Anda di halaman 1dari 25

1

KIMIA ELEKTRO

Perkembangan Modern Elektrokimia

Disusun Oleh :

1. Dewinta Intan Laily 17030234003 kimia A 2017


2. Zeinur Rochma Fandis 17030234045 Kimia B 2017
3. Mukhamad Rojib Aminudin 17030234014 Kimia B 2017

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jurusan Kimia

2019
2

DAFTAR ISI

Cover
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. SEJARAH PENEMUAN LISTRIK........................................................................ 4
B. PERKEMBANGAN MODERN ELEKTROKIMIA ................................................. 6
C. Aplikasi dan Kegunaan dalam Kehidupan Sehari–hari ............................................ 14
Sebagai Penyimpanan Energi (Sel Volta Primer & Sekunder) ................................. 14
Penyepuhan Logam (Elektroplating) ........................................................................ 18
Pelindung dari Korosi ............................................................................................... 19
Voltammetri sebagai metode menganalisis senyawa kimia ...................................... 20
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 23
A. Simpulan ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
3

BAB I
PENDAHULUAN

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari


reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia
dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Proses
elektrokimia merupakan reaksi oksidasi. Secara umum tebagi menjadi dua
kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Reaksi kimia dapat
berlangsung spontan, yaitu ketika dua elektrode yang direndam didalam
cairan elektrolit dengan untai listrik.
Aplikasi dari elektrokimia dalam kehidupan sehari-sehari sangat
banyak, seperti pada aplikasi elektroda termodifikasi, sebagai penyimpanan
Energi (Sel Volta Primer & Sekunder) ,pelindung dari Korosi , voltammetri
sebagai metode menganalisis senyawa kimia.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENEMUAN LISTRIK


Sejarah awal ditemukannya listrik adalah oleh cendekiawan Yunani
yang bernama Thales, yang mengemukakan fenomena batu ambar yang bila
digosok-gosokkan akan dapat menarik bulu sebagai fenomena listrik.
Kemudian semenajk ide Thales dikemukakan, muncul pendapat serta teori
baru mengenai listrik.

Penemuan galvani dan alexander volta (1980)

Pada tahun 1980, Luigi Galvani, seorang profesor anatomi dan fisiologi dari
Universitas Bologna melakukan serangkaian eksperimen selama 11 tahun
mengenai penegangan otot kaki katak melalui listrik yang dihasilkan mesin
listrik statis. Galvani menemukan bahwa penegangan otot kaki katak
tersebut dapat ditimbulkan dengan cara lain : ketika sebuah kait kuningan
ditekankan ke urat saraf tulang belakang katak dan kemudian digantungkan
ke rel besi yang juga menyentuh katak, otot kaki kembali menegang. Beliau
juga menemukan bahwa fenomena ini terjadi pula untuk pasangan logam
lainnya.

Galvani percaya bahwa sumber muatan listrik ada pada otot katak atau
saraf itu sendiri, dan pada saat beliau menerbitkan hasil pekerjaannya ini
pada tahun 1791, beliau menamakannya dengan “listrik hewan” (animal
electricity). Banyak ilmuwan yang mempertanyakan, termasuk juga Galvani
sendiri, apakah ia telah menemukan “gaya hidup” yang telah lama mereka
cari.

Alessandro Volta dari Universitas Pavia yang berjarak 200 km dari


Universitas Bologna merasa skeptis akan pekerjaan Galvani. Meski Volta
segera melanjutkan dan mengembangkan penelitian tersebut, Volta masih
ragu mengenai gagasan Galvani tentang listrik hewan. Volta percaya bahwa
sumber listrik bukan berasal dari saraf hewan, tetapi pada kontak antara
5

kedua logam. Setelah mengumumkan pandangannya, Volta segera


mendapat banyak pengikut, meski sebagian lain masih berpihak kepada
Galvani.

Volta segera menyadari bahwa konduktor yang lembab, seperti otot


katak atau embun pada titik temu dua logam yang berbeda, penting agar
rangkaian efektif. Beliau juga melihat bahwa otot katak yang tegang tersebut
merupakan instrumen yang sensitif untuk mendeteksi “tegangan” listrik atau
“gaya gerak listrik” (saat ini disebut sebagai potensial), bahkan lebih sensitif
dari elektroskop terbaik yang ada yang telah beliau kembangkan bersama
ilmuwan lain. Dan bagian terpentingnya adalah—Volta mengetahui
jawaban tegas atas pernyataan Galvani hanya dapat dibantah dengan
mengganti kaki katak yang sensitif dengan bahan anorganik. Untuk
menguatkan pandangan Volta bahwa kontak antara dua logamlah yang
menyebabkan otot katak menegang, Volta harus menghubungkan kedua
logam yang tidak sama dalam sebuah elektroskop dan mengamati
pemisahan keping-keping yang menunjukkan beda potensial. Akan tetapi,
Volta kesulitan untuk melakukan eksperimen ini karena sebagian besar
elektroskop sensitivitasnya jauh kurang peka dibandingkan dengan otot
katak. Volta memperkirakan beda potensial yang dihasilkan oleh dua logam
berbeda yang tidak bersentuhan : perak dan seng sebesar 0,7 mendekati nilai
tersebut saat ini 0,78 V. Sukses inilah yang akhirnya mempertahankan teori
Volta.

Penelitian Volta menunjukkan bahwa kombinasi-kombinasi logam


tertentu menghasilkan efek yang lebih besar dari yang lain, oleh Volta
kereaktifan logam-logam tersebut disusun dalam “deret Volta”. Volta juga
menemukan unsur karbon (C) dapat digunakan untuk menggantikan salah
satu logam tersebut. Volta kemudian menyusun apa yang kemudian menjadi
sumbangan terbesarnya terhadap sains. Di antara piringan seng dan piringan
perak, Volta meletakkan selembar kain atau kertas yang sudah direndam
dalam larutan garam atau asam cair dan menumpukkan sebuah “baterai”.
6

B. PERKEMBANGAN MODERN ELEKTROKIMIA


Teknologi carbon nanotube dalam pengolahan air minum
Industri pengolahan air permukaan didirikan berdasarkan asumsi penting,
diantaranya sumber air yang masuk ke dalam proses pengolahan hanya
terdiri dari kontaminan kimia dan biologi yang terbentuk secara alami, serta
kontaminan yang terdapat dalam sumber air dapat dihilangkan melalui
treatment sederhana yang melibatkan proses koagulasi-flokulasi, filtrasi,
dan disinfeksi. Namun dewasa ini, pengolahan air minum menjadi hal yang
semakin sulit untuk dilakukan, diantaranya disebabkan oleh beberapa hal
berikut: (i) industrialisasi dan urbanisasi menghasilkan senyawa kimia yang
bersifat racun bagi air permukaan, (ii) penghilangan patogen dari air baku
merupakan hal penting yang mempengaruhi proses pengolahan air minum,
(iii) senyawa bersifat racun yang dihasilkan saat treatment dapat
mempengaruhi kualitas air yang sudah diolah, serta (iv) keberadaan patogen
yang bersifat resisten terhadap proses disinfeksi menjadi masalah yang
serius, karena disinfeksi merupakan tahapan terakhir dalam pengolahan air
minum.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penting untuk merealisasikan proses
pengolahan air minum yang mampu menghilangkan kontaminan kimia serta
mampu menghasilkan air minum tanpa meninggalkan senyawa yang
bersifat racun.
Point of use (POU) merupakan salah satu metode treatment alternatif yang
paling efektif yang mampu menggantikan kebutuhan dari industri
pengolahan air terpusat. Sistem POU telah terbukti berhasil diaplikasikan
untuk menghilangkan kontaminan kimia, penghilangan timbal
menggunakan activated carbon dan zeolit, penghilangan senyawa organik,
serta penghilangan tembaga dengan carbonate mineral.
Modifikasi permukaan CNT filter elektrokimia
meningkatkan fungsi dan kinerja dari CNT filter elektrokimia, beberapa
modifikasi dapat dilakukan pada teknologi tersebut. Salah satu diantaranya
yaitu dengan memodifikasi permukaan CNT filter melalui ikatan kovalen
dari gugus fungsional, atau adsorpsi non-kovalen dari molekul fungsional
7

ke permukaan CNT. Modifikasi permukaan CNT filter elektrokimia


memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja unit karena kapasitas
oksidatif dari CNT filter elektrokimia dibatasi oleh reaksi pada permukaan
CNT. Sebagai contoh, permukaan CNT diketahui dapat mempengaruhi
adsorpsi kimia, karakteristik koloid, karakteristik antimikroba, kinerja
katalis sebagai support, dan kinerja nanokomposit fotokatalitik .
Modifikasi lainnya dilakukan dengan melapisi CNT filter dengan titanium
dioksida (TiO2) menggunakan metode simple filtration-steam hydrolysis.
Fokus utama evaluasi kinerja teknologi tersebut juga terletak pada
penghilangan ion arsenic. Dengan melapisi CNT filter menggunakan TiO2
terbukti meningkatkan kinetika dan kapasitas penyerapan ion arsenic. Hal
tersebut mungkin memberikan pengaruh pada transfer massa, aksesibilitas
sisi penyerapan, dan muatan negatif pada permukaan TiO2, dimana transfer
massa dan aksesibilitas sisi penyerapan akan meningkat, sementara muatan
negatif pada permukaan TiO2 akan berkurang. Kinetika penyerapan ion
arsenic menggunakan TiO2-CNT juga akan meningkat dengan
meningkatnya laju alir dan potensial sel.
Treatment pada permukaan CNT seperti proses kalsinasi untuk
menghilangkan karbon amorf, penambahan asam untuk menghilangkan
residu metal oksida, pembentukan gugus oxyfunctional, dan penambahan
partikel SnO2 juga mempengaruhi kinerja filter elektrooksidatif. Aplikasi
treatment tersebut dilakukan dengan melapisi permukaan CNT filter,
diantaranya dengan konfigurasi C-CNT-HNO3, C-CNT-HCl, dan C-CNT-
SS (C-CNT-HNO3 yang dilapisipartikel SnO2) untuk menghilangkan
senyawa organik seperti metilen biru, fenol, methanol, dan formaldehid.

Baterai Litium Heksafluorofosfat (LiPF6) Anti Meledak

Para pengembang teknologi dan sejumlah ilmuwan terus melakukan


terobosan guna mengatasi problem ledakan pada baterai litium. Dalam
artikel jurnal berjudul "Upgrading traditional liquid electrolyte via in situ
gelation for future lithium metal batteries" (2018) yang diterbitkan Science
Advance, Feng-Quan Liu dkk menawarkan mekanisme mengubah cairan
8

baterai litium-ion menjadi padat atau semi padat dengan bantuan bahan
senyawa kimia litium heksafluorofosfat (LiPF6). Bahan yang berbentuk gel
ini diketahui lebih stabil dari cairan konvensional pada litium-ion dengan
tetap bertenaga selama lebih dari 400 jam waktu pengujian dibanding
dengan cairan sebelumnya. Menurut para peneliti tersebut, masalah yang
paling umum terjadi saat gangguan dalam baterai litium adalah tumbuhnya
dendrit yang tidak hanya menguras daya lebih cepat dari yang dibutuhkan
perangkat, juga bisa menyebabkan kebakaran.
Dendrit adalah semacam untaian paku litium yang tumbuh di anoda baterai.
Ketika baterai diisi ulang, ion litium bergerak dari satu sisi ke sisi lain dalam
baterai, berjalan di dalam cairan elektrolit. Setelah diisi ulang berkali-kali,
pertumbuhan dendrit terakumulasi dan makin mempersingkat masa pakai
baterai.

Dengan melibatkan senyawa LiPF6, pertumbuhan dendrit dapat ditekan


sehingga tak hanya mencegah kebakaran saat mengisi daya, tapi juga bisa
menghemat daya baterai dan memperpanjang masa pakai.
Di Amerika Serikat, sebuah perusahaan bernama Amionx yang bermarkas
di California mengklaim telah menciptakan baterai litium-ion yang tidak
akan terbakar bahkan ketika dihancurkan atau ditembak sekalipun. Produk
baterai tersebut dinamai SafeCore. Tentu ketahanan itu tak ditemukan pada
baterai litium normal yang akan meledak atau terbakar ketika dipanaskan di
api, ditusuk, ditembak, atau dihancurkan dengan cara lain. Dilansir
dari CNet, proses produksi di markas Amionx memperlihatkan
penyemprotan cairan hitam ke lembaran logam tipis yang diketahui sebagai
proses laminator elektroda. Semua terminal positif dan negatif melalui
proses laminasi sebelum akhirnya dirilis menjadi potongan-potongan yang
lebih kecil dan ditumpuk ke dalam sebuah sel baterai. Sejauh ini, Amionx
hanya memasok baterai litium tahan banting ini untuk militer AS.
9

Elektroda Termodifikasi

Modifikasi Elektroda dengan cara melapiskan senyawa tertentu


dipermukaan elektroda menjadi salah satu tanda perkembangan teknologi
voltammetri. Modifikasi elektroda tersebut bertujuan untuk meningkatkan
selektivitas dan mengurangi pengaruh matriks sample pada proses
pengukuran. Modifikasi elektroda secara kimia merupakan pendekatan
modern untuk sistem elektroda. Modifikasi elektroda dapat dilakukan
secara self–assembled monolayer (SAM), sol–gel encapsulation of reactive
spesies, electrocatalytic modified electrod, preconcentrating electrodes,
permselective coating, dan conducting polymers.

 Sintesis Polianilin sebagai Anoda pada Sistem Baterai Asam Sulfat

Baterai isi ulang yang saat ini pemakaiannya sangat luas adalah jenis
baterai accu (lead acid battery) dan jenis baterai lithium ion. Baterai accu
sampai saat ini masih mendominasi untuk pemakaian listrik dengan daya
besar, misalnya catu daya pada mobil, pembangkit listrik energi terbarukan
dan mobil listrik. Baterai jenis accu secara kinerja memiliki kualitas yang
baik, hanya memiliki masalah dalam bobot yang sangat berat. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi bobot baterai accu dengan
mengganti elektroda Pb dengan elektroda lain yang lebih ringan. Salah satu
alternatif yang dapat menggantikan fungsi elektoda Pb adalah polimer
konduktif.
Salah satu polimer konduktif yang banyak diteliti untuk aplikasi elektroda
baterai adalah polianilin. Polianilin, bila dibandingkan dengan polimer
konduktif lainnya mempunyai beberapa keunggulan diantaranya :
a. Polianilin dapat disintesis secara mudah, baik dengan cara elektrokomia
atau cara kimia
b. Polianilin dapat disintesis dalam jumlah banyak (mass production)
dengan cara relatif sederhana, sehingga sangat menguntungkan untuk
kepentingan aplikasi industri
10

c. Reaksi redoks polianilin bersifat reversibel dan relatif stabil sampai


ribuan kali
Polianilin pada tingkat oksida apapun dapat digunakan sebagai elektroda
baterai, baik sebagai elektroda positif (katoda) ataupun sebagai elektroda
negatif (anoda) . Proses redoks polianilin dapat berlangsung secara
reversibel, sehingga polianilin merupakan elektroda yang baik pada sistem
baterai sekunder. Proses pengisian-pengosongan sel baterai PANi dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengisian-pengosongan pasangan basa
leukoemeraldin-garam emeraldin dan pasangan basa emeraldin-garam
pernigranilin seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
11

Pada elektroda positip, saat proses charge PbSO4 berubah menjadi PbO2
dan H2SO4, sedangkan pada proses discharge PbO2 berubah menjadi
PbSO4 dan H2O. Pasangan reaksi reduksi dan oksidasi pada elektroda
positip adalah sebagai berikut:
PbSO4 + 2H2O ↔ PbO2 + HSO4- + 3H+ + 2e-
Hasil penelitian yang dituliskan pada paper ini bertujuan untuk membuat
dan mempelajari kinerja sistem baterai polianilin-PbO2. Konfigurasi sistem
baterai yang dibuat adalah [PANi-NMP│ H2SO4 +
Akuades│PbO2. Polianilin yang dipergunakan sebagai material anoda
disintesis dengan metoda kimia, sedangkan PbO2 sebagai material katoda
diperoleh dari elektroda baterai komersial.
Ekstraksi Lithium (Li+) dari Danau Air Garam dengan Elektrolisis Membran
Beberapa aplikasi sel elektrokimia juga dapat ditemukan dari beberapa
penelitian–penelitian terbarukan. Xuheng Liu et all (2015) melakukan
penelitian tentang studi ekstraksi lithium (Li+) dari danau air garam dengan
elektrolisis membran. Pada penelitian logam tersebut air garam diekstraksi
menggunakan elektrolisis membran dengan parameter operasi pada
pertukaran kapasitas Li+ dan stabilitas elektroda. Berbagai parameter
termasuk konsentrasi awal lithium dari larutan elektrolit, jarak anoda-
katoda, suhu elektrolit, kepadatan permukaan substrat aktif dan waktu
elektrolisis dioptimalkan. Di bawah kondisi optimal, elektroda
menunjukkan kapasitas pertukaran Li+ yang luar biasa pada 38,9 mg/g dan
nilai pH larutan elektrolit kurang dari 8. Ekstraksi lithium dari air garam
dengan elektrolisis membrane memberikan hasil yang sangat bermanfaat.
Logam lithium kedepannya digunakan untuk menyimpan cadangan energi
listrik.

 Penggunaan Mikroba Elektrolisis Sel dengan Elektroda Spiral


Selanjutnya Yanpin Hau et all (2015) melakukan penelitian tentang
penggunaan Mikroba elektrolisis sel dengan elektroda spiral untuk
12

pengolahan air limbah dan produksi gas metana. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengembangkan mikroba elektrolisis sel (MEC) dirancang
dengan permukaan elektroda spiral dan untuk mengevaluasi efektivitas
untuk pengolahan air limbah dan produksi gas metana (CH4). Model spiral
dirancang dapat menyediakan lebih dari 60 m2/m3 luas permukaan spesifik
dari elektroda dan tahan pada internal rendah. Dengan asetat sebagai
substrat dan mengatur tingkat tegangan 0,7 menjadi1,3 V, rata rata arus
konstan dan produksi CH4 meningkat masing-masing berturut 46 menjadi
132 A / m3 dan 0,08 menjadi 0,17 m3/m3d. Dengan meningkatkan
tegangan, efisiensi energy menurun dari 157% menjadi 69%, sedangkan
nilai COD meningkat 0,31 menjadi 0,69 kg COD/m3d. Tegangan optimal
dari MEC permukaan elektroda spiral sekitar 0,95 V. Proses penjenuhan air
limbah, MEC juga menunjukkan hasil yang baik dengan kepadatan rata-rata
saat 24 A/m3, laju produksi CH4 berkisar 0,03 m3/m3d, energi efisiensi
66%, dan nilai COD berkisar 0,20 kg COD/m3d.

 Proses Elektrokimia dengan Filter Carbon Nanotube

Carbon nanotube terdiri dari lembaran graphene yang melapisi single-


walled nanotubes (SWNT) atau coaxial double dan multiwalled nanotubes
(DWNT dan MWNT). CNT filter terdiri dari seratus tubes yang terkait satu
sama lain oleh gaya van der Waals, sehingga menyediakan luas permukaan
yang lebih besar dan mampu menghilangkan kontaminan biologi, seperti
bakteri dan virus, serta menghilangkan kontaminan kimia. Carbon nanotube
memiliki pori di antara kumpulan tube sehingga memungkinkan terjadinya
adsorpsi untuk adsorbat dengan berat molekul yang kecil, seperti ion logam.
Luas permukaan dan volume mesopori dari CNT dapat ditingkatkan dengan
purifikasi, misalnya dengan treatment menggunakan senyawa asam, basa,
gas, atau dengan treatment menggunakan panas.
Modifikasi kimia pada carbon nanotube dapat meningkatkan kelarutan dan
memudahkan proses purifikasi. Namun salah satu kelemahan dari
modifikasi tersebut adalah sifat dari carbon nanotube yang sangat inert
akibat delokalisasi sistem elektron π. Komposisi dari nanotube secara tidak
13

langsung dapat mempengaruhi penambahan oksigen sehingga membentuk


gugus karboksil dan hidroksil. Gugus tersebut dapat meningkatkan
kelarutan dalam air atau alkohol secara signifikan dibandingkan dengan
pristine nanotubes.

Proses filtrasi elektrokimia terdiri dari tiga proses, yaitu transfer massa
secara hidrodinamik, adsorpsi/desorpsi secara fisik yang dipengaruhi oleh
temperatur, dan transfer elektron secara langsung yang dipengaruhi oleh
tegangan. Kemampuan proses filtrasi elektrokimia dapat dievaluasi
melalui proses adsorpsi, desorpsi, dan oksidasi dari zat pewarna dalam
larutan, seperti muatan positif pada metilen biru (MB) dan muatan negatif
pada metil orange, serta oksidasi anion iodide (I-) dan klorin (Cl-).
Efisiensi dari penerapan teknologi CNT filter elektrokimia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti: (i) potensial anoda, (ii) laju alir, (iii) kekuatan ion,
dan (iv) bahan katoda. Agar senyawa kimia dapat teroksidasi, nilai potensial
anoda harus lebih tinggi dibandingkan potensial redoks. Namun pada nilai
potensial anoda yang tinggi memungkinkan terjadinya pemecahan molekul
air, sehingga terjadi kompetisi antara oksidasi senyawa organik dengan
evolusi oksigen. Potensial anoda yang tinggi juga menyebabkan degradasi
CNT serta membatasi aplikasi CNT untuk pengolahan air secara
elektrokimia. Oleh karena itu, potensial anoda dijaga pada nilai yang tidak
terlalu tinggi, serta dapat digunakan elektroda boron-doped diamond (BDD)
untuk meminimalisir kompetisi antara oksidasi anoxic dan evolusi oksigen.
Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatan overpotential
dari oksigen adalah dengan melapisi permukaan anoda.
Kinerja dari sistem elektrokimia dipengaruhi pula oleh bahan katoda yang
digunakan, karena katoda yang berbeda akan menghasilkan tingkat oksidasi
yang berbeda pula. Beberapa contoh bahan yang dapat digunakan misalnya
graphite felt, carbon felt, dan multiwalled carbon nanotube (MWNT).
14

C. Aplikasi dan Kegunaan dalam Kehidupan Sehari–hari

Sebagai Penyimpanan Energi (Sel Volta Primer & Sekunder)

 Sel Volta Primer

a. Sel Kering Seng – Karbon


Sel kering juga dapat disebut sel Lenchanche atau baterai. Baterai
kering ini mendapatkan hak paten penemuan di tahun 1866. Sel Lanchache ini
terdiri atas suatu silinder zink berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2),
15

salmiak (NH2Cl), karbon (C), dan sedikit air. Dengan adanya air jadi baterai
kering ini tidak 100% kering.
Sel ini biasanya digunakan sebagai sumber tenaga atau energi pada lampu,
senter, radio, jam dinding, dan masih banyak lagi. Penggunaan logam seng
adalah sebagai anoda sedangkan katoda digunakan elektrode inert, yaitu grafit,
yang dicelupkan ditengah-tengah pasta. Pasta ini bertujuan sebagai oksidator.
Seng tersebut akan dioksidasi sesuai dengan persamaan reaksi di bawah ini:

Zn(s) → Zn2+ (aq) + 2e- (anoda)

Sedangkan katoda terdiri atas campuran dari MnO2 dan NH4Cl. Reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut:

2MnO2(s) + 2NH4+(aq) 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)


(katoda)

Katoda akan menghasilkan ammonia, ammonia ini akan bereaksi dengan Zn2+
yang dihasilkan di anode. Reaksi tersebut akan membentuk ion yang kompleks
[Zn(NH3)4]2+. Sel kering ini tidak dapat digunakan berulang kali dan memiliki
daya tahan yang tidak lama. Dan harganya di pasaran sangatlah murah.

b. Baterai Merkuri
Baterai merkuri ini merupakan satu dari baterai kecil yang dikembangkan
untuk usaha perdagangan atau komersial. Anoda seng dan katoda merkuri (II)
oksida (HgO) adalah penyusun dari baterai merkuri ini yang dihubungkan
dengan larutan elektrolit kalium hidroksida (KOH). Sel ini mempunyai beda
potensial ± 1,4V. Reaksi yang terjadi pada baterai ini adalah:

Zn(s) + 2OH–(aq) → ZnO(s) + H2O + 2e- (anoda)


HgO(s) + H2O + 2e- → Hg(l) + 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi dari keseluruhan atau disebut reaksi bersih adalah:
Zn(s) + HgO(s) → ZnO(s) + Hg(l)

c. Baterai Perak Oksida


Baterai perak oksida tergolong tipis dan harganya yang relatif lebih mahal dari
baterai-baterai yang lainnya. Baterai ini sangat populer digunakan pada jam,
kamera, dan kalkulator elektronik. Perak oksida (Ag2O) sebagai katoda dan
16

seng sebagai anodanya. Reaksi elektrodenya terjadi dalam elektrolit yang


bersifat basa dan mempunyai beda potensial sama seperti pada baterai alkaline
sebesar 1,5V. Reaksi yang terjadi adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e- (anoda)
Ag2O(s) + H2O + 2e- → 2Ag(s) + 2OH-(aq) (katoda)

d. Baterai Litium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator (seperti pada
baterai alkaline). Baterai Litium ini dapat menghasilkan arus listrik yang lebih
besar dan daya tahannya lebih lama dibandingkan baterai kering yang
berukuran sama. Berikut notasi dari baterai Litium:
Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH (pasta)│MnO2, Mn(OH)3,
C

 Sel Volta Sekunder

a. Aki Timbal
Aki merupakan jenis baterai yang dapat digunakan untuk kendaran bermotor
atau automobil. Aki timbal mempunyai tegangan 6V atau 12V, tergantung
jumlah sel yang digunakan dalam konstruksi aki timbal tersebut. Aki timbal ini
terdiri atas katoda PbO2 (timbel(IV) oksida) dan anodanya Pb (timbel=timah
hitam). Kedua zat sel ini merupakan zat padat, yang dicelupkan kedalam
larutan H2SO4. Reaksi yang terjadi dalam aki adalah:

Pb(s) + SO42–(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)


PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42–(aq) + 2e- → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)

Aki ini dapat diisi ulang dengan mengalirkan lagi arus listrik ke dalamnya.
Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua
elektrode. Pada pengosongan aki, anoda (Pb) mengirim elektron ke katoda
(PbO2). Sementara itu pada pengisian aki, elektrode timbal dihubungkan
dengan kutub negatif sumber arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada
elektrode timbal itu direduksi. Berikut reaksi pengisian aki:
PbSO4 (s) + H+(aq) +2e- → Pb(s) + HSO4–(aq) [elektrode Pb sebagai katoda]
17

PbSO4 (s) + 2H2O(l) → PbO2 (s) + HSO4–(aq) + 3H+ (aq) + 2e- [elektrode
PbO2 sebagai anoda].

b. Baterai Nikel Kadmium


Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat diisi ulang. Sel
ini biasanya disebut nicad atau bateray nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi
pada baterai nikel-kadmium adalah:
Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2 (s) + 2e- (anoda)
NiO2(s) + 2H2O (l) + 2e- → Ni(OH)2 (s) + 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi keseluruhan adalah:
Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O (l) → Cd(OH)2 (s) + Ni(OH)2 (s)

Baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada kedua


elektrodenya. Baterai nikel-kadmium memiliki tegangan sekitar 1,4V. Dengan
membalik arah aliran elektron, zat-zat tersebut dapat diubah kembali seperti zat
semula.
c. Sel Perak Seng
Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang besar dan banyak digunakan pada
kendaran-kendaraan balap. Sel perak seng dibuat lebih ringan dibandingkan
dengan sel timbal seng. KOH adalah elektrolit yang digunakan dan
elektrodenya berupa logam Zn (seng) dan Ag (perak).
d. Sel Natrium Belerang
Sel natrium belerang ini dapat menghasilkan energi listrik yang lebih besar dari
sel perak seng. Elektrodenya adalah Na (natrium) dan S (sulfur).
e. Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah sel yang menggunakan bahan bakar seperti campuran
hidrogen dengan oksigen atau campuran gas alam dengan oksigen. Sel bahan
bakar ini biasanya digunakan untuk sumber energi listrik pesawat ulang-alik,
pesawat Challenger dan Columbia. Yang berperan sebagai katode adalah gas
oksigen dan anodanya gas hidrogen. Masing-masing elektrode dimasukkan
kedalam elektrode karbon yang berpori-pori dan masing-masingnya elelktrode
digunakan katalis dari serbuk platina.

Katoda: menghasilkan ion OH-


18

O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)


Anoda: dari katode bereaksi dengan gas H2
H2(g) + 2OH-(aq) → 2H2O(l) + 2e-
Reaksi selnya adalah:

O2(g) + 2H2(g) → 2H2O(l)

Penyepuhan Logam (Elektroplating)


Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia (elektrokimia) yang
membahas tentang energi atau arus listrik yang menyebabkan suatu reaksi atau perubahan
kimia serta energy listrik yang di hasilkan melalui suatu reaksi kimia, hasil reaksi – reaksi
pada suhu yang sangat tinggi melalui perubahan energi listrik menjadi panas.
Dalam elektroplating proses yang terjadi adalah melalui elektroforesis yaitu
gerakan partikel koloid dalam medan listrik dengan menghasilkan dua elektrode (suatu
penghantar yang dapat berbentuk batangan, kepingan, atau kawat yang digunakan untuk
memancarkan atau mengendalikan aliran partikel-partikel yang bermuatan, baik dalam suatu
cairan, gas, atau semikonduktor). Yang dialiri arus kearah, koloid bermuatan negatif bergerak
kearah anode, sedangkan koloid bermuatan positif ke katode. Proses ini digunakan untuk
memisahkan atau penguraian campuran. Setelah koloid itu terpisah atau melapisi anode
tersebut sehingga terbentuk lapisan tipis yang biasanya disebut plate.
Proses elektroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu
material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengannikel adalah
bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas
konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun
tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya.

Contoh penyepuhan logam secara tradisional adalah proses penyepuhan


menggunakan emas 24 karat. Penyepuhan dilakukan pertama-tama dengan
merendam logam (perak) di dalam air panas yang sebelumnya dibubuhi
potasium, kemudian, logam dicuci dengan buah lerak dan disikat dengan
seksama. Setelah benar-benar bersih, perhiasan dicelupkan dalam larutan potas
dan emas yang dipanasi.
19

Untuk membuat larutan sepuh, emas dikaitkan pada kawat tembaga yang
disambungkan pada kutub positif aki kering. Logam yang disepuh dikaitkan
pada kawat tembaga pada sambungan kutub lain. Untuk meratakan lapisan,
perhiasan digoyang-goyangkan beberapa kali.

Penyepuhan perak oleh emas digunakan dalam pembuatan perhiasan. Namun,


karena atom perak berdifusi ke lapisan emas, lambat laun akan memudarkan
warnanya dan akhirnya menodai lapisan permukaan. Proses ini dapat
berlangsung berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, tergantung pada
ketebalan lapisan emas. Sebuah “penghalang” berupa lapisan logam digunakan
untuk melawan efek ini. Tembaga, yang juga dapat bermigrasi menjadi emas,
kecepatannya jauh lebih lambat daripada perak. Tembaga lebih jauh lagi
disepuh dengan nikel, sehingga perak berlapis emas biasanya merupakan perak
yang di-substrat dengan lapisan tembaga dan nikel, dan emas berada pada
lapisan paling atas.

Pelindung dari Korosi

Korosi adalah reaksi oksidasi dari suatu unsur, terutama logam. Logam
lebih mudah teroksidasi ketika logam tersebut berada di bagian kiri deret volta
akibat mengecilnya potensial reduksi dan membesarnya potensial oksidasi
semakin logam berada di bagian kiri deret. Contoh berikut adalah mekanisme
magnesium (Mg) untuk melindungi logam besi (Fe) dari korosi.

Fe3+ + 3e- → Fe Eo = -0.04

Mg2+ + 2e- → Mg Eo = -2.37


20

Karena Magnesium berada di sebelah kiri besi pada deret volta, maka Mg akan
teroksidasi dan akan melindungi Fe dari korosi, dan ketika Mg terkorosi, akan
dihasilkan Mg(OH)2. Ketika ada kehadiran CO2 (atau karbon dari debu udara)
maka reaksi akan berlanjut dan Mg(OH)2 akan bereaksi dengan CO2
membentuk lapisan MgCO3•3H2O yang dapat mencegah proses korosi
berlanjut.

Akan tetapi, lapisan MgCO3•3H2O tidak terlalu tebal untuk melindungi seluruh
permukaan besi dari korosi sehingga masih ada bagian besi yang memiliki
lapisan MgCO3•3H2O yang tipis atau bahkan tidak terlapisi. Oleh karena itu
Mg bukan material terbaik untuk mencegah korosi dari besi.

Voltammetri sebagai metode menganalisis senyawa kimia


Voltammetri adalah salah satu metode elektroanalitik dimana informasi
mengenai analit diperoleh dari pengukuran arus sebagai fungsi potensial
yangditerapkan. Sel voltametri terdiri dari tiga elektroda yang dimasukkan
kedalam larutan yang mengandung analit dan elektrolit nonreaktif berlebih
yang disebut elektrolit pendukung. Teori dasar voltametri adalah polarografi.
Polarografi merupakan metode analisis yang menggunakan teknik potensial
terkontrol dengan pengukuran arus yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi adalah
:
O+ne→R
Dimana O dan R merupakan bentuk analit dalam keadaan oksidasi dan reduksi,
e adalah elektron yang terlibat dalam reaksi dan n menunjukkan jumlah
electron yang terlibat dalam reaksi tersebut. Secara termodinamika potensial
elektroda dapat digunakan untuk menentukan jenis (analisa kualitatif) dan
jumlah (analisa kuantitatif) reaksi yang terjadi berdasarkan persamaan Nernst
:
E = E0 - 2,303 log - - E pembanding
Dimana Eo adalah potensial standar reaksi redoks yang terjadi, R adalah
tetapan gas mutlak, T adalah temperatur (K), n adalah jumlah elektron yang
terlibat dalam reaksi, ared dan aoks masing-masing adalah aktivitas bahan
dalam keadaan reduksi dan oksidasi dan F adalah bilangan Faraday. Arus yang
21

dihasilkan dari reaksi redoks tersebut dinamakan arus Faradik, karena


mengikuti hukum Faraday (1 mol bahan memberikan n x 96487 Coulomb
listrik).

Dalam voltametri digunakan tiga elektroda yang dicelupkan dalam larutan


elektrolit. Yang pertama adalah eletroda kerja, elektroda ini memiliki berbagai
bentuk dan ukuran tergantung penggunaannya. Biasanya berbentuk pelat kecil
atau piringan kecil konduktor yang dipres dan diletakkan dalam batang (rod)
material inert, misalnya teflon. Konduktor yang biasa digunakan adalah logam
inert, seperti platina, emas, glassy carbon atau grafit, semikonduktor indium
dioksida, maupunlogam yang dilapisi oleh raksa. Elektroda kedua merupakan
elektroda referensi (biasanya berupa kalomel jenuh atau Ag/AgCl), yang
memiliki potensial tetap selama eksperimen berlangsung. Elektroda yang
ketiga disebut elektroda pembantu. Elektroda ini berupa kabel platinum yang
fungsinya tersedia hanya untuk mengalirkan listrik yang berasal dari sumber
sinyal melalui larutan menuju elektroda kerja.

Arus akan mengalir ketika potensial pada elektroda kerja cukup negatif untuk
terjadinya reaksi reduksi, atau potensial cukup positif untuk terjadinya reaksi
oksidasi. Pada potensial dimana arus mulai mengalir berhubungan dengan Eo
untuk tiap pasangan reaksi, hal ini disebut sinyal analitik kualitatif. Besarnya
arus berhubungan dengan konsentrasi analit yang bereaksi pada elektroda, ini
disebut sinyal analitik kuantitatif.
Ada tiga mekanisme aliran arus yang muncul pada sistem, yaitu :
a) Konveksi, yaitu aliran arus yang disebabkan oleh pengadukan, density
gradient atau karena gradien temperatur dalam larutan.
b) Elektromigrasi, yaitu aliran arus karena perpindahan kation menuju katoda
dan anion menuju anoda. Ketika arus mengalir, muatan dibawa oleh ion
melalui larutan berdasarkan nilai transference number-nya.
c) Difusi, yaitu aliran arus yang berhubungan dengan gradien konsentrasi.
Analit akan mengalir secara spontan dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju
ke konsentrasi rendah.
22

Arus konveksi dapat diminimalkan dengan cara menghilangkan pengadukan


dan pengukuran dilakukan pada temperatur yang tetap. Arus elektromigrasi
tidak dapat dihindari, karena ketika arus mengalir, muatan harus dibawa
melalui larutan. Arus akan dibawa oleh spesies yang yang memiliki
transference number tertinggi dan hal ini bergantung pada mobilitas dan
konsentrasi. Jika suatu garam inert dengan konsentrasi tinggi ditambahkan
dalam larutan, misalnya KCl, maka muatan akan dibawa oleh ion garam ini,
sehingga arus elektromigrasi dapat diminimalkan. Garam inert yang
ditambahkan disebut elektrolit pendukung, harus memiliki konsentrasi 50
sampai 100 kali lebih tinggi dari konsentrasi analit. Arus yang berhubungan
dengan reaksi analit adalah arus difusi.

Pada potensial tertentu larutan elektrolit pendukung mengalami proses


oksidasi-reduksi. Dengan adanya proses ini akan mempengaruhi voltamogram
yang dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan daerah potensial tertentu untuk
menghindari interferensi dari larutan elektrolit pendukung

Metode pengukuran
Dalam voltametri, variabel sinyal eksitasi potensial memberi kesan terhadap
sel yang mengandung mikroelektroda. Sinyal eksitasi ini merupakan
karakteristik respon arus berdasarkan metoda yang digunakan. Ada beberapa
jenis sinyal eksitasi, pertama linear scan biasa digunakan pada polarography
dan hydrodynamic voltammetry. Differential pulse digunakan dalam
differential pulse polarography. Square wave digunakan dalam square wave
voltammetry dan triangular digunakan dalam cyclic voltammetry (Skoog, et.
al, 1998)
23

SWV (square wave voltammetry) Square wave voltammetry dan differential


pulse voltammetry keduaya digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Metode ini mengambil keuntungan dari timing sampel ke computer berulang
kali pada dua titik relative terhadap waktu penerapan tegangan square wave
untuk electroda. Perbedaan antara dua nilai arus
diplotkan sebagai fungsi dari aplikasi potensial DC. Hasil yang diperoleh
adalah puncak dari voltammetryc wave, sesuai dengan aktivitas elektro dari
spesies pada sel elektrokimia.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari
sebuah reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi
kimia. Banyak pemanfaatan sel elektrokimia digunakan untuk menghasilkan
teknologi terbarukan. Di dalam proses pengembangannya, sel elektrokimia dapat
menghasilkan reaksi kimia berlangsung spontan atau pun tidak spontan berdasarkan
tingkat oksidasi-reduksi suatu elektroda. Sel elektrolisis dan sel Volta merupakan
24

hasil terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan larutan
elektrolit. Elektroda akan mengalami reaksi kimia yang terjadi pada katoda maupun
anoda. Hasil dari interaksi-interaksi pada elektroda ini yang akan menjadi media
penghantar energi yang dihasilkan. Sampai saat ini, sel elektrokimia masih
memiliki peranan penting di dalam kemajuan teknologi modern sampai industri
otomotif maupun rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition).
New Jersey: Pearson Education,Inc.

Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New
York: McGraw-Hill Education

C.D. Vecitis, G. Gao, H. Liu, Electrochemical carbon nanotube filter for


adsorption, desorption, and oxidation of aqueous dyes and anions, J. Phys.
Chem. 115 (2011) 3621–3629.
25

Feng-Quan Liu. et al, 2018. Upgrading traditional liquid electrolyte via in situ
gelation for future lithium metal batteries, vol 4 no 10 Science Advance 2018

Hou, Y.; Zhang R.; Luo H.; Liu G.; Kim, Y.; Yu, S.; Zeng, J.; Microbial
electrolysis cell with spiral wound electrode for wastewater treatment and
methane production, Process Biochemistry, Elsevier, 2015.
Kennedy, J. 1990. Analitycal Chemistry. 2nd ed. Sounders College Publishing.
Liu, X.; Chen, X.; He, L.; Zhao, Z.; Study on Extraction of Lithium from Salt
Lake Brine by Membrane Electrolysis, Desalination 376, Elsevier, 2015.

McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education,Inc.

Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern


Applications (11th edition). Toronto:Pearson Canada Inc.

Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature
of Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education

Skoog, D.A., D.M. West, F.J. Holler (1996). Fundamental of Analytical chemistry,
7th ed. Saunders College Publishing.
Wang, J. 2000. Analytical Electrochemistry. Wiley–VHC. Canada.
West,Kresta. 2009. Materi Kimia :”Reaksi Kimia” Volume 3. PT Intan Sejati :
Bandung

Anda mungkin juga menyukai