Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PEMICU 1

Proses Degradasi Limbah Tekstil Melalui Metode Elektrolisis dan Identifikasi Paparan
Limbah Cair Logam Pada Lahan Persawahan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Nurul Aulia Ditami (1706070942)

Bregas Pambudy (1706022565)

Afifah Rahma (1706026033)

Farashinta Dellarosa (1706071043)

Muhammad Faizal I (1706026071)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA (KAMIS PAGI)


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FT UI
DEPOK. 2018.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah pemicu I Kimia Analitik ini tepat pada
waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas PBL Kimia Analitik dan
juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat memahami topic mengenai
Elektrokimia beserta isu-isu yang biasa kami hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat
kendala yang kami alami dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun semua itu tidak
menurunkan niat kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.

Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
membantu kami dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Dimana
pihak-pihak tersebut adalah, Ibu Dr. Dianursanti S.T., M.T. dan Ibu Cindy Dianita S.T.,
M.Eng. selaku dosen Kimia Analitik di Departemen Teknik Kimia, teman-teman sekelompok
dan kelompok lain di kelas Teknik Kimia Paralel yang telah memberi kritik serta sarannya,
dan keluarga yang telah memberikan dukungan terhadap kami.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala Kritik dan saran akan kami terima demi meningkatnya
ilmu pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.

Depok, 7 Oktober 2018

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................... (1)

Kata Pengantar ...................................................................................................................... (2)

Daftar Isi ............................................................................................................................... (3)

Daftar Gambar ...................................................................................................................... (4)

Daftar Tabel .......................................................................................................................... (4)

BAB I. Pendahuluan ........................................................................................................... (5)

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... (5)

1.2 Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... (6)

BAB II. Soal dan Pembahasan........................................................................................... (7)

BAB III. Kesimpulan .......................................................................................................... (24)

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... (25)

Lampiran ............................................................................................................................... (27)

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Elektroda Referensi dan Elektroda Indikator (Elektroda Gelas) ..................... (17)

Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara log [Pb] dengan Esel ............................................... ..(22)

GAMBAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel perbedaan sel volta dan sel elektrolisis ...................................................... (11)

Tabel 2.2 Volume larutan Pb beserta potensial selnya......................................................... (20)

Tabel 2.3 Pengolahan Variabel-Variabel untuk Kurva Kalibrasi………………………….(21)

Tabel 2.4 Variabel Sumbu X dan Sumbu Y pada Grafik………………………………..(22)

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Topik pertama dari pemicu adalah mengenai proses elektrolisis limbah
industri tekstil dan topik kedua dari pemicu adalah paparan limbah cair industri
tekstil pada lahan sawah di sekitar kabupaten Bandung. Kedua topik tersebut
sebenarnya saling berhubungan satu sama lain karena kedua topik tersebut
membahas secara umum mengenai limbah industri tekstil. Pengetahuan setiap
masyarakat mengenai isu-isu lingkungan maupun sosial sangatlah dibutuhkan.
Oleh karena itu, kedua topik dari pemicu yang sudah kita bahas sangatlah penting
bagi seluruh masyarakat Indonesia karena diharapkan semu masyarakat akan
tersadarkan mengenai kondisi lingkungan saat ini serta mengetahui pula
bagaimana cara penanganan permasalah limbah secara sederhana. Selain itu, topik
dari pemicu tersebut juga sangat penting bagi setiap mahasiswa karena dapat
menumbuhkan rasa kepedeulian serta meningkatkan rasa kepekaan yang terdapat
didalam diri mahasiswa sehingga mampu mengaplikasikan salah satu nilai dari Tri
Dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Selain itu,
mahasiswa yang nantinya akan menjadi generasi penerus dari generasi yang
sekarang dan diharapkan kedepannya mampu membuat Indonesia menjadi lebih
baik.
Lingkup materi yang dibahas pada topik pertama adalah mengenai
pengertian limbah secara umum (definisi, kandungan, dampak, skala limbah, dan
pengolahan) agar dapat mengetahui secara umum apa yang dimaksud dengan
limbah. Lalu, materi yang dibahas selanjutnya adalah mengenai proses degradasi
limbah yang melalui elektorilisis yang kemudian pula dijelaskan apa yang
dimaksud dengan elektrokimia, elektrolisis, dan sel volta secara umum agar
mengetahui perbedaannya masing-masing. Hal yang dibahas mengenai elektrolisis
adalah tentang definisi, proses elektrolisis, komponen penting terjadinya
elektrolisis, dan aplikasinya terhadap suatu logam tertentu karena berhubungan
dengan proses degradasi limbah. Sedangkan pada sel volta, hal yang dibahas
hanya sekedar penjelasan secara umum serta perbedaannya dengan elektrolisis
karena pembahasan mengenai sel volta tidak berhubungan dengan proses
degradasi limbah. Lalu, hal terakhir yang dibahas pada topik pertama dari pemicu
adalah mengenai konstanta kesetimbangan dan kespontanan elektokimia agar
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hal tersebut kedalam proses degradasi
limbah.
Lingkup materi yang dibahas pada topik kedua dari pemicu adalah
mengenai batas ambang logam yang dapat diterima oleh lahan persawahan dan
kandungan logam pada limbah cair karena kedua hal tersebut berhubungan dengan
proses indentifikasi paparan limbah cair. Kemudian, menjelaskan secara umum
apa yang dimaksud dengan potensiometri (definisi, penggunaan, dan proses)
karena potensiometri berhubungan dengan proses identifikasi paparan limbah cair.
Selanjutnya, hal yang dibahas adalah mengenai metode analisis untung

5
menentukan limbah karena hal ini nantinya digunakan dalam metode
potensiometri. Selain itu, hal yang selanjutnya dibahas adalah mengenai TISAB
(Total Ionic Strength Adjusment Bufffer) dan Sample Addition Method karena
dalam metode potensiometri dalam menganalisis identifikasi paparan limbah
menggunakan TISAB dan Sampel Addtion Method. Lalu, hal terakhir yang
dibahas pada topik kedua dari pemicu adalah tentang kurva kalibrasi agar
mengetahui hubungannya dengan metode potensiometri.

1.2 Tujuan Pembelajaran

Pembahasan makalah ini bertujuan untuk :


- Mengetahui apa yang dimaksud limbah secara umum.
- Mengetahui bahaya dan dampak dari limbah cair industri tekstil.
- Mengetahui proses pengolahan limbah cair industri tekstil melalui metode
konvensional maupun metode elektrolisis.
- Mengetahui proses pengolahan limbah melalui proses degradasi limbah.
- Mengetahui batas ambang dari logam yang dapat diterima lingkungan.
- Mempelajari proses potensiometri dalam analisa elektrokimia.
- Mengetahui metode untuk mengidentifikasi kandungan logam limbah cair.

6
BAB II
Soal dan Jawaban

2.1 Topik 1 : Elektrokimia

1. Dapatkah anda menjelaskan bagaimana dampak bahaya dari pembuangan limbah cair
tekstil ke perairan pemukiman? Kandungan apa saja yang memiliki potensi bahaya,
yang dihasilkan dari limah industry tekstil ini?
Jawab:
Beberapa dampak limbah cair industry tekstil terhadap persawahan:
a. Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.
Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen
di dalam air dapat juga disebabkan karenaadanya zat beracun yang berada di
dalam air limbah tersebut. Panasnya air limbah ini dapat mematikan semua
organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke dalam saluran air limbah.

b. Gangguan terhadap Kesehatan


Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa
banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada
yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera,
radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Selain sebagai
pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapat bakteri
patogen penyebab penyakit seperti : Virus (penyebab penyakit polio myelitis
dan hepatitis), Vibrio Kolera (penyebab kolera), Shigella Spp .(penyebab
disentri bacsillair), dll

c. Gangguan terhadap Keindahan


Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan ampas
yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang
sangat lama akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari
zat organik yang sangat menusuk hidung.

2. Dalam bacaan diatas dikatakan bahwa limbah tekstil biasanya dihasilkan dalam skala
besar, sehingga terkadang beberapa metode konvensional yang ada menjadi tidak
menguntungkan. Mengapa demikian?
Jawab:
Pengolahan limbah konvensional lebih efektif ketika digunakan untuk ruang
yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pengolahan limban non-konvensional.
Pengolahan limbah non-konvensional merupakan pengolahan dengan prinsip aliran
permukaan dan di bawah permukaan (horisontal dan vertikal). Jika dibandingkan

7
dengan pengolahan limbah konvensional, pengolahan limbah non-konvensional lebih
mudah digunakan, lebih terjangkau dalam biaya operasinya, dan juga tidak terlalu
kompleks dalam hal operasi dan desainnya. Pabrik yang menggunakan metode
pengolahan limbah ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi untuk menghilangkan
unsur hara dan logam berat pada limbah, serta dapat meningkatkan keanekaragaman
hayati pula melalui operasinya. Namun kerugian dari pengolahan ini adalah
diperlukannya lahan daratan yang luas dalam operasinya, semakin meningkatnya
tingkat kepekaan terhadap nutrien, tingkat logam berat yang beracun, dan
dibutuhkannya suplai air yang konstan. Meskipun begitu, mempertimbangkan
peningkatan kesadaran dalam penggunaan sumber daya energi, dapat diasumsikan
bahwa pengolahan limbah non-konvensional ini akan lebih banyak diterapkan di
masa depan.

3. Dapatkah anda menjelaskan metode-metode pengolahan limbah cair industri tekstil


saat ini?
Jawab:

Berdasarkan karakteristik limbahnya, proses pengolahan dapat digolongkan


menjadi tiga bagian, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Pengolahan limbah secara
fisik dilakukan dengan cara pemisahan bahan-bahan yang mengapung dengan cara
penyaringan, kemudian proses pengendapan. Pengolahan limbah secara kimia
biasanya digunakan untuk menghilangkan logam berat, senyawa fosfor,dan zat
organik beracun. Zat-zat tersebut dipisahkan dengan cara menambahkan bahan kimia.
Tindakan ini bertujuan mengubah sifat polutan yang tidak dapat diendapkan menjadi
mudah untuk diendapkan.

Semua limbah yang biodegradabel dapat diolah secara biologis. Pengolahan


secara biologis dilakukan dengan cara menambahkan mikroorganisme ke dalam
limbah. Mikroorganisme tersebut berfungsi untuk menguraikan polutan dalam limbah.
Pengolahan limbah secara biologis dapat menurunkan nilai BOD.

Ada berbagai cara pengolahan air limbah yang didasarkan pada kriteria yang
berbeda. Pengolahan air limbah konvensional secara garis besar terdiri dari
beberapa tahap, yaitu persiapan, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan
pengolahan tersier yang didasarkan pada proses biologis, fisik dan kimia, seperti
yang telah disebutkan sebelumnya.

4. Dapatkah anda menjelaskan proses degradasi limbah cair tekstil tersebut secara
elektrokimia?
Jawab:

Proses degradasi limbah cair/teksil batik secara elektrokimia ada dengan


cara elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah proses koagulasi kontinyu
dengan menggunakan arus listrik secara searah melalui peristiwa elektrokimia,
dengan dekomposisi elektrolit dimana salah satu elektrodanya adalah

8
alumunium ataupun besi. Pada proses elektrokoagulasi terjadi proses reduksi
dan diendapkannya logam pada kutub negatif, sedangkan elektroda positif akan
teroksidasi dan berfungsi sebagai koagulan.
Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi ini adalah reaksi
redoks akibat adanya arus listrik searah (DC). Pada reaksi ini ion positif
(kation) bergerak pada katoda yang bermuatan negatif dan ion negatif (anion)
bergerak menuju anoda yang bermuatan positif. Menurut Johanes (1978) reaksi
yang terjadi pada elektroda sebagai berikut:
a. Reaksi pada Katoda
Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi terhadap kation. Yang termasuk
dalam kation ini adalah:
1. Ion H+
Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang
akan bebas sebagai gelembung gas.
Reaksi:
2H⁺ + 2e⁻ → H₂ ...................................................................... (1)
2. Ion logam
Ion logam alkali, alkali tanah, maka ion-ion ini tidak dapat
direduksi dari larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan
terbentuk gas hidrogen (H2) pada katoda.
Reaksi:
2H₂O + 2e⁻ → 2OH⁻ + H₂ ............................................................ (2)
Jika larutan mengandung ion logam lain maka ion logam akan
direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada katoda

b. Reaksi pada Anoda


1. Anoda yang digunakan logam Alumunium akan
teroksidasi: Reaksi:
Al3⁺ + 3H₂O → Al(OH)₃ + 3H⁺ + 3e⁻ .................................... (3)
2. Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas Oksigen
(O2): Reaksi:
4OH⁻→ 2H₂O + O₂ + 4e⁻ ....................................................... (4)
3. Anion lain (SO4-. SO3-) tidak dapat mengalami oksidasi dari
larutan, dan yang akan mengalami oksidasi adalah pelarutnya (H2O)
membentuk gas oksigen (O2) pada anoda:
Reaksi:
2H₂O → 4H⁺ + O₂ + 4e⁻ ......................................................... (5)
Dari reaksi yang terjadi dalam proses elektrokoagulasi, maka pada katoda
akan dihasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logamnya. Sedangkan pada
anoda akan dihasilkan gas Halogen dan pengenapannya.

9
5. Dapatkah anda menjelaskan komponen-komponen penting dari proses elektrolisis
senyawa organik yang harus diperhatikan agar reaksinya berlangsung lebih efisien
dan ekonomis.
Jawab:

Komponen-komponen penting dari proses elektrolisis senyawa organik:


a. Penggunaan katalisator
Katalisator berfungsi untuk menyederhanakan proses penguraian air menjadi
hidrogen dan oksigen karena ion katalis dapat mempengaruhi stabilitas molekul air
menjadi ion H dan OH yang lebih mudah terdekomposisi karena penurunan energi
aktivasi. Zat tersebut tidak mengalami perubahan kekal (tidak dikonsumsi dalam proses
elektrolisis).
Semakin besar konsentrasi larutan, semakin besar laju reaksi. Hal ini
dikarenakan dengan persentase katalis yang lebih tinggi dapat memperkecilhambatan
terhadap elektrolit. Sehingga transfer elektron dapat mempercepat proses elektrolisis
elektrolit dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sebanding dengan
persentase katalis dengan transfer elektron.
b. Luas permukaan elektroda yang tercelup
Luas permukaan elektroda yang tercelup akan mempermudah suatu elektrolit
dalam mentransfer elektronnya. Sehingga semakin besar luas permukaan kontak antara
elektroda dan elektrolit maka akan semakin besar transfer elektron yang terjadi, maka
dari itu reaksi elektrolisis akan semakin efisien.
c. Sifat logam bahan elektroda
Penggunaan logam sebagai elektroda dalam elektrolisis akan menyebabkan
seluruh elektron dalam logam bebas bergerak. Pergerakan elektron inilah yang akan
mentransfer muatan dan menghasilkan arus listrik. Semakin besar konduktivitas listrik
suatu logam maka akan mempermudah proses transfer elektron. Konduktifitas listrik
dapat dilihat pada deret volta seperti, Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni
Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au. Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta,
maka logam tersebut semakin mudah teroksidasi. sebaliknya, semakin ke kanan suatu
logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah tereduksi.

6. Apa yang membedakan proses elektrolisis dengna sel volta? Bagaimana ciri-ciri khas
dari keduanya?
Jawab:

Sel elektrolisis adalah sel yang mengubah energi listrik menjadi energi suatu
reaksi kimia. Sel Volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang
memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi
ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel Volta, oksidasi berarti dilepaskannya elektron
oleh atom, molekul, atau ion. Sedangkan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh
partikel-partikel ini. Tabel perbedaaan dan sekaligus menunjukkan ciri khas sel volta
dan sel elektrolisis:

10
Tabel 2.1 Tabel perbedaan sel volta dan sel elektrolisis

No. Sel Volta / Galvani Sel Elektrolisis


1. Reaksi spontan Reaksi tidak spontan
2. Anode kutub negatif Anode kutub positif
3. Katode adalah kutub positif Katode adalah kutub negatif
4. Energi kimia diubah menjadi energi Energi listrik diubah menjadi energi
listrik kimia
7. Bagaimana anda menentukan konstanta kesetimbangan dan kespontanan dalam suatu
sel atau reaksi elektrokimia?.
Jawab:

Hubungan antara potensial sel, energi bebas dan konstanta kesetimbangan


secara langsung berhubungan dalam suatu persamaan yaitu :

ΔGo=−RTlnKeq=−nFEosel

∆G merupakan perbedaan energi bebas gibbas antara produk dan reaktan.


Ingat bahwa ∆G tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat merubah
kinetika reaksi.
E°sel adalah perbedaan gaya gerak listrik antara 2 setengah sel. Semakin besar
E°sel maka semakin besar pula kekuatan pendorong elektron melalui sistem maka akan
semakin spontan pula reaksi yang terjadi. E°sel diukur dalam satuan volt. Keseluruhan
tegangan sel diukur dari potensial setengah sel reduksi + potensial setengah sel
oksidasi, biar mudahnya silahkan perhatikan persamaan ini :
Esel = Ereduksi + Eoksidasi atau Esel = Ekatoda + Eanoda

Jika persamaan diatas dibuat dalam bentuk logaritma, maka jadi seperti ini:

Esel=Eosel−0.0592nlog10Q

ΔGo=−RTlnKeq=−nFEocell
dimana :
R = 8,314 J/mol K

11
T = suhu (kelvin)
n = mol dari jumlah elektron dalam reaksi redoks
F = 96485 C/mol

b. Menghitung energi bebas gibbs

Suatu reaksi dapat dikatakan spontan apabila memenuhi persyaratan


termodinamika, yaitu energi bebas Gibbsnya (∆𝐺0) sama dengan nol. Nilai ∆𝐺0
dapat ditentukan dari potensial standar sel seperti rumus diatas. Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bila suatu sel mempunyai 𝐸0𝑠𝑒𝑙
positif, maka ∆𝐺0 akan negatif dan reaksinya spontan. Jadi pada soal ini reaksi
ini dapat disimpulkan berlangsung secara spontan.

c. Penentuan tetapan kesetimbangan

8. Logam Cd termasuk salah satu contoh logam berat yang terkandung dalam limbah
cair industri batik. Jika dalam suatu percobaan dilakukan elektrolisis terhadap 2L
larutan CdSO4 dengan menggunakan arus sebesar 10 A selama selama 5 jam.
Maka bagaimana Anda menentukan :
(a) massa logam Cd di katoda
(b) Volume gas yang dihasilkan di anoda (STP) dan
(c) pH larutan setelah elektrolisis

Diketahui :

-V:2L - I : 10 A
- t : 18000 sekon - Ar Cd : 112
- Ar S : 32 - Ar O : 16

Ditanya :

a. Massa Cd dari katoda


b. Volume (STP) dari Anoda
c. pH larutan setelah elektrolisis

12
Jawab :

K : Cd2+ + 2e →Cd |x2

A : 2H2O →O2 + e + 4H+ |x

1 2Cd2+ + 2H2O → 2Cd +O2 + 4H+

a. massa = Ar . I . t
e . 96500
= 112 . 10 . 18000

2. 96500

= 104,45 gram

b. nCd = massa
Mr
= 104.45 = 0.9325 mol

112

Sehingga didapatkan :

nO2 = 0.466625 mol

VO2 = n . 22,4
= 0.46625 . 22,4
= 10,444 L

c. nH+ = 1.865
[H+] = n
v
= 1.865/2
= 0.9325 M
= 9325 x 10-4

pH = -log [H+]
= - log 9325 x 10-4 = 4 – log 9325= 0.03035

13
2.2 Topik 2: Paparan limbah cair industri tekstil pada lahan sawah di sekitar
Kabupaten Bandung

1. Bagaimana anda menetapkan kemungkinan sungai itu tercemar oleh unsur logam timbal?
Logam-logam apa sajakah yang potensial terdapat dalam perairan yang terkena limbah
cair industri tekstil?
Jawab:
Logam berat timbal (Pb) merupakan logam berat yang berbahaya. Tingginya
potensi industri yang menghasilkan logam berat timbal (Pb) pada limbah cairnya dapat
membahayakan biota perairan maupun masyarakat setempat yang berpapasan langsung
dengan limbah cair industri yang langsung dibuang ke sungai. Dalam mengidentifikasi
kemungkinan apakah suatu sungai tercemar oleh unsur logam timbal atau tidak,
diperlukan analisis TSS (Total Suspended Solid), kekeruhan, pH, dan DO (Dissolved
Oxygen) pada sungai tersebut.
a. TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak
mengendap langsung. TSS mempengaruhi proses adsorbsi logam berat terlarut.
Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan,
menyebabkan kandungan logam berat di air menjadi lebih rendah dan kandungan
logam berat di sedimen semakin tinggi.
b. Kekeruhan
Kekeruhan adalah jumlah dari butir-butir zat yang tergenang dalam air. Bahan yang
menyebabkan air menjadi keruh seperti tanah liat, endapan (lumpur), zat organik,
plankton dan jasad renik (makhluk hidup yang sangat kecil). Kekeruhan pada air
disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air tersebut.
c. pH
pH menjadi faktor pembatas masing-masing organisme yang memiliki toleransi kadar
maksimal dan minimum nilai pH. Nilai pH yang rendah (asam) akan mempengaruhi
kelarutan logam timbal (Pb) semakin tinggi, sehingga menyebabkan toksisitas logam
berat semakin besar.
d. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) biasanya menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang
tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bahwa air tersebut telah tercemar.
Selain logam timbal, limbah logam berat dari industri tekstil lainnya yang potensial
terdapat pada perairan yang tercemar limbah tersebut adalah logam berat arsen (As),
kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn). Logam-logam berat
tersebut terutama berasal dari zat pewarnaan. Penyebab zat warna banyak mengandung
logam berat karena logam tersebut digunakan sebagai katalis selama proses pembuatan zat
warna. Selain itu, sebagian zat warna juga mempunyai logam di dalamnya sebagai bagian
dari molekul zat warna yang digunakan.

14
2. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan potensiometri
untuk mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa yang dapat anda
jelaskan mengenai metode tersebut?
Jawab:
Potensiometri adalah suatu teknik analisis pengukuran konsentrasi sebagai fungsi
dari potensial dalam suatu sel elektrokimia. Metode ini sangat berguna untuk menentukan
titik ekuivalen suatu tutrasi secara instrument sebagai pengganti indicator visual.
Potensial elektrokimia suatu sel-elektrokimia diberikan:
Esel = Eind – Eref + Eij
Esel = Potensial sel elektrokimia
Eind = Potensial setengah sel-elektroda indikator (katoda)
Eref = Potensial setengah sel-elektroda referensi (anoda)
Eij = Potensial liquid – junction
Potensial liquid – junction timbul pada antar fasa dua elektroda, biasanya
ditemukan pada junction antar elektroda referensi dan larutan dalam sel. Potensiometri
digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi suatu larutan, dalam hal
ini hubungan antara potensial sel dan konsentrasi dapat dijelaskan melalui persamaan
Nernst:
𝑅𝑇
E = Eo - 𝑛 𝐹 ln Q
E° : Standar Potensial Reduksi
R : Konstanta gas
T : Temperature (K)
n : Jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi reduksi
F : Konstanta Faraday
Q : Reaksi quosien
3. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah menjelaskan
tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?
Jawab:
Penggunaan berbagai jenis elektroda dalam potensiometri diantaranya:

a. Elektroda referensi adalah elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan,


mengikuti persamaan Nernst. Jenis elektroda acuan adalah elektroda kalomel dan
elektroda Ag/AgCl
b. Elektroda indikator
Elektroda indikator responsif terhadap aktivitas spesi di dalam larutan. Elektroda ini
menunjukan respon yang selektif terhadap spesi tertentu dalam larutan dan tidak
terhadap senyawa yang lain
 Elektroda jenis pertama
Pada elektroda ini, ion analit berpartisipasi langsung dengan logamnya
dalam suatu reaksi paruh yang dapat balik. Beberapa logam seperti Ag, Hg, Cu dan
Pb dapat bertindak sebagai elektroda indikator bila bersentuhan dengan ion
mereka.
Ag++ e  Ag E0 = +0,80 V

15
 Elektroda jenis kedua
Ion-ion dalam larutan tidak bertukar elektron dengan elektroda logam
secara langsung, melainkan mengatur konsentrasi ion logam yang bertukar elektron
dengan permukaan logam. Elektroda ini bekerja sebagai elektroda referensi tetapi
memberikan respon ketika suatu elektroda indikator berubah nilai ax-nya (misalnya
KCl jenuh berarti x = Cl). Misalnya pada elektroda perak-perak klorida.
Kesetimbangan reaksi:
AgCl (s) + e  Ag+ + Cl− Eo = + 0,22 V
 Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ini dipergunakan sebagai elektroda indikator dalam titrasi-
titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion logam. Elektrodanya sendiri berupa suatu
tetesan atau genangan kecil raksa dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung-J
dengan suatu kawat ke sirkuit luar. Sejumlah kecil dari selat raksa-EDTA, HgY2-
ditambahkan ke larutan yang mengandung Y4-, setengah reaksi yang terjadi dalam
katode: HgY2- + 2eHg(l) + Y4- Eo = +0,21 V
 Elektroda Inert
Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi.
Salah satu contohnya adalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai elektroda
indikator untuk pasangan redoks seperti

Fe3+ + e ↔ F2+

Fungsi logam Pt adalah untuk membangkitkan kecenderungan sistem


tersebut dalam mengambil atau melepaskan elektron, sedangkan logam itu tidak
ikut secara nyata dalam reaksi redoks.

 Elektroda membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau
kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion
jenis tertentu menembusnya, namun melarang ion-ion lain sehingga elektroda ini
sering disebut sebagai elektroda ion selektif (ISE). Setiap ISE terdiri dari elektroda
referensi yang dicelupkan dalam larutan referensi yang terdapat materi tidak reaktif
seperti kaca atau plastik. Membran dalam suatu ISE membran dapat berupa cairan
ataupun kristal. Pada elektroda kaca atau elektroda gelas berfungsi sebagai sensor
potensiometrik yang terbuat dari selaput kaca dengan komposisi tertentu.
Gelas/kaca ini bertindak sebagai suatu tempat pertukaran kation.

16
Gambar 2.1 Elektroda Referensi dan Elektroda Indikator (Elektroda Gelas) pada
Potensiometri
(Sumber: Nugroho, Daniel. (2018). Potensiometri. [online] Available at:
https://nanopdf.com/download/potensiometri-daniel-setiyo-nugroho_pdf)

4. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pHmeter/voltmeter, sebuah elektroda


standar kalomel jenuh serta berbagai elektroda indikator untuk beberapa jenis kation.
Dapatkah anda menjelaskan usulan tentang metode analisis untuk menentukan kandungan
logam dalam air dengan menggunakan peralatan yang ada? Lengkapi dengan informasi
yang cukup jelas, baik dari segi instrumentasi maupun prinsip dasar teoritis tentang
metode analisis ini.
Jawab:
Metode analisis dalam menentukan kandungan logam dalam air yang cocok
berdasarkan peralatan yang ada adalah dengan menggunakan metode titrasi potensiometri.
Pada titrasi potensiometri, pengukuran didasarkan pada perbedaan potensial 2 buah
elektroda yang dicelupkan dalam larutan. Perbedaan potensial ini dapat diukur dengan
pHmeter/voltmeter serta elektroda indikator dan elektroda referensi, sesuai dengan
peralatan yang disebutkan pada soal.
Pada pengukuran potensiometri langsung, elektroda indikator dan elektroda
referensi dicelupkan dalam larutan yang dianalisis dan konsentrasi dukur dengan cara
mengukur potensial sel. Pada metode ini, beberapa larutan standar perlu dibuat untuk
mendapat kurva kalibrasi Esel vs log konsentrasi.
Titrasi dilakukan pada larutan sampel dan beda potensial antara kedua elektroda
pun diukur selama titrasi. Titik akhir dari titrasi dilihat dari perubahan potensial yang
tajam dan konsentrasi dihitung dari banyaknya penitrasi yang ditambahkan. Untuk
pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan elektroda gelas.

17
Misalkan suatu tabung gelas berisi kawat perak dilapisi AgCl, diisi larutan 0,1M
HCl yang jenuh dengan AgCl. Karena ion klorida tetap, maka potensial elektroda AgCl
berlaku sebagai elektroda referensi dalam (internal). Elektroda referensi luar (eksternal)
dibutuhkan untuk melengkapi sirkuit untuk pengukuran beda potensial elektroda membran
gelas. Potensial yang berkembang pada membran merupakan fungsi perbedaan aktivitas
ion hidrogen pada kedua sisi membran. Secara skematik persamaan sel dapat ditulis:

Ag | AgCl (sat), 0,1 M HCl


Elektroda gelas Elektroda referensi
eksternal

Membran gelas | sampel | SCE


(Kalomel Jenuh)|

5. Bagaimana anda menjelaskan tentang yang anda baca di beberapa literatur bahwa bila
menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan senyawa penjaga
kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer), dan
untuk apa dilakukan teknik penambahan larutan standar atau larutan sampel tak diketahui
(standard addition atau sample addition method)?
Jawab:
TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer) adalah sebuah reagen yang
ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas
ion, dan kekuatan ion dari larutan standar. Hal ini disebabkan karena TISAB memiliki
koefisien aktifitas ion yang sama, tetapi memiliki aktifitas ion yang lebih tinggi sehingga
aktifitas ion sampel akan terabaikan. Untuk larutan ionik yang kuat, penambahan TISAB
dibutuhkan sebab aktivitas ion dan konsentrasinya memiliki perbedaan yang signifikan.
Sementara itu, untuk larutan ionik lemah penambahan TISAB tidak dibutuhkan sebab
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas dengan konsentrasi sehingga
dalam perhitungan, mereka dapat diasumsikan sama (sebanding).
Fungsi utama dari TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer) adalah untuk
menyamakan kekuatan ion antara larutan standar dan larutan sampel sehingga
meminimalisir potential-junction yang akan berpengaruh pada nilai potensial sel akhir
pada voltmeter. Efek lain yang diberikan larutan TISAB adalah meningkatkan dan
menyamakan kekutan ion dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis. Apabila
kekuatan ion dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis diberi TISAB, keduanya
dapat memiliki kekuatan ion yang sama dan koefisien aktifitas keduanya juga sama.
TISAB sendiri hanya bekerja efektif untuk larutan dengan konsentrasi kurang dari 0.1 M.
Metode standard addition dan sample addition sebenarnya memiliki prinsip dasar
yang sama. Perbedaan kedua metode ini adalah pad standard addition, larutan sampel
yang akan dianalisis terlebih dahulu lah yang dimasukkan dan diukur potensial selnya.
Sedangkan pada metode sample addition, larutan standar dimasukkan terlebih dahulu dan
larutan yang akan dianalisis dimasukkan kemudian. Penggunaan standard addition dan

18
sample addition memberikan pengaruh yang sama dengan larutan TISAB, sehingga saat
metode ini dilakukan pemberian larutan TISAB tidak diperlukan.

6. Bila anda menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri, bagaimana
anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel? (Jelaskan juga
penurunan persamaannya)
Jawab:
Metode sample addition digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
sampel yang tidak diketahui dengan membandingkannya dengan konsentrasi larutan
standar yang diketahui konsentrasinya. Pada penentuan konsentrasi logam dapat
digunakan metode sample addition dengan menggunakan larutan yang mengandung
logam sebagai sampel dan larutan standar sehingga dapat dicari konsentrasinya
menggunakan persamaan pada metode sample addition. Berikut akan dijelaskan
langkah-langkah menentukan konsentrasi dengan metode sample addition:
 Menyiapkan larutan standar yang konsentrasinya telah diketahui, kemudian
menghitung potensial selnya
 Menambah larutan yang mengandung logam sebagai sampel kemudian menghitung
potensial sel dari larutan tersebut
 Memasukkan hasil perhitungan ke persamaan

Cu = konsentrasi sampel logam


Cs = konsentrasi ion dalam larutan standar
Vu = volume larutan logam sampel yang digunakan
Vs = volume larutan standar yang digunakan
E1 = potensial sel terukur tanpa larutan logam
E2 = potensial sel terukur setelah penambahan larutan logam
S = slope elektroda (yang diukur dengan menggunakan larutan standar)
a1 = keaktifan ion pada larutan standar yang sama dengan konsentrasinya
a2 = keaktifan ion logam yang sama dengan konsentrasinya

Penurunan persamaan akan dijelaskan sebagai berikut:

19
Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

7. Jika Anda memperoleh data logam Pb dari laboratorium sbb:


Tabel 2.2 Volume larutan Pb beserta potensial selnya

Vol lar. Pb standar (750 mg/L) ... mL Potensial sel ... mV


200 -35,6
100 -17,8
50 0,4
25 16,8
12,5 34,9
6,25 52,8

20
Bagaimana menentukan kemiringan kurva kalibrasi yang merupakan ukuran respons
elektroda ion selektif yang digunakan?
Jawab:
Perhitungan kemiringan kurva kalibrasi sebagai ukuran respons elektroda ion
selektif yang digunakan dapat dilakukan berdasarkan rumus berikut:
E = Eo + S log C
Untuk mencari nilai kemiringan (m) dapat diperoleh dengan membuat grafik
hubungan antara Esel dengan log [Pb] sehingga dapat dihasilkan persamaan garis dari
graifk tersebut.
Pada kurva yang diperoleh, log C dinyatakan pada sumbu x sedangkan Esel
dinyatakan pada sumbu y. Log C merupakan nilai logaritma dari konsentrasi Pb, untuk
memperolehnya konsentrasi dari Pb pun perlu untuk dicari terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus:

Dengan:
C = konsentrasi Pb
mgv = berat tiap 1 liter larutan (gr)
V = volume (L)
Mr = berat molekul
Dengan mgv = 750 mg/Ldan Ar dari Pb = 207 sesuai dengan yang diketahui pada
soal, maka dapat diperoleh variabel-variabel perhitungan untuk kurva kalibrasi.

Tabel 2.3 Pengolahan Variabel-Variabel untuk Kurva Kalibrasi

V V x Ar C log C
200 41400 0,018115942 -1,741939078
100 20700 0,036231884 -1,440909082
50 10350 0,072463768 -1,139879086
25 5175 0,144927536 -0,838849091
12,5 2587,5 0,289855072 -0,537819095
6,25 1293,75 0,579710145 -0,236789099

Setelah memperoleh nilai log C persamaan garis pun dapat dibuat. Grafik yang
dibuat merupakan grafik yang menunjukan hubungan antara log C dengan Esel

21
Tabel 2.4 Variabel Sumbu X dan Sumbu Y pada Grafik

Sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:

Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara log [Pb] dengan Esel

Pada grafik dapat terlihat bahwa persamaan garis yang diperoleh adalah
y =58,513x + 66,474
Jadi kemiringan kurva kalibrasi yang merupakan ukuran respons elektroda ion
selektifnya berdasarkan perhitungan di atas adalah besar gradien dari persamaan garis
yang diperoleh, yaitu 58,513.

8. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larutan baku/standar dan kurva
kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya dan mengapa diperlukan dalam
kegiatan ini?
Jawab:

Kalibrasi memiliki pengertian proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur
sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses
menghubungkan sinyal analitik yang diukur (respon alat) dengan konsentrasi analit.
Sedangkan kurva kalibrasi adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang
masih dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Tujuan dari pembuatan
kurva kalibrasi ini biasanya digunakan untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan
sampel dari hasil pengukuran sehingga konsetrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan
mudah melalui kurva kalibrasi.

22
Dalam kurva kalibrasi, sejumlah larutan baku dengan dengan variasi konsentrasi
disiapkan, kemudian diukur menggunakan instrumen, dan respon instrumen dicatat.
Larutan baku/standar adalah suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya sehingga
dapat digunakan pada analisis volumetrik. Larutan baku dibuat agar dalam pengukuran
menggunakan instrumen tidak melampaui batas linearitas (LOL = Limit of Linearity) dari
instrumen.

23
BAB III
Kesimpulan

Dari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat kelompok kami disimpulkan bahwa,

1. Pembuangan limbah ke perairan pemukikan menimbulkan pencemaran bagi


lingkungan, selain itu menyebabkan gangguan terhadap kehidupan biotik,
keindahan, serta kesehatan
2. Pengolahan limbah terbagi menjadi dua yaitu konvensional dan non –
konvensional. Terdapat kekurangan serta kelebihan dalam kedua metode tersebut
3. Proses pengolahan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisik,
kimia, dan biologi. Proses pengolahan limbah secara fisik dilakukan dengan cara
penyaringan. Pengolahan limbah secara kimia dilakukan dengan cara
menambahkan bahan kimia. Pengolahan limbah secara biologi dilakukan dengan
cara penambahan mikroorganisme ke limbah
4. Terdapat empat proses yang dilakukan untuk mendegradasi limbah cair tekstil
dengan prinsip elektrokimia, yaitu penyaringan (screening), pengolahan awal (
pretreatment), pengendapan, pengapungan (floation)
5. Perbedaan elektrolisis dan sel volta terletak pada kespontanan reaksi yang
terjadi,elektrolisis terjadi secara tidak spontan, sel volta terjadi secara spontan.
6. Hubungan antara potensial sel, energi bebas dan konstanta kesetimbangan secara
langsung berhubungan dalam suatu persamaan yaitu ΔGo=−RTlnKeq=−nFEosel.
Semakin besar E°sel maka semakin besar pula kekuatan pendorong elektron melalui
sistem maka akan semakin spontan pula reaksi yang terjadi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi dan Suharno. (2012). Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Pontianak:
Gosyen Publishing.

Chang, R. 2003. General Chemistry: The Essential Concepts. Third Edition. The McGraw-
Hill Companies.

Day, RA dan AL, Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga.

Desriyan, R., Wardhani, E. and Pharmawati, K. (2015). Identifikasi Pencemaran Logam


Berat Timbal (Pb) pada Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot sampai
Nanjung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 3(1), pp.1-12.

Facultystaff.richmond.edu. (n.d.). Chem301 Tutorial: Potentiometry Calibration. [online]


Available at: https://facultystaff.richmond.edu/~cstevens/301/Calibration4.html
[Accessed 3 Oct. 2018].

Globalcompliancepanel.com. (2015). Calibration Curve in Chemistry, Calibration Curve


Equation and Standard. [online] Available at:
https://www.globalcompliancepanel.com/freeresources/calibration-curve-in-chemistry
[Accessed 3 Oct. 2018].

Komarawidjaja, W. (2017). Paparan Limbah Cair Industri Mengandung Logam Berat pada
Lahan Sawah di Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 18(2), p.173.

Kumalawati, O. (2016). Analisis Kadar Logam Timbal (Pb) pada Bedak Tabur dengan
Variasi Zat Pengoksidasi dan Metode Destruksi Basah Menggunakan Spektroskopi
Serapan Massa (SSA). Undergraduate. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.

Lopez, A. (2013). Conventional Wastewater Treatment Design.

Nasr, A., Yosry, A., Ramadan, H. and Ismaiel, M. (2012). Non-conventional


wastewater treatment methods.

Nugroho, Daniel. (2018). Potensiometri. [online] Available at:


https://nanopdf.com/download/potensiometri-daniel-setiyo-nugroho_pdf [Accessed 9
Oct. 2018]

Parac, P. (2015). Conventional and non-conventional wastewater treatment plants:


advantages and disadvantages. Bachelor.

Sumarno, Ir. MS, Indro Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah Cair Industri Kecil
Batik dengan Bak Anaerobik Bersekat. Semarang: Rekayasa Kimia Dan Proses 1999.

25
Widjajanti, E. (2014). Elektrokimia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai