Anda di halaman 1dari 97

BAHAN AJAR

REAKTOR KIMIA
KI161632

Oleh:

INDAH PURNAMASARI, S.T., M.ENG /0027038701

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR REAKTOR KIMIA

NAMA MATA KULIAH : REAKTOR KIMIA


KODE MATA KULIAH : KI161632
NAMA PENULIS : INDAH PURNAMASARI, S.T., M.ENG
NIP/NIDN : 198703272012122002
JURUSAN/PRODI : TEKNIK KIMIA/TEKNOLOGI KIMIA
INDUSTRI

Palembang, 08 Desember 2017


Mengetahui, Penulis,
Ketua Jurusan Teknik Kimia

(ADI SYAKDANI, S.T., M.T) (INDAH PURNAMASARI, ST, M.ENG)


NIP 196904111992031001 NIP 198703272012122002

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Kepala P3AI
Politeknik Negeri Sriwijaya

(Dr. Dipl.Ing. AHMAD TAQWA, M.T) (MUHAMMAD RASID, S.T., M.T.)


NIP 196812041997031001 NIP 196302051989031001
PRAKATA

Kemampuan seorang mahasiswa untuk menerima dan memahami salah satu mata
kuliah yang diberikan diperkuliahan oleh pengajar tidak sama. Apalagi mata kuliah
yang diberikan tersebut, sumber bacaannya hampir delapan puluh persen lebih dalam
bahasa asing. Oleh karena itu penyusun mencoba membuat suatu modul dengan
tujuan agar mahasiswa sedikit lebih mudah untuk mengerti dan memahami mata
kuliah yang penulis berikan di perkuliahan Reaktor Kimia. Bahan Ajar yang disusun
ini diutamakan penggunaannya pada kegiatan perkuliahan dengan cara penjelasan
teori di ruang kuliah dan dilanjutkan dengan latihan menyelesaikan soal-soal yang
terdapat pada sumber pustaka.

Bahan Ajar ini terdiri atas enam pokok bahasan yaitu :


1. Reaksi Kimia dan Katalis
2. Konsep Dasar Perancangan Reaktor
3. Reaktor Batch
4. Reaktor Alir Tanki Berpengaduk
5. Reaktor Alir Pipa
6. Reaktor Seri
7. Reaktor Katalitik Heterogen
Bekal saintifik yang bersifat aplikatif, terlatihnya ketrampilan motorik dalam
bekerja, teknologi konstruktif dan pemahaman manajerial sederhana dinilai telah
memadai bagi seorang lulusan Politeknik untuk mewujudkan hal tersebut. Disamping
itu, konsep dasar pendidikan Politeknik yaitu tepat waktu, tepat ukuran dan tepat
aturan menjadikan mereka lebih berpeluang daripada lulusan universitas ataupun
institut untuk menjadi tenaga professional.
Palembang, Desember 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I REAKSI KIMIA AN KATALIS ............................................................ 1
BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN REAKTOR ............................. 13
BAB III REAKTOR BATCH ............................................................................ 25
BAB IV REAKTOR ALIR TANKI BERPENGADUK .................................... 39
BAB V REAKTOR ALIR PIPA ........................................................................ 50
BAB VI REAKTOR SERI.................................................................................. 62
BAB VII REAKTOR KATALITIK HETEROGEN ......................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80
LAMPIRAN - LAMPIRAN

iv
BAB I
REAKSI KIMIA DAN KATALIS

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam menganalisa reaksi kimia dan katalis.
b. Setelah membaca BAB ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
dan membahas jenis-jenis reaksi kimia dan katalis, baik katalis homogen
maupun heterogen
2. Capaian Pembelajaran khusus
Jika mahasiswa diberikan suatu kasus tentang reaktor, diharapkan mampu:
a. menjelaskan jenis-jenis reaksi kimia dan katalis
b. menjelaskan katalis homogen
c. menjelaskan katalis heterogen

A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita berhubungan dengan reaksi kimia.
Dimana reaksi kimia ini merupakan suatu fenomena dan proses yang terjadi di
dalam reaktor. Untuk mengetahui kinerja maupun design reaktor, terlebih
dahulu kita harus mengetahui reaksi apa saja yang terjadi didalamnya. Pada
bab ini akan dibahas mengenai apa itu reaksi kimia, lalu apa saja
klasifikasinya, serta menjelaskan suatu reaksi kimia yang menggunakan katalis.
Pada sub bab katalis, akan sedikit dijelaskan mengenai sifat dan jenis dari
katalis.

B. POKOK-POKOK ISI
1. DEFINISI REAKSI KIMIA
Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi
(reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu

1
dihasilkan zat-zat yang baru dengan sifat-sifat yang baru. Reaksi kimia
dituliskan dengan menggunakan lambang unsur. Ketika terjadi reaksi kimia,
terdapat perubahan-perubahan yang dapat kita amati. Perhatikan ciri-ciri reaksi
kimia berikut.
a. Reaksi Kimia dapat Menimbulkan Perubahan Warna
Sebagai contoh kita dapat mengamati bahwa warna ungu pada larutan
kalium permanganat (KMnO4) akan berubah jika direaksikan dengan
larutan asam oksalat (H2C2O4).

b. Reaksi Kimia dapat Membentuk Endapan


Ketika barium klorida (BaCl2) direaksikan dengan natrium sulfat
(Na2SO4) akan menghasilkan suatu endapan putih barium sulfat (BaSO4).
Endapan putih yang terbentuk ini sukar larut dalam air.

c. Reaksi Kimia dapat Menimbulkan Perubahan Suhu


Pada percobaan mereaksikan asam sulfat (H2SO4) dan natrium
hidroksida (NaOH) terjadi kenaikan suhu. Nah, reaksi kimia yang
menghasilkan kenaikan suhu dinamakan reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm
dapat kamu temukan pada pembakaran kertas dan pembakaran bensin pada
kendaraan bermotor. Pada percobaan kedua, saat mereaksikan campuran
barium hidroksida (Ba(OH)2) dan amonium klorida (NH4Cl), larutan
tersebut akan menyerap panas di sekitarnya sehingga terjadi penurunan
suhu. Reaksi kimia yang menyerap panas di sekitarnya dinamakan reaksi
endoterm.

d. Reaksi Kimia dapat Menimbulkan Gas


Pernahkah kamu melarutkan tablet vitamin berkalsium tinggi (tablet
effervescent) ke dalam segelas air? Ketika kamu melarutkan tablet vitamin
berkalsium tinggi ke dalam segelas air, kamu akan melihat gelembung-
gelembung gas muncul dari dalam larutan. Hal ini membuktikan bahwa
dalam peristiwa reaksi kimia dapat menimbulkan gas.

2
1.1.TEORI REAKSI KIMIA
Ada 2 teori yang menjelaskan bagaimana reaksi kimia dapat terjadi, yaitu
teori tumbukan (teori koalisi) dan teori kompleks teraktivasi (teori transisi).
a. TEORI TUMBUKAN
Teori tumbukan menggambarkan pertemuan partikel-partikel
pereaksi sebagai suatu tumbukan. Tumbukan ada yang menghasilkan
reaksi dan ada yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang
menghasilkan partikel-partikel produk reaksi disebut tumbukan efektif.
Faktor-faktor yang menentukan tumbukan efektif yaitu energi kinetik
partikel (molekul) dan orientasi atau arah partikel. Menurut teori ini
sebelum dua molekul bersenyawa pada tahap mula kedua molekul
bertabrakan. Dengan menggunakan konsep Arrhenius tentang energi
pengaktifan dipostulasikan bahwa tidak semua tabrakan menghasilkan
reaksi. Hanya molekul-molekul yang memiliki energi sama dengan atau
lebih besar dari energi pengaktifan dapat menghasilkan reaksi.
Bentuk matematik dari teori koalisi adalah:
k = P Z e  E A / RT

Keterangan :
k = tetapan laju
Z = jumlah tabrakan per satuan volume per satuan waktu
EA = energi pengaktifan
P = faktor ruang

b. TEORI KOMPLEKS TERAKTIVASI


Teori kompleks teraktivasi merupakan modifikasi teori tumbukan
yang dikembangkan berdasarkan mekanika statistik. Ada dua anggapan
dasar yang diambil pada teori ini yaitu pereaksi berubah menjadi suatu
produk dalam keadaan transisi yang dikenal sebagai bentuk kompleks
teraktivasi. Sebagai anggapan dasar kedua adalah keadaan transisi dan
produk berada dalam keadaan kesetimbangan.

3
Teori kompleks teraktivasi digunakan untuk memodifikasi
kekurangan teori tumbukan. Dalam kegiatan belajar ini akan dibahas
asumsi- asumsi yang digunakan dalam teori kompleks teraktivasi, diagram
energi permukaan, landasan mekanika statistik, penentuan laju reaksi
absolut, serta fomulasi termodinamika bagi tetapan laju. Suatu teori dapat
digunakan pada suatu sistem, bila sistem tersebut memenuhi anggapan
dasar yang diambil pada waktu teori tersebut dirumuskan. Anggapan yang
paling mendasar dari teori ini adalah bahwa dalam suatu reaksi sebelum
pereaksi berubah menjadi produk pereaksi akan melalui tahap suatu
keadaan transisi dimana keadaan transisi ini bukan merupkan hasil antara.
Keadaan transisi ini dicapai setelah pereaksi memiliki sejumlah energi
tertentu yang disebut sebagai energi aktivasi. Pada keadaan transisi,
pereaksi akan berada sebagai kompleks teraktivasi, yang kemudian akan
berubah menjadi produk. Perubahan pereaksi menjadi produk hanya
tergantung pada dapat tidaknya pereaksi mencapai keadaan transisi. Jadi
dapat dikatakan bahwa keadaan transisi tergantung pada keberhasilan
pereaksi melampaui energi penghalang reaksi yang besarnya sama dengan
besar energi aktivasi. Asumsi berikutnya yang berlaku dalam Teori
Kompleks Teraktivasi adalah terjadinya kesetimbangan antara pereaksi
dengan kompleks teraktivasi.

1.2.KLASIFIKASI REAKSI
Ada beberapa klasifikasi reaksi yang umum digunakan dalam perancangan
suatu reaktor, antara lain :
a. Berdasarkan fasenya
- Reaksi homogen, yaitu reaksi yang terjadi melalui dua buah reaktan
atau lebih yang memiliki fase yang sama
- Reaksi heterogen, yaitu reaksi yang terjadi ketika memiliki reaktan
dengan fase yang berbeda, dalam hal reaksi heterogen ada dua
fenomena yang terjadi yaitu transfer massa dan reaksi kimia. Banyak
reaksi-reaksi kimia fasa cair maupun gas yang hanya dapat

4
berlangsung pada permukaan padatan. Karena sifat reaksinya hanya
bergantung pada fasa padat, maka reaksi tersebut dikatakan
berkatalisis dengan fasa padat sebagai katalisnya. Ada lima tahapan
dalam reaksi heterogen (Rahayu, Susanto Imam, 1995) :
1. Difusi molekul-molekul pereaksi menuju permukaan,
2. Adsorpsi molekul-molekul pereaksi pada permukaan,
3. Reaksi berlangsung di permukaan,
4. Desorpsi hasil reaksi dari permukaan,
5. Difusi hasil-hasil reaksi meninggalkan permukaan menuju sistem
keseluruhan.

b. Berdasarkan mekanisme reaksinya


- Reaksi elementer, adalah reaksi terkecil paling sederhana di mana
reaksi kimia dapat terurai, dan tidak memiliki produk sampingan.
Suatu reaksi disebut sebagai reaksi sederhana bila persamaan
stokiometrinya menggambarkan apa yang sebenarnya berlangsung,
misalnya :

H2 + Br HBr + H

Dimana satu molekul H2 bertumbukan dengan satu atom Br dan


terjadi pertukaran “partner” dengan pembentukan HBr dan H, maka
reaksi tersebut adalah reaksi sederhana.
- Reaksi multiple (reaksi rumit)
Suatu reaksi kimia disebut sebagai reaksi rumit atau kompleks bila
reaksi tersebut tersusun atas beberapa reaksi sederhana. Karena itu,
pada umumnya persamaan laju reaksi rumit tidak dapat diturunkan dari
persamaan stokiometrinya. Tetapi sebaliknya tak selalu berlaku.
Artinya, bila persamaan laju mengikuti persamaan stokiometrinya,
reaