.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 66 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 10 Pattern Flooding (Lyon, 1996)

B. ENHANCED OIL RECOVERY (EOR)


Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan teknik atau cara untuk meningkatkan
perolehan (recovery) minyak bumi dengan cara menginjeksikan fluida terpilih melalui
sumur-sumur injeksi guna mendorong minyak secara efektif dan efisien dari dalam
reservoir menuju sumur-sumur produksi. Gambar 11 menunjukkan contoh tahapan
produksi disuatu reservoir dan pada saat kapan EOR dilakukan.
Kesesuaian penerapan teknik EOR sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik minyak
bumi, komposisi minyak bumi, karakteristik reservoir termasuk permeabilitas dan
sebarannya (heterogenitas), temperatur reservoir, komposisi mineralogi batuan
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 67 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

resevoir, efektivitas fluida injeksi dalam proses pendorongan/pendesakan minyak,


dan biaya bahan-bahan yang akan diinjeksikan.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka sebelum implementasi atau
bahkan masih dalam studi simulasi reservoir, penelaahan mendalam perlu dilakukan
dengan melakukan uji laboratorium atas parameter-parameter yang dianggap
penting dalam mekanisme proses pendesakan minyak dimaksud.
Berdasarkan tingkat kerumitan atau kesulitan dalam penerapan EOR, teknik injeksi
gas miscible (terutama injeksi gas CO2) dan teknik EOR kimiawi yang umumnya
memerlukan uji laboratorium. Bukan berarti teknik EOR yang lain tidak memerlukan
uji laboratorium, tetapi injeksi CO2 dan EOR kimiawi lebih potensial untuk reservoir
konvensional.

Gambar 11 Tahapan Produksi

Tabel 1 pada TKI C-079 dibuat berdasarkan hasil pengkajian kurang lebih 2,500
reservoir yang sedang dan yang akan mengalami EOR. Cadangan minyak di tempat
dari seluruh reservoir tersebut diperkirakan 325 milyar barrel
Kriteria pemilihan metode EOR yang memadai untuk suatu reservoir minyak
didasarkan pada "Implemented Technology Case", yaitu teknologi yang sedang
diterapkan pada saat ini atau paling tidak telah terbukti dapat dilaksanakan pada uji
coba di lapangan minyak. Teknologi ini meliputi metode termal, injeksi kimia dan
pendesakan tercampur (miscible displacement).
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 68 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Apabila Tabel 1 pada TKI C-079 ini digunakan, kemungkinan akan diperoleh
bermacam-macam metode EOR yang dapat diterapkan kepada satu reservoir
minyak. Untuk mengetahui proses mana yang paling memadai (yang memberikan
perolehan maksimum secara ekonomis), tentu saja harus dilakukan kajian lanjut
berupa: kajian laboratorium, kajian menggunakan model matematik (Simulator) dan
uji coba lapangan (Pilot testing)
Faktor atau parameter yang paling berpengaruh didalam pemilihan metode EOR
dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Karakteristik minyak : Gravity, Viskositas dan Transmisibilitas.
2. Karakteristik reservoir : Kedalaman, Tebal Lapisan, Temperatur, Porositas,
Permeabilitas, Tekanan Reservoir, Saturasi Minyak dan Jenis Batuan.
3. Karakteristik air formasi : Kegaraman atau kadar padatan terlarut.
Penggunaan Tabel 1 pada TKI C-079 akan memberikan pilihan yang baik apabila
digunakan pada reservoir yang memiliki distribusi karakteristik batuan yang relatif
seragam. Untuk reservoir yang mempunyai banyak rekahan, banyak patahan,
bersifat tidak menerus secara lateral, atau memiliki gas cap, haruslah dikaji secara
tersendiri pengaruh sifat-sifat tersebut di atas terhadap proses EOR itu sendiri.
Kajian tersebut dapat berupa pengamatan laboratorium atau menggunakan model
matematik (simulator).
1. Jenis Metode EOR
1) Injeksi Nitrogen Dan Flue Gas
a. Deskripsi
Injeksi nitrogen dan flue gas adalah metode perolehan minyak yang
menggunakan kedua gas non-hidrokarbon ini. Proses pendesakan minyak
dapat bersifat tercampur (miscible) maupun tidak tercampur (immiscible),
tergantung pada tekanan dan komposisi minyak. Nitrogen dan flue gas juga
dipertimbangkan untuk digunakan sebagai gas-gas penghalau (chase
gases) dalam injeksi hidrokarbon-tercampur dan CO2.
b. Mekanisme
Injeksi nitrogen dan flue gas memperoleh minyak dengan :
a) menguapkan komponen yang lebih ringan dari minyak mentah dan
menciptakan suatu pencampuran bila tekanan cukup tinggi.
b) menyediakan suatu mekanisme daya dorong gas dimana bagian yang
signifikan dari volume reservoir terisi oleh gas-gas yang berbiaya rendah.
c) mempercepat pengurasan karena gravitasi (gravity drainage) pada
dipping reservoir (tercampur atau tidak tercampur).
c. Batasan
Kondisi pencampuran (miscibility) yang terbentuk hanya dapat dicapai
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 69 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

dengan minyak ringan dan pada tekanan yang sangat tinggi; Oleh sebab itu,
diperlukan reservoir yang dalam. Diinginkan reservoir yang kemiringannya
tidak curam dan tidak tebal untuk memungkinkan stabilisasi gravitasi dalam
proses pendorongan minyak dengan rasio mobilitas yang kurang ideal.
Untuk peningkatan gravity drainage tercampur atau tidak tercampur,
kemiringan reservoir (>35o) sangat penting untuk kesuksesan proyek.
d. Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horizontal
sangat kecil. Gas-gas non-hidrokarbon harus dipisahkan dari gas-gas
terproduksi yang komersial. Injeksi flue gas dapat menyebabkan masalah
korosi. Nitrogen telah digunakan untuk injeksi dalam proyek-proyek besar
yang sukses, yang sebelumnya menggunakan flue gas.
e. Contoh Lapangan
Block 31 Field, Texas, USA, dengan permeabilitas sangat rendah (<5 mD)
merupakan contoh klasik untuk injeksi gas non-hidrokarbon, tetapi
sayangnya recovery factor tidak dilaporkan. Secara ekstrim berbeda dari
permeabilitas, Hawkins Field, Texas, USA, memiliki permeabilitas rata-rata
3400 mD dan ada gas cap sehingga inert gas diinjeksikan di bagian gas cap.

2) Injeksi Hidrokarbon-Tercampur
a. Deskripsi
Injeksi hidrokarbon-tercampur terdiri dari penginjeksian hidrokarbon ringan
ke dalam reservoir untuk membentuk suatu daerah pencampuran. Ada tiga
metode berbeda yang telah digunakan. Yang pertama, metode kontak
tercampur menggunakan sekitar 5% PV slug dari liquified petroleum gas
(LPG), seperti propan, dilanjutkan dengan gas alam atau gas dan air.
Metode kedua disebut daya dorong kondensat gas (enriched/condensing
gas drive), terdiri dari penginjeksian 10 – 20% PV slug dari gas alam yang
diperkaya dengan etana sampai heksana (C2 sampai C6), dilanjutkan
dengan lean gas (kering, sebagian besar metana) dan, ada kemungkinan,
air. Komponen-komponen yang telah diperkaya ditransfer dari gas ke
minyak. Mekanisme condensing gas drive dapat dilihat pada Gambar 12.
Metode ketiga dan yang paling umum disebut daya dorong gas bertekanan
tinggi (vaporizing gas drive), terdiri dari penginjeksian lean gas pada tekanan
tinggi untuk menguapkan komponen C2 sampai C6 dari minyak mentah yang
didorong. Kombinasi dari mekanisme kondensasi/penguapan ini juga terjadi
pada banyak kondisi reservoir meskipun kita biasanya berpikir bahwa satu
proses lebih dominan. Gambar 13 menunjukkan mekanisme vaporizing gas
drive.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 70 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 12 Mekanisme Enriched/Condensing Gas Drive

Gambar 13 Mekanisme Vaporizing Gas Drive


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 71 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

b. Mekanisme
Injeksi hidrokarbon-tercampur meningkatkan perolehan minyak dengan :
a) membentuk pencampuran (pada daya dorong gas kondensasi dan
penguapan).
b) meningkatkan volume minyak (swelling) jika miscible
c) menurunkan viskositas minyak jika miscible
d) pendesakan gas tak tercampur, terutama meningkatkan gravity drainage
dengan kondisi reservoir yang tepat.
c. Batasan
Kedalaman minimum ditetapkan oleh tekanan yang diperlukan untuk
menjaga pencampuran yang terbentuk. Tekanan yang diperlukan berkisar
dari sekitar 1,200 psi untuk proses LPG, sampai 4,000 – 5,000 psi untuk
daya dorong gas bertekanan tinggi, tergantung pada minyaknya. Formasi
dengan kemiringan yang tidak curam sangat diinginkan untuk
memungkinkan beberapa stabilisasi gravitasi dalam proses pendesakan
minyak, yang biasanya memiliki rasio mobilitas kurang ideal.
d. Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horisontal
sangat kecil. Dibutuhkan hidrokarbon yang cukup berharga dalam jumlah
besar. Solvent yang diinjeksikan dapat terjebak dan tidak terambil pada
metode LPG.
e. Contoh Lapangan
Lapangan South Swan Hills (carbonate reef reservoir) di Alberta, Kanada,
adalah salah satu contoh implementasi injeksi NGL (1973 – 1980). Recovery
factor belum/tidak dilaporkan, tetapi implementasi dianggap berhasil secara
teknis dengan didapatkannya rata-rata Sor = 7,9% dalam reservoir
dibanding rata-rata Sor = 35% hasil waterflood di lapangan ini. Lapangan
lain yaitu Pembina Field, Kanada, injeksi LPG di area pilot 10 acres 5-spot
menghasilkan sekitar 72% IOIP area pilot. Karena jenis gas lain atau non-
hidrokarbon lebih murah dan terbukti berhasil secara ekonomis maka
industri minyak bumi kemudian beralih ke injeksi gas CO2.

3) Injeksi CO2
a. Deskripsi
Injeksi CO2 terutama ditujukan untuk memanfaatkan sifat CO2 yang relatif
mudah tercampur/membaur (miscible) ke dalam minyak dan membuat
minyak mengembang (swelling) sehingga viskositas minyak dan tegangan
antar-muka CO2 dan minyak berkurang. Ada dua kondisi yang dapat terjadi
dengan injeksi CO2: kondisi miscible dan kondisi immiscible. Kondisi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 72 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

miscible yaitu kondisi dimana gas CO2 dapat tercampur dalam minyak dan
membuat minyak swelling serta memberikan recovery yang optimum.
Tekanan untuk mencapai kondisi ini disebut dengan Minimum Miscibility
Pressure (MMP). Sedangkan kondisi dimana MMP belum/tidak tercapai
merupakan kondisi immiscible.
Mekanisme miscibility dalam injeksi CO2 bukanlah mekanisme kontak
tercampur pertama (secara langsung) tetapi gas CO2 terlebih dahulu
mengekstrak komponen hidrokarbon ringan dan menengah dari dalam
minyak untuk kemudian barulah miscibility terjadi. Ketika injeksi CO 2
berlangsung dan ekstraksi itu terjadi maka komposisi minyak akan berubah
sehingga nilai MMP semakin tinggi dengan berjalannya waktu operasi injeksi
CO2.
Volume CO2 dalam jumlah besar (30% atau lebih dari PV hidrokarbon)
diperlukan untuk injeksi ke dalam reservoir. Memperhatikan bahwa gas CO2
dapat terlarut juga ke dalam air formasi maka kelarutan ini perlu
diperhitungkan didalam menentukan volume gas CO2 yang sesungguhnya
(total) diperlukan secara operasional di lapangan.
b. Mekanisme
Injeksi CO2 meningkatkan perolehan minyak dengan :
a) “Mengembangkan” (swelling) minyak mentah (CO2 mudah tercampur
dalam minyak dengan API gravity tinggi).
b) menurunkan viskositas minyak (jauh lebih efektif dibanding N2 atau CH4)
karena lebih mudah tercampur pada tekanan yang lebih rendah.
c) menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan fasa CO 2/minyak
pada daerah hampir-tercampur.
d) Mengubah sifat kebasahan batuan (rock wettability alteration).
c. Batasan
Diperlukan sumber CO2 yang cukup dan surface facilities untuk injeksi.
Sumber CO2 yang umum digunakan antara lain dari sumber gas alam CO 2
(natural resources) dan gas buangan industri (anthropogenic).
d. Permasalahan
Korosi dapat menyebabkan masalah, terutama bila terjadi breakthrough
awal CO2 pada sumur produksi. Masalah terjadinya fingering karena
viskositas gas CO2 jauh lebih rendah dibanding minyak pada umumnya
sehingga injeksi CO2 tidak cocok untuk reservoir minyak berat. Kelarutan
CO2 dalam air cukup tinggi sehingga volume CO2 yang dibutuhkan perlu
diperhitungkan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 73 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Catatan: Seluruh reservoir minyak dengan gravity lebih besar dari 22 oAPI
dapat memenuhi kualifikasi untuk immiscible displacement pada tekanan
kurang dari MMP. Pada umumnya, perolehan minyak yang berkurang akan
menjadi proporsional dengan perbedaan antara MMP dan tekanan injeksi
yang dicapai. Pada umumnya yang membatasi tekanan injeksi yaitu tekanan
rekah reservoir. Sebagai batas aman, biasanya tekanan injeksi maksimum
yang diijinkan adalah sekitar 300 psi dibawah tekanan rekah reservoir. Untuk
reservoir yang sudah depleted, injeksi air perlu dilakukan untuk menaikkan
tekanan reservoir terlebih dahulu untuk mengurangi terjadinya early
breakthrough CO2.
e. Contoh Lapangan
Contoh lapangan yang berhasil secara teknis dan ekonomis untuk kondisi
miscible diantaranya yaitu Lapangan Garber (sandstone), Oklahoma, USA.
Sebelumnya waterflood sudah sukses dilakukan. Jadi injeksi CO 2 ini
merupakan metode tertiary oil recovery. Pilot CO2 injection sangat sukses
dengan incremental oil recovery 11% IOIP dan diperkirakan bisa lebih dari
14% IOIP.
Injeksi CO2/Water (WAG) pada kondisi immiscible telah dilaporkan sangat
sukses untuk reservoir tipis dengan minyak 17oAPI di Lapangan Lick Creek,
Arkansas, USA. Injeksi CO2 di Mead-Strawn Field, Texas, USA, dilaporkan
tergolong berhasil dengan incremental oil recovery 10 – 12% IOIP, atau 59%
IOIP di conformal area. SACROC unit di Kelly-Snyder Field, Texas, USA,
merupakan injeksi CO2 terbesar di Amerika. Pada mulanya injeksi CO2
secara kontinu tetapi kemudian diubah menjadi WAG (Water Alternating
Gas) dengan perkiraan incremental RF: 5,7 - 6,7% IOIP.
4) Injeksi Micellar/Polymer dan ASP
a. Deskripsi
Injeksi micellar/polymer klasik terdiri dari penginjeksian suatu slug yang
mengandung air, surfaktan, polymer, elektrolit (garam), kadang suatu
kosolven (alkohol), dan kemungkinan suatu hidrokarbon (minyak). Ukuran
slug biasanya 5 – 15% PV untuk sistem surfaktan konsentrasi tinggi (> 5%
berat) dan 15 – 50% PV untuk konsentrasi rendah (< 5% berat). Slug
surfaktan diikuti oleh air yang sudah dicampur dengan polymer. Konsentrasi
polymer biasanya berkisar dari 500 sampai 2,000 mg/L, dan volume dari
larutan polymer yang diinjeksikan bisa mencapai 50% PV atau lebih.
Injeksi ASP (Alkali – Surfactant – Polymer) mirip dengan injeksi
micellar/polymer, kecuali sebagian surfaktan digantikan dengan alkali
berbiaya rendah sehingga ukuran slug menjadi lebih besar dengan biaya
keseluruhan lebih rendah dan larutan polymer biasanya tergabung dalam
slug yang lebih besar. Fungsi alkali disini terutama adalah untuk mengurangi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 74 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

adsorpsi surfaktan oleh batuan. Selain itu, larutan Alkali-Surfaktan (AS) tidak
dibentuk menjadi micelle. Larutan polymer bisa juga dalam bentuk slug (10%
- 30% PV) tersendiri yang diinjeksikan setelah injeksi slug AS. Larutan
polymer ini berfungsi sebagai mobility control.
b. Mekanisme
Metode injeksi micellar/polymer dan ASP meningkatkan recovery minyak
dengan:
a) menurunkan tegangan antar-muka antara minyak dan air.
b) kelarutan minyak pada beberapa sistem micellar.
c) emulsifikasi minyak dan air.
d) peningkatan mobilitas minyak (minyak lebih mudah untuk didorong)
c. Batasan
Diinginkan suatu daerah penyapuan yang lebih dari 50% pada injeksi air.
Lebih disukai formasi yang relatif homogen. Anhidrit, gipsum atau lempung
dalam jumlah besar tidak diinginkan. Sistem yang tersedia menyediakan
kelakuan yang optimum dari kondisi yang terbatas. Dengan surfaktan
komersial yang tersedia, kadar klorida air formasi sebaiknya < 20,000 ppm
dan kandungan ion divalen (Ca++ dan Mg++) < 500 ppm. Memperhatikan
bahwa batuan karbonat bermuatan positif maka untuk reservoir karbonat,
surfaktan yang sesuai adalah surfaktan non-ionik yang tahan terhadap
kesadahan tinggi.
d. Permasalahan
Sistem yang rumit dan mahal. Kemungkinan terjadi pemisahan
kromatografik bahan-bahan kimia dalam reservoir. Penyerapan surfaktan
yang tinggi. Interaksi antara surfaktan dan polymer. Degradasi bahan-bahan
kimia pada temperatur yang tinggi.
e. Contoh Lapangan
Tidak ada Micellar/Polymer flood yang dianggap berhasil secara ekonomis
(1968). Contoh Lapangan Robinson/Crawford, Illinois, USA, merupakan
project besar untuk micellar/polymer flood tetapi keekonomiannya tidak
dinyatakan walaupun minyak bisa ditingkatkan dari 40 bopd menjadi 536
bopd. Area 119-R Project dengan 5-spot luas 10 acre berhasil secara teknis
dengan ultimate oil recovery 48% IOIP.
Contoh implementasi ASP flood yang berhasil secara teknis dan ekonomis
adalah salah satunya Lapangan Daqing, khususnya area XZ-5, di China.
Permeabilitas reservoir > 500 mD. Incremental oil recovery (setelah
waterflood) sekitar 20% IOIP.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 75 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

5) Injeksi Larutan Alkali


a. Deskripsi
Injeksi larutan alkali atau Alkaline Flooding, kadang disebut juga Caustic
Flooding, merupakan teknik peningkatan perolehan minyak bumi dengan
cara menginjeksikan larutan alkali ke dalam reservoir. Teknik ini bertujuan
untuk mereaksikan bahan kimia yang bersifat basa (alkali) dengan asam
organik yang terkandung dalam minyak bumi guna membentuk surfaktan in
situ. Jadi prinsip pendesakan minyak adalah akibat penurunan tegangan
antar-muka (IFT) minyak-air. IFT yang dihasilkan bisa mencapai kisaran 10-
3 dyne/cm. Emulsifikasi dapat juga terjadi selama proses pendesakan
minyak. Karenanya teknik ini hanya cocok diterapkan pada reservoir minyak
bumi yang mengandung asam organik. Jenis alkali yang dapat digunakan
antaranya adalah NaOH, Na2CO3, Na4SiO4, dan NH4OH.
Reaksi basa in-organik dengan asam organik cukup kompleks. Asam
organik dalam minyak bumi bisa beragam. Oleh karena itu, tidak ada
batasan berapa kadar asam organik minimum dalam minyak dan berapa
konsentrasi alkali yang diperlukan agar Alkaline Flooding dapat bekerja
efektif. Konsentrasi alkali yang diperlukan antara 0,2% hingga 5% berat,
tergantung jenis alkali dan minyaknya; volume larutan alkali yang diperlukan
untuk injeksi 10% - 50% Pore Volume. Larutan polymer dapat digunakan
untuk meningkatkan sweep efficiency. Uji laboratorium diperlukan untuk
mengetahui efektivitas aplikasi Alkaline Flooding untuk suatu reservoir.
Kadar asam organik dalam suatu minyak bumi biasanya dinyatakan dengan
acid number (atau kadang disebut juga dengan total acid number, TAN).
Bilangan asam ini menyatakan berapa miligram bahan kimia KOH yang
diperlukan untuk menetralisir satu gram minyak.
b. Mekanisme
Injeksi Larutan Alkali meningkatkan perolehan minyak dengan:
a) menurunkan IFT minyak-air sebagai akibat terbentuknya surfaktan in
situ,
b) emulsifikasi (entrapment dan entrainment) sehingga bisa juga berfungsi
untuk mobility control,
c) mengubah wettability
d) mungkin sebagian mekanisme tersebut yang bekerja untuk suatu
reservoir.
c. Batasan
Beberapa batasan di bawah ini yang dapat dijadikan sebagai acuan:
a) minyak bumi memiliki bilangan asam (TAN) lebih besar dari 0,2 mg
KOH/gram minyak,
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 76 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

b) IFT hasil reaksi larutan alkali dengan minyak kurang dari 10-2 dyne/cm,
c) reaksi antara alkali dengan mineral penyusun batuan harus dihindarkan,
d) mineral anhidrit dan gipsum juga harus dihindarkan karena mineral ini
akan bereaksi dengan alkali sehingga pemakaian alkali menjadi tidak
efektif.
d. Permasalahan
a) scaling mudah terjadi,
b) reaksi alkali dengan komponen batuan akibat waktu kontak dalam
reservoir terlalu lama menyebabkan pemakaian larutan alkali menjadi
tidak efektif,
c) bila emulsifikasi terjadi maka pemisahan minyak dan air bisa menjadi
masalah di permukaan.
e. Contoh Lapangan
Lapangan minyak Whittier, California, USA, dengan minyak 20 oAPI adalah
contoh lapangan sukses secara teknik dan ekonomi. Perioda injeksi Larutan
Alkali hanya satu tahun dan respons produksi sangat signifikan selama lebih
dari lima tahun. Oil recovery yang dilaporkan dalam jumlah volume minyak
lebih dari 350.000 stb.
Lapangan Singleton, Nebraska, USA, menghasilkan 6% IOIP di area pilot
50 acres. Lapangan Midway-Sunset, California, USA, memiliki pilot area 100
acres dilaporkan sukses dengan recovery 12,5% IOIP dari area pilot.
6) Injeksi Polymer
a. Deskripsi
Tujuan dari injeksi polymer adalah untuk meningkatkan efisiensi penyapuan
volumetrik yang lebih baik dibanding injeksi air. Injeksi polymer bukan
ditujukan untuk menurunkan saturasi minyak residual (Sor). Pada injeksi
polymer, polymer tertentu dengan berat molekul yang tinggi (umumnya
hydrolised polyacrilamide atau xanthan gum) dilarutkan dalam air yang
diinjeksikan untuk menurunkan mobilitas air. Digunakan konsentrasi
polymer dari 250 sampai 2,000 mg/L; perlakuan ukuran yang layak
membutuhkan 25 sampai 60% PV reservoir.
b. Mekanisme
Injeksi polymer meningkatkan perolehan minyak dengan :
a) meningkatkan viskositas air.
b) menurunkan mobilitas air.
c) volume kontak yang lebih besar di reservoir.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 77 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Batasan/Permasalahan
Lihat Tabel 2 pada TKI C-079.
c. Contoh Lapangan
Lapangan Oerrel dan Lapangan Hankensbuettel di Jerman merupakan
contoh Polymer Flood yang berhasil secara teknis dan ekonomi. Viskositas
minyak 11 – 19 cp pada kondisi reservoir. Permeabilitas sangat tinggi, 100
– 4000 mD. Recovery Factor diperkirakan antara 12,9% hingga 23,5%,
tergantung waterflood sebelumnya, makin rendah ultimate waterflood
recovery semakin tinggi recovery hasil polymerflood.
Lapangan Daqing, China, melakukan juga dua pilot tests injeksi polymer.
Pola 5-spot dengan jarak 106 meter antara sumur injeksi dan sumur
produksi. Incremental oil recovery yang didapatkan yaitu antara 11,6 – 14%
IOIP dalam area pilot.
7) Pembakaran Di Tempat (In-Situ Combustion)
a. Deskripsi
Pembakaran di tempat atau injeksi api (fireflooding) melibatkan pembakaran
dalam reservoir dan penginjeksian udara untuk memungkinkan terbakarnya
sebagian minyak mentah. Teknik yang paling umum adalah pembakaran di
depan (forward combustion) dimana reservoir di”bakar” pada sumur injeksi
dan udara diinjeksikan untuk meneruskan pembakaran ke arah depan
sumur. Salah satu variasi teknik ini adalah kombinasi dari forward
combustion dan injeksi air (COFCAW). Teknik kedua adalah pembakaran
terbalik (reverse combustion) dimana api dinyalakan di sumur yang pada
akhirnya akan menjadi sumur produksi, dan udara yang diinjeksikan diubah
arahnya ke sumur yang berdekatan; bagaimanapun, tidak ada daerah
percobaan yang telah menyelesaikan reverse combustion ini.
b. Mekanisme
Pembakaran di tempat memperoleh minyak mentah dengan :
a) aplikasi panas yang ditransfer menurun secara konduksi dan konveksi
sehingga menurunkan viskositas minyak,
b) hasil dari destilasi uap dan pemecahan thermal yang dibawa ke depan
untuk bercampur dan meningkatkan minyak mentah,
c) membakar “coke” yang dihasilkan dari minyak berat,
d) tekanan disuplai ke reservoir dengan injeksi udara.
c. Batasan
Jika coke yang cukup tidak terendapkan dari minyak untuk dibakar, proses
pembakaran tidak akan bertahan; hal ini mencegah aplikasi untuk minyak
parafinik bergravitasi tinggi. Jika coke yang terendapkan terlalu banyak,
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 78 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

peningkatan laju dari zona pembakaran akan menjadi lambat dan jumlah
udara yang diperlukan untuk mempertahankan pembakaran akan menjadi
besar. Saturasi dan porositas minyak harus tinggi untuk meminimalkan
kehilangan panas ke batuan. Proses yang terjadi cenderung menyapu
bagian atas dari reservoir sehingga efisiensi penyapuan untuk formasi yang
tebal sangat kecil.
d. Permasalahan
Rasio mobilitas yang berlawanan. Breakthrough awal dari front pembakaran
(dan campuran gas yang mengandung O2). Proses rumit yang memerlukan
investasi besar dan sulit untuk dikontrol. Flue gas yang terproduksi dapat
menimbulkan masalah lingkungan. Masalah operasional, seperti korosi
berat yang terjadi karena air panas dengan pH rendah, emulsi minyak/air
yang serius, produksi pasir yang meningkat, endapan karbon atau lilin, dan
kegagalan pipa pada sumur produksi sebagai akibat dari temperatur yang
sangat tinggi.
e. Contoh Lapangan
Tidak banyak implementasi metoda ini dilakukan karena tidak ekonomis dan
permasalahan operasional yang timbul. Ada satu contoh lapangan yang
dilaporkan cukup baik tetapi secara ekonomi tidak menarik,yaitu in-situ
combustion di South Belridge Field, California, USA, dengan minyak 12,9
oAPI yang menghasilkan total oil recovery 22,3% IOIP.

8) Injeksi Uap Air Panas


a. Deskripsi
Injeksi uap air panas (steam injection) melibatkan injeksi uap air panas
dengan kualitas sekitar 80% fasa uap untuk mengencerkan dan mendorong
minyak mentah menuju sumur produksi. Biasanya injeksi uap panas secara
kontinyu (steam flooding) didahului dengan proses injeksi uap air panas
secara huff and puff, yaitu injeksi dan produksi pada sumur yang sama.
Tujuan dilakukannya huff and puff ini adalah untuk menghasilkan efektivitas
pemanasan reservoir yang lebih tinggi dan efisiensi penyapuan yang lebih
besar ketika steam flooding dilaksanakan.
Bilamana proses huff and puff (cyclic steam injection) dilakukan, ada
tahapan injeksi, soaking (yaitu perioda penutupan sumur ini dalam waktu
beberapa hari setelah injeksi), dan produksi. Satu tahapan lengkap ini
disebut satu cycle. Proses huff and puff bisa dilakukan lebih dari satu cycle.
Khususnya pada cycle pertama, lamanya waktu injeksi sekitar beberapa hari
hingga satu minggu dan waktu penutupan juga sekitar satu minggu,
kemudian lamanya perioda produksi tergantung respons yang dihasilkan.
Huff and puff cycle ke-dua biasa dilakukan dengan perioda injeksi satu
mingu atau lebih lama, diikuti dengan perioda soaking sekitar satu minggu,
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 79 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

dan perioda produksi umumnya lebih lama dibanding masa produksi cycle
pertama karena efektivitas dan efisiensi transfer panas kedalam reservoir
sudah lebih baik.
b. Mekanisme
Injeksi uap air panas meningkatkan perolehan minyak mentah dengan :
a) memanaskan minyak mentah untuk menurunkan viskositasnya,
b) memberikan tekanan untuk mendorong minyak ke sumur produksi,
c) destilasi minyak, terutama komponen ringannya.
c. Batasan
Saturasi minyak harus cukup tinggi dan tebal zona minyak harus lebih dari
20 ft untuk meminimasi kehilangan panas ke formasi yang berdekatan.
Injeksi uap terutama dapat diaplikasikan pada reservoir minyak berat (low
gravity oil < 25o API) dan memiliki permeabilitas tinggi (> 500 mD). Karena
terjadi kehilangan panas yang berlebihan di lubang sumur, reservoir yang
diinjeksi uap air panas harus sedangkal mungkin dan tekanan untuk laju
injeksi secukupnya dapat dipertahankan tetapi harus dibawah tekanan rekah
reservoir dan lapisan batuan di atasnya untuk menghindari timbulnya crater.
Ikatan semen (cement bonding) dengan selubung (casing) dan formasi
harus kuat dan bersifat mengisolasi dengan sempurna agar tidak ada uap
air panas keluar dari interval injeksi. Injeksi uap pada umumnya tidak
dilakukan pada reservoir karbonat. Karena sekitar 1/3 minyak tambahan
yang diperoleh dikonsumsi untuk membentuk uap yang diperlukan, maka
harga per barrel minyak tambahan ini sangat tinggi. Diinginkan suatu harga
persentase yang rendah dari lempung yang sensitif terhadap air untuk
proses injeksi yang baik. Hal ini untuk mencegah swelling pada lempung
(clays) agar pori-pori batuan reservoir tidak tersumbat.
d. Contoh Lapangan
Lapangan-lapangan minyak berat di Kern River Field, Califonia, USA, Tia
Juana Field di Venezuela, dan Duri Field di Indonesia merupakan contoh
implementasi Steam flooding yang sangat berhasil secara teknis dan
ekonomi. Ultimate Recovery Factor sekitar 55% di Kern River Field, 38% di
Tia Juana.

9) Injeksi Mikroba
a. Deskripsi
Injeksi mikroba ke reservoir diharapakan dapat memproduksi asam dan
surfaktan dari hasil fermentasi bakteri tersebut. Mikroba yang akan
diinjeksikan ke reservoir telah diseleksi dan diuji laboratorium untuk
memberikan hasil yang baik.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 80 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

b. Mekanisme
Mikroba yang diinjeksikan diharapkan :
a) Memproduksi asam ; asam ini diharapkan dapat melarutkan matriks
batuan sehingga dapat menaikkan porositas dan permeabilitas batuan.
b) Memproduksi gas ; produksi gas yang diharapkan adalah CO2 dari hasil
fermentasi dan pengaruhnya dapat terjadi pada reservoir dengan skala
yang luas.
c) Memproduksi pelarut; produksi pelarut (ethanol, butanol, acetone, dan
isopropanol) oleh mikroba bermanfaat selama proses MEOR (Microbial
Enhanced Oil Recovery) sebab senyawa tersebut bercampur (miscible)
dengan minyak menurunkan viskositasnya dan memperbaiki mobilitas.
d) Memproduksi surfaktan.
e) Penyumbatan selektif (selective plugging) ; penelitian laboratorium pada
sistem reservoir batuan pasir memperlihatkan bahwa microbial selective
plugging secara teknis layak dan dapat membelokkan aliran dari
permeabilitas yang tinggi ke rendah. Selective plugging juga dapat
digunakan untuk memperbaiki waterflooding dengan membelokkan aliran
dari permeabilitas yang tinggi ke daerah yang memiliki permeabilitas
rendah.
f) Memproduksi polimer ; polimer digunakan untuk mengurangi mobilitas
fasa air dan dapat mengontrol dengan cara menaikkan viskositas fasa air.
c. Batasan
Ada beberapa batasan dimana metode MEOR (Microbial Enhanced Oil
Recovery) tidak efektif, bahkan pada keadaan yang paling baik. Terdapat
juga beberapa kemungkinan kegagalan pada setiap penerapan enhanced
oil recovery. Frekuensi keberhasilan mungkin lebih sedikit daripada
prosedur industri yang rutin karena teknik EOR yang digunakan pada sumur-
sumur yang berbeda hampir selalu dijalankan pada keadaaan yang berbeda
pula. Beberapa masalah yang mungkin terjadi adalah seperti di bawah ini :
a) Penyumbatan formasi.
b) Kondisi geologi yang tidak tepat umumnya (banyak patahan).
c) Sifat minyak mentah yang tidak tepat.
d) Kontaminasi mikroorganisme lain yan merugikan.
e) Tidak cukup nutrisi.
f) Kegagalan sistem biologi.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 81 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

d. Contoh Lapangan
Tidak ada contoh lapangan untuk implementasi injeksi mikroba.

Tabel 2. Recovery Factor Rata-Rata Hasil Pendesakan Alamiah dan Penerapan


EOR (Delshad, 2010)

Recovery Mechanism Drive Mechanism RF (%OOIP)

Primary Recovery Natural Reservoir Pressure 10-20

Secondary Recovery Waterflooding, Gas Cycling 20-30

Enhanced Oil Recovery Polymer Flooding 5-15 (additional)

Gas Flooding 5-15 (additional)

Surfactant Flooding 15-30 (additional)

Heavy Oil Primary Recovery 0-10

Heavy Oil Enhanced Recovery Thermal EOR >50


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 82 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Tabel 3 Implementasi Teknologi EOR Kimiawai Sejak 1980 di Seluruh Dunia


(Pope, 2007)

TKI terkait, lihat TKI No.:


C-079 Pemilihan Teknis Metode EOR
C-080 Peramalan Kinerja Injeksi Air
C-081 Peramalan Kinerja Injeksi Uap
C-082 Peramalan Kinerja Cyclic Steam
C-083 Peramalan Kinerja Injeksi Polimer
C-084 Perencanaan Kinerja EOR dengan Injeksi CO2

2. Monitoring Injeksi Air


1) Menentukan Tekanan injeksi:
Sebelum pelaksanaan injeksi air dimulai, periksa bahwa sumur tidak ada
memiliki masalah mekanik dan cement bonding sempurna. Satu atau dua
sumur injeksi pertama perlu dilakukan terlebih dahulu uji tekanan rekah formasi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 83 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

(parting pressure test) untuk menentukan batas tekanan minimum yang


mengakibatkan formasi rekah/pecah. Ini dilakukan dengan melakukan injeksi
air dan mencatat tekanan bottom hole dan volume injeksi kumulatif. Plot
tekanan injeksi versus volume injeksi kumulatif dengan skala kartesian
(normal). Hasil plot ini cenderung menghasilkan garis lurus. Penyimpangan dari
garis lurus untuk titik-titik data tekanan tinggi sehingga kecepatan pertambahan
volume injeksi membesar maka ini mengindikasikan bahwa formasi telah
pecah (parting). Tekanan yang pertama kali mengakibatkan penyimpangan ini
merupakan tekanan rekah/pecah formasi (formation parting pressure).
Tekanan injeksi maksimum yang diperbolehkan biasanya sekitar 70 – 80% dari
parting pressure-nya.
2) Monitoring sumur injeksi:
Program injeksi air memerlukan pemantauan yang cukup intensif untuk
menghindari permasalahan (formasi pecah/rekah, penyumbatan di sumur
injeksi, kelebihan tekanan reservoir berlebihan, channeling, early
breakthrough) dan juga mengamati kinerja dan respons reservoir terhadap
proses injeksi air. Untuk ini, parameter-parameter kedalaman dan interval
perforasi (D mid-point) perlu diketahui serta pengukuran rutin laju injeksi air
(Qw), tekanan di kepala sumur (Pwh), dan kapan waktu pengukurannya untuk
menentukan waktu t sejak injeksi dimulai di sumur injeksi terkait,
Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul dapat dilakukan dengan
metoda Hall Plot, yaitu membuat grafik skala kartesian antara cumulative
wellhead pressure (Pwht) pada sumbu-y versus cumulative water injected (W i)
pada sumbu-x. Plot utuk data yang ada akan memberikan garis lurus sempurna
sejak awal injeksi apabila tidak ada permasalahan dalam proses injeksi.
Injectivity Index (bb/hari/psi) dapat juga ditentukan dari Hall Plot ini, yaitu
kebalikan dari kemiringan (slope) garis yang terbentuk pada Hall Plot.
Penyimpangan titik data dari garis lurus pada Hall Plot dapat mengindikasikan
timbulnya permasalahan atau bahkan perbaikan proses injeksi. Bila titik data
baru membuat sudut garis membesar, ini bisa mengindikasikan munculnya
deposisi atau penyumbatan pada sistem aliran (baik di pipa atau dalam
reservoir sekitar lubang sumur atau keduanya), injectivity menurun. Bila titik-
titik data baru membuat sudut garismengecil, ini mengindikasikan aliran lebih
lancar, injectivity membaik.
Tekanan efektif (effective pressure) Pef proses pendesakan atau pendorongan
minyak dapat diperkirakan dengan rumus berikut:

Pef = (Pwh + 0,433SGairD – ΔPt) - Ps (45)


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 84 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

dimana SGair = specific gravity air injeksi, ΔPt = kehilangan tekanan di sumur,
dan Ps = tekanan statik reservoir. Tekanan efektif ini dapat juga digunakan
untuk memonitor proses injeksi air seperti halnya Hall Plot. Sebaiknya
keduanya terintegrasi.
3) Monitoring sumur produksi
Monitoring setiap sumur produksi dan secara keseluruhan sumur-sumur
produksi pada area (pattern) injeksi-produksi dilaksanakan untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi program injeksi air. Ada beberapa metoda yang dapat
digunakan:
1) Metoda Chan’s Plot, (lihat TKI C-058) yaitu metoda yang dapat bermanfaat
untuk mengindikasikan fingering, multi-layer chanelling, atau bahkan
chanelling behind casing.
2) Semi-log plot antara WOR vs. Np, atau metoda x-Plot yaitu {ln(1/fw - 1) –
1}/fw atau Water Cut vs. Np atau %Recovery. Di sini f w adalah fractional
Water Cut. Secara teoritis injeksi air dalam keadaan normal tanpa adanya
masalah seperti yang dikemukakan di atas, semi-log plot ini akan
memberikan garis lurus, terutama untuk perioda dimana perioda injeksi air
sudah memberikan Water Cut > 50% atau bahkan > 75% atau sudah
dianggap mature. Berdasarkan metoda ini, produksi minyak kumulatif Np
akhir atau ultimate Recovery ditentukan pada WOR atau Water Cut pada
batas ekonomiknya.

TKI terkait, lihat TKI No:


C-085 Pemantauan Kinerja Waterflood

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 – TKI yang Berhubungan dengan Teknik Reservoir Minyak dan Gas
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 85 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB V
PEDOMAN KETEKNIKAN SIMULASI RESERVOIR

Tujuan utama simulasi reservoir adalah untuk mengetahui kinerja reservoir berdasarkan
skenario produksi atau pengembangan lapangan yang ditentukan. Dalam studi simulasi
reservoir harus melakukan tahapan pekerjaan berikut secara berurutan:
1. mendefinisikan tujuan yang akan dicapai,
2. Membuat karakterisasi reservoir (reservoir characterization),
3. Memilih dan membuat model reservoir,
4. menyelaraskan volume hidrokarbon (initialization),
5. menyelaraskan kinerja model reservoir dengan sejarah produksi (history matching),
6. melakukan peramalan produksi dengan berbagai skenario pengembangan, dan
7. membuat laporan.

A. PENDEFINISIAN TUJUAN YANG AKAN DICAPAI


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan simulasi reservoir adalah
menentukan tujuan dilaksanakannya simulasi reservoir. Disamping karakterisasi
batuan dan khususnya fluida reservoir, tujuan dari pekerjaan simulasi ini selalu
menjadi alasan utama pemilihan model simulasi yang tepat. Misalnya, walaupun
fluida reservoir yang ditinjau termasuk kategori gas kering/dry gas, maka model
simulasi yang tepat adalah model multi-component/compositional (bukan blackoil)
bila tujuan dari simulasi tersebut untuk mengetahui jumlah LNG atau LPG yang akan
diproduksikan.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-087 Pemilihan Model Simulasi Reservoir.

B. KARAKTERISASI RESERVOIR (RESERVOIR CHARACTERIZATION)


Karakterisasi reservoir merupakan dasar dalam pembangunan model simulasi
reservoir. Karakterisasi reservoir dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data
geologi dan geofisika, data fluida, dan data petrofisika sehingga didapat sebuah
model yang mewakili kondisi reservoir sebernarnya.
Sebagai catatan penting, bahwa data yang digunakan dalam simulasi reservoir
harus diperoleh dari formasi reservoir yang ditinjau. Jika data-data yang demikian
tidak tersedia maka digunakan data yang bisa mewakili formasi reservoir tersebut.
Data yang mewakili bisa diperoleh dari formasi serupa pada lapangan lain/tetangga
atau dari korelasi yang validitasnya telah teruji.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 86 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Data-data karakterisasi reservoir minimal yang harus dimiliki untuk melakukan


simulasi reservoir adalah:
1. Data Produksi:
1) Data laju alir harian minyak, gas, dan air.
2) Data tekanan yang diperoleh dari welltesting atau pressure survey.
2. RCAL / SCAL.
3. PVT Test. Jika memungkinkan dilakukan pada kondisi awal.
Saat melakukan studi simulasi reservoir, bila memungkinakan perlu dilakukan
analisis atau studi lainnya yang akan membantu pekerjaan simulasi seperti:
1. Analisis material balance untuk evaluasi OOIP.
2. Uji Sumur/transient analysis untuk menentukan kondisi reservoir (homogen atau
heterogen), permebilitas horizontal, batas reservoir, permeabilitas rata-rata dan
faktor skin dan sumur yang diuji.
3. Analisa PVT untuk pemodelan fluida.
4. Decline curve analysis untuk evaluasi OOIP.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-040 Penentuan Jenis Fluida Reservoir.
C-041 Pengambilan Sampel Fluida Reservoir.
C-042 Analisa Fluida di Laboratorium.
C-043 Analisis Hasil PVT.
C-051 Perhitungan Cadangan dan Peramalan Kinerja Reservoir dengan
Material Balance.
C-052 Perhitungan Cadangan dan Peramalan Kinerja Reservoir dengan
Decline Curve
C-060 Perencanaan Uji Sumur Secara Umum.
C-064 Analisa Hasil Uji Drawdown Dan Uji Batas-Batas Reservoir.
C-065 Analisa Hasil Uji Buildup untuk Sistem Porositas Tunggal.
C-070 Analisa Hasil Uji Pressure Buildup untuk Gas.
C 001 – 032.

C. PEMILIHAN DAN PEMBANGUNAN MODEL RESERVOIR


Tahapan yang dilakukan dalam proses pemilihan model adalah:
1. Deskripsi Tujuan Simulasi
Pada tahap ini tujuan dilakukannya simulasi ditentukan untuk menjadi dasar dan
batasan dari studi simulasi yang akan dilakukan misalnya: simulasi untuk
produksi LPG/LNG, simulasi untuk EOR, simulasi pengembangan lapangan,
simulasi pemodelan pola aliran. Tujuan ini akan membatasi seberapa luas studi
akan dilakukan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 87 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

2. Analisis Karakterisasi Fluida


Dari tujuan simulasi diperoleh jenis fluida dan alasan simulasi akan dilakukan,
sehingga diperlukan karakterisasi fluida sesuai dengan tujuan simulasi yang
ingin dicapai. Misalnya, jika ingin melakukan simulasi untuk pengembangan
lapangan gas, dapat menggunakan simulator black oil sebagai jenis simulator
yang dipakai karena efisiensi waktu dan jenis simulator ini sudah mencukupi
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Lain halnya jika
pengembangan lapangan dilakukan untuk produksi LNG/LPG dimana
komposisi gas pembentuknya perlu diketahui sehingga harus digunakan
simulator komposisional sebagai jenis simulatornya.
3. Analisis Karakterisasi Batuan
Melalui data geologi dan geofisika lapangan tersebut, dapat dipilih model batuan
yang akan digunakan dalam pemodelan simulasi reservoir ini. Misalnya pada
lapangan karbonat rekah alam, yang memiliki dua jenis porositas, maka
digunakan model batuan dual-porosity sehingga dapat memodelkan keadaaan
reservoirnya. Lain halnya pada reservoir sandstone yang jarang terjadi rekahan
maka digunakan model single-porosity sebagai model batuannya.
4. Penentuan Dimensi Model
Hasil dari tujuan simulasi juga digunakan untuk mengidentifikasi dimensi model
yang akan dipilih. Jika studi simulasi digunakan untuk studi seluruh lapangan
maka digunakan model 3D sebagai dimensi modelnya, jika model dipergunakan
untuk pemodelan pola aliran maka digunakan pemodelan 2D, lain halnya jika
model hanya digunakan untuk analisis material balance, maka bisa digunakan
model 0D/1D.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-087 Pemilihan Model Simulasi Reservoir.
C-088 Pemilihan Dan Pengujian Grid Untuk Simulasi Reservoir.
C-089 Pembuatan Model Grid Untuk Sumur Berpola.
C-097 Pengerjaan Simulasi Full Field.
C-098 Pengaturan Parameter Numerik Simulasi.

D. PENYELARASKAN VOLUME HIDROKARBON (INISIALISASI)


Inisialisasi reservoir bertujuan untuk menentukan volume hidrokarbon mula-mula di
dalam reservoir. Inisialisasi dilakukan dengan mendistribusikan saturasi dan tekanan
diseluruh grid pada model simulasi reservoir.
Distribusi saturasi dilakukan dengan menganalisis tekanan kapiler dari sampel core
formasi yang ditinjau dengan menggunakan metode rock typing salah satunya
adalah J-Function.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 88 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Distribusi tekanan dilakukan dengan bantuan data RFT dan kurva P C vs Sw


denormalisasi J-Function. Dengan demikian, tekanan per grid-block dapat diketahui
sesuai dengan rock type masing-masing.
Beberapa aturan dalam penyelarasan volume hidrokarbon adalah:
1. Untuk lapangan baru: referensi volume hidrokarbon berasal dari model statik.
2. Untuk lapangan tua: referensi volume hidrokarbon berasal dari hasil analisa
material balance dan dapat pula dibantu dengan analisa decline curve.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-090 Penginisialisasian Model Simulasi Reservoir.
C-035 Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata-Rata.
C-049 Perhitungan OOIP dan OGIP.
C-051 Perhitungan Cadangan dan Peramalan Kinerja Reservoir dengan
Material Balance.
C-052 Perhitungan Cadangan dan Peramalan Kinerja Reservoir dengan
Decline Curve
C-098 Pengaturan Parameter Numerik Simulasi.

E. PENYELARASAN KINERJA MODEL RESERVOIR DENGAN SEJARAH


PRODUKSI (HISTORY MATCHING)
Penyelarasan kinerja reservoir atau history matching bertujuan untuk menyelaraskan
model simulasi reservoir dengan sejarah kinerja lapangan (produksi dan tekanan).
Penyelarasan sejarah dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Penyelarasan sejarah tekanan
Melakukan penyelarasan tekanan (tekanan rata-rata, tekanan regional, dan
tekanan sumur) hasil simulasi dengan sejarah lapangannya.
2. Penyelarasan sejarah saturasi
Melakukan penyelarasan saturasi (Water Cut/WOR, GOR) hasil simulasi dengan
sejarah lapangannya.
3. Penyelarasan sejarah indeks produktifitas
Melakukan penyelarasan indeks produktifitas sumur pada tiga hingga enam
bulan terakhir sebelum studi dilaksanakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penyelarasan sejarah lapangan:
1. Data sejarah lapangan yang digunakan harus lengkap dan meyakinkan.
2. Penyelarasan sejarah kinerja reservoir lebih difokuskan pada formasi-formasi
yang memiliki kontribusi paling besar terhadap produksi dari reservoir tersebut.
3. Upaya penyelarasan yang mengakibatkan perubahan volume hidrokarbon, baik
keseluruhan atau regional harus di sepakati oleh tim GGR.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 89 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

TKI yang terkait, lihat TKI No:


C-091 Penyelarasan Sejarah Kinerja Reservoir Secara Umum.
C-092 Penyelarasan Sejarah Tekanan.
C-093 Penyelarasan Sejarah Saturasi.
C-094 Penyelarasan Sejarah Indeks Produktivitas.
C-096 Pembuatan Splitting Produksi.
C-058 Peramalan Kinerja Reservoir dengan Water Coning
C-059 Peramalan Kinerja Reservoir dengan Gas Coning

F. PERAMALAN PRODUKSI DENGAN BERBAGAI SKENARIO PENGEMBANGAN


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan peramalan produksi adalah:
1. Menetapkan skenario perencanaan pengembangan lapangan, mencakup hal –
hal berikut ini:
a. Base case adalah peramalan produksi tanpa kegiatan tambahan (infill drilling,
workover, maupun injeksi). Skenario ini sering juga disebut sebagai skenario
existing.
b. Skenario 1 adalah peramalan produksi base case + infill drilling.
c. Skenario 2 adalah peramalan produski base case + workover.
d. Skenario 3 adalah peramalan produksi base case + injeksi peripheral.
e. Skenario 4 adalah peramalan produksi base case + injeksi berpola (5 spot, 4
spot, dan lain-lain)
f. Skenario 5 adalah skenario EOR / skenario kombinasi.
Skenario pengembangan yang dipilih harus disepakati oleh tim teknis dan
manajemen perusahaan.
2. Melakukan peninjauan dan analisis terhadap hasil peramalan produksi.
3. Evaluasi dan pemantauan terhadap hasil peramalan produksi.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-095 Peramalan Kinerja Reservoir.
C-080 Peramalan Kinerja Injeksi Air.
C-081 Peramalan Kinerja Injeksi Uap.
C-082 Peramalan Kinerja Cyclic Steam.
C-083 Peramalan Kinerja Injeksi Polimer.

G. PELAPORAN
Pelaporan studi simulasi reservoir bertujuan untuk menyajikan hasil dan analisis
yang telah dilakukan. Laporan ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
teknis untuk manajemen perusahaan dalam pengembangan lapangan atau tujuan-
tujuan lainnya. Mengingat banyaknya kemungkinan tujuan dilakukannya studi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 90 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

simulasi reservoir, tidak ada format khusus laporan yang diwajibkan. Namun, setiap
langkah dalam studi simulasi seperti yang dituliskan pada awal pedoman ini harus
merupakan bagian (BAB) tersendiri dalam laporan. Berikut ini adalah contoh struktur
laporan yang sebaiknya dituliskan pada setiap laporan:
1. BAB 1 tentang pendahuluan berisi:
1) Latar belakang lapangan.
2) Tujuan.
3) Ruang lingkup pekerjaan.
2. BAB 2 tentang lingkungan geologi reservoir berisi:
1) Deskripsi geologi dan geofisika.
2) Model reservoir.
3. BAB 3 tentang ananlisis karakterisasi reservoir berisi:
1) Pesebaran porositas.
2) Pesebaran permeabilitas.
3) Tipe batuan.
4) Analisis PVT
4. BAB 4 Analisis/Studi pendukung mengenai kemampuan reservoir berisi:
1) Mekanisme produksi.
2) Tenaga pendorong.
3) Perhitungan esitamted ultimate recovery (EUR).
4) Proposal pengembangan lapangan:
a. Batasan produksi.
b. Fasilitas produksi.
c. Permasalahan produksi.
5. BAB 5 tentang pemodelan reservoir berisi:
1) Sistem grid reservoir.
2) Trajektori sumur dan sejarah komplesi.
3) Inisialisasi
4) History matching
6. BAB 6 tentang prediksi kemampuan reservoir berisi:
1) Base case.
2) Skenario 1 adalah peramalan produksi base case + infill drilling.
3) Skenario 2 adalah peramalan produski base case + workover.
4) Skenario 3 adalah peramalan produksi base case + injeksi peripheral.
5) Skenario 4 adalah peramalan produksi base case + injeksi berpola (5 spot, 4
spot, dan lain-lain).
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 91 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

6) Skenario 5 adalah skenario EOR / skenario kombinasi.


7. BAB 7 tentang kesimpulan dan rekomendasi yang berisi tentang hasil dan analisis
alternatif skenario pengembangan lapangan yang akan dipilih dan digunakan.
Susunan pelaporan diatas dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan keperluan
dari perusahaan.

LAMPIRAN
Lampiran 1 – TKI yang Berhubungan dengan Simulasi Reservoir
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 92 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB VI
PEDOMAN KETEKNIKAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS

Pengelolaan Keteknikan Reservoir dan Produksi Minyak dan Gas di bidang Teknik
Produksi meliputi 7 (tujuh) kelompok TKI, yang meliputi:
1. Perhitungan kehilangan tekanan dan temperature
2. Analisa Sistem Nodal
3. Metoda Pengangkatan Buatan
4. Perancangan Komplesi
5. Perancangan Stimulasi Sumur
6. Penanggulangan Masalah Produksi
7. Fasilitas Produksi
Masing-masing kelompok memiliki beberapa TKI yang menjadi acuan kerja dalam
merancang, menganalisa, maupun mengevaluasi seluruh aspek-aspek dalam bidang
Teknik Produksi termasuk di dalamnya troubleshooting permasalahan yang umum
dijumpai. Di masing-masing judul TKI akan dilengkapi dengan langkah-langkah yang
harus diikuti, mulai dari langkah persiapan data, langkah perhitungan, langkah
pembuatan grafik, sampai dengan langkah instalasi peralatan ataupun operasional.
Selain langkah-langkah perhitungan yang disusun sampai menghasilkan parameter
operasional dalam perancangan, di setiap judul dan sub-judul dilengkapi dengan latar
belakang teori yang digunakan dalam penyusunan TKI, serta disampaikan pula referensi
untuk setiap latar belakang yang menunjang penyusunan tersebut.
Berikut ini akan disampaikan Panduan Umum untuk tujuh judul TKI, yang rincian untuk
masing-masing judul, dalam bentuk langkah-langkah perhitungan, disampaikan secara
rinci dalam poin-poin selanjutnya.

A. PERHITUNGAN KEHILANGAN TEKANAN DAN TEMPERATUR


Pada sistem sumur produksi ataupun injeksi fluida reservoir akan mengalir secara
kontinu melalui komponen-komponen dalam sistem secara berturutan. Selama
mengalir tersebut, dari lapisan produktif sampai ke fasilitas produksi di permukaan,
fluida reservoir akan berada dalam elevasi yang berbeda, dimana perubahan elevasi
tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan panas ke sekitar sumuryang
menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik fluida yang mengalir, terutama
densitas dan viskositas. Selain terjadi penurunan temperatur sepanjang aliran,
terjadi pula kehilangan tekanan, yang disebabkan oleh perubahan elevasi, gesekan
antara fluida dengan pipa, dan kehilangan tekanan akibat perubahan energi kinetik.
Kehilangan temperatur dan tekanan tersebut di setiap komponen dalam sistem
sumur produksi perlu ditentukan secara teliti karena keduanya secara keseluruhan
sangat mempengaruhi kinerja sistem sumur produksi.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 93 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Perhitungan kehilangan tekanan dan temperatur yang akan diuraikan pada judul TKI
ini dibedakan sesuai dengan fasa fluida yang mengalir. Pada sistem sumur produksi
3 kemungkinan fasa fluida yang dapat mengalir, sesuai dengan reservoirnya, yaitu
dapat berupa gas kering, campuran gas dan cairan (gas dan kondensat atau gas
dan air), dan campuran fluida gas dan cairan (2 fasa). Metode perhitungan
kehilangan temperatur dan tekanan akan dibedakan menjadi 3 kemungkinan fasa
fluida tersebut. Selain itu metode perhitungan kehilangan tekanan juga dibedakan
terkait dengan kemiringan pipa, yaitu horizontal, miring, atau vertikal.
Perhitungan kehilangan temperatur dibedakan sesuai dengan fluida yang mengalir,
yaitu untuk aliran gas kering digunakan persamaan Sukarno&A. Retnanto yang
diturunkan secara analitis. Sedangkan untuk aliran dua fasa digunakan persamaan
Hasan&Kabir yang diturunkan dengan menggunakan model semi-mekanistik, dan
persamaan Shiu&Beggs untuk aliran dua fasa yang dikembangkan berdasarkan
pendekatan empiris.
Untuk fluida yang mengalir berupa gas kering digunakan metode Cullender & Smith
untuk aliran vertikal, dan metode Weymouth atau Panhandle untuk aliran gas dalam
pipa horizontal. Sedangkan untuk aliran fluida campuran gas dengan kondensat atau
gas dengan air, digunakan persamaan Peffer atau Sutopo&Sukarno, dimana
persamaan Peffer merupakan pengembangan dari persamaan Cullender & Smith
yang dilakukan secara analitis, sedangkan persamaan Sutopo&Sukarno
dikembangkan berdasarkan Cullender&Smith tetapi menggunakan data nyata dari
Rail Road Commision di Texas USA. Untuk fluida dua fasa, yang merupakan
campuran antara gas, dan campuran minyak dan air, pada TKI ini disampaikan 3
metode yang dianggap dapat mewakili pipa yang dialiri fluida dua fasa, yaitu untuk
pipa vertikal, metoda Hagedorn&Brown, untuk pipa miring digunakan
Mukherjee&Brill, dan untuk pipa horizontal berdiameter besar digunakan
Beggs&Brill.Selain itu, TKI ini juga mencantumkan perhitungan kehilangan tekanan
untuk aliran fluida cair satu fasa, minyak atau air, yang dikembangkan dari
persamaan energi.
Perhitungan kehilangan tekanan pada pipa, dimana terjadi perubahan tekanan dan
temperatur secara serentak, maka metode perhitungan tekanan digabungkan
dengan perhitungan perubahan temperatur. Pada setiap segmen panjang pipa,
kedua persamaan tersebut digunakan secara berkaitan secara iteratif sampai
diperoleh hasil yang konvergen.
Persyaratan penggunaan metode-metode tersebut disampaikan dalam TKI, yang
harus dipenuhi sebelum penggunaan metode tersebut. Penggunaan metode
tersebut dapat dilakukan dengan baik jika sebelumnya dilakukan validasi terhadap
data nyata di lapangan/sumur/pipeline, sehingga hasil penggunaan metode tersebut
dapat dipercaya.
TKI yang terkait, lihat TKI No:
C-099 Perhitungan Tekanan Alir Dalam Tubing Untuk Sumur Gas Dengan
Metode Cullender-Smith
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 94 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-100 Perhitungan Tekanan Alir Dalam Tubing Untuk Sumur Gas Dengan
Metode Hagedorn-Brown, Beggs-Brill, Dan Mukherjee-Brill
C-101 Perhitungan Tekanan Alir Dalam Tubing Untuk Sumur Gas Dengan
Metode Peffer-Miller-Hill, Hasan-Kabir, Dan Sutopo-Sukarno
C-102 Perhitungan Temperatur Alir Dalam Tubing Dengan Metode Shiu-
Beggs, Rajiv-Sagar, Hasan-Kabir, Alves-Alhanati-Shoham
C-103 Perhitungan Temperatur Alir Dalam Tubing Dengan Metode Sukarno-
Retnanto

B. ANALISA SISTEM NODAL


Analisa sistem nodal merupakan metoda yang dapat digunakan untuk perancangan
dan analisa operasi sumur produksi atau injeksi, berdasarkan integrasi seluruh
komponen dalam sistem sumur. Penggunaan metoda ini memerlukan pemahaman
tentang kinerja masing-masing komponen serta keterkaitan antara kinerja komponen
yang berurutan. Kinerja setiap komponen dalam sistem sumur dinyatakan dalam
bentuk hubungan antara tekanan dan laju produksi, dimana pada titik pertemuan
antara dua komponen yang berhubungan tersebut, harga tekanan dan laju produksi
sama besarnya.
Integrasi kinerja antara dua komponen yang berhubungan dinyatakan dalam plot
antara tekanan terhadap laju produksi untuk masing-masing komponen, dan kinerja
masing-masing komponen dinyatakan dalam bentuk kurva. Perpotongan antara dua
kurva kinerja komponen menunjukkan harga tekanan dan laju produksi yang sama
yang berlaku di titik temu antara dua komponen tersebut.
Berdasarkan pada komponen-komponen pada sistem sumur produksi/injeksi,
pertemuan antara dua komponen yang berturutan disebut sebagai titik nodal. Untuk
sistem sumur produksi yang sederhana secara berurutan akan terdiri dari lapisan
produktif, tubing, flowline, dan separator, dan ditemui 3 titik nodal, yaitu titik nodal 1
(pertemuan antara titik keluar lapisan produktif dengan titik masuk tubing), titik nodal
2 (pertemuan antara titik outlet tubing dengan titik masuk flowline), dan titik nodal 3
(pertemuan antara titik outlet flowline dengan titik masuk separator). Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, bahwa pada titik nodal tersebut harga tekanan dan laju
produksi sama besarnya, yang jika dinyatakan secara grafis kondisi ini ditemui
sebagai titik potong antara dua kurva kinerja komponenyang berhubungan.
Berdasarkan pada uraian diatas, maka perlu difahami tentang kinerja masing-
masing komponen dalam sistem sumur produksi/injeksi, yang pada dasarnya terdiri
dari :
1. Komponen lapisan produktif/Inflow Performance Relationship (IPR)
2. Komponen perforasi/gravel pack
3. Komponen tubing
4. Komponen well head/choke
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 95 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

5. Komponen flowline
6. Komponen separator
1. Komponen Lapisan Produktif
Kinerja lapisan produktif dinyatakan dalam bentuk hubungan antara tekanan
alir dasar sumur dengan laju produksi, dibawah kondisi aliran pseudo-steady
state pada saat tekanan statik lapisan produktif tertentu, serta konfigurasi dasar
lubang sumur tertentu dan jumlah fasa fluida yang mengalir tertentu. Dengan
demikian TKI untuk Inflow Performance Relationship akan dibagi sesuai
dengan kondisi tersebut diatas, yang meliputi :
1. Fasa fluida yang mengalir, yaitu gas kering, gas dan kondensat, gas dan
minyak, serta gas, minyak dan air (single-phase, two-phase, three-phase)
2. Jenis batuan lapisan produktif, yaitu sandstone, atau naturally fractured
lapisan
3. Konfigurasi sekitar dasar lubang sumur (open hole, perforated, fracturing,
acidizing, vertical/horizontal/slanted well)
4. Jenis driving mechanism dari lapisan produktif
2. Komponen Wellhead – Choke
Komponen wellhead choke mempunyai fungsi untuk mengatur laju produksi
sumur, serta dapat engatasi back-pressure dari flowline/separator. Surging
effect akibat tidak kontinu-nya aliran dalam flowline, atau back pressure dari
separator yang bekerja pada suatu tekanan kerja tertentu, dapat menyebabkan
produksi sumur tidak tetap. Hal ini dapat diatasi dengan memasang wellhead
choke dengan ukuran tertentu yang pada tekanan kepala sumur tertentu dapat
menghasilkan tekanan pada downstream choke sedemikian rupa sehingga
aliran dalam choke mempunyai kecepatan diatas kecepatan suara yang
merambat di fluida produksi. Kondisi ini disebut sebagai kondisi kritis.
Seperti halnya aliran dalam tubing/flowline, persamaan yang
merepresentasikan kinerja choke dikembangkan oleh beberapa peneliti,
dimana bentuk dasar persamaannya tidak jauh berbeda. Dengan demikian
pemilihan metode yang tepat harus melalui proses validasi, dengan
membandingkan antara data hasil pengukuran dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode yang dipilih tersebut.
3. Analisa Sistem Nodal
Analisa sistem nodal adalah metode yang digunakan untuk merancang
instalasi peralatan sistem sumur produksi/injeksi dan/atau melakukan analisa
kinerja produksi sistem sumur produksi/injeksi. Perancangan atau analisa
dilakukan pada titik nodal tertentu, dan dapat dilakukan crossplot antara dua
kinerja komponen yang saling bertemu, dimana perpotongan kurva yang
mewakili kinerja dua komponen menghasilkan laju produksi dan tekanan aliran
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 96 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

pada titik pertemuan tersebut. Penggunaan analisa sistem nodal pada titik
nodal yang berbeda akan selalu menghasilkan harga laju produksi yang sama,
sehingga pemilihan titik nodal tidak menjadi suatu hal yang penting.
Dengan menggunakan analisa sistem nodal ini dapat dilakukan perancangan
penggunaan ukuran tubing ataupun ukuran flowline ataupun ukuran choke,
sehingga dapat dihasilkan laju produksi yang sesuai dengan yang diharapkan.
Laju produksi yang dihasilkan tersebut akan berada dalam batasan
kemampuan lapisan produktif, sesuai dengan IPR dari lapisan produktif.
Berdasarkan hasil analisa sistem nodal dengan melakukan sensitivitas
terhadap konfigurasi lubang perforasi, sensitivitas ukuran tubing/flowline,
ukuran choke, dan tekanan operasi separator, maka dapat ditentukan laju
produksi yang sesuai dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
suatu lapisan produktif tertentu.
Untuk sumur-sumur dengan peralatan produksi yang sudah terpasang, dengan
menggunakan analisa sistem nodal dapat ditentukan ukuran choke supaya laju
produksi sumur sesuai dengan alokasi produksi untuk sumur tersebut.
Analisa sistem nodal tersebut merupakan pekerjaan rutin jika dikaitkan dengan
perubahan variabel produksi, seperti peningkatan water cut, peningkatan atau
penurunan perbandingan gas – liquid, penurunan tekanan reservoir,
perubahan tekanan kerja separator, akan menentukan laju produksi yang
dihasilkan. Selain itu, dengan menggunakan analisa sistem nodal ini dapat
diperkirakan waktu perubahan metode produksi, dari sembur alam menjadi
pengangkatan buatan.
TKI yang terkait, lihat TKI No :
C-104 Pembuatan Kurva IPR
C-105 Perhitungan Pressure Drop Pada Sumur Injeksi Gas Dan Air
C-106 Perhitungan Analisis Sistem Nodal Dan Pemilihan Jepitan
C-107 Perhitungan Tekanan Upstream-Downstream Dan Kapasitas Pipa
Salur
C-108 Pelaksanaan Analisis Jaringan Pemipaan

C. SISTEM PENGANGKATAN BUATAN


Sistem pengangkatan buatan digunakan ketika sumur minyak sudah tidak dapat
mengalirkan minyak secara alami dari dasar sumur menuju permukaan.Sucker rod
pump (SRP), plunger lift, electrical submersible pump (ESP), jet pump, gas lift, dan
progressive cavity pump (PCP) merupakan sistem pengangkatan buatan. Perhatikan
hal-hal berikut sebelum memilih metode pengangkatan buatan yang akan
digunakan:
1. Kondisi sumur terakhir sebelum dipasang sistim pengangkatan buatan (meliputi
inflow performance sumur, dimensi fisik sumur, dan sifat fluida sumur).
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 97 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode


3. Komponen masing-masing sistem pengangkatan buatan
4. Pertimbangan peralatan downhole
5. Efisiensi operasi
6. Faktor ekonomi
Pada sumur yang memiliki masalah kepasiran, gunakan salah satu metode
pengangkatan buatan sebagai berikut:
1. Gas lift kontinu
2. PCP
Pada sumur yang memiliki masalah keberadaan parafin, gunakan salah satu
metode pengangkatan buatan berikut:
1. ESP
2. PCP
3. Plunger lift
Pada sumur miring, gunakan salah satu metode pengangkatan buatan berikut:
1. Gas lift kontinu atau intermiten
2. Pompa jet
3. Plunger lift
Sedangkan pada sumur yang memiliki masalah korosi, gunakan SRP sebagai
metode pengangkatan buatan.
Gunakan pompa jet sebagai metode pengangkatan buatan pada sumur dalam.
Pada sumur offshore, gunakan salah satu metode pengangkatan buatan berikut:
1. ESP
2. Pompa jet
3. Gas Lift
Jangan menggunakan SRP pada sumur offshore karena tidak efisien dari segi
tempat.

Gunakan salah satu metode pengangkatan buatan berikut ini untuk aplikasi pada
sumur dengan temperatur tinggi:
1. SRP
2. Pompa jet
3. Plunger lift
Pada sumur minyak ketika produksi terdapat gas >25%, jangan gunakan ESP
karena dapat menyebabkan masalah yang fatal. Sebaliknya, ketika ada gas yang
ikut terproduksi gunakan gas lift atau plunger lift sebagai metode pengangkatan
buatan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 98 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Terdapat faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan desain


instalasi gas lift kontinu yang berhubungan dengan proses instalasi dan
unloading sumur:
1. Syarat valve dalam aliran kotinu harus sensitif terhadap tekanan tubing ketika
berada dalam posisi terbuka.
2. Tekanan separator dan tekanan alir kepala sumur.
Tekanan balik permukaan penting diketahui untuk menentukan letak valve
pertama.
3. Lokasi top valve.
Lokasi valve ini penting diketahui agar mencapai proses unloading secara
sempurna.
4. Tekanan dan volume gas yang diinjeksikan.
Dua faktor ini berperan penting dalam mengontrol laju produksi. Jika tersedia
gas dengan tekanan tinggi maka jumlah gas yang dibutuhkan untuk diinjeksikan
akan berkurang. Namun, jika tersedia sumber gas yang tidak terbatas maka
dapat digunakan gas dengan tekanan berapapun tetapi harus dicapai drawdown
yang maksimum agar didapatkan produksi yang maksimum.
5. Temperatur bottom hole dan gradien temperatur alir.
6. Unloading gradient dan jarak antar valve .
7. Ukuran konfigurasi aliran dan laju produksi. Hal ini berhubungan dengan
masalah ekonomi dan laju alir.
8. Pengaturan valve, masing-masing valve yang dipasang dalam instalasi gas lift
memiliki karakteristik operasi yang berbeda-beda.
9. Pendekatan yang digunakan dalam instalasi aliran kotinu
Pendekatan berikut ini akan memberikan gambaran lebih cepat sebelum
melakukan prosedur yang lebih detail dari berbagai macam faktor dalam desain
aliran kotinu.
a. Tekanan yang dibutuhkan : 100 psi untuk setiap kedalaman 1,000 ft berlaku
jika tekanan berada dalam rentang 300 – 1500 psi. Untuk tekanan 1800 –
2200 psi dapat digunakan valve tetapi agar memiliki umur peralatan yang
bagus tidak direkomendasikan untuk tekanan lebih besar dari 1800 psi.
Untuk orifice dapat digunakan pada setiap nilai tekanan.
b. Volume gas yang dibutuhkan : 150 – 250 scf/B untuk setiap pengangkatan
1,000 ft. Namun, dapat digunakan kurva gradien atau perhitungan
menggunakan komputer agar didapatkan hasil yang lebih akurat.
c. Kedalaman sumur yang diperbolehkan untuk aliran gas lift kotinu dalam
tubing (berlaku hanya untuk diameter luar tubing 2⅜ dan 2⅞ inci). Kedalaman
dapat dihitung menggunakan persamaan : Tekanan operating injeksi
dipermukaan dikurangi dengan tekanan kepala sumur dibagi 0.15.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 99 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

d. Kedalaman sumur yang diperbolehkan untuk aliran kotinu dalam anulus dapat
dihitung menggunakan persamaan : Tekanan operating surface dikurangi
dengan tekanan kepala sumur dibagi 0.2.
10.Laju alir maksimal dan minimal
11.Tipe instalasi
12.Penggunaan korelasi aliran multifasa
Perhatian khusus harus dilakukan pada tekanan yang dipakai dalam penentuan
spasi valve (seperti pada penentuan kedalaman valve dengan metoda grafis). Jika
menggunakan balanced valve maka digunakan 25 psi (beda tekanan valve), dimulai
dengan valve (1) dengan seting tekanan operasi permukaan adalah tekanan kick off
dikurangi 50 psi. Jika valve unbalanced digunakan, spasi valve (1) akan sama seperti
biasa dan valve selanjutnya dilakukan dengan tekanan operasi tetap atau
menggunakan tekanan drop 10 psi tiap valve tergantung setting valve yang
digunakan.
Berikut adalah faktor khusus yang harus diperhatikan dalam perencanaan sumur
dengan pompa jet:
1. kavitasi (cavitation), yaitu keadaan di mana kecepatan fluida yang masuk terlalu
cepat, sehingga tekanan turun di bawah tekanan titik gelembung (bubble point
pressure), sehingga gelembung gas yang keluar dari larutan akan mengakibatkan
getaran (shock wave) yang dapat mengikis dinding throat. Kerusakan pompa
dapat terjadi dalam waktu relatif singkat (beberapa jam atau beberapa hari saja
setelah kejadian tersebut).
2. Ukuran dan bentuk nozzle dan throat mempengaruhi laju alir.Sedangkan luas
nozzle dan luas throat mempengaruhi head yang terjadi.
Makin besar perbandingan luas nozzle terhadap throat maka makin besar head
yang bisa didapat karena laju produksi yang didapat berkurang, dan ini berarti
makin besar energi (momentum) yang bisa diserap oleh sejumlah fluida produksi
tadi. Keadaan ini cocok untuk kedalaman pompa yang relatif dalam dengan laju
produksi rendah. Apabila perbandingan nozzle terhadap throat berkurang, maka
luas daerah masuknya fluida produksi lebih besar, dan ini berarti relatif lebih
sedikit momentum yang bisa dipindahkan, yang berarti pula laju produksi besar
tetapi head kecil. Pompa jet ini sesuai untuk sumur dengan dangkal dengan laju
produksi relatif besar. Memproduksikan dengan laju besar tetapi nozzle besar
akan menyebabkan kehilangan tekanan akibat geseran di lubang masuk sangat
besar, dan sebaliknya memproduksikan dengan laju kecil tetapi lubang masuk
besar (suction besar, nozzle kecil) dapat menyebabkan turbulensi pada throat
karena jet yang sangat cepat, sehingga keadaan ini tidak effisien
TKI yang terkait, lihat TKI No :
C-109 Pemilihan Metode Pengangkatan Buatan
C-110 Perencanaan Dan Analisis Kerusakan SRP
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 100 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-111 Perencanaan Pompa Jet


C-112 Perencanaan Dan Analisis Kerusakan ESP
C-113 Perencanaan PCP
C-114 Perencanaan Gas Lift Kontinu
C-115 Perencanaan Gas Lift Intermiten
C-116 Perencanaan Plunger Lift
C-117 Perhitungan Tekanan Dengan Data Akustik

D. PERANCANGAN KOMPLESI
Perancangan komplesi adalah proses mengubah lubang sumur yang telah dibor
menjadi sistem sumur produksi atau injeksi yang aman dan efisien. Perhatikan
persyaratan-persyaratan berikut sebelum melakukan perancangan:
1. Komplesi yang dirancang harus dapat menjamin komunikasi antara reservoir
dengan lubang sumur tetap optimal tanpa menyebabkan damage ke dalam
formasi.
2. Pastikan ikatan semen antara casing dan formasi benar-benar baik untuk
menjamin isolasi antar zona hidrokarbon dan juga aquifer. Jika perlu lakukan
evaluasi ikatan semen untuk menghindari adanya channeling.
3. Laju alir harus dapat dikontrol sehingga tidak terjadi fluktuasi yang dapat
menyebabkan berbagai permasalahan, seperti coning dan kepasiran.
4. Komplesi sumur harus kompatibel untuk peralatan-peralatan artificial lift ke
depannnya. Konfigurasi komplesi juga harus dapat mengakomodasi operasi-
operasi perawatan sumur, workover, maupun stimulasi.
5. Peralatan-peralatan komplesi yang digunakan harus tahan terhadap korosi yang
mungkin diakibatkan corrosive materials seperti kandungan H 2S dan CO2 yang
berlebih, maupun fluida treatment yang mengandung asam dan salt water dengan
salinitas tinggi.

Salah satu tahap yang penting dalam komplesi, khususnya untuk tipe cased-hole
completion, adalah penentuan panjang interval perforasi. Penentuan panjang
interval yang akan diperforasi bukan hanya tergantung pada litologis dan kelakuan
fisis formasi produktif, tetapi juga perlu diperhatikan letak sumur pada reservoir,
misalnya pada kasus antiklinal yang diskemakan pada Gambar 1, hendaknya
pemilihan interval perforasi pada sumur no. 2 tidak dibuka pada seluruh interval
formasi untuk menghindari terjadinya water coning secara dini, juga pada sumur no.
3 hendaknya menghindari pengaruh lapisan gas.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 101 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 1. Skema sumur pada zona formasi


Adapun dalam pemilihan pola dan jenis perforator yang akan digunakan, faktor-
faktor di bawah harus menjadi pertimbangan:
1. Apakah perforating gun akan di-run menggunakan wireline atau melalui tubing
atau drillstring
2. Apakah perforasi akan dilakukan secara underbalance (tekanan lubang sumur
pada saat perforasi kurang dari tekanan reservoir) atau overbalance (tekanan
lubang sumur lebih besar dari tekanan reservoir)
3. Setelah perforasi dilakukan, apakah peralatan perforasi yang telah dipakai
(seperti sisa gun, charge, dan charge carrier) akan diangkat kembali ke
permukaan atau akan ditinggalkan di dalam lubang sumur
4. Apakah perforasi akan dilakukan sebelum atau setelah dilakukannya
pemasangan peralatan komplesi pada sumur
TKI yang terkait, lihat TKI No :
C-118 Penentuan Tipe Komplesi Sumur
C-119 Penentuan Panjang Interval Perforasi
C-120 Penentuan Pola Dan Jenis Perforasi

E. PERANCANGAN STIMULASI SUMUR


Pekerjaan stimulasi dirancang dengan mempertimbangkan kondisi sumur, tipe
komplesi, dan kondisi reservoir. Secara umum pekerjaan stimulasi terbagi ke dalam
dua tahapan:
1. Pra-perancangan
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 102 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Tahap pra-perancangan dilakukan guna mengidentifikasi permasalah kerusakan


formasi (formation damage) yang terjadi.Hasil diagnosa atau identifikasi tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk menetukan metode treatment yang
sesuai.
2. Perancangan metode stimulasi
Pada tahap ini, dilakukan perancangan sesuai dengan metode yang telah dipilih.
Analisa laboratorium mungkin saja diperlukan dalam menentukan jenis fluida
treatment, konsentrasi, tekanan injeksi, laju alir, serta parameter lain yang
diperlukan. Pengangkatan endapan dan pencucian perforasi cukup dengan
mensirkulasikan fluida treatment tanpa menginjeksikannya ke dalam formasi.
Untuk permasalahan lain maka fluida treatment harus diinjeksikan kedalam matrix
formasi. Penginjeksian ke formasi ini dapat dilakukan tanpa melebihi tekanan
rekah maupun melebihi tekanan rekah sesuai dengan target dan tujuannya.
TKI yang terkait, lihat TKI No :
C-121 Penilaian Kerusakan Formasi di Sekitar Lubang Sumur
C-122 Pemilihan Metode Stimulasi
C-123 Perancangan Pengasaman Matrix Batuan Formasi
C-124 Perancangan Perekahan Hidraulik

F. PENANGGULANGAN MASALAH PRODUKSI


Keberhasilan dalam mengatasi masalah produksi pada suatu sumur bergantung
pada kemajuan teknologi dan ketepatan penerapan teknologi dalam mengatasi
masalah di lapangan. Masalah yang sering terjadi di lapangan migas adalah
kepasiran, korosi, pengendapan material seperti scale, wax, dan sejenisnya.Selain
hal tersebut masalah liquid loading dalam sumur gas serta masalah dalam sumur
tua juga memerlukan penanganan yang khusus guna mempertahankan produksi
sumuran agar sesuai dengan kelakuan produksinya.
Banyak penemuan baru tentang advances technology di berbagai area yang
menawarkan peluang untuk dapat digunakan pada setiap kondisi sumur atau
reservoir. Namun, beberapa teknologi maju tersebut juga tidak sesuai digunakan
untuk aplikasi permasalahan lapangan. Identifikasi atau kesadaran akan adanya
teknologi yang maju ini sangat diperlukan dalam manajemen suatu lapangan migas
agar dapat berproduksi dengan baik.

TKI yang terkait, lihat TKI No :


C-125 Penanggulangan Masalah Pasir
C-126 Penanggulangan Masalah Korosi
C-127 Penanggulangan Masalah Scale
C-128 Penanggulangan Masalah Wax, HPPO, Dan Emulsi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 103 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-129 Penentuan Ukuran Pipa Berdasarkan Laju Alir Maksimum Terjadinya


Erosi
C-130 Penanggulangan Liquid Loading Dalam Sumur Gas
C-131 Meningkatkan Dan Menanggulangi Problem Produksi Di Lapangan Tua

G. PERANCANGAN FASILITAS PRODUKSI


Produksi dari sumur-sumur produksi akan dialirkan menuju ke fasilitas permukaan
untuk diproses lebih lanjut. Beberapa peralatan permukaan yang sering ditemui
adalah: Separator, Kompresor, Pompa transfer, Peralatan pemrosesan gas dan gas
sweetening, dan Peralatan pemrosesan air.
1. Separator
Separator memiliki 3 jenis, yakni:
1) Separator vertikal.
2) Separator horizontal.
3) Separator bola (Spherical)
Pemilihan jenis separator berdasarkan pada kondisi pemisahan yang ditemui di
lapangan, yaitu:
1) Separator horizontal sesuai digunakan untuk mengatasi foaming. Keunggulan
lain separator horizontal adalah: efisiensi pemisahan yang tinggi sehingga
fluida menjadi stabil dan kemudahan inspeksi dan pemeliharaan.
2) Separator vertikal sesuai digunakan untuk mengatasi terjadinya produksi
padatan.
2. Kompressor
Pemasangan kompressor mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengompres gas yang di-flash dari cairan hidrokarbon ketika cairan
tersebut mengalir dari separator tekanan tinggi ke separator tekanan rendah.
Hal ini digunakan pada Flash Gas Compressor.
2) Untuk mengompres gas formasi dan gas yang dibutuhkan untuk operasi Gas
Lift
3) Menginjeksikan kembali gas untuk menjaga atau meningkatkan produksi
minyak.
4) Mengatasi penurunan tekanan di sepanjang pipa dengan meningkatkan
tekanan alir.
5) Membantu mengumpulkan gas dari tangki atau peralatan bertekanan rendah
lainnya untuk menyirkulasi kembali gas menjadi flash gas, gas untuk gas lift,
atau untuk dipompa oleh booster untuk kompresi lanjut.
6) Memisahkan gas formasi dan menghantarkannya ke sepanjang anulus casing
dan tubing. Kompresor seperti ini dikenal dengan Casinghead compressor.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 104 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3. Pompa Transfer
Pompa transfer minyak atau air digunakan untuk meningkatkan tekanan aliran
sehingga minyak atau air dapat dialirkan mencapai ke tujuan.
4. Hydrocyclone
Hydrocyclone digunakan untuk memisahkan cairan yang berbeda densitasnya,
dalam hal ini memisahkan minyak yang terkandung dalam air. Unit peralatan ini
umumnya dipasang pada bagian wateroutlet dari alat pemisah fluida produksi,
seperti: separator, dehydrator, ataupun FWKO.
Desain hydrocyclone dipengaruhi oleh beberapa parameter berikut:
1) Ukuran Butiran Minyak
2) Temperatur
3) Perbedaan Densitas
4) Konsentrasi Minyak yang Masuk
5) Tegangan Antar Muka Air-Minyak
5. Gas Dehydration
Gas dehydration bertujuan untuk:
1) Mengurangi laju korosi pipa.
2) Mengurangi kemungkinan terbentuknya hidrat atau kondensat yang menutup
pipa alir.
3) Memenuhi persyaratan gas layak jual.
Berdasarkan pengumpulan data operasi, perlu dilakukan evaluasi kinerja
peralatan ini secara berkala untuk penyesuaian parameter operasi.
Lakukan perencanaan inspeksi, monitoring, dan record-keeping mengenai:
1) Informasi rutin sistem pengeringan, data operasional dan kegiatan personel.
2) Spesifikasi pompa glikol.
3) Laju sirkulasi glikol ideal dengan konsentrasi air dalam gas pada lapangan.
4) Laju pemompaan untuk memenuhi laju sirkulasi ideal.
5) Laju pemompaan yang sebenarnya.
6) Suhu dan frekuensi pemanasan reboiler.
7) Laju pemakaian bahan bakar.

6. Gas Sweetening
Gas sweetening dilakukan untuk menghilangkan gas 𝐻2 𝑆 dan gas 𝐶𝑂2 dari aliran
gas yang akan dijual.
Sebagai acuan terkait dengan spesifikasi gas yang dijual:
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 105 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

1) H2 S akan dibatasi sampai ~0.25 gr/100 SCF (4 ppmv). Kadar sulfur termasuk
mecaptans (RSH), carbonyl sulfide (COS), disulfides (RSSR) dll. Yang
biasanya dibatasi 10 − 20 gr/100 SCF tetapi banyak pipeline yang
mensyaratkan 0.25 gr/100 SCF sebagai standarnya.
2) Karbondioksida, CO2 , serta nitrogen sebagai gas inert dibatasi 2 − 3%.
Lakukan evaluasi berikut dalam proses desain gas sweetening:
1) Pendefinisian kegunaan dan batas-batas peralatan yang akan dipasang
2) Pengumpulan data-data dan informasi yang akurat mengenai gas yang akan
diproses
3) Review dan pengumpulan semua metodologi atau skema yang pernah dan
sukses digunakan baik dalam industri maupun melalui studi.
a. Penanganan dengan chemical solvent
b. Penanganan secara physical solvent
c. Penanganan dengan teknik direct conversion processes
d. Penanganan dengan teknik dry bed process
4) Pengambilan keputusan apakah H2S dan CO2 yang berhasil dipisahkan perlu
ditampung. Juga keputusan mengenai tail gas apakah perlu dibersihkan
sebelum dilakukan flare atau venting.
5) Melakukan proses eliminasi (berlandaskan pada kegiatan 1-4) terhadap
prosedur-prosedur gas sweetening yang tidak kompatibel (incompatible)
secara fisik maupun kimia apabila diterapkan di lapangan.
6) Melakukan analisa keekonomian awal terhadap prosedur-prosedur yang dinilai
kompatibel.
Pembuatan evaluasi kegiatan keseluruhan yang mencakup analisa keekonomian
(pay-out, return-on-investment) terhadap metode atau skema gas sweetening
yang dipilih.
7. Pemrosesan Air
Pemrosesan air dilakukan untuk memisahkan polutan seperti minyak, gas, zat
korosif, bakteri, dan partikel padatan sebelum air dapat diinjeksikan kedalam
reservoir.
Lakukan pengecekan pada air injeksi untuk komponen berikut:
1) Oil content, ppm: < 0.5 (as low as possible)
2) pH: 7 – 8
3) Turbidity: < 5
4) Relative Plugging Index: < 3
5) Total Suspended Solid, mg/L: < 2
6) Scale index (CaCO3): Inhibited
7) Bacteria, koloni: <10
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 106 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

8) Dissolved oxygen, ppb: < 0..2 (serendah mungkin)


9) Corrosion rate, mpy: < 0.4
10) Particle size, micron: < 5
Apabila air yang diolah akan diinjeksikan kedalam reservoir maka perlu dilakukan
pengumpulan data atau data studi mengenai:
Parameter yang perlu diperhatikan tentang kegiatan injeksi air :
1) Informasi umum, yang mencakup: lokasi, dan keadaan lingkungan sekitar.
2) Regulasi, peraturan dan standard.
3) Sejarah dan keadaan lapangan.
4) Informasi spesifik, yang mencakup: laju produksi air, geologi, hidrologi, kondisi
reservoir dan fluida reservoir.
Baku mutu air terproduksi sebelum treatment dan air terproduksi yang akan
diinjeksi:
1) Kompatibilitas air injeksi dengan fluida reservoir
2) Kompatibilitas air injeksi dengan batuan reservoir
3) Kapasitas panas air
4) Kation dalam air terproduksi (Na+, K+, NH4+, Ca2+, Mg2+, Ba2+, Sr2+, Fe2+)
5) Anion dalam air terproduksi (Cl-, Br-, SO42-, HCO3-, CO32-, BO2-, NO3-, OH-,
PO43-)
6) Kandungan asam lemak (formic, acetic, propionic, butyric, valeric)
7) Gas terlarut (CO2, H2S, O2)
8) Suhu air
9) pH air
10) Kandungan hidrokarbon terdispersi dan terlarut
11) Kandungan partikel padatan dalam air
12) Distribusi ukuran partikel dalam air
13) Filterability dan injectivity dalam air
14) Spesifik gravity air
15) Spesifik gravity fluida yang diproduksi
16) Total dissolved solid
17) Tingkat korosi air
18) Konduktivitas air
19) Reologi air dan minyak yang terpisah dari air
20) Analisa mikroskopik padatan yang terpisah dari air
21) Analisa kimia mineral padatan yang terpisah dari air
22) Karakteristik dan skema pengolahan air yang akan diinjeksi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 107 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Desain sumur dan pembangunan sumur


1) Kondisi desain sumur injeksi, yang mencakup: temperature dan tekanan
injeksi, laju injeksi, dan komposisi air injeksi.
2) Axial loading, burst, collapse tubing (baik sumur lama maupun baru
3) Informasi pada kepala sumur, yang mencakup: tekanan injeksi pada kepala
sumur, laju korosi, laju erosi, temperature, dan kekuatan seal terhadap
perubahan suhu dan air injeksi.
4) Komplesi, yang mencakup: jenis komplesi dan konfigurasi komplesi (panjang,
kedalaman, dan diameter).
5) Isolasi oleh sumur, yang mencakup
a. Desain packer, tubular, wellhead
b. Wellhead isolation valves
c. Kekuatan, rating, interval, dan jenis seluruh semen yang digunakan
d. Inhibitor korosi yang digunakan
e. Kekuatan casing shoe
f. Konfirmasi semen yang terpasang (cementing record, caliper log, cement
bond log, cement evaluation log, radioactive tracer survey, temperature
survey, oxygen activation log)
g. Untuk sumur produksi yang akan digantikan menjadi sumur injeksi perlu
dilakukan tes untuk memastikan sumur tidak mengalami kebocoran kepada
formasi lain (isolasi sumur masih baik)
Containment and confinement (penyimpanan dan isolasi air dalam reservoir),
yang mencakup:
1) Overview area target, yang mencakup:
a. Geologi regional dan lokal
b. Stratigrafi regional
c. Struktur regional
d. Seismic history
e. Properti zona/reservoir injeksi dan pengisolasi
f. Hidrologi sumber air bersih (bila ada di sekitar wilayah)
g. Kondisi geo-hidrologi
h. Properti dan sifat aliran pada lapisan injeksi
i. Gradien hidraulik vertikal
2) Prediksi aliran reservoir dan pelebaran fraktur reservoir, yang mencakup:
a. Studi simulasi reservoir
b. Prediksi pelebaran atau munculnya fraktur
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 108 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

c. Properti geohidrologi zona injeksi (permeabilitas gas liquid horizontal dan


vertikal, permeabilitas relatif, connate water, residual oil saturation,
temperatur zona injeksi dan reservoir, injection/fall-off test, step-rate
injection test, inter-well pulse test)
d. Properti geomekanik zona injeksi (keberadaan dan karakteristik fraktur
dalam reservoir, compressive strength dan fracture toughness test, modulus
Young batuan, Poisson’s ratio batuan, kapasitas panas batuan, poro-elastic
constant, thermo-elastic constant)
e. Profil In situ stress tiap layer batuan
Monitoring dan kontrol berkelanjutan, yang mencakup
1) Monitoring tekanan
a. Initial shut-in pressure
b. Tekanan wellhead sumur injeksi versus laju pompa
c. Tekanan fall-off pada periode shut-in
d. Tekanan anulus sumur injeksi dan sumur sekitar
2) Monitoring terhadap sumur observasi (apabila ada)
3) Monitoring terhadap air yang diinjeksi
a. Suhu air
b. pH
c. Total solid content
d. Kadar hidrokarbon terlarut dan terdispersi
e. salinitas
4) Monitoring terhadap kekuatan dan integritas peralatan injeksi
a. Tekanan anulus
b. Pressure testing
c. Log suhu
d. Log getaran
e. Survey dan analisis pipa
f. Caliper loging
g. Monitor jarak jauh kondisi dalam sumur
h. Survey flowmeter
i. Cement bond log
j. Survey tracer
k. Oxygen activation log
TKI yang terkait, lihat TKI No :
C-132 Perencanaan Separator
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 109 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-133 Perancangan Kompresor


C-134 Perancangan Pompa
C-135 Perancangan Hydrocyclone
C-136 Pengukuran Laju Alir
C-137 Pendesainan Sistem Pemurnian Gas
C-138 Pendesainan Sistem Pengeringan Gas
C-139 Pembuatan Desain Penanganan Air Terproduksi

LAMPIRAN
Lampiran 1 – TKI yang Berhubungan dengan Teknik Produksi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 110 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB VII
PEDOMAN KETEKNIKAN PENGELOLAAN RESERVOIR DAN
PRODUKSI PANAS BUMI

Kinerja perusahaan yang bergerak di bidang energi geotermal sangat bergantung


terhadap kinerja reservoir dan bagaimana reservoir tersebut dieksploitasi untuk
dimanfaatkan sesuai kapasitas optimalnya. Untuk mendukung hal tesebut diperlukan
suatu pedoman pengelolaan keteknikan reservoir dan produksi yang dapat digunakan
sebagai acuan agar diperoleh data dengan kualitas memadai untuk dianalisis dengan
metode yang tepat.
Lingkup pengelolaan keteknikan reservoir dan produksi geotermal dimulai sejak
eksplorasi hingga eksploitasi dan pemanfaatan, meliputi:
A. Bidang Reservoir
17. Analisis Data Pengukuran Temperatur Ekstrapolasi
18. Pelaksanaan dan Analisis Data Completion Test
19. Pelaksanaan Downhole Logging
20. Karakterisasi Reservoir dan Fluida Geotermal
a. Analisis Tekanan Transien
b. Analisis Data PTS Logging
c. Pelaksanaan dan Analisis Data Reservoir Tracer Test
21. Penentuan Potensi Listrik Reservoir Geotermal
22. Prediksi Potensi dan Kinerja Reservoir
23. Pelaksanaan Stimulasi Reservoir
24. Manajemen Reservoir
B. Bidang Produksi
1. Perencanaan dan Pelaksanaan Stimulasi Sumur
2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis Data Uji Produksi
3. Penentuan Kebutuhan Uap PLTP
4. Perhitungan Kehilangan Tekanan Dalam Sumur
Berikut adalah pedoman untuk melaksanakan kegiatan keteknikan reservoir dan
produksi geotermal meliputiperencanaan, persiapan, pelaksanaan, maupun analisis
data, serta praktek keselamatan kerja yang berada dalam ruang lingkup bidang
geotermal. Hal-hal yang dicantumkan dalam pedoman ini menjadi kebijakan perusahaan
yang harus ditaati oleh seluruh personil perusahaan.
Secara garis besar, bab pedoman geotermal melingkupi filosofi dasar dan ruang lingkup
kegiatan yang telah dibuatkan selengkapnya masing-masing penjelasannya di Tata
Kerja Individu (TKI).
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 111 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

A. BIDANG RESERVOIR
1. Analisis DataPengukuran Temperatur Ekstrapolasi
Survey temperatur ekstrapolasi wajib dilakukan pada sumur-sumur eksplorasi.
Analisis data survey temperatur ekstrapolasi dilakukan dengan meng-ekstrapolasi
data hingga infinite time(horner time=1) pada semi-log Horner plot yang
direpresentasikan sebagai nilai temperatur formasi pada kondisi awal.
Penentuan awal pengukuran temperatur dimulai pada saat pemboran mencapai
kedalaman yang ingin diukur dan sirkulasi pemboran telah dihentikan.
Pengukuran dapat dianggap mewakili apabila telah diperoleh cacahan data pada
kondisi middle time.
Jika cacahan databelum mencapai middle time, maka perlu dilakukan pengukuran
survey temperatur ekstrapolasi pada titik yang lebih dalam.
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-140 Analisis Data Pengukuran Temperatur Ekstrapolasi
2. Pelaksanaan dan Analisis Data Completion Test
Uji komplesi sumur dilakukan sesaat setelah pemboran sumur selesai dilakukan.
Uji komplesi sumur merupakan rangkaian pengujian sumur yang bertujuan
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data
karakteristik reservoir. Diantaranya data kedalaman dan kontribusi aliran
(produktivitas) dari masing-masing feed zone, nilai injektivitas, serta beberapa
parameter reservoir disekitar lubang sumur, seperti skin dan transmisivitas, yang
menunjukkan ada/tidaknya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur dan
memperkirakan besarnya laju alir produksi maksimum.
Data yang diperoleh dari uji komplesi merupakan data yang berharga untuk
dijadikan acuan atau baseline dalam memperoleh informasi mengenai kondisi
awal reservoir. Oleh sebab itu uji komplesi merupakan satu kegiatan yang harus
dilakukan setelah pemboran dinyatakan selesai.
Uji komplesi terdiri dari modified water loss test (menggunakan PTS tool),
injectivity test, dan fall off test (menggunakan PT tool). Dalam hal tidak
tersedianya PTS tool, maka dapat menggunakan PT tool.
Sebelum PT atau PTS survey dilakukan, harus dilakukan survey sinker bar
terlebih dahulu.
TKI terkait, lihat TKI No :
C-141 Penjajakan Sumur dengan Sinker Bar
C-142 Pengukuran Tekanan dan Temperatur dalam Sumur
C-143 Pengukuran Tekanan, Temperatur, dan Spinner dalam Sumur
C-144 Analisis Data PTS Injeksi
C-145 Pelaksanaan Modified Water Loss Test
C-146 Pelaksanaan Pengujian Gross Permeability dan Fall Off Test
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 112 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-147 Pelaksanaan Heating Up Test

3. Pelaksanaan Downhole Logging


Downhole logging bertujuan untuk merekam data bawah permukaan melalui
pengukuran di dalam sumur. Pengukuran yang baik harus dapat menghasilkan
data maximum clear depth, casing inside diameter, PT, dan kecepatan alir fluida.
TKI terkait, lihat TKI No :
C-141 Penjajakan Sumur dengan Survey Sinker Bar
C-142 Pengukuran Tekanan dan Temperatur dalam Sumur
C-143 Pengukuran Tekanan, Temperatur, dan Spinner dalam Sumur
C-148 Pelaksanaan Survey Caliper
Secara garis besar berdasarkan tujuannya, pengukuran dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu:
1) Baseline dimana logging atau pengukuran dilakukan pada saat sesaat setelah
pemboran selesai.
2) Monitoring dimana loggingdilakukan secara periodik untuk merekam
perubahan kondisi sumur dan reservoir yang terjadi.
3) Sumur bermasalah dimana logging dilakukan untuk mengetahui penyebab
masalah sumur sehingga dapat diputuskan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah pada sumur.
Survey Sinker Bar selalu dilakukan sebelum melakukan downhole logging yang
lainnya.
4. Karakterisasi Reservoir dan Fluida Geotermal
Karakterisasi reservoir dan fluida geotermal wajib dilakukan setelah diperoleh
data dari downhole measurement, uji transien tekanan, dan tracer reservoir,
termasuk data-data tambahan baru untuk keperluan update. Karakterisasi
reservoir meliputi jenis reservoir, tekanan, temperatur, sifat batuan dan fluida,
kedalaman feed zone, Productivity dan Injectivity Index dankonektivitas antar
sumur.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-149 Penentuan Jenis Reservoir Hidrotermal
C-150 Penentuan Sifat Fluida Geotermal
C-151 Pengelompokan Reservoir Berdasarkan Parameter Temperatur dan
Entalpi
C-147 Pelaksanaan Heating up Test
C-152 Analisis Data PTS Shut-in
C-153 Analisis Data PTS Flowing
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 113 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

C-144 Analisis Data PTS Injeksi


C-154 Analisis Pressure Build-up
C-155 Pemasangan Downhole Pressure Chamber Logger di Dasar Sumur
C-156 Pelaksanaan dan Analisis Data Interference Test
C-157 Perencanaan dan Pelaksanaan Reservoir Tracer Test
C-158 Analisis Data Reservoir Tracer Test

5. Penentuan Potensi Listrik Reservoir Geotermal


Estimasi potensi listrik geotermal wajib dilakukan pada setiap tahapan kegiatan
pengelolaan sumber daya dan cadangan geotermal dengan urutan sesuai dari
metode yang paling sederhana.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-159 Perhitungan Potensi Energi Geotermal dengan Metoda Perbandingan
C-160 Perhitungan Potensi Energi Geotermal dengan Metoda Heat Stored
C-161 Perhitungan Potensi Energi Geotermal dengan Monte Carlo
C-162 Simulasi Reservoir Untuk Green Field
C-163 Simulasi Reservoir Untuk Brown Field
6. Prediksi Potensi dan Kinerja Reservoir
Prediksi potensi dan kinerja reservoir wajib dilakukan pada setiap tahapan
pengembangan lapangan, baik sebelum lapangan tersebut diproduksikan (green
field) maupun lapangan setelah diproduksikan (brown field), dengan beberapa
skenario produksi dan injeksi agar dapat diketahui perubahan yang terjadi di
reservoir dengan berjalannya waktu.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-162 Simulasi Reservoir Untuk Green Field
C-163 Simulasi Reservoir Untuk Brown Field
C-164 Penentuan Kapasitas Injeksi Sumur
7. Pelaksanaan Stimulasi Reservoir
Stimulasi reservoir wajib diupayakan untuk memperbaiki produktivitas/injektivitas
sumur agar kemampuan produksi/injeksi sumur bisa ditingkatkan.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-165 Pelaksanaan Well washing
C-166 Pelaksanaan Acidizing
C-167 Pelaksanaan Hydraulic Fracturing
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 114 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

8. Manajemen Reservoir
Manajemen reservoir wajib dilakukan dengan melakukan kegiatan monitoring
untuk mengetahui perubahan yang terjadi di reservoir selama reservoir
dimanfaatkan (dieksploitasi), agar kelangsungan produksi sepanjang masa
kontrak dapat dipertahankan.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-168 Monitoring Reservoir Geotermal
C-169 Analisa Penurunan Produksi

B. BIDANG PRODUKSI
1. Pelaksanaan Stimulasi Sumur Geotermal
Stimulasi sumur wajib dilakukan apabila sumur tidak dapat berproduksi secara
alamiah (non self-discharge).
Metode stimulasi dapat dilakukan dengan prioritas:
1) Metode Well to Well Two Phase Injection
2) Metode Air Compression
3) Metode Nitrogen Injection
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-170 Pelaksanaan Stimulasi Sumur dengan Well to Well Two Phase
Injection
C-171 Perencanaan dan Pelaksanaan Stimulasi Sumur dengan Kompresi
Udara (Air Compression)
C-172 Perencanaan dan Pelaksanaan Stimulasi Sumur dengan Injeksi
Nitrogen
2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis Data Uji Produksi
Pengujian sumur geothermal dilakukan dengan prioritas sebagai berikut:
1. Uji produksi dilakukan setelah pemboran sumur selesai dan uji komplesi
dilaksanakan.
2. Uji produksi dilakukan secara periodik untuk mengetahui perubahan
kemampuan produksi sumur sejalan dengan penurunan tekanan reservoir. Hal
ini dapat dilakukan juga pada saat PLTP tidak beroperasi.
Metode uji produksi untuk sumur uap dilakukan dengan prioritas:
1. Uji Tegak
2. Uji Datar
Metode uji produksi untuk sumur dua-fasa dilakukan dengan prioritas:
1. Metoda Lip-Pressure Horizontal Discharge
2. Metode Separator
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 115 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Metode uji produksi untuk sumur air dilakukan dengan prioritas:


1. Metode Weir Box
2. Metode Kalorimeter
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-173 Pengujian Sumur Uap dengan Metode Uji Tegak
C-174 Pengujian Sumur Uap dengan Metode Uji Datar Pelat Orifice
C-175 Pengujian Sumur Produksi dengan Uji Datar Metode Lip Pressure
C-176 Analisis Data Uji Produksi Dengan Metode Separator
C-177 Penentuan Entalpi Fluida dengan Metode Kalorimeter
C-178 Pengukuran Laju Alir Air dengan Menggunakan Weir Box
3. Penentuan Kebutuhan Uap PLTP
Jumlah kebutuhan uap untuk PLTP wajib diketahui agar pasokan uap terpenuhi
sesuai kontrak dan penurunan produksi wajib dianalisis dan diprediksi untuk
memperkirakan jumlah sumur make-upselama masa kontrak.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-179 Penentuan Kebutuhan Uap untuk PLTP Siklus Uap Kering
C-180 Penentuan Kebutuhan Uap untuk PLTP Siklus Uap Hasil Pemisahan
C-169 Analisa Penurunan Produksi
C-181 Penentuan Jumlah Sumur Make-up
4. Perhitungan Kehilangan Tekanan Di Dalam Sumur
Kehilangan tekanan di dalam sumur perlu diprediksi dengan pemodelan
matematis aliran fluida di dalam sumur agar dapat diketahui kehilangan tekanan
yang terjadi di sepanjang lubang sumur pada berbagai nilai tekanan kepala sumur
atau tekanan dasar sumur dan laju alir masa.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-182 Pelaksanaan Perhitungan Kehilangan Tekanan Pada Sumur dengan
Fluida Satu Fasa
C-183 Pelaksanaan Perhitungan Kehilangan Tekanan Pada Sumur dengan
Fluida Dua Fasa

LAMPIRAN
Lampiran 1 – TKI yang Berhubungan dengan Pengelolaan Reservoir dan Produksi
Panas Bumi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 116 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

BAB VIII
PENGELOLAAN KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
HIDROKARBON NON-KONVENSIONAL

Pengelolaan sumber daya hidrokarbon non-konvensional berbeda dengan hidrokarbon


konvensional yang mana:
1. Sumberdaya konvensional berada pada suatu akumulasi yang berhubungan dengan
suatu kondisi struktur geologi atau stratigrafi tertentu yang berfungsi sebagai trap
(umumnya setiap akumulasi dibatasi oleh kontak down-dip dengan aquifer). Sumber
daya ini juga sangat dipengaruhi oleh efek hidrodinamik seperti buoyancy dari
hidrokarbon dalam air.
2. Sumberdaya non-konvensional berada pada akumulasi hidrokarbon yang menembus
suatu area yang besar dan umumnya tidak dipengaruhi secara signifikan oleh gaya
hidrodinamik. Beberapa akumulasi membutuhkan teknologi ekstraksi yang khusus,
dan membutuhkan proses yang kompleks sebelum dapat dijual.
Hubungan dari sumberdaya konvensional dan non-konvensional ditunjukan oleh
gambar 1.

Gambar 1 Segitiga Sumberdaya Hidrokarbon1


Volume yang sangat besar terdapat pada reservoir non-konvensional dimana seiring
dengan menuju kealas dari puncak segitiga, maka bertambah pula jumlah atau volume
sumberdaya yang terkandung, akan tetapi perolehan yang komersial membutuhkan
kombinasi dari teknologi yang canggih dan harga jual yang lebih tinggi.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 117 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Pada pedoman ini akan dibahas tiga buah sumber daya nonkonvensional yaitu gas
metana batubara (GMB), shale gas, dan oil shale.

A. GAS METANA BATUBARA (GMB)


Sub bab ini memuat panduan dalam penggunaan dokumen Tata Kerja Individu (TKI)
hidrokarbon non-konvensional dalam suatu proses pengembangan lapangan GMB.
Perlu diperhatikan bahwa dokumen TKI hidrokarbon non-konvensional hanya
memuat prosedur yang umum dilakukan dalam industri, sehingga pertimbangan dari
engineer yang bertanggung jawab dalam pekerjaan serta pihak – pihak terkait tetap
diperlukan dalam situasi lapangan yang unik.
Pemahaman mengenai sistem dari reservoir GMB sangat penting untuk dapat
mengembangkan dan mengelola sumber daya tersebut dengan baik. Batubara
berasal dari material organik yang telah diendapkan dan mengalami kompaksi
selama periode waktu geologi. Batubara tersusun atas lebih dari 70% (volume)
material karbon. GMB, yang dikenal juga sebagai Coal Seam Gas (CSG) atau
Natural Gas from Coal (NGC), terbentuk selama proses pembatubaraan tersebut,
baik melalui proses biogenic (bakteri metanogenik) maupun thermogenic. Dengan
demikian, batubara berperan sebagai batuan induk (source rock) sekaligus reservoir
bagi GMB.
Secara umum, pengelolaan GMB pada dasarnya identik dengan pengelolaan
minyak dan gas bumi konvensional. Tahapan pengelolaan GMB dimulai dari
kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi.
Berdasarkan ketentuan PSC GMB, masa eksplorasi ditetapkan selama enam (6)
tahun dan dapat diperpanjang selama empat (4) tahun. Jangka waktu kontrak PSC
GMB ditetapkan tiga puluh (30) tahun dan dapat diperpanjang maksimal dua puluh
(20) tahun.
1. Data-data yang Diperlukan
Pada fasa pengembangan dan pengelolaan reservoir GMB dibutuhkan data-data
yang cukup berbeda dengan reservoir konvensional sehingga dibutuhkan
pengujian laboratorium maupun pengujian di lapangan yang khusus.
Pada tahap eksplorasi, secara garis besar, kegiatan yang dilakukan adalah
mencari lapisan batubara, menghitung volume batubara tersebut, serta mengukur
kandungan gasnya. Data-data tersebut akan digunakan untuk menentukan
seberapa besar potensi GMB yang ada di suatu area.
Untuk menentukan volume batubara pada suatu area, dapat digunakan data log
dari sumur-sumur minyak dan gas bumi, data inti batuan, data dari pertambangan
batubara, data seismik maupun dari peta penyebaran batubara yang sudah
tersedia. Penggunaan dari data log juga bisa menentukan parameter-parameter
lain sperti ditunjukan oleh gambar 2.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 118 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 2 Sumber Data Properti Reservoir1


TKI terkait, lihat TKI No. :
C-185 Pelaksanaan Evaluasi Formasi Gas Metana Batubara
Untuk mengukur kandungan gas (gas content), pada umumnya metode yang
digunakan adalah dengan melakukan pengukuran langsung pada sampel inti
batuan (core). Oleh karena itu, pada tahap awal eksplorasi GMB, pada umumnya
dilakukan pengeboran core hole. Pengukuran kandungan gas dilakukan melalui
desorption test (Q2 dan Q3) dan perhitungan lost gas (Q1).
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-188 Penentuan Gas Content
Selain kandungan gas, kapasitas simpan (storage capacity) batubara juga diukur,
dengan melakukan tes adsorption isotherm. Perbedaan nilai antara kapasitas
simpan dan kandungan gas menghasilkan tingkat saturasi gas di dalam lapisan
batubara.
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-189 Pengujian Isotermal Gas Metana Batubara.
Di samping mengukur kandungan gas dan saturasi gas, pada tahap eksplorasi
juga dilakukan evaluasi karakteristik batubara, melalui analisis proximate (ash
content, moisture content, volatile matter dan fix carbon) dan analisis ultimate
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 119 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

(unsur-unsur penyusun batubara), pengukuran densitas batubara, kualitas


batubara, kematangan batubara (rank), komposisi gas, dan sebagainya.
Setelah data-data geologi tersebut diperoleh, selanjutnya perlu dilakukan
pengukuran data-data reservoir yang meliputi permeabilitas, data tekanan dan
temperature reservoir, dan kemampuan reservoir batubara untuk mengalirkan
fluida melalui serangkaian uji produksi (dewatering).
Beberapa sifat penting lainnya dari suatu reservoir GMB adalah sebagai berikut:
1) porositas,
2) permeabilitas
3) tekanan pori
4) saturasi air
5) free gas
6) sorbed gas
7) thermal maturity
8) komposisi batuan
9) sifat mekanika batuan
10) tekanan rekah dantekanan closure
11) sifat fluida
12) suhu.
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-184 Penentuan Sifat Reservoir Gas Metana Batubara
2. Pengujian Sumur
Pemilihan metode pengujian sumur yang dilakukan sangat bergantung pada
karakteristik dan rencana pengembangan lapangan tersebut. Oleh karena itu
pemilihan metode pengujian sumur berada pada pertimbangan engineer dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
1) Uji Kandungan Lapisan
Data yang diperoleh:
a. Sampel fluida-fluida formasi
b. Tekanan reservoir
c. Permeabilitas
d. Skin
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-191 Pengujian Kandungan Lapisan Gas Metana Batubara
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 120 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

2) Slug Test
Data yang diperoleh:
a. Permeabilitas reservoir
b. Tekanan awal reservoir
c. Fracture half length
d. Fracture conductivity
e. Skin
Keuntungan dari slug test:
a. Biaya rendah
b. Tidak membutuhkan mekanisme kontrol laju alir
c. Hanya membutuhkan analisis sederhana
d. Proses cukup sederhana
e. Dapat dilakukan ketika sumur dalam keadaan underpressure
Kelemahan dari slug test:
a. Waktu tes sangat lama pada batubara dengan permeabilitas rendah
b. Radius investigasi relatif kecil sehingga tidak dapat dilakukan pada reservoir
dengan volume besar
c. Tingkat kesalahan cenderung tinggi apabila terdapat saturasi gas
d. Hanya dapat dilakukan ketika reservoir dalam keadaan underpressure
e. Hasil tidak unik seperti jenis pengujian sumur lainnya
f. Sulit untuk menginterpretasi heterogenitas reservoir
Batasan dari slug test:
a. Dapat diaplikasikan pada reservoir homogen dengan satu lapisan
b. Kedalaman penetrasi rendah
c. Tidak dapat dilakukan setelah proses perekahan
d. Berlaku untuk lapisan batubara tersaturasi air
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-192 Pengujian Slug Test pada Gas Metana Batubara

3) Injection Fall Off Test


Data yang diperoleh:
a. Permeabilitas reservoir
b. Tekanan awal reservoir
c. Skin
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 121 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Kelebihan dan kekurangan:


a. Radius investigasi relative kecil
b. Dapat dilakukan pengujian dalam keadaan satu fasa (didapatkan
permeabilitas absolut)
c. Relative mudah untuk dilakukan
d. Waktu operasional yang relative cepat
TKI terkait, lihat TKI No. :
C-194 Penentuan Parameter Reservoir Dengan Menggunakan Injection
Falloff Test

4) Diagnostic Fracture Injection Test


Data yang diperoleh:
a. Instantaneous Shut-In Pressure (ISIP)
b. Tekanan closure
c. Gradien Rekah
d. Net fracture pressure
e. Jenis leak-off
f. Permeabilitas reservoir
g. Tekanan awal reservoir
h. Fracture half length
i. Fracture conductivity
Kelebihan dan kekurangan:
a. Sangat bergantung pada akurasi alat dalam mencatat tekanan
(berhubungan dengan diagnostic plot)
b. Radius investigasi relative kecil
c. Dapat dilakukan pengujian dalam keadaan satu fasa (didapatkan
permeabilitas absolut)
d. Waktu operasional yang relative cepat
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-193 Penentuan Parameter Reservoir Dengan Menggunakan Diagnostic
Fracture Injection Test

5) Pressure Build Up
Data yang diperoleh:
a. Permeabilitas reservoir
b. Tekanan awal reservoir, p*
c. Skin
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 122 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

d. Tekanan rata-rata reservoir


Kelebihan dan kekurangan:
a. Dibutuhkan penutupan sumur untuk waktu yang lama
b. Radius investigasi relative besar dibandingkan dengan metode lainya
c. Dapat terjadi aliran 2 fasa sehingga tidak didapatkan data permeabilitas
absolut
d. Relative lebih murah
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-195 Penentuan Parameter Reservoir Dengan Menggunakan Pressure
Buildup Test

6) Uji Interferensi Sumur


Data yang diperoleh:
a. Menentukan apakah terdapat komunikasi tekanan antara dua atau lebih
sumur
b. Apabila terdapat komunikasi maka didapatkan data permeabilitas dan
perkalian porositas dan kompressibilitas, ϕCt, yang dikenal dengan
storativity, dari sumur-sumur tersebut
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-196 Pengujian Interferensi Sumur-Sumur Gas Metana Batubara
3. Perhitungan Teknik Reservoir
Setelah data-data tersebut tersedia maka potensi dari suatu sumber daya GMB
dapat dievaluasi. Untuk melakukan analisa keekonomian dari suatu lapangan,
perlu dibuat prediksi jumlah gas yang dapat kita peroleh. Prediksi tersebut dapat
dilakukan dengan persamaan berikut:
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑠 = 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 × 𝑂𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐺𝑎𝑠 𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑎𝑐𝑒 … (1)
Perhitungan original gas in place memasukan faktor gas bebas yang berada pada
cleats, gas teradsorbsi dalam matrik, dan gas yang terlarut dalam air (gas terlarut
ini sering kali dapat diabaikan). Perhitungan original gas in place dapat dilakukan
menggunakan metode dan material balance.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-186 Penentuan Original Gas In Place Pada Reservoir Gas Metana Batubara
(GMB)
Setelah itu, perhitungan recovery factor (faktor perolehan) dapat ditentukan
apabila diketahui kondisi abandonment dari lapangan tersebut. Kondisi
abandonment tersebut biasanya ditentukan dari tekanan reservoir yang sudah
tidak ekonomis lagi untuk mengantarkan gas ke lokasi penjualan. Perhitungan
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 123 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

faktor perolehan dapat dilakukan dengan mengunakan kurva adsorption isotherm,


simulasi reservoir, dan material balance.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-187 Perhitungan Faktor Perolehan Reservoir Gas Metana Batubara
4. Tahap Produksi
Secara umum, seperti yang dilihat pada gambar 3, fase produksi sumur GMB
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1) Fase Dewatering
Pada fase dewatering, volume air dalam jumlah besar diproduksikan bersama
dengan gas dalam jumlah sedikit. Tahap dewatering dapat memakan waktu 5-
7 tahun dan merupakan fase yang penting dan krusial dalam pengembangan
lapangan GMB.
2) Fase Stabil
Tahap stabil dicapai setelah tekanan reservoir telah cukup diturunkan sehingga
mampu mencapai puncak produksi gas.
3) Fase Decline
Penurunan jumlah gas yang diproduksi serta produksi air yang tetap rendah

Gambar 3 Profil Produksi Sumur GMB1


PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 124 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Tujuan utama dari proses rekayasa pada tahap ini adalah:


1) Memperpendek fase dewatering
2) Memperpanjang fase stabil
3) Meningkatkan puncak dari produksi
Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan:
1) Menentukan metode penyelesaian sumur yang paling optimum
Pemilihan metode penyelesaian sumur dilakukan dengan mengumpulkan
parameter-parameter kritis dari reservoir GMB dan setelah itu digunakan
diagram alir yang berasal dari data statistik.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-190 Penyelasaian Sumur Pada Gas Metana Batubara
2) Melakukan stimulasi sumur
Metode stimulasi yang umum digunakan pada sumur GMB adalah radial jetting
dan hydraulic fracturing.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-197 Perencanaan, Pelaksanaan , dan Evaluasi Stimulasi Sumur Gas
Metana Batubara
3) Optimasi Produksi
Optimasi produksi menyangkut pemilihan pompa selama proses dewatering
dan juga monitoring selama produksi.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-198 Optimasi Sumur dan Dewatering.
4) Menentukan Jarak Optimum dari Sumur
Dengan membuat model simulasi reservoir dapat digunakan simulasi monte
carlo sehingga dapat ditentukan scenario yang paling optimum.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-201 Penentuan Well Spacing.
5. Proses Klaim Sumber Daya dan Perencanaan Infrastruktur
Dalam setiap fase pengembangan lapangan di Indonesia diperlukan adanya
persetujuan dari pihak pemerintah, persetujuan tersebut melalui suatu proses
klaim dan klasifikasi terhadap suatu sumber daya GMB. Pada prinsipnya
pedoman klasifikasi dan perkiraan sumberdaya/cadangan GMB mengikuti
standar PRMS 2007. Perubahan status cadangan ditentukan oleh tahapan proyek
(project base) dari pengembangan GMB itu sendiri. Akan tetapi ada beberapa hal
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 125 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

yang berbeda untuk pengembangan GMB di indonesia seperti laju gas komersial
dan pre-POD PSC.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-200 Pengklasifikasian Cadangan Gas Metana Batubara
Setelah rencana pengembangan lapangan tersebut disetujui maka infrastruktur
lapangan GMB dapat dibuat. Infrastruktur GMB cukup berbeda dengan lapangan
gas konvensional akibat dari mekanisme penyimpanan gas metana pada
reservoir gas metana batubara.Produksi air dalam jumlah besar adalah suatu hal
yang harus diperhatikan. Selain itu, batubara yang memiliki kegetasan yang cukup
tinggi akan berakibat mudah lepasnya butiran-butiran batubara yang dapat
merusak infrastruktur yang akan dipasang. Faktor lain yang harus juga
diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya korosi yang dapat disebaban oleh
oksigen, karbon dioksida, dan mikroba yang terlarut. Infrasturktur utama dalam
lapangan GMB adalah infrastruktur kepala sumur, kompresor, sistem pengumpul,
sistem pengolahan gas dan pengukuran volume gas.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-203 Perancangan Infrastruktur Lapangan Gas Metana Batubara
6. Aspek Lingkungan
Salah satu aspek lingkungan yang sangat erat dengan produksi GMB adalah
terproduksinya air dalam jumlah besar. Water management merupakan aplikasi
dari berbagai macam teknologi dan pengetahuan tentang sistem air terproduksi
pada reservoir coalbed methane (CBM), dengan tujuan mengontrol air terproduksi
untuk mengoptimalkan produksi gas metana dan menanggulangi air terproduksi
sehingga tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Water management
yang efektif merupakan salah satu parameter yang sangat memengaruhi
perkembangan produksi lapangan GMB secara keseluruhan.
Dengan water managemet yang baik dapat diusahakan apakah air terproduksi
dapat digunakan kembali untuk kebutuhan/ kegunaan (beneficial use) tertentu
atau diputuskan sebagai limbah dari produksi GMB. Keputusan tersebut
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas air terproduksi, peraturan pemerintah
yang berlaku, ijin yang diberikan, lembaga lingkungan dan iklim setempat, dan
pertimbangan keekonomian. Water management meliputi (1) pembuangan
(disposal), penyimpanan (storage), atau pengolahan (treatment) sebagai limbah
(waste) dari produksi gas metana pada GMB, (2) aplikasi dari penggunaan
kembali yang bermanfaat (beneficial use), dengan atau tanpa pengolahan
(treatment).
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-202 Pengelolaan dan Pembuangan Air Terproduksi Pada Gas Metana
Batubara
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 126 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Selain itu, masalah-masalah lingkungan yang ditimbulkan dengan diproduksinya


GMB adalah:
1) Turunnya permukaan air tanah dangkal akibat terproduksinya air secara besar-
besaran
2) Kontaminasi air bawah permukaan oleh gas metana
3) Polusi suara akibat penggunaan banyaknya kompresor
4) Pengaruh terhadap bentang alam karena banyaknya sumur yang harus dibor
dan sangat luasnya lokasi yang digunakan.
5) Pencemaran lingkungan perairan dan daratan karena air limbah
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-205 Pencegahan dan Penanganan Aspek Lingkungan Hidup Gas Metana
Batubara
7. Peningkatan Faktor Perolehan GMB
Enhanced CBM Recovery atau yang biasa disebut ECBM adalah suatu metode
produksi gas metana batubara yang dibuat untuk menghindari masalah-masalah
yang timbul pada produksi dengan metode konvensional.
Pada dasarnya terdapat tiga masalah utama yang sering dialami ketika
memproduksikan lapangan gas metana batubara yakni sebagai berikut:
1. Rendahnya faktor perolehan gas metana.
2. Adanya periode dewatering, dimana pada periode ini, untuk reservoir GMB
berjenis undersaturated reservoir, sumur hanya akan memproduksikan air.
3. Produksi air dalam kuantitas yang besar di permukaan.
Terdapat tiga metode ECBM yang dikenal di dunia, yaitu
1. Dengan mengurangi tekanan parsial dari gas metana yang dilakukan dengan
cara menginjeksikan gas tidak reaktif ke dalam formasi atau yang biasa disebut
Inert Gas Stripping Mechanism.
2. Dengan mendesak molekul metana dari permukaan batubara dengan
menginjeksikan molekul lain yang memiliki affinitas lebih baik terhadap
batubara atau yang biasa disebut Displacement Desorption Mechanism.
3. Dengan menggunakan mikroorganisme atau biasa disebut Bioinjection.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-204 Peningkatan Perolehan Gas Metana Batubara
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 127 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

B. SHALE GAS
Sub bab ini memuat panduan dalam penggunaan dokumen Tata Kerja Individu (TKI)
hidrokarbon non-konvensional dalam suatu proses pengembangan lapangan shale
gas. Perlu diperhatikan bahwa dokumen TKI hidrokarbon non-konvensional hanya
memuat prosedur yang umum dilakukan dalam industri, sehingga pertimbangan dari
engineer yang bertanggung jawab dalam pekerjaan serta pihak – pihak terkait tetap
diperlukan dalam situasi lapangan yang unik.
1. Sistem Reservoir Shale Gas
Shale gas merupakan gas alam yang terperangkap pada formasi shale. Dalam
sistem shale gas, formasi batuan dapat merupakan batuan induk maupun batuan
reservoir. Gas tidak dapat bermigrasi karena batuan induk memiliki permeabilitas
yang sangat kecil dan formasi tersebut membentuk penutupnya sendiri.
Kumpulan data yang komprehensif diperlukan untuk karakterisasi reservoir shale
gas secara penuh di dalam geokimia, geologi, geomekanika, sifat fluida,
karakteristik rekahan, dan performa sumur.
2. Analisis Geokimia
Parameter yang ditentukan dalam analisis geokimia meliputi Total Organic
Carbon (TOC), tipe kerogen shale hydrocarbon, dan tingkat kematangan.
1) Penentuan kekayaan shale dengan melakukan analisis Total Organic Carbon
(TOC), didapat dari :
a. Rock Eval Pyrolisis
b. Metode LECO
c. Well log, perhitungan TOC didapatkan dari log, antara lain:
a) Density Log
b) Gamma Ray Log
c) Porosity & Resistivity Log
d) Geochemical Spectroscopy Log
2) Penentuan tipe kerogen shale hydrocarbon didapat dari:
a. Shale gas tipe kerogen II/III
b. Shale oil tipe kerogen II
3) Penentuan tingkat kematangan didapat dari:
a. Vitrinite Reflectance (Ro)
a) Shale gas Ro (average) lebih besar dari 1.2%
b) Shale oil Ro (average) lebih besar dari 0.6% - 1.2%
b. Tmax 420oC – 460oC tergantung dari basin setempat.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-206 Penentuan Parameter Geokimia Reservoir Shale Gas
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 128 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3. Analisis Geomekanika
Parameter yang ditentukan dalam analisis geomekanika meliputi properti
petrofisik, mineralogi, dan in-situ stress.
1) Properti Petrofisika
a. Porositas
b. Saturasi Air
c. Saturasi Minyak
2) Mineralogi
Metode-metode yang digunakan antara lain:
a. SEM-EDS (scanning electron microscope-energy dispersive spectrometry)
b. XRD (X-ray diffraction)
c. XRF (X-Ray Fluorescence)
d. FT-IR-DRFT-IR (Fourier transform infra-red spectroscopy – diffuse
reflectance infra-red)
e. LIBS (Laser Ionnization Breakdown Spectroscopy)
f. EA (Elemental Analyser)
3) In-situ Stress
a. Tekanan Vertikal
b. Tekanan Horizontal Minimum
c. Tekanan Horizontal Maksimum
d. Modulus Young dan Poisson’s Ratio
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-207 Penentuan Parameter Geomekanika
4. Analisis Log
Tipe log yang digunakan dalam penentuan lapisan shale gas yang produktif
meliputi:
1) Log Gamma Ray
2) Log Resistivitas
3) Log Sonic
4) Wireline Borehole Image Log
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-208 Pengujian Log Reservoir Shale Gas
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 129 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

5. Sistem Produksi Shale Gas


1) Sumur Horizontal
Jenis sumur yang diaplikasikan pada reservoir shale gas umumnya adalah
sumur horizontal yang dikombinasikan dengan hydraulic fracturing untuk
memaksimalkan perolehan gas.
2) Komplesi Sumur (Multistage Hydraulic Fracturing)
Multistage Hydraulic Fracturing merupakan jenis komplesi yang digunakan
untuk meningkatkan area kontak antara sumur dengan reservoir sehingga
dapat meningkatkan stimulated reservoir volume (SRV). Perlu dicatat bahwa
volume fluida, sand, serta jumlah stage yang digunakan sangat banyak pada
operasi hydraulic fracturing di reservoir shale gas.
3) Karakteristik Penurunan Produksi
Aliran produksi pada reservoir shale gas berada pada rezim transient. Dengan
demikian, model penurunan produksi konvensional Arps tidak dapat
diaplikasikan pada shale gas karena asumsi pada model Arps adalah aliran
berada pada rezim boundary-dominated flow (BDF). Model penurunan
produksi yang digunakan pada shale gas yaitu:
a. Model Minimum Decline (Modifikasi Model Arps)
b. Model Stretched Exponential Production Decline (SEPD)
c. Model Duong
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-209 Penentuan Sistem Produksi Shale Gas
6. Water Management
Produksi shale gas tidak lepas dari kebutuhan air yang sangat banyak karena air
digunakan sebagai fluida injeksi dalam proses produksi shale gas melalui
hydraulic fracturing dan juga nantinya akan merupakan limbah dari proses
pemboran dan flow back pada proses hydraulic fracturing. Manajemen air pada
shale gas merupakan suatu flow process yang meliputi pengolahan (treatment),
pengangkutan (transport), dan pembuangan (disposal) air sebagai kunci dalam
pengembangan lapangan shale gas.
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-210 Pengelolaan Air Terproduksi Shale Gas
7. Aspek Lingkungan Hidup
Beberapa aspek lingkungan hidup yang perlu diperhatikan dalam operasi
pengelolaan dan produksi lapangan shale gas meliputi:
1) Polusi
2) Bentang Alam
3) Ketersediaan Air
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 130 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

4) Flowback Fluid
5) Getaran Lokal
6) Underground Water
TKI terkait, lihat TKI No.:
C-211 Pencegahan dan Penanganan Aspek Lingkungan Hidup Shale Gas

C. OIL SHALE
Sub bab ini memuat panduan dalam penggunaan dokumen Tata Kerja Individu (TKI)
hidrokarbon non-konvensional dalam suatu proses pengembangan lapangan oil
shale. Perlu diperhatikan bahwa dokumen TKI hidrokarbon non-konvensional hanya
memuat prosedur yang umum dilakukan dalam industri, sehingga pertimbangan dari
engineer yang bertanggung jawab dalam pekerjaan serta pihak – pihak terkait tetap
diperlukan dalam situasi lapangan yang unik.
Oil shale adalah batuan sedimen yang berbutiran halus (fine-grained) yang
mengandung materi organik (kerogen) yang sangat banyak dimana minyak dapat
terekstrasi dari batuan dengan cara: pirolisis (pyrolysis), hidrogenasi
(hydrogenation), ataupun thermal dissolution.
1. Evaluasi Formasi
1) Analisis Laboratorium
Dalam melakukan evaluasi formasi dengan menganalisis sampel core di
laboratorium, sebuah metode terintegrasi perlu dilakukan. Terdapat beberapa
metodologi dasar yang perlu dilakukan di laboratorium untuk mengevaluasi
oilshale secara terintegrasi yakni:
a. Geochemistry : pengukuran kuantitas materi organik (TOC, pyrolysis), rock
evaluation, tipe materi organik, maturitas termal (Ro , Tmax, tipe kerogen)
b. Petrology: komposisi mineral, distribusi mineral dan materi organik,
karakteristik tekstur, dan pengelompokan fasies.
c. Petrophysical: penentuan porositas, saturasi, permeabilitas, densitas,
distribusi dan ukuran pore throat, dan lainnya.
d. Geomechanics: pengukuran sifat mekanis dan perhitungan indeks rock
brittleness.
e. Fluids
2) Analisis Well Logging
Ada parameter penting yang harus diperhatikan yakni oil-yield. Oil-yield adalah
ukuran seberapa banyak hidrokarbon (oil shale) yang dapat dihasilkan setiap
massa batuan oil shale yang ada.
a. Caliper log
Log ini pada dasarnya dapat menunjukkan perubahan ukuran lubang sumur
yang terjadi. Apabila perubahan ukuran lubang sumur cukup ekstrem maka
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 131 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

beberapa interpretasi respons log dan kalkulasi untuk jenis-jenis log lainnya
harus disesuaikan. Secara langsung, log ini tidak dapat menunjukkan nilai
oil-yield dari batuan shale.
b. Induction log
Pada oil shale yang memiliki materi organik tinggi dan water content rendah
akan menunjukkan nilai konduktivitas yang sangat rendah/ resistivitas yang
sangat tinggi.
c. Gamma-ray log
Semakin tinggi shaliness maka semakin rendah assay-oil yield yang dimiliki
batuan tersebut. Log ini tidak dapat dianalisis untuk menentukan kuantitas
oil yield batuan shale dan tidak menunjukkan respons yang cukup pasti
apabila ada lapisan tipis batuan tuff.
d. Neutron log
Semakin tinggi nilai di neutron log maka semakin rendah nilai assay-oil yield
batuan tersebut. Dari hasil studi, disimpulkan bahwa neutron log
menunjukkan hubungan kualitatif dan adanya kemungkinan respons
kuantitatif antara neutron log dengan assay-oil yield.
e. Sonic log
Sonic log interval velocity sangat bergantung dengan konten organik batuan
sehingga berhubungan langsung dengan oil yield. Pada dasarnya semakin
besar interval velocity maka oil yield akan semakin kecil.
f. Gamma-gamma density log
Log ini merupakan metode untuk menentukan bulk density batuan in-situ.
Densitas oil shale sangat bervariasi sesuai konten materi organik sehingga
density log seharusnya dapat memberikan data oil-yield secara kuantitatif.
Secara kualitas, semakin tinggi nilai density log maka semakin sedikit materi
organik yang ada dalam batuan sehingga oil-yield juga semakin kecil.
2. Properti Fluida
Beberapa karakteristik yang dimiliki minyak oil shale yang membedakannya
dengan minyak mentah konvensional:
1) Pour point yang tinggi (diatas 50ᴼF)
2) Kandungan nitrogen organik yang tinggi (1.3 – 2 wt% untuk hidrokarbon yang
diekstraksi di permukaan). Kandungan nitrogen ini hampir separuhnya adalah
basic nitrogen yang merupakan racun bagi katalis penyulingan, penyebab
formasi bersifat gum, dan mengakibatkan pembentukan NOx saat
combustion/pembakaran.
3) Kandungan sulfur rendah (0.15 – 1%)
4) Kandungan oksigen tinggi (0.5 – 1%)
5) Kandungan olefin dan aromatis yang tinggi
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 132 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

6) Beberapa jenis tertentu (western shale di AS) mengandung zat besi dan arsen
yang signifikan.
3. Produksi Oil Shale
Tiga prinsip yang digunakan dalam ekstrasi oil shale ada tiga, yakni:
1) Pirolisis/Retorting/Destructive Distillation
Pada proses ini, oil shale dipanaskan tanpa adanya oksigen hingga kerogen
terdekomposisi menjadi condensable vapors dan non-condensable combustile
gas. Kemudian vapor dan gas ini dikumpulkan dan akibat dari penurunan suhu,
hidrokarbon pun terkondensasi dan terproduksi. Pada proses retorting di
permukaan, dekomposisi dimulai dari suhu 300ᴼC (570ᴼF). Pada suhu ini,
kerogen mulai mengalami dekomposisi menjadi hidrokarbon yang dapat
dipakai. Umumnya suhu optimumnya adalah sekitar 480ᴼC sampai 520ᴼC
(900ᴼ - 970ᴼF).
2) Hydrogenation
Hydrogenation merupakan usaha untuk mengekstraksi minyak menggunakan
donor hydrogen, solvent atau campuran dari keduanya. Umumnya digunakan
katalis untuk mempercepat reaksi kimia.
3) Thermal Dissolution
Thermal dissolution merupakan usaha untuk mengekstrasi minyak dengan
menggunakan solvent pada kondisi tekanan dan suhu tinggi, sehingga
meningkatkan produksi minyak dengan memecah-mecahkan rantai karbon
pada materi organik yang telah terlarutkan.
Pada aplikasinya, prinsip yang pertama (retorting) itulah yang sering digunakan
dengan berbagai pengembangan teknologi. Saat ini, teknologi tersebut terbagi
menjadi tiga kelompok besar.
1) Ex-situ Retorting
Pada kelompok ini oil shale pada dasarnya diangkat ke permukaan dan
diekstrasi oil shale dan proses retorting dilakukan menggunakan vessel
tertentu. Secara garis besar proses ex-situ retorting adalah:
a. Penambangan.
b. Penghancuran (crushing).
c. Retorting.
d. Perolehan gas dan cairan hidrokarbon.
e. Pembuangan residu spent shale berbentuk padatan.
Terdapat dua pendekatan umum dalam melakukan ex-situ retorting:
a. Penambangan di bawah tanah dengan surface retorting: pada proses ini bijih
shale ditambang, ditransportasikan ke permukaan, di hancurkan kemudian
dipanaskan dalam vessel untuk mengekstrasikan gas dan cairan, kemudian
residu dibuang kedalam penambangan ataupun ke area pembuangan lain.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 133 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

b. Penambangan di permukaan dengan surface retorting : pada proses ini bijih


shale diproduksikan pada penambangan terbuka, dihancurkan, dan
dilakukan retorting di permukaan.
2) In-situ Retorting
Pada kelompok ini oil shale diekstraksi pada tempat terdeposisinya batuan
shale tersebut sehingga tidak perlu memindahkan batuan dari bawah
permukaan.
Terdapat dua pendekatan umum dalam melakukan in-situ retorting:
a. True in-situ (combustion atau heating) : panas diaplikaskan langsung ke
bawah permukaan tanpa proses penambangan. Pada proses
pengembangan awal dilakukan combustion pada deposit shale untuk
menghasilkan panas. Namun, teknologi sekarang telah dikembangkan agar
tidak perlu dilakukan pembakaran shale resource.
b. Modified in-situ : pendekatan ini meningkatkan proses pirolisis dan efisiensi
perolehan dari proses combustion ataupun pemanasan yang dilakukan
dengan cara merekahkan batuan sehingga transfer panas dan aliran fluda
menjadi lebih baik.
3) Hybrid
Pendekatan ini merupakan pengembangan baru dimana ada kombinasi antara
berbagai pendekatan in-situ dan berbagai proses penambangan. Umumnya
dilakukan penambangan di permukaan dekat sumber daya oil shale kemudian
dipanaskan secara perlahan didalam isolasi yang terbentuk dari ruang kosong
akibat ekskavasi batuan hasil penambangan tersebut.
4. Pembuangan Residu Spent Shale
Spent shale adalah materi padatan sisa dari proses retorting dan segala proses
lainnya yang dilakukan untuk mengekstrasi hidrokarbon maupun mineral-mineral
lainnya dari oil shale. Metode pembuangan yang paling popular dan menarik
secara ekonomis untuk proses ex-situ retorting adalah pembuangan langsung di
tempat tertentu di permukaan. Namun lokasi pembuangan ini umumnya adalah
pada jalur drainase alami sehingga dibutuhkan usaha untuk mengarahkan ulang
aliran air alami dan juga meminimalisasi atau meniadakan luluhnya berbagai
materi dari residu tersebut yang dapat larut dalam air. Dengan demikian, metode
pembuangan residu ini harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan
mengenai lingkungan yang berlaku.
5. Tantangan Pengembangan dan Feasibilitas Ekonomi
Beberapa tantangan berat yang masih perlu diperhatikan dalam pengembangan
lapangan oi shale yaitu:
1) Peningkatan efisiensi energi dan mengurangi kebutuhan energi input.
2) Peningkatan resource recoverability dan conservation.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 134 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

3) Minimalisasi kebutuhan net water dan pengembangan konservasi serta strategi


re-use yang efektif.
4) Aplikasi kontrol lanjut untuk menjaga kualitas air.
5) Pengurangani produk karbon dioksida dan manajemen emisi life-cycle karbon.
6) Perlindungan untuk kualitas permukaan dan air tanah dari proses in-situ dan
ex-situ.
7) Pengurangan, manajemen, dan penggunaan atau pembuangan spent shale
8) Pengembangan infrastruktur dan dukungan pengembangan concurrent untuk
sumber daya mineral dan sumber energi.
9) Pengurangan risiko dan strategi mitigasi untuk mengidentfikasikan potensi
dampak-dampak sosial-ekonomi.
Kesuksesan secara ekonomi untuk sebuah industri oil shale bergantung pada
faktor-faktor ini.
1) Batuan shale, saat distilasi, harus menghasilkan hidrokarbon yang
menyerupai migas konvensional secara karakter dan komposisi. Umumnya
distilasi dilakukan didalam retort agar membuat prosesnya kontinu dan lebih
efisien.
2) Nilai yield untuk batuan shale harus sangat besar agar biara penambangan
dan treatment tertutup, atau karakter minyak yang dihasilkan harus memiliki
nilai yang tidak biasa; contohnya: persentase paraffin tinggi atau ichthyol yang
cukup banyak.
3) Karena kondisi sebelumnya sangatlah jarang di industri oil-shale, maka
dibutuhkan byproduct yang cukup berharga untuk mengkompensasi beratnya
proses penambangan dan treatment. Nitrogen yang dikombinasi, umumnya
dikonversi menjadi ammonia dalam distilasi, telah menjadi penyelamat untuk
beberapa perusahaan Skotlandia dan merupakan sebuah konsiderasi yang
diperlukan untuk industri shale-oil dimanapun.
4) Jika diasumsikan keluaran minyak yang mencukupi (30 – 60 gallon untuk
setiap ton shale) dan keluaran ammonia yang mendukung, maka kuantitas oil
shale yang diproduksikan harus sangat besar sehingga proses dapat
dilakukan dengan metode yang terjangkau secara kapital. Suplai ait yang
cukup juga penting untuk kondensasi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
5) Asam sulfur yang mencukupi untuk absorpsi ammonia.
6) Karakter batuan dan metode proses sangat menentukan kualitas minyak yang
dihasilkan. Sehingga menentukan juga income dari industri dan tentunya
menentukan feasibilitas pengembangan yang dilakukan.
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 135 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

LAMPIRAN
Lampiran 1 – Sistem Reservoir Gas Metana Batubara
Gambar 1.1 Proses terbentuknya batubara
Gambar 1.2 Karakteristik Reservoir Gas Metana Batubara
Gambar 1.3 Tahap perubahan kondisi fisik batubara
terhadap peningkatan waktu dan temperatur
Gambar 1.4 Volume gas metana sebagai fungsi peringkat batubara
Tabel 1.1 Peringkat batubara berdasarkan ASTM
Lampiran 2 – Sistem Reservoir Shale Gas
Gambar 2.1 Sistem petroleum dari hidrokarbon
Gambar 2.2 Skema aliran pada reservoir gas serpih
Tabel 2.1 Data yang diperlukan untuk karakterisasi reservoir shale gas
Lampiran 3 – Oil Shale
Gambar 3.1 Peta Persebaran Mineralogi Batuan Oil Shale dari
berbagai Basin
Gambar 3.2 Hubungan beberapa nilai logging terhadap Assay Yield
Gambar 3.3 Skema Petrosix Gas Combustion Retort dari Brasil
Gambar 3.4 Skema Fushun Retort dari Cina
Gambar 3.5 Skema Kiviter Retort dari Estonia
Gambar 3.6 Skema Galoter Retort dari Estonia
Gambar 3.7 ATP Horizontal Rotating Kiln
Gambar 3.8 Skema Red Leaf's EcoShale In Capsule Process
Gambar 3.9 Skema Shell's In-Situ Conversion Process (ICP)
Gambar 3.10 Skema Exxon's ElectroFrac Process
Gambar 3.11 Skema metode milik Petroprobe / Earth Search Sciences
Gambar 3.12 Skema Schlumberger / Raytheon-CF Radio Frequency
Gambar 3.13 Skema IEP Geothermic Fuel Cell
Gambar 3.14 Peta cadangan oil shale Amerika Serikat
Gambar 3.15 Peta cadangan oil shale Kanada
Gambar 3.16 Peta cadangan oil shale Eropa
Gambar 3.17 Peta cadangan oil shale Asia
PEDOMAN
FUNGSI : UPSTREAM TECHNOLOGY CENTER – NOMOR : A-001/D30100/2016-S9
DIREKTORAT HULU REVISI KE :0
BERLAKU TMT : 1 FEBRUARI 2016
JUDUL : KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
MINYAK & GAS, PANAS BUMI, DAN HALAMAN : 136 dari 136
HIDROKARBON NON KONVENSIONAL

Gambar 3.18 Peta cadangan oil shale Amerika Selatan


Tabel 3.1 Perbandingan Properti Fluida Oil shale dengan Crude Oil
Tabel 3.2 Perbandingan Properti Fluida Oil shale dengan Upgraded
Oil shale dan Arab Light Crude
Tabel 3.3 World's Known Oil shale Resources
Lampiran 4 – TKI yang Berhubungan dengan Teknik Reservor dan Produksi
Hidrokarbon Non-Konvensional

Disiapkan oleh: Disetujui oleh:


Pjs, Chief Reservoir & System & Business VP Upstream SPV Development
Production, Process Manager, Technology Center, and Technology,

I Ketut Sujata Mardiani Sigit Rahardjo Amran Anwar


Tgl: Tgl: Tgl:
BAB IX LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN PENILAIAN FORMASI

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN PENILAIAN
FORMASI

137
LAMPIRAN 1 - TABEL

Tabel3. Metode Penilaian Formasi sepanjang


Fase Eksplorasi dan Produksi Lapangan

Fase Aktivitas Metode Penilaian Formasi


Eksplorasi Identifikasi struktur Seismik, gravitasi, magnetik
Mud logging, coring, Measurement
Pengeboran Pembuatan sumur
While Drilling (MWD)
Logging Log sumur Logging Open hole*
Sidewall Coring
Analisis Log Wireline Formation Testing
Evaluasi Primer
Pengujian Formasi Drill Stem Test
Repeat Formation Test*
Analisis Analisis Inti Batuan (core) Uji Lab
Analisis Material Balance
Eksploitasi Produksi Hidrokarbon
Logging Cased hole*
Secondary
Logging Produksi Analisis Logging Produksi*
Recovery
(* : dibahas dalam TKI Penilaian Formasi)

138
Tabel 4. TKI yang berhubungan dengan Penilaian Formasi

TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Pengontrolan Pembacaan Untuk data
Komputer dan
C-001 Kualitas Data Data yang Bagus Langsung dan logging yang
Software
Log Persamaan belum dikontrol
Pengeditan Data Rekaman Log
C-002 Grafik Software
Log yang Baik
Log Caliper,
Penentuan
Log Sumur open
C-003 Resistivitas Rxo Grafik
Resistivitas hole
Flushed Zone
Rxo
Penentuan Caliper, SP, Sumur open
C-004 Resistivitas Rt ,di Grafik GR, Log hole, kombinasi
Uninvaded Zone Resistivitas Rt dengan C-003
SP, GR, Log
Rwa, Log
Resistivitas,
Grafik Sumur open
Penentuan Log Porositas,
Kertas Grafik hole, clean
C-005 Resistivitas Air Rw
Log-log formation
Formasi
dengan Vsh< 5%
Log
Persamaan Resistivitas
(Rxo dan Rt)
Log Porositas
(Sonik,
Grafik
Neutron,
Penentuan Densitas) Sumur open
C-006 Porositas dari 1 Ø Log Porositas hole, ada data
Jenis Log (Sonik, litologi
Persamaan Densitas,
LDL), Log
Resistivitas
Penentuan Log Porositas
Litologi dan (Sonik,
Sumur open
C-007 Porositas dari Ø dan Litologi Grafik Neutron,
hole
Kombinasi 2 Densitas,
Jenis Log LDL)
Log Porositas
Penentuan
(Sonik,
Litologi dari Sumur open
C-008 Litologi Grafik Neutron,
Kombinasi 3 hole
Densitas,
Jenis Log
LDL)
Log Dielektrik,
Log
Grafik
Penentuan Resistivitas,
Eksponen Log Porositas
Sumur open
C-009 Sementasi untuk m Log
hole
Batuan Resistivitas,
Karbonat Persamaan Log Porositas,
Kertas Grafik
Log-log

139
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA

SP, GR, Log


Grafik
Resistivitas Rt
Penentuan Sumur open
C-010 Vsh
Volume Shale SP, GR, Log hole
Persamaan Neutron, Log
Densitas, LDL
Log Dielektrik,
Log
Penentuan
Resistivitas,
Saturasi Air Sumur open
C-011 Sw Grafik Log Porositas,
dengan Quick hole
Log Rwa,
Look
Kertas Grafik
Log-log
SP, GR, Log
Dielektrik, Log
Resistivitas,
Grafik Log Porositas,
Penentuan Log Rwa, Sumur open
Saturasi Air Kertas Grafik hole, clean
C-012 Sw
untuk Clean Log-log formation
Formation dengan Vsh< 5%
SP, GR, Log
Persamaan Resistivitas,
Log Porositas
SP, GR, Log
Dielektrik, Log Sumur open
Penentuan Grafik Resistivitas, hole, shaly
Saturasi Air Log Porositas, formation
C-013 Sw Log Rwa
untuk Shaly dengan Vsh<
Formation SP, GR, Log 5%, jenis
Persamaan Resistivitas, distribusi shale
Log Porositas
SP, GR, Log
Porositas,
Kertas Grafik
Kartesian, Sumur open
Penentuan Cut- Cut-off dan Net Grafik dan
C-014 Borehole hole, butuh data
off dan Net Pay pay Persamaan
Imager, Alat produksi
Survey
Inklinasi
Sumur/MWD
Log neutron,
Log densitas,
Grafik Log
Penentuan Resistivitas Sumur open
C-015 Densitas ρh Rxo hole, data
Hidrokarbon litologi tersedia
Log Neutron,
Persamaan
Log Densitas

Log
Penentuan Sumur open
Resistivitas,
C-016 Permeabilitas k Persamaan hole, data core
Log Porositas,
dari Log tidak tersedia
dan Log NMR
Sumur open
Penentuan hole, dilakukan
Pf dan Kontak Log RFT, Log
C-017 Tekanan Grafik segera setelah
Fluida MDT
Formasi proses
pengeboran
140
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Data Core,
Penentuan
GR, Log Data core
C-018 Hydraulic Flow HFU dan k Persamaan
Porositas, tersedia
Unit
Software
CAL, SP, GR,
Log Sonik,
Log
Pengidentifikasi Lokasi Zona dan Pembacaan
Temperatur,
an dan Evaluasi Arah Rekahan Langsung
Borehole Sumur open
C-019 Karakteristik Imager, hole
Formasi Rekah Dipmeter
Alami
Log Densitas,
Ø2 dan Vfd Persamaan Log neutron,
Log sonik
Borehole
Penentuan
Imager (FMI,
Intensitas
OBMI, STAR Sumur open
C-020 Rekahan Ifracture Persamaan
Imager, Earth hole
Dengan
Imager, EMI,
Borehole Image
OMRI)
Pembacaan
Ø
Penafsiran Log Langsung
Nuclear
Distribusi Pori dan Sumur open
C-021 Magnetic Persamaan Log NMR
Lokasi Zona Gas hole
Resonance
(NMR)
k Persamaan

Sumur open
Log Dielektrik,
hole / cased
Penafsiran Log Log Neutron,
C-022 Sw, Sor, Smo, m, n Persamaan hole, baik untuk
Dielektrik Log Densitas,
formasi karbonat
Software
atau shaly sand
Evaluasi Hasil
Penyemenan
Primer,
Compressive Grafik
Penilaian Hasil Strength dan Log CBL , Log Sumur cased
C-023 Penyemenan Bond Index VDL hole
Sumur Cement
Pembacaan
Puncak Semen
Langsung
Log CO, Log
Pulsed
Penentuan Grafik
Neutron
Saturasi Air di Sumur cased
C-024 Sw Captured
Belakang hole
Casing
Persamaan Log CHFR

Penentuan
Resistivitas
Sumur cased
C-025 Formasi di Rf Persamaan Log CHFR
hole
Belakang
Casing

141
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA

Thief Zone dan


Pembacaan Continuous
Kebocoran pada
Langsung Spinner Sumur open
Penafsiran Log Tubing/Casing
C-026 Flowmeter hole / cased
Flowmeter
(CSF), Basket hole
Laju Injeksi Aliran Grafik Flowmeter

Gradiomanom
Persamaan
eter
ρf
Gammay Ray
Persamaan
Densitometer
Penafsiran Log Sumur cased
C-027 Kontak Gas - Air
Densitas Fluida hole
dan Keberadaan Pembacaan
Emulsi Air - Langsung Log PLT
Minyak Densitas
Fluida
Analisa Profil
Persamaan
Aliran

Hold-up Air Grafik


Sumur cased
Identifikasi Log PLT hole, kombinasi
Penafsiran Log
C-028 Minyak Berat dan Pembacaan Kapasitan dengan C-027
Kapasitan Fluida
Air, Interpretasi Langsung Fluida untuk fluida yg
Pemisahan Fasa sulit dibedakan

Analisa Profil
Persamaan
Aliran
Identifikasi Zona
Injeksi dan Zona
Produksi, Lokasi
Underground
Blowout,
Pembacaan
Kebocoran
Langsung
Penafsiran Log Casing, Log PLT Sumur cased
C-029
Temperatur Pergerakan Temperatur hole
Fluida di Balik
Casing, Posisi
Puncak Semen

Laju Alir Fluida Persamaan

Deteksi
Keberadaan
Channel, Pembacaan
Kebocoran Aliran Langsung
Penafsiran 1 Fasa atau 2 Log PLT Sumur cased
C-030
Noise Log Fasa Noise hole

Deteksi Produksi
Persamaan
Pasir

142
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Identifikasi Lokasi
Puncak Semen,
Penafsiran Channel di Pembacaan Log PLT Sumur cased
C-031
Tracer Log Belakang Casing, Langsung Tracer hole
Lokasi Rekahan,
Profil Aliran
Penafsiran
Pembacaan Spectral Noise Sumur cased
C-032 Spectral Noise Channeling
Langsung Log (SNL) hole
Log (SNL)

143
LAMPIRAN 2 – DAFTAR MNEMONIC PERALATAN LOG

Mnemonics Deskripsi Perusahaan


2IL dual induction focused log Birdwell
ABC acoustic borehole compensated Birdwell
AIT Array induction tool
AO AIT log with 1 ft vertical resolution Schlumberger
AO10 AIT log with 1 ft vertical resolution Schlumberger
AO90 AIT log with 1 ft vertical resolution Schlumberger
APS EPI accelerator porosity sonde epithermal
Schlumberger
POR LS COR porosity log
ASN AMPLIFIED SHORT NORMAL Schlumberger
AT AIT log with 2 ft vertical resolution Schlumberger
ARI azimuthal resistivity imager Schlumberger
BCA borehole compensated acoustic BPB Instruments
BCN borehole compensated neutron log NL McCullough
BCS borehole compensated sonic Gearhart
BGT borehole geometry log Schlumberger
BHC BHC acoustilog Dresser Atlas
BHC BHC sonic log Schlumberger
BHGM borehole gravity meter Edcon
BMIN Microresistivity
BMNO Microresistivity
BRD bed resolution density BPB Instruments
BS bit size
BSAL borehole salinity
CA3 caliper Birdwell
CA6 caliper Birdwell
CAL caliper
CAL caliper Gearhart
CALI caliper generic
CAL caliper Welex
CALS sonic caliper
CAVL Compensated acoustic velocity log Welex
CCL casing collar locator Schlumberger
CDL compensated density log BPB Instruments
CDL compensated densilog Dresser Atlas
CDL compensated density log Gearhart
CDL density log compensated Welex
CDN compensated density neutron tool Schlumberger
CDR continuous directional survey Schlumberger
CDS continuous deviation survey BPB Instruments
CDS continuous directional survey Gearhart
CGR computed gamma ray Schlumberger
CGSL capture gamma spectral log Welex

144
Mnemonics Deskripsi Perusahaan
CHES cased hole evaluation
CIDP phasor processed deep conductivity Schlumberger
CLASS clay analysis and shaly sand evaluation Dresser Atlas
CLAYS clay analysis
CLSD compensated long spacing density BPB Instruments
CMR combinable magnetic resonance tool Schlumberger
CMS circumferential microsonic Schlumberger
CNL compensated neutron log Schlumberger
CNL compensated neutron log n-t Schlumberger
CNLog compensated neutron log n-t and n-e Dresser Atlas
CNS compensated neutron survey n-t Gearhart
COC spectralog carbon oxygen log Dresser Atlas
CONC contact caliper log Welex
COR carbon oxygen ratio Schlumberger
CMR combinable magentic resonance tool Schlumberger
CRA Prolog complex reservoir analysis Dresser Atlas
CSF continuous spinner flowmeter Dresser Atlas
CSNG compensated spectral natural gamma log Welex
CSNG compensated spectral natural gamma log Welex
DBC density/borehole compensated Birdwell
DCAL 1D caliper Schlumberger
DCL dielectric constant log Gearhart
DCL dielectric constant log Welex
DDFG dual dynamically focused guard log Welex
DEL dielectric log Dresser Atlas
DF fluid density log Birdwell
DGFL dual guard FoRxo log Welex
DGL dual guard log Welex
DHD dual dipmeter Schlumberger
DHL deviated hole logging system Schlumberger
DIFL dual induction focused log Dresser atlas
DIFL dual induction focused log Welex
DIGL dual induction guard Welex
DIL dual induction resistivity Schlumberger
DIL dual induction log Welex
DIP resistivity dip log Welex
DIRSID directional survey Dresser Atlas
DISN dual induction short normal log Welex
DL density log Gearhart
DLL dual laterolog Dresser Atlas
DLL dual laterolog Gearhart
DLL dual laterolog Schlumberger
DNL dual spaced neutron n-t BPB Instruments
DNLL dual detector neutron lifetime log Dresser Atlas
DNP dual compensated neutron n-t and n-e Schlumberger
145
Mnemonics Deskripsi Perusahaan
DPHI density porosity Schlumberger
DPO LDS density porosity Schlumberger
DPT deep propagation log Schlumberger
DRHO delta rho Schlumberger
DSI shear, compressional, and stoneley waves Schlumberger
DSI dual spaced induction BPB
DSL digital sonic log Schlumberger
DSN dual spaced neutron log n-t Welex
DT delta transit time generic
DTCO delta transit time compressional
DTL differential temperature log Gearhart
DTSM delta transit time shear measurement
DTST delta transit time stoneley wave
Dresser atlas,
EL electric log
schlumberger, welex
ELREC electric log salt dome profile Gearhart
EMC micro contact caliper Birdwell
ENP epithermal neutron log n-e BPB Instruments
EPT electromagnetic propagation log Schlumberger
ES electric log Birdwell
FCL FoRxo caliper log Welex
FDC formation density log compensated Schlumberger
FDL formation density l Birdwell
FDL fracture detection log Gearhart
FE focused electric BPB Instruments
FED dipmeter Gearhart
FF fracture finder Welex
FIL Fracture identification log Schlumberger
FIT formation interval tester Schlumberger
FMT formation multitester Dresser Atlas
FPL fracture profile log Welex
FRAC fracture analysis Dresser Atlas
FWAL full wave acoustic log Welex
GCL Continuous guidance log Schlumberger
GDS guard log Birdwell
GFL Guard-FoRxo Welex
GL guard log Gearhart
GL guard log Welex
GR gamma ray all
GRB gamma ray backup
GST gamma spectrometry log Schlumberger
GST gamma spectrometry log Schlumberger
HCGR hostile natural gamma ray sonde computed Schlumberger
HDT-E high resolution digital dipmeter Schlumberger
HLDT hostile environment lithodensity tool Schlumberger

146
Mnemonics Deskripsi Perusahaan
HRC hard rock coring tool Gearhart
HRD high resolution density BPB Instruments
HRDIP Hi Resolution 4 arm diplog Dresser Atlas
HRT high resolution thermometer Schlumberger
hostile natural gamma ray sonde standard
HSGR
gamma ray
IDER enhanced phasor processed deep resistivity Schlumberger
IEL induction electric Gearhart
IEL induction electric log Welex
IES induction electric Birdwell
Gearhart,
IL induction log
Schlumberger
deep induction standard processed
ILD Schlumberger
resistivity
medim induction standard processed
ILM Schlumberger
resistivity
Enhanced phasor processed medium
IMER Schlumberger
resistivity
IS induction Birdwell
ISF ISF induction log Schlumberger
L laterolog Schlumberger
LCRA lithology complex reservoir analysis Dresser Atlas
LDS lithodensity Schlumberger
LDT litho density compensated Schlumberger
LDT-CNL lithodensity/compensated neutron log
LL laterolog Dresser Atlas
LLD laterolog deep part of dual laterolog
log scale / part of dual
LLS laterolog shallow
laterolog
LN LONG NORMAL 64" Schlumberger
LSAL long spaced acoustic velocity log Welex
LSBHC long spaced BHC acoutilog Dresser Atlas
LSD long spacing density BPB Instruments
LSS long spaced sonic Gearhart
LSS long spaced sonic Schlumberger
MCS multichannel sonic BPB Instruments
MEL micro electric log Gearhart
MIS magnetic inclinometer survey Birdwell
ML minilog Dresser Atlas
ML microlog Schlumberger
MLL micro resistivity BPB Instruments
MLL micro laterolog Gearhart
MLL microlaterolog Schlumberger
MRIL magnetic resonance imaging log NUMAR
MSF microspherically focused log Gearhart
MSFL MicroSFL resistivity Schlumberger

147
Mnemonics Deskripsi Perusahaan
MSFL Microresistivity
MSFL micro sfl Schlumberger
MSG microseismogram Welex
MST multiset tester Welex
NBC neutron borehole compensated n-t Birdwell
NGS natural gamma ray spectrometry log Schlumberger
NGS natural gamma ray spectrometry log Schlumberger
NGS natural gamma ray spectrometry log Schlumberger
NL neutron log n-gamma and n-e, n-t Birdwell
NL neutron log n-gamma Schlumberger
NL neutron log n-gamma and n-t Welex
NLL neutron lifetime log Dresser Atlas
NML nuclear magnetism log Dresser Atlas
NML nuclear magnetism log Schlumberger
NMR nuclear magnetic resonance Schlumberger
NN neutron n-t BPB Instruments
NPHI neutron porosity
NPOR neuton porosity
NPLT nuclear porosity lithology tool Schlumberger
PCD powered caliper device Schlumberger
PE photoelectric generic
PEF photoelectric effect Schlumberger
PEFL photoelectric effect long Schlumberger
PEFS photoelectric effect short Schlumberger
PHIE Porosity Schlumberger
accelerator porosity sonde epithermal
PHILC Schlumberger
porosity l
PHIN neutron porosity generic
PL pressure log Birdwell
PL proximity log generic
PML proximity minilog Dresser Atlas
PNL pulse neutron log generic
POTA potassium curve Schlumberger
PTL precision temperature log Welex
RFT repeat formation tester Schlumberger
RHOB bulk density Schlumberger
RMA radioactive mineral analysis Dresser Atlas
RX0 Microresistivity generic
SAND Prolog Sandstone Analysis Dresser Atlas
SCCL shale compensated chlorine log NL McCullough
SDA stratadip analysis Dresser Atlas
SDL spectral density log
SDS slimline dipmeter survey BPB Instruments
SF spherically focused log Gearhart
SFAL sonic formation amplitude log Gearhart

148
Mnemonics Deskripsi Perusahaan
SFL Spherically focused log Schlumberger
SFL spherically focused log Schlumberger
SFLU spherically focused log, unaveraged Schlumberger
SFT select formation tester Gearhart
SFT sequential formation tester Welex
SGR spectroscopy gamma ray Schlumberger
SGR spectral gamma ray Gearhart
SGR spectral gamma ray Gearhart
SL-A amplitude log Schlumberger
SL-WFP wave train display Schlumberger
SN short normal resistivity generic
SNL sidewall neutron log n-e Gearhart
SNP sidewall neutron log n-e Schlumberger
SP Spontaneous potential Schlumberger
SPHI sonic derived porosity curve generic
SPL spectral gamma ray Spectralog
SS seismic spectrum Gearhart
SS synthetic seismogram Dresser Atlas
SWA sidewall acoustic log Dresser Atlas
SWC sidewall coring Welex
SWD core gun Birdwell
SWN sidewall epithermal neutron n-e Dresser Atlas
SWN sidewall neutron log n-e Welex
TCR quantitative tracer survey CRC Wireline
TDT thermal decay time log Schlumberger
TENS tension Schlumberger
THOR thorium curve Schlumberger
TL temperature log Birdwell
TL temperature log Gearhart
TLD differential temperature log Birdwell
TMD thermal multigate decay log Welex
TRF well treatment profile Birdwell
TRP radioactive tracer log Birdwell
TS temperature/differential temperature BPB Instruments
TVD true vertical depth Dresser Atlas
ULSEL electric log salt dome profile
URAN uranium curve Schlumberger
V3D 3-D velocity log Birdwell
VDL variable density log Dresser Atlas
VDL variable density log Schlumberger
VSP vertical seismic profile Dresser Atlas
WSR well seismic record Schlumberger
WSS wellbore sibilation survey Birdwell
XYC x-y caliper Gearhart

149
BAB X LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR MINYAK DAN GAS

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR
MINYAK DAN GAS

150
LAMPIRAN 1 – TKI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK RESERVOIR
MINYAK DAN GAS

NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS
Porositas
Penentuan Rata-Rata,
Parameter Permeabilitas Komputer Untuk Satu
C-034 Persamaan
Reservoir Rata-Rata, dan Software Layer Reservoir
Rata-Rata dan Saturasi
Air Rata-Rata
Penentuan Kurva
Data Tekanan Untuk Satu
Persamaan Komputer
C-035 Tekanan Kapiler Rata- Litologi yang
& Grafik dan Software
Kapiler Rata- Rata Versus Sama
Rata Saturasi Air
Penentuan Kurva
Kurva Permeabilitas
Komputer
C-036 Permeabilitas Relatif Rata- Persamaan
dan Software
Relatif Rata- Rata Versus
Rata Saturasi
Perhitungan
Kurva
Kurva
Permeabilitas
Permeabilitas Komputer
C-037 Relatif Rata- Persamaan
Relatif Rata- dan Software
Rata dengan
Rata
Tekanan
Kapiler
Penentuan Permeabilitas
Kurva Relatif
Komputer
C-038 Permeabilitas Minyak Pada Persamaan
dan Software
Relatif Tiga Sistem Tiga
Fasa Fasa
Kedalaman
Bidang
Penentuan
Kontak
Bidang Batas Persamaan Komputer
C-039 Minyak-Air
Minyak-Air & Grafik dan Software
dan Gas-
dan Gas-Air
Minyak atau
Gas-Air
Tabel Rule of
Jenis Fluida Pencocokan
Penentuan Thumb untuk
Reservoir dengan
C-040 Jenis Fluida Setiap Jenis
untuk Suatu Tabel Rule
Reservoir Fluida
Reservoir of Thumb
Reservoir

151
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS
Pengambilan Teknik
Perbanding Alat untuk
Sampel Sampel
C-041 an Tiap Teknik yang
Fluida Fluida yang
Teknik Dipilih
Reservoir Tepat
Piston, Sel
Analisis
Data yang Pengukuran Fluida dan
C-042 Fluida di
Baik Langsung Pressure
Laboratorium
Gauge
Bo, Rs,
Viskositas &
Analisis Hasil Persamaan Komputer
C-043 Kompresibilit
PVT & Grafik dan Software
as Minyak,
dan Bg
Penggunaan
Komputer
C-044 Persamaan Tekanan Persamaan
dan Software
Keadaan
Rs, Bo, Co,
Rsw, Bw, Cw,
SG Gas
Bebas & Gas
Terlarut,
Densitas
Minyak,
Densitas Air,
Densitas
Gas, Z,
Penggunaan Viskositas
Korelasi Minyak, Komputer,
Persamaan
C-045 Sifat-Sifat Viskositas Software, dan
& Grafik
Fisik Fluida Air, Grafik
Reservoir Viskositas
Emulsi,
Viskositas
Gas,
Interfacial
Tension Gas-
Minyak,
Interfacial
Tension Air,
dan Tekanan
Saturasi (Pb)
Penentuan
SP Log,
Zona dan Membanding
Zona & Porosity Log,
Interval kan
Interval Gamma Ray
C-046 Perforasi beberapa
Perforasi aspek Log, dan
ditinjau dari
yang Tepat reservoir Resistivity
Aspek
Log
Reservoir

152
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS
SP Log,
Porosity Log,
Pembuatan Peta Isopach
Gamma Ray
C-047 Peta dari Suatu Grafik
Log, dan
Cadangan Reservoir
Resistivity
Log
Perhitungan
Volume Planimeter
Volume Persamaan
C-048 Reservoir dan
Reservoir & Grafik
Menggunaka Komputer
n Planimeter
OOIP dan
atau OGIP,
Primary
Perhitungan
Recovery Komputer
C-049 OOIP dan Persamaan
Factor, dan dan Software
OGIP
Primary
Maximum
Recovery
Penggunaan
Komputer
C-050 Simulasi Cadangan Persamaan
dan Software
Monte Carlo
Perhitungan
Cadangan
dan
OOIP, IGIP,
Peramalan
Water Influx, Persamaan Komputer
C-051 Kinerja
dan Ukuran & Grafik dan Software
Reservoir
Gas Cap (m)
dengan
Material
Balance
Perhitungan
Cadangan
dan
Peramalan
Persamaan Komputer
C-052 Kinerja Cadangan
& Grafik dan Software
Reservoir
dengan
Decline
Curve
Recovery
Factor
Peramalan
Minyak atau Persamaan Komputer
C-053 Recovery
Gas, dan & Grafik dan Software
Factor
Ultimate
Recovery

153
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS

DST, Porosity
Penentuan Jenis Drive Persamaan Log,
Jenis Drive Mechanism & Resistivity
C-054
Mechanism Suatu Pembacaan Log,
Reservoir Reservoir Hasil Tes Komputer
dan Software
Water Influx,
Peramalan
dan Prediksi
Kinerja
Besaran
Reservoir Komputer
C-055 Produksi Persamaan
Minyak dan Software
Sebagai
dengan
Fungsi dari
Water Drive
Waktu
Peramalan
Kinerja Prediksi Np,
Reservoir Gp, R, Laju
Komputer
C-056 Minyak Minyak, P Persamaan
dan Software
dengan terhadap
Depletion Waktu
Drive
Peramalan
Prediksi Np,
Kinerja
Gp, R, Laju
Reservoir Komputer
C-057 Minyak Persamaan
Minyak dan Software
terhadap
dengan Gas
Waktu
Cap Drive
Critical Oil
Rate,
Breakthrough
Time,
Prediksi Qoil
Peramalan & Qwater
Kinerja Terhadap Komputer,
Persamaan
C-058 Reservoir Waktu Software dan
& Grafik
dengan Setelah Grafik Chan
Water Coning Breakthrough
, dan Prediksi
Apakah
Terjadi Water
Coning Atau
Tidak
Gas
Peramalan
Breakthrough
Kinerja Komputer,
Time,
Reservoir Persamaan Software dan
C-059 Prediksi
Minyak & Grafik Diagnostic
Apakah Terjai
dengan Gas Plot Chan
Gas Coning
Coning
Atau Tidak
154
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS

Laju Alir
Selama
Pengujian,
Komputer,
Perencanaan Kepekaan
Software dan
Uji Sumur Alat Perekam Persamaan
C-060 Tabel Skin
Secara Tekanan, & Tabel
dari
Umum Lama Waktu
Economides
Produksi, dan
Lama Waktu
Penutupan
Perencanaan Data Hasil Uji
Uji Sumur Sumur untuk
Komputer
C-061 Untuk Tight Tight Gas Persamaan
dan Software
Gas yang
Reservoir Representatif
Laju Alir
selama
Pengujian,
Kepekaan
Perencanaan Alat Perekam
Pulse Test Tekanan, Komputer
C-062 Persamaan
Tekanan Pulse time, dan Software
Reservoir Panjang
Pulse Cycle,
dan Lama
Waktu
Produksi
Komputer,
Software, dan
Pengidentifik Model
Grafik Rule of
C-063 asian Model Reservoir Grafik
Thumb untuk
Reservoir yang Tepat
Setiap Model
Reservoir
Permeabilitas
Analisis Hasil Formasi, Skin
Uji Dradown Faktor,
Persamaan Komputer &
C-064 Dan Uji Volume Pori,
& Grafik Software
Batas-batas dan Bentuk
Reservoir Daerah
Pengurasan

155
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS

Permeabilitas
Formasi, Skin
Faktor,
Efisiensi
Aliran,
Komputer,
Analisis Hasil Tekanan
Software dan
Uji Buildup Awal
Persamaan Tabel Bentuk
C-065 untuk Sistem Reservoir &
& Grafik Daerah
Porositas Tekanan
Pengurasan
Tunggal Rata-Rata
dari Dietz
Reservoir,
dan Jarak
Bidang
Patahan dari
Sumur
Permeabilitas
, Skin Faktor,
Indeks
Injektivitas,
Analisis Hasil Persamaan Komputer &
C-066 Efisiensi
Uji Falloff & Grafik Software
Aliran, dan
Tekanan
Reservoir
Statik
Mendeteksi
Ada Tidaknya
Hubungan
Antar Sumur
Dalam Suatu
Reservoir,
Permeabilitas
dan Harga
Analisis Hasil
Perkalian Persamaan Komputer &
C-067 Uji
Porositas dan & Grafik Software
Interferensi
Kompresibilit
as Batuan,
Arah Aliran
Fluida di
Dalam
Reservoir,
dan Arah
Permeabilitas
Permeabilitas
Analisis Hasil Formasi, Skin
Uji Multi Faktor, dan Persamaan Komputer &
C-068
Production Tekanan & Grafik Software
Rate Reservoir
Rata-Rata
156
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS
Permeabilitas
Komputer,
Formasi,
Analisis Hasil Software dan
Skin, Volume
Uji Pressure Persamaan Tabel Bentuk
C-069 Pori, dan
Drawdown & Grafik Daerah
Bentuk
Untuk Gas Pengurasan
Daerah
dari Dietz
Pengurasan
Permeabilitas
Formasi, Skin
Faktor,
Efisiensi
Analisis Hasil
Aliran,
Uji Pressure Persamaan Komputer &
C-070 Tekanan
Buildup & Grafik Software
Awal
Untuk Gas
Reservoir &
Tekanan
Rata-Rata
Reservoir
Analisis Uji
Permeabilitas Komputer,
Sumur
Formasi, Skin Software, dan
Menggunaka
Faktor, dan Persamaan Grafik Type
C-071 n Pressure
Koefisien & Grafik Curve untuk
Dan Pressure
Wellbore Setiap Model
Derivative
Storage Reservoir
Type Curve
Permeabilitas
Formasi, Skin
Faktor,
Perbandinga
n Storativity,
Koefisien
Komputer,
Analisis Hasil Aliran Antara
Software, dan
Uji Sumur Sistem
Persamaan Grafik Type
C-072 Pada Matriks dan
& Grafik Curve untuk
Reservoir Sistem
Setiap Model
Rekah Alami Rekah atau
Reservoir
Interporosity
Flow
Coefficient,
dan Koefisien
Wellbore
Storage

157
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS
Penentuan Kurva
Harga Permeabilitas
Perbandinga Gas
n Terhadap
Permeabilitas Minyak Persamaan Komputer &
C-073
Gas (krg/kro) & Grafik Software
Terhadap Sebagai
Minyak Dari Fungsi
Data Saturasi
Produksi Liquid (Sl)
Kejadian
Mekanis di
Dalam Sumur
Selama Uji
DST,
Karakteristik Komputer,
Analisis Reservoir Software &
C-074 Kualitatif yang Diuji, Grafik Gambar Rule
Hasil DST dan Tindak of Thumb dari
Lanjut Perlu Hasil DST
Tidaknya
Dianalisis
Hasil DST
Secara
Kuantitatif
Data Hasil Uji
Perencanaan
Deliverability Komputer &
C-075 Uji Persamaan
yang Software
Deliverability
Representatif
Perhitungan
AOFP dan Persamaan Komputer &
C-076 Deliverability
Kurva IPR & Grafik Software
Sumur Gas
Penentuan
Kurva IPR
Potensi
untuk Sumur Persamaan Komputer &
C-077 Sumur
Minyak & Grafik Software
Minyak
Vertikal
Vertikal
Penentuan
Kurva IPR
Potensi
untuk Sumur Persamaan Komputer &
C-078 Sumur
Minyak & Grafik Software
Minyak
Horizontal
Horizontal

158
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS

Pencocokan
Pemilihan dengan Tabel
Metode EOR
C-079 Teknis Tabel Screening
yang Tepat
Metode EOR Screening EOR
EOR
Prediksi Sw
Rata-Rata,
Np, Wi dan
Komputer,
WOR
Peramalan Software &
Terhadap Persamaan
C-080 Kinerja Kurva-Kurva
Waktu, dan & Grafik
Injeksi Air dari Tiap
Perolehan
Metode
Maksimum
Akibat Injeksi
Air
Prediksi Laju
Produksi dan Komputer,
Peramalan Produksi Software &
Persamaan
C-081 Kinerja Kumulatif Kurva-Kurva
& Grafik
Injeksi Uap Minyak dari Tiap
Terhadap Metode
Waktu
Prediksi Laju
Peramalan Produksi
Komputer &
C-082 Kinerja Cyclic Minyak dan Persamaan
Software
Steam Air Terhadap
Waktu
Peramalan Prediksi Np,
Kinerja Wi, dan WOR Komputer &
C-083 Persamaan
Injeksi Terhadap Software
Polimer Waktu
Jumlah Air
yang
Dibutuhkan
untuk
Perencanaan Menaikkan
Kinerja EOR Tekanan Komputer &
C-084 Persamaan
Dengan Reservoir, Software
Injeksi CO2 Jumlah CO2
yang
Dibutuhkan,
dan Tekanan
Injeki CO2

159
NO TEKNIK
JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISIS

Log Injeksi,
Pemantauan Hasil Injeksi Log Produksi,
C-085 Kinerja Air yang Monitoring Spinner dan
Waterflood Maksimal Pressure
Gauge
Pelaksanaan Reservoir Karakterisasi
Komputer &
C-086 Reservoir Management Reservoir/Si
mulasi Software
Management yang Baik

160
BAB XI LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN SIMULASI RESERVOIR

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN SIMULASI
RESERVOIR MINYAK DAN GAS

161
LAMPIRAN 1 – TKI YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIMULASI RESERVOIR

TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
ANALISIS
Model simulasi Pemilihan Model
yang sesuai dilakukan
Komputer dan
Pemilihan dengan didasarkan
software
Model karakterisasai pada tujuan
C-087 simulasi
Simulasi batuan, fluida, simulasi reservoir
reservoir
Reservoir dan tujuan dan analisis data
komersial
simulasi karakterisasi
reservoir reservoir
1. memilih
berdasarkan
parameter
orientasi grid,
jarak antar
sumur, sudut sel
Pemilihan 1. Jenis dan grid, jumlah grid,
Komputer dan Model statis
dan dimensi yang volume pori, dan
software diasumsikan
Pengujian sesuai dengan volume bulk.
C-088 simulasi diperoleh dari
Grid Untuk model 2. evaluasi
reservoir Tim Geologi dan
Simulasi 2. model properti
komersial Geofisika
Reservoir coarse grid permeabilitas,
porositas, dan
saturasi dan
geometri
reservoir yang
berasal dari
model statik.
Pembuatan
bangunan
Pembuatan cartesian grid Komputer dan Hanya berlaku
Model Grid model grid pada pola sumur software untuk reservoir
C-089 Untuk untuk sumur dan melakukan simulasi yang memiliki
Sumur berpola modifikasi reservoir sifat batuan
Berpola parameter- komersial yang homogen
parameter
reservoir
mendistribusik
an saturasi
fluida dan
Penginisiali Integrasi data- Komputer dan
tekanan di
sasian data core dan software
dalam model
C-090 Model well logging, simulasi
reservoir agar
Simulasi distribusi saturasi reservoir
dapat
Reservoir dan tekanan komersial
menggambark
an kondisi
awal reservoir

162
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
ANALISIS
pengubahan
terhadap variabel
bebas
pada properti
1. model yang reservoir (rock
mewakili type,
Penyelaras
konidisi permeabilitas Komputer dan
an Sejarah
reservoir relative, tekanan software
Kinerja
C-091 sebenarnya kapiler, ukuran simulasi
Reservoir
2. mengetahui dan sifat - sifat reservoir
Secara
kondisi fisik aquifer) agar komersial
Umum
reservoir saat sejarah kinerja
ini model dapat
selaras dengan
sejarah kinerja
lapangan yang
teramati.
Mengubah
model
variabel reservoir Komputer dan
reservoir yang
Penyelaras atau akuifer yang software
selaras
C-092 an Sejarah memiliki simulasi
dengan
Tekanan pengaruh reservoir
sejarah
terhadap tekanan komersial
tekanan
di dalam reservoir
Penyelarasan
dilakukan dengan
mengubah
variabel
Model
reservoir dan
reservoir yang
atau akuifer yang
selaras
memiliki
terhadap Komputer dan
pengaruh
Penyelaras akumulasi software Data produksi
terhadap saturasi
C-093 an Sejarah volume simulasi (alokasi) harus
yang terjadi di
Saturasi minyak, gas, reservoir tepat.
reservoir. Data
dan air atau komersial
yang
saturasi dari
diselaraskan
lapangan yang
pada bagian ini
sedang ditinjau
adalah:
1. Water Cut/
WOR
2. GOR

163
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI HASIL PERALATAN KETERANGAN
ANALISIS
Komputer,
Modifikasi data- software
data sumur yang simulasi
Penyelaras Keselarasan
mempengaruhi reservoir
an Sejarah data -data
produktivitas komersial,
C-094 Indeks produksi dan
sumur tertentu software
Produktivita tekanan yang
yang telah dipilih pengolahan
s terukur
sebagai sumur data
kunci (spreadsheet
application)
Peramalan
Simulasi
kinerja
beberapa Komputer dan
reservoir
Peramalan kemungkinan software
yang sesuai
C-095 Kinerja skenario simulasi
dengan
Reservoir pengembangan reservoir
batasan dan
lapangan dengan komersial
tujuan simulasi
simulator
reservoir
Alokasi Perhitungan Komputer dan
Pembuatan
produksi tiap menggunakan software
C-096 Splitting
zona software komersial
Produksi
reservoir komersial /spreadsheet
Pelaksanaan atau
pengerjaan
pemodelan
simulasi full field Komputer dan
kinerja
Pengerjaan sesuai dengan software
reservoir
C-097 Simulasi tahapan simulasi
secara
Full Field pekerjaan reservoir
keseluruhan
pembuatan model komersial
lapangan
simulasi reservoir
yang seharusnya
Menyesuaikan/m
engatur
simulasi parameter-
reservoir yang parameter
dapat numerik Komputer dan
Pengaturan
berjalan dalam simulasi software
Parameter
C-098 dengan baik agar simulasi bisa simulasi
Numerik
sesuai dengan berjalan dengan reservoir
Simulasi
derajat cepat dan baik, komersial
kompleksitasn tanpa
ya mengorbankan
keakurasian hasil
simulasi reservoir

164
BAB XII LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN PRODUKSI
MINYAK DAN GAS

165
LAMPIRAN 1 – TKI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK PRODUKSI

TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Perhitungan
Tekanan Alir Distribusi
Persamaan&
Dalam Tubing Tekanan Alir Komputer dan Untuk Sumur
C-099 Data
pada Sumur dalam Tubing Software Gas Kering
Pengukuran
Gas – Metode pada Sumur Gas
Cullender&Smith
Perhitungan
Tekanan Alir
Dalam Tubing
Distribusi
pada Sumur
Tekanan Alir Persamaan&
Minyak – Komputer Untuk Sumur
C-100 dalam Tubing Data
Metode &Software Minyak
pada Sumur Pengukuran
Hagedorn&Brow
Minyak
n,
Mukherjee&Brill,
Beggs&Brill
Perhitungan
Tekanan Alir
Dalam Tubing
pada Sumur Distribusi
Gas dan Tekanan Alir Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-101 Kondensat – dalam Tubing Data Gas -
&Software
Metode Peffer- pada Sumur Gas- Pengukuran Kondensat
Miller-Hill, Kondensat
Hasan-Kabir,
dan Sutopo-
Sukarno
Perhitungan
Temperatur Alir
dalam Tubing Distribusi
pada Sumur Temperatur Alir Persamaan&
Komputer Untuk Sumur
C-102 Minyak – dalam Tubing Data
&Software Minyak
Metode Shiu- pada Sumur Pengukuran
Beggs, Rajiv- Minyak
Sagar, dan
Hasan-Kabir
Perhitungan
Temperatur Alir
Distribusi
dalam Tubing
Temperatur Alir Persamaan&
C-103 pada Sumur Komputer Untuk Sumur
dalam Tubing Data
Gas Kering – &Software Gas
pada Sumur Gas Pengukuran
Metode
Kering
Sukarno-A.
Retnanto
Pembuatan
Kurva IPR untuk
Sumur Gas dan
Minyak, satu –
dua - tiga fasa Potensi lapisan Persamaan& Untuk Lapisan
C-104 Komputer
fluida, sumur produktif gas atau Data Produktif Gas
&Software
tegak (open minyak. Pengukuran dan Minyak
hole, perforasi,
gravel pack) –
miring -
horizontal

166
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Perhitungan
Pressure Drop Untuk Sumur
Distribusi Persamaan &
Komputer Produksi (Gas
C-105 Pada Sumur Tekanan Injeksi Data
&Software Lift) dan Sumur
Injeksi Gas Dan dalam Annulus Pengukuran
Injeksi (Air)
Air
Analisa Sistem
Potensi produksi Persamaan&
C-106 Nodal, dan Komputer Untuk Sumur
sistem sumur Data
Pemilihan &Software Gas dan Minyak
minyak dan gas Pengukuran
Jepitan
Perhitungan Perkiraan
Tekanan Tekanan
Persamaan&
Upstream dan Upstream atau Komputer Untuk Flowline
C-107 Data
Downstream, Downstream &Software Gas dan Minyak
Pengukuran
dan Kapasitas pada Flowline
Pipa Salur Gas dan Minyak
Perkiraan
Pelaksanaan
Bottleneck pada Persamaan&
Analisis Komputer Untuk Flowline
C-108 sistem flowline, Data
Jaringan &Software Gas dan Minyak
efisiensi jaringan Pengukuran
Pemipaan
pipa
Pilihan Metode
Pemilihan
Pengangkatan
Metode Tabel & Data Untuk Sumur
C-109 Buatan yang -
Pengangkatan Pengukuran Minyak
tepat untuk
Buatan
Sumur
Perencanaan
Perencanaan
dan Analisa Persamaan&
C-110 peralatan SRP Komputer Untuk Sumur
Kerusakan Data
dan Analisa &Software Minyak
Sucker Rod Pengukuran
Kerusakan
Pump
Perencanaan
Perencanaan
peralatan Jet Persamaan&
dan Analisa Komputer Untuk Sumur
C-111 Pump dan Data
Kerusakan Jet &Software Minyak
Analisa Pengukuran
Pump
Kerusakan
Perencanaan Perencanaan
dan Analisa peralatan Electric
Persamaan&
Kerusakan Submersible Komputer Untuk Sumur
C-112 Data
Electric Pump dan &Software Minyak
Pengukuran
Submersible Analisa
Pump Kerusakan
Perencanaan
Perencanaan
peralatan
dan Analisa Persamaan&
Progressive Komputer Untuk Sumur
C-113 Kerusakan Data
Cavity Pump dan &Software Minyak
Progressive Pengukuran
Analisa
Cavity Pump
Kerusakan
Perencanaan Persamaan&
Perencanaan Komputer Untuk Sumur
C-114 peralatan Sumur Data
Gas Lift Kontinu &Software Minyak
Gas Lift Kontinu Pengukuran
Perencanaan
Perencanaan Persamaan&
peralatan Sumur Komputer Untuk Sumur
C-115 Gas Lift Data
Gas Lift &Software Minyak
Intermittent Pengukuran
Intermittent
Perencanaan Persamaan&
Perencanaan Komputer Untuk Sumur
C-116 peralatan Sumur Data
Plunger Lift &Software Minyak
Plunger Lift Pengukuran

167
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Perhitungan
Tekanan Statik Persamaan&
Tekanan Komputer Untuk Sumur
C-117 atau Tekanan Alir Data
dengan Data &Software Minyak
Dasar Sumur Pengukuran
Akustik
Persamaan& Untuk Sumur
Penentuan Tipe Perencanaan Komputer
C-118 Data Gas, dan
Komplesi Sumur komplesi sumur &Software
Pengukuran Minyak
Penentuan Persamaan& Untuk Sumur
Perencanaan Komputer
C-119 Panjang Interval Data Gas, dan
interval perforasi &Software
Perforasi Pengukuran Minyak
Penentuan Pola Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-120 dan Jenis peralatan Data Gas, dan
&Software
Perforasi perforasi Pengukuran Minyak
Penilaian
Kerusakan Jenis kerusakan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-121 Formasi Di di sekitar lubang Data Gas, dan
&Software
Sekitar Lubang sumur Pengukuran Minyak
Sumur
Pemilihan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-122 Metode Operasi Stimulasi Data Gas, dan
&Software
Stimulasi Sumur Pengukuran Minyak
Perancangan Perencanaan
Pengasaman Persamaan& Untuk Sumur
Operasi Komputer
C-123 Data Gas, dan
Matrix Batuan Pengasaman
Pengukuran
&Software
Minyak
Formasi Matrix
Perancangan Perencanaan
Persamaan& Untuk Sumur
Operasi Komputer
C-124 Perekahan Data Gas, dan
Perekahan &Software
Hidraulik Pengukuran Minyak
Hidraulik
Perencanaan
Penanggulangan Persamaan& Untuk Sumur
Operasi Komputer
C-125 Data Gas, dan
Masalah Pasir Penanggulangan
Pengukuran
&Software
Minyak
Masalah Pasir
Penanggulangan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-126 Operasi Masalah Data Gas, dan
Masalah Korosi Korosi Pengukuran
&Software
Minyak

Penanggulangan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur


Komputer
C-127 Operasi Masalah Data Gas, dan
Masalah Scale Scale Pengukuran
&Software
Minyak
Penanggulangan Perencanaan
Masalah Wax, Operasi Masalah Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-128 Data Gas, dan
Hppo, Dan Wax, Hppo, Dan Pengukuran
&Software
Minyak
Emulsi Emulsi
Perencanaan
Penentuan
Operasi
Ukuran Pipa
penentuan Persamaan& Untuk Sumur
Berdasarkan Komputer
C-129 Ukuran Pipa Data Gas, dan
Laju Alir Pengukuran
&Software
Minyak
Berdasarkan Laju
Maksimum
Alir Maksimum
Terjadinya Erosi
Terjadinya Erosi

168
TEKNIK
NO TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
ANALISA
Penanggulangan Perencanaan
Liquid Loading Operasi Liquid Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-130 Data Gas, dan
Dalam Sumur Loading Dalam Pengukuran
&Software
Minyak
Gas Sumur Gas
Meningkatkan
Perencanaan
Dan
Operasi Persamaan& Untuk Sumur
Menanggulangi Komputer
C-131 Mengatasi Data Gas, dan
Problem Pengukuran
&Software
Minyak
Problem Produksi
Produksi Di
Di Lapangan Tua
Lapangan Tua
Perencanaan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-132 Operasi Data Gas, dan
Separator Separator Pengukuran
&Software
Minyak

Perancangan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur


Komputer
C-133 Operasi Data Gas, dan
Kompresor Kompresor Pengukuran
&Software
Minyak

Perancangan Persamaan& Untuk Sumur


Perencanaan Komputer
C-134 Data Gas, dan
Pompa Operasi Pompa
Pengukuran
&Software
Minyak

Perancangan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur


Komputer
C-135 Operasi Data Gas, dan
Hydrocyclone Hydrocyclone Pengukuran
&Software
Minyak

Pengukuran Laju Operasi Persamaan& Untuk Sumur


Komputer
C-136 pengukuran laju Data Gas, dan
Alir alir Pengukuran
&Software
Minyak
Pendesainan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-137 Sistem Operasi Data
&Software
Gas, dan
Pemurnian Gas Pemurnian Gas Pengukuran Minyak
Pendesainan Perencanaan Persamaan& Untuk Sumur
Komputer
C-138 Sistem Operasi Data
&Software
Gas, dan
Pengeringan Gas Pengeringan Gas Pengukuran Minyak
Pembuatan Perencanaan
Desain Persamaan& Untuk Sumur
Operasi Komputer
C-139 Data Gas, dan
Penanganan Air Penanganan Air
Pengukuran
&Software
Minyak
Terproduksi Terproduksi

169
BAB XIII LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN GEOTERMAL

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN GEOTERMAL

170
LAMPIRAN 1 - TKI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK GEOTERMAL

NO. TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN TEKNIK PERALATAN KET.


ANALISA
C-140 Pelaksanaan Perkiraan Persamaan Komputer dan
Analisa Data temperatur dan grafik Software
Pengukuran formasi dalam
Temperatur keadaan steady
Ekstrapolasi state
C-141 Penjajakan Sumur Informasi ada Analisa data Sinker
atau tidaknya logging Bar/Dummy
hambatan dan
kedalaman
hambatan di
dalam lubang
sumur
C-142 Pengukuran Profil tekanan dan Analisa data Alat PT
Tekanan dan temperatur logging
Temperatur dalam sepanjang lubang
Sumur sumur
C-143 Pengukuran Profil tekanan, Analisa data Alat PTS
Tekanan, temperatur, dan logging
Temperatur, dan kecepatan fluida
Spinner dalam
Sumur
C-144 Pelaksanaan Nilai injektivitas Simulasi Komputer dan
Analisa Data PTS (II) aliran fluida Software
Injeksi
C-145 Pelaksanaan Lokasi feedzone Analisa data Alat PT atau
Modified Water Loss logging PTS
Test
C-146 Pelaksanaan Profil tekanan dan Analisa data Alat PT atau
Pengujian Gross temperatur logging PTS
Permeability dan sepanjang lubang
Fall Off Test sumur selama
injeksi air dingin
C-147 Pelaksanaan Profil tekanan dan Analisa data Alat PT
Heating Up Test temperatur logging
selama periode
heating up
C-148 Pelaksanaan Survey Inside casing Analisa data Caliper
Caliper diameter logging
C-149 Penentuan Jenis Jenis reservoir Grafik Komputer dan
Reservoir hidrotermal Software
Hidrotermal
C-150 Penentuan Sifat Sifat fluida Grafik Komputer dan
Fluida Geotermal geotermal Software
C-151 Pengelompokan Klasifikasi Perbandingan Komputer dan
Reservoir reservoir Software
Berdasarkan geotermal
171
NO. TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN TEKNIK PERALATAN KET.
ANALISA
Parameter
Temperatur dan
Entalpi
C-152 Pelaksanaan Profil tekanan Simulasi Komputer dan
Analisa Data PTS dalam keadaan aliran fluida Software
Shut-in shut-in, informasi
ada atau tidaknya
interzonal flow,
dan estimasi
tekanan reservoir
C-153 Pelaksanaan Kontribusi aliran Simulasi Komputer dan
Analisa Data PTS dari setiap aliran fluida Software
Flowing feedzone (PI)
C-154 Pelaksanaan Nilai kh, s, Persamaan Komputer dan
Analisa Data tekanan reservoir, dan grafik Software
Pressure Build-up dan tipe boundary
reservoir
C-155 Pemasangan Profil respon - Pressure
Downhole Pressure tekanan di Chamber
Chamber Logger di kedalaman Logger
Dasar Sumur tertentu
C-156 Pelaksanaan dan Informasi ada Persamaan Komputer dan
Analisis Data atau tidaknya dan grafik Software
Interference Test interferensi antar
sumur
C-157 Perencanaan dan Profil tracer - Tracer
Pelaksanaan recovery
Reservoir Tracer
Test
C-158 Pelaksanaan Informasi ada Persamaan Komputer dan
Analisa Data atau tidaknya Software
Reservoir Tracer konektivitas antar
Test sumur
C-159 Perhitungan Potensi Potensi energi Persamaan Komputer dan
Energi Geotermal Software
dengan Metoda
Perbandingan
C-160 Perhitungan Potensi Potensi energi Persamaan Komputer dan
Energi Geotermal Software
dengan Metoda
Heat Stored
C-161 Perhitungan Potensi Potensi energi Persamaan Komputer dan
Energi Geotermal Software
dengan Monte
Carlo
C-162 Pelaksanaan Model reservoir Simulasi Komputer dan
Simulasi Reservoir yang representatif Software
Untuk Green Field

172
NO. TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN TEKNIK PERALATAN KET.
ANALISA
C-163 Pelaksanaan Model reservoir Simulasi Komputer dan
Simulasi Reservoir yang representatif Software
Untuk Brown Field
C-164 Penentuan Kapasitas injeksi Persamaan Komputer
Kapasitas Injeksi sumur
Sumur
C-165 Pelaksanaan Well Peningkatan Perbandingan Pompa dan
Washing performa produksi deliverabiliy peralatan well
curve washing
sebelum dan lainnya
sesudah
stimulasi
C-166 Pelaksanaan Peningkatan nilai Perbandingan Pompa, Acid
Acidizing skin deliverabiliy tank, dan
curve peralatan
sebelum dan acidizing
sesudah lainnya
stimulasi
C-167 Pelaksanaan Peningkatan nilai Perbandingan Pompa dan
Hydraulic Fracturing permeabilitas deliverabiliy peralatan
curve fracturing
sebelum dan lainnya
sesudah
stimulasi
C-168 Pelaksanaan Tren perubahan Persamaan Komputer
Monitoring karakteristik yang dan grafik
Reservoir terjadi di dalam
Geotermal reservoir selama
waktu eksploitasi.
C-169 Pelaksanaan Decline rate Persamaan Komputer dan
Analisa Penurunan dan grafik Software
Produksi
C-170 Pelaksanaan Sumur berhasil - -
Stimulasi Sumur berproduksi
dengan Well to Well
Two Phase Injection
C-171 Perencanaan dan Sumur berhasil Persamaan Komputer dan
Pelaksanaan berproduksi Software
Stimulasi Sumur
dengan Kompresi
Udara (Air
Compression)
C-172 Perencanaan dan Sumur berhasil Persamaan Komputer dan
Pelaksanaan berproduksi Software
Stimulasi Sumur
dengan Injeksi
Nitrogen

173
NO. TKI JUDUL TKI MENGHASILKAN TEKNIK PERALATAN KET.
ANALISA
C-173 Pengujian Sumur Deliverability Persamaan -
Uap dengan Metode Curve
Uji Tegak
C-174 Pengujian Sumur Deliverability Persamaan Pelat Orifice
Uap dengan Metode Curve dan Venturi
Uji Datar Pelat
Orifice dan Venturi
C-175 Pengujian Sumur Deliverability Persamaan Lip Pressure
Produksi dengan Uji Curve
Datar Metode Lip
Pressure
C-176 Pelaksanaan Deliverability Persamaan Komputer dan
Analisa Data Uji Curve Software
Produksi Dengan
Metode Separator
C-177 Penentuan Entalpi Entalpi fluida Persamaan Komputer dan
Fluida dengan produksi Software
Metode Kalorimeter
C-178 Pengukuran Laju Deliverability Persamaan
Alir Air dengan Curve
Menggunakan Weir
Box
C-179 Penentuan Kebutuhan uap Persamaan Komputer dan
Kebutuhan Uap per MWe Software
untuk PLTP Siklus
Uap Kering
C-180 Penentuan Kebutuhan uap Persamaan Komputer dan
Kebutuhan Uap per MWe Software
untuk PLTP Siklus
Uap Hasil
Pemisahan
C-181 Penentuan Jumlah Jumlah sumur Persamaan Komputer dan
Sumur Make-up make-up Software
C-182 Pelaksanaan Profil aliran fluida Persamaan Komputer dan
Perhitungan satu fasa Software
Kehilangan Tekanan sepanjang lubang
Pada Sumur dengan sumur
Fluida Satu Fasa
C-183 Pelaksanaan Profil aliran fluida Persamaan Komputer dan
Perhitungan dua fasa Software
Kehilangan Tekanan sepanjang lubang
Pada Sumur dengan sumur
Fluida Dua Fasa

174
BAB XIV LAMPIRAN PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR DAN PRODUKSI
HIDROKARBON NON-KONVENSIONAL

LAMPIRAN
PEDOMAN KETEKNIKAN RESERVOIR DAN
PRODUKSI HIDROKARBON NON-
KONVENSIONAL

175
LAMPIRAN 1 - SISTEM RESERVOIR GAS METANA BATUBARA

A. Proses Pembentukan Gas Metana Batubara (GMB)


Secara garis besar pembentukan gas metana batubara dibagi menjadi dua
bagian (Gambar 1.1.):
1. Penggambutan (Peatification)
2. Pembatubaraan (Coalification)

Gambar 1.1. Proses terbentuknya batubara1


Penggambutan, b) Pembatubaraan, c) Lapisan Batubara
Penggambutan (Peatification).Proses penggambutan (peatification)
merupakan awal dari proses pembentukan gas metana batubara diawali
dengan pengendapan tanaman gambut (peat) di dalam rawa-rawa atau
perairan dangkal. Proses biokimia dan fisika berperan dalam mengubah zat-
zat organik menjadi peat dengan sedikit bantuan dari proses geokimia. Proses
peatification ini akan menghasilkan biogenic metana yang nantinya berangsur-
angsur menghilang.
Pembatubaraan (Coalification). Proses pembatubaraan terjadi akibat
kenaikan temperature dan tekanan. Proses ini mengubah zat-zat organik
dalam peat menjadi batubara dengan melibatkan proses geokimia dan fisika,
misalnya tektonik. Proses ini akan menghasilkan air dan gas metana.
Temperatur dan tekanan merupakan parameter penting dalam proses
pembentukan gas metana batubara. Peningkatan temperatur untuk jangka
waktu yang lama akan mrnghasilkan thermogenic metana yang muncul dalam
jumlah yang besar. Sedangkan peningkatan tekanan akan mengurangi
porositas dan mengeluarkan kelembaban pada batubara berkualitas rendah
(tahap awal pembatubaraan).

176
B. Relevant Coal Petrology
Coal petrology merupakan alat untuk memahami sifat alami dan karakteristik
dari batubara dengan maceral sebagai fokus utama. Manfaat dari coal
petrology
1. Membantu dalam proses karakterisasi batubara
2. Digunakan untuk menginterpretasi lingkungan pembentukan batubara
3. Menyederhanakan komposisi batubara
Maceral adalah partikel organik batubara terkecil yang dapat dilihat dengan
mikroskop. Maceral dibagi menjadi tiga, yaitu vitrinite, liptinite dan inertinite.
Secara umum, vitrinite merupakan jenis maceral yang paling melimpah dan
homogen. Pada umumnya GMB mengandung vitrinite sebesar 80%, sehingga
menyebabkan warna sebuah batubara menjadi hitam mengkilap. Selain itu,
kandungan oksigen pad vitrinite lebih tinggi daripada maceral liptinite. Vitirnite
adalah maceral yang paling kondusif untuk membentuk sistem cleat dalam
batubara.
Liptinite, juga disebut exinite, berasal dari spora, pollen, resin, sekresi minyak,
algae, lemak, protein bakteri dan lilin. Maceral liptinite memiliki struktur yang
tinggi dalam hydrogen dan dalam aliphatics. Selama proses coalification,
liptinite menghasilkan banyak cairan, termasuk metana. Maceral ini berpotensi
memproduksi gas-gas hidrokarbon dan minyak.
Inertinite menghasilkan kandungan karbon dan aromatik yang tinggi tetapi
sedikit kandungan hydrogen. Kandungan karbon yang dihasilkan lebih banyak
daripada maceral yang lain namun hanya menghasilkan sejumlah kecil cairan.
Selain itu, pada prakteknya maceral ini tidak berpotensi untuk memproduksi
hidrokarbon. Inertinite adalah maceral yang paling keras sehingga kandungan
inertinite yang tinggi pada suatu batubara membuat batubara menjadi kurang
kondusif membentuk cleat.

C. Coal Seams sebagai Reservoir GMB


Batubara berasal dari material organik yang telah diendapkan dan mengalami
kompaksi selama periode waktu geologi dan tersusun atas lebih dari 70%
(volume) material karbon. GMB yang dikenal juga sebagai Coal Seam Gas
(CSG) atau Natural Gas from Coal (NGC), terbentuk selama proses
pembatubaraan tersebut, baik melalui proses biogenic (bakteri metanogenik)
maupun thermogenic. Dengan demikian, batubara berperan sebagai batuan
induk (source rock) sekaligus reservoir bagi GMB.
Komposisi GMB didominasi oleh gas metana (CH4) bersamaan gas lain yang
jumlahnya relatif kecil seperti CO2 dan N2. GMB tersimpan di dalam lapisan
batubara melalui mekanisme
1. Adsorpsi pada permukaan matriks batubara (>90%)
2. Tersimpan di rekahan (cleat/natural fracture)
3. Tersimpan di porositas/rongga matriks
4. Terlarut di dalam bitumen atau air formasi yang ada di rekahan batubara.

177
Pada umumnya, gas yang ada di rekahan dan yang terlarut di dalam air formasi
dapat diabaikan dalam perhitungan kandungan gas batubara, mengingat
porositas batubara relatif kecil (umumnya <1%). Adsorpsi (terserap di
permukaan matriks) merupakan mekanisme utama penyimpanan GMB di
dalam lapisan batubara.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat penyerapan (sorption) GMB pada
matriks batubara, di antaranya: tekanan, temperatur, kandungan abu (ash
content), moisture, kematangan batubara (rank), komposisi material organik
(maseral) dan komposisi gasnya itu sendiri.
Metode yang sejauh ini digunakan untuk mengukur tingkat adsorpsi adalah
dengan cara menginjeksikan CH4 pada matriks batubara (yang telah
dihaluskan) dengan tekanan tertentu (dan pada suhu tertentu). Jumlah
maksimum CH4 yang terserap melalui pengujian tersebut akan mencerminkan
kapasitas serap (storage capacity) dari matriks batubara tersebut
(digambarkan dengan Langmuir curve). Apabila kondisi suatu reservoir
batubara saturated, maka kandungan gasnya (gas content) akan sama dengan
kapasitas serap tersebut. Namun demikian, pada umumnya kondisi reservoir
batubara adalah undersaturated.
Umumnya rekahan (cleat) hampir seluruhnya terisi air. Karena itu, pada
umumnya saturasi air di rekahan diasumsikan 100%. Dengan demikian,
semakin besar porositas batubara maka semakin banyak jumlah air yang harus
dikeluarkan pada saat proses dewatering. Mekanisme untuk mengalirkan gas
dari reservoir batubara meliputi concentration-driven flow dan pressure-driven
flow. Mekanisme concentration-driven flow merupakan aliran dari matriks
menuju rekahan yang sifatnya mengikuti hukum Fick (gradien konsentrasi)
sedangkan pressure-driven flow merupakan aliran dari rekahan menuju lubang
bor yang sifatnya mengikuti hukum Darcy (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Karakteristik Reservoir Gas Metana Batubara3

178
D. Cycle of Coal Development
Proses fisika dan kimia tersebut diatas, mengakibatkan terbentuknya batubara
melalui beberapa tahap peringkat (rank), yaitu peat, lignite, sub-bituminous,
high-volatile bituminous, medium-volatile bituminous, low-volatile bituminous,
semi anthrasit, anthrasit dan akhirnya meta-anthrasite (Eddy dkk, 1982;
Miracic, 2004). Tanda panah merah pada Gambar 1.3 menunjukkan tahap
dimana gas metana yang terbanyak diadsorbsi pada matriks batubara.

Cycle of Coal Development

Increasing Time and Temperature


Peat
Kapasitas terbesar keberadaan gas
metana (CBM) terdapat pada Rank
Lignite Bituminous.
Sub-
Bituminous

Bituminous

Anthracite

Graphite
Zat organik yang terkubur jutaan tahun, mengalami kenaikan suhu
dan tekanan yang mengakibatkan naiknya thermal maturity yang
dicerminkan oleh perubahan coal rank. Volume gas metana akan Sumber: Ertekin
meningkat selama maturation process.

Gambar 1.3 Tahap perubahan kondisi fisik batubara


terhadap peningkatan waktu dan temperatur1

E. Metana Gas Generation

Kapasitas penyimpanan gas metana, Gambar 1.4, yang merupakan fungsi dari
peringkat batubara. Maturitas batubara didasarkan pada banyaknya unsur
karbon yang terdapat pada batubara.

179
Gambar 1.4 Volume gas metana sebagai fungsi peringkat batubara1
Semakin banyak unsur karbonnya, semakin tinggi peringkat batubara (coal
rank). Kenaikan peringkat (rank) menunjukkan proses dimana kandungan
karbon meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen berkurang (Miracic,
2004).
Peringkat sebagai ukuran coal maturity disajikan pada Tabel 1.1.
Penggolongannya menurut jenisnya antara lain: lignitic, subbituminous,
bituminous, dan anthracitic, dan selanjutnya terbagi lagi menjadi 13 kelompok.
Batubara yang mempunyai peringkat Bituminous adalah jenis yang terbaik bagi
terdapatnya gas metana. Hal ini disebabkan karena mempunyai sifat-sifat yang
paling optimum pada peringkat tersebut. Batubara high volatile A (hvAb)
sampai dengan low volatile B (lvb) merupakan peringkat batubara yang terbaik.
Pada peringkat ini, lebih banyak gas metana yang terbentuk dan kapasitas
penyimpanan gas juga meningkat.
Tabel 1.1. Peringkat batubara berdasarkan ASTM2
Maximum
Volatile Matter
Rank Reflectance
(wt %)b
(% Ro)a
Anthracite (an) >3 2 to 8
Semi Anthracite (sa) 2.05 to 3.00 8 to 14
Low volatile Bituminous (lvb) 1.50 to 2.05 14 to 22
Medium volatile Bituminous (mvb) 1.10 to 1.50 22 to 31
High A volatile Bituminous (hAvb) 0.71 to 1.10 31 to 39
High B volatile Bituminous (hBvb) 0.57 to 0.71 39 to 42
High C volatile Bituminous (hCvb) 0.47 to 0.57 42 to 47
Sub-bituminous (sub) 0.30 to 0.47 > 47
lignite (lig) < 0.30*) -

180
LAMPIRAN 2 – SISTEM RESERVOIR SHALE GAS

A. Pendahuluan
Gas serpih merupakan gas alam yang terperangkap di dalam formasi serpih.
Karena serpih pada dasarnya memiliki permeabilitas yang terlalu rendah untuk
bisa mengalirkan fluida ke dalam lubang sumur, maka kebanyakan gas alam
yang tersimpan di dalamnya tidak ekonomis untuk diambil secara
konvensional. Untuk itu, perlu dilakukan pemboran sumur horizontal dengan
stimulasi perekahan hidrolik.
Serpih adalah batuan klastik berbutir halus yang dihasilkan dari konsolidasi
lanau dan lempung. Materi organik yang terendapkan di dalam batuan serpih
mengandung kerogen yang mengalami pematangan akibat tekanan
overburden dan suhu, menjadikannya batuan induk yang menghasilkan gas.
Gas berasal dari proses adsorbsi materi organik serta gas bebas yang terjebak
di dalam pori-pori materi organik dan di dalam matriks materi anorganik.
Dalam sistem reservoir hidrokarbon konvensional, gas terbentuk di dalam
batuan induk, kemudian bermigrasi ke batuan reservoir sampai gas tersebut
terperangkap. Untuk gas serpih, formasi batuan merupakan batuan induk
maupun batuan reservoir. Gas tidak dapat bermigrasi karena batuan induk
memiliki permeabilitas yang sangat kecil dan formasi tersebut membentuk
penutupnya sendiri1. Gas dapat terperangkap sebagai gas bebas di dalam
rekah alam dan porositas intergranular, sebagai gas teradsorpsi ke dalam
kerogen dan permukaan partikel lempung atau sebagai gas yang terlarut dalam
kerogen dan bitumen. Sistem petroleum dari hidrokarbon, baik minyak maupun
gas ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Sistem petroleum dari hidrokarbon2

181
B. Karakteristik Reservoir Gas Serpih
Pada reservoir gas serpih termogenik, seperti serpih Barnett, materi organik
telah cukup matang untuk menghasilkan gas, dimana gas tersimpan dalam pori
dan terserap ke dalam materi organik2. Pada reservoir gas serpih biogenik,
seperti serpih Antrim, materi organik terpendam tidak cukup dalam untuk
menghasilkan hidrokarbon. Namun, bakteri yang terbawa ke dalam batuan oleh
air telah menghasilkan gas biogenik yang terserap dalam materi organik. Nilai
Kadar Organik Total atau Total Organic Content (TOC) tinggi pada serpih
biogenik (>10 wt%), sedangkan nilani TOC relatif rendah pada serpih
termogenik (>2%) dimana seluruh TOC telah diubah menjadi hidrokarbon.
Sifat umum dari reservoir gas serpih termogenik yang sudah berproduksi
adalah batuan reservoir yang rapuh mengandung sejumlah silika atau karbonat
yang signifikan dan “menyembuhkan” rekah alam. Relatif lebih kaya lempung,
batuan rapuh hancur ketika dilakukan stimulasi hydraulic fracturing, yang
memaksimalkan area kontak. Shale termogenik sering disebut sebagai shale
“mudah direkah” daripada shale “terekah”. Sebaliknya, shale biogenik
umumnya lebih sedikit rapuh dan bergantung pada keberadaan rekah alam
terbuka untuk memberikan kanal bagi produksi air dan gas. Kumpulan data
yang komprehensif diperlukan untuk karakterisasi reservoir shale gas secara
penuh di dalam geokimia, geologi, geomekanika, sifat fluida, karakteristik
rekahan, dan performa sumur. Tabel 1 merupakan tabulasi dari ringkasan
kumpulan data tersebut.

Tabel 2.1. Data yang diperlukan untuk karakterisasi reservoir shale gas 2.

Data Usage

TOC Provides an indication of source-rock richness and sorption


capacity.

Gas content Includes the volumes of desorbed, lost, and residual gas
obtained from the desorption of core. It is an indicator of the
in-situ sorbed gas content.

Sorption A relationship, at constant temperature, describing the volume


isotherm of gas that can be sorbed to a shale as a function of pressure.

Gas Used to quantify the percentage of methane, carbon dioxide,


composition nitrogen, ethane, etc. in the desorbed gas. Used to build
composite sorption isotherms.

Rock-eval Assesses the petroleum-generative potential and thermal


pyrolysis maturity of organic matter in a shale sample.

182
Mineralogical Determines bulk and clay mineralogy using petrography, X-
analyses ray diffraction, scanning electron microscopy, and similar
techniques.

Vitrinite A value indicating the amount of incident light reflected


reflectance by the vitrinite maceral. It is a fast and inexpensive means of
determining thermal maturity.

Core Visually captures lithology, bedding, fracturing, grain size


description variations, etc.

3D seismic Used to determine interwell shale properties including


lateral extent, thickness, faulting, and those areas with
higher gas saturation and brittleness.

Kerogen types Used to assess whether rocks are Type I (oil-prone), II


(mixed), or III (coal).

Routine core Includes total porosity, fluid saturations, bulk density, and
analysis matrix permeability (via pressure pulse testing on crushed
samples).

Conventional SP, GR, resistivity, microlog, caliper, density, neutron, sonic,


logs and temperature logs are run to provide thickness, porosity,
matrix, and sorbed gas saturations.

Special logs May include image logs (fractures), NMR logs (free water,
bound water, gas saturation), pulsed neutron and
geochemical tools (mineralogy), dipole sonic (geomechanical
properties), spectral GR (clay types), etc.

Pressure- Pressure buildup or injection fall-off tests to determine


transient tests static reservoir pressure, permeability, skin factor, and to
detect fractured-reservoir behavior.

Geomechanical Young’s modulus and Poisson’s ratio for determining shale


properties brittleness, stress orientations and magnitudes to predict
fracture growth.

Microseismic Used to assess hydraulic fracture geometries and


stimulated reservoir volumes.

Fracture Treating pressures, closure stress, pumped volumes,


diagnostics flowback volumes, etc. to determine the quality of a fracture
stimulation.

Gas, water Captured daily (preferably) to assess individual well behavior.


rates

183
Bottomhole Preferably recorded in closely-spaced increments (every 10
pressures min) early in well life; can also use surface pressures with
wellbore-fluid gradients.

Tracer surveys Chemical or radioactive tracers to assess which fracture


stages are contributing.

Facilities Variations in line pressure, etc., that affect producing well


rates.

Rate-transient Decline analysis tool that analyzes production rates and


analysis pressures using various methods to assess EUR, GIP,
drainage area, etc.

Numerical Helpful in understanding reservoir mechanisms, predicting


modeling early well behavior, and estimating EURs and recovery
factors.

Decline-curve Traditionally used to forecast well performance. More reliable


analysis later in well life (after a few years) due to uncertainties
regarding b-factor values.

Analogs May be useful to estimate EURs and recovery factors if a


strong correlation exists between key reservoir parameters of
subject and analog reservoir.

C. Sifat Reservoir Gas Serpih


Sifat reservoir gas serpih yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1. Total Organic Carbon (TOC): Nilai TOC shale gas sebesar 1~20 wt%
2. Maturation (Ro%): Biasa diukur dengan metode reflektansi vitrinit.
3. Ketebalan: Ketebalan pada reservoir shale gas cukup besar (bisa mencapai
450 m)
4. Isi gas di tempat
5. Permeabilitas: Permeabilitas pada reservoir shale gas sangat kecil (mendekati
nol)
6. Mineralogi
7. Brittleness
8. Tekanan pori
Setiap reservoir gas serpih mempunyai sifat yang berbeda-beda. Perlu
dilakukannya studi sebelum rencana eksploitasi dilakukan. Sifat-sifat tersebut
dapat ditentukan dengan menggunakan data log sumur dan data core. Namun,
untuk melakukan karakterisasi pada gas serpih diperlukan alir kerja geofisika
seperti data seismic permukaan 3D.

184
D. Sistem Porositas Rangkap Tiga
Pada shale gas terdapat tiga jenis porositas, yaitu porositas mikro, meso dan
rekah alam. Porositas mikro mempunyai ukuran kurang dari 2 nm. Porositas
meso mempunyai ukuran kurang dari 50 nm. Penyimpanan gas pada porositas
mikro dan meso terjadi karena proses adsorpsi. Penyimpanan gas pada
porositas makro dan rekah alam (porositas sekunder) terjadi karena proses
pelarutan dan kompresi. Perpindahan massa pada porositas mikro dan meso
terjadi secara difusi sedangkan pada porositas makro mengikuti hukum Darcy.
Skema aliran pada reservoir gas serpih ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 2.2. Skema aliran pada reservoir gas serpih3.

DAFTAR SIMBOL
S1 = Hidrokarbon awal yang ada di sampel
S2 = Hidrokarbon yang Terbentuk dari Degradasi Thermal Selama Pyrolysis
S3 = Jumlah CO2 yang Dihasilkan Pada Proses Rock Eval Pyrolysis
S4 = Kandungan Karbon Residual yang Masih Terdapat pada Batuan
TOC = Total Organic Carbon
Ro = Vitrinite Reflectance

185
LAMPIRAN 3 – OIL SHALE

A. Definisi Umum
Oil shale adalah batuan sedimen yang berbutiran halus (fine-grained) yang
mengandung materi organik (kerogen) yang sangat banyak dimana minyak dapat
terekstrasi dari batuan dengan cara: pirolisis (pyrolysis), hidrogenasi (hydrogenation),
ataupun thermal dissolution. Ketiga proses yang disebutkan diatas adalah proses
yang akan mengubah materi organik kerogen yang ada menjadi hidrokarbon. Oil
shale yang berada dalam bahasan TKI ini berbeda dengan shale oil yaitu merupakan
minyak mentah yang tersimpan dalam pori-pori batuan shale (oil bearing shale).

B. Properti Batuan
1. Karakteristik geologi2
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa oil shale adalah batuan sedimen
berbutiran halus dimana mengandung materi organik padat bernama kerogen.
Kerogen ini adalah bahan dasar hidrokarbon. Kerogen memiliki berat molekul
yang tinggi dan kelarutan yang rendah terhadap solvent apapun. Pada dasarnya,
hidrokarbon sintetis dapat diperoleh dari oil shale dengan cara memanaskan
batuan hingga suhu yang sangat tinggi atau suhu yang mematangkan kerogen
tersebut. Apabila oil shale dipanaskan hingga suhu sekitar 900 – 950 ᴼF maka
kerogen akan mengalami pirolisis dan menghasilkan produk gas dan cairan yang
meninggalkan residu carbonaceous. Kondisi ini terjadi baik waktu pemanasan
selama apapun, pada kondisi tekanan normal maupun tekanan tinggi, maupun
pemanas menggunakan gas atmosfir atau gas tertentu, dan pada kondisi transfer
panas melalui konduksi, konveksi, maupun radiasi. Perbedaan mendasar antara
oil shale dengan batubara adalah rasio karbon/hidrogen oil shale lebih tinggi
dimana ini merupakan faktor utama yang menentukan efisiensi proses recovery.
Rasio OM:MM pada batubara juga umumnya lebih besar dari 4.75:5.

Oil shale terdeposisi pada berbagai lingkungan, seperti :


1) Kolam atau danau air tawar hingga air asin
2) Epicontinental marine basin
3) Subtidal shelve
Oil shale juga terendapkan di kolam atau danau dangkal yang terasosiasi dengan
peat yang menghasilkan batubara dalam limnic dan juga di lingkungan deposisi
rawa-rawa pesisiran (coastal swamp). Hal ini tidaklah mengejutkan karena oil
shale menunjukkan komposisi mineral dan materi organik yang sangat bervariasi.
Umumnya oil shale mengandung materi organik yang diturunkan dari berbagai
jenis alga marine dan lacustrine dengan diikutsertakan sedikit serpihan/debris
tumbuhan darat. Berbagai karakteristik ini bergantung pada lingkungan
pengendapan dan juga sumber sedimen.

186
Gambar 3.1 Peta Persebaran Mineralogi Batuan Oil Shale dari berbagai Basin

2. Evaluasi formasi
1) Analisis laboratorium
Dalam melakukan evaluasi formasi dengan menganalisis sampel core di
laboratorium, sebuah metode terintegrasi perlu dilakukan. Umumnya, alur
proses ini cukup serupa dengan yang ada dalam melakukan evaluasi formasi
shale gas. Sesuai hasil studi3 terdapat beberapa metodologi dasar yang perlu
dilakukan di laboratorium untuk mengevaluasi oil shale secara terintegrasi
yakni:
a. Geochemistry : pengukuran kuantitas materi organik (TOC, pyrolysis), rock
evaluation, tipe materi organik, maturitas termal (Ro , Tmax, tipe kerogen)
b. Petrology : komposisi mineral, distribusi mineral dan materi organik,
karakteristik tekstur, dan pengelompokan fasies.
c. Petrophysical : penentuan porositas, saturasi, permeabilitas, densitas,
distribusi dan ukuran pore throat, dan lainnya.
d. Geomechanics : pengukuran sifat mekanis dan perhitungan indeks rock
brittleness.
e. Fluids

2) Analisis well logging


Seluruh metodologi diatas sangat penting untuk dilakukan agar dapat
diketahui sifat dan karakteristik dari formasi. Namun, untuk kasus oil shale,
ada parameter penting yang harus diperhatikan yakni oil-yield. Oil-yield adalah
ukuran seberapa banyak hidrokarbon(oil shale) yang dapat dihasilkan setiap
massa batuan oil shale yang ada. Umumnya, satuan yang digunakan adalah
gallons/ton. Metodologi yang disebutkan diatas dapat digunakan untuk
187
membantu menentukan oil-yield batuan, namun, analisis laboratorium yang
sangat menyeluruh akan membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu
yang cukup lama. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis
well log sumur. Sebuah studi4 yang dilakukan pada Green River oil shale
mengenai hasil logging sumur menunjukkan bahwa memang memungkinkan
untuk menentukan besar oil-yield dari analisis well-logging. Dalam studi
tersebut digunakan beberapa tipe log: Gamma-Gamma density log, Sonic log,
Neutron log, Gamma-Ray log, Induction log, Caliper log.
a. Caliper log
Log ini pada dasarnya dapat menunjukkan perubahan ukuran lubang
sumur yang terjadi. Apabila perubahan ukuran lubang sumur cukup
ekstrem maka beberapa interpretasi respons log dan kalkulasi untuk jenis-
jenis log lainnya harus disesuaikan. Secara langsung, log ini tidak dapat
menunjukkan nilai oil-yield dari batuan shale.
b. Induction log
Pada oil shale yang memiliki materi organik tinggi dan water content
rendah akan menunjukkan nilai konduktivitas yang sangat rendah/
resistivitas yang sangat tinggi.
c. Gamma-ray log
Semakin tinggi shaliness maka semakin rendah assay-oil yield yang
dimiliki batuan tersebut. Log ini tidak dapat dianalisis untuk menentukan
kuantitas oil yield batuan shale dan tidak menunjukkan respons yang cukup
pasti apabila ada lapisan tipis batuan tuff.
d. Neutron log
Semakin tinggi nilai di neutron log maka semakin rendah nilai assay-oil
yield batuan tersebut. Dari hasil studi, disimpulkan bahwa neutron log
menunjukkan hubungan kualitatif dan adanya kemungkinan respons
kuantitatif antara neutron log dengan assay-oil yield. Hubungan ini dapat
dilihat dalam grafik 4 dalam Gambar 3.2
e. Sonic log
Sonic log interval velocity sangat bergantung dengan konten organik
batuan sehingga berhubungan langsung dengan oil yield. Pada dasarnya
semakin besar interval velocity maka oil yield akan semakin kecil. Dalam
studi apabila diplot dalam log-log antara nilai oil yield dan interval velocity
beberapa sampel, terlihat ada hubungan pasti antara kedua variabel
tersebut. Hubungan logaritmik ini merupaka landasan untuk mengkalibrasi
respon sonic log terhadap assa-oil yield dengan menggunakan modified
Fischer retort method. Kesimpulan ini diambil dari grafik 5 dan 6 pada
Gambar 3.2.
f. Gamma-gamma density log
Log ini merupakan metode untuk menentukan bulk density batuan in-situ.
Densitas oil shale sangat bervariasi sesuai konten materi organik sehingga
density log seharusnya dapat memberikan data oil-yield secara kuantitatif.
Dalam studi ini diplot nilai density log average pada setiap nilai assay-oil
yield dan juga density log setiap sampel terhadap nilai assay-oil yield pada
plot semilog. Disini, ditunjukkan hubungan garis lurus sehingga
menandakan bahwa ada hubungan secara kuantitas antara gamma-
gamma density log dengan oil-yield batuan oil shale. Secara kualitas,
semakin tinggi nilai density log maka semakin sedikit materi organik yang
ada dalam batuan sehingga oil-yield juga semakin kecil. Hubungan ini
dapat dilihat dalam grafik 7, 8, dan 9 pada Gambar 3.2.

188
Gambar 3.2 Hubungan beberapa nilai logging terhadap Assay Yield Batuan Oil
Shale4

Fischer Assay Method dan korelasinya dengan well log5


Fischer assay method adalah salah satu metode dasar yang digunakan untuk
menentukan oil-yield batuan. Sampel sebanyak 100-gram dihancurkan hingga
ukuran 8 mesh (2.38mm mesh) screen didalam sebuah retort alumunium kecil
dan dipanaskan hingga suhu 500ᴼC dengan laju pemanasan 12ᴼC per menit
dan ditahan pada suhu tersebut selama 40 menit. Vapor minyak, gas, dan air
dilewatkan melalui condenser menuju tabung sentrifugal yang bertahap.
Minyak dan air dipisahkan dengan cara sentrifugal. Kuantitas yang dilaporkan
adalah persentasi massa hidrokarbon yang diperoleh (serta specific gravity),

189
air, residu shale, dan gas plus loss. Fischer assay ini menunjukkan oil yield
batuan shale dalam satuan galloons/ton.

Estimasi Fischer assay dapat dilakukan dengan menganalisis data wireline


log. Pertama, dihitung nilai porositas densitas (∅𝐷 ) yaitu total porositas air dan
kerogen yang mengisi batuan, ∅𝑤 dan ∅𝑘 .
𝜌 −𝜌
∅𝐷 = ∅𝑤 + ∅𝑘 = 𝜌 𝑚𝑎− 𝜌𝑏
𝑚𝑎 𝑝
Dimana 𝜌𝑏 adalah densitas bulk yang diukur dari peralatan logging dan 𝜌𝑝 ≈
1.0 𝑔/𝑐𝑚3 (densitas pore space). Kemudian dihitung total organic matter
batuan dengan menggunakan log densitas dan NMR (magnetic resonance).
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung nilai total organic matter
adalah sebagai berikut.
𝜌𝑘 𝜌𝑘
𝑇𝑂𝑀 = ∅𝑘 = (∅𝐷 − ∅𝑀𝑅 )
𝜌𝑏 𝜌𝑏
Dengan TOM adalah total organic matter, 𝜌𝑘 adalah densitas kerogen dalam
satuan g/cm3, 𝜌𝑏 adalah densitas bulk batuan dalam satuan g/cm 3, ∅𝑘 adalah
porositas yang terisi kerogen yakni porositas density dikurangkan dengan
porositas dari magnetic resonance log. Apabila sudah ditentukan total organic
matter dapat dihitung nilai Fischer Assay dalam satuan gallon per ton batuan.
Persamaan dibawah ini merupakan korelasi oleh Hendrickson(1975).
𝐹𝐴 = 199(𝑇𝑂𝑀 − 0.019)

Persamaan diatas dapat digunakan hanya sebagai estimasi nilai oil-yield


batuan namun akurasi dari metode ini dapat terancam apabila ada kondisi
berikut:
a. Kurangnya pengetahuan akurat mengenai densitas material inorganik
(𝜌𝑚𝑎 ) dimana ini digunakan untuk menentukan 𝜌𝑏 .
b. Adanya gas yang akan mempengaruhi porositas pori batuan dan estimasi
porositas NMR.
c. Kegagalan porositas NMR untuk mengikutsertakan seluruh clay bound
water, yaitu partikel clay dalam batuan yang terikat dengan air.

C. Properti Fluida1
Sifat dari hidrokarbon yang diperoleh bervariasi karena bergantung pada komposisi
dari oil shale yang menghasilkannya serta teknologi ekstrasi yang digunakan.
Beberapa karakteristik yang dimiliki minyak oil shale yang membedakannya dengan
minyak mentah konvensional:
1. Pour point yang tinggi (diatas 50ᴼF)
2. Kandungan nitrogen organik yang tinggi (1.3 – 2 wt% untuk hidrokarbon yang
diekstraksi di permukaan). Kandungan nitrogen ini hampir separuhnya adalah
basic nitrogen yang merupakan racun bagi katalis penyulingan, penyebab formasi
bersifat gum, dan mengakibatkan pembentukan NOx saat
combustion/pembakaran.
3. Kandungan sulfur rendah (0.15 – 1%)
4. Kandungan oksigen tinggi (0.5 – 1%)
5. Kandungan olefin dan aromatis yang tinggi
6. Beberapa jenis tertentu (western shale di AS) mengandung zat besi dan arsen
yang signifikan.

Tabel 3.1 Perbandingan Properti Fluida Oil shale dengan Crude Oil biasa 1

190
Tabel 3.2 Perbandingan Properti Fluida Oil shale dengan Upgraded Oil shale
dan Arab Light Crude1

D. Produksi Oil Shale


Sebagaimana dijelaskan di bagian atas, dalam oil shale bukanlah tersimpan
hidrokarbon yang siap diproduksi mengunakan sumur seperti pada sumber daya
konvensional. Oil shale terproduksi apabila kerogen sudah dimatangkan secara
buatan dan terekstrasi dari batuan. Ada berbagai macam klasifikasi metode dalam
mengekstraksi shale oii. Tiga prinsip yang digunakan dalam ekstrasi oil shale ada
tiga, yakni:
1. Pirolisis, atau disebut juga retorting atau destructive distillation. Pada proses ini,
oil shale dipanaskan tanpa adanya oksigen hingga kerogen terdekomposisi
menjadi condensable vapors dan non-condensable combustile gas. Kemudian
vapor dan gas ini dikumpulkan dan akibat dari penurunan suhu, hidrokarbon pun
terkondensasi dan terproduksi. Proses ini menghasilkan pula spent shale sebagai
residu yang mengandung berbagai materi anorganik (mineral) dan char, yang
dapat dibakar menjadi shale ash. Spent shale dan shale ash dapat digunakan
sebagai bahan dalam pembuatan semen ataupun batubata. Proses ini umumnya
memanaskan batuan hingga suhu tinggi. Pada proses retorting di permukaan,
dekomposisi dimulai dari suhu 300ᴼC (570ᴼF). Pada suhu ini, kerogen mulai
mengalami dekomposisi menjadi hidrokarbon yang dapat dipakai. Walau begitu,
semakin tinggi suhu saat proses retorting, maka proses dekomposisi akan
menjadi semakin cepat dan semakin menyeluruh. Umumnya suhu optimumnya
adalah sekitar 480ᴼC sampai 520ᴼC (900ᴼ - 970ᴼF).

191
2. Hydrogenation merupakan usaha untuk mengekstraksi minyak menggunakan
donor hydrogen, solvent atau campuran dari keduanya. Umumnya digunakan
katalis untuk mempercepat reaksi kimia.
3. Thermal dissolution merupakan usaha untuk mengekstrasi minyak dengan
menggunakan solvent pada kondisi tekanan dan suhu tinggi, sehingga
meningkatkan produksi minyak dengan memecah-mecahkan rantai karbon pada
materi organik yang telah terlarutkan.

Pada aplikasinya, prinsip yang pertama itulah yang sering digunakan dengan
berbagai pengembangan teknologi. Saat ini, teknologi tersebut terbagi menjadi tiga
kelompok besar.1,6
1. Ex-situ retorting1,6
Pada kelompok ini oil shale pada dasarnya diangkat ke permukaan dan diekstrasi
oil shale dan proses retorting dilakukan menggunakan vessel tertentu. Konfigurasi
ini memiliki keuntungan yaitu kemudahan dalam mengontrol dan memanipulasi
aliran proses dan juga parameter-parameter operasi dengan mudah. Namun,
kerugiannya adalah kuantitas oil shale mentah yang harus ditambang sangat
banyak, proses transportasi ke area retort, dan juga keharusan untuk membuang
residu padatan dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Secara garis besar
proses ex-situ retorting adalah :
1) Penambangan.
2) Penghancuran (crushing).
3) Retorting.
4) Perolehan gas dan cairan hidrokarbon.
5) Pembuangan residu spent shale berbentuk padatan.

Terdapat dua pendekatan umum dalam melakukan ex-situ retorting:


1) Penambangan di bawah tanah dengan surface retorting : pada proses ini bijih
shale ditambang, ditransportasikan ke permukaan, di hancurkan kemudian
dipanaskan dalam vessel untuk mengekstrasikan gas dan cairan, kemudian
residu dibuang kedalam penambangan ataupun ke area pembuangan lain.
2) Penambangan di permukaan dengan surface retorting : pada proses ini bijih
shale diproduksikan pada penambangan terbuka, dihancurkan, dan dilakukan
retorting di permukaan.

Beberapa teknologi yang saat ini digunakan untuk mengekstrasi oil shale di
permukaan adalah sebagai berikut.
1) Petrosix Gas Combustion Retort (Petrobras, Brasil)
Teknologi ini merupakan adaptasi dari gas combustion retort, dimana Brasil
mengadaptasikannya hingga mampu memproduksikan 3870 bbl/day, reaktor
pirolisis permukaan untuk oil shale terbesar di dunia. Peralatan retort terdiri
dari bagian upper pyrolysis dan bagian lower shale coke cooling. Setelah shale
ditambang dan dihancurkan dalam crushee, fragmen-fragmen ini kemudian
ditransportasikan menuju retort dan dipanaskan hingga suhu yang sangat
tinggi agar gas dan minyak terekstrasi dari shale. Tahap selanjutnya, hasil
ekstrasi didinginkan agar oil vapor terkondensasi yang tertransportasi keluar
dari retort dengan bantuan gas yang terproduksi pula dalam bentuk droplet.
Gas dari shale kemudian melewati proses pembersihan untuk mengekstrasi
light oil. Sisanya ditransportasikan menuju unit gas treatment, dimana bensin
(fuel) dan liquefied petroleum gas (LPG) diproduksi. Beberapa atribut utama
untuk teknologi ini adalah sebagai berikut:

192
a. Konsumsi air yang sangat rendah selama operasi. Prosesnya sendiri tidak
membutuhkan air namun memang air digunakan untuk lower retort sealing
dan berbagai keperluan lain.
b. Desain yang sederhana namun sangat fleksibel dalam pengoperasian.
c. Efisiensi termal yang tinggi
d. Faktor operasi tinggi (sekitar 94%) tanpa adanya covering maupun
temperature loss.
e. Efisiensi recovery yang tinggi (85 – 90 % dari Fischer assay yield).
f. Dampak lingkungan dan kesehatan yang minim.

Gambar 3.3 Skema Petrosix Gas Combustion Retort dari Brasil6

2) Fushun Retorts (Cina)


Prinsip dasar penggunaan retort ini menyerupai Petrosix namun desain untuk
retort ini dapat menggunakan residu karbon dari pirolisis untuk digunakan
seingga efisiensi termal teknologi ini tinggi. Namun, desain Fushun
menggunakan nitrogen pada gas pirolisis sehingga hasil gas produk memiliki
nilai kalori yang rendah. Pada upper chamber juga digunakan oksigen
sehingga pirolisis yang dilakukan kurang efisien, sekitar 65% dari Fischer
assay yield. Ekspansi dari produksi juga membutuhkan bateri tambahan untuk
Fushun retort atau adaptasi tambahan dari teknologi oil shale lain.

193
Gambar 3.4 Skema Fushun Retort dari Cina6

3) Kiviter and Galoter Retorts (Estonia)


Kedua jenis retort ini telah digunakan dalam pengembangan oil shale di
Estonia. Kiviter retort memiliki karakteristik berikut:
a. Vertikal
b. Lump shale
c. Prosesor menggunakan gas combustion
d. Cocok untuk kapasitas produksi medium (1,000 ton oil shale per hari)
e. Oil yield sekitar 75 – 80% dari Fischer Assay
Newer Galoter retort memiliki karakteristik berikut:
a. Horizontal fluidized bed retort
b. Kapasitasnya sebesar 3,000 ton per hari
c. Shale ash digunakan sebagai solid heat carrier
d. Lebih efisien secara termal
e. Input energi lebih kecil
f. Oil yield lebih besar mencapai 85 – 90% dari Fischer Assay
g. Kualitas gas terproduksi lebih baik

194
Gambar 3.5 Skema Kiviter Retort dari Estonia6

Gambar 3.6 Skema Galoter Retort dari Estonia6

4) Alberta Taciuk Process (ATP) – Horizontal Rotating Kiln


ATP Process awalnya dikembangkan untuk meng-treat oil sands dan
kemudian digunakan untuk oil shale dan berbagai treatment kontaminasi.
Karakteristik ATP Process adalah sebagai berikut
a. Horizontal kiln design.
b. Efisiensi termal tinggi.
c. Efisiensi produksi tinggi (mencapai 90% dari Fischer Assay).
d. Teknologi termal yang unik dan dapat diaplikasikan pada berbagai
penggunaan industri.
e. Teknologi ini mengkombinasikan gas recirculation serta direct dan indirect
heat dari hot solids yang disirkulasikan dalam rotating kiln.
f. Shale terproses yang panas disirkulasi ulang kedalam retort sehingga
dapat memberikan panas untuk pirolisis dengan cara direct, solid-to-solid
heat transfer

195
g. Dapat meminimlisasi residual coke pada spent shale sehingga
pembuangannya environmentally safe.

Gambar 3.7 ATP Horizontal Rotating Kiln6


5) Red Leaf’s EcoShale In-Capsule Process
Metode ini adalah inovasi baru yang dikembangkan di Utah, Amerika Serikat.
Red Leaf’s EcoShale adalah sebuah metode hybrid yang mengintegrasikan
penambangan di permukaan pada suhu yang lebih rendah dimana proses
dilakukan secara tertutup pada ruang kosong yang terbentuk akibat ekskavasi
penambangan shale. Karakteristik teknologi ini adalah sebagai berikut:
a. Penutupan proses menggunakan tanah atau batuan sendiri sehingga low
cost.
b. Ketika telah diisi, kapsul dipanaskan dengan pipa yang mensirkulasikan
gas panas hasil pembakaran natural gas, CBM, ataupun gas recycle dari
prosesnya sendiri.
c. Karena proses retort dilakukan secara tertutup di bawah tanah, hasil
produksi dapat disekuestrasi secara langsung dan air tanah dapat
terlindungi.
d. Untuk memaksimalisasi efisiensi energi, panas yang digunakan pada satu
kapsul dapat diperoleh kembali dengan mensirkulasikan gas dengan suhu
yang lebih rendah sehingga panas dapat ditransfer pada kapsul yang
terdekat.
e. Tidak menggunakan air
f. Reklamasi lebih cepat
g. Kualitas hasil lebih baik
h. Peralatan penambangan standar yang digunakan, tidak menggunakan
vessel baja tambahan.
i. Karena suhu pemanasan lebih rendah, emisi CO2 lebih sedikit.
j. Restorasi topografi lebih cepat dan lebih tepat.

196
Gambar 3.8 Skema Red Leaf's EcoShale In Capsule Process6

2. In-situ retorting1,6
Pada kelompok ini oil shale diekstraksi pada tempat terdeposisinya batuan shale
tersebut sehingga tidak perlu memindahkan batuan dari bawah permukaan.
Keuntungan dari teknologi in-situ adalah tidak diperlukannya penambangan
berlebih dan juga penanganan solids. Namun, kerugiannya adalah sulitnya
memonitor keseluruhan proses operasi sehingga membuat masalah dalam
mengontrol proses esktrasi dan juga dipertanyakan nilai yield yang diperoleh.
Salah satu titik penting dalam in-situ retorting adalah batuan shale yang telah
diekstrasi harus tersimpan dengan aman untuk mencegah kontaminasi air bawah
tanah dan masalah lingkungan lainnya.
Terdapat dua pendekatan umum dalam melakukan in-situ retorting:
1) True in-situ (combustion atau heating) : panas diaplikaskan langsung ke
bawah permukaan tanpa proses penambangan. Pada proses pengembangan
awal dilakukan combustion pada deposit shale untuk menghasilkan panas.
Namun, teknologi sekarang telah dikembangkan agar tidak perlu dilakukan
pembakaran shale resource.
2) Modified in-situ : pendekatan ini meningkatkan proses pirolisis dan efisiensi
perolehan dari proses combustion ataupun pemanasan yang dilakukan
dengan cara merekahkan batuan sehingga transfer panas dan aliran fluda
menjadi lebih baik.

Beberapa teknologi yang digunakan untuk mengekstrasi oil shale di bawah


permukaan adalah sebagai berikut.
1) Shell’s In-Situ Conversion (ICP) Process
Teknik ini tidak melakukan penambangan di permukaan melainkan
memasukkan heater ke bawah permukaan untuk memanaskan batuan untuk
mengubah kerogen dalam oil shale menjadi bahan bakar transportasi yang
berkualitas tinggi. Pemanas elektrik dimasukkan kedalam sumur heater untuk
memanaskan shale pada target depth secara perlahan hingga suhu 650 –
750ᴼF. Kemudian hidrokarbon hasil pirolisis dipompa ke permukaan
menggunakan metode recovery konvensional. Karakteristik dari proses ini
adalah sebagai berikut:
a. Hasil pemanasan berkualitas bagus (>30 API gravity) sehingga tidak
dibutuhkan upgrade yang berlebihan.
b. Hasil produksi kurang lebih adalah 1/3 gas dan 2/3 light oil. Hasil gas
terproduksi dapar digunakan untuk generator listrik atau dijual ke pasaran.
c. Air yang dibutuhkan untuk proses ini kurang dari tiga barrels untuk setiap
barrel of oil quivalent yang terproduksi.

197
d. Membutuhkan energi listrik yang besar untuk meghasilkan panas.
Saat ini, Shell sedang menguji teknologi freezewall untuk melindungi zona
pemanasan dari intrusi air tanah serta melindungi air tanah dari kontaminasi.
Teknologi ini diaplikasikan di Colorado, Amerika Serikat.

Gambar 3.9 Skema Shell's In-Situ Conversion Process (ICP)6

2) ExxonMobil’s ElectrofracTM Process


Teknologi ini memanaskan oil shale dengan terlebih dahulu merekahkan
batuan dan mengisi rekahan tersebut dengan material yang konduktif
sehingga membentuk heating element. Rekahan yang dibentuk adalah vertikal
dimana dihasilkan dari sumur horizontal agar zona konduktif tersebut dapat
memanaskan resource hingga suhu pirolisis. Setelah gas dan cairan
terproduksi, maka metode recovery konvensional digunakan. Sama seperti
teknologi yang dimiiliki Shell, teknologi ini juga membutuhkan strategi untuk
mencegah intrusi air tanah dan melindungi air tanah dari kontaminasi. Salah
satu titik penting teknologi ini adalah dibutuhkan energi listrik yang cukup
besar untuk menghasilkan panas.

198
Gambar 3.10 Skema Exxon's ElectroFrac Process6

3) PetroProbe / Earth Search Sciences


Metode ini memanaskan udara hingga kondisi superheated menggunakan
burner di permukaan (kandungan oksigen dikontrol dengan seksama) dan
diinjeksi kedalam lubang sumur agar memanaskan batuan shale sehingga
hidrokarbon terproduksi ke permukaan dalam bentuk gas panas. Gas ini
dikondensasikan hingga membentuk light hydrocarbon liquid dan gas.
Karakteristik dari proses ini adalah sebagai berikut:
a. Tidak membutuhkan proses penambangan. Proses ini diawali degan
member hingga batuan oil shale dan menempatkan sebuah processing
inlet conduit kedalam lubang.
b. Panas yang terjadi menghasilkan energi termal tanpa pembakaran.
c. Produk dari proses ini adalah hidrogen, gas metana 1000BTU, kondensat
dengan 45ᴼAPI gravity, dan air.
d. Sensitif terhadap lingkungan karena di permukaan terjadi pembakaran
yang menghasilkan CO2 cukup signifikan. Hasil CO2 tersebut dikompres
dan diinjeksi kembali kedalam oil shale. Earth Search Sciences memiliki
teknologi khusus untuk memantau permasalahan ini agar tidak
memberikan dampak buruh terhadap lingkungan.
e. Fitur penting dari teknologi ini minimal surface footprint dimana desain
surface plant bersifat portable sehingga fleksibel terhadap perubahan
kondisi operasi. Struktur formasi dapat terjaga bahkan setelah proses ini
dilakukan.
f. Gas yang dihasilkan dipisahkan dari liquid dan diperoses lebih lanjut untuk
digunakan kembali menjadi bahan pembakaran untuk pemanasan udara
di permukaan.

199
Gambar 3.11 Skema metode milik Petroprobe / Earth Search Sciences 6

4) Schlumberger /Raytheon-CF Radio-Frequency with Critical Fluids Technology


Teknologi ini menggunakan frekuensi radio (RF) dan juga fluida kritis dan pada
tahun 2007 paten teknologi ini sudah dimiliki oleh Schlumberger. Sumur dibor
hingga kedalaman shale menggunakan metode pemboran standard an
transmitter RF diturunkan kedalam sumur. Kemudian energi RF ditransmisikan
untuk memanaskan batuan. Fluida CO2 super critical diinjeksikan kedalam
formasi untuk mendesak hidrokarbon yang dihasilkan menuju sumur produksi.
Di permukaan, karbon dioksida dipisahkan dan diinjeksikan kembali
sedangkan hidrokarbon diproses lebih lanjut menjadi produk-produk komersil.
Beberapa karakteristik teknologi ini adalah sebagai berikut:
a. Self-sequestration yang dilakukan dalam teknologi ini mengakibatkan
carbon foot print yang netral.
b. Proses pemanasan yang cukup cepat, yakni dalam kurun bulan.
c. Proses pemanasan dapat diatur untuk target tertentu.
d. Membutuhkan energi listrik yang cukup tinggi.
e. Dapat memperoleh 4 – 5 BOE (barrels of oil equivalent) untuk setiap BOE
yang dikonsumsi.

Gambar 3.12 Skema Schlumberger / Raytheon-CF Radio Frequency with


Critical Fluids Technology6

200
5) IEP’s Geothermic Fuel Cell
Metode ini berawal di Swedia selama Perand Dunia II dimana diharapkan
teknologi ini membutuhkan energi eksternal yang minim. Metode ini
menggunakan high-temperature fuel cell yang ditempatkan didalam sumur
pemanas untuk memanaskan formasi shale. Hidrokarbon yang dihasilkan
(minyak dan gas) akan diproduksi melalui sumur produksi. Pemanasan awal
menggunakan sumber gas eksternal hingga kemudian sumber eksternal
tersebut digantikan menggunakan gas terproduksi dari batuan shale. Metode
pemanasan merupakan konduksi soild-to-solid yang menurut IEP adalah
aplikasi yang lebih efisien dari aplikasi non-conductive lainnya. Karakteristik
teknologi ini adalah sebagai berikut:
a. Self fueling menggunakan gas terproduksi.
b. Fuel cell mengakibatkan pemanasan terjadi pada kondisi uniform rate
sehingga yield yang dihasilkan lebih besar dan siklus produksi yang lebih
mudah.
c. Pemanasan dapat meningkatkan tekanan hingga titik sebuah rekahan
dapat terbentuk dan membantu aliran hidrokarbon.
d. Air untuk processing bersifat self-sufficient karena uap yang dihasilkan
disirkulasikan ulang melewati fuel pre-reformer.
e. Dampak di permukaan lebih minim daripada penambangan, tidak ada
masalah pembuangan waste yang tidak perlu, dan kondisi formasi tidak
terlalu berubah akibat proses ini.

Gambar 3.13 Skema IEP Geothermic Fuel Cell6

3. Hybrid
Pendekatan ini merupakan pengembangan baru dimana ada kombinasi antara
berbagai pendekatan in-situ dan berbagai proses penambangan. Umumnya
dilakukan penambangan di permukaan dekat sumber daya oil shale kemudian
dipanaskan secara perlahan didalam isolasi yang terbentuk dari ruang kosong
akibat ekskavasi batuan hasil penambangan tersebut.
Dalam menentukan jenis teknologi retorting yang akan dilakukan, sangat penting
untuk meninjau kembali tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan.
Beberapa tujuan penting adalah1:
1) Minimalisasi capital costs
2) Minimalisasi potensi polusi
3) Optimisasi produksi
4) Maksimalisasi reliabilitas operasi
5) Maksimalisasi perolehan sumber daya
201
Banyak hal yang mempengaruhi penentuan metode retorting namun faktor utama
yang mempengaruhi pilihan tersebut adalah karakteristik dari oil shale yang
hendak diekstrasi dan juga keinginan, tujuan, dan filosofi operasi dari perusahaan
yang mengelola site tersebut. Sehingga, pilihan terbaik dari suatu pengembangan
oil shale bergantung pada studi yang dilakukan perusahaan tersebut mengenai
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Pada awal pengembangan tentunya pilihan
teknologi yang digunakan untuk retorting lebih sempit, namun seiring pengalaman
operasi yang berlanjut dan instalasi komersil maka pilihan tersebut akan menjadi
semakin luas.

E. Pembuangan residu spent shale


Spent shale adalah materi padatan sisa dari proses retorting dan segala proses
lainnya yang dilakukan untuk mengekstrasi hidrokarbon maupun mineral-mineral
lainnya dari oil shale. Setiap proses tersebut menghasilkan produk spent shale
tertentu. Untuk proses ex-situ retorting yang dilakukan di permukaan, tentu
pembuangan spent shale perlu dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik. Lain
halnya dengan proses in-situ retorting dimana spent shale umumnya ditinggalkan di
bawah permukaan.

Metode pembuangan yang paling popular dan menarik secara ekonomis untuk
proses ex-situ retorting adalah pembuangan langsung di tempat tertentu di
permukaan. Metode ini lebih diinginkan daripada mengembalikan residu tersebut
kebawah permukaan. Pada dasarnya, spent shale dibuang kedalam ngarai yang
terdekat dengan fasilitas processing. Metode ini memiliki beberapa keuntungan:
1. Dapat membuang materi dalam volume yang besar dengan luas area yang
terganggu yang cukup kecil.
2. Dengan lokasi pembuangan ini membuat area yang dibutuhkan stabilisasi dan
regevetasi relatif kecil jika dibandingkan dengan volume yang dapat dibuang.
Namun lokasi pembuangan ini umumnya adalah pada jalur drainase alami sehingga
dibutuhkan usaha untuk mengarahkan ulang aliran air alami dan juga meminimalisasi
atau meniadakan luluhnya berbagai materi dari residu tersebut yang dapat larut
dalam air. Apabila sebuah area telah menjadi lokasi pembuangan, maka permukaan
dari tumpukan residu dapat direvegetasi. Berbagai pihak yang sangat peduli terhadap
lingkungan sangat kritis dalam menghadapi metode pembuangan seperti ini, namun
beberapa pengujian telah dilakukan yang menunjukkan bahwa ini adalah metode
yang feasible dan yang mengakibatkan permasalahan lingkungan yang minim. Pada
akhirnya, metode pembuangan residu ini harus mengikuti peraturan dan perundang-
undangan mengenai lingkungan yang berlaku.

F. Tantangan Pengembangan dan Feasibilitas Ekonomi6,7,8


Kebutuhan energi global dan ketertarikan terhadap sumber daya energi diluar energi
konvensional telah memicu dan mendorong perkembangan teknologi untuk
mengembangkan berbagai sumber energi non-konvensional. Oil shale adalah salah
satu contoh sumber energi yang sebenarnya telah lama ditemukan dan di
manfaatkan untuk berbagai tujuan. Awalnya digunakan oleh apoteker di Austria
utkntuk tujuan medis sekitar tahun 13508. Menurut paper SPE 116570 (Crawford, et
al.), oil shale digunakan di Swedia, Skotlandia, dan Perancis sebagai bahan bakar.
Di Amerika Serikat sendiri, pengembangan oil shale dimulai dari awal 1917 namun
belum dikembangkan hingga komersil sampai saat ini. Walau teknologi sudah
berkembang, banyak tantangan berat yang masih perlu diperhatikan:
1. Peningkatan efisiensi energi dan mengurangi kebutuhan energi input.
2. Peningkatan resource recoverability dan conservation.
202
3. Minimalisasi kebutuhan net water dan pengembangan konservasi serta strategi
re-use yang efektif.
4. Aplikasi kontrol lanjut untuk menjaga kualitas air.
5. Pengurangani produk karbon dioksida dan manajemen emisi life-cycle karbon.
6. Perlindungan untuk kualitas permukaan dan air tanah dari proses in-situ dan ex-
situ.
7. Pengurangan, manajemen, dan penggunaan atau pembuangan spent shale
8. Pengembangan infrastruktur dan dukungan pengembangan concurrent untuk
sumber daya mineral dan sumber energi.
9. Pengurangan risiko dan strategi mitigasi untuk mengidentfikasikan potensi
dampak-dampak sosial-ekonomi.
Faktor ekonomi dan sosial merupakan pertimbangan penting juga untuk
pengembangan oil shale. Menurut Baskersville7 kesuksesan secara eknomi untuk
sebuah industri oil shale bergantung pada faktor-faktor ini.
1. Batuan shale, saat distilasi, harus menghasilkan hidrokarbon yang menyerupai
migas konvensional secara karakter dan komposisi. Umumnya distilasi dilakukan
didalam retort agar membuat prosesnya kontinu dan lebih efisien.
2. Nilai yield untuk batuan shale harus sangat besar agar biara penambangan dan
treatment tertutup, atau karakter minyak yang dihasilkan harus memiliki nilai yang
tidak biasa; contohnya: persentase paraffin tinggi atau ichthyol yang cukup
banyak.
3. Karena kondisi sebelumnya sangatlah jarang di industri oil-shale, maka
dibutuhkan byproduct yang cukup berharga untuk mengkompensasi beratnya
proses penambangan dan treatment. Nitrogen yang dikombinasi, umumnya
dikonversi menjadi ammonia dalam distilasi, telah menjadi penyelamat untuk
beberapa perusahaan Skotlandia dan merupakan sebuah konsiderasi yang
diperlukan untuk industri shale-oil dimanapun.
4. Jika diasumsikan keluaran minyak yang mencukupi (30 – 60 gallon untuk setiap
ton shale) dan keluaran ammonia yang mendukung, maka kuantitas oil shale yang
diproduksikan harus sangat besar sehingga proses dapat dilakukan dengan
metode yang terjangkau secara kapital. Suplai ait yang cukup juga penting untuk
kondensasi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
5. Asam sulfur yang mencukupi untuk absorpsi ammonia.
6. Karakter batuan dan metode proses sangat menentukan kualitas minyak yang
dihasilkan. Sehingga menentukan juga income dari industri dan tentunya
menentukan feasibilitas pengembangan yang dilakukan.
Faktor dan tantangan diatas bukanlah pedoman baku karena permasalahan yang
ada di setiap negara pasti berbeda. Faktor sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan
teknologi masing-masing memiliki beban tantangan tersendiri untuk pengembangan
oil shale.

G. Sumber Daya Oil shale di Dunia8


Oil shale ditemukan hampir pada banyak deposit di seluruh dunia. Umumnya
ditemukan pada kedalaman yang cukup dangkal, kurang dari 3,000 ft.8 Secara global,
oil shale merupakan resource yang sangat besar. Diestimasikan bahwa ada
setidaknya 8 triliun barrel oil shale resources di dunia dengan Amerika Utara memiliki
cadangan terbesar yakni sekitar 6 miliar barrel. Persebaran tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini. Dalam pedoman ini dibahas mengenai cadangan untuk
empat area, Amerika Serikat, Eropa, Asia, Amerika Selatan:

203
Tabel 3.3 World's Known Oil shale Resources8

1. Amerika Utara
Total oil shale resources di Amerika Serikat diestimasikan melebihi 6 triliun barrel
minyak ekivalen. Resources ini berlokasi di area timur, mid-continent, barat, dan
Alaska. Dari 6 triliun barrel tersebut, ada lebih dari 2 tiriliun barel dengan oil yield
lebih besar dari 25 gal/ton, yang dipandang sebagai yang atraktif secara
ekonomi.Mayoritas dari resources yang berkualitas tinggi, 1.2 triliun barrel,
berlokasi di Green River Formation yang tersebar pada tiga state, area Barat
Colorado, area Timur Utah, dan area Selatan Wyoming.

Gambar 3.14 Peta Cadangan Oil shale Amerika Serikat8


Kanada memiliki lebih dari 15 milyar barrel oil shale resource, berlokasi di 19
deposit sepanjang provinsi. Deposit terbesar di Kanada adalah di Alberta
Formation di New Brunswick dengan kualitas rata-rata oil yield sebesar 25 gal/ton
dan ketebalan pay hingga 300 ft. Eksplorasi juga sedang aktif untuk oil shale di
area Saskatchewan.

204
Gambar 3.15 Peta cadangan oil shale Kanada8
2. Eropa
Oil shale resource di Eropa diestimasikan sebesar 120 milyar barrel yang
berlokasi di empat belas negara. Sekitar 90% dari resource berlokasi di Italia,
Estonia, Perancis, dan Swedia. Lebih dari setengahnya berlokasi di Italia. Total
oil shale deposit di Italia adalah sekitar 73 milyar barrel dimana utamanya
berlokasi di selatan Sisilia di Sicily Basin. Deposit ini kurang lebih setebal 197 ft
dengan oil yield 20 gal/ton.Total recoverable resource di Sisilia adala sekitar 63
milyar barrel. Perancis sendiri memiliki oil shale resource di Paris Basin dimana
total resource mencapai 7 milyar barrel pada tiga lapisan stratigrafi dengan oil
yield sekitar 15 – 20 gal/ton. Swedia memiliki 7 milyar barrel oil shale resource
dimana deposit terbesarnya adalah Alum Shale dengan ketebalan mencapai 200
ft dan konten materi organik hingga 20 persen dari batuan.
Estonia memiliki oil shale resource sekitar 16 miliar barrel dimana depositnya
berlokasi di area utara dan memanjang kearah timur menuju Rusia. Rata-rata,
deposit oil shale di Estonia memiliki ketebalan hingga 120 ft dan oil yield sekitar
25 hingga 40 gal/ton. Saat ini Estonia memproduksikan oil shale sebanyak 6,000
bbl/day yang digunakan untuk mengoperasikan dua pembangkit listrik dengan
kapasitas total sekitar 3,000MW. Lebih dari 90% listrik di Estonia saat ini
menggunakan oil shale sebagai bahan bakar membuat Estonia sebagai salah
satu negara yang berhasil memanfaatkan oil shale secara komersil.

205
Gambar 3.16 Peta cadangan oil shale Eropa8

3. Asia
Oil shale di Asia banyak terdeposit di 9 negara dengan total known in-place oil
shale sebanyak 292 milyar barrel. Rusia memiliki sekitar 248 milyar barrel dan
Cina sekitar 16 milyar barrel. Sisa tujuh negara belum memiliki eksplorasi yang
cukup sehingga belum memiliki pengetahuan pasti.
Oil shale di Rusia berada di Kuker site depost, Barat Laut Rusia (Eropa Timnur)
dimana telah digunakan untuk menghasilkan bahan bakar sejak tahun 1930. Plant
awalnya sudah ditutup dikarenakan polusi namun usaha penambangan saat ini
tetap dilakukan dan oil shale dikirim ke Estonian Baltic Power Station dimana
dihasilkan listrik untuk Rusia. Produksi industri lain adalah Syzran Plant yang telah
memproses oil shale untuk produk farmasi sejak tahun 1995.
Cina memiliki cadangan sekitar 16 milyar barrel, awalnya dikira hanya ada di
deposit Fushun dan Moaming, namun studi tahun 2006 telah menunjukkan
seberapa besar dan distribusi oil shale di seluruh Cina. Estimasi in-place
resources adalah leih dari 5,000 milyar barrel dimana ada lebih dari 80 deposit
tersebar di 22 provinsi dan 47 basin. Namun informasi ini belum diperbaharui oleh
USGS of the World Energy Council. Deposit Fushun berlokasi di Timur-Laut Cina
dimana terdapat 25 milyar barrel minyak dan untuk Moaming deposit terdapat 28
milyar barrel. Oil shale diproduksikan dari kedua deposit sebagai produk
tambahan dari penambangan batubara.

206
Gambar 3.17 Peta cadangan oil shale Asia 8

4. Amerika Selatan
Deposit oil shale ditemukan di Brasil, Argentina, dan Chili. Namun,
pengembangan komersil baru terjadi di Brasil. Chili memiliki 4 deposit di area
Barat Laut berlokasi di provinsi Malleco, Bio-Bio, dan Antofagasta. Total resource
adalah sebesar 21 juta barrel minyak dengan yield 1.4 – 5.2 gal/ton. Deposit di
Argentina berlokasi di dekat Poterillos, Uspallatam Mendoza, Malargem,
Neuguen, San Julian, Santa Cruz, dan Rio Grande. Resources Argentina
diperkirakan mencapai 400 juta barrel dengan tebal rata-rata sekitar 100 ft.
Brasil memiliki resource mencapai 82 milyar barrel yang berlokasi di Irati
formation, daerah Selatan Brasil melewati area Rio Grande Do Sol. Deposit ini
belum dieksplorasi lebih lanjut karena adanya lava sehingga ada kemungkinan
resources di deposit ini melebihi estimasi oleh USGS. Areaini memiliki dua lapisan
batuan dimana ketebalannya sekitar 100 sampai 300 ft dengan yield sebesar 13
sampai 20 gal/ton. Area bagian ini ideal untuk open pit mining dan retorting.
Namun, area Utara dari resource ini memiliki 80 lapisan dengan ketebalan tipis
sekitar 1 inch hingga 10 ft. Rata-rata yield adalah 5 gal/ton dan apabila dikalkulasi
mengikut sertakan area yang belum terdefinisikan dengan jelas maka in-place
resource bisa mencapai 5,600 milyar barrel namun dengan kondisi tidak
ekonomis atau membutuhkan in-situ retorting. Produksi komersil telah dimulai
sejak tahun 1954 dan penggunaan teknologi PetroSix Gas Combustion Retort
telah dimulai sejak tahun 1972 di Rio. Kapasitas retort telah mencapai 3,800
bbl/day pada tahun 1992. Produksi adalah berupa oil shale, LPG, gas metana,
dan sulfur.

207
Gambar 3.18 Peta cadangan oil shale Amerika Selatan8

DAFTAR SIMBOL
∅𝑤 = Porositas batuan yang terkandung air, fraksi
∅𝑘 = Porositas batuan yang terkandung kerogen, fraksi
∅𝐷 = Porositas densitas, fraksi
𝜌𝑚𝑎 = Densitas matriks batuan, g/cm3
𝜌𝑏 = Densitas bulk batuan yang diperoleh dari density log, g/cm3
𝜌𝑝 = Densitas pore space, g/cm3
𝑇𝑂𝑀 = Total Organic Matter, dimensionless
𝜌𝑘 = Densitas kerogen, g/cm3
∅𝑀𝑅 = Porositas yang diperoleh dari magnetic resonance log,
𝐹𝐴 = Fischer Assay, gal/ton

208
LAMPIRAN 4 – TKI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK RESERVOIR DAN
PRODUKI HIDROKARBON NON – KONVENSIONAL

NO TEKNIK
JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISA
Core, Mercury
Diffusion Pump,
Porositas, Permeabilitas, Manometer, Alat yang
Penentuan Tekanan Pori, Uji Lab, Uji Dilatometer, Core Digunakan
Sifat Reservoir Kandungan Gas, Rank, Sumur, dan Flood Rig, Gas Berbeda-Beda
C-184
Gas Metana Tekanan Rekah dan Pembacaan Cromatograph, Sesuai Dengan
Batubara Closure, Sifat Batuan Hasil Log Perforating Gun, Sifat Reservoir
dan Fluida. Pressure Bomb, yang Dicari
Canister, Dessicator,
Syring
Pelaksanaan
Ketebalan Batubara, Log Gamma Ray,
Evaluasi Pembacaan
Coal Tonnage, Log Sp, Log
C-185 Formasi Gas Hasil Log, -
Permeabilitas, Gas Resistivitas, Log
Metana Persamaan
Content Awal Densitas, Log Sonic
Batubara
Penentuan
Original Gas In
Place Pada Nilai Original Oil In Place
Persamaan,
C-186 Reservoir Gas Reservoir Gas Metana - -
Grafik
Metana Batubara
Batubara
(GMB)
Perhitungan
Faktor Persamaan,
Kurva Langmuir,
Perolehan Nilai Faktor Perolehan / Grafik,
C-187 Software Simulasi -
Reservoir Gas Recovery Factor (RF) Pembacaan
Reservoir
Metana Batu Langsung
Bara (GMB)
Water Bath,
Gasometer/Manomet
Persamaan,
Penentuan Kandungan Gas er Digital,
C-188 Grafik, -
Gas Content Batubara Temperature
Laboratorium
Canister, Top
Loading Balance

209
NO TEKNIK
JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISA
Peralatan Analisis
Saringan, Peralatan
Proximate Analysis,
Peralatan Analisis
Pengujian Kesetimbangan
Persamaan,
Isotermal Gas Konstanta Volume dan Moisture Content,
C-189 Grafik, -
Metana Tekanan Langmuir Sel Tes dan Sel
Laboratorium
Batubara Referensi, Water/Oil
Bath, Tabung Helium
dan Tabung Metana
Kualitas Kemurnian
Ultra-Tinggi
Alat Under-Reaming, Alat yang
Pompa, Fracturing digunakan
Penyelasaian Fluid, Proppant, berbeda-beda
Sumur Pada Penyelesaian Sumur Diagram Alir, Bridge Plug, Coiled sesuai dengan
C-190
Gas Metana Terbaik Tabel Statistik Tubing, Jetting teknik
Batubara Nozzle, Re-Settable penyelesaian
Packer, Seating Ball, sumur yang
Baffle, Sensor, Liner diterapkan
Pengujian Rangkaian Peralatan
Estimasi Tekanan,
Kandungan Uji Kandungan
Permeabilitas, Skin, Persamaan dan
C-191 Lapisan Gas Lapisan, Packer, -
Radius Investigasi, Grafik
Metana Pressure Gauges,
Sampel Fluida Formasi
Batubara Valve
Workover Rig,
Vacuum Truck,
Pengujian Slug Persamaan, Pressure
Test Pada Gas Permeabilitas dan Grafik, Transducer,
C-192 -
Metana Konduktivitas Rekahan Pengujian di Pressure Data
Batubara Lapangan Recorder, dan
Software Analisis
Data
Downhole Memory
Penentuan Gauge, Pompa
Parameter Reservoir
Parameter Injeksi, Inflatable
Yaitu Permeabilitas, Plot Diagnostik
Reservoir Packer, Surface
Tekanan Awal Reservoir, dan Analisis
Dengan Flowmeter, Surface
C-193 Tekanan Closure, ISIP, Plot Pada -
Menggunakan Pressure Gauge,
Gradien Rekah, Fracture Setiap Rezim
Diagnostic High Pressure Hose,
Half Length, dan Aliran
Fracture Software Analisis
Fracture Conductivity,
Injection Test Pengujian Sumur
Komersil

210
NO TEKNIK
JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISA
Downhole Memory
Penentuan Gauge, Pompa
Parameter Parameter Reservoir Injeksi, Inflatable
Reservoir Yaitu Permeabilitas, Plot Diagnostik Packer, Surface
C-194 Dengan Tekanan Awal Reservoir, dan Analisis Flowmeter, Surface -
Menggunakan Radius Pengamatan dan Semilog Plot Pressure Gauge,
Injection Falloff Skin Software Analisis
Test Pengujian Sumur
Komersil
Downhole Memory
Penentuan Gauge, Pompa
Parameter Reservoir
Parameter Injeksi, Inflatable
Yaitu Permeailitas,
Reservoir Plot Diagnostik Packer, Surface
Tekanan Awal Reservoir,
C-195 Dengan dan Analisis Flowmeter, Surface -
Skin, Tekanan Rata-Rata
Menggunakan Semilog Plot Pressure Gauge,
Reservoir, dan Radius
Pressure Software Analisis
Pengamatan.
Buildup Test Pengujian Sumur
Komersil
Pengujian
Identifikasi Konektivitas Rangkaian Peralatan
Interferensi
Antara Dua Sumur Atau Persamaan dan Uji Interferensi
C-196 Sumur-Sumur -
Lebih, Permeabilitas, Grafik Sumur, Pressure
Gas Metana
Porositas-Kompresibilitas Gauges
Batubara
Perencanaan, Peralatan Pekerjaan
Pelaksanaan , Hydraulic Fracturing,
dan Evaluasi Simulator Model
C-197 Stimulasi Desain Stimulasi Sumur Analisis Data Propagasi Hydraulic -
Sumur Gas Fracturing, Peralatan
Metana Pekerjaan Radial
Batubara Jetting
Sistem
Pengangkatan
Buatan (SRP, ESP,
Analisis Data
Optimasi Jenis Pompa yang dan PCP) dan
dan
C-198 Sumur dan Digunakan; Data Sumur Sistem Pengukuran -
Pengambilan
Dewatering dan Produksi Produksi (Meter Gas
Data Langsung
Orifis, Meter Gas
Turbin, dan Meter
Gas Diafragma)
Pengklasifikasi Luas Area Dari
an Sumber Sumberdaya Prospektif,
C-199 Daya Gas Luas Area Dari Analisis Data - -
Metana Batu Sumberdaya Kontinjen
Bara (GMB) (1C, 2C dan 3C)

211
NO TEKNIK
JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISA
Pengklasifikasi
an Cadangan Luas Area Dari
C-200 Gas Metana Cadangan Proved, Analisis Data - -
Batubara Possible dan Probable
(GMB)
Simulator Peramalan
Penentuan Desain Well Spacing Produksi dan
C-201 Analisis Data -
Well Spacing yang Optimum Simulator Monte
Carlo
Pengelolaan
Air yang Sesuai Standar
dan
Baku Mutu Lingkungan Alat
Pembuangan
Hidup Untuk Layak Water Treatment Disesuaikan
C-202 Air Terproduksi Analisis Data
Digunakan Kembali Plant Dengan Profil
Pada Gas
(Beneficial Use) Atau Air Terproduksi
Metana
Dibuang (Disposed)
Batubara
Perancangan
Infrastruktur Infrastruktur Lapangan Infrastruktur
C-203 Lapangan Gas Gas Metana Batubara Analisis Data Lapangan Gas -
Metana Terbaik Metana Batubara
Batubara
Peningkatan Software Simulasi
Perolehan Gas Peningkatan Faktor Analisis Data, Reservoir, Suplai
C-204 -
Metana Perolehan Persamaan Co2 dan N2,
Batubara Pipeline, Pompa
Pencegahan
dan Alat
Sumur Injeksi,
Penanganan Disesuaikan
Silencer, Housing,
Aspek Kegiatan Lapangan yang Dengan
C-205 Analisis Data Directional Drilling,
Lingkungan Ramah Lingkungan Masalah
dan Water Treatment
Hidup Gas Lingkungan
Plant
Metana yang Dihadapi
Batubara
Nilai Total Organic
Penentuan Carbon (TOC), Tipe Peralatan LECO,
Parameter Kerogen, Vitrinite Persamaan, Peralatan
C-206 Geokimia Reflectance (Ro) dan Grafik, Reflectance -
Reservoir Tmax Reservoir Shale Laboratorium Microscope dan Log
Shale Gas Gas Untuk Analisa Sumuran
Potensi Reservoir

212
NO TEKNIK
JUDUL TKI MENGHASILKAN PERALATAN KETERANGAN
TKI ANALISA
Nilai Properti Petrofisika
(Porositas, Saturasi), In
Peralatan Uji Tekan,
Penentuan Situ Stress, Modulus Persamaan,
Peralatan Dean
C-207 Parameter Young dan Poisson Ratio Grafik, -
Stark, dan Log
Geomekanika Reservoir Shale Gas Laboratorium
Sumuran
Untuk Analisa Potensi
Reservoir
Analisa Log Sumuran
(Log Gamma Ray, Log
Peralatan Log (Log
Resistivitas, Log
Gamma Ray, Log
Pengujian Log Porositas-Densitas, Log
Pembacaan Resistivitas, Log
C-208 Reservoir Sonic dan Wireline -
Hasil Log Densitas, Log Sonic
Shale Gas Borehole Image Log)
dan Wireline
Untuk Mengetahui
Borehole Image Log)
Potensi Adanya
Reservoir Shale Gas
Perencanaan Sumur
Horizontal, Desain
Penentuan
Komplesi Sumur
Sistem
C-209 (Multistage Hydraulic Analisis Data Software Komersil -
Produksi Shale
Fracturing), dan
Gas
Peramalan Penurunan
Produksi
Air yang Layak dan
Sesuai Dengan Standar Alat
Pengelolaan
Untuk Dipakai Kembali Water Treatment Disesuaikan
C-210 Air Terproduksi Analisis Data
Sebagai Fluida Perekah Tools Dengan Profil
Shale Gas
Dalam Proses Hydraulic Air Terproduksi
Fracturing
Pencegahan Sumur Injeksi,
Alat
dan Monitor
Disesuaikan
Penanganan Kromatografi,
Kegiatan Lapangan yang Dengan
C-211 Aspek Analisis Data Emissions Capturing
Ramah Lingkungan Masalah
Lingkungan Device, Directional
Lingkungan
Hidup Shale Drilling, dan Fasilitas
yang Dihadapi
Gas Penampungan

213

Anda mungkin juga menyukai