MAKALAH
diajukan oleh:
SAID NABIL KHALIFA
PPCP 84
BIRO ENGINEERING
PT. WIJAYA KARYA REKAYASA KONSTRUKSI
2019
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
menyatakan bahwa makalah dengan judul tersebut di atas saya susun dengan sejujurnya
berdasarkan norma yang berlaku dan bukan merupakan hasil plagiat. Adapun semua
kutipan di dalam makalah ini telah saya sertakan nama pembuat atau penulisnya dan
telah saya cantumkan ke dalam Daftar Pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila ternyata di kemudian
saya terbuktu melanggar pernyataan saya di atas, saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Suatu sistem pengendalian proses terdiri dari beberapa unit komponen antara lain:
sensor/transduser yang berfungsi memberikan informasi mengenai besaran yang diukur,
transmitter yang berfungsi untuk memproses informasi atau sinyal yang dihasilkan oleh
sensor/transduser agar sinyal tersebut dapat dikirimkan, controller yang berfungsi untuk
membandingkan sinyal pengukuran dengan besaran nilai yang diinginkan (set point) serta
1
menghasilkan sinyal komando berdasarkan strategi kendali tertentu, dan aktuator yang
berfungsi untuk mengubah masukan proses sesuai dengan sinyal perintah dari pengontrol.
2
Gambar 1.1 Diagram Alir Fasa Ekstraksi dan Distilasi pada Mini Plant
Pada proses pengolahan aspal Mini Extraction Plant, terdapat dua proses utama,
yakni extraction dan distillation, seperti pada Gambar 1.1. Pada fasa extraction, terjadi
proses yang vital disana, karena pada fasa ini menghasilkan mother liquor dari aspal, dan
kerosin sebagai solvent (pelarut) untuk proses ekstraksi pada kondisi operasi normal. Fasa
extraction ini dilalui secara bertahap (batching). Proses yang dilalui secara batching
memiliki sistem instrumentasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan proses yang
dilalui secara continue. Pada fasa extraction, dilalui beberapa proses, yang dimulai dari
3
ketika Buton Asphalt Rock (BAR) melalui vibrating feeder yang kemudian memasuki
bucket elevator. Setelah itu, BAR tersebut memasuki extraction tank stage 1 untuk
dilakukan proses ekstraksi pertama. Pada tangki ini terjadi pencampuran antara BAR dan
fresh solvent untuk inisiasi (start up mode). Perbandingan rasio antara BAR dan Solvent
yang diinginkan adalah sebesar 1:1. Campuran material hasil ekstraksi yang kemudian
ketika overflow (tumpah) maka akan menuju screw classifier stage 1. Pada proses ini
terjadi pemisahan material antara solid (padatan) dan liquid (cairan). Material solid akan
menuju extraction tank 2, sedangkan material liquid akan menuju clarifier untuk proses
distilasi. Material liquid yang terbawa menuju clarifier ini dinamakan mother liquor,
sebagai calon produk utama.
Material solid yang menuju extraction tank 2, mengalami proses ekstraksi yang
kedua, dengan masukan kerosin sebagai pelarut. Selanjutnya, material campuran ini
menuju screw classifier stage 2 untuk pemisahan antara solid dengan liquid. Material
liquid hasil separasi akan menuju extraction tank stage 1, sedangkan material solid akan
menuju dryer. Material yang melalui dryer akan dilanjutkan menuju condenser yang pada
akhirnya menjadi Solvent Recovered menuju Solvent Storage Tank.
4
Maka dengan demikian, fokus utama yang harus dikerjakan adalah dengan
merancang sistem batch controller pada tahap extraction. Diharapkan dengan
perancangan batch controller ini akan dihasilkan proses pengolahan aspal Mini Plant
Bitumen yang efektif, efisien, dan aman sehingga sistem menjadi andal.
Sebagai usaha untuk mendapatkan desain sistem yang efisien dan efektif, Wijaya
Karya Rekayasa Konstruksi melakukan VE (value engineering) pada tender proyek Mini
Extraction Plant Wijaya Karya Bitumen. Value engineering dilakukan dengan tujuan
untuk mencapai fungsi esensial dari Bitumen Plant pada life cycle cost terendah terendah
dan konsisten namun menjaga kualitas, keamanan, dan keamanan. Value engineering
yang dilakukan mengacu pada requirement yang telah diajukan owner dengan
menganalisis fitur plant yang dirancang pada proyek Mini Extraction Plant Bitumen.
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas adalah
bagaimana cara merancang ulang sistem instrumentasi dan kendali pada batch controller
tahap extraction proyek Mini Plant.
Karena adanya keterbatasan dalam hal pelaksanaan dan sumber daya, maka
makalah ini mempunyai batasan sebagai berikut:
1. Perancangan sistem hanya dilakukan pada proses extraction saja, tidak termasuk
proses distillation.
2. Process Flow Diagram (PFD) mengacu pada latest document bidang engineering
proyek Mini Plant Bitumen
3. Analisa biaya hanya akan difokuskan pada sisi material saja, tidak mencakup dari
sisi konstruksinya.
5
1.4 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Mendapatkan sistem instrumentasi dan kendali yang optimal untuk Mini Plant
Bitumen, sehingga menjadi andal.
2. Menemukan cara optimal dalam segi biaya, mutu, waktu, dan manajemen resiko
pengolahan dan produksi pada Mini Plant Bitumen.
3. Memenuhi syarat menjadi pegawai PT Wijaya Karya Persero Tbk.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
Gambar 2.1 Lokasi Proyek Mini Plant Bitumen
8
(Valves – Normally Closed, Normally Open). P&ID dan PFD dapat digunakan untuk
membangun sebuah proses kerja yang lengkap. Standar notasi, bervariasi dari huruf ke
gambar, adalah sangat penting untuk insinyur untuk dimengerti karena merupakan bahasa
yang umum digunakan untuk mendiskusikan kilang pada dunia industri.
9
2.2.3 Identification Letters
Identification Letter digunakan untuk mendeskripsikan peralatan kendali yang
terlibat dalam suatu proses. Setiap peralatan dilabel dengan dua huruf. Huruf pertama
mendeskripsikan parameter dari peralatan yang akan di kendalikan. Huruf kedua
mendeskripsikan tipe dari peralatan tersebut. Tabel 2.1 menjelaskan Identification Letter
pada P&ID.
10
2.2.4 Simbol Katup (Valve)
Simbol – simbol pada katup digunakan untuk merepresentasikan katup dan
aktuator katup pada proses. Aktuator merupakan suatu mekanisme yang mengaktifkan
peralatan kendali proses. Gambar 2.3 dan 2.4 menggambarkan berbagai jenis katup dan
aktuator katup.
11
2.2.5 General Instrument atau Simbol Fungsi
Instrument dapat terletak pada lokasi, aksesibilitas, dan fungsionalitas yang
bervariasi, baik dalam lapangan maupun proses tertentu. Hal ini sangat penting diketahui
dengan jelas pada P&ID. Pada Gambar 2.5 dijelaskan simbol – simbol tersebut yang
umumnya digunakan pada P&ID.
Gambar 2.5 General Instrument atau Simbol Fungsi pada P&ID. [5]
Discrete instrument merupakan instrumen yang terpisah dari instrumen lain dalam
suatu proses. Shared display, mengartikan instrumen kendali yang berbagi fungsi dengan
instrumen lainnya. Instrumen yang dikendalikan oleh komputer dikategorikan sebagai
“computer function”. Instrumen yang mampu melakukan kalkulasi, relay, atau
12
mengkonversikan dari data yang dikumpulkan oleh instrumen lain dikategorikan sebagai
“Programmable Logic Control” [6].
Sebagai contoh, sebuah instrumen diskrit untuk sebuah proses tertentu mengukur
aliran dalam pipa. Instrumen diskrit tersebut, berupa flow transmitter, mentransmisikan
aliran menuju instrumen shared display, shared control yang mengindikasikan aliran
kepada operator. Sebuah instrumen fungsi kendali akan memberitahukan katup untuk
menutup atau membuka sesuai aliran dalam pipa. Sedangksan instrumen “Programmable
Logic Control” akan mengendalikan katup di lapangan, dengan contoh secara pneumatis.
Instrumen tersebut akan mengumpulkan informasi dari instrumen diskrit dengan
mengukur posisi aktuator pada katup, dan kemudian menyesuaikan dengan sedemikian.
Melalui Gambar 2.5 tersebut, sangatlah penting untuk diketahui dimana instrumen
akan diletakkan dan fungsinya dengan tujuan perancangan P&ID yang tepat. Primary
Instrument merupakan instrumen yang tidak bergantung dengan instrumen lainnya. Field
Mounted Instrument merupakan instrumen yang secara fisik berada di lapangan, atau di
kilang, dan tidak dapat diakses oleh operator di ruang kendali. Auxiliary Instrument
merupakan instrumen yang membantu primary instrument. Primary dan Auxiliary
Instrument dapat diakses oleh operator pada ruang kendali.
13
Gambar 2.6 Simbol pada Transmitter [4]
2.2.7 Simbol Lainnya
Simbol – simbol berikut digunakan untuk merepresentasikan bagian – bagian
lain dari proses dan peralatan perpipaan, seperti pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
14
Gambar 2.8 Diagram Peralatan Proses (2) [4]
15
Pada suatu proses produksi dalam industri, pengamatan (monitoring) dan
pengendalian (controlling) pada proses dilakukan secara terus – menerus (continue) dan
setiap saat agar produk tetap terjaga kondisinya sesuai dengan yang diinginkan. Sistem
kendali dihadirkan untuk memberikan perintah, mengarahkan dan mengatur sistem
proses tersebut. Untuk melakukan proses pengontrolan tersebut, maka perlu adanya
konfigurasi kendali yang digunakan sehingga struktur kendali dapat menghubungkan
besaran – besaran keluaran yang terukur. Terdapat dua jenis struktur pada sistem kendali,
yaktu jenis struktur loop terbuka dan loop tertutup.
2.3.1 Kendali Loop Terbuka
Pada sistem kendali dengan loop terbuka, keluaran dari pengendali tidak
berpengaruh terhadap hasil. Atau dengan kata lain, keluaran pengatur tidak dipakai
sebagai umpan maju atau umpan balik. Keluaran dari kendali ini didasarkan pada
perhitungan tertentu sehingga memberikan hasil sesuai dengan yang dikehendaki.
Keterangan :
G2 = unsur proses
Pada kendali dengan struktur loop tertutup, keluaran dari kendali digunakan untuk
mempengaruhi aksi input proses, sehingga output yang terjadi sesuai dengan yang
dikehendaki. Berdasarkan pada jenis aksi yang dikenakan, maka struktur kendali dengan
16
loop tertutup diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: kendali loop tertutup umpan balik dan
kendali loopi tertutup umpan maju.
Pada struktur ini, dimanfaatkan variabel – variabel keluaran yang terukur untuk
mengatur harga variabel pada input. Tujuannya adalah agar variabel keluaran yang
dikendalikan, memiliki harga yang sesuai dengan yang diinginkan (set point). Struktur
ini memiliki kelebihan berupa adanya koreksi terhadap keluaran akibat digunakannya
umpan balik.
Keterangan :
V = set point G1 = unsur pengontrol
e = sinyal aktuasi G2 = unsur proses
m = variabel termanipulasi H = variabel umpan balik
Variabel yang diumpan balik merupakan besaran keluaran yang terukur pada
lintasan umpan balik. Variabel ini kemudian dibandingkan terhadap sinyal error terukur
sebelumnya. Terdapat suatu pengontrol atau kompensator dalam sistem yang berfungsi
untuk menghasilkan sinyal error tersebut.
17
b) Kendali Loop Tertutup Umpan Maju
Pada struktur ini, dimanfaatkan variabel – variabel disturbance untuk mengatur
harga variabel input (masukan). Gambar ini menunjukkan struktur secara umum sistem
kendali loop tertutup umpan maju.
18
Gambar 2.12 Single Loop Control [10]
Pada Gambar 2.12, pengukuran Level ini dilakukan oleh level transmitter (LT),
selanjutnya nilai keluaran dari LT dikirim ke level control (LC) sebagai measured
variable. Harga level yang diinginkan dinyatakan sebagai set point pada pengendali LC.
Dari perbandingan antara kedua harga tersebut, LC mengeluarkan sinyal keluaran untuk
mengatur bukaan control valve sehingga didapatkan harga level yang diinginkan [10].
Sedangkan, pada konfigurasi cascade mempunya dua buah loop, yaitu primary
loop dan secondary loop. Dalam kendali ini, terdapat satu variabel yang dimanipulasi
dengan dua buah variabel yang diukur. Konfigurasi ini lebih dikenal dengan sistem
master dan slave.
Sebagai contoh pada Gambar 2.13 merupakan kendali laju aliran yang sering kali
menjadi pengendali sekunder bagi controller yang lainnya. Di bawah ini contoh gambar
untuk cascade loop.
19
Gambar 2.13 Cascade Loop Control [10]
Pengendali mengendalikan set point (pada contoh diatas, yaitu level controller)
yang merupakan primary, atau master. Pengendali selanjutnya menerima set point (pada
contoh ini, yaitu flow controller) yang merupakan secondary atau slave.
20
Berikut pada Gambar 2.14 ini penjelasan bagian – bagian yang terdapat pada
sebuah control valve:
21
Aliran lain yang memasukin mixed flow dinamakan controller feed. Sebuah
elemen kendali akhir pada controlled feed stream menerima dan bereaksi terhadap sinyal
keluaran pengendali (Coc) dari arsitektur rasio kendali.
Arsitektur pengendali rasio seperti pada Gambar menjelaskan bahwa sinyal dari
setiap sensor/transmitter dapat berubah secara linier dengan laju aliran. Kemudian,
variabel sinyal yang berasal dari wild feed, diistilahkan PVw, dan variabel aliran proses
yang terkendali, diistilahkan PVc, haruslah menaik dan menurun secara linier terhadap
tiap – tiap laju aliran yang menaik dan menurun.
22
Salah satu contoh dari kendali rasio adalah pencampuran suatu aditif ke dalam
aliran proses, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16
Octane booster akan dicampur dengan aliran bensin yang diproduksi dari kolom
distilasi atmosferis. Untuk beberapa alasan tertentu, laju produksi dari aliran bensin akan
bervariasi dari waktu ke waktu pada kilang. Oleh karena itu, jumlah dari octane booster
yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah oktan yang diinginkan dalam aliran
campuran juga bervariasi. Alih – alih menggunakan relay, dihadirkan konsep arsitektur
kendali rasio berdasarkan Flow Fraction Controller (FFC). FFC pada dasarnya
pengendali rasio secara murni karena menerima sinyal wild feed dan sinyal controlled
feed secara langsung sebagai input. Nilai yang diinginkan (set point) dimasukkan ke
dalam FCC, bersama dengan parameter tuning lainnya yang diperlukan untuk
implementasi controller lainnya.
23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
24
dimulai dari Buton Asphalt Rock (BAR) memasuki vibrating hopper, hingga menjadi
aspal dengan kemurnian 99,9%. PFD merupakan dokumen yang berisikan aliran proses
dari tiap equipment dari awal hingga selesai menjadi produk akhir. Selain itu, juga
dilakukan diskusi rutin bersama Mentor membahas kondisi proyek dan batasan analisis.
25
Selain PFD, juga perlu dipelajari bagaimana heat and mass Balance dari proses
yang terjadi. Dari heat and mass balance akan diketahui sifat – sifat dari aspal pada
berbagai fasa, dan juga flowrate (laju aliran) pada setiap stream number.
3.2.3 Penyusunan Control Philosophy
Control Philosophy merupakan suatu dokumen yang berisikan deskripsi
mengenai bagaimana suatu proses dikendalikan dan dioperasikan. Dokumen ini
digunakan sebagai dasar dalam merancang sistem instrumentasi dan kendali pada Mini
Plant Bitumen. Control Philosophy dapat dikerjakan setelah memahami bagaimana
diagram alir proses (PFD).
3.2.4 Perancangan Piping & Instrumentation Diagram (P&ID) dan Input/Output
List (I/O) List.
26
keselamatan dilakukan dengan menguji fungsi keselamatan yang disematkan oleh sistem
instrumentasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
[10] “Cascade Control Principle,” Inst Tools, 2019. [Online]. Available:
https://instrumentationtools.com/cascade-control-principle/. [Diakses 1 Oktober
2019].
[11] A. D. Houtz, “The Ratio Control Architecture,” Control Guru, [Online].
Available: https://controlguru.com/the-ratio-control-architecture/. [Diakses 2
Oktober 2019].
29