DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
DEPOK 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah pemicu III Kimia Analitik ini tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas PBL Kimia Analitik dan
juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat memahami topic mengenai
Analisis Alkohol dan Obat-obatan Terlarang dalam Darah. Terdapat kendala yang kami alami
dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun semua itu tidak menurunkan niat kami
untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.
Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
membantu kami dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Dimana
pihak-pihak tersebut adalah, Ibu Dr. Dianursanti S.T., M.T. dan Ibu Cindy Dianita S.T.,
M.Eng. selaku dosen Kimia Analitik di Departemen Teknik Kimia, teman-teman sekelompok
dan kelompok lain di kelas Teknik Kimia Paralel yang telah memberi kritik serta sarannya,
dan keluarga yang telah memberikan dukungan terhadap kami.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala Kritik dan saran akan kami terima demi meningkatnya
ilmu pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Grafik hubungan antara konsentrasi etanol dengan tinggi punak etanol.......... (16)
GAMBAR TABEL
Tabel 2.1 Volume Etanol, Volume n-propanol dengan tinggi puncak Etanol ................... (14)
Tabel 2.2 Konsentrasi Etanol sesuai Volume Etanol pada Masing-Masing Sampel ......... (16)
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pembahasan pemicu kali ini, yaitu mengenai kandungan alkohol pada darah
manusia melalui metode analisis GC/MS ini penting karena agar nantinya kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui mengenai ciri-ciri orang yang sering menggunakan alkohol
dan mengetahui cara mengidentifikasinya, serta mengetahui cara penanganan sesuai
dengan kondisi kandungan alkoholnya pada darah. Selain itu, pemicu ini juga penting
bagi mahasiswa sebagai bahan pengenalan untuk metode analisis GC/MS, agar nanti
kedepannya diharapkan mahasiswa telah mengetahui serta dapat mengaplikasikan
metode GC/MS.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen penyusunnya, biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut dapat
digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-data
yang dihasilkan oleh detektor GC adalah kromatogram yang pembacaannya memiliki
fungsi tertentu tiap spesifikasinya.
Pada pemicu kali ini, metode ini digunakan untuk menganalisis alkohol dan obat-
obatan terlarang dalam darah. Ketika minuman beralkohol dikonsumsi, maka minuman
tersebut turun melewati esofagus (kerongkongan) melalui lambung dan menuju ke usus
halus. Sejumlah kecil alkohol diserap melalui aliran darah dalam membran mukus, dan
sebagian besar memasuki aliran darah melalui dinding usus halus. Alkohol larut dalam air
dan aliran darah dengan cepat menyalurkan etanol ke seluruh bagian tubuh dimana etanol
tersebut diserap ke dalam jaringan tubuh sesuai dengan proporsi kandungan airnya.
Pada pemicu kali ini, pembahasan yang diambil adalah berdasarkan identifikasi
permasalahan pemicu, yaitu Menganalisis alkohol dalam darah untuk menentukan
kandungan didalamnya dengan menggunakan analisis kromatografi gas. Dari identifikasi
masalah tersebut, hal-hal yang dibahas adalah mengenai pengenalan metode FPIA,
pengenalan metodeGC/MS, contoh spektrum massa obat-obatan, paramaeter yang
digunakan dalam metode GC/MS, dan mengenai analisis kualitatif dan kuantitatif data
untuk menunjang metode-metode tersebut.
5
1.2 Tujuan Pembelajaran
Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai pentingnya pengetahuan
mengenai kandungan alkohol dalam darah serta metode-metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui kadar alkohol dalam darah tersebut. Selain itu, makalah ini juga dapat
memberikan informasi secara spesifik mengenai metode FPIA, metode GC/MS, contoh
spektrum dari obat-obatan yang dapat menambah pengetahuan umum mengenai metode-
metode ini.
6
BAB II
SOAL DAN JAWABAN
2.1 Tugas I :
Jawab
7
5. Apa metode analisis Alkohol dalam darah?
Analisis alkohol dalam darah dapat dilakukan dengan menggunakan metoda analisis
GC/MS pada darah maupun pada urine, ataupun yang sering digunakan menggunakan
analisis napas (breath analysis).
8. Ada yan disebut dengan Analisis napas (Breath analysis), bagaimanakah analisis
napas tersebut?
Analisis napas mudah untuk dilaksanakan namum kurang akurat dan metode analisis ini
tidak spesifik terhadap etanol.
8
2.2 Tugas II :
Dimana K = rasio partisi / koefisien partisi, cs= konsentrasi molar analitik dari zat
terlatur saat berada dalam fasa diam, dan cm= konsentrasi molar analitik dari zat terlarut saat
berada dalam fasa bergerak. Idealnya rasio partisi konstan dalam jangkauan konsentrasi zat
terlatur yang bervariasi dan cs berbanding lurus dengan cm.
Waktu Retensi
Pada lampiran gambar 1 dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang memiliki
2 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh
fasa diam. Waktu ™ setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali
dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran dari laju migrasi
rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan suatu parameter yang penting dalam
mengidentifiasi puncak analit. Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak
ditahan, jika mereka tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies
dengan sifat seperti ini dapat dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian kanan lampiran gambar 1 merupakan
puncak dari spesies analit. Waktu yang diperlukan puncak ini untuk mencapai 9lcohol9 atau
waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai 9lcohol9
dinamakan waktu retensi (tR). Laju linear rata-rata dari migrasi zat terlarut (v) dan kecepatan
linear rata-rata dari spesies dalam fasa bergerak (u) diberikan pada persamaan dibawah ini
𝐿
𝑣=𝑡 …(2)
𝑅
9
𝐿
𝑢=𝑡 …(3)
𝑀
Dimana Vs = volume dari fasa diam dan VM = volume dari fasa bergerak.
Faktor kapasitas
Faktor kapasitas merupakan parameter eksperimental yang menyatakan perbandingan
mol komponen analit dalam fasa diam terhadap mol komponen dalam fasa gerak,
yang nilainya tergantung pada 10lcohol10101010. Faktor ini banyak digunakan untuk
mendeskrispsikan laju migrasi zat terlarut dalam kolom. Untuk spesies A nilai
10lcoho kapasitasnya adalah sebagai berikut. (dengan KA adalah nilai rasio partisi
untuk spesies A)
𝐾𝐴 𝑉𝑠
𝑘′𝐴 = …(5)
𝑉𝑀
Agar nilai k’A dapat dicari dalam kromatogram maka persamaan (2) dan (3) dapat disubstitusi
ke persamaan (6)
𝐿 𝐿 1
= 𝑡 × 1+𝑘′ …(7)
𝑡𝑅 𝑀 𝐴
𝑡𝑅 −𝑡𝑀
𝑘′𝐴 = …(8)
𝑡𝑀
Besarnya 10lcoho kapasitas menentukan laju elusi komponen. Jika k’ > 1 maka elusi
akan berlangsung dengan cepat dan jika k’ > 20-30 maka waktu elusi akan berlangsung
sangat panjang.
10
Faktor Selektivitas atau Pemisahan
Faktor Selektivitas adalah 11lcoho yang menyatakan ukuran untuk distribusi
11lcohol11 komponen diantara fasa diam dan fasa gerak yang nilainya tergantung pada
11lcohol11111111. Faktor selektivitas disebut juga 11lcoho pemisahan. Faktor seletivitas
untuk dua spesies A dan B dinyatakan dengan rumusan:
𝐾 𝑡
𝛼 = 𝐾𝐵 = 𝑡𝑅2 …(9)
𝐴 𝑅1
Untuk ilustrasi akan nilai tR2 dan tR1 yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran gambar 2.
Dimana tR = waktu retensi dan Wb = lebar puncak pada pita elusi hasil kromatografi. Ilustrasi
yang dapat memperjelas nilai Wb dapat dilihat pada lampiran gambar 3. Walaupun t R
didefinisikan sebagai waktu, tetapi sebenarnya kita dapat mengukur jarak pada kertas daftar
perekam dalam cm atau mm, perlu diingat bahwa tR dan Wb harus diukur dalam satuan yang
sama.
Tinggi plat teoritik disebut juga HETP (Height Equivalent Theoritical Plate). HETP
berfungsi untuk merepresentasikan efisiensi dari kolom. Nilai HETP secara sederhana dapat
dicari dengan menggunakan rumus dibawah ini.
𝐿
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐻 = …(11)
𝑛
Dimana L = panjang kolom, dan n = jumlah plat teoritik. Semakin besar nilai N maka
semakin kecil nilai HETP dan semakin besar efisiensi kolom.
11
Dimana B = koefisien difusi longitudinal, cs dan cM = koefisien transfer massa
untuk fasa diam dan bergerak.
Resolusi Kolom
Resolusi kolom (Rs) dapat mengukur kemampuan kolom untuk memisahkan dua
analit secara kuantiitatif. Untuk lebih jelasnya dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
12
2Z 2t R B t R A
RS …(13)
WA WB WA WB
Dimana Z merupakan jarak puncak analit A dan B yang terbaca pada kromatogram.
Resolusi kolom dapat dipengaruhi oleh faktor selektivitas, kapasitas sepasang zat
terlarut pada kolom yang dapat dilihat pada persamaan berikut:
N 1 k 'B
RS …(14)
4 1 k 'B
Dimana adalah 13lcoho selektivitas. Dari persamaan di atas dapat digunakan juga
untuk mencara jumlah piringan yang dibutuhkan untuk mencapai resolusi kolom dengan nilai
tertentu.
2
1 k 'B
2
N 16 RS
2
…(15)
1 k 'B
Selain itu resolusi kolom dapat mempengaruhi retention time (tR), dan kita dapat melihat
hubungan keduanya sebagai berikut:
16 RS H 1 k 'B
2 2 3
tR B …(16)
u 1 k 'B 2
sangat akurat, spesifik dan 13lcohol1313 dan merupakan prosedur standar untuk
analisis 13lcohol dan senyawa-senyawa 13lcohol13 dalam bidang toksikologi
13lcohol13. Akurat dan spesifik karena teknik ini menghasilkan 13lcohol1313
fingerpint atau 13lcohol13 massa yang unik. Spektrum ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada/tidaknya 13lcohol dalam sampel. Sensitif karena 13lcohol dalam
darah dapat diketahui jumlahnya, walaupun dalam kuantitas kecil.
Dengan menggunakan analisis darah GC/MS, sampel yang sama dapat diuji beberapa
kali, jika sampel dijaga dengan baik.
13
Waktu yang diperlukan cepat (penentuan 14lcohol dapat dilakukan dalam 6-8 menit)
bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur.
Reagents
Absolute etanol
n-Propanol
4 0.4 1.6 15
Dari hasil injeksi 5 𝛍L sampel darah diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan tinggi
senilai 12,5 mm
Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanolberturut-turut adalah
1.45 menit dan 3,65 menit
14
2.3 Tugas III :
Reagents
Absolute ethanol
n-Propanol
Hasil yang diperoleh:
Menghasilkan data tinggi puncak etanol sebagai berikut berturut-turut: 3.75 ; 7.5 ; 11.25 ;
15 dan 18.75 mm pada persentasi volume etanol masing-masing.
Dari hasil injeksi 5 μL sampel darah diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan tinggi
senilai 12.5 mm
Pada salah satu campuran standar ethanol dan n-propanol yang digunakan menunjukkan
data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanol adalah berturut-turut 1.45 menit
dan 3.65 menit.
15
f. Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru (telah diubah pada
no e).
Tabel 2.2 Konsentrasi Etanol sesuai Volume Etanol pada Masing-Masing Sampel
No Ethanol (mL) n-Propanol (mL) Konsentrasi Ethanol dalam Sampel
Standar (mL/mL)
1. 0,1 1,9 5,26%
2. 0,2 1,8 11,11%
3. 0,3 1,7 17,65%
4. 0,4 1,6 25%
5. 0,5 1,5 33,33%
Grafik 2.1 Grafik hubungan antara konsentrasi etanol dengan tinggi punak etanol
16
11,0925
x=
0,5329
x = 20,82 %
Melalui perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kandungan etanol dalam 2
mL campuran sampel adalah
0,2082 x 2 mL = 0,4164 mL
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan etanol dalam 5 μL sampel darah
adalah sebagai berikut:
5 μL
× (0,4164 × 103 μL) = 𝟏, 𝟎𝟒𝟏 𝛍𝐋
2 𝑥 103 μL
6. Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru (telah diubah pada no e)
Jawab:
Berdasarkan persamaan berikut untuk menentukan waktu (tR)A yang dibutuhkan
untuk mengelusi 2 senyawa dengan resolusi kolom RS,
16 𝑅𝑠 2 𝐻 𝛼 2 (1 + 𝑘′𝐴 )3
(𝑡𝑅 )𝐴 = ( ) ( )
𝑢 𝛼−1 (𝑘′𝐴 )2
diketahui bahwa variabel tR berbanding lurus dengan variabel RS2. Dengan begitu dapat
diperoleh persamaan:
(𝑡𝑅 )𝐴1 (𝑅𝑆1 )2
=
(𝑡𝑅 )𝐴2 (𝑅𝑆2 )2
Substitusikan nilai (𝑡𝑅 )𝐴1 sebesar 2,4 menit, 𝑅𝑆1 sebesar 1,882, dan 𝑅𝑆2 sebesar 1,5
pada persamaan di atas, sehingga:
2,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (1,882)2
=
(𝑡𝑅 )𝐴2 (1,5)2
5,4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(𝑡𝑅 )𝐴2 = = 1,52 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 𝟗𝟏, 𝟒𝟕 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌
3,542
Jadi, dapat disimpulkan bahwa waktu elusi senyawa etanol sesuai dengan data pada
nomor e atau 5 adalah 91,47 detik.
19
BAB III
KESIMPULAN
Dari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat kelompok kami disimpulkan bahwa,
1. C2H5OH diencerkan oleh cairan tubuh. Kemudian untuk mengeliminasi etanol dalam
tubuh, tubuh melakukan proses metabolisme (oksidasi).
2. Semakin tinggi kandungan lemak pada makanan yang dikonsumsi, semakin banyak
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan lambung.
3. Apabila di konsumsi dalam dosis rendah, etanol menekan penghambat otak sehingga
dapat membuat pikiran lebih jernih, namun pada dosis tinggi etanol memiliki dampak
buruk, yaitu keracunan.
4. Untuk mengetahui kadar alkohol dalam darah dapat dengan menggunakan tabel BAC
(Blood Alcohol Concentration).
5. GC/MS dapat di gunakan untuk menganalisis kandungan alcohol dalam darah.
6. Penggunaan GC/MS memiliki kelebihan yaitu analisis yang dihasilkan akan sangat
akurat, namun biaya yang diperlukan mahal.
7. Sampel darah dikatakan negatif (bebas alkohol) bila hasilnya lebih kecil dari 0,02
gram alkohol per 100 ml darah. Pada analisis etanol dengan GC/MS pada darah,
seseorang dikatakan bebas-alkohol jika hasil yang didapat lebih kecil dari 0,01 gram
alkohol per 100 ml darah.
8. Analisis napas (Breath analysis) mudah untuk dilaksanakan namum kurang akurat
9. Analisis alkohol dalam darah yang paling akurat adalah analisis darah menggunakan
GC/MS.
10. Parameter yang harus diketahui dalam menggunakan metode GC/MS dalam analisis
darah adalah Rasio partisi, Waktu Retensi, Faktor kapasitas, Faktor selektivitas atau
pemisahan, jumlah dan tinggi plat rata-rata, variable dari efisiensi kolom, dan resolusi
kolom.
11. Metode GC/MS sering digunakan untuk penentuan alkohol dalam darah karena
memiliki beberapa keuntungan, yaitu hasil yang diperoleh sangat akurat dan waktu
yang diperlukan cepat, dan sampel yang digunakan dapat diuji beberapa kali jika
sampel di jaga dengan baik
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Analysis of Blood Plasma for Ethanol by Gas Chromatography. [online] Available
at:http://www.oberlin.edu/chem/ForChemLab/Alcohol/AlcoholIPStudents.pdf
[Accessed 3 Nov 2018]
Christian, Gary D., J.E. O’Reilly. 1986. Instrumental Analysis. Allynan Bacon Inc: USA.
Day, R. A. Dan Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. 6th ed. (Penerjemah
Soendoro, dkk) Surabaya: Penerbit Erlangga.
Rohman, Abdul. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu-
Widelia, I. (2012). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Narkotika Jenis Kristal Metamfetamina
(Shabu) Menggunakan GCMS. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
21