KARAKTERISTIK, PRODUKSI,
TEKNOLOGI, DAN ANALISIS EKONOMI
SERTA LINGKUNGAN LPG
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Agasta Prio Prasetyo (1306415926)
Agum Gumelar S. (1206201914)
Danar Aditya (1206263401)
Rahmatika Alfia Amiliana (1306370562)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KARAKTERISTIK, PRODUKSI, TEKNOLOGI, DAN ANALISIS
EKONOMI SERTA LINGKUNGAN LPG” ini. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain adalah untuk memenuhi tugas kelas Pengolahan Minyak Bumi
dan untuk memberikan suatu gambaran mengenai karakteristik, produksi, dan
teknologi yang digunakan untuk memproduksi LPG, serta analisis ekonomi dan
lingkungan LPG
Penulis mendasarkan makalah ini pada pembelajaran proses produksi,
karakteristik, teknologi dan analsisis ekonomi LPG selama di kelas melalui diskusi
kelompok dan literatur. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada Prof. Dr., Ir., Nelson Saksono, MT., selaku dosen pengajar dalam mata
kuliah Pengolahan Minyak Bumi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan di
kelas Pengolahan Minyak Bumi atas kerja sama selama diskusi di kelas.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam
makalah ini dan penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang akan membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.2.2. Produk LPG .................................................................................................... 31
4.2.3. Bahaya Fisik dan Kesehatan LPG ................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 35
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
KARAKTERISTIK LPG
1.1 Pendahuluan
LPG (Liquified Petroleum Gasses) merupakan bahan bakar berupa gas yang
dicairkan dari produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan
tinggi. Fraksi yang digunakan sebagai umpan dapat berasal dari beberapa sumber
yaitu dari gas alam maupun Gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End).
Komponen utama LPG terdiri dari Hidrokarbon ringan berupa Propana (C3H8) dan
Butana (C4H10), serta sejumlah kecil Etana (C2H6,) dan Pentana (C5H12). Sebagian
kecil konsentrasi dari hidrokarbon lain juga terdapat pada LPG dimana komposisi
hidrokarbon tersebut bergantung pada sumber LPG dan pengolahan produksi yang
dilakukan. LPG mempunyai rata-rata nilai kalori 21.000 BTU/lb.
LPG merupakan gas yang berada pada tekanan atmosfer dan temperatur
normal, tetapi dapat dicairkan ketika tekanan sedang (moderate) digunakan atau
ketika temperatur cukup berkurang. Perubahan wujud menjadi cair akan
mempermudah dengan proses pengemasan, penyimpanan, penyaluran, dan
pemanfaatan sehingga LPG menjadi sumber energi ideal untuk berbagai aplikasi.
LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri. LPG
terutama digunakan oleh masyarakat tingkat menengah keatas yang kebutuhannya
semakin meningkat dari tahun ketahun karena termasuk bahan bakar yang ramah
lingkungan. Sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, LPG harus
memenuhi beberapa persyaratan khusus dengan tujuan agar aman dipakai dalam arti
tidak membahayakan bagi si pemakai dan tidak merusak peralatan yang digunakan
serta effisien dalam pemakaiannya.
Oleh sebab itu untuk menjaga faktor keselamatan, LPG dimasukan ke dalam
tabung yang tahan terhadap tekanan yang terbuat dari besi baja dan dilengkapi
dengan suatu pengatur tekanan. Disamping itu untuk mendeteksi terjadinya
1
kebocoran LPG, maka LPG sebelum dipasarkan terlebih dahulu ditambahkan zat
pembau (odor) sehingga apabila terjadi kebocoran segera dapat diketahui. Pembau
yang ditambahkan harus melarut sempurna dalam LPG, tidak boleh mengendap.
Untuk maksud itu digunakan etil merkaptan (C2H5SH) atau butil merkaptan
(C4H9SH). Sedangkan dibidang industri produk elpiji digunakan sebagai pengganti
freon, aerosol, refrigerant / cooling agent, kosmetik dan dapat pula digunakan
sebagai bahan baku produk khusus.
