Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PEMICU 3

Analisis Alkohol dan Obat-obatan Terlarang dalam Darah

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

Nurul Aulia Ditami (1706070942)

Bregas Pambudy (1706022565)

Afifah Rahma (1706026033)

Farashinta Dellarosa (1706071043)

Muhammad Faizal I (1706026071)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA (KAMIS PAGI)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FTUI

DEPOK 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah pemicu III Kimia Analitik ini tepat pada
waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas PBL Kimia Analitik dan
juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat memahami topic mengenai
Analisis Alkohol dan Obat-obatan Terlarang dalam Darah. Terdapat kendala yang kami alami
dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun semua itu tidak menurunkan niat kami
untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.

Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
membantu kami dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Dimana
pihak-pihak tersebut adalah, Ibu Dr. Dianursanti S.T., M.T. dan Ibu Cindy Dianita S.T.,
M.Eng. selaku dosen Kimia Analitik di Departemen Teknik Kimia, teman-teman sekelompok
dan kelompok lain di kelas Teknik Kimia Paralel yang telah memberi kritik serta sarannya,
dan keluarga yang telah memberikan dukungan terhadap kami.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala Kritik dan saran akan kami terima demi meningkatnya
ilmu pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.

Depok, 3 Desember 2018

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................... (1)

Kata Pengantar ...................................................................................................................... (2)

Daftar Isi ............................................................................................................................... (3)

Daftar Grafik ......................................................................................................................... (4)

Daftar Tabel .......................................................................................................................... (4)

BAB I. Pendahuluan ........................................................................................................... (5)

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... (5)

1.2 Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... (6)

BAB II. Soal dan Pembahasan........................................................................................... (7)

2.1 Tugas 1.............................................................................................................. (7)

2.2 Tugas 2.............................................................................................................. (9)

2.3 Tugas 3.............................................................................................................. (15)

BAB III. Kesimpulan .......................................................................................................... (20)

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... (21)

Lampiran ............................................................................................................................... (22)

3
DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Grafik hubungan antara konsentrasi etanol dengan tinggi punak etanol.......... (16)

GAMBAR TABEL

Tabel 2.1 Volume Etanol, Volume n-propanol dengan tinggi puncak Etanol ................... (14)

Tabel 2.2 Konsentrasi Etanol sesuai Volume Etanol pada Masing-Masing Sampel ......... (16)

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pembahasan pemicu kali ini, yaitu mengenai kandungan alkohol pada darah
manusia melalui metode analisis GC/MS ini penting karena agar nantinya kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui mengenai ciri-ciri orang yang sering menggunakan alkohol
dan mengetahui cara mengidentifikasinya, serta mengetahui cara penanganan sesuai
dengan kondisi kandungan alkoholnya pada darah. Selain itu, pemicu ini juga penting
bagi mahasiswa sebagai bahan pengenalan untuk metode analisis GC/MS, agar nanti
kedepannya diharapkan mahasiswa telah mengetahui serta dapat mengaplikasikan
metode GC/MS.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen penyusunnya, biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut dapat
digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-data
yang dihasilkan oleh detektor GC adalah kromatogram yang pembacaannya memiliki
fungsi tertentu tiap spesifikasinya.
Pada pemicu kali ini, metode ini digunakan untuk menganalisis alkohol dan obat-
obatan terlarang dalam darah. Ketika minuman beralkohol dikonsumsi, maka minuman
tersebut turun melewati esofagus (kerongkongan) melalui lambung dan menuju ke usus
halus. Sejumlah kecil alkohol diserap melalui aliran darah dalam membran mukus, dan
sebagian besar memasuki aliran darah melalui dinding usus halus. Alkohol larut dalam air
dan aliran darah dengan cepat menyalurkan etanol ke seluruh bagian tubuh dimana etanol
tersebut diserap ke dalam jaringan tubuh sesuai dengan proporsi kandungan airnya.
Pada pemicu kali ini, pembahasan yang diambil adalah berdasarkan identifikasi
permasalahan pemicu, yaitu Menganalisis alkohol dalam darah untuk menentukan
kandungan didalamnya dengan menggunakan analisis kromatografi gas. Dari identifikasi
masalah tersebut, hal-hal yang dibahas adalah mengenai pengenalan metode FPIA,
pengenalan metodeGC/MS, contoh spektrum massa obat-obatan, paramaeter yang
digunakan dalam metode GC/MS, dan mengenai analisis kualitatif dan kuantitatif data
untuk menunjang metode-metode tersebut.

5
1.2 Tujuan Pembelajaran
Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai pentingnya pengetahuan
mengenai kandungan alkohol dalam darah serta metode-metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui kadar alkohol dalam darah tersebut. Selain itu, makalah ini juga dapat
memberikan informasi secara spesifik mengenai metode FPIA, metode GC/MS, contoh
spektrum dari obat-obatan yang dapat menambah pengetahuan umum mengenai metode-
metode ini.

6
BAB II
SOAL DAN JAWABAN

2.1 Tugas I :

Susunlah pertanyaan penting atau variable penelitian untuk merancang suatu


penelitian analisis alcohol dan obat-obatan terlarang dalam darah, paling sedikit 7
pertanyaan.

Jawab

1. Bagaimana proses etanol di dalam tubuh?


Di dalam tubuh, etanol atau C2H5OH diencerkan oleh cairan tubuh. Kemudian untuk
mengeliminasi etanol dalam tubuh, tubuh melakukan proses metabolisme (oksidasi).

2. Bagaimana pengaruh makanan dan jenis kelamin dalam penyerapan dan


metabolisme etanol dalam tubuh?
Semakin tinggi kandungan lemak pada makanan yang dikonsumsi, semakin banyak waktu
yang diperlukan untuk mengosongkan lambung maka semakin lama proses penyerapan
alkohol akan terjadi.

3. Bagaimana perbandingan konsentrasi alkohol dalam darah (BAC/Blood Alcohol


Concentration) setelah mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama antara
wanita dan pria?
Jika di konsumsi dalam dosis rendah, etanol dapat menekan penghambat otak sehingga
dapat membuat pikiran lebih jernih, namun pada dosis tinggi etanol memiliki beragam
dampak buruk, yaitu jaringan saraf memproduksi gejala klasik keracunan : pembicaraan
kacau, langkah tidak stabil, persepsi sensorik terganggu, dan ketidakmampuan untuk
bereaksi dengan cepat, dsb.

4. Bagaimana cara mengetahui kadar alkohol dalam darah (BAC)?


Untuk mengetahui kadar alkohol dalam darah dapat dengan menggunakan tabel BAC
(Blood Alcohol Concentration). Caranya yaitu dengan menemukan tabel berat badan, lalu
melihat jumlah porsi total minuman beralkohol yang telah dikonsumsi.

7
5. Apa metode analisis Alkohol dalam darah?
Analisis alkohol dalam darah dapat dilakukan dengan menggunakan metoda analisis
GC/MS pada darah maupun pada urine, ataupun yang sering digunakan menggunakan
analisis napas (breath analysis).

6. Apakah kelebihan dan kekurangan dari analisis dengan GC/MS?


Analisis darah menggunakan GC/MS sangat akurat namun biayanya mahal dan
memerlukan petugas terlatih untuk pengambilan dan penelitian sampel darah.

7. Apa sajakah parameter bebas alkohol dengan GC/MS pada darah?


Pada analisis etanol dengan GC/MS pada darah, seseorang dikatakan bebas-alkohol bila
dengan menggunakan analisis ini didapat hasil lebih kecil dari 0,01 gram alkohol per 100
ml darah. Dan untuk sampel darah yang diambil post-mortem dikatakan negatif (bebas
alkohol) bila hasilnya lebih kecil dari 0,02 gram alkohol per 100 ml darah.

8. Ada yan disebut dengan Analisis napas (Breath analysis), bagaimanakah analisis
napas tersebut?
Analisis napas mudah untuk dilaksanakan namum kurang akurat dan metode analisis ini
tidak spesifik terhadap etanol.

9. Apakah yang menjadi parameter bebas alkohol untuk analisis napas?


Untuk metode analisis napas, hasil dikatakan negatif (subjek yang dites tidak memiliki
kandungan alkohol/kandungan alkohol sangat rendah) bila hasil tes lebih kecil dari 0,01
gram per 210 liter .

10. Bagaimana akurasi analisis alkohol dalam darah?


Analisis alkohol dalam darah yang paling akurat adalah analisis darah menggunakan
GC/MS, lebih akurat dari analisis napas, dan yang paling tidak akurat adalah analisis
urine.

8
2.2 Tugas II :

Bila anda hendak menggunakan metode GC/MS dalam analisis darah

1. Parameter apa saja yang harus anda ketahui ?


 Rasio partisi
Pada saat fasa bergerak mengalir sepanjang kolom terjadi kesetimbangan dinamis
antara komponen yang terlarut. Untuk zat terlarut spesies A, kesetimbangan dinamis yang
terlibat dapat dilihat pada persamaan dibawah ini.
𝐴𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 ⇌ 𝐴𝑑𝑖𝑎𝑚
Konstanta kesetimbangan untuk reaksi diatas adalah rasio partisi / koefisien partisi, yang
nilainya
𝑐
𝐾 = 𝑐𝑠 …(1)
𝑚

Dimana K = rasio partisi / koefisien partisi, cs= konsentrasi molar analitik dari zat
terlatur saat berada dalam fasa diam, dan cm= konsentrasi molar analitik dari zat terlarut saat
berada dalam fasa bergerak. Idealnya rasio partisi konstan dalam jangkauan konsentrasi zat
terlatur yang bervariasi dan cs berbanding lurus dengan cm.

 Waktu Retensi
Pada lampiran gambar 1 dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang memiliki
2 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh
fasa diam. Waktu ™ setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali
dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran dari laju migrasi
rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan suatu parameter yang penting dalam
mengidentifiasi puncak analit. Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak
ditahan, jika mereka tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies
dengan sifat seperti ini dapat dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian kanan lampiran gambar 1 merupakan
puncak dari spesies analit. Waktu yang diperlukan puncak ini untuk mencapai 9lcohol9 atau
waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai 9lcohol9
dinamakan waktu retensi (tR). Laju linear rata-rata dari migrasi zat terlarut (v) dan kecepatan
linear rata-rata dari spesies dalam fasa bergerak (u) diberikan pada persamaan dibawah ini
𝐿
𝑣=𝑡 …(2)
𝑅

9
𝐿
𝑢=𝑡 …(3)
𝑀

Dimana L = panjang dari kolom


Nilai dari v juga dapat dinyatakan dalam u dan rasio partisi (K) dengan cara
mengekspresikan nilai laju v sebagai fraksi dari kecepatan pada fasa bergerak. Penurunannya
adalah sebagai berikut:
𝑣 = 𝑢 × 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑣=𝑢×
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑐𝑀 𝑉𝑀 1
𝑣=𝑢× =𝑢×
𝑐𝑀 𝑉𝑀 + 𝑐𝑠 𝑉𝑠 1 + 𝑐𝑠 𝑉𝑠 ⁄𝑐𝑀 𝑉𝑀
1
𝑣 = 𝑢 × 1+𝐾𝑉 ⁄𝑉 …(4)
𝑠 𝑀

Dimana Vs = volume dari fasa diam dan VM = volume dari fasa bergerak.

 Faktor kapasitas
Faktor kapasitas merupakan parameter eksperimental yang menyatakan perbandingan
mol komponen analit dalam fasa diam terhadap mol komponen dalam fasa gerak,
yang nilainya tergantung pada 10lcohol10101010. Faktor ini banyak digunakan untuk
mendeskrispsikan laju migrasi zat terlarut dalam kolom. Untuk spesies A nilai
10lcoho kapasitasnya adalah sebagai berikut. (dengan KA adalah nilai rasio partisi
untuk spesies A)
𝐾𝐴 𝑉𝑠
𝑘′𝐴 = …(5)
𝑉𝑀

Persamaan 5 dapat disubstitusi ke persamaan (4).


1
𝑣 = 𝑢 × 1+𝑘′ …(6)
𝐴

Agar nilai k’A dapat dicari dalam kromatogram maka persamaan (2) dan (3) dapat disubstitusi
ke persamaan (6)
𝐿 𝐿 1
= 𝑡 × 1+𝑘′ …(7)
𝑡𝑅 𝑀 𝐴

𝑡𝑅 −𝑡𝑀
𝑘′𝐴 = …(8)
𝑡𝑀

Besarnya 10lcoho kapasitas menentukan laju elusi komponen. Jika k’ > 1 maka elusi
akan berlangsung dengan cepat dan jika k’ > 20-30 maka waktu elusi akan berlangsung
sangat panjang.

10
 Faktor Selektivitas atau Pemisahan
Faktor Selektivitas adalah 11lcoho yang menyatakan ukuran untuk distribusi
11lcohol11 komponen diantara fasa diam dan fasa gerak yang nilainya tergantung pada
11lcohol11111111. Faktor selektivitas disebut juga 11lcoho pemisahan. Faktor seletivitas
untuk dua spesies A dan B dinyatakan dengan rumusan:

𝐾 𝑡
𝛼 = 𝐾𝐵 = 𝑡𝑅2 …(9)
𝐴 𝑅1

Untuk ilustrasi akan nilai tR2 dan tR1 yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran gambar 2.

 Jumlah dan Tinggi Plat Rata-Rata


Plat teoritik adalah istilah yang berasal dari teori destilasi yang kemudian diadaptasi
ke dalam kromatografi. Plat ini menandakan suatu titik dalam kolom dimana terdapat
kesetimbangan antara fasa cair dan gas (platnya hanya imaginer). Jumlah plat teoritik (n)
dapat diukur dengan menggunakan rumus di bawah ini.
𝑡 2
𝑛 = 16 (𝑊𝑅 ) …(10)
𝑏

Dimana tR = waktu retensi dan Wb = lebar puncak pada pita elusi hasil kromatografi. Ilustrasi
yang dapat memperjelas nilai Wb dapat dilihat pada lampiran gambar 3. Walaupun t R
didefinisikan sebagai waktu, tetapi sebenarnya kita dapat mengukur jarak pada kertas daftar
perekam dalam cm atau mm, perlu diingat bahwa tR dan Wb harus diukur dalam satuan yang
sama.
Tinggi plat teoritik disebut juga HETP (Height Equivalent Theoritical Plate). HETP
berfungsi untuk merepresentasikan efisiensi dari kolom. Nilai HETP secara sederhana dapat
dicari dengan menggunakan rumus dibawah ini.
𝐿
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐻 = …(11)
𝑛

Dimana L = panjang kolom, dan n = jumlah plat teoritik. Semakin besar nilai N maka
semakin kecil nilai HETP dan semakin besar efisiensi kolom.

 Variabel yang Mempengaruhi Efisiensi Kolom


Faktor-faktor yang menyebabkan pelebaran pita elusi adalah difusi difusi longitudinal
/ memanjang, efek transfer massa untuk fasa bergerak (karena difusi eddy) dan fasa diam.
Nilai efisiensi kolom non-linear dapat dihitung melalui persamaan dibawah ini.
𝐵
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐻 = + 𝑐𝑠 𝑢 + 𝑐𝑀 𝑢 …(12)
𝑢

11
Dimana B = koefisien difusi longitudinal, cs dan cM = koefisien transfer massa
untuk fasa diam dan bergerak.

 Suku B/u untuk difusi longitudinal


Laju dari perpindahan sebanding dengan perbedaan konsentrasi diantara wilayah dan
juga sebanding dengan koefisien difusi dari spesies DM. Difusi longitudinal menghasilkan
perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi di tengah pita ke bagian dengan konsentrasi
rendah di bagian sampingnya, yang menjadi penyebab utama pelebaran pita ketika laju difusi
molekul tinggi. Efek dari difusi ini dapat dilihat pada lampiran gambar 4 pada saat terjadi
penurunan nilai H pada awal kurva.
 Suku csu untuk koefisien transfer massa dalam fasa diam
Koefisien transfer massa untuk fasa diam ini berbanding lurus dengan kuadrat dari
ketebalan film pada partikel pendukung d2f dan berbanding terbalik dengan koefisien difusi
Ds dari zat terlarut pada film. Dengan film yang tebal, rata-rata molekul harus berjalan jauh
untuk mencapai permukaan dan dengan koefisien difusi yang lebih kecil rata-rata molekul
berjalan lebih lambat. Hal-hal ini mengakibatkan laju yang kecil dari transfer massa dan
peningkatan dari tinggi plat.
 Suku cMu untuk koefisien transfer massa dalam fasa bergerak
Suku ini berbanding terbalik dengan koefisien difusi dari larutan analit dalam fasa
bergerak DM dan merupakan fungsi dari nilai kuadrat diameter partikel packing d2p, kuadrat
dari diameter kolom dc2dan laju aliran. Kontribusi dari suku ini terhadap nilai H tidak linear
sesuai dengan u karena juga tergantung dari kekompleks-an kecepatan pelarut. Pelebaran
daerah pada fasa bergerak dikarenakan oleh penyebaran molekul analit dalam kolom akibat
packing kolom yang tidak seragam, sehingga analit mengambil jalan yang tidak sama
panjangnya (dapat dilihat pada lampiran gambar 5). Efek yang juga disebut difusi eddy. Pada
kecepatan fasa bergerak yang rendah, molekul tidak terlalu terdispersi oleh difusi ini, pada
saat kecepatan lumayan cepat pelebaran pita akibat difusi ini dapat diamati, dan pada saat
kecepatan cukup tinggi efek dari difusi ini menjadi tidak bergantung dari laju aliran.
(Rangkuman dari ketiga 12lcoho ini terhadap HETP/H dapat dilihat pada lampiran gambar 6.)

 Resolusi Kolom
Resolusi kolom (Rs) dapat mengukur kemampuan kolom untuk memisahkan dua
analit secara kuantiitatif. Untuk lebih jelasnya dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

12
2Z 2t R B  t R A 
RS   …(13)
WA  WB WA  WB

Dimana Z merupakan jarak puncak analit A dan B yang terbaca pada kromatogram.

Resolusi kolom dapat dipengaruhi oleh faktor selektivitas, kapasitas sepasang zat
terlarut pada kolom yang dapat dilihat pada persamaan berikut:

N    1  k 'B 
RS     …(14)
4    1  k 'B 

Dimana  adalah 13lcoho selektivitas. Dari persamaan di atas dapat digunakan juga
untuk mencara jumlah piringan yang dibutuhkan untuk mencapai resolusi kolom dengan nilai
tertentu.

2
    1  k 'B 
2

N  16 RS 
2
   …(15)
  1  k 'B 

Selain itu resolusi kolom dapat mempengaruhi retention time (tR), dan kita dapat melihat
hubungan keduanya sebagai berikut:

16 RS H    1  k 'B 
2 2 3
tR B    …(16)
u    1  k 'B 2

2. Mengapa metode GC-MS sering digunakan untuk penentuan kandungan


13lcohol dan obat obatan terlarang dalam darah ?

Metode GC/MS memiliki beberapa keuntungan 13lcohol131313 metode analisis 13lcohol


lainnya, yaitu :

 sangat akurat, spesifik dan 13lcohol1313 dan merupakan prosedur standar untuk
analisis 13lcohol dan senyawa-senyawa 13lcohol13 dalam bidang toksikologi
13lcohol13. Akurat dan spesifik karena teknik ini menghasilkan 13lcohol1313
fingerpint atau 13lcohol13 massa yang unik. Spektrum ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada/tidaknya 13lcohol dalam sampel. Sensitif karena 13lcohol dalam
darah dapat diketahui jumlahnya, walaupun dalam kuantitas kecil.
 Dengan menggunakan analisis darah GC/MS, sampel yang sama dapat diuji beberapa
kali, jika sampel dijaga dengan baik.
13
 Waktu yang diperlukan cepat (penentuan 14lcohol dapat dilakukan dalam 6-8 menit)
bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur.

Reagents

 Absolute etanol
 n-Propanol

Hasil yang diperoleh:

 Dari 5 𝛍L larutan standar etanol dan n propanol masing-masing menunjukkan


puncak pada 2.4 dan 7.2 menit
 Sebanyak 5 𝛍L dari campuran sampel standar menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel 2.1 Volume Etanol, Volume n-propanol dengan tinggi puncak Etanol.

No etanol n-propanol Tinggi puncak Etanol(mm)


(mL) (mL)

1 0.1 1.9 3.75

2 0.2 1.8 7.50

3 0.3 1.7 11.25

4 0.4 1.6 15

5 0.5 1.5 18.75

 Dari hasil injeksi 5 𝛍L sampel darah diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan tinggi
senilai 12,5 mm
 Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanolberturut-turut adalah
1.45 menit dan 3,65 menit

14
2.3 Tugas III :

Contoh sistem GC berikut ini digunakan untuk menganalisis sampel darah.

1. Flow rate: 60 mL/min; use helium or nitrogen carrier gas.


2. Filament current: 180 mA
3. Column temperature: 90 degrees C
4. Column packing: 10% DC-200 on Chromosorb P
5. Column size: 30 m, 0.25 mm ID, 0.25m m film thickness
6. Attenuation: 4
7. Sample size: 5 microliters
8. Suggested column: DC-200, 10% or Carbowax 20 M, 10% on 60-80 mesh Chromosorb P

Reagents

 Absolute ethanol
 n-Propanol
Hasil yang diperoleh:

 Dari 5 μL Larutan standar ethanol dan n-propanol masing-masing menunjukkan puncak


pada 2.4 dan 7.2 menit
 Sebanyak 5 μL dari campuran:
a. 0.1 mL of ethanol + 1.9 mL of n-propanol
b. 0.2 mL of ethanol + 1.8 mL of n-propanol
c. 0.3 mL of ethanol + 1.7 mL of n-propanol
d. 0.4 mL of ethanol + 1.6 mL of n-propanol
e. 0.5 mL of ethanol + 1.5 mL of n-propanol

Menghasilkan data tinggi puncak etanol sebagai berikut berturut-turut: 3.75 ; 7.5 ; 11.25 ;
15 dan 18.75 mm pada persentasi volume etanol masing-masing.

 Dari hasil injeksi 5 μL sampel darah diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan tinggi
senilai 12.5 mm
 Pada salah satu campuran standar ethanol dan n-propanol yang digunakan menunjukkan
data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanol adalah berturut-turut 1.45 menit
dan 3.65 menit.

Bagaimana anda menentukan:

a. Kandungan senyawa etanol dalam sampel darah


b. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
c. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
d. Tinggi piringan (H) dalam m
e. Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1.5

15
f. Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru (telah diubah pada
no e).

1. Kandungan senyawa etanol dalam sampel darah


Jawab:
Penentuan kandungan senyawa etanol dalam sampel darah dapat dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu konsentrasi etanol dalam masing-masing sampel.

Tabel 2.2 Konsentrasi Etanol sesuai Volume Etanol pada Masing-Masing Sampel
No Ethanol (mL) n-Propanol (mL) Konsentrasi Ethanol dalam Sampel
Standar (mL/mL)
1. 0,1 1,9 5,26%
2. 0,2 1,8 11,11%
3. 0,3 1,7 17,65%
4. 0,4 1,6 25%
5. 0,5 1,5 33,33%

Selanjutnya melalui data tersebut, dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan


sumbu x menyatakan konsentrasi etanol dan sumbu y menyatakan tinggi puncak etanol.

Grafik 2.1 Grafik hubungan antara konsentrasi etanol dengan tinggi punak etanol

Melalui grafik tersebut, diperoleh persamaan garis y = 0,5329x + 1,4075. Untuk


mencari kandungan senyawa etanol dalam 5 μL sampel darah yang memiliki puncak pada
2,4 menit dan tinggi 12,5 mm, nilai tinggi puncak sampel darah tersebut disubstitusikan ke
dalam persamaan garis yaitu pada variabel y.
y = 0,5329x + 1,4075
12,5 = 0,5329x + 1,4075

16
11,0925
x=
0,5329
x = 20,82 %
Melalui perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kandungan etanol dalam 2
mL campuran sampel adalah
0,2082 x 2 mL = 0,4164 mL
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan etanol dalam 5 μL sampel darah
adalah sebagai berikut:
5 μL
× (0,4164 × 103 μL) = 𝟏, 𝟎𝟒𝟏 𝛍𝐋
2 𝑥 103 μL

2. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]


Jawab:
Untuk menentukan resolusi kolom, digunakan persamaan sebagai berikut:
2Z 2t R B  t R A 
RS  
WA  WB WA  WB
Keterangan:
 Rs = Resolusi kolom
 (tR)A = Waktu retensi larutan A
 (tR)B = Waktu retensi larutan B
 WA = Lebar dasar puncak larutan A
 WB = Lebar dasar puncak larutan B
Dengan larutan A merupakan larutan standar ethanol yang memiliki waktu retensi
2,4 menit dan lebar dasar puncak 1,45 menit, serta larutan B merupakan larutan n-propanol
yang memiliki waktu retensi 7,2 menit dan lebar dasar puncak 3,65 menit, substitusikan
data-data yang diketahui tersebut ke dalam persamaan yang sebelumnya telah disebutkan.
2Z 2t R B  t R A 
RS  
WA  WB WA  WB
2 (7,2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 − 2,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑅𝑠 =
1,45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 3,65 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
9,6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑠 = = 𝟏, 𝟖𝟖𝟐
5,1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Jadi dapat disimpulkan bahwa resolusi kolom dari data-data yang diperoleh adalah 1,882

3. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)


Jawab:
Dalam mencari jumlah piringan rata-rata, dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑡𝑅
𝑁 = 16 ( )2
𝑊
17
Dengan N adalah jumlah piringan.
Berdasarkan pemicu, diketahui data-data sebagai berikut:
 Waktu retensi ethanol [(tR)A] = 2,4 menit
 Waktu retensi n-propanol [(tR)B] = 7,2 menit
 Lebar dasar puncak ethanol [WA] = 1,45 menit
 Lebar dasar puncak n-propanol [WB] = 3,65 menit
Untuk mencari jumlah piringan rata-rata, hitung terlebih dahulu jumlah piringan
dari masing-masing larutan:
1. Jumlah piringan ethanol
𝑡𝑅
𝑁 = 16 ( )2
𝑊
2,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 2
𝑁 = 16 ( )
1,45 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 43,833
2. Jumlah piringan n-propanol
𝑡𝑅
𝑁 = 16 ( )2
𝑊
7,2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 2
𝑁 = 16 ( )
3,65 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑁 = 62,2586
Sehingga jumlah piringan rata-rata dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai
berikut:
(𝑁𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑁𝑛−𝑝𝑟𝑜𝑝𝑎𝑛𝑜𝑙 )
𝑁=
2
(43,833 + 62,2586 )
𝑁=
2
𝑁 = 𝟓𝟑, 𝟎𝟒𝟓𝟖
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah piringan rata-ratanya adalah 53,0458

4. Tinggi piringan (H) dalam m


Jawab:
Tinggi piringan dapat ditentukan dengan pembagian antara panjang kolom dengan
jumlah piringan. Berdasarkan pemicu, diketahui bahwa panjang kolom adalah sebesar 30
m, sehingga tinggi piringan:
𝐿 30 𝑚
𝐻= = = 𝟎, 𝟓𝟔𝟓𝟓 𝒎
𝑁 53,0458
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tinggi piringan adalah 0,5655 m

5. Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5


Jawab:
Berdasarkan persamaan untuk menentukan jumlah piringan berikut,
18
2
2 𝛼 2 1 + 𝑘′𝐵
𝑁 = 16 𝑅𝑠 ( ) ( )
𝛼−1 𝑘′𝐵
dapat terlihat bahwa variabel N berbanding lurus dengan Rs2. Dengan nilai 𝛼 dan 𝑘′𝐵 yang
konstan, maka didapat persamaan berikut:
𝑁1 [(𝑅𝑠 )1 ]2
=
𝑁2 [(𝑅𝑠 )2 ]2
Substitusikan nilai N1 sebesar 53,0458, nilai (Rs)1 sebesar 1,882, dan nilai (Rs)2
sesuai dengan nilai yang diinginkan yaitu 1,5 kepada persamaan tersebut.
𝑁1 [(𝑅𝑠 )1 ]2
=
𝑁2 [(𝑅𝑠 )2 ]2
53,0458 [1,882]2
=
𝑁2 [1,5]2
119,353
𝑁2 = = 33,7 ≈ 34
3,542
Setelah didapatkan besar jumlah piringan, substitusikan nilai tersebut pada
persamaan berikut untuk memperoleh besar panjang kolom.
𝐿 = 𝐻 ×𝑁
𝐿 = 0,5655 𝑚 × 34 = 𝟏𝟗, 𝟐𝟐𝟕 𝒎
Jadi, dapat disimpulkan bahwa panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5
adalah 19,227 m.

6. Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru (telah diubah pada no e)
Jawab:
Berdasarkan persamaan berikut untuk menentukan waktu (tR)A yang dibutuhkan
untuk mengelusi 2 senyawa dengan resolusi kolom RS,
16 𝑅𝑠 2 𝐻 𝛼 2 (1 + 𝑘′𝐴 )3
(𝑡𝑅 )𝐴 = ( ) ( )
𝑢 𝛼−1 (𝑘′𝐴 )2
diketahui bahwa variabel tR berbanding lurus dengan variabel RS2. Dengan begitu dapat
diperoleh persamaan:
(𝑡𝑅 )𝐴1 (𝑅𝑆1 )2
=
(𝑡𝑅 )𝐴2 (𝑅𝑆2 )2
Substitusikan nilai (𝑡𝑅 )𝐴1 sebesar 2,4 menit, 𝑅𝑆1 sebesar 1,882, dan 𝑅𝑆2 sebesar 1,5
pada persamaan di atas, sehingga:
2,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (1,882)2
=
(𝑡𝑅 )𝐴2 (1,5)2
5,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(𝑡𝑅 )𝐴2 = = 1,52 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 𝟗𝟏, 𝟒𝟕 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌
3,542
Jadi, dapat disimpulkan bahwa waktu elusi senyawa etanol sesuai dengan data pada
nomor e atau 5 adalah 91,47 detik.

19
BAB III

KESIMPULAN

Dari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat kelompok kami disimpulkan bahwa,

1. C2H5OH diencerkan oleh cairan tubuh. Kemudian untuk mengeliminasi etanol dalam
tubuh, tubuh melakukan proses metabolisme (oksidasi).
2. Semakin tinggi kandungan lemak pada makanan yang dikonsumsi, semakin banyak
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan lambung.
3. Apabila di konsumsi dalam dosis rendah, etanol menekan penghambat otak sehingga
dapat membuat pikiran lebih jernih, namun pada dosis tinggi etanol memiliki dampak
buruk, yaitu keracunan.
4. Untuk mengetahui kadar alkohol dalam darah dapat dengan menggunakan tabel BAC
(Blood Alcohol Concentration).
5. GC/MS dapat di gunakan untuk menganalisis kandungan alcohol dalam darah.
6. Penggunaan GC/MS memiliki kelebihan yaitu analisis yang dihasilkan akan sangat
akurat, namun biaya yang diperlukan mahal.
7. Sampel darah dikatakan negatif (bebas alkohol) bila hasilnya lebih kecil dari 0,02
gram alkohol per 100 ml darah. Pada analisis etanol dengan GC/MS pada darah,
seseorang dikatakan bebas-alkohol jika hasil yang didapat lebih kecil dari 0,01 gram
alkohol per 100 ml darah.
8. Analisis napas (Breath analysis) mudah untuk dilaksanakan namum kurang akurat
9. Analisis alkohol dalam darah yang paling akurat adalah analisis darah menggunakan
GC/MS.
10. Parameter yang harus diketahui dalam menggunakan metode GC/MS dalam analisis
darah adalah Rasio partisi, Waktu Retensi, Faktor kapasitas, Faktor selektivitas atau
pemisahan, jumlah dan tinggi plat rata-rata, variable dari efisiensi kolom, dan resolusi
kolom.
11. Metode GC/MS sering digunakan untuk penentuan alkohol dalam darah karena
memiliki beberapa keuntungan, yaitu hasil yang diperoleh sangat akurat dan waktu
yang diperlukan cepat, dan sampel yang digunakan dapat diuji beberapa kali jika
sampel di jaga dengan baik

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Analysis of Blood Plasma for Ethanol by Gas Chromatography. [online] Available
at:http://www.oberlin.edu/chem/ForChemLab/Alcohol/AlcoholIPStudents.pdf
[Accessed 3 Nov 2018]

Chemistry Libretexts. (2018). Gas Chromatography. [online] Available at:


https://chem.libretexts.org/Textbook_Maps/Analytical_Chemistry/Supplemental_Modu
les_(Analytical_Chemistry)/Instrumental_Analysis/Chromatography/Gas_Chromatogra
phy [Accessed 3 Nov. 2018]

Christian, Gary D., J.E. O’Reilly. 1986. Instrumental Analysis. Allynan Bacon Inc: USA.

Day, R. A. Dan Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. 6th ed. (Penerjemah
Soendoro, dkk) Surabaya: Penerbit Erlangga.

Hendayana, Sumar.1995. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

Khopkar, S, M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Depok: UI-Press

Rohman, Abdul. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu-

Skoog, D. West, D. Holler, F. Crouch, S. (2014). Fundamentals of Analytical Chemistry.


9Eth edition. Canada: Cengage Learning.

Widelia, I. (2012). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Narkotika Jenis Kristal Metamfetamina
(Shabu) Menggunakan GCMS. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai