Anda di halaman 1dari 18

F/ 751/WKS1 /58

7-8-2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMK N 1 Pundong


Mata Pelajaran : Dasar Teknik Mesin
Kelas/Semester : X TP / 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 3 Memahami, menerapkan dan menganalisa pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidangkerja yang spesifik
untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung

B. Kompetensi Dasar
4.1. Proses Pengecoran Logam ( Metal Casting )

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


4.1.1 Menjelaskan definisi pengecoran logam dengan benar sesuai dengan yang sudah
dijelaskan
4.2.1 Menyebutkan macam-macam alat dan bahan pada proses pengecoran dengan benar.
4.3.1 Menjelaskan proses pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir dengan benar.
4.4.1 Menjelaskan macam-macam cacat pada proses pengecoran dengan benar minimal 5 cacat
pengecoran.
D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kegiatan pengamatan tentang materi pengecoran logam, peserta didik mampu
menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan proses pengecoran.
2. Peserta didik mampu menjelaskan proses pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir
dengan benar sesuai dengan materi yang dijelaskan
3. Melalui diskusi peserta didik mampu menyebutkan macam-macam alat dan bahan yang
digunakan dalam proses pengecoran logam.
4. Peserta didik mampu menjelaskan macam-macam cacat yang terjadi dalam proses
pengecoran dengan benar

E. Materi Pembelajaran
PROSES PENGECORAN LOGAM (METAL CASTING PROCESS)

Proses pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam,


penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir cetakan.
Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu sendiri berbeda, mulai dari
beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda, mulai dari beberapa
ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda dan hamper semua logam atau
paduan dapat dilebur dan dicor.
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan proses
percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu mengisi rongga cetakan,
sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar mengisi rongga cetakan. Karena pengisian
logam berbeda, cetakan pun berbeda, sehingga pada proses percetakan cetakan umumnya dibuat
dari logam. Pada proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya
digunakan pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api lainnya.
 PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan
berdasarkan jenis pola yang digunakan:
1) Pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan
2) Pola sekali pakai
Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pembuatan cetaka
2. Pembuatan pola
3. Pasir
4. Inti
5. Peralatan (mekanik)
6. Logam
7. Penuangan dan pembersihan benda cor.

1.1 PROSEDUR PEMBUATAN CETAKAN

Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:


1. Cetakan pasir basah (green-sand molds)
2. Cetakan dibuat dari pasir cetak basah.Prosedur
3. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
4. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat
1. Cetakan lempung (Loan molds)
2. Cetakan furan (Furan molds)
3. Cetakan CO2
4. Cetakan logam Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die casting) logam
dengan suhu cair rendah.
5. Cetakan khusus Cetakan khusus dapat dibuat dari plastic, kertas, kayu semen, plaster, atau karet.
Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding)
Dilakukan untuk benda cor yang kecil.
2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding)
Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar
3. Pembuatan cetakan sumuran (pit molding)
4. Pembuatan cetakan dengan mesin (machine molding)
1.2 Pembuatan Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar di bawah ini.
Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua bagian, bagian atas disebut kup dan
bagian bawah disebut drag.Pak kotak cetak yang terdiri dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut
cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.
Proses Pengecoran Logam (Metal Casting Process)

Teknik Pengecoran Logam


B. Definisi Pengecoran (CASTING)
Pengecoran (CASTING) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa
dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat

Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair

Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali pakai
(expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold).Cetakan
pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja,
setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan,
jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau.Sedangkan
perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan atau air gelas.

2.1. Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir

Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :


Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan.
Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan
menggunakan pola.

Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah
dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan
temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.

Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari
saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga
cetakan yang akan diisi oleh logam cair.

Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.Saluran
ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.

Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.Kecepatan aliran logam
yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal
dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga
cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

2.2. Pengecoran Cetakan Pasir


Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menempatkan pola
dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem saluran, mengisi rongga
cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku, membongkar cetakan yang berisi
produk cord an membersihkan produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan
pasir masih menjadi andalan industri pengecoran terutam industri-industri kecil. Tahapan yang
lebih umum tentang pengecoran cetakan pasir.
A. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2).Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama.Alasan pemakaian pasir
sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada
dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded(banks sands) dan synthetic (lake
sands).Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri
pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa faktor penting seperti bentuk dan
ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk yang
mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau
clay/lempung) dan air.Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai
sebagi bahan pembuat cetakan.
B. Jenis Cetakan Pasir
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold. Cetakan yang
banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir basah). Kata
“basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab
ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried.
Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan
atau dikeringkan.Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada
pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat
dari bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan.Akurasi
dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya jenis cetakan ini lebih
mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan
dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir
terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes.
Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan
adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan udara/gas).
C. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat dari
kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan ukuran
produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.

Jenis-jenis pola :
1. Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit.Pola
ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
2. Pola terpisah (spilt pattern)
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masing-
masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.
3. Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri.Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu bidang
datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada suatu pelat
datar.Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan
dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
D. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan atau
katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum penuangan
untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku
dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah
hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan inti
(core prints).Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada gambar.pembuatan inti
serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk
membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.

E. Operasi Pengecoran
Operasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan produk
cor, pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran
produk cor. Tahapan lebih rinci terlihat pada gambar Dibawah ini :
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a)
dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :

a. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang sudah
ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
b. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
c. Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
d. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
e. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope) dan
ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan (riser).
Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
f. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari cetakan
g. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat datar.
h. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
i. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
j. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
k. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisa-sisa
pasir cetakan.
l. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor siap
untuk diperlakukan lebih lanjut.

Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari viskositas,
akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam rongga cetak.
Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik secara individu, karena
besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat
fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan komposisi
unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus. Jika temperatur
penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga
cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi
jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan
seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak,
dimana alur satu dengan alur lain berdampingan daya ikatannya tidak begitu baik.Jika temperatur
penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah
lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar.Terjadi reaksi yang
cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan.Dari pengujian
ini dapat dicari daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang
seminim mungkin.

Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah komposisi paduan.
Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan alloys komposisi
eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan yang besar
memiliki fluiditas yang jelek.

Contoh Pola spiral hasil pengujian Fluiditas


Ada beberapa metoda dalam mengukur fluiditas.Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk
rongga cetak yang digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair.Ada rongga cetak yanmg
berbentuk spiral dan ada juga rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang. Pemilihan
metoda ini sangat tergantung

Beberapa bentuk cetakan untuk pengukuran Fluiditas


Dari bentuk benda kerja dan bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan
pengukuran mampu alir dipraktikum ini digunakan metode dengan rongga cetak yang berbentuk
spiral.Meskipun hasil pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh sifat-sifat cetakan,
namun pengukuran tersebut sangat praktis, karena langsung menggambarkan bagaimana mampu
alir logam cair dalam rongga cetak dengan bahan cetakan sebenarnya.Harga fluiditasnya
dinyatakan dengan panjang (dalam mm) spiral yang terisi logam.Atas dasar hal ini, fluiditas juga
dikenal dengan istilah Fluid life.
Cacat-cacat pada Coran
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan
dibagi menjadi 9 kelas, yaitu :
1. Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluas
2. Lubang-lubang
3. Retakan
4. Permukaan kasar
5. Salah alir
6. Kesalahan ukuran
7. Inklusi dan struktur tak seragam
8. Deformasi
9. Cacat-cacat tak nampak
F. Pendekatan, Model dan Metode
1. Pendekatan Pembelajaran : Proses Berpikir ilmiah (Saintifik)
2. Model Pembelajaran : Project Based Learning
3. Metode Pembelajaran : Diskusi

G. Alat, Bahan, Media, dan Sumber Belajar


1. Media Pembelajaran : LCD Projektor, Laptop, dan Bahan Tayang
2. Sumber Belajar : Buku pegangan guru dan Internet

H. Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan - Guru membuka pertemuan dengan salam 10 menit
- Guru mengkondisikan siswa
- Ketua kelas memimpin doa sebelum memulai pembelajaran
- Guru melakukan absensi
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa baik berbentuk pengetahuan proses maupun
pengetahuan produk.

Kegiatan Mengamati
Inti - Guru menjelaskan dan menayangkan materi tentang proses
pengecoran (Metal Casting) melalui Slide di ruang kelas
- Guru memaparkan materi dan diamati oleh siswa
- Peserta didik mengamati dengan seksama apa yang sudah
dijelaskan oleh guru didepan kelas melalui Slide yang
ditayangkan
- Guru mengajak peserta didik untuk mengamati secara
langsung

Menanya
- Guru mengarahkan siswa dengan cara membentuk beberapa
kelompok belajar dalam kelas untuk mengkondisikan situasi
belajar dan juga membiasakan unruk siswa mengajukan
pertanyaan secara aktif.
- Peserta didik membentuk kelompok belajar untuk
mendiskusikan materi yang sudah dijelaskan lalu membuat
kumpulan bahan pertanyaan yang nantinya akan disampaikan
kepada kelompok lain dan juga guru.
- Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
untuk mengajukan pertanyaan pertanyaan ke kelompok lain
- Guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
menjawab pertanyaan yang sudah diajukan oleh anggota
kelompok lain.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Mengumpulkan Informasi/eksperimen
- Guru menugaskan peserta didik untuk mencari dan
mengumpulkan data yang dipertanyakan dari sumber belajar
seperti buku ataupun bisa melalui internet, untuk menjawab
pertanyaan yang sudah diajukan tentang proses pengecoran.
- Peserta didik dalam kelompok mulai untuk berdiskusi
mencari jawaban yang sudah diajukan melalui buku maupun
internet.
- Guru membimbing dan mendampingi siswa dalam
melaksanakan jalannya diskusi dalam mengumpulkan
informasi

Mengasosiasikan
- Guru mengarahkan peserta didik untuk mengasosiasikan hasil
penulusuran atau pencarian data yang sudah dicari oleh
peserta didik melalui buku maupun internet.
- Guru meminta peserta didik untuk menganalisis hasil
pencarian atau pengumpulan data yang sudah peserta didik
cari melalui buku maupun internet.

Mengkomunikasikan
- Guru menugaskan peserta didik untuk menyampaikan atau
mempresentasikan hasil pencarian terkait dengan materi yang
sudah disuruh oleh guru.
- Peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompok didepan
kelas dan kelompok yang lain memperhatikan.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Penutup - Guru mengevaluasi hasil diskusi
- Guru memberikan tugas sebagai kegiatan tindak lanjut 10 menit
- Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan
pada pertemuan berikutnya dan menutup pelajaran
- Peserta didik menutup pembelajaran dengan berdoa
- Guru mengucapkan salam

I. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR


1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Afektif : Observasi
b. Penilaian Kognitif : Tes Tertulis
c. Penilaian Psikomotorik : Unjuk kerja dan hasil kerja
2. Bentuk Instrumen : Uraian, penugasan individu
3. Pedoman Penskoran : Kriteria Penilaian

J. PENILAIAN AFEKTIF
a. Aspek yang Dinilai : Sikap spiritual dan sikap sosial
b. Teknik Penilaian : Observasi (pengamatan)
c. Waktu Penilaian : Selama pembelajaran dan diskusi
d. Instrumen : Observasi
K. RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF

Aspek yang Dinilai Kriteria Pensekoran


A. Indicator Sikap Social “Jujur” : 4 = jika peserta didik melakukan 4
 Tidak berbohong kegiatan tersebut
 Mengembalikan kepada yang 3 = jika peserta didik melakukan 3
berhak jika menemukan sesuatu kegiatan tersebut
 Tidak menyontek/ bekerja 2 = jika peserta didik melakukan 2
sendiri saat mengerjakan tugas kegiatan tersebut
mandiri 1 = jika peserta didik melakukan 1
 Terus terang tidak berbelit kegiatan tersebut
B. Indicator Sikap Social 4 = jika peserta didik melakukan 4
“Disiplin” : kegiatan tersebut
 Tepat waktu saat masuk kelas 3 = jika peserta didik melakukan 3
 Tepat waktu saat mulai belajar kegiatan tersebut
 Tepat waktu saat mengerjakan 2 = jika peserta didik melakukan 2
tugas kegiatan tersebut

 Tepat waktu saat 1 = jika peserta didik melakukan 1

mengumpulkan tugas kegiatan tersebut

C. Indicator Sikap Sosial “Santun”: 4 = jika peserta didik melakukan 4


 Selalu santun bersikap kegiatan tersebut
 Santun berbicara 3 = jika peserta didik melakukan 3
 Santun bertindak kegiatan tersebut

 Santun dalam bergaul 2 = jika peserta didik melakukan 2


kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan 1
kegiatan tersebut
D. Indikator Sikap Sosial 4 = jika peserta didik melakukan 4
“Tanggungjawab”: kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3
 Selalu kegiatan tersebut
mempertanggungjawabkan apa 2 = jika peserta didik melakukan 2
yang dilakukan kegiatan tersebut
 Selalu selesai sesuai tugas yang 1 = jika peserta didik melakukan 1
diberikan kegiatan tersebut
 Tidak pernah ingkar
 Dapat memegang amanah
E. Indikator Sikap Sosial “Kerja 4 = jika peserta didik melakukan 4
Sama” : kegiatan tersebut
 Peduli kepada sesama 3 = jika peserta didik melakukan 3
 Saling membantu dalam hal kegiatan tersebut
kebaikan 2 = jika peserta didik melakukan 2
 Saling menghargai (toleran) kegiatan tersebut

 Ramah dengan siapa saja 1 = jika peserta didik melakukan 1


kegiatan tersebut

L. PEDOMAN PENILAIAN AFEKTIF


Nilai akhir sikap diperoleh berdasarkan modus (skor yang sering muncul) dari keempat
aspek sikap di atas.
Diskripsi Nilai Sikap:
Sangat Baik : apabila memperoleh nilai akhir 4
Baik : apabila memperoleh nilai akhir 3
Cukup : apabila memperoleh nilai akhir 2
Kurang : apabila memperoleh nilai akhir 1
M. FORMAT PENILAIAN AFEKTIF

Sikap
Sikap Sosial
Spiritual
Nama Jumlah

Mensyukuri

Kerja Sama
No

Tanggung
Disiplin
Siswa Skor

Jawab
Jujur
1
2
3
4
5
Dst

N. PENILAIAN KOGNITIF (PENGETAHUAN)


a. Teknik : Tes tertulis, penugasan
b. Bentuk : Uraian, penugasan individu
c. Instrumen : Naskah soal, daftar pertanyaan, kunci jawaban

Bantul, 16 Oktober 2017


Guru

Adi Novianto
NIM. 14518241054

Mengetahui, Verifikasi
Kepala SMK N 1 Pundong Guru Pembimbing

Dra. Elly Karyani Sulistyawati, M.Psi. Drs. Akhmad Zahrowi M.Pd.


NIP 19580118 198603 2 004 NIP 19600610 198403 1 008

Anda mungkin juga menyukai