2
ringan dari air. LPG cair cukup ringan sekitar setengah dari berat air. Uap yang
dihasilkan LPG memiliki densitas sekitar 1,9 kali dari udara. Jika kebocoran terjadi,
uap LPG yang lebih berat dari udara akan mengalir di sepanjang permukaan tanah
dan tersimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, ruangan yang
digunakan untuk menyimpan tabung LPG harus memiliki tingkat ventilasi memadai
yang diletakkan rata dengan tanah atau dinaikkan sedikit. Hal ini dimaksudkan
apabila ada kebocoran LPG, gas tersebut bisa cepat keluar dan bercampur dengan
udara bebas.
c. Laju Ekspansi Termal
Laju ekspansi termal LPG sekitar 10 kali lipat dari air. Cairan tidak dapat
dikompresi sehingga parameter tersebut menjadi unsur penting untuk menentukan
cara penyimpanan, penanganan, dan pengisian. Tabung tidak boleh diisi melebihi
85% dari volume internal. Ketika katup dari LPG dibuka, tekanan di dalam tabung
berkurang dan cairan mulai menguap (mendidih) pada tekanan rendah. Penguapan ini
menyebabkan suhu gas akan menurun. Jika off-take gas terlalu tinggi, suhu gas akan
turun hingga dibawah 0oC dan es akan mulai terbentuk pada bagian bawah dinding
luar tabung. Propana dan butana yang memiliki titik didih sekitar -42,1oC dan -0,5oC
akan mengalami pemisahan. Propana akan terus mendidih sementara butana tetap
dalam bentuk cair pada suhu di bawah titik didih -0,5oC.
d. Warna
LPG tidak berwarna baik dalam fase cair atau uap. Jika kebocoran terjadi,
penguapan cairan pada LPG akan mendinginkan atmosfer dan terkondensasi menjadi
uap air. Uap air akan membentuk kabut putih yang dapat dilihat sebagai tanda bahwa
terjadi kebocoran.
e. Bau (odor)
LPG memiliki bau yang sangat samar sehingga perlu dilakukan penambahan
zat pembau agar kebocoran dapat dideteksi. Pembau yang ditambahkan harus melarut
sempurna dalam LPG dan tidak boleh mengendap. Pembau yang digunakan adalah
etil merkaptan (C2H5SH) atau butil merkaptan (C4H9SH).
f. Toksisitas (Toxicity)
3
LPG tidak beracun, tetapi apabila terjadi kebocoran dengan konsentrasi
sekitar 2-3% di udara dapat menyebabkan anestesi yang dapat mengakibatkan pusing
dan pingsan. Apabila kebocoran terjadi di ruang tertutup, uap LPG dapat
menggantikan oksigen di ruangan tersebut dan yang dapat mengakibatkan gangguan
saluran pernapasan pada orang yang ada di dalamnya.
g. Flammability
Ketika LPG bercampur dengan udara, campuran high flammable dapat
terbentuk. Kisaran flammability antara 2%-11% dari volume gas di udara. Jangkauan
ledakan ini lebih sempit dari bahan bakar gas lainnya.
h. Calorific Value
Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan
panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar
sempurna disebut nilai kalor bahan bakar. Calorific value juga merupakan jumlah
panas atau energi yang dihasilkan yang diukur sebagai gross calorific value dan net
calorific value. Gross calorific value mengasumsikan semua air yang dihasilkan
selama proses pembakaran sepenuhnya terkondensasi. Net calorific value
mengasumsikan air yang dihasilkan bersama dengan produk pembakaran tidak
sepenuhnya terkondensasi.
Sebagian besar peralatan pembakaran gas tidak dapat memanfaatkan
kandungan panas dari uap air sehingga gross calorific value tidak dijadikan acuan.
Bahan bakar dibandingkan berdasarkan nilai net calorific value, terutama untuk gas
alam, karena peningkatan hasil kandungan hidrogen dalam air yang tinggi selama
pembakaran.
i. Pembakaran
Reaksi pembakaran LPG dapat meningkatkan volume produk dan mampu
menghasilkan panas. LPG membutuhkan hingga 50 kali dari volume udaranya untuk
pembakaran sempurna.
Untuk LPG (Liquified Petroleum Gas) reaksinya seperti berikut :
C3H8 + C4H10 + 11,5O2 -> 7CO2 + 9H2O
4
BAB 2
PROSES PRODUKSI LPG
5
bentuk cair. Kemampuan recovery dari teknik ini adalah sekitar 75%. (Elvers,
Barbara 2008).
2.1.2. Refrijerasi
Teknik ini umum digunakan untuk recovery gas LPG dari gas alam. Prinsip
dari teknik ini didasari oleh pendinginan dari aliran gas dan LPG akan didapatkan.
Fraksi yang telah dilakukan proses recovery akan difraksionasikan kembali untuk
mendapatkan komponen LPG yang kita inginkan.
Gas umpan terlebih dahulu diturunkan kadar airnya dengan cara dehidrasi
dengan glikol. Glikol mengikat air dari gas umpan, sehingga kecenderungan gas
untuk membentuk hidrat selama proses pengembunan LPG dapat ditekan. Glikol
yang telah jenuh dengan air dapat dipulihkan kembali dengan cara pemanasan
sebelum dikembalikan ke proses pemisahan LPG.
Gas alam umpan yang telah terdehidrasi selanjutnya diumpankan ke unit
chiller, dimana gas didinginkan oleh refrijeran. Pendinginan ini menyebabkan
terbentuknya tiga fasa, yaitu larutan glikol-air, campuran hidrokarbon cair yang
terutama terdiri dari LPG yang melarutkan gas-gas ringan, serta fasa gas hidrokarbon
ringan yang tidak terembunkan.
6
Larutan gliko-air dikembalikan ke unit pemekatan glikol. Aliran gas ringan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan utilitas pabrik. Aliran
hidrokarbon cair selanjutnya diumpankan ke kolom distilasi untuk dikurangi kadar
gas ringannya. Pengurangan kadar gas ringan ini berlangsung pada temperatur
rendah, yaitu sekitar 30oF. Produk LPG diperoleh sebagai produk bawah dari kolom
distilasi ini.
7
gas-gas C3 – C4 terlepas ke puncak kolom dan keluar sebagai gas produk. Gas produk
ini kemudian dikompresi sehingga mengembun menjadi LPG.
2.1.4. Adsorpsi
Adsorben digunakan pada proses ini sehingga molekul gas terikat pada
permukaan. Adsorben yang umum digunakan adalah silica gel, activated carbon dan
alumina. Kemampuan recovery dengan proses ini jauh lebih rendah dibandingkan
proses yang sudah disebutkan diatas.
8
2.2. Produksi LPG
LPG dapat diproduksi dengan cara fraksinasi gas alam cair dan distilasi minyak
mentah, catalytic cracking, delayed coker, dan hydrocracking. Proses produksi LPG
dimulai dengan menghilangkan gas asam dan diproses dalam unit ekstraksi kemudian
diproses lebih lanjut pada unit fraksinasi dan proses akhirnya menghilangkan
pengotor melalui product treatment plant. Skema dari proses tersebut dapat dilihat
pada diagram di bawah
9
Gambar 5. Skema proses pengolahan LPG
10
Gambar 6. Unit fraksinasi pada proses produksi LPG
a. De-ethanizer
Dalam proses perolehan LPG terdapat empat kolom utama yang digunakan.
Pada tahap pertama, kolom yang digunakan adalah kolom de-ethanizer. De-ethanizer
berfungsi untuk memisahkan gas metana dan etana dari gas-gas yang lainnya. Gas
metana dan etana dihasilkan sebagai produk atas pada kolom de-ethanizer. Kedua gas
tersebut dibiarkan berada pada fase uap sehingga kondenser tidak diperlukan karena
tidak ada suatu keperluan tertentu untuk mencairkan kedua gas tersebut, terutama
dengan kandungan yang sedikit,.
Dalam de-ethanizer ini, 100% metana dan etana yang terkandung dalam feed
dapat dipisahkan dan meninggalkan kolom melalui bagian atas. Produk ini
selanjutnya akan digunakan secara internal sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
uap yang digunakan pada reboiler. Panas dikirimkan ke kolom dengan menggunakan
pompa reboiler. Hidrokarbon yang lebih berat daripada etana akan meninggalkan
kolom sebagai produk bawah dengan fasa cair untuk selanjutnya dikirim ke kolom
de-butanizer.
11
b. De-butanizer
De-butanizer digunakan pada proses selanjutnya karena produk bawah dari
kolom de-ethanizer mengandung propana (2% fraksi massa) dan butana (5% fraksi
massa) dalam jumlah kecil. Dengan demikian, proses selanjutnya hanya
membutuhkan kolom dan beban reboiler yang lebih kecil sehingga proses berjalan
secara lebih ekonomis dan efisien.
Sebelum memasuki kolom de-butanizer, produk bawah de-ethanizer
diekspansikan dari 26 bar hingga 17 bar dan masuk ke de-butanizer dalam fasa
campuran. Umpan ini kemudian dipisahkan hingga menghasilkan propana dan butana
sebagai produk atas dan hidrokarbon yang lebih berat (C5+) sebagai produk bawah.
Produk atas tersebut seluruhnya dikondensasikan dalam kondenser dan kondensat
yang terbentuk ditampung dalam reflux drum. Reflux drum digunakan untuk
menghindari kavitasi pada pompa. Pada kolom ini panas dihasilkan oleh reboiler dan
disirkulasikan oleh pompa sirkulasi reboiler. Sekitar 100% propana dan 99% butana
dapat di-recovery dari umpan sebagai produk atas pada kolom de-butanizer. Aliran
ini meninggalkan kolom dan dikirimkan ke kolom de-propanizer unutk memisahkan
propana dan butana. Sementara itu, produk bawah yang terdiri dari pentana dan
hidrokarbon lain yang lebih berat akan disimpan sebagai natural gasoline. Produk
bawah tersebut akan didinginkan oleh heat exvhanger sebelum dikirimkan ke tampat
penyimpanan karena produk bawah memiliki suhu tinggi (>200°C).
c. De-propanizer
Pada tahap selanjutnya, aliran propana dan butana memasuki kolom de-
propanizer sebagai umpan berfasa campuran setelah sebelumnya diekspansikan dari
16 bar hingga menjadi 10 bar. Kolom de-propanizer memisahkan propana sebagai
produk atas da butana sebagai produk bawah. Kondenser digunakan untuk
mengkondensasikan seluruh produk atas dari kolom de-propanizer. Kondensat
dikumpulkan dalam reflux drum kolom de-propanizer. Sejumlah produk atas
kemudian dikirimkan kembali ke dalam kolom sebagai refluks dan sisanya dijadikan
sebagai produk atas dalam fase cair. Sama dengan kolom-kolom lainnya, panas pada
kolom ini juga disediakan oleh reboiler dan disirkulasikan oleh pompa sirkulasi
12
reboiler. Terdapat sekitar 99.9% propana dapat di-recovery sebagai produk atas dan
99.9% butana di-recovery sebagai produk bawah. Produk butana tersebut masih
berupa campuran antara i-butana dan n-butana dan selanjutnya dikirimkan ke splitter
butana untuk memperoleh i-butana dan n-butana sebagai produk terpisah, karena
harga jualnya dapat menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan butana campuran
(field grade).
2.2.4. Product Treatment Plant
Produk yang dihasilkan dari unit fraksinasi masih mengandung sedikit
pengotor, meski sudah dilakukan proses acid gas removal, berupa H2S, CO2, dan
senyawa lainnya. Senyawa-senyawa ini harus dihilangkan guna memperoleh produk
yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
13
BAB 3
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LPG
14
Gambar 7. Skema Proses Separasi LPG dari Associated Gas dengan Membran
(sumber : Membran Technology and Research. 2009. LPG Recovery from Associated Gas)
15
1. Integrasi susunan distilasi konvensional termasuk susunan sekuensial kolom
dengan integrasi energi antara kolom atau bagian lain dari pabrik.
2. Mendesain konfigurasi baru termasuk kolom dengan dinding pemisah yang
terdiri dari kolom biasa dengan umpan dan aliran samping produk dipisahkan
oleh dinding vertikal melewati tray yang diusulkan pertama kali oleh Wright
(1949). Konfigurasi tersebut biasanya disebut dengan Petyuk kolom setelah
Petyuk et al (1965) meneliti tentang skema tersebut. Kolom ini membuat
efisiensi energi dan biaya.
Untuk pemisahan tiga campuran, ada tiga skema yang bisa dilakukan :
sistem dengan rectifier pada sisinya
sistem dengan stripper pada sisinya
sistem fully thermally coupled atau Petyuk kolom.
Dengan menggunakan interkoneksi cairan dan uap antara kedua kolom, ada dua efek
besar yang bisa didapatkan, yaitu :
a. Pengurangan konsumsi energi
b. Tidak ada panas yang hilang dari sistem distilasi tersebut.
16
Gambar 8. Notasi laju alir untuk desain petyuk dengan Pre-fractionator dan kolom utama (sumber :
Department of Petroleum Engineering and Applied Science, Norwegian University)
17
Gambar 9. Integrasi implementasi Pre fractionator dan kolom utama (sumber : Department of
Petroleum Engineering and Applied Science, Norwegian University)
Kolom petyuk adalah susunan kolom untuk memisahkan tiga atau lebih
komponen dengan menggunakan satu reboiler dan satu condenser dimana kemurnian
dari produk didapatkan dengan meningkatkan jumlah tray (Christiansen et al, 1997).
Kolom petyuk terdiri dari pre-fractionator yang diikuti oleh kolom utama dengan tiga
aliran produk. Susunan ini berdampak pada konsumsi enegi yang rendah dari sistem
dengan kolom disampingnya dengan penghematan sebesar 30% bila dibandingkan
dengan skema konvesional (Glinos dan Malone, 1998 ; Fidkowski dan Krolilowski,
1990).
Penelitian tentang kolom petyuk telah lama dilakukan namun masih sedikit
yang mengimplementasikannya. Alasan utamanya adalah kolom petyuk mempunyai
banyak derajat kebebasan pada desain dan operasinya bila dibandingkan dengan
kolom distilasi biasa. Hal ini membuat sistem kontrolnya menjadi lebih kompleks.
18
BAB 4
EKONOMI DAN LINGKUNGAN
19
timbal, serta kandungan yang sangat rendah pada sulfur, logam, aromatik dan
kontaminan lainnya
4.1.2. Persediaan dan Permintaan LPG secara Global
Hampir seluruh LPG dihasilkan sebagai suatu produk samping dari suatu
proses. Sekitar 2/5 supply LPG berasal dari pengilangan minyak mentah, ¼ dari
associated gas yang terikut bersamaan dengan produksi minyak mentah dan sisanya
lagi berasal dari gas alam. Produksi LPG tidak dapat merespon secara cepat terhadap
perubahan permintaan. Oleh karena itu, permintaan harus menyesuaikan diri terhadap
fluktuasi pasokan. Hal tersebut terutama terjadi dalam industri petrokimia (3-7% dari
permintaan global) yang sangat sensitif terhadap harga.
Sebaliknya, permintaan komersial dan rumah tangga untuk keperluan
memasak dan pemanasan (lebih dari setengah permintaan global) tidak terlalu sensitif
terhadap harga, begitu pula terhadap penggunaan untuk keperluan bahan baku kimia
(20%) dan industri (9%). Permintaan yang lain, yaitu sebesar 9% berasal dari
permintaan terhadap autogas yang dapat digunakan sebagai pengganti gasolin. Hasil
kilang minyak yang rendah pada tahun 2009 sempat membuat produksi LPG jatuh
untuk pertama kalinya sejak 25 tahun, tetapi produksi LPG kembali meningkat secara
drastis pada tahun 2010.
Gambar 10.Kapasitas kilang LPG dan LNG di Indonesia (sumber: BPH MIGAS, 2014)
20
Negara pengekspor LPG terbesar di dunia adalah negara-negara Timur
Tengah, diikuti dengan Afrika (daerah utara dan sub-sahara). Pada tahun 2010,
negara pengekspor terbesar adalah Saudi Arabia, diikuti oleh Qatar dan Algeria. Pada
daerah Sub-Sahara Afrika, pengekspor terbesar adalah Nigeria. Pada daerah Timur
Tengah dan Afrika, kerusuhan sosial telah mengancam produksi LPG yang
menyebabkan gangguan serius terhadap perdagangan dan penetapan harga LPG.
Amerika Serikat dan Kanada membentuk daerah produksi LPG terbesar di
dunia dan menjadi negara net exporter pada 2009, dimana hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh eksplorasi shale gas & oil yang dilakukan kedua negara tersebut.
Harga propana (komponen penting LPG) di Amerika Serikat lebih rendah 10%
dibandingkan harga rata-rata dunia sejak tahun 2008.
China adalah konsumen terbesar terbesar LPG untuk kebutuhan komersial dan
rumah tangga. Di daerah lain, kebutuhan komersial dan rumah tangga mencapai 95%
dari total kebutuhan sub-benua India dan Afrika (konsumsi terbesar terdapat di bagian
utara) dan ¾ dari total kebutuhan LPG di Amerika latin dan kepulauan Karibia.
Dalam satuan konsumsi per kapita, daerah Sub-Sahara Afrika menduduki peringkat
terbawah dan sebaliknya, Meksiko dan Ekuador menjadi negara dengan konsumsi
LPG per kapita terbanyak.
Ekuador memberikan subsidi yang besar untuk rumah tangga hingga
mengurangi harga LPG hingga menjadi US$ 0.11 per kg, yaitu harga terendah di
dunia. Untuk aplikasi autogas, Republik Korea menjadi pasar terbesar. Sementara itu,
diantara negara-negara berkembang, Turki, Rusia, Meksiko dan Thailand adalah 10
besar konsumen terbesar autogas pada tahun 2008.
21
4.1.3. Rantai Distribusi LPG
LPG adalah campuran yang sebagian besar kandungannya adalah propana dan
butana. Pada fasa gas, propana dan butana dapat memenuhi ruang sebanyak 250 kali
lipat dibandingkan pada saat berfasa cair. Untuk itu, LPG ditekan di dalam wadah
logam pada suhu ambient atau didinginkan untuk dikirim dan disimpan sebagai
liquid. Kebutuhan untuk menjaga agar LPG tetap betekanan atau dingin serta
penggunaan logam sebagai wadahnya, misalnya baja khusus digunakan untuk
membuat tangki penyimpanan LPG di kapal laut, menambah sejumlah biaya yang
cukup dapat diperhitungkan terhadap biaya penyediaan LPG. Biasanya untuk ukuran
lebih dari 10000 ton, LPG didinginkan selama transportasi dan penyimpanan,
sementara untuk ukuran di bawah 3000 ton, LPG diberi tekanan hingga berubah
fasanya.
Bergantung pada komposisi LPG, kapal LPG terbesar dapat mengangkut
sebanyak 45000 ton, terdiri dari empat tangki yang masing-masing berkapasitas
11000 ton. Kemacetan di pelabuhan pada proses unloading untuk importer dan
penundaan proses loading untuk exporter dapat menambah biaya pelabuhan bagi
masing-masing pihak. Berbagai faktor yang terjadi pada sebagian besar perdagangan
LPG diatur dalam bentuk kontrak. Akibatnya, tidak seperti produk minyak lainnya,
pasar LPG hanya memiliki sedikit titik transaksi.
Pada distribusi LPG, terutama 3 kg, pemertintah mempunyai kewenangan
untuk mengawasi jalurnya. Distribusi LPG harus melewati beberapa tahap yang
mengandung kontrol kualitas. Pengwasan in hanya sampai pada tahap agen.
Selanjutnya, perdagangan LPG juga mempunyai aturan dari pemertintah atau
Pertamina. Setelah diproduksi di pabrik, LPG harus masuk ke gudang Pertamina
untuk tahap kontol kualitas (quality control) dan tes sempel sebelum didistribusikan
ke SPBBE/SPBE. Peraturan ini bertujuan untuk memastikan kualitas dari tabung.
Namun ada juga perdagangan illegal dari LPG. Pada jalur ini tidak ada pengecekan
kualitas dari produk, dari pabrik langsung didistribusikan ke SPBBE/SPBE, agen, dan
konsumen.
22
Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai distribusi dari LPG antara lain adalah
Produsen : menjual LPG di tempat pengilangan minyak atau tempat
pemrosesan gas alam.
Trader dan marketer : membeli LPG dalam jumlah besar dari produser atau
dari pasar lintas benua, menyimpannya dalam tempat penyimpanan yang besa
(primer), lalu menjualnya ke penjual lain, distributor, retailer dan kunsumen
tingkat akhir.
Distributor dan transporter : mengirim LPG jumlah besar ke gudang
penyimpanan, dimana selanjutnya LPG disimpan dalam vessel besar
bertekanan dan kemudian menyalurkan LPG ke pelanggan dalam jumlah
besar menggunakan tanker berukuran kecil. LPG ditempatkan dalam wadah
silinder dan didistribusikan ke retailer.
Retailer : menjual LPG ke pelanggan kecil, termasuk rumah tangga.
Gambar 11. Jalur Distribusi LPG yang diawasi oleh Pertamina (sumber: Buku Pintar Pertamina,
2010)
23
Gambar 12. Jalur Resmi dan Ilegal Penjualan LPG (sumber: Buku Pintar Pertamina, 2010)
24
Tabel 1. Statistik penggunaan LPG di Indonesia Tahun 2014
25
subsidi negara terhadap minyak tanah yang biaya produksinya setara dengan avtur.
Maka dari itu, pada grafik di gambar 4.4 terlihat terjadi peningkatan yang signifikan
terhadap konsumsi LPG sektor rumah tangga di Indonesia sejak tahun 2007.
Sedangkan besarnya konsumsi LPG pada sektor industri bersifat sangat
fluktuatif seperti yang terlihat pada gambar 4.5. Perubahan yang fluktuatif tersebut
disebabkan oleh supply LPG yang masih terbatas dan juga harga LPG yang tidak
disubsidi untuk kebutuhan industri, sehingga besaran LPG yang digunakan selalu
disesuaikan setiap saat.
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun
Gambar 13. Grafik Konsumsi LPG Indonesia di sektor rumah tangga (sumber: Handbook of Energy &
Economic Statistics of Indonesia, 2015)
26
Konsumsi LPG di SektorIndustri
180
Gambar 14. Grafik konsumsi LPG Indonesia sektor industri (sumber: Handbook of Energy &
Economic Statistics of Indonesia, 2015)
27
Tabel 2. Supply LPG Indonesia 2000-2014 (dalam satuan ribuan ton)
28
tentang Harga Indeks Pasar Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram. Menurut
peraturan tersebut, harga indeks pasar LPG ukuran 3 kilogram ditentukan berdasarkan
rumus sebagai berikut:
HIP LPG 3 Kg = 42%wt × Saudi Aramco Contract Price (CP) Propana +58%wt ×
Saudi Aramco Contract Price (CP) Butana
29
4.2. Analisis Aspek Lingkungan
4.2.1. Proses Pembuatan LPG
Pada proses pengolahan minyak bumi dan gas untuk menjadi LPG tentunya
terdapat beberapa senyawa pengotor yang berasal dari feed. Umumnya pengotor-
pengotor tersebut ditreatment/dipisahkan terlebih dahulu dari feed sebelum diproses.
Terdapat tiga jenis limbah yang terdapat dalam industri pengolahan minyak bumi dan
gas, yaitu limbah berfasa gas, limbah berfasa cair, dan limbah berfasa padat. Hampir
seluruh limbah-limbah tersebut bersifat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Oleh
karena itu, diperlukan proses pengolahan pada limbah-limbah tersebut
Limbah berupa gas, seperti CO2 dan H2S, umunya dipisahkan dari feed
sebelum memasuki proses separasi. Prinsip pemisahan CO2 dan H2S adalah dengan
prinsip absorbsi dengan menggunakan pelarut seperti MEA, DEA, dan MDEA.
Proses ini dalam industri lebih dikenal sebagai Amine Gas Treating. Gas yang keluar
dari proses ini disebut dengan sweet gas.
Gambar 15. Amine Gas Treating (sumber : Heinemann, H. The Chemistry and Technology of
Petroleum)
H2S yang telah terpisahkan selanjutnya akan diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan belerang murni. Hal ini harus dilakukan karena sifat-sifat H2S yang
berbahaya dan sangat dilarang untuk dilepas ke lingkungan secara langsung. Proses
30
ini disebut sebagai Clauss Process. Sulfur yang dihasilkan nantinya digunakan untuk
pengolahan pada beberapa industri, seperti industri asam sulfat, pupuk dan pestisida.
Sedangkan CO2 dapat digunakan dalam proses steam reforming pada industri pupuk
atau dapat dibakar pada menara pembakar.
31
4.2.3. Bahaya Fisik dan Kesehatan LPG
LPG adalah gas yang dicairkan dan mengandung campuran propana dan
butana. Gas ini tidak berwarna dan berbau. Standar OSHA saat ini untuk LPG adalah
1000 ppm LPG dari udara bebas rata-rata untuk paparan selama 8 jam, atau sama
dengan 1800 mg LPG per meter kubuk udara.
Terdapat bahaya fisik dan kesehatan dari LPG. Untuk bahaya fisik, berat LPG
sekitar 2 kali lebih berat daripada udara ketika dalam bentuk gas dan akan cenderung
berada di bagian bawah udara yang bisa saja terakumulasi di gudang, lubang, atau
saluran air. LPG dalam bentuk cair dapat menyebabkan luka bakar dingin yang parah
pada kulit karena penguapan yang cepat. Penguapan dapat mendinginkan peralatan
sehingga cukup mungkin untuk menyebabkan luka bakar dingin.
LPG merupakan campuran yang mudah terbakar dengan udara dalam
konsentrasi antara 2% dan 10%. Hal ini dapat menyebabkan bahaya kebakaran dan
ledakan jika disimpan atau digunakan secara tidak benar. Pada konsentrasi yang
sangat tinggi bila dicampur dengan udara, fasa gas LPG adalah obat bius yang dapat
menyebabkan sesak nafas dengan melarutkan oksigen sekitar yang tersedia. Sebuah
kapal bekas pengangkut LPG yang telah kosong masih mungkin mengandung uap
LPG didalamnya dan berpotensi berbahaya. Oleh karena itu setiap kapal pengangkut
LPG harus diperlakukan seakan mereka penuh.
32
Tabel 3. Identifikasi Bahaya LPG
33
Pada segi kesehatan, LPG dapat mempengaruhi tubuh jika dihirup atau terjadi
kontak dengan mata atau kulit sebagai paparan rute. Paparan berlebih dari LPG dapat
menyebabkan pusing dan mengantuk. Paparan yang lebih besar juga dapat
menyebabkan ketidaksadaran dan kematian. Kontak dengan cairan LPG juga dapat
menyebabkan iritasi. Pemeriksaan kesehatan rutin harus diberikan kepada setiap
karyawan yang terpapar LPG di tingkat yang berpotensi berbahaya. Data toksikologi
dari paparan LPG cukup sedikit, dan tidak ada efek sistemik kronis telah dilaporkan
dari paparan industri LPG.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ministry of Energy and Mineral Resources. 2015. Handbook of Energy & Economic
Statistics of Indonesia. Jakarta: PUSDATIN ESDM
Kojima, Masami. 2011. The Role of Liquefied Petroleum Gas in Reducing Energy
Poverty. Washington: The World Bank
Tesoro Refining & Marketing Co. 2012. Safety Data Sheet LPG. Online:
https://tsocorpsite.files.wordpress.com/2014/08/lpg.pdf. Diakses pada 18
Maret 2016.
Flogas. 2016. LPG – Properties and Hazards. Online: https://www.flogas.co.uk/lpg-
properties-hazards. Diakses pada 18 Maret 2016.
Pertamina. 2010. Buku Pintar Petunjuk Aman Penggunaan Elpiji 3 Kg Pertamina.
Jakarta: PT. Pertamina.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Keputusan No. 3876
K/12/MEM/2013 tentang Harga Patokan LPG Tabung 3 Kg. Jakarta:
Kementrian ESDM RI
35