Anda di halaman 1dari 27

PerMen LH No.

16 Tahun 2012

BAB II
RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN

2.1 Nama Rencana Usaha dan / Kegiatan : INDUSTRI BATA RINGAN - PT.
SUPERIOR PRIMA SUKSES.
- Berdasarkan Lampiran I Peraturan Bupati Lamongan No. 15 Tahun 2013, bagian I
(Bidang Industri), No. 106 disebutkan bahwa kegiatan Industri Batu Bata untuk
Investasi lebih dari atau sama dengan Rp. 500.000.000,- tidak termasuk lahan dan
bangunan, merupakan kegiatan yang wajib dilengkapi Upaya Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

2.2 Lokasi Rencana Usaha dan / Kegiatan


Rencana pembangunan Industri Bat Ringan terletak di Jalan Raya Babat Lamongan
(sebelah utara jalan arteri primer), Desa Warukulon, Kecamatan Pucuk, Kabupaten
Lamongan. Terletak tepat di sebelah barat KUA (Kantor Urusan Agama) Desa
Warukulon, Kecamatan Pucuk dan + 60 m sebelah barat Puskesmas Pucuk.
Tepatnya berada diantara 4 titik koordinat sebagai berikut : (Gambar 1)
A. 75'47.91" LS
11216'35.80" BT
B. 75'47.86" LS
11216'36.74" BT
C. 75'35.96" LS
11216'41.30" BT
D. 75'35.53" LS
11216'35.30" BT

Kondisi Rona Sekitar Lokasi Kegiatan


Rona lingkungan merupakan gambaran keadaan lingkungan di tempat proyek yang
akan dibangun di daerah sekitarnya. Kegunaan rona lingkungan :
o Pendugaan keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa proyek
o Keadaan lingkungan di masa yang akan datang dengan proyek
Kondisi rona sekitar lokasi kegiatan berupa : (Gambar 2)
Batas Utara : Lahan Warga (Sawah)
Batas Timur : Kantor Urusan Agama (KUA) dan Lahan Warga (Sawah)
Batas Barat : Rumah Warga dan Lahan Warga (Sawah)
Batas Selatan: Jalan Raya Babat Lamongan (jalan arteri primer)

2 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 1 Kordinat

3 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 2 Batas

4 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

2.3 Skala / Besaran Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


Berawal dari mimpi untuk turut serta mensukseskan pembangunan di Indonesia, maka
PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES mencetuskan inisiasi untuk memproduksi Bata
Ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) yang ekonomis, berkualitas dan praktis.
Dengan jerih payah dan komitmen untuk memberikan produk yang terbaik, maka
lahirlah Brand BLESSCON. Kapasitas produksi 600.000 m3/tahun.
BLESSCON adalah bata ringan sebagai pengganti bata konvensional yang saat ini
telah mulai berkurang penggunaanya dikarenakan adanya material bangunan pengganti
yang lebih ekonomis, lebih cepat pengerjaannya, lebih nyaman dan lebih aman.
Spesifikasi produk BLESSCON bata ringan :
- Berat kering : 530 kg/m3
- Berat normal : 600 kg/m3
- Kuat tekan : >= 4N/mm2
Kelebihan Bata Ringan :
- Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding
yang rapi.
- Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.
- Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
- Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
- Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.
- Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
- Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
- Mempunyai kekedapan suara yang baik.
- Kuat tekan yang tinggi.
- Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.

2.3.1 Bahan Baku


BLESSCON terbuat dari bahan baku utama :
- Semen (CaO.SiO2.Al2O3.Fe2O3)
Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu kapur/gamping sebagai bahan
utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Semen digunakan untuk
membuat bata ringan menjadi lebih keras dan sebagai perekat. Semen ini dipasok dari
distributor, dimana satuannya dibungkus dalam karung, yang beratnya 50 kg (0,0243
m3) per karung. Jumlah kebutuhan semen per bulan sebesar 3.075.000 kg / 1.494,5 m 3.
Pengangkutan dengan truk CDD (Colt Diesel Double) kapasitas 8 ton. Ritasi
pengangkutan 15-20 rit/hari.

- Pasir Silika (SiO2)


Pasir silika ini digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan bata ringan.
Pasir Silika adalah pasir yang mempunyai komposisi gabungan dari SiO 2, Fe2O3, Al2O3,
TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada
senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 1715 oC,
bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 100 oC.

5 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Pasir ini dipasok dari luar daerah lamongan dengan truk, dimana truk tersebut memuat
4 m3 pasir silika. Jumlah pasir silika yang dibutuhkan untuk produksi 1 bulan adalah
9.900.000 kg / 7071,5 m3. Ritasi pengangkutan 60-65 rit/hari.

- Gypsum
Gypsum terdiri atas bahan-bahan kimia, yaitu CaSO 4.2H2O sebanyak 90%, CaO
sebanyak 30% serta SO3 sebanyak 42%. Jumlah kebutuhan gypsum per bulan adalah
sebesar 563.500 kg (208,7 m3). Gypsum ini digunakan sebagai salah satu bahan yang
memberikan warna abu-abu pada bata ringan. Gypsum dipasok dari supplier, dimana
satuannya dibungkus dalam karung 50 kilogram per karung. Pengangkutan dengan truk
CDD (Colt Diesel Double) kapasitas 8 ton. Ritasi pengangkutan 2-4 rit/hari.

- Kapur
Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, membentuk
bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Kapur digunakan sebagai bahan yang akan
menghasilkan pori-pori pada bata ringan. Jumlah kebutuhan kapur per bulan adalah
sebesar 1.473.000 kg (589,2 m3). Kapur ini dipasok dari supplier, dimana satuannya
dibungkus dalam karung, yang beratnya 50 kilogram per karung. Pengangkutan dengan
truk CDD (Colt Diesel Double) kapasitas 8 ton. Ritasi pengangkutan 5-8 rit/hari.

- Alumunium Pasta (Al2O3)


Aluminium pasta ini dipasaok oleh supplier, dimana satuannya dibungkus dalam
karung, yang beratnya 50 kilogram per karung. Aluminium pasta terdiri atas aluminium
hydroxide, yaitu Al(OH)3. Aluminium pasta digunakan sebagai bahan pengembang
pada pembuatan bata ringan. Jumlah kebutuhan aluminium pasta per bulan adalah
sebesar 15.850 kg (5,85 m3). Pengangkutan dengan truk CDD (Colt Diesel Double)
kapasitas 8 ton. Ritasi pengangkutan 2-3 rit/hari.

- Air
Air digunakan untuk membuat campuran adonan bata ringan dan juga sebagai bahan
untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Jumlah kebutuhan
air per bulan adalah sebesar 5.450.000 m3.

2.3.2 Alat Produksi


Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam
sekitarnya, termasuk dirinya sendiri dan orang lain dengan menciptakan alat-alat
sebagai sarana dan prasarana. Jenis peralatan produksi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
- Peralatan yang bersifat umum ; Peralatan ini dapat digunakan untuk
mengerjakan berbagai macam pekerjaan.
- Peralatan yang bersifat khusus ; Peralatan bersifat khusus yaitu mesin-mesin
yang penggunaannya hanya satu macam pekerjaan saja.
Pada Industri Bata Ringan jenis peralatan yang digunakan, sebagai berikut :

6 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Tabel 1. Alat dan Mesin Industri Bata Ringan


Alat & Mesin Produksi
Deskripsi Gambar
Nama Jumlah

Silo ; kapasitas 30.000 m3 5 unit Wadah bahan baku produksi bata ringan

Jaw Crusher ; tipe PE200x350 ; ukuran Menghaluskan kapur sesuai standard bahan
2 unit
200x350mm baku

Ball Mill ; model 1,83x7m ; ukuran


3 unit Menggiling pasir sesuai standard bahan baku
material < 25mm

7 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Screw Conveyor ; 219 ; kapasitas 45 Transportasi bahan semen dan gypsum dari
-
ton/jam Silo ke penimbangan dan Mixer

Bucket Elevator ; tipe HL200 ; kapasitas Transportasi kapur halus dari Jaw Crusher ke
2 unit
15m3/jam Silo

Sebagai fungsi kontrol material dari proses


Control system ; tipe : Siemens PLC
1 unit penghancuran, giling, transportasi (conveyor),
control system
dan pencampuran material (mixing).

8 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Mixer ; volume 3,6 m3 ; diameter Pencampuran semua bahan sebelum dituang ke


2 unit
blade 600mm mould box

Slurry Tank ; volume 20 m3 ; ukuran Tangki / bak penyimpanan slurry dan


2 unit
3000x3000mm pengadukan

Cutting Machine ; akurasi panjang


4 unit Pemotongan produk sesuai spesifikasi
3mm ; lebar 1,5mm ; tinggi 1,5mm

9 | Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Autoclave ; ukuran 2,6x26m ; tekanan


max 1,65 Mpa ; temperature max 205 oC 12 unit Pengeringan produk
; material Baja 16Mnr

Horizontal Boiler ; bahan bakar


2 unit Sumber energi penggerak peralatan produksi
Batubara ; kapasitas 20 ton/1,8 MPA

Forklift ; model RD-40 ; kapasitas 4


5 unit Alat angkat angkut produk jadi
ton ; mesin Diesel ; trnasmisi manual.

Sumber : PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES, 2017

10 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

2.3.3 Penggunaan Lahan


Rencana pembangunan Industri Bata Ringan berada pada lahan seluas 51.000 m2 / 5,1
Ha. Pembagian penggunaan lahan berdasarkan fungsi kegiatan pada rencana kegiatan
didetailkan pada Tabel 2 dan Layout mengenai rencana kegiatan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Tabel 2. Penggunaan Lahan


Ukuran Luas
Fungsi Lahan
(m x m) (m2)
Lantai 1
Boiler 42 x 17,2 722,4
Coal House 48 x 23 1.104
Area Panel 116 x 15 1.740
Sand Area 46 x 63 2.898
Gudang Transit 28 x 23 644
Bangunan Utama - 14.775
Mess Karyawan 14 x 18 252
Area Tertutup 4 Rumah 80 x 4 320
Office 12 x 18 216
Kantin 8x9 72
WC & Musholla - 36
Re-cutting Area, Workshop, Gd. PPIC 46 x 9 414
Penampungan Air, TPS B3 42 x 6 252
Gutek, Area Genset, LVMDP, Travo
26,5 x 6 159
cubicle
Total Luas Area Tertutup 23.604,4
Area Parkir - 1.874,6
Akses Jalan - 3.859
Area Terbuka Area FG (Finish Good) - 15.190
RTH - 6.472
Total luas Area Terbuka 27.395,6
Total Luas lahan (Area tertutup + Area Terbuka) 51.000
Sumber: PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES, 2017

Tabel 3. Analisa Ketentuan Pembangunan Rencana Pembangunan


KDB
KDB =

KDB = (23.604,4 m2 / 51.000 m2) x 100%


KDB = 46,3%
Ruang
Terbuka R. Terbuka =

R. Terbuka = (27.395,6 m2 /51.000 m2) x 100%


R. Terbuka = 53,7%
RTH RTH =

RTH = (6.472 m2 / 51.000 m2) x 100%


RTH = 12,7%
Sumber : PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES, 2017

11 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 3. Layout

12 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

2.3.4 Penggunaan Sumber Daya


Dalam melaksanakan kegiatannya, Industri Bata Ringan memanfaatkan sumber daya
yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya energi dan sumber daya air bersih
yang dijelaskan sebagai berikut :

a) Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia pada kegiatan ini dibedakan menjadi 2 tahap, yakni tahap
konstruksi dan tahap operasioal dengan rincian jenis pekerjaan dan jumlah pekerja
pada Tabel 4. Perekrutan tenaga kerja mengutamakan warga sekitar lokasi kegiatan.

Tabel 4. Jenis Pekerjaan dan Jumlah Pekerja


Jumlah Pekerja
Jenis Pekerjaan
Laki - Laki Perempuan
Konstruksi
Pengawas Pekerjaan 2 orang -
Tukang Kayu 6 orang -
Tukang Batu 6 orang -
Tukang Cat 4 orang -
Tukang Besi dan Pondasi 20 orang -
Tukang Listrik 4 orang -
Total Pekerja Tahap
42 orang -
Konstruksi
Operasional
Tenaga Pimpinan 5 orang -
Tenaga Keungan 2 orang 15 orang
Tenaga Pemasaran 8 orang 5 orang
Tenaga General Affair 20 orang 10 orang
Tenaga Teknik & Produksi 185 orang -
Total Pekerja Tahap
220 orang 30 orang
Operasional
Sumber : PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES, 2017

Sebagai suatu perusahaan yang bekerja di bidang produksi dan pemasaran maka
perusahaan ini membutuhkan susunan organisasi yang profesional dan kuat yang
terdiri dari unsur pokok, yaitu :
- Tenaga Pimpinan
Tenaga Pimpinan terdiri dari 1 (satu) orang Direktur Utama dan dibantu dengan 4
(empat) Direktur Excecutive. 4 (empat) Direktur Excecutive tersebut adalah :
Direktur Produksi yang membawahi Plant Manager dan Manager Tehnik.
Direktur Keuangan yang membawahi Manaer Keuangan, Manager
Purchasing dan Manager Pembukuan.
Direktur Marketing yang membawahi Manager Sales dan Marketing dan
Manager Expedisi.
Direktur General Affair yang membawahi Manager Personalia dan Manager
Umum.
- Tenaga Teknik dan Produksi
Tenaga Tehnik dan Produksi menguasai Bidang Produksi (Pabrik), Quality Control
dan Laboratorium dan Urusan Logistik.

13 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

- Tenaga Keuangan
Tenaga Keuangan membidangi bidang Verivikasi/Auditing, Cashier, Pembukuan,
Accounting dan Pembelian (Purchasing)
- Tenaga Pemasaran (Marketing)
Tenaga Pemasaran/Marketing bergerak dibidang Penjualan, Pemasaran, Operasi
Pasar, Expedisi dan Store.
- Tenaga General Affair/HRD
Tenaga General Affair adalah tenaga yang mengurusi urusan dalam perusahaan
yaitu dibidang Administrasi, Maintenance alat-alat kantor, personalia dan
kesejahteraan karyawan.

b) Sumber Daya Energi


Kebutuhan tenaga listrik harus disesuaikan dengan keadaan kegiatan itu sendiri, yang
paling penting adalah kontinuitas dan keandalan yang tinggi dalam pelayanannya.
Mengingat bahwa tenaga listrik sangat penting, maka sumber tenaga listrik ini harus
dijaga dari adanya berbagai macam gangguan. Tenaga listrik yang digunakan :

Tahap Konstruksi
Kebutuhan energi pada tahap konstruksi (untuk peralatan proyek) dipenuhi dengan
Genset Silent Type kapasitas 250.000 Watt.
Tahap Operasional
Kebutuhan energi direncanakan :
- Dipenuhi secara tetap oleh PLN dengan kapasitas : 3.500 kVa.
- Disediakan Genset (Generator Set) kapasitas 200.000 Watt (200 kVa).
- Boiler untuk proses Autoclave kapasitas 20 Ton/1,8 MPA.

c) Sumber Daya Air Bersih


Air bersih diperlukan pada tahap konstruksi dan pada tahap operasional. Kebutuhan
air pada tahap konstruksi meliputi MCK pekerja konstruksi serta kebutuhan
konstruksi. Sumber air bersih pada tahap konstruksi direncanakan berasal dari
perusahaan supplier air bersih dengan besaran 3,5 m3/hari (penyediaan setiap 2 hari
sekali ; dengan kapasitas mobil tangki 8 m3).
Pada tahap operasional, sumber air bersih direncanakan diperoleh dari Air Tanah
untuk keperluan domestik dan keperluan produksi. Izin pengambilan air tanah akan
dilengkapi setelah terbit Izin Lingkungan, berkoordinasi dengan ESDM Provinsi.
Analisa perkiraan kebutuhan air bersih didasarkan pada beberapa asumsi :
(1)
SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing
(2)
Standar Operasional Produksi PT. Superior Prima Sukses
(3)
Handayani, Dwi (2010) tentang Kajian Pustaka Potensi Pemanfaatan Grey Water
Sebagai Air Siram WC dan Air Siram Tanaman di Rumah Tangga.
- Luas lahan terbuka / RTH (penyiraman) = 6.472 m2
Rincian kebutuhan air bersih pada tahap konstruksi dan operasional kegiatan Industri
Bata Ringan dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisa Kebutuhan Air


Tahapan Kebutuhan air
Pengguna Asumsi Perhitungan
Kegiatan (m3/hari)

14 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

MCK Pekerja 50 50 L/orang/hari x


2,1 m3/hari
Konstruksi L/orang/hari (1) 42 orang
Konstruksi
Kebutuhan
100 L/hari - 0,1 m3/hari
Konstruksi
Total Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi 2,2 m3/hari
Operasional 50 50 L/orang/hari x
MCK Karyawan 12,5 m3/hari
Domestik L/orang/hari (1) 250 orang
Penyiraman Lahan 10 L/20 m2 10L/20m2 x 6472
3,236 m3/hari
(RTH) lahan/hari (2) m2
Total Kebutuhan Air Bersih Tahap Operasional 15,736 m3/hari
Boiler 600 m3 - 600 m3
Operasional
175.806 -
Produksi Campuran proses 175.806 m3/hari
m3/hari
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

2.3.5 Rencana Pengelolaan Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan bersumber dari aktivitas domestik dan non domestik. Pada
umumnya, kuantitas air limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan adalah 60-80% dari
total kebutuhan air bersih pada kegiatan tersebut (Duncan, 2003), sehingga perkiraan
mengenai kuantitas air limbah yang dihasilkan Industri Bata Ringan ini adalah
sebagai berikut (Tabel 6) : (Neraca air pada Gambar 4 dan 6).

Tabel 6. Analisa Air Limbah


Tahapan Kebutuhan air Air Limbah
Penggunan
Kegiatan (m3/hari) (m3/hari)
MCK Pekerja 80% x 2,1 m3/hari =
2,1 m3
Konstruksi 1,68 m3/hari
Kebutuhan
Konstruksi Konstruksi
(penyiraman 0,1 m3 Habis terpakai
lahan, campuran
semen, dll)
80% x 12,5 m3/hari =
MCK Karyawan 12,5 m3
Operasional 10 m3/hari
Domestik Penyiraman
3,236 m3 Habis terpakai
Lahan (RTH)
Operasional Boiler 600 m3 Habis terpakai
Produksi Campuran proses 175.806 m3/hari Habis terpakai
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

Rencana pengolahan air limbah pada kegitatan Industri Bata Ringan baik pada tahap
konstruksi maupun tahap operasional dijelaskan menggunakan diagram alir seperti pada
Gambar 4 dan Gambar 6.
MCK Pekerja : Limbah : 1,68 Septic
2,1 m3/hari m3/hari Tank
Air Tangki : 2,2 Portable
m3/hari
Kebutuhan Konstruksi : Habis
0,1 m3/hari Terpakai

15 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 4. Neraca Air Bersih dan Air Limbah Tahap Konstruksi

Untuk efisiensi, maka pada tahap konstruksi disediakan toilet portable lengkap dengan
instalasi pengelolaan air limbah. Penyediaan ini dengan kerjasama pihak ke-3.
Direncanakan terdapat 2 toilet dengan ukuran panjang 1,2m x lebar 1,5m x tinggi 2,4m.

Gambar 5. Toilet Portable

Air limbah domestik (MCK Karyawan) pada tahap operasional terdiri atas :
1. Black Water, yaitu Tinja (faeces) yang mengandung mikroba pathogen.
2. Grey Water, yaitu Air seni (urine) yang pada umumnya mengandung Nitrogen dan
Posfor, air bekas cucian dapur, mesin cuci dan air sabun (sisa bilas).
Prosentase air limbah untuk Black Water adalah 20% & Grey Water adalah 80% (Tilley
et al, 2008).

Air Tanah MCK


Air limbah Black Water Septic Tank
15,736 m3/hari Karyawan 12,5
10 m3/hari 2 m3/hari & Resapan
m3/hari

Grey Water
8 m3/hari Pemantauan
Pemantauan di Sumur
kualitas air Pantau
effluent Unit
Pengolahan I
Penyiraman
Habis
RTH 3,236
terpakai
m3/hari Air
Bak
Penampungan Drainase

Gambar 6. Neraca Air Bersih dan Air Limbah Tahap Operasional


Septic Tank adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik yang menggunakan
proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini dapat memisahkan padatan dan cairan
di dalam air limbah. Padatan dan cairan harus diolah lebih lanjut karena banyak
mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen yang berasal dari kotoran (feces)
manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkan air limbah dapat menularkan penyakit
kepada manusia terutama melalui air tanah.

16 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 7. Ilustrasi Septic Tank

Septic Tank terdiri dari 2 bagian, yaitu bak tampung dan resapan air. Bak tampung
harus dibuat agar kedap air yang gunanya untuk menampung limbah kasar dari
toilet/wc. Limbah kasar tersebut akan terkumpul dan bercampur air siraman yang
kemudian akan dimakan bakteri pembusuk. Ketika wc disiram air, limpahan air
permukaan bak tampung akan mengalir melalui saluran pipa PVC ke ruang resapan
yang dibuat dengan lapisan batu, krikil dan ijuk. Air dari bak tampung akan terfilter
oleh lapisan tersebut dan akan meresap ke dalam tanah tanpa membawa limbah kasar.

Mengingat jumlah pekerja yang cukup besar, dan berdasarkan asumsi perhitungan
maka dihasilkan air limbah grey water yang cukup banyak. Sehingga direncanakan
melakukan reuse terhadap grey water untuk keperluan pengairan / penyiraman
landscape. Pada Gambar 6, kebutuhan air untuk penyiraman dipenuhi dari air olahan
grey water dan air hujan / drainase.

Grey water adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke badan air.
Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi, namun
apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan kualitas
air yang cukup berarti.

Unit Pengolahan I Biofilter Anaerob


Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media
penyangga untuk pengembangbiakkan mikroorganisme tanpa aerasi (dilakukan tanpa
pemberian udara atau oksigen). Biofiler yang baik adalah menggunakan prinsip
biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan
media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu reaktor.
Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
bakteri yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis
(biofilm) (Herlambang dan Marsidi, 2003). Telah cukup banyak dikembangkan model
reaktor untuk sistem pengolahan biofilter anaerob. Sehingga, penyediaan biofilter
anaerob direncanakan bekerjasama dengan pihak ke-3.

17 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 8. Ilustrasi Reaktor Biofiler Anaerob

2.3.6 Rencana Pengelolaan Limbah Padat / Sampah


Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri
dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Pada setiap tahap baik konstruksi maupun operasional, hakekatnya selalu dihasilkan
sampah yang bersifat domestik dan non-domestik.

Limbah padat / sampah domestik adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia,
sedangkan non-domestik merupakan sampah dari suatu proses / kegiatan yang
dilakukan. Besaran timbulan sampah domestik yang dihasilkan, diperkirakan berdasar
SNI Nomor 3242 Tahun 2008 adalah 2 L/orang/hari.

ORGANIK Tempat Sampah


Kordinasi
SAMPAH DOMESTIK
dengan Desa
ANORGANIK Tempat Sampah
TAHAP KONSTRUKSI Pengangkutan

Kordinasi dengan TPS -- TPA


SAMPAH NON-DOMESTIK
Pihak ke-3

Pemanfaatan
kembali
Gambar 9. Bagan Alir Pengolahan Limbah Padat Tahap Konstruksi

ORGANIK Tempat Sampah


Kordinasi
SAMPAH DOMESTIK
dengan Desa
ANORGANIK Tempat Sampah
SAMPAH
ORGANIK PENIMBUNAN Pengangkutan
TAMAN
TAHAP OPERASIONAL

TPS -- TPA
SAMPAH NON- SLURRY / SISA
ANORGANIK PIHAK KE-3
DOMESTIK PRODUKSI
18 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
MATERIAL URUGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

LIMBAH B3 OLI MESIN DRUM

APD & MAJUN


TERKONTAMINASI B3
BAK / WADAH
PENYIMPANAN
KEMASAN BAHAN B3

PENGELOLA BERIZIN TPS B3

Gambar 10. Bagan Alir Pengolahan Limbah Padat Tahap Operasional

Tabel 7. Analisa Limbah Padat


Tahapan
Limbah yang dihasilkan Analisa
Kegiatan
Sampah organik & anorganik
84 L/hari
Konstruksi dari aktivitas pekerja konstruksi
Material sisa konstruksi 4m3/hari
Sampah organik & anorganik
500 L/hari
dari aktivitas karyawan
Sampah taman (organik
20 L/hari
ranting, daun, dll)
Operasional Sisa produksi 1 m3/hari
B3 Oli Mesin 2 L/hari
Kemasan B3 10 L/hari
APD dan Kain Majun
2kg/hari
terkontaminasi B3
Sumber : Analisis Konsultan, 2017
2.3.7 Analisa Area Parkir
Dengan berdasar Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor
272/HK.105/DRJD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir,
ditentukan satuan ruang parkir (SRP) kendaraan sebagai berikut :
- 1 SRP kendaraan R2 : 1,5 m2
- 1 SRP kendaraan Truk : 42,5 m2
Area pakir yang direncanakan untuk kendaraan R2 adalah seluas 325 m2, dengan pola
parkir yang direncanakan adalah pola parkir pulau dengan membentuk sudut 90 (untuk
kendaraan R2, dari segi efektifitas ruang posisi sudut 90 adalah yang paling
menguntungkan) (Gambar 11 ) dan berdasarkan analisa diperkirakan dapat
menampung :
- 216 kendaraan R2 (325 m2 : 1,5 m2)

19 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 11. Pola Parkir Pulau Membentuk Sudut 90


Selain itu, untuk kendaraan pengangkut (tronton, pick-up, colt diesel) telah disediakan
ruang khusus seluas 1.549,6 m2 yang berdasarkan analisa terhadap SRP truk
diperkirakan dapat menampung + 36 Truk pada saat yang bersamaan.

2.3.8 Rencana Sistem Pengendalian Udara Boiler


Limbah gas yang dihasilkan oleh Industri Bata Ringan dapat berasal dari beberapa
sumber emisi, salah satunya berasal dari ketel uap (boiler) berbahan bakar batubara.
Pada boiler batubara, pembakaran bahan bakar menghasilkan polutan berupa emisi
udara yang dikeluarkan lewat cerobong. Emisi udara yang dikeluarkan tersebut pada
umumnya mengandung bahan pencemar berupa partikulat (debu), ataupun berupa gas
seperti NO2, CO, CO2 dan SO2.
Bahan pencemar berupa partikulat (debu), menurut ukurannya di bagi menjadi dua
yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Bottom ash adalah limbah
abu yang ukurannya lebih besar daripada fly ash. Limbah tersebut mengandung
beberapa unsur logam berat yang digolongkan sebagai Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
Emisi udara yang dikeluarkan dari cerobong dapat mencemari lingkungan. Oleh karena
itu polutan dari hasil pembakaran tersebut harus diolah terlebih dahulu supaya
memenuhi Baku Mutu Emisi (BME) berdasarkan Pergub Jatim No. 10 Tahun 2009
tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa
Timur ; bagian Q Ketel Uap Berbahan Bakar Batu Bara, yaitu untuk parameter
Partikulat, Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2) dan Opasitas. Peralatan
untuk pengendalian emisi direncanakan dengan Electro Static Precipitator System.

20 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Gambar 12. Sistem Boiler

Electro Static Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan
effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar.
Dengan menggunakan Electro Static Precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang
keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 % (dengan efektifitas penangkapan
debu mencapai 99,84%).

2.3.9 Rencana Sistem Proteksi Terhadap Potensi Kebakaran


Salah satu bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja adalah terjadinya kebakaran.
Menurut Tarwaka (2012), bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan
dimana saja, karena terdapat banyak peluang yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
Dengan terbitnya Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186
Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 1980 tentang Syarat-
Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan serta Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik yang membuktikan bahwa masalah kebakaran adalah masalah yang serius
untuk ditanggulangi, terutama untuk pengamanan tenaga kerja, gedung dan lingkungan
sekitar terhadap bahaya kebakaran.
Penyebab terjadinya kebakaran antara lain :
- Peristiwa listrik.
- Penyimpanan / penggunaan bahan.
- Spontanious (bahan yang dapat terbakar sendiri).
- Merokok tidak pada tempatnya.
- Gesekan atau benturan.
- Housekeeping yang tidak baik.
Upaya pengelolaan bahaya kebakaran, antara lain :
- Pemasangan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan kelas kebakaran.
- Penyediaan Instalasi Hydrant Halaman / Pillar Hydrant
- Memberi pengetahuan kepada karyawan tentang bahaya kebakaran melalui training.
- Penyediaan sirene, pintu darurat, titik kumpul
- Membuat prosedur kebakaran dan penanganan

21 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Hydrant Halaman / Pillar Hydrant adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang
membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Perencanaan sistem instalasi
akan dilakukan bekerjasama dengan pihak penyedia (pihak ke-3).
Perencanaan kebutuhan Tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang akan
diaplikasikan pada Industri Alas Kaki, mengacu pada National Fire Protection
Association (NFPA), NFPA 10 : Standard for Portable Fire Extinguishers, 2013
Edition. Pertimbangan dalam melakukan analisa :
- Industri Bata Ringan termasuk dalam Kebakaran Kelas A dan Kelas C, yaitu
Kebakaran dari bahan-bahan padat yang mudah terbakar seperti kayu, kertas,
plastik, kain serta kebakaran yang disebabkan arus listrik pada peralatan seperti
permesinan, panel listrik dan lain-lain.
- Estimasi jumlah APAR dan penyebaran berdasarkan rating minimum dan jarak
tempuh seperti berikut :

Sumber : National Fire Protection Association (NFPA), NFPA 10 : Standard for Portable
Fire Extinguishers, 2013 Edition

Kebutuhan APAR pada setiap area (berdasarkan fungsi lahan) dianalisa berdasarkan
maximum luas area yang dapat diproteksi APAR yaitu 11250 ft 2 / 1045 m2 ; kebutuhan
masing masing area lebih detail pada Tabel 8:

22 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Tabel 8. Jumlah APAR


Fungsi Lahan Luas (m2) APAR (unit)
Boiler 722,4 1
Coal House 1.104 1
Area Panel 1.740 2
Sand Area 2.898 2
Gudang Transit 644 1
Bangunan Utama 14.775 14
Mess Karyawan 252 1
4 Rumah 320 1
Office 216 1
Kantin 72 1
WC & Musholla 36 1
Re-cutting Area, 1
414
Workshop, Gd. PPIC
Penampungan Air, TPS 1
252
B3
Gutek, Area Genset, 1
159
LVMDP, Travo cubicle
Total APAR 29
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


2.4.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang
Lokasi rencana kegiatan pembangunan Industri Bata Ringan PT. SUPERIOR PRIMA
SUKSES di Jl. Raya Babat - Lamongan, Desa Warukulon, Kecamatan Pucuk,
Kabupaten Lamongan ini berdasarkan Perda Kabupaten Lamongan No. 15 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan Tahun 2011
2031, masuk kedalam Wilayah Pengembangan (WP) III - Babat (Gambar 13)
Rencana kegiatan pembangunan dikatakan sesuai dengan peruntukan lahan karena telah
memiliki Izin Pemanfaatan Ruang Nomor : 650/367/413.111/2017 dari Bupati
Lamongan pertimbangan sebagai berikut :
- Bahwa Pemerintah Kabupaten Lamongan menyambut baik terhadap semua
rencana investasi yang bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Lamongan.
- Rencana pembangunan Industri Bata Rigan di Jl. Raya Babat - Lamongan, Desa
Warukulon, Kecamatan Pucuk (pada posisi sebelah utara Jalan Arteri Primer)
yang memanfaatkan lahan dengan luas + 51.000 m2 (5,1 Ha). Berdasarkan
arahan dokumen Rencana Detai Tata ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan
Pucuk tahun 2011 2031 lahan tersebut masuk dalam ruang Blok I dengan
fungsi kawasan perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa komersial,
industri dan pergudangan.
- Rencana pembangunan industri ini akan membuka kesempatan kerja sekaligus
peluang penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat di wilayah Kecamatan
Pucuk dan sekitarnya yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
perekonomian di wilayah tersebut dan peningkatan penerimaan daerah.
Gambar rtrw

23 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

2.4.2 Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip


Rencana pembangunan Industri Bata Ringan PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES secara
prinsip dapat dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai berikut :
- Telah mendapatkan Surat Bupati Lamongan Nomor : 650/367/413.111/2017 tentang
Persetujuan Pemanfaatan Ruang Pembangunan Industri Bata Ringan di Desa
Warukulon, Kecamatan Pucuk oleh PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES tanggal 10
Februari 2017.
- Mendapatkan Surat Bupati Lamongan Nomor : 188/368/Kep/413.111/2017 tentang
Pemberian Izin Lokasi Untuk Keperluan Pembangunan Industri Bata Ringan
Oleh PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES di Desa Warukulon, Kecamatan Pucuk,
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur tanggal 10 Februari 2017.
- Mendapatkan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal Dalam Negeri Nomor :
48/35/IP-PL/PMDN/2016 dari UPT Pelayanan Perizinan Terpadu Badan Penanaman
Modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur tanggal 7 Desember 2016

2.4.3 Komponen Rencana Kegiatan yang Menimbulkan Dampak


Komponen rencana kegiatan yang menimbulkan dampak diperkirakan bersumber dari 3
tahapan kegiatan, yakni tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasional.

I. Tahap Pra Konstruksi


a. Perizinan Kegiatan
Merupakan kegiatan pengurusan perizinan sebelum melakukan kegiatan konstruksi.
Perizinan yang harus dilengkapi sebelum konstruksi antara lain Izin Lingkungan (UKL-
UPL), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta Izin Operasional (Izin Gangguan / HO)
supaya kegiatan menjadi legal dan memiliki kekuatan hukum yang sah. Pada kegiatan
ini diperkirakan menimbulkan dampak munculnya persepsi masyarakat.

II. Tahap Konstruksi


Struktur bangunan Industri Bata Ringan ini menggunakan Rangka Baja. Kegiatan
konstruksi meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pemenuhan tenaga kerja
Tenaga kerja yang akan digunakan selama tahap konstruksi adalah tenaga ahli dan
pekerja konstruksi (pekerja kasar) dengan keahlian tertentu. Jumlah tenaga kerja yang
akan dipekerjakan pada tahap konstruksi ini adalah sebanyak 42 orang.
Pada tahap kegiatan ini diperkirakan menimbulkan dampak peningkatan kesempatan
kerja, khususnya bagi warga sekitar lokasi kegiatan. Selain itu, pada tahap ini juga
diperkirakan timbul dampak keresahan masyarakat akibat keluar masuk kendaraan
tenaga kerja dari dan menuju lokasi proyek.

b. Mobilisasi dan demobilisasi pengangkutan alat berat dan material bangunan


Mobilisasi dan demobilisasi yang berarti menuju dan meninggalkan lokasi kegiatan,
merupakan kegiatan pengadaan alat berat yang digunakan untuk membangun. Alat
berat yang digunakan antara lain buldozeer, compactor, eskavator, crane, dll.
Dalam tahap konstruksi erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan material
bangunan. Salah satunya adalah proses mobilisasi material dimana kegiatan ini untuk

24 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

memenuhi kebutuhan material yang digunakan dalam proses pembangunan. Material


yang digunakan didatangkan langsung dari dalam Kabupaten Lamongan. Material yang
digunakan meliputi pasir, batu bata, semen kerikil, baja profil, besi, aluminium dan
sebagainya. Untuk melakukan mobilisasi peralatan dan material di atas, akan
dipergunakan alat transportasi antara lain : pickup dan truck dengan perkiraan jumlah
ritasi sebanyak 4 kali/hari selama kegiatan pemenuhan material bangunan berlangsung.

c. Pembangunan Operasional base camp tenaga kerja serta direksi keet


Sebelum kegiatan konstruksi berjalan, base camp pekerja dibangun bersamaan dengan
direksi kit. Fasilitas ini dibangun sebagai gudang sementara di lokasi proyek dan
nantinya akan dibongkar setelah kegiatan tahap konstruksi berakhir.

d. Penyiapan lahan dan Pengurugan lahan


Tahapan berikutnya adalah pembersihan dan penggurugan lahan. Proses pengurugan
dilakukan untuk menutup dan pemerataan permukaan lahan sebelum dibangun pondasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pemerataan lahan seluas 51.000 m 2 dan pemadatan
tanah kembali menggunakan stamper / compactor.
Rona awal kawasan proyek ini sebagian besar merupakan lahan kosong bekas sawah
yang banyak ditumbuhi oleh Kelompok Rumput-rumputan (Cyperus sp.) dan sisa panen
tanaman padi (Oryza sativa) yang tidak termasuk spesies tumbuhan yang dilindungi
(Gambar 14).

Gambar 14. Rona Awal Lokasi Rencana Kegiatan

Perubahan penggunaan lahan menyebabkan adanya perubahan kondisi debit banjir,


dimana pada area yang mengalami alih fungsi lahan, air hujan yang jatuh akan lebih
berpotensi untuk menjadi aliran permukaan daripada terserap oleh permukaan tanah.
Pada rencana pembangunan, terjadi alih fungsi lahan dari lahan kosong yang banyak
ditumbuhi oleh rumput (area terbuka) menjadi area Industri Bata Ringan (tertutup
bangunan), sehingga menimbulkan dampak peningkatan potensi banjir di wilayah
tersebut. Oleh karena itu direncanakan pembuatan saluran drainase yang memadai
sehingga dapat meminimalisir dampak banjir.
e. Tahap Pelaksanaan (Pekerjaan konstruksi)

25 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Pelaksanaan konstruksi Industri Bata Ringan dapat dimulai dengan mengacu pada
jadwal proyek dan kesiapan segala prasarana penunjangnya. Tata laksana konstruksi
dapat diurutkan sebagai berikut :
- Fasilitas Bawah Tanah
Fasilitas bawah tanah Industri Bata Ringan adalah berupa pipa bawah tanah, jaringan
listrik, saluran bawah tanah. Pembangunan fasilitas bawah tanah diperlukan karena
pertimbangan faktor keselamatan dan efektifitas operasional. Pengerjaan fasilitas
bawah tanah dilakukan setelah selesainya aktivitas ekskavasi / pengerukan lahan.
- Pondasi dan Tiang Pancang
Pondasi sebagai penyangga (support) terhadap bangunan diatasnya mempunyai
bermacam tipe tergantung bentuk dan beban bangunan diatasnya. Tiang pancang (pile)
ditanam pada titik titik tertentu untuk memperkuat pondasi terutama untuk menopang
peralatan berat. Jenis tiang pancang juga bervariasi tergantung bentuk dan bobot
peralatan yang akan disangganya.
- Erection
Istilah erection ditujukan pada aktivitas pemasangan struktur baja, pemasangan
peralatan utama maupun peralatan penunjang termasuk pipa-pipa. Pemasangan
berbagai jenis peralatan diatur oleh jadwal yang tersusun dengan memeprtimbangkan
efektivitas pekerjaan. Pertama adalah pemasangan struktur baja dan beton untuk
pondasi. Kemudian diikuti pemasangan peralatan utama (major equipment) seperti
reactor (silo, tangki mixer, conveyor, autoclave, dll), kolom pemisah, dan peralatan
utama lain sesuai desain pabrik, dipasang lebih dahulu. Pemasangan peralatan utama
tentu memerlukan upaya dan pengontrolan yang sangat ketat dan tidak boleh salah.
Ketidakuratan pemasangan dampaknya akan berpengaruh pada tahapan starat-up atau
operasional produksi.
- Bangunan Permanen
Setelah semua pondasi dan tiang pancang serta pekerjaan erection telah selesai, maka
pendirian bangunan permanen dapat dilakukan. Bangunan permanen Industri Bata
Ringan ini antara lain berupa bangunan ruang kontrol (control room), ruang untuk
genset, steam boiler, kompresor. Selain itu bangunan permanen juga meliputi kantor,
kantin, musholla. Kantor dalam lingkungan pabrik menempati area yang terpisah secara
fisik dengan pabrik dan dibuat memenuhi standar perkantoran pada umumnya. Hal ini
untuk menjaga agar segala operasional administrasi pabrik dapat berjalan dengan
lancar. Selain itu juga dibangun gudang untuk menyimpan bahan baku dan juga barang
jadi (finish good). Bahan baku cair akan ditampung di area tersendiri (tank farm).

f. Pembongkaran base camp tenaga kerja dan direksi keet


Base camp dan direksi keet dibongkar setelah kegiatan konstruksi selesai dilaksanakan
mengingat tidak diperlukannya lagi ruangan penyimpanan ataupun fasilitas istirahat
bagi pekerja.

26 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

III. Tahap Operasional


Uraian Proses :
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sihingga nilai barang
tersebut bertambah. Diolah secara komputerisasi dengan mesin berteknologi modern
sehingga mampu menghasilkan bata ringan dengan lebih presisi, berpori pori merata,
berat jenis ringan dan berkekuatan tinggi. Ditambah lagi BLESSCON tidak
menggunakan bahan baku material Fly Ash (Limbah B3) sehingga limbah tidak
merusak lingkungan. Berikut ini adalah uraian proses pembuatan bata ringan PT.
SUPERIOR PRIMA SUKSES :

Gambar 15. Proses Produksi

27 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN
PerMen LH No. 16 Tahun 2012

Keterangan :
- Proses Penggilingan
Merupakan proses penghalusan bahan (kapur dan pasir silika) pada mesin Ball Mill
dengan ditambahkan air, kemudian menghasilkan slurry silica. Slurry silica yang
dihasilkan kemudian alirkan ke tempat pengadukan.

- Proses Pengadukan
Dilakukan untuk pengaturan kekentalan slurry silica. Kemudian, slurry silica dengan
kekentalan yang telah disesuaikan dialirkan ke bak yang akhirnya akan digunakan pada
proses mixing. Pada bak ini juga menampung sisa potongan produk (cutting process)
yang sudah dicetak untuk diolah kembali.

- Proses Mixing
Merupakan proses pencampuran slurry silica, semen, gypsum dan aluminium pasta
menggunakan mesin mixer dengan kadar yang telah ditentukan sehingga menghasilkan
adonan AAC yang kemudian akan dituangkan (casting) ke gerbong pencetakan (mould
box).
- Proses Pemanggangan (rising)
Setelah adonan tertuang dalam mould box, selanjutnya merupakan proses
pemanggangan yang dilakukan dalam ruang pemanas. Sumber energi dihasilkan dari
boiler yang menggunakan bahan bakar gas, sehingga lebih ramah lingkungan. Proses
pemanggangan dilakukan 40 menit. Saat proses, campuran pasir silika, semen, kapur,
gypsum, air dan alumunium pasta menimbulkan terjadinya reaksi kimia. Alumunium
bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir silika dan air sehingga
membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung udara di dalam
campuran. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali
lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan,
hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga
udara yang terbentuk ini yang membuat produk menjadi ringan.

- Proses Pemotongan
Proses pemotongan merupakan proses dilakukan setelah adonan mengalami proses
pemanggangan. Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan mesin cutting.
Setiap mould box dapat menghasilkan 240 potong bata ringan. Sisa potongan diolah
kembali dimasukan pada bak di proses pengadukan.

- Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan di mesin Autoclave atau diberi uap panas dan diberi
tekanan tinggi. Suhu di dalam Autoclave sekitar 183 oC selama 17 jam.

28 | R e n c a n a U s a h a d a n / a t a u K e g i a t a n
INDUSTRI BATA RINGAN

Anda mungkin juga menyukai