Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
BAB II ISI .............................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Korosi ..................................................................................................................... 3
B. Macam - macam Korosi ........................................................................................................... 4
C. Proses Terjadinya Korosi ......................................................................................................... 9
D. Dampak dari Terjadinya Korosi ........................................................................................... 10
E. Cara Mencegah Terjadinya Korosi ....................................................................................... 11
F. Pelapisan Cat ........................................................................................................................... 12
1. Komponen Cat .................................................................................................................... 12
2. Jenis – jenis Cat ................................................................................................................... 14
3. Bahan-Bahan dan Komponen dalam Pengecatan............................................................ 14
4. Persyaratan Bahan Cat Sesuai Penggunaan .................................................................... 16
5. Tata Cara Pengecatan Logam ........................................................................................... 17
BAB III................................................................................................................................................. 19
PENUTUP............................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didunia ini terdapat banyak sekali benda atau material, salah satunya adalah
logam. Logam merupakan sebuah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan
memiliki ikatan logam, dan kadang kala dikatakan bahwa ia mirip dengan kation di
awan elektron. Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur yang dibedakan oleh
sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan non-logam.
Dalam dunia perkonstruksian, benda logam sangat sering digunakan. Beberapa
contohnya adalah dalam membangun rumah diperlukan batang baja sebagai rangka
penyangga, penggunaan paku untuk menyambung kayu, dan lain sebagainya. Selain itu
dalam sebuah konstruksi jembatan, hampir 80% material yang digunakan adalah logam.
Logam sering digunakan karena memiliki karakteristik yang kuat, ulet, dan tahan panas.
Namun logam juga memiliki kelemahan, yaitu korosi. Salah satu jenis logam yang
sangat mudah terkena korosi adalah besi dan baja.
Dalam sebuah rancangan, korosi dianggap sebagai salah satu ancaman yang
sangat berbahaya. Karena jika suatu logam terkena korosi maka benda tersebut akan
mengalami pelapukan, akibat terjadi pelapukan maka dimensi atau ukuran benda akan
berkurang, sehingga kekuatan logam tersebut juga akan berkurang. Untuk menghindari
hal tersebut maka dilakukanlah pencegahan korosi pada benda atau material yang
digunakan. Oleh sebab itu, penulis akan membahas bagaimana korosi itu bisa terjadi
dan juga penanganan / pencegahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korosi ?
2. Apa saja macam-macam korosi dan penyebabnya ?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya korosi ?
4. Apa yang dimaksud dengan pelapisan cat?
5. Bagaimana cara melakukan pelapisan cat?

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Korosi
Corotion atau yang sering disebut korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam
umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O,
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Reaksi kimianya adalah :

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. Reaksi kimianya adalah :

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)

atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya,
bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida / besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi ( kembali menjadi senyawa besi oksida ).

3
B. Macam - macam Korosi

Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan
fisik logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada
lingkungannya. Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, menurut Setyowati tahun
2008 korosi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :

1. Korosi merata (uniform corrosion)


Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan
pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance)
2. Korosi celah (crevice corrosion)
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen.
Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah
masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.
3. Korosi galvani (galvanic corrosion)
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam
yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
4. Korosi selektif (selective leaching)
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali
dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih

4
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan
paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pecah pada pipa.
5. Korosi antar kristal (intergranular corrosion)
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam
akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang
terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada
temperatur 425 – 815°C karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan
kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami
korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
6. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosionfatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
inducedhydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan
akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat
rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang
dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena
berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
7. Korosi erosi
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang
disebabkan aliran fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan
lapisan film pelindung. Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang
terjadi pada permukaan logam, misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam
yang mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam
8. Korosi lelah
Merupakan kegagalan logam akibat aksi gabungan beban dinamik dan
lingkungan korosif.

5
9. Korosi sumuran (Pitting corrosion)
Korosi sumuran (pitting corrosion), korosi ini terjadi akibat adanya sistem
anoda pada logam, dimana daerah tersebut terdapat konsentrasi ion Cl– yang tinggi.
Korosi jenis ini sangat berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil,
sedangkan pada bagian dalamnya terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang
tidak tampak.
Mekanisme korosi ini dapat dijelaskan dari Gambar 2.3 dibawah ini. Karena
suatu pengaruh fisik maupun metalurgis (adanya presipitasi karbida maupun inklusi)
maka pada permukaan logam terdapat daerah yang terkorosi lebih cepat dibandingkan
lainnya. Kondisi ini menimbulkan pit yang kecil, pelarutan logam yang cepat terjadi
dalam pit, saat reduksi oksigen terjadi pada permukaan yang rata. Pelarutan logam
yang cepat akan mengakibatkan pindahnya ion Cl–. Kemudian didalam pit terjadi
proses hidrolisis (seperti pada Crevice Corrosion) yang menghasilkan ion H+ dan Cl–.
Kedua jenis ion ini secara bersama – sama mempercepat terjadinya pelarutan logam
sehingga mempercepat terjadinya korosi.

Gambar 1. Mekanisme korosi sumuran

Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu dengan adanya reaksi diatas pada daerah sekitar
sumuran cenderung untuk menekan laju korosi karena daerah tersebut terpasifasi
dengan naiknya pH akibat timbulnya ion OH–. Dengan kata lain sumuran secara
katodik melindungi bagian lain dari permukaan baja. Terkadang pada dasar sumuran,
terdapat larutan terlarut dari garamnya seperti kristal FeCl2.4H2O. Oleh karena korosi
sumuran memiliki kecenderungan untuk terjadi dibawah permukaan sehingga
mengakibatkan kerusakan yang lebih hebat dibandingkan dengan dipermukaan,
sehingga dapat dikatakan korosi sumuran sebagai perioda perantara terjadinya korosi
merata.

6
Macam-macam bentuk pitting. Berikut ini adalah macam-macam bentuk dari korosi
sumuran:

Gambar 2. macam-macam bentuk korosi sumuran.

Cara mencegah agar tidak terjadinya proses korosi sumuran (pitting corrosions), yaitu:
1. Meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi genangan air pada
permukaan logam
2. Melapisi permukaan logam dengan pelindung atau lazim disebut coating baik organic
maupun yang organic
3. Penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungannya
4. Merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab dampak korosi
5. Pemasangan seng anode yang sesuai dengan kondisi dimana korosi tersebut terjadi

10. Korosi retak tegang (Stress corrosion cracking)


Korosi retak tegang (SCC) adalah peristiwa pembentukan dan perambatan
retak dalam logam yang terjadi secara simultan antara tegangan tarik yang bekerja
pada bahan tersebut dengan lingkungan korosif. Proses korosi retak tegang (SCC)
dapat terjadi dalam beberapa menit jika berada pada lingkungan korosif atau beberapa
tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi karena adanya serangan korosi terhadap
bahan. Korosi retak tegang (SCC) merupakan kerusakan yang paling berbahaya,
karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya.

7
Gambar 3. macam-macam stress corosi cracking

Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tensile, torsion, compression, maupun
thermal) dan lingkungan yang korosif maka Stainless Steel cenderung lebih cepat
mengalami korosi.

Karat yang menyebabkan berkurangnya penampang luas efektif permukaan


Stainless Steel menyebabkan tegangan kerja (working stress) pada Stainless Steel
akan bertambah besar. Korosi ini meningkat jika bagian yang mengalami tekanan
(stress) berada di lingkungan dengan kadar klorida tinggi.

Jenis korosi yang paling umum terjadi pada stainless steel dalam aplikasi
farmasi dan bioteknologi adalah korosi sumuran pada lingkungan bantalan-
klorida. Peningkatan kadar Cr, Mo dan N di stainless steel duplex 2205 secara
substansi lebih tahan terhadap korosi pitting dan korosi celah daripada 316 L.
Resistensi pitting relatif dari stainless steel dapat ditentukan dengan mengukur suhu
yang diperlukan untuk menghasilkan pitting (pitting suhu kritis) dalam larutan uji
standar seperti besi klorida 6%. Stainless steel duplex 2205 memiliki suhu kritis
pitting (CPT) di antara tipe 316 L dan Super austenitik stainless steel 6% Mo. Perlu
dicatat bahwa pengukuran CPTs dalam larutan klorida memberikan peringkat yang
dapat diandalkan dari ketahanan pitting klorida relatif, tetapi seharusnya tidak
digunakan untuk memprediksi suhu pitting kritis dalam lingkungan bantalan-klorida
lainnya (Fritz, 2011).

Pada suhu di atas 150oF (60oC) kombinasi dari tegangan tarik dan klorida dapat
dengan mudah memecahkan kelas 316L. Mode katastropik serangan disebut korosi
stres retak klorida dan harus dipertimbangkan ketika memilih bahan untuk proses

8
stream panas. 316L tipe yang harus dihindari untuk aplikasi yang melibatkan klorida
dan suhu 150oF dan lebih tinggi. 2205 duplex stainless steel tahan SCC (Stress
Corrosion Cracking) dalam larutan garam sederhana sampai dengan suhu minimal 250
F (Fritz, 2011).
Perbandingan properti mekanik antara stainless steel duplex 2205 dengan austenit
316L:

C. Proses Terjadinya Korosi


Korosi yang terjadi pada baja pondasi bangunan bisa terjadi karena beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Besi baja yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi.
2. Adanya air dari hasil sisa-sisa reaksi antara air dan semen.
3. Tembok atau beton yang menggunakan besi baja tidak kedap air.

Jika besi baja pondasi yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak
diproteksi, akan menimbulkan resiko korosi pada besi baja tersebut. Ada berbagai cara
untuk terjadi korosi pada baja tulangan. Air dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke
tulangan melalui 2 cara, melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui
pori-pori beton karena beton tidak kedap air. Bila ada sisa-sisa air yang tidak ikut
tereaksikan pada saat pencampuran semen dengan air. Air yang tertinggal bisa mengenai
baja tulangan dan akan menyebabkan korosi pada baja tulangan yang tidak diproteksi
karena unsur-unsur yang ada pada air akan bereaksi dengan baja yang akan menyebabkan
baja menjadi terkorosi.

Gambar 5. Mekanisme terjadinya korosi

9
Tembok atau beton yang menggunakan struktur besi baja yang tidak kedap air juga
dapat menimbulkan korosi pada besi baja, hal ini memungkinkan air yang ada diluar
tembok atau tergenang di atas tembok dapat masuk kedalam tembok atau beton, setelah
air sampai di daerah besi baja maka besi baja akan bereaksi dengan air yang masuk dari
luar tembok dan akan menghasilkan proses korosi.
Korosi yang terjadi pada besi baja bisa menimbulkan cracking pada tembok atau
beton, hal ini dikarenakan adanya seolah-olah penebalan pada permukaan baja tulangan
akibat adanya produk korosi yang berupa oksida. Pada saat terjadi penebalan ini, pada
tingkatan yang parah tembok atau beton tidak akan sanggup menahan laju penebalan ini
sehingga terjadilah cracking pada paermukaan tembok atau beton.

D. Dampak dari Terjadinya Korosi

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada
tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi
sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya
yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai
tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi
dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian
korosi secara baik bidang indusri.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi,
terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar
atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada
alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya
adalah :
1. Adanya kerugian teknis dan depresiasi
2. Menurunnya efisiensi
3. Menurunnya kekuatan konstruksi
4. Apperance yang buruk
5. Marat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance

10
Selain menimbulkan kerugian korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya
pabrik cat (coating), adanya pekerjaan cathodic protection.
Untuk memilih material agar dampak negatif dari korosi dapat dikurangi dijelaskan
sebagai berikut:
1. Ketahanan korosi, yang dimaksud disini adalah tingkat kemungkinan bertahannya
material di lingkungan yang korosif.
2. Availibility, faktor ketersediaan. Material dengan jumlah ketersediaan yang terbatas
akan menimbulkan kesulitan dalam hal kapasitas produksi.
3. Cost, Dalam memilih material diusahakan agar biaya material bisa ditekan sekecil
mungkin.
4. Strength, Apabila kekuatan material tidak bisa dipenuhi maka material yang telah
dipilih tidak dapat dipakai.
5. Appearance, sifat material akan bertambah signifikan jika dipergunakan untuk
memproduksi barang – barang yang bersifat eksotis.
6. Produksibilitas, perlu dianalisa bisa tidaknya dibuat sesuai fungsi barang yang akan
dibuat

E. Cara Mencegah Terjadinya Korosi


Pencegahan korosi didasarkan pada tiga prinsip berikut :
1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi
dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan
krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis
pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat
mampercepat proses korosi.
2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam
lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem

11
jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara
berkala harus dikontrol dan diganti.
3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

F. Pelapisan Cat
Cat adalah merupakan cairan kental yang terdiri dari komponen resin, pigment,
solvent, dan additves yang apabila dicampurkan bersama akan membentuk suatu
konsistensi yang merata. Cat biasanya dilarutkan dengan thinner, agar mudah
penggunannya. Dalam hal ini cat tipe dua komponen, ditambahkan dengan hardener.

1. Komponen Cat
Cat terbentuk dari beberapa komponen penyusun yaitu:
a. Resin (zat perekat)
Resin adalah unsur utama cat yang berbentuk cairan kental dan
transparan yang membentuk film atau lapisan setelah diaplikasi pada suatu
obyek dan mengering. Kandungan resin mempunyai pengaruh langsung pada
kemampuan cat seperti misalnya: kekerasan, ketahanan solvent serta ketahanan
cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas akhir misalnya tekstur, kilap
(gloss), adhesi suatu cat, serta kemudahan penggunaan diantaranya waktu
pengeringan.
b. Pigmen (zat pewarna)
Pigment adalah suatu bubuk yang telah digiling halus yang diperoleh
dari batu-batuan mineral atau buatan (syntetic). Pigment ini memberi warna
dan daya tutup pada cat dan ikut menentukan ketahanan cat. Pemberian zat
warna pada cat tergantung pada fungsi catnya. Pada cat dasar primer zat
pewarna berfungsi membantu menahan karat. Zat warna pada dempul
membantu membentuk lapisan tebal dan mudah diamplas. Sedangkan pada cat
akhir zat warna memberikan efek pewarnaan yang tahan lama. Pigment atau
zat warna terbagi menjadi :
 Pigment warna, berfungsi menambah warna pada cat dan menghasilkan
daya tutup pada permukaan yang dicat.
 Pigment terang berfungai menambah wrana-warni metalik pada cat.

12
 Pigment extender, berfungsi menambah kekuatan cat pada bodi,
menghasilkan viscositas dan mencegah pengendapan.
 Pigment pencegah karat, dipergunakan terutama pada cat dasar untuk
membantu mencegah karat pada plat dasar.
 Pigment flatting, digunakan untuk mengurangi kilap pada cat, terutama
pada cat jenis doof.

c. Solvent (Pengencer)
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan
mempermudah pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat.
Solvent sangat cepat menguap apabila cat diaplikasi. Kegunaan solvent
(thinner) ini untuk mengencerkan campuran pigment (zat pewarna) dan resin
(zat perekat) sehingga menjadi agak encer dan dapat disemprotkan selama
proses pengecatan. Thinner juga menurunkan kekentalan cat sampai tingkat
pengenceran tertentu yang tepat untuk pengecatan dengan kuas, semprot atau
roll.Thinner menguap sesaat setelah cat disemprotkan, thinner akan menguap
dan meninggalkan resin dan pigment yang kemudian kedua zat tersebut akan
membentuk lapisan yang keras.

d. Additif
Additif adalah suatu bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil
untuk meningkatkan kemampuan cat sesuai tujuan atau aplikasi cat. Berbagai
tipe bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil untuk
meningkatkan kemampuan cat sesuai dengan tujuan atau aplikasi cat. Zat
additif berfungsi untuk :
 mencegah terjadinya buih pada saat penyemprotan (anti foaming),
 mencegah terjadinya pengendapan cat pada saat dipergunakan
(antisetting )
 meratakan permukaan cat sesaat setelah disemprotkan (flow additif),
 menambah kelenturan cat, dll.

13
2. Jenis – jenis Cat
Jenis cat dapat dibagi menjadi tiga macam menurut metode pengeringannya (drying
atau curing) yaitu :
a) Heat Polymerization (Jenis Bakar )
Heat Polymerization adalah tipe one component yang mengeras apabila
dipanaskan pada temperatur tinggi kira-kira 1400C (2840F). Cat jenis ini apabila
dipanaskan pada suhu antara 1400C. Maka suatu reaksi kimia berlangsung di dalam
resin, mengakibatkan cat mengering dan struktur hubungan menyilang yang
dihasilkan begitu rapatnya sehingga setelah cat mengering seluruhnya cat tidak
akan larut oleh thinner.
b) Jenis Urethane (jenis two component)
Cat ini disebut urethane karena alkohol (OH) yang terkandung di dalam
komponen utama dan isocyanate yang terkandung di dalam hardener bereaksi
membentuk struktur hubungan menyilang (cross linking) yang disebut tingkatan
urethane. Cat ini menghasilkan kemampuan cooting yang baik termasuk ketahanan
kilap, cuaca, solvent. Serta tekstur yang halus akan tetapi cat ini mengeringnya
lambat sehingga diperlukan drying equipment untuk mengeringkan dengan benar.
c) Jenis Lacquer (solvent evaporation)
Cat jenis ini mengering dengan cepat sehingga mudah penanganannya, tetapi
tidak banyak digunakan sebanyak yang tersebut di atas. Karena tidak sekuat cat-cat
jenis two component yang kini banyak digunakan.

3. Bahan-Bahan dan Komponen dalam Pengecatan


Bahan–bahan yang digunakan dalam pekerjaan pengecatan antara lainsebagai berikut :
a. Cat Primer
Cat primer adalah lapisan cat yang digunakan sebagai cat dasar permukaan plat
yang berfungsi untuk memberikan ketahanan terhadap karat, meratakan adesi /daya
lekat diantara metal dasar (sheet metal) dan lapisan (coat) berikutnya. Primer
digunakan dalam lapisan yang sangat tipis dan tidak memerlukan pengamplasan.
Dalam teknik pengecatan cat primer ada 4 jenis, yaitu :
 Wash primer, sering disebut etching primer, jenis ini terdiri dari bahan utama
vynil butyral resin dan zinchromate pigment anti karat, dengan demikian
primer ini mampu mencegah karat pada metal dasar.

14
 Lacquer primer, terbuat dari bahan nitrocellulose dan alkyd resin.Cat primer
ini mudah dalam penggunaan dan cepat kering.
 Urethane primer, terbuat dari bahan utama alkyd resin.Merupakan resin yang
mengandung polyisociate sebagai hardener. Cat primer jenis ini memberikan
ketahanan karat dan mempunyai daya lekat (adhesi) yang kuat.
 Epoxy primer, cat primer jenis ini mengandung amine sebagai hardener.
Komponen utama pembentuknya adalah epoxy resin. Epoxy primer
memberikan ketahanan terhadap karat dan mempunyai daya lekat yang sangat
baik.
b. Dempul/ Putty
Dempul/putty adalah lapisan dasar (under coat) yang digunakan untuk mengisi
bagian yang penyok dalam dan besar atau cacat-cacat pada permukaan benda kerja.
Dempul juga dipergunakan dengan maksud untuk memberikan bentuk dari benda
kerja apabila bentuk benda kerja sulit dilakukan. Setelah mengering dempul dapat
diamplas untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Dempul dapat digolongkan
menjadi tiga macam menurut penggunaannya, yaitu :
 Polyester putty, sering juga disebut dempul plastik. Dempul ini menggunakan
organic peroxide sebagai hardener dan mengandung banyak pigment sehingga
dapat membentuk lapisan yang tebal dan mudah diamplas. Dempul jenis ini
menghasilkan tekstur yang keras setelah mengering. Biasanya dempul ini
diulaskan dengan menggunakan kape dempul dan dipergunakan untuk
menutup cacat yang parah atau untuk memberi bentuk pada bidang.
 Epoxy putty, dempul ini mempunyai ketahanan yang baik terhadap karat dan
mempunyai daya lekat yang baik terhadap berbagai material dasar. Bahan
utama dempul ini adalah epoxy resin dan amine sebagai hardener. Oleh karena
itu proses pengeringan dempul ini lama, dengan pemanasan paksa
menggunakan oven pengering. Dempul ini dapat diulaskan dengan kap dempul
atau disemprotkan.
 Lacquer putty, dempul ini dapat disemprotkan secara tipis-tipis Untuk
menutupi lubang kecil atau goresan-goresan pada komponen. Bahan utama
pembentuknya adalah Nitrocellulose dan acrylic resin.

15
c. Surfacer
Surfacer adalah lapisan (coat) kedua yang disemprotkan diatas primer, putty atau
lapisan dasar (under coat) lainnya. Surfacer mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mengisi penyok kecil atau goresan kertas.
2. Mencegah penyerapan top coat
3. Meratakan adesi diatas under coat dan top coat

d. Cat warna/ Top coat


Peranan dari pada cat warna atau top coat adalah cat akhir yang memberi warna,
kilap, halus bersamaan dengan meningkatkan kualitas serta menjamin keawetan
kualitas tersebut.
e. Thinner/ Solvent
Thinner atau solvent berwarna bening dan berbau khas menyengat hidung. Zat cair
ini mengencerkan campuran zat pewarna dan zat perekat hingga menjadi agak encer
dan dapat dikerjakan selama pembuatan cat.Thinner juga menurunkan kekentalan
cat agar mendapatkan viscositas yang tepat untuk pengecatan.
f. Hardener
Hardener adalah suatu bahan yang membantu mengikat molekul di dalam resin
sehingga membentuk lapisan yang kuat dan padat untuk melarutkan hardener agar
memperoleh viscositas yang baik . Hardener ditambahkan pada komponen utama
dari cat dua komponen yaitu acrylic atau polyester resin.
g. Clear / Gloss
Clear/gloss digunakn sebagai cat pernis akhir pada pengecatan sistem dua lapis
untuk memberikan daya kilap dan daya tahan gores terhadap cat warna dasar
metalik.

4. Persyaratan Bahan Cat Sesuai Penggunaan


a) Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus mengikuti ketentuan sbb :
 Alkali Resisting Primer / Alkali Resistant Sealer untuk cat interior dan eksterior
pada bidang permukaan plesteran, beton, gypsum, kalsiboard.
 Alumunium Wood Primer Sealer dan/atau wood filler untuk bidang permukaan
kayu, plywood, dan sejenisnya.

16
 Quick-Drying Metal Primer Chromate / Zinc Chromate Primer untuk bidang
permukaan besi dan logam lainnya.

b) Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus mengikuti ketentuan sbb :
 Vynil Acrylic Emulsion / Acrylic Emulsion untuk cat interior pada bidang
permukaan plesteran, beton, gypsum, kalsiboard, dan sejenisnya.
 Acrylic Emulsion Exterior Grade Fungi / Acrylic Resin / Weathershield untuk
cat eksterior pada bidang permukaan plesteran, beton, atau lainnya.
 Vynil Acrylic Solvent untuk cat pada bidang permukaan kayu, plywood, dan
sejenisnya.
 Synthetic Super Gloss / Synthetic Enamel untuk cat pada bidang permukaan besi
dan logan lainnya.

c) Persyaratan Lain
 Semua material cat, baik cat dasar cat akhir maupun bahan pengencernya, harus
merupakan produk asli keluaran satu produsen yang sama, seperti : ICI ,
MOWILEX, Dana Paint, Putra Mataram, atau setara.
 Tidak dibenarkan melakukan pencampuran cat sendiri (meng-oplos) atau
menggunakan material yang berbeda dengan yang telah ditentukan/ disyaratkan
oleh produsen.

5. Tata Cara Pengecatan Logam


Tata cara ini memuat tentang cara pengecatan pada permukaan logam dan cara
penanggulangan terhadap kegagalan dalam pengecatan.

Pengecatan Logam
Pengecatan logam adalah pelapisan permukaan dengan bahan cat untuk
menahan karat, meniadakan warna dasar serta memberikan pandangan yang indah dan
merupakan pertahanan terhadap pengaruh pengaruh destruktif terhadap cuaca. Bahan
cat yang diperlukan :

17
- Cat dasar (primer) dan cat antara (under coat) tidak boleh mengulit, mengandung
endapan, meng-gumpal, mengeras, adanya pemisahan warna dan bahan asing lain
dalam waktu 10 menit dapat mudah diaduk menjadi campuran yang serba sama.
- Cat tutup (top coat) menggunakan pengencer organik (alkyd, vinyl, epoxy, minyak,
phenolic, rubber base, polyurethan dan acrilic) tidak boleh ada gel, endapan keras
kering, dan waktu pengeringan maksimum 6 jam. Peralatan yang digunakan harus
bersih dan kering yang terdiri dari kwas atau alat semprot angin, sikat kawat, lap
bersih, pengaduk dari kayu atau besi, kertas amplas besi no. 3 atau amplas Duco
No. 120 -800 dan kaleng kosong.
Pelaksanaan pengecatan dilakukan sebagai berikut:
Besi dan Baja baru (belum pernah dicat) dibersihkan dengan cara mencuci
dengan white spirit atau solvent kemudian di lap. Hilangkan karat dan kerak dengan
cara mengerok atau menggosok dengan sikat kawat atau sand blasting kemudian
dilakukan pengecatan dengan cat dasar, cat antara dan cat tutup. Besi dan Baja yang
sudah pernah di cat, dibersihkan permukaan dari kotoran, di kerok dengan sikat kawat
atau sand blasting bagian bagian cat yang telah rusak, kemudian pengecatan dengan cat
dasar, cat antara dan cat tutup. Seng dan besi/baja galvanis yang permukaannya masih
baru tidak memberikan pegangan secara baik untuk itu dibiarkan selama beberapa bulan
atau permukaan dikasarkan dengan bahan kimia atau diberi cat dasar khusus. Bersihkan
permukaan dari kotoran. Jika sudah pernah dicat bersihkan cat yang sudah rusak dengan
cara mengerok menggunakan sikat kawat. Bagian yang telah bersih dari cat lama segera
diberi cat dasar khusus.
Penanggulangan kegagalan dalam pengecatan
Bila menggelembung, kerok cat yang menggelembung dan haluskan
permukaan, kemudian diberi cat baru. Bila berbintik, ditunggu sampai kering
sempurna. Setelah kering digosok dengan amplas halus dan dibersihkan, kemudian
diberi cat baru sampai rata. Bila retak-retak, di kerok seluruh lapisan cat, dihaluskan
dan dibersihkan kemudian beri lapisan cat baru. Bila warna berubah, dipilih jenis cat
lain, dan dilapisi dengan cat dasar tahan alkali. Bila sukar mengering, seluruh lapisan
cat di kerok dan bersihkan, dan dicat ulang dengan cat tahan alkali. Bila terdapat garis-
garis bekas kuas, digosok dengan amplas dan dibersihkan kemudian dicat ulang secara
benar. Bila daya tutup kurang, pengecatan diulangi hingga rata. Bila lapisan cat
menurun pada beberapa tempat, cat dibiarkan mengering, dan bagian cat yang menurun
diratakan dengan amplas, kemudian pengecatan diulangi.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Corotion atau yang sering disebut korosi adalah kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Macam – macam korosi yaitu korosi merata (uniform corrosion), korosi celah
(crevice corrosion), korosi galvani (galvanic corrosion), korosi selektif (selective
leaching), korosi antar kristal (intergranular corrosion), korosi retak tegang (stress
corrosion cracking), korosi erosi, korosi lelah, korosi sumuran (pitting corrosion),
korosi retak tegang (stress corrosion cracking).
Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan :
 Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air, dapat dilakukan dengan cara
memberikan lapisan di bagian luarnya.
 Perlindungan katoda (pengorbanan anoda).
 Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat
Cat adalah merupakan cairan kental yang terdiri dari komponen resin, pigment,
solvent, dan additves yang apabila dicampurkan bersama akan membentuk suatu
konsistensi yang merata. Komponen cat adalah resin (zat pengikat), pigmen (zat
pewarna), solvent (pelarut), Additif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ega, Sadega. 2013. “Makalah Korosi”. http://wwwmakalahkimiadasar.blogspot.co.id


/2015/10/makalah-korosi.html (diakses tanggal 16 April 2017)

Edie. 2011. “Pengecatan/Painting”. http://edie666.blogspot.co.id/2011/06/


pengecatanpainting.html (diakses tanggal 16 April 2017)

Rhio, Yakobus. 2015. “Makalah Tentang Korosi”. http://yakobusrw.blogspot.co.id/2015/01/


makalah-tentang-korosi_1.html (diakses tanggal 16 April 2017)

Dikaputra. 2014. “7 Cara Pencegahan Korosi Besi”.


http://oninfoku.blogspot.co.id/2014/01/7-cara-pencegahan-korosi-besi.html (diakses tanggal
16 April 2017)

20

Anda mungkin juga menyukai