PT PERTAMINA (PERSERO)
DIREKTORAT MARKETING & TRADING
2013
KATA PENGANTAR
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) merupakan ujung tombak
penyaluran Bahan Bakar Minyak PT Pertamina (Persero) dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Sesuai dengan kebijakan
perusahaan, pengelolaan SPBU diserahkan kepada swasta, yang diharapkan adalah
pihak swasta mampu mengeiola usaha SPBU secara efisien dan aman.
Namun yang paling penting adalah setelah dilakukan revisi buku panduan ini,
pengusaha dan pengelola SPBU dan pihak terkait lainnya yang terlibat dalam proses
pembangunan dan pengoperasian SPBU memiliki standar acuan dalam penerapan
aspek K3LL didalam kegiatan operasional SPBU. Penerapan aturan secara konsisten
dilapangan tanpa adanya toleransi mudah-mudahan dapat menekan angka insiden
yang terjadi didalam kegiatan operasional SPBU. Dengan itu maka visi PT Pertamina
(Persero) untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia bisa tercapai.
Jakarta, 2013
PT Pertamina (Persero)
Direktur Marketing & Trading
Halaman | ii
DAFTAR ISI
Halaman | ii
2.5.2. Tanda dan Rambu Peringatan ......................................................... 30
2.5.3. Grounding System ......................................................................... 30
2.5.4. Oil Separator/Catcher ..................................................................... 31
2.5.5. Perlengkapan P3K .......................................................................... 31
2.5.6. Pita / Rantai Pembatas Dilarang Masuk ........................................... 31
2.5.7. Perlengkapan Keselamatan Pekerja ................................................. 31
2.6. Sistem Pendeteksi Kebocoran .................................................................... 32
2.6.1. Automatic Tank Gauging (ATG) ...................................................... 33
2.6.2. Sumur Pantau ................................................................................ 35
2.7. Instalasi Sistem Kelistrikan ........................................................................ 37
2.7.1. Supply Kelistrikan SPBU .................................................................. 37
2.7.2. Panel Kelistrikan ............................................................................ 38
2.7.2.1. Sistem Isolasi dan Switching .............................................. 38
2.7.2.2. Switchgear Utama (Main Switch)........................................ 38
2.7.2.3. Proteksi Arus Listrik ........................................................... 38
2.7.3. Back up Suplai Listrik ..................................................................... 38
2.7.4. Penerangan ................................................................................... 38
2.7.5. Sistem Kabel dan Aksesoris Listrik ................................................... 39
2.7.5.1. Kabel Listrik ...................................................................... 39
2.7.5.2. Socket Stop Kontak Listrik ................................................. 39
2.8. Vapor Recovery System ............................................................................ 39
2.8.1. Tata Letak Vapor Recovery System ................................................ 40
2.8.2. Instalasi Vapor Recovery System .................................................... 40
2.8.3. Vapor Recovery Filling Adaptor ....................................................... 41
2.9. Peran fungsi terkait dalam tahap desain dan konstruksi SPBU ..................... 41
2.10. Peran fungsi terkait dalam tahap commissioning ........................................ 42
Halaman | iii
BAB 5 PEKERJAAN PEMBANGUNAN, PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN DI SPBU
5.1. Pekerjaan pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan ............................... 57
5.1.1. Potensi Bahaya .............................................................................. 57
5.1.2. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan di SPBU ........................................ 57
5.1.2.1. Tank Cleaning dan Perbaikan Tangki Pendam ..................... 58
5.1.2.2. Jalur Pipa, sambungan dan aksesoris ................................. 62
5.1.2.3. Kelistrikan ........................................................................ 62
5.1.2.4. Dokumentasi (Catatan/Riwayat Peralatan) .......................... 63
5.1.2.5. Pekerjaan Perbaikan pada Fasilitas/Bangunan ..................... 63
5.1.2.6. Pelaksana Pekerjaan ......................................................... 64
5.1.2.7. Peralatan Kerja ................................................................. 64
5.1.2.8. Akses Masuk Area Pekerjaan ............................................. 65
5.1.2.9. Pekerjaan Rutin Yang Tidak Termasuk Kategori Diatas ........ 65
5.1.3. Tata Cara Penerbitan Surat Ijin Kerja .............................................. 65
5.1.3.1. Pengawasan dari Aspek Teknis .......................................... 67
5.1.3.2. Pengawasan dari Aspek K3LL ............................................. 67
5.1.4. Pemindahan Peralatan ke Bengkel atau Keluar SPBU ........................ 68
5.2. Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Limbah B3 ....................................... 68
5.2.1. Perijinan Lingkungan ...................................................................... 69
5.2.2. Dampak Terhadap Penurunan Kualitas Air dan Tanah ...................... 69
5.2.3. Dampak terhadap Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan ............ 70
5.2.4. Dampak Pencemaran Limbah B3 ..................................................... 70
5.3. Peran fungsi Terkait Dalam Tahap Pemeliharaan dan Operasional ............... 70
BAB 6 DECOMISSIONING
6.1. Pembongkaran Tangki Pendam ................................................................. 72
6.1.1. Pengosongan Tangki Pendam ......................................................... 72
6.1.2. Pengendalian Residual Hazard (Stabilisasi) ...................................... 73
6.1.3. Pemindahan/Pemusnahan Tangki Bekas .......................................... 75
6.1.4. Pembongkaran Instalasi Pipa .......................................................... 75
6.1.5. Pembongkaran Dispenser ............................................................... 76
6.1.6. Pemutusan Instalasi Listrik ............................................................. 76
6.2. Peran fungsi terkait dalam tahap Decomissioning ....................................... 76
Halaman | iv
7.6. Prosedur Penanganan Kecelakaan ............................................................. 81
7.7. Pengawasan, Pemantauan dan Pelaporan .................................................. 81
7.8. Investigasi/Penyelidikan Insiden ................................................................ 82
Halaman | v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Batas Daerah Dapat Terbakar dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon .... 4
Tabel 1.2 Spontaneous Ignition Beberapa Senyawa Hidrokarbon ....................... 5
Tabel 1.3 Klasifikasi Hazardous Zone SPBU ....................................................... 11
Tabel 2.1 Kategori Risiko Kebocoran BBM ......................................................... 32
Tabel 9.1 Checklist Pemeliharaan Rutin Tanki Pendam ...................................... 85
Tabel 9.3 Checklist Pemeliharaan Genset dan Instalasi Listrik ............................ 86
Tabel 9.4 Checklist Inspeksi/Pemeliharaan Peralatan K3LL ................................ 87
Halaman | vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman | vii
BAB 1
RISIKO KEGIATAN SPBU
Kegiatan SPBU mempunyai potensi bahaya sehingga para personel terkait dengan
kegiatan ini perlu memahami sifat dan bahaya produk minyak bumi. Seperti halnya
produk minyak bumi lainnya, Bahan Bakar Minyak yang dikelola di SPBU mempunyai
potensi bahaya dan tergolong sebagai bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Halaman | 1
1.1.3. Bahaya Kesehatan
Produk-produk bahan bakar minyak merupakan bahan yang berbahaya
bagi kesehatan. Karena itu, setiap petugas yang menangani bahan-bahan
tersebut, harus berhati-hati dalam penanganannya. Beberapa jenis BBM
juga mengandung bahan-bahan aditif yang mengandung potensi bahaya
terhadap kesehatan. Keterangan lengkap dampak produk bahan bakar
minyak dapat dilihat pada lembar Material Safety Data Sheet (MSDS)
Kelas II dan Kelas III dikelompokan sesuai dengan cara penanganannya. Kelas II
(1) dan III (1) adalah produk minyak bumi yang dikelola pada suhu dibawah
flash pointnya, sedang Kelas II (2) dan III (2) adalah produk yang dikelola pada
temperatur lebih besar dari flashpoint-nya.
Halaman | 2
1.3.2. Karakteristik Racun
a. Uap produk BBM pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gejala
narcosis (efek bius), anasthesia dan suffokasi (mati lemas) pada
manusia apabila konsentrasi terlalu tinggi sehingga mengurangi kadar
oksigen hingga dibawah 18 %.
b. Sebagian besar uap produk BBM pada kadar rendah agak membius
bila dihirup, menghirup uap BBM dalam jangka waktu yang cukup
lama harus dihindari.
c. Karena sebagian besar cairan BBM dapat melarutkan lemak, kontak
dengan material tersebut cenderung mengikis lapisan lemak dari kulit
sehingga bisa mengakibatkan iritasi ringan. Kontak berkepanjangan
atau berulang-ulang hendaknya dihindarkan. Bila terjadi kontak
dengan kulit, bagian tubuh yang terkontaminasi agar segera dibilas
dengan air dan sabun.
d. Produk BBM bisa berbahaya jika tertelan.
e. Banyak produk BBM ditambah additif yang harus ditangani dengan
perhatian khusus. Additif bisa berubah dari waktu ke waktu. Dalam
hal adanya additif baru, sifat-sifatnya harus dipastikan (lihat MSDS)
sebelum memapari orang baik cairan atau uapnya, dan instruksi kerja
harus menjelaskan metoda penanganan yang benar.
Halaman | 3
Gambar 1.1. Flammable Range
Tabel 1.1. Batas Daerah Dapat Terbakar dari Beberapa Senyawa Hidrokarbon
Flammable Limits
Senyawa Percent Keterangan
Lower Upper
Gasoline 1,4 7,6 Gasoline (bensin) adalah bahan bakar kendaraan
suatu campuran hidrokarbon yang kompleks
dengan struktur 4 sampai 12 Karbon
Naptha 0,8 5,0 Naphtha adalah merupakan fraksi dari hasil distilasi
minyak bumi dan merupakan komponen untuk
pembuatan bensin
Kerosene 0,7 5,0 Kerosene Jet A-1 adalah blending kerosene yang
Jet A-1 mempunyai kandungan aromatic < 20 % (V/V),
dan kandungan S < 0,25 % berat. Titik beku < - 47
o
C dan Flash Point > 38 oC.
Avtur 1,6 6,0 Avtur adalah salah satu jenis bahan bakar berbasis
minyak bumi yang memiliki rentang titik didih
antara 145 hingga 300 oC, dan digunakan sebagai
bakar pesawat terbang.
Diesel 0,6 5,5 Diesel adalah jenis bahan bakar minyak sulingan
yang digunakan untuk mesin dengan FP min 60 oC
Sumber : The Storage and Handling of Petroleum Liquid, John R. Hughes. Person
Penanganan bahan bakar pada temperatur yang tinggi juga harus mendapatkan
perhatian yang serius, karena range flammable limit akan menjadi makin lebar
dengan kenaikan suhu. Sifat mudah terbakarnya suatu cairan/minyak biasanya
dinyatakan dengan titik nyala (flash point). Cairan/minyak yang mempunyai flash
point lebih rendah dari 0 °C (32 °F) sering disebut flammable liquid. Bahan bakar
dengan flash point yang tinggi untuk bisa terbakar harus dipanaskan terlebih
dahulu hingga terbentuk gas yang cukup dalam campurannya dengan oksigen.
Halaman | 4
Titik nyala (flash point) beberapa produk bahan bakar minyak (BBM) juga harus
diketahui oleh petugas yang menangani produk tersebut, agar selalu menjaga
kondisi penanganan yang aman. Dengan mengetahui nilai flash point tersebut,
petugas bisa mengetahui pada temperatur berapa uap yang ditimbulkan oleh
produk BBM cair tersebut bisa terbakar, sehingga jika disekitar lokasi terdapat
sumber penyalaan (source of ignition) maka pengawasan harus lebih diperketat.
Spontaneuous Ignition
Hydro Carbon
Temperature (°C)
High Speed Diesel 338
Medium Diesel Oil 338
Avigas 429
Premium 280
Kerosine 250
Avtur 254
LGV 481
NGV 650
Sehingga pada temperatur tertentu BBM bisa terbakar dengan sendirinya tanpa
adanya sumber api (autoignition temperature), apabila dikabutkan dan dikenakan
pada permukaan material yang panas seperti mesin, knalpot dan lain-lain.
1
APEA/EI Design, Construction, Modification, Maintenance and Decommissioning of Filling Stations 3rd Edition
2011 (Section 3.2)
Halaman | 5
Zone 0 Suatu area berbahaya dimana selalu terdapat atmosfer
mudah terbakar (flammable gas) secara terus-menerus dan
dalam jangka waktu lama. Misal : di dalam tangki pendam
Zone 1 Suatu kawasan/area berbahaya di mana terdapat atmosfer
mudah terbakar (flammable gas) yang mungkin terjadi pada
saat kondisi operasi normal. Misal : Dispenser, area
unloading/bongkar BBM dan dombak.
Zone 2 Suatu kawasan/area berbahaya di mana terdapat atmosfer
mudah terbakar (flammable gas) yang terjadi diluar kondisi
normal (insiden) dan jika terjadi hanya dalam jangka waktu
pendek. Misal : Manhole mobil tangki, area pengisian SPBU
Halaman | 6
b) Pelaksanaan Unloading/bongkar BBM dari Mobil Tangki
Sebelum dimulai proses unloading/bongkar dari mobil tangki,
pastikan coupling selang bongkar telah terpasang sempurna
di bottom loader mobil tangki. Periksa sambungan coupling
apabila menggunakan lebih dari 2 (dua) unit selang bongkar.
Saat dimulai proses bongkar, kerangan/ valve bottom loader
dibuka perlahan dan periksa kondisi selang dan sambungan
coupling tidak terdapat kebocoran/rembesan BBM.
Halaman | 7
Apabila dilakukan pengukuran volume BBM (manual dipping)
didalam kompartemen tangki penyimpan BBM mobil tangki
maka area sekitar manhole tangki termasuk dalam kategori
Zona 1 hingga radius 2 m pada semua arah dan seluruh luas
permukaan tangki hingga berjarak 1 m.
Halaman | 8
d) Gunakan hose dan coupling yang tepat dan sesuai standar
untuk mencegah ceceran dan tumpahan
e) Dilarang membuka manhole tangki selama proses bongkar/
unloading BBM untuk meminimalkan sumber penyebaran
uap berbahaya mudah terbakar (flammable gas)
Halaman | 9
Gambar 1.5. Hazardous Zone Pipa Pernafasan/Vent Tangki
Halaman | 10
Ketika nozzel dispenser dimasukkan kedalam pipa pengisian BBM
dikendaraan dan dioperasikan, vapour di dalam tangki BBM mulai
terakumulasi dan keluar melalui pipa pengisian, apabila dispenser
telah dilengkapi vapor recovery maka vapor ditangki kendaraan
dapat dipindahkan ke tangki pendam SPBU melalui dispenser.
Halaman | 11
Klasifikasi
Faktor Perluasan Klasifikasi Area
Zone
Manual Dipping Dalam jarak radius 2 m ke semua arah dari Manhole 1
mobil tangki mobil tangki yang terbuka
Unloading/bongkar Dalam radius jarak 1 m ke semua arah dari posisi bottom 1
BBM dari mobil loader, manhole dan pressure safety valve mobil tangki
tangki Dalam radius jarak 4 m ke semua arah dan ketinggian 2
1,2 m dari posisi bottom loader mobil tangki
Pengisian BBM Dalam radius jarak 1,5 m ke semua arah dari dombak 1
melalui filling point dan slot pengukuran dipping tangki timbun
tangki timbun Dalam radius jarak 1 m ke semua arah dari bottom 1
loader mobil tangki dan pipa Filling point tangki timbun
Dalam radius jarak 4 m ke semua arah dan ketinggian 1 2
m dari posisi Filling point tangki timbun
Saluran drainase, Seluruh saluran drainase bawah tanah di area SPBU 1
penyimpanan termasuk dalam zona 1
discharge hose Penyimpanan discharge hose termasuk area 1
Tempat penjualan, Jika ada pembukaan ke ruangan tersebut dalam area 2
Storage, WC zone 2, semua area ruangan, sampai dengan ketinggian
1,25 meter
Kios Jika ada pembukaan ke Kios dalam area zone 2, 2
ketinggian semua Kios sampai 1,25 meter
Sumber : Petrol Filling Stations Guidance on Managing The Risks Of Fire & Explosion (The Red
Guide), The Petroleum Enforcement Liaison Group (PELG), 2009
Halaman | 12
3. Pengisian BBM ke jerigen/kontainer portable dengan material besi atau
plastik yang berukuran lebih besar dari 5 liter
4. Petugas yang bertugas melakukan unloading/bongkar BBM, seperti : Awak
mobil tangki dan operator SPBU
Penyalaan/kebakaran tidak sengaja akibat listrik statis yang dapat membakar uap
mudah terbakar (flammable gas) dapat dicegah melalui :
1. Menyediakan grounding strip standar yang terhubung dengan grounding
tangki pendam di area unloading/ bongkar BBM
2. Selalu memasang kabel grounding pada saat mobil tangki BBM tiba di SPBU
hingga dilakukan unloading/bongkar BBM
3. Tidak menggunakan lantai area unloading/bongkar dengan material yang
memiliki resistensi listrik tinggi seperti aspal dan karet sehingga listrik statis
dapat disalurkan langsung
4. Tidak melakukan pengisian BBM ke jerigen/kontainer portable, apabila harus
dilakukan maka dilarang mengisi lebih dari 5 liter dan secara langsung
jerigen/kontainer portable tersebut saat masih berada diatas kendaraan.
Jerigen/kontainer portable harus diletakkan dilantai
5. Konsumen dilarang menyentuh nozzle saat sedang dilakukan pengisian BBM
ke kendaraan
6. Awak mobil tangki dan operator SPBU menggunakan sepatu kerja anti statis
Halaman | 13
BAB 2
PERSYARATAN KONSTRUKSI SPBU
2.1. Lokasi
a) Lokasi pendirian SPBU harus bebas banjir dan tidak dilalui jaringan kabel
listrik tegangan tinggi (SUTET) atau dekat transformer listrik (ref. Peraturan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/92)
b) Kondisi tanah lokasi pembangunan SPBU harus stabil. Pada daerah dimana
kemiringan lerengnya tidak memenuhi kaidah kestabilan tanah, diwajibkan
membangun lereng / siring dari pasangan batu kali. Siring diperhitungkan
sepanjang ± 50 m dengan ketinggian ± 1,5 m.
c) Pemilihan lokasi SPBU harus cukup luas sehingga memenuhi ketentuan
desain dan minimalisasi risiko termasuk persyaratan jarak aman fasilitas
yaitu penempatan area pengisian/ dispenser BBM, tangki pendam BBM, area
bongkar mobil tangki BBM, bangunan kantor dan penunjang, area parkir dll.
d) Penentuan dan pemilihan lahan pembangunan SPBU harus disesuaikan/
ditinjau dengan aspek lingkungan dengan mempertimbangkan kemungkinan
pengembangan dan perluasan pada masa yang akan datang.
e) Jalan masuk lokasi dan tempat pengisian kendaraan bermotor harus terjamin
keamanan dan kelancaran agar tidak mengganggu lalu lintas umum.
f) Lapisan permukaan jalan keluar-masuk kendaraan dan halaman hendaknya
dirancang sedemikian rupa sehingga tumpahan yang terjadi mengalir
menuju saluran containment (grating) sehingga mudah dilokalisir untuk
mencegah timbulnya bahaya kebakaran dan pencemaran lingkungan.
Lingkup pekerjaan ini adalah membangun fasilitas seperti : pipa, tangki pendam,
kanopi, filling point serta fasilitas pendukung lain yang berhubungan dengan
sarana penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM di SPBU
Halaman | 14
Spesifikasi tangki pendam mengacu Panduan Spesifikasi Teknis
SPBU. Sebelum ditanam, tangki pendam harus dilapisi dengan
lapisan pelindung Asphalt Coating/Coal Tar Epoxy dengan DFT
250 Micron untuk menahan laju korosi pada tangki pendam.
Halaman | 15
8) Tangki pendam sebelum ditanam harus telah dikalibrasi dan
dibuatkan tabelnya untuk masing-masing tangki pendam.
9) Pelaksanaan uji coba dan tera harus disaksikan oleh petugas
dari PT. Pertamina (Persero) dan pelaksana pekerjaan serta
Dinas Metrologi.
2.2.1.4. Dispenser
1) Dispenser BBM harus memenuhi persyaratan kapasitas
flowrate maksimal 100 liter per menit untuk produk kelas I
(Premium dan Pertamax) dan 150 liter per menit untuk
produk kelas II (Solar).
2) Dispenser harus memenuhi persyaratan peralatan listrik
untuk digunakan di area hazardous Zona 0 dan memiliki
sertifikat keselamatan ATEX Equipment Directive.
3) Dispenser harus dilengkapi Solenoid atau valve sejenis yang
memungkinkan pompa otomatis beroperasi apabila nozzle
pengisian diangkat dari lokasi/dudukannya dan switch pada
handle nozzle ditekan. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya
apabila switch handle dilepaskan dan nozzle dikembalikan ke
dudukannya pada dispenser.
Halaman | 16
4) Dispenser harus dilengkapi emergency shut off valve jenis
break away valve yang memungkinkan jalur pipa tertutup
otomatis apabila terjadi gangguan (selang nozzle terputus
atau terjadi kebakaran dispenser). Emergency valve tersebut
harus diperiksa setidaknya setiap tahun sekali.
5) Apabila beberapa dispenser menggunakan satu jalur pipa
transfer dari tangki maka masing-masing dispenser wajib
dilengkapi isolating valve untuk menjaga tekanan pipa.
6) Pemasangan dispenser di atas angkur pada pulau pompa
yang tersedia, setiap dispenser harus dilakukan pengujian
hingga dapat berfungsi dengan baik, dilakukan uji tera dan
disahkan pengoperasiannya oleh Dinas Metrologi.
7) Pemasangan stabiliser untuk dispensing pump, kapasitas 30
kVA, 200-230 Volt, 1 phase, 50 Hz.
2
NFPA 30 Flammable dan Combustible Liquid Code 2012 Edition (Section 19.5.3)
Halaman | 17
2) Atmospheric / Free Vent
Atmospheric / Free Vent wajib dipasang untuk tangki produk
kelas II / Combustible (Solar), Free vent didesain untuk
mengalirkan tekanan didalam tangki secara atmospheric
karena tingkat penguapan produk Combustible sangat
rendah. Persyaratan material pipa Free Vent sama dengan
pipa P/V Valve. Free vent wajib dilengkapi penutup air
dibagian ujung pipa vent menggunakan material besi dan
dipasang jaring kawat ukuran 6 mm.
Halaman | 18
2.2.4. Hydrostatic Test
1) Pengujian hydrostatic test wajib dilaksanakan sebelum tangki dilapisi
aspal untuk mendeteksi kebocoran tangki
2) Penempatan tangki harus diganjal dengan kayu atau bahan lain yang
cukup aman, agar semua permukaan tangki dapat dilihat dengan
jelas dan mudah dalam pemeriksaan, tangki diisi penuh air tawar dan
bersih kemudian dihubungkan ke pompa tekan.
3) Pengujian dilaksanakan dengan memompakan air ke dalam tangki
perlahan-lahan dan dilakukan pengamatan, bila ada kebocoran pada
shell atau dished end dapat segera diketahui, setelah tekanan air
mencapai 2 kg/cm2, pemompaan dihentikan (ditahan) selama 4 jam
dengan disaksikan oleh pihak PT. Pertamina (Persero).
4) Bila jarum pada manometer telah menunjuk pada angka tersebut,
maka pemeriksaan tangki mulai dilaksanakan dengan teliti.
a. Memeriksa seluruh permukaan tangki pendam, apakah ada
perubahan material ke arah yang membahayakan atau ada
rembesan dari dalam tangki.
b. Bila ada permukaan yang meragukan, harus dibersihkan dengan
mengorek permukaan tersebut dan dilakukan pemukulan dengan
martil ½ kg.
c. Tangki dibiarkan dalam kondisi bertekanan selama 24 jam untuk
tangki kapasitas s.d 15.000 L, 48 jam untuk tangki kapasitas s.d
30.000 L, dan 72 jam untuk tangki kapasitas s.d 45.000 L.
Apabila menunjukkan manometer tetap seperti semula, maka
tangki tersebut berarti baik / tidak bocor.
d. Bila ada penurunan tekanan / kebocoran tangki, bagian yang
bocor harus diperbaiki dan dites kembali sampai dipastikan tidak
bocor, kemudian dibuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan.
Halaman | 19
Namun pemilihan jenis tangki pendam untuk penyimpanan bahan bakar
minyak juga harus mempertimbangkan persyaratan teknis dan peraturan
lingkungan yang berlaku untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya
kebocoran minyak ke dalam tanah. Untuk tangki pendam material tangki
harus dilindungi atau dilapis dengan material penahan laju korosi.
Untuk tangki dengan konstruksi pendam, jarak aman antar setiap tangki
pendam dan tangki dengan dinding bangunan atau pagar terdekat untuk
produk BBM kelas I (Flammable) ditentukan minimal 1 m (Ref. NFPA 30)
3
, untuk produk BBM kelas II (Combustible) memakai acuan jarak aman
tangki tersebut.
3
NFPA 30 Flammable and Combustible Liquid Code 2012 Edition (Section 23.4)
Halaman | 20
2.3.2. Filling Point
Filling Point untuk pengisian tangki penyimpanan BBM, harus diletakkan
dilokasi dekat dengan tangki pendam. Selain itu penentuan lokasi filling
point perlu menjamin bahwa konsentrasi uap mudah terbakar (flammable
gas) tidak terbentuk saat operasi normal maupun apabila terjadi insiden
kebocoran/tumpahan dan tidak terdapat sumber api/penyalaan di area
didekatnya. Lokasi filling point harus berada di area terbuka (open space)
dan wajib disediakan drainase yang terisolasi untuk mencegah tumpahan
minyak menyebar ke area lainnya.
Tangki dan filling point yang terhubung, harus diberikan tanda (marking)
yang berbeda. Penandaan tangki dan peralatan pendukungnya termasuk
dipstick dan alat ukur harus sangat jelas sesuai standar penandaan warna
produk PT Pertamina (persero) untuk mencegah potensi insiden akibat
salah mengidentifikasi jenis produk di tangki atau filling point. Kesalahan
identifikasi tersebut dapat mengakibatkan kesalahan pada saat unloading
BBM ke tangki, seperti : tangki overfill karena mengisi ke dalam tangki
yang salah (tangki dengan ullage tinggi) atau pengisian jenis produk yang
berbeda (kontaminasi) sehingga mengakibatkan kerugian dan risiko tinggi
saat dilakukan upaya perbaikan (recovery)
Halaman | 21
2.3.3. Instalasi Perpipaan
1. Perpipaan meliputi :
a) Pipa pengisian filling point ke tangki pendam BBM
b) Pipa transfer dari tangki pendam ke dispenser termasuk pipa
sump (return line)
c) Pipa syphon apabila terhubung 2 (dua) tangki produk yang sama
d) Pipa pernafasan/vent dan pipa vapor recovery
e) Fitting dan valve yang terpasang pada pipa
Halaman | 22
2.3.5. Dispenser dan Area Pengisian BBM
Dispenser merupakan fasilitas yang digunakan untuk menyalurkan BBM
ke konsumen, sesuai klasifikasi area berbahaya (hazardous zone) yaitu
kategori zona 1 hingga berjarak ± 4 m (jarak maksimum selang nozzle)
maka tidak diijinkan terdapat dinding yang terbuka dalam jarak 4 m dari
dispenser yang memungkinkan konsentrasi uap mudah terbakar masuk ke
dalam gedung. Jarak pemisahan dengan fasilitas publik di SPBU seperti
toilet dan area parkir kendaran atau bangunan umum diluar SPBU/pagar
pembatas harus memperhitungkan kemungkinan api dapat merambat ke
kendaraan yang diparkir pada posisi penyaluran. Dalam beberapa kasus,
jarak minimum pemisahan direkomendasikan sekurang-kurangnya 9 m
untuk bangunan yang dilindungi dari masuknya api (konstruksi resisten
terhadap api dalam 30 menit) 4, sedangkan jarak aman area pengisian
dengan fasilitas pendukung lainnya yang menghasilkan api/panas tetap
seperti tenant, food court dll di area SPBU harus memiliki jarak minimum
15 meter dari area tersebut.
4
APEA/EI Design, Construction, Modification, Maintenance and Decommissioning of Filling Stations 3rd Edition
2011 (Section 4.4.8)
Halaman | 23
4. Menghilangkan potensi sumber api/penyalaan didekat area dispenser
lebih mudah apabila tidak ada peralatan lain dalam jarak 4 m dari
dispenser (hazardous area dispenser). Memindahkan dispenser bukan
merupakan pilihan, namun yang harus dilakukan adalah menerapkan
aturan keselamatan saat pengisian BBM ke kendaraan konsumen,
seperti : larangan merokok, menggunakan handphone, mematikan
mesin kendaraan dll, sehingga upaya tersebut dapat mencegah
timbulnya api/penyalaan di area pengisian BBM di SPBU.
5. Dispenser wajib dijauhkan dari potensi sumber api/penyalaan dan
ditempatkan di area terbuka dimana pergantian udara cukup cepat
sehingga uap mudah terbakar (flammable gas) yang terbentuk di
area tersebut segera berpendar dengan cepat. Peralatan dispenser
termasuk nozzle dan hose harus terlindung dari potensi benturan
oleh kendaran konsumen, yaitu dengan membuat pengaman dari
konstruksi beton yang lebih lebar dari dispenser dan meletakkan
dispenser lebih tinggi 20 cm dari lantai area pengisian BBM dan
memasang pipa penahan benturan di area sekitarnya.
6. Dispenser wajib dilengkapi dispensing sump untuk memudahkan
pemeliharaan dan perbaikan dispenser
5
Cellular Phone in Class I, Division 2/Zone 2 Hazardous Location, Copyright Material IEEE Paper no. PCIC-4
Halaman | 24
Faktor keselamatan penggunaan Portable Credit/Debit Card Terminal
atau peralatan sejenis adalah :
- Gunakan fitting dan aksesoris listrik yang Intrinsically Safe, kode
proteksi peralatan wajib mencantumkan inisial 'Ex d' Flameproof
atau 'Ex m' Emcapsulation untuk mencegah masuknya flammable
gas kedalam peralatan listrik tersebut
- Peralatan dipasang pada jarak minimal 1,5 meter dari dispenser
dan ketinggian minimal 1,5 meter dari lantai area pengisian BBM
- Peralatan yang dapat diijinkan digunakan di area hazardous zone
2 adalah jenis peralatan/fitting yang memiliki rating sertifikasi
minimal setingkat IP 67 atau IP 68 (Emcapsulation/waterproof)
- Peralatan yang tidak memenuhi rating tersebut harus dilengkapi
penutup/casing (enclosure) dengan spesifikasi memenuhi standar
klasifikasi 'Ex d' Flameproof atau 'Ex m' Emcapsulation
2.3.6. Bangunan
Yang dimaksud dengan bangunan disini adalah kanopi/shelter pengisian
BBM, bangunan kantor dan bangunan pendukung lainnya seperti rumah
genset, toilet, Pertamina Bright, shelter APAR, gudang dan signage SPBU.
a. Bangunan Standar
Jenis bangunan seperti bangunan kantor, Pertamina Bright, musholla,
toilet umum, rumah genset dll harus sesuai standar SPBU Pertamina.
Pemilihan material untuk bangunan harus dipilih material yang tahan
api atau tidak merambatkan api. Bangunan harus memenuhi kriteria
ketahanan terhadap api (fire resistant) minimal 30 menit, kriteria
dapat berkurang apabila bangunan dilengkapi dengan water sprinkler
Halaman | 25
Untuk bangunan rumah genset atau bangunan yang menimbulkan
sumber api/panas harus tetap memenuhi jarak aman minimal 15 m
dari area hazardous zone dan dapat dipertimbangan pemilihan lokasi
bangunan berada diatas angin dari area-area berbahaya di SPBU.
Lantai bangunan rumah genset harus lebih tinggi 150 mm dari lantai
areal SPBU. Pipa saluran gas buang (exhaust pipe) genset harus
dipasang ketinggian minimal 2 m dan dilengkapi flame arrester (boks
/ kotak plat logam yang diisi air untuk mencegah percikan api)
b. Banguan Tambahan
Bangunan tambahan seperti tenant harus memenuhi standar dan
spesifikasi material SPBU. Penggunaan bangunan untuk kegiatan lain
diluar kegiatan utama SPBU harus dilengkapi ijin dari PT Pertamina
(Persero) dan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Lokasi bangunan tenant berjarak minimal 15 m (50 ft) dari area
hazardous (zona 1). Lantai bangunan harus lebih tinggi 150 mm
dari lantai areal SPBU.
2. Penempatan areal untuk bangunan tenant harus dipilih lokasi
yang berada diatas angin untuk mencegah adanya perpindahan
uap mudah terbakar (travel gas) ke area tersebut.
3. Apabila kegiatan tenant merupakan kegiatan yang menggunakan
api terbuka, tungku/kompor harus diletakkan min. 120 cm dari
lantai dan wajib dilengkapi cerobong asap (exhaust hood) diatas
tungku api. Pintu akses dapur harus jenis Auto Closed Door dan
dilengkapi seal karet disetiap sisi pintu.
4. Drainase areal lokasi tenant harus terpisah dengan drainase
utama SPBU dan dilengkapi fire stop dan oil catcher.
5. Bangunan tenant wajib dilengkapi APAR dengan rating minimum
4-A atau 40 B-C, jumlah APAR ditentuan berdasarkan luas area
bangunan, satu buah APAR disediakan untuk melindungi setiap
area radius 15 m (50 ft). Khusus untuk tenant dengan kegiatan
dapur, minimal harus menyediakan 1 (satu) buah APAR CO2
kapasitas 20 lbs (9 Kg) untuk dapur.
6. Area atau bangunan khusus merokok di dalam areal SPBU harus
memenuhi ketentuan sesuai persyaratan bangunan untuk tenant
diatas, yaitu memiliki jarak minimal 50 ft (15 m) diukur lurus dari
dispenser/vent tangki pendam.
7. Apabila penempatan area/ruang khusus merokok berada didalam
bangunan lain maka kriteria ruang tersebut harus memenuhi
ketentuan aspek kesehatan atau peraturan pemerintah daerah
setempat. Didalam area/ruang merokok wajib disediakan asbak
dilengkapi dengan pasir dan dilengkapi rambu-rambu khusus
area merokok dan dilarang merokok diluar area khusus tersebut.
Halaman | 26
2.4. Drainase, Containment dan Grating
Tanpa adanya saluran drainase di areal SPBU, seluruh cairan baik air permukaan
maupun tumpahan minyak dapat mengalir bebas tidak terkendali. Permasalahan
tersebut menjadi penting apabila terjadi tumpahan minyak dilokasi penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) sehingga minyak dapat
terlepas / mengalir bebas ke lingkungan sekitar baik didalam maupun diluar area
SPBU. Dampak penyebaran tumpahan minyak secara tidak terkendali tersebut
adalah apabila terjadi kebakaran, maka kebakaran tersebut dapat menyebar ke
fasilitas/bangunan lain atau menimbulkan pencemaran tanah dan air diarea SPBU
maupun area umum disekitarnya.
Halaman | 27
Gambar 2.2. Desain Saluran Drainase dan Catchment
Halaman | 28
2.5. Peralatan dan Fasilitas K3LL
Peralatan dan fasilitas yang wajib disediakan untuk mengelola aspek kesehatan,
keselamatan dan lingkungan kerja di SPBU adalah :
2.5.1. Alat Pemadam Kebakaran 6
a. Di area SPBU harus tersedia alat pemadam kebakaran (APAR) yang
siap pakai dalam jumlah yang cukup, jenis APAR sebagai berikut :
Tepung kimia kering 68 Kg atau 160 Kg jenis beroda.
Tepung kimia kering 9 Kg
CO2 4,5 Kg
b. Kriteria APAR yang dapat memberikan proteksi optimal dan efisien di
kegiatan SPBU adalah APAR jenis gas CO2 dengan rating minimal 4-A
untuk pemadaman kebakaran material padat/umum dan jenis Dry
Chemical Powder rating 40-B:C untuk kebakaran minyak dan listrik.
c. Jumlah kebutuhan APAR terutama untuk proteksi kebakaran di area
dispenser/pengisian BBM di SPBU adalah 1 (satu) unit APAR kapasitas
20 lbs (9 Kg) untuk setiap pulau pompa. Jarak penempatan APAR
tidak boleh lebih dari 9,15 m (30 ft) dari area yang diproteksi.
d. Selain APAR portable, di SPBU wajib disediakan minimal 2 (dua) APAR
Beroda jenis Dry Chemical Powder kapasitas 150 lbs (68 Kg) dengan
rating minimal 240-B:C untuk memproteksi area seluas ± 30 m2.
Lokasi penempatan APAR Beroda maksimal berjarak 30 m (75 ft) dari
area hazardous yang diproteksi, seperti area dispenser/pengisian dan
area unloading/bongkar mobil tangki dan tangki pendam.
e. Jenis dan merk Alat Pemadam Kebakaran yang digunakan di SPBU
harus sesuai daftar rekomendasi Vendorlist PT Pertamina (Persero)
f. APAR Portable jenis Dry Chemical Powder memiliki 2 (dua) jenis tipe,
yaitu Stored pressure dan Cartridge operated. Jenis stored pressure
(rechargeable) merupakan jenis yang umum dan mudah digunakan
bahkan oleh operator yang tidak berpengalaman sekalipun. Pemilihan
APAR jenis tersebut sangat tepat apabila frekuensi penggunaan APAR
sangat jarang. Sedangkan jenis Cartridge Operated lebih tepat
digunakan oleh kegiatan yang rutin menggunakan APAR (latihan) dan
pemeliharaan rutin karena pemeliharaan dan pengisian kembali APAR
lebih mudah terutama apabila berada diarea remote.
g. Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada lokasi yang telah
ditentukan. Pengelola SPBU wajib memastikan APAR selalu dalam
kondisi baik dan siap operasi, apabila terdapat APAR yang rusak atau
sedang perbaikan maka pengelola SPBU wajib segera menyediakan
APAR pengganti dengan kapasitas, kriteria dan rating yang sama.
h. Alat pemadam harus diperiksa setiap 6 bulan sekali. Hasil dan tanggal
pemeriksaan harus dicantumkan pada tabung pemadam tersebut.
6
NFPA 10 Standard for Portable Fire Extinguishers 2013 Edition
Halaman | 29
2.5.2. Tanda dan Rambu Peringatan
Tanda-tanda peringatan dan rambu-rambu yang harus ada di area SPBU:
a. Petunjuk tata cara pembongkaran BBM
b. Tanda dilarang merokok/menyalakan api
c. Tanda harus mematikan mesin kendaraan saat pengisian BBM
d. Tanda dilarang menggunakan handphone/telepon genggam
e. Tanda dilarang menggunakan kamera di area SPBU
f. Rambu peringatan sedang dalam proses pembongkaran BBM
g. Tanda dilarang untuk memasuki area tertentu di SPBU
h. Tanda dilarang berjualan di area SPBU
i. Tanda dilarang mengisikan BBM ke dalam drum/jerigen
j. Rambu-rambu petunjuk arah lalu lintas di SPBU
Halaman | 30
2.5.4. Oil Separator/Catcher
a. Saluran air didalam area SPBU harus dilengkapi dengan oil catcher
untuk memisahkan tumpahan minyak yang masuk ke dalam saluran.
b. Oil catcher harus terdiri dari sekat/kompartemen untuk memisahkan
minyak telah terpisah dari air buangan secara bertahap.
c. Oil catcher harus dilengkapi dengan kerangan (shut off valve) untuk
mengisolasi apabila terjadi tumpahan minyak sehingga tidak keluar
ke saluran umum dan area sekitarnya
d. Oil catcher harus dilengkapi Fire stop untuk mencegah kebakaran
meluas ke area lain atau area umum disekitar lokasi SPBU
e. Jumlah oil catcher tergantung pada luas areal SPBU.
Halaman | 31
2.6. Sistem Pendeteksi Kebocoran
Risiko penyimpanan BBM didalam tangki pendam adalah potensi terjadinya
kebocoran minyak ke lingkungan. Sesuai karakteristik tangki pendam SPBU yang
merupakan tangki single skin (satu lapis plat tangki) maka potensi apabila terjadi
kebocoran BBM menyebar ke lingkungan sangat besar. Kebocoran minyak dapat
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan (air dan tanah), kebakaran/
ledakan dan gangguan kesehatan apabila mengkonsumsi air tercemar minyak.
Halaman | 32
Sistem / peralatan pendeteksi kebocoran minyak di SPBU sebagai berikut :
Halaman | 33
2) Statistical Quiet Period Leak Detection (tanks only)
Automatic Tank Gauging (ATG) digunakan mengukur level minyak di
tangki pada waktu tertentu yaitu pada saat pembukaan / sebelum
penjualan BBM dan setelah penjualan BBM kemudian software akan
membandingkan volume minyak yang terukur pada saat awal dan
akhir penjualan. Pada umumnya pengukuran tersebut dilakukan terus
menerus dan memiliki jangka waktu tertentu. Apabila selisih jumlah
volume BBM melebihi batas toleransi setting software maka software
secara memberikan tanda peringatan / alarm terjadi kebocoran BBM.
Untuk menerapkan sistem ini diperlukan pembacaan ATG yang akurat
dan peralatan tersebut harus selalu dikalibrasi.
Halaman | 34
3) Mechanical Line Leak Detection (MLLD)
Instalasi penjualan BBM di SPBU didesain sebagai sistem tertutup dan
bertekanan sehingga sistem pendeteksi penurunan tekanan (pressure
loss) dapat difungsikan sebagai pendeteksi kebocoran pipa penjualan
BBM dari tangki pendam ke dispenser. Peralatan mekanis tersebut
dipasang pada pipa penjualan BBM sehingga apabila tekanan pipa
turun melebihi batas toleransi (umumnya hingga 11,4 liter/menit)
maka diindikasikan pipa tersebut bocor. Peralatan mekanis pengukur
tekanan tersebut harus rutin diperiksa dan dikalibrasi sehingga dapat
memberikan pengukuran tekanan dengan akurat.
Halaman | 35
b. Sistem penanaman tangki pendam dengan “menggunakan lapisan
plastik tahan minyak”.
Ditempatkan pada bagian dalam areal penanaman tangki pendam
yang dilapis plastik tahan minyak.
b. Kelengkapan :
Coupling dan Caps PVC Ø 4"
Saringan dari bahan tile
Tutup plat baja + Kunci Manhole
c. Alat Pemantau :
Sample Can untuk menimba cairan dari dalam sumur pantau
Dipstick yang bagian ujungnya dioleskan pasta minyak
Halaman | 36
2.7. Instalasi Sistem Kelistrikan
Instalasi sistem kelistrikan untuk area/kegiatan dimana terdapat bahan cair, gas
atau uap mudah terbakar (flammable gas) yang disimpan dan disalurkan harus
memenuhi persyaratan jenis peralatan listrik yang dapat digunakan untuk area
berbahaya (hazardous area) sesuai referensi NFPA 70 National Electrical Code.
Halaman | 37
2.7.2. Panel Kelistrikan
2.7.2.1. Sistem Isolasi dan Switching
Untuk perlindungan diperlukan peralatan untuk menghentikan
aliran listrik dari penyalur listrik ke instalasi kelistrikan di SPBU.
Perangkat untuk mengisolasi tenaga listrik harus dapat memutus
aliran arus listrik secara bersamaan.
2.7.4. Penerangan
Area pengisian BBM ke konsumen, jalur kendaraan, halaman dan area
pembongkaran harus mempunyai sistem penerangan yang memadai.
Persyaratan intensitas pencahayaan ditetapkan minimal 100 lux.
Halaman | 38
2.7.5. Sistem Kabel dan Aksesoris Listrik
2.7.5.1. Kabel Listrik
Semua kabel listrik dipasang di bawah tanah atau ducting, harus
diletakkan pada kedalaman tidak kurang dari 500 mm dan
terlindungi terhadap kerusakan mekanis
Halaman | 39
Sistem kerja vapor recovery system adalah mengalirkan perbedaan tekanan pada
tangki penyimpanan saat terisi bahan bakar dan penurunan tekanan pada mobil
tangki saat bahan bakar meninggalkan kompartemen. Ventilasi dan instalasi pipa
vapor recovery harus dirancang untuk meminimalkan hilangnya tekanan selama
uap mengalir melalui pipa. Kelebihan tekanan yang terakumulasi dalam sistem
vapor recovery akan diakomodasi oleh sistem venting tangki pendam (P/V valve).
Selanjutnya uap/vapor BBM yang berada di mobil tangki tersebut akan diproses
kembali di Terminal BBM PT Pertamina (Persero).
Stage I Vapor Recovery type Two Point System merupakan desain vapor
recovery yang dapat diaplikasikan pada tangki pendam SPBU. Instalasi
two point system dengan cara memasang manifold koneksi pipa vapor
recovery pada pipa pernafasan/venting tangki pendam.
Halaman | 40
2.8.3. Vapor Recovery Filling Adaptor
Adaptor menggunakan jenis dry break adapter (adaptor segel otomatis
lengkap dengan poppet valve) ukuran 4”, adaptor menggunakan material
Alumunium dan dilengkapi dengan tutup heavy duty (dust caps).
2.9. Peran fungsi terkait dalam tahap desain dan konstruksi SPBU
Setiap fungsi berperan untuk menerapkan aspek K3LL pada tahap desain dan
konstruksi SPBU.
Halaman | 41
2.10. Peran fungsi terkait dalam tahap commissioning
Halaman | 42
BAB 3
MANAJEMEN RESIKO DI SPBU
Halaman | 43
l. Membuat catatan di safety log book sesegera mungkin setelah kecelakaan.
m. Memastikan bahwa seluruh kerusakan yang terjadi telah dilaporkan.
n. Memastikan bahwa pendelegasian tugas yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pengawas dapat berjalan dengan baik
Faktor utama untuk pengendalian adalah adanya bocoran BBM dan uapnya, dan
sumber nyala. Pengendalian dari sumber api/nyala mungkin akan lebih sulit, dan
potensi untuk terjadinya insiden lebih besar di SPBU untuk melayani masyarakat.
Halaman | 44
f. Lokasi dari peralatan SPBU terkait dengan fasilitas diluar SPBU seperti:
kedekatan dengan bangunan berpenghuni, terowongan bawah tanah, jalan
umum dan ruang bawah tanah.
g. Tata letak dari peralatan dilapangan terkait dengan manuver kendaraan dan
pengawasan dispenser
h. Kerusuhan / Huru hara
Potensi kebocoran BBM dapat dideteksi dengan memasang alat pengukuran level
BBM (manual atau otomatis). Pengukuran secara periodik keberadaan air dalam
tanki bawah tanah (tanki pendam) bisa mengindikasikan kegagalan dari dinding
tangki pendam, gaskets / sealing tanki atau koneksi perpipaan. Metode yang
dipakai tergantung pada tingkatan resiko di SPBU.
Halaman | 45
3.5. Pengendalian Potensi Sumber Api
Perubahan jenis dan lokasi peralatan serta fungsi bangunan atau fasilitas
lainnya yang tidak sesuai standar dapat berpotensi menyebabkan insiden.
Apabila dilakukan perubahan terhadap jenis peralatan, tata letak dan
fungsi bangunan maka pengusaha SPBU wajib menyampaikan secara
tertulis kepada PT Pertamina (Persero) untuk dilakukan kajian terhadap
aspek keselamatan dan keamanannya.
Halaman | 46
Verifikasi atau comissiong dilakukan oleh pihak terkait dari PT Pertamina
(Persero) yang didampingi pengusaha atau pengawas SPBU dibantu oleh
pelaksana pekerjaan/kontaktor konstruksi SPBU, petugas yang memasang
peralatan, petugas atau organisasi independen. Personel yang terlibat
dalam proses comissioning harus mempunyai pengetahuan teknis dan
pengalaman terkait mitigasi risiko kebakaran dan rekomendasi teknis
pengendalian sumber atau dampak yang timbul di SPBU.
Halaman | 47
3.6. Proteksi Terhadap Listrik Statis
Pada umumnya instalasi penimbunan dan penyaluran BBM di SPBU seperti tangki
pendam dan pipa dalam tanah terhubung langsung dengan massa bumi maka
menjadi elektroda (penyalur tahanan) yang sempurna untuk bumi. Karena
instalasi pipa logam, istrumen mesin dispenser dan peralatan kelistrikan lainnya
yang terhubung dalam sistem tersebut memiliki nilai tahanan tertentu maka
harus dipasang penghubung untuk menyalurkan arus massa langsung ke bumi.
Kegagalan aliran arus massa ke bumi dapat mengakibatkan arus massa mengalir
pada sejumlah peralatan sehingga berpotensi menimbulkan potensi bahaya dan
memberikan dampak negatif pada sejumlah peralatan tersebut.
Halaman | 48
BAB 4
ASPEK K3LL KEGIATAN PEMBONGKARAN BBM
Ketentuan secara umum yang perlu dipatuhi oleh pengusaha dan pengawas / operator
yang ada di SPBU adalah :
1) Dilarang merokok, mengaktifkan handphone (telepon genggam), membuat api
terbuka atau pekerjaan yang menimbulkan api di area SPBU
2) Area SPBU harus aman dari sumber api dengan cara pengaturan jarak aman
(safety distance) antar fasilitas di SPBU.
3) Semua perlengkapan listrik yang akan dipasang di SPBU harus disesuaikan dengan
standard code yang umum dipakai (IP Electrical Safety Code) dan PUIL 2011
4) Operator SPBU harus memastikan bahwa tidak terdapat akumulasi uap BBM yang
dalam kondisi tertentu dapat terbakar atau meledak.
5) Apabila diperlukan pekerjaan panas (hot works) karena adanya perbaikan/
penggantian material maka harus terlebih dahulu melapor ke PT Pertamina
(Persero) dan menerapkan Sistem Ijin Kerja Aman
Untuk menjaga lingkungan, setiap pengusaha dan operator SPBU bertanggung jawab
terhadap terjaminnya kelestarian lingkungan di sekitar daerah SPBU, yaitu :
1) Dilarang membuang limbah minyak dan bahan berbahaya lain ke lingkungan
sekitar dan perairan umum. Saluran air harus dilengkapi dengan oil catcher.
2) Semua tangki pendam harus dilengkapi dengan sumur pantau (well monitoring)
yang bertujuan untuk mendeteksi kebocoran minyak dari tangki pendam.
3) Sumur pantau harus diperiksa setiap hari, bila ada tanda-tanda bocoran minyak
harus segera dilaporkan kepada petugas PT Pertamina setempat dan kebocoran
harus segera ditanggulangi.
4) Laporan pemeriksaan sumur pantau harus disampaikan setiap bulan dengan
formulir terlampir kepada Sales Representative dengan tembusan HSSE setempat.
5) Area SPBU harus dilengkapi dengan tanaman penghijauan yang sesuai.
6) Semua tumpahan/ceceran harus segera dibersihkan dengan bahan penyerap
(absorbent). Bekas/kotoran minyak harus dikelola sesuai ketentuan pengelolaan
limbah B3 menurut petunjuk petugas PT Pertamina setempat.
7) Setiap kejadian tumpahan minyak dalam jumlah besar segera dilaporkan dan minta
bantuan teknis kepada PT Pertamina terdekat.
8) Setiap kejadian tumpahan minyak dan pencemaran harus dilaporkan secara tertulis
Kegiatan penanganan BBM bisa berdampak terhadap kesehatan, ketentuan dibawah ini
perlu dipatuhi:
1) Hindari kontak yang lama dan berulang-ulang antara BBM dengan kulit. Ganti
segera pakaian yang terkontaminasi minyak dan cuci tubuh dengan sabun dan air.
2) Tertelan BBM dapat menimbulkan kecelakaan yang fatal. Jangan coba untuk
memuntahkannya tapi harus segera langsung di bawa ke rumah sakit.
Halaman | 49
3) Hindari menghirup uap BBM secara berlebihan. Uap BBM bersifat anesthesis dan
jika terhirup dapat menyebabkan mengantuk yang berakibat timbulnya resiko
kecelakaan.
Halaman | 50
9) Selama pengisian berlangsung harus dipasang rambu-rambu
peringatan 'AWAS, SEDANG BONGKAR BBM'.
10) Selama pembongkaran awak mobil tangki harus siap ditempat, mesin
kendaraan harus dimatikan dan rem parkir dipasang.
Halaman | 51
11) Setelah selesai pembongkaran, kerangan dari pipa discharge mobil
tangki harus ditutup. Selang bongkar dilepaskan mulai dari mobil
tangki menuju tangki pendam untuk menghindari tumpahan.
12) Kembalikan alat pemadam ke tempat semula.
13) Selesaikan proses administrasinya.
14) Peralatan keselamatan untuk petugas pembongkaran, yaitu meliputi:
Safety Shoes, yaitu sepatu yang spesifikasinya sesuai untuk
kegiatan pembongkaran, diantaranya : oil resistant, tidak licin,
tahan benturan, dan sebagainya.
Pakaian seragam kerja yang sesuai menurut standar seragam
kerja yang ditentukan oleh PT Pertamina (Persero).
Sarung tangan tahan minyak.
Jas hujan.
Halaman | 52
Peralatan untuk pengukuran volume tangki, seperti :
1) Dipstick merupakan alat pengukuran level BBM didalam tangki secara
manual. Dipstick yang dipersyaratkan harus dari material kuningan,
dipstick harus rutin diperiksa kondisinya dan wajib dikalibrasi rutin
2) Pasta air, merupakan material pasta yang digunakan untuk
mendeteksi ketinggian air di dasar tangki pendam.
3) Pasta minyak, merupakan material pasta yang digunakan untuk
mendeteksi ketinggian BBM dalam tangki pendam
4) Kain lap kering
5) Tabel kalibrasi tangki pendam
6) Selain pengukuran manual, pengukuran volume BBM didalam tangki
juga dapat dilakukan melalui Automatic Tank Gauging (ATG) yang
dipasang di tangki pendam. Pengukuran level BBM di ATG dilakukan
secara real time, seperti Dipstick ATG juga wajib dikalibrasi secara
periodik untuk menjaga akurasi pengukuran termasuk koreksi akibat
perubahan tabel tangki pendam.
Halaman | 53
3) 17 % dari pengisian ke jerigen
4) 11 % dari saluran pipa yang bocor
5) 11 % dari tanki pendam yang bocor
6) 11 % dari tanki pendam yang luber pada saat pengisian BBM
Instalasi pipa
yang bocor
11% Uap
Hidrokarbon
saat
pengisian
Pengisian ke BBM
jerigen 22%
17%
Gambar 4.2. Grafik penyebab timbulnya cairan dan uap BBM di SPBU
b. Sumber Nyala
Disimpulkan sumber api berasal dari:
1) 44 % dari bunga api listrik kendaraan umum
2) 28 % dari bunga api listrik peralatan
3) 11 % dari listrik statis.
4) 6 % dari alam (petir)
5) 6 % sumbernya tidak diketahui.
6) 5 % dari korek api.
Sumber Api
Konsleting
listrik
peralatan
30% Listrik statis.
12%
Kejadian
alam (petir)
6%
Sumber tidak
diketahui
6%
Percikan api
listrik
kendaraan
umum
46%
Halaman | 54
4.2.2. Prosedur Pengisian BBM ke Kendaraan Konsumen
1) Nozzle dispenser harus dalam keadaan baik dan berfungsi otomatis
pada saat pengisian
2) Pada waktu penyaluran BBM, nozzle ditempelkan pada lubang tangki
BBM kendaraan dan hindarkan terjadinya tumpahan/tetesan BBM
3) Bila ada BBM yang tumpah / tetesan segera dibersihkan
4) Selama pengisian BBM, mesin kendaraan harus dimatikan
5) Bagi pengemudi jangan menyentuh nozzle pengisian BBM jika baru
keluar dari dalam kendaraan untuk mencegah listrik statis
6) Untuk pengisian sepeda motor, mesin harus dimatikan pada jarak
kurang dari 4 meter dari dispenser dan pengemudi harus turun dari
kendaraan sebelum pengisian. Perhatian khusus harus diberikan pada
motor yang dimodifikasi dan pemakaian knalpot racing.
7) Dilarang merokok dalam kendaraan yang akan / sedang mengisi BBM
(terutama kendaraan umum seperti bus, angkutan kota dll).
8) Pada saat pengisian dapat timbul uap BBM, bahaya uap tersebut
dapat dihindarkan dengan memakai penutup hidung (gas masker).
9) Dilarang mengoperasikan/menghidupkan pesawat telepon genggam
(handphone) saat pengisian bahan bakar minyak.
10) Apabila kendaraan konsumen mogok sewaktu mengisi BBM agar
didorong keluar dari area SPBU
11) Kendaraan yang tidak standard (misal: tidak mempunyai tutup busi
dilarang melakukan pengisian BBM)
12) SPBU harus menyediakan jalur/shelter khusus pengisian BBM sepeda
motor dan meyakinkan pengendara sepeda motor menghidupkan
sepeda motornya sudah menjauhi area pengisian BBM
13) Dilarang mengisikan BBM selain ke tangki standar kendaraan, seperti
: kaleng, jerigen, dsb.
Halaman | 55
4) Sebelum melakukan pengisian, selalu pindahkan jerigen dari kendaraan dan
tempatkan di lantai untuk meminimalkan timbulnya listrik statis.
5) Secara hati-hati masukkan nozzle pengisian BBM kedalam jerigen dan mulai
mengisi. Hindari terjadinya luberan atau menimbulkan uap gas. Jika terjadi
maka segera dilap dengan handuk dan buang handuk tersebut secara aman.
6) Pengisian BBM melalui dispenser ke jerigen dengan kapasitas diatas 10 liter
terbukti menimbulkan listrik statis sehingga metode tersebut harus dihindari
untuk keselamatan SPBU
7) Tutup jerigen kembali secara rapat.
4.3.4. HSSE
Meyakinkan aspek keselamatan dan SMK3LL dijalankan secara konsisten
Halaman | 56
BAB 5
PEKERJAAN PEMBANGUNAN, PERBAIKAN
DAN PEMELIHARAAN DI SPBU
Halaman | 57
Lingkungan dan jenis pekerjaan yang memiliki risiko dan potensi bahaya
tinggi di SPBU dijelaskan sebagai berikut :
Halaman | 58
g. Pengelasan komponen dalam / luar tangki sesuai
ketentuan Ijin Kerja Panas dan Masuk Ruang Tertutup,
pastikan gas mudah terbakar (flammable gas) tidak
terdeteksi dan dilakukan pengukuran rutin sebelum dan
selama pekerjaan. Gunakan exhaust / blower fan
explotion proof untuk menghilangkan sisa flammable
gas dan meningkatkan oksigen didalam tangki pendam
h. Recommisioning lakukan inspeksi, hydrostatic test
dan kalibrasi ulang tangki pendam
Halaman | 59
Jika vapor/gas freeing menggunakan nitrogen, maka
perlu dilakukan sirkulasi udara ke dalam tangki
pendam agar gas detector dapat mendeteksi
konsentrasi gas dengan akurat
Gas testing harus dilakukan dengan urutan sbb :
Keberadaan oksigen (%) oksigen detector
Keberadaan uap mudah terbakar (flammable gas)
flammable gas detector
Keberadaan gas racun dalam ruang tertutup
toxic gas detector
Halaman | 60
12) Perhatian khusus wajib diberikan pada akses masuk tangki
pendam (manhole), apabila diperlukan tangga untuk akses
masuk pastikan tangga dilapis oleh material non logam
(karet) untuk mengurangi potensi percikan saat gesekan
logam. Akses masuk tangki pendam harus dipastikan bebas
dari hambatan, apabila dilakukan pekerjaan didalam tangki
pendam harus ada personel yang mengawasi diluar tangki
apabila terjadi kondisi darurat.
13) Dilarang menggunakan lampu penerangan non explotion
proof saat bekerja didalam tangki pendam
14) Apabila dilakukan pekerjaan pembersihan/perbaikan tangki,
instruksi khusus berhubungan dengan pekerjaan ini wajib
diikuti dan dikontrol dengan ketat.
Halaman | 61
5.1.2.2. Jalur Pipa, Sambungan dan Aksesoris
1) Apabila terdapat kebocoran atau kerusakan pipa produk
segera lakukan pengosongan minyak di jalur pipa. Minyak
harus ditampung menggunakan drum penampung logam,
bekas ceceran minyak harus segera dibersihkan.
2) Lakukan isolasi jalur pipa tersebut dengan memasang blind
flange ke sumber terdekat, seperti : tangki dan dispenser
3) Pipa pengganti wajib memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan sesuai standar PT Pertamina (Persero)
4) Lakukan penggantian pipa dengan aman, apabila dilakukan
pengelasan pipa wajib dilakukan sesuai Prosedur Ijin Kerja
Panas sesuai ketentuan diatas.
5.1.2.3. Kelistrikan
1) Personel yang kompeten wajib memastikan peralatan yang
akan dilakukan perbaikan/penggantian telah diputuskan
(diisolasi) dari tenaga listrik
2) Main switches atau pemutus jaringan harus dikunci secara
mekanik, bila tidak dapat dikunci/digembok, fuse (sekering)
harus dilepas/diambil, pada switch gear atau fuse box harus
dipasang tanda peringatan yang menyatakan bahwa dilarang
mengaktifkan listrik pada alat tersebut.
3) Setelah pekerjaan perbaikan/penggantian selesai, personel
yang kompeten harus memeriksa hasil pekerjaan sebelum
mengaktifkan/mengalirkan tenaga listrik. Setelah dipastikan
aman, main switch atau pemutus jaringan dapat diaktifkan
untuk pengujian peralatan. Apabila pekerjaan telah selesai
tanda peringatan dilepas dari peralatan tersebut.
4) Apabila diperlukan penggantian alat (spare part) seperti
dispenser atau ATG, wajib mengganti dengan peralatan
sejenis dari pabrikan yang sama (manufacture). Dilarang
melakukan modifikasi terhadap peralatan tersebut
5) Apabila dilakukan pekerjaan perbaikan/penggantian alat
kerja yang menggunakan tenaga listrik, dilarang merubah
konstruksi peralatan proteksi yang sudah ada (seperti :
junction box, casing dll) peralatan proteksi tersebut wajib
dipasang kembali dengan tepat.
6) Dilarang meninggalkan atau mengganti peralatan/aksesoris
tersebut dengan peralatan/aksesoris lain yang tidak sesuai
untuk klasifikasi hazardous zone-nya. Pengantian peralatan
tidak sesuai klasifikasi hazardous zone dan tidak memiliki
sertifikat ATEX Equipment Directive (Explosionproof) dapat
menimbulkan insiden kebakaran pada peralatan tersebut
Halaman | 62
5.1.2.4. Dokumentasi (Catatan/Riwayat Peralatan)
1) Setiap peralatan operasional yang digunakan di SPBU wajib
dilengkapi catatan/riwayat peralatan tersebut, meliputi :
nama, jenis, spesifikasi, nama pabrik pembuat, tanggal
pemasangan, tanggal inspeksi dan catatan perbaikannya.
2) Setiap dokumen terkait pengujian dan sertifikat kalibrasi
peralatan mekanis wajib disimpan, seperti : tabel tangki
pendam, sertifikat tera dispenser, ATG dan dipstick.
3) Dokumen/catatan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan
peralatan SPBU wajib disimpan, seperti : pemeriksaan Alat
Pemadam Api, checklist inspeksi sumur pantau dan Oil
Catcher, dokumen pelaporan UKL/UPL dll.
4) Mencatatan sejarah pemeliharaan (maintenance hystory)
untuk 6 (enam) kunci aktifitas pada SPBU yaitu:
Dokumen Commissioning
Pembongkaran BBM dan venting
Tanki Penimbunan BBM
Perpipaan
Dispenser
Decommissioning
Halaman | 63
5.1.2.6. Pelaksana Pekerjaan
1) Memahami peraturan keselamatan
Pihak yang melakukan pekerjaan pembangunan, perbaikan
atau pemeliharaan di area lokasi SPBU wajib memahami
semua peraturan keselamatan yang berlaku
2) Perencanaan dan pengawasan
Pekerjaan pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan harus
direncanakan dan diajukan oleh pengawas pekerjaan yang
berpengalaman, yang menjamin bahwa semua pihak yang
terlibat dalam pekerjaan tersebut memperhatikan semua
peraturan keselamatan yang terkait.
3) Penggunaan kontraktor atau pekerja luar
Pekerjaan pembangunan, perbaikan dan konstruksi di SPBU
merupakan pekerjaan dengan risiko tinggi karena area kerja
terdapat gas mudah terbakar (flammable gas) dalam kondisi
normal. Kontraktor/pekerja yang tidak memiliki pengalaman
bekerja dilingkungan tersebut wajib diberikan pemahaman
dan pengetahuan tentang potensi bahaya bekerja
dilingkungan tersebut untuk pencegahan insiden.
Pengawasan pekerjaan wajib dilakukan untuk menjamin
ketentuan pencegahan dan keselamatan yang diperlukan
telah diperhatikan dan dilaksanakan.
Halaman | 64
Khusus untuk pekerjaan diketinggian (tinggi minimal 2 meter),
wajib disediakan perancah (scaffolding) sesuai standar dan
pekerja yang bekerja diketinggian tersebut wajib menggunakan
Full Body Harness sebagai pengaman (fall protection).
Halaman | 65
kecelakaan dan kebakaran dalam suatu pekerjaan, maka surat ijin
kerja bertujuan :
Untuk melindungi hak-hak tenaga kerja
Menjamin bahwa tempat kerja telah benar-benar aman untuk
dilakukan pekerjaan sehingga memberi rasa aman bagi pekerja
saat melaksanakan pekerjaan tersebut.
Sebagai alat kontrol terhadap kegiatan kerja.
Untuk mengamankan aset yang dimiliki.
Halaman | 66
9) Surat izin kerja dapat dibatalkan oleh pihak yang berwenang atau
pengawas lapangan apabila kondisi tempat kerja atau metode
melaksanakan pekerjaan dianggap tidak aman.
Pengawasan meliputi :
1. Pengawasan mutu pekerjaan, standarisasi dan penggunaan
material/ barang serta tenaga kerja.
2. Pengawasan penggunaan alat-alat kerja dan prosedur kerja
serta waktu pekerjaan
Halaman | 67
3. Prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan dengan aman
4. Prosedur penggunaan alat-alat/mesin dengan aman
5. Pengawasan terhadap potensi risiko dan bahaya kecelakaan,
kebakaran dan pencemaran terhadap lingkungan yang
mungkin timbul.
6. Prosedur Ijin Kerja Aman dan pengawasan pelaksanaan ijin
kerja tersebut termasuk sistem komunikasi dengan
pelaksana pekerjaan
7. Sistem pelaporan yang akurat baik mengenai pekerjaan,
kecelakaan kerja, kebakaran, pencemaran dan lindungan
lingkungan dll.
8. Penyediaan alat-alat keselamatan kerja dan penanggulangan
bahaya kebakaran.
Halaman | 68
Ketentuan pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
kegiatan operasional SPBU yang wajib dilakukan adalah sebagai berikut :
4) Upaya Pemantauan :
a. Melakukan pemantauan rutin losses minyak di tangki pendam
b. Melakukan pemantauan rutin level air didalam tangki pendam
c. Melakukan pemantauan rutin dan pengujian kandungan minyak di
dalam sumur pantau dan oil catcher
Halaman | 69
5.2.3. Dampak terhadap Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan
1) Sumber dampak : Operasional penyaluran BBM ke konsumen,
pengoperasian genset, fugitive emission
2) Indikator dampak : Kualitas udara ambien, Gas buang (emisi)
genset dan kebisingan
3) Upaya Pengelolaan : Pemeliharaan rutin genset
4) Upaya Pemantauan : Pengukuran kualitas udara ambien, emisi gas
buang dan kebisingan genset
5) Lokasi Pemantauan : Areal lokasi SPBU, ruang genset
6) Periode / waktu : Setiap semester (6 bulan sekali)
7) Pelaporan : Periode waktu sesuai ketentuan UKL/UPL
Halaman | 70
3. Melaporkan secara tertulis kepada Sales Representative jika akan
dilakukan pekerjaan perbaikan.
4. Menggunakan kontraktor yang kompeten dan sudah masuk dalam
daftar kontraktor PT Pertamina yang sudah menerapkan CSMS.
5. Menerapkan Surat Ijin Kerja Aman
5.3.5. HSSE
Meyakinkan prosedur kerja aman dan ijin kerja dalam pekerjaan
perbaikan/pemeliharaan SPBU dijalankan secara konsisten.
Halaman | 71
BAB 6
DECOMISSIONING
Halaman | 72
Sebelum dimulai proses pengosongan tangki pendam, seluruh instalasi
kelistrikan harus dimatikan dan dilepaskan dari tangki, seluruh pipa yang
terkoneksi ke tangki seperti pipa transfer, pipa pengisian dari filling point
harus ditutup dan dilepas. Kecuali pipa pernafasan (venting), peralatan
tersebut harus tetap terpasang untuk sementara waktu hingga proses
stabilisasi tangki siap dilaksanakan, pipa vent berfungsi untuk melepaskan
sisa-sisa uap mudah terbakar (flammable gas) dari tangki pendam selama
menunggu proses stabilisasi dan tetap digunakan pada saat dilakukan
stabilisasi sehingga sumber pelepasan uap mudah terbakar (flammable
gas) saat proses stabilisasi tetap dapat dikendalikan. Setelah melepaskan
seluruh peralatan tersebut, manhole tangki ditutup untuk menghindari
penyebaran uap mudah terbakar (flammable gas) yang tidak terkendali.
Halaman | 73
Stabilisasi tangki bekas penyimpanan minyak dapat dilakukan melalui
beberapa metode sebagai berikut :
Halaman | 74
tangki akan mengalir melalui pipa pernafasan tangki (vent) dan man
hole sehingga aspek keselamatan dan proteksi kebakaran wajib tetap
diperhatikan. Saat akan dilakukan pengangkatan tangki pendam, air
yang berada didalam tangki harus dipompa dan air tersebut harus
dikelola sesuai peraturan perlindungan lingkungan yang berlaku.
Halaman | 75
6.1.5. Pembongkaran Dispenser
Dalam decomissioning SPBU, dispenser wajib dipindahkan dari area bekas
lokasi SPBU untuk menjaga area sekitarnya dalam kondisi aman. Dalam
pembongkaran harus dilakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:
1) Lakukan isolasi/pemutusan arus listrik, kosongkan seluruh pipa dan
meter mengalirkan sisa minyak ke tangki pendam
2) Melepaskan semua penghubung dispenser dengan pipa transfer dan
pipa koneksi ke dispenser harus ditutup
3) Keringkan dispenser dari sisa minyak dan bersihkan dengan nitrogen
Halaman | 76
BAB 7
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN TUMPAHAN
MINYAK DI FASILITAS SPBU
SPBU harus mempunyai prosedur Penanganan Keadaan Darurat dan menjamin seluruh
pekerja sudah dilatih menghadapi kondisi tersebut. Beberapa contoh prosedur adalah :
1. Hentikan operasi pengisian BBM dan kembalikan nozzle ketempatnya.
2. Isolasi supply listrik untuk peralatan yang bermasalah.
3. Bersihkan bocoran/ceceran minyak
4. Hubungi telepon keadaan darurat bila diperlukan.
Halaman | 77
b. Petugas yang terdekat/mengetahui segera memberi tanda
atau teriak kebakaran sebagai tanda/isyarat bahwa terjadi
kebakaran besar dan menghubungi pengawas/pemilik SPBU
c. Operator SPBU lainnya wajib segera membantu konsumen
atau mobil tangki BBM (apabila sedang dilakukan unloading/
bongkar BBM) evakuasi keluar area SPBU dengan aman.
d. Operator SPBU segera berkumpul dan melakukan upaya
pemadaman menggunakan alat pemadam api beroda sampai
bantuan unit pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian.
Operator SPBU tetap membantu upaya penanggulangan.
e. Pengawas SPBU wajib segera mengambil tindakan-tindakan
sebagai berikut :
Mengkoordinir usaha penanggulangan kebakaran dengan
peralatan pemadam kebakaran yang tersedia
Melaporkan kejadian kebakaran ke pengusaha SPBU
Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi konsumen, operator
dan penyelamatan dokumen/jiwa.
Mematikan seluruh arus kelistrikan dan menutup semua
kerangan-kerangan pipa BBM di SPBU.
Apabila insiden kebakaran tidak dapat ditanggulangi
dengan fasilitas dan tenaga yang ada. Pengawas SPBU
dapat meminta unit bantuan pemadam kebakaran dari
luar atas persetujuan pengusaha SPBU.
7.1.3. Keamanan
a. Blokir semua kendaraan maupun orang luar, dilarang memasuki areal
SPBU kecuali yang berkepentingan.
b. Dalam keadaan darurat semua konsumen dan kendaraan harus
segera meninggalkan lokasi SPBU.
c. Prioritas bagi kendaraan diberikan kepada unit pemadam kebakaran
dan ambulans.
Halaman | 78
7.2. Kebakaran di Sekitar SPBU
Bila terjadi kebakaran di sekitar SPBU yang dipandang membahayakan keamanan
SPBU maka lakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
Halaman | 79
7.4. Pelaporan Kebakaran
a. Kejadian kebakaran di SPBU harus segera dilaporkan kepada PT Pertamina
(Persero) melalui telepon ke Sales Representative yang berwenang. Data
nomor telepon penting wajib disediakan di SPBU, meliputi :
Jika sumber tumpahan tidak dapat segera dihentikan atau tumpahan terjadi
dalam jumlah yang besar atau tidak dapat ditampung, maka :
1. Hentikan sumber tumpahan (bila perlu tutup kerangan/valve pipa terdekat)
2. Matikan seluruh tenaga kelistrikan melalui panel induk untuk menghentikan
tumpahan yang disebabkan electrical failure peralatan dan menghilangan
potensi kebakaran karena listrik/konsleting di peralatan/fasilitas
3. Upayakan melokalisir tumpahan dengan segera menutup shut off valve di
saluran containment untuk menghindari tumpahan minyak menyebar ke area
lain di SPBU atau keluar ke saluran drainase umum
4. Upayakan kendaraan (konsumen maupun mobil tangki) tidak masuk ke area
tersebut hingga tumpahan minyak selesai ditanggulangi. Apabila tumpahan
terjadi saat unloading/bongkar BBM dari mobil tangki maka kendaraan
tersebut dilarang meninggalkan area unloading/bongkar dan kendaraan
konsumen yang terdekat dibantu meninggalkan area pengisian dengan cara
didorong hingga ke tempat yang aman untuk menyalakan mesin kendaraan
Halaman | 80
5. Amankan lokasi tumpahan dan area sekitarnya dari sumber api/panas sesuai
ketentuan poin 1.3.4.5. Hazardous Area Tumpahan BBM pada Buku Panduan
ini. Pengamanan lokasi hazardous area termasuk membatasi orang yang
tidak berkepentingan berada di area tersebut.
6. Siapkan alat pemadam kebakaran dilokasi sesuai arah diatas angin
7. Bersihkan dan keringkan bekas tumpahan minyak menggunakan peralatan
pembersihan tumpahan (oil absorben pad) dan hindari menggunakan pasir
atau tanah untuk mengurangi jumlah timbulan limbah padat B3 SPBU
8. Lakukan penanggulangan tumpahan dengan aman dan menggunakan alat-
alat yang tidak menimbulkan api.
9. Buat catatan kejadian di safety log book SPBU.
Halaman | 81
d. Pemeriksaan kandungan minyak pada sumur pantau dilakukan setiap hari
secara visual serta hasilnya dicatat menggunakan formulir terlampir.
e. Pemeriksaan kondisi dan kelayakan alat pemadam kebakaran (APAR) di
SPBU dilakukan setiap 6 bulan oleh petugas/instansi yang berwenang
f. Pengukuran tahanan grounding dilakukan minimal satu kali setiap tahun oleh
petugas/instansi yang berwenang
g. Pelaksanaan kegiatan dan hasil pemantauan, pengukuran dan pemeriksaan
aspek K3LL dilaporkan kepada PT Pertamina (Persero).
h. Laporan dibuat rangkap sesuai dengan tembusan dan ditandatangani oleh
pimpinan SPBU. Laporan arsip disimpan dengan baik di SPBU dan dapat
ditunjukkan bila diperlukan atau apabila dilakukan audit/inspeksi pada SPBU
Halaman | 82
BAB 8
PEMBINAAN DAN PELATIHAN K3LL
Halaman | 83
8.4. Subjek Latihan (Training Subjects)
Setiap personel harus dilatih secara menyeluruh mengenai jenis dan tahapan
didalam kegiatan operasional SPBU seperti yang dijelaskan pada poin 8.3. Materi
Pelatihan diatas. Sebagai tambahan pelatihan teori, disarankan agar diberikan
juga pelatihan praktek kerja dibawah pengawasan „On The Job Training‟ untuk
memastikan personel telah benar-benar memahami dan menerapkan peraturan
saat melaksanakan pekerjaan.
Halaman | 84
LAMPIRAN
Halaman | 85
No Items dan Tindakan Waktu Metode
Pastikan Pompa Dorong selalu Setiap hari Cek pada saat start
terendam minyak dan instalasi listrik dalam pengisian
kondisi Gas Proof
Preset Counter pada Electronic Setiap hari Cek visual
Digital dalam posisi nol
Pastikan Adjuster Counter dalam Setiap hari Cek visual pada saat
kondisi tersegel cover dibuka
Pastikan Vanebelt dalam kondisi Setiap minggu Cek visual
baik dan kencang
Jaga tampilan Cover Dispenser Setiap hari
tetap baik dan terkunci
Bersihkan saringan atau ganti Setiap minggu Cek sesuai buku
manual
Periksa Veeder Root ticket printer Setiap 6 bulan Cek sesuai buku
manual
Periksa Totalizer gears dan flex Setiap 6 bulan Cek sesuai buku
Shafts manual
Periksa shear valves Setiap 6 bulan Cek sesuai buku
manual
Halaman | 86
Tabel 9.4. Checklist Inspeksi/Pemeliharaan Peralatan K3LL
Halaman | 87
No Items dan Tindakan Waktu Metode
Periksa Oil catcher selalu berisi air Setiap hari Cek visual
Periksa kadar pH dan minyak pada outlet oil 3 bulanan Analisa laboratorium
catcher dan perbaiki bila kadar melebihi atau sesuai sesuai UKL/UPL
ketentuan UKL/UPL
5 Hydrant System (bila ada)
Periksa Selang dan nozzle kondisi lengkap, Setiap bulan Test tekanan sesuai
coupling baik, tidak bocor standar
Periksa Kerangan hidrant mudah Setiap bulan Coba dan perbaiki bila
dibuka/tutup rusak
Periksa Hidran tidak bocor Setiap bulan Cek visual dan fow
test
Periksa Air dapat mengalir lancar dari hidran Setiap bulan Flow test
Periksa Cat baik dan tidak buram Setiap tahun Cek visual
Halaman | 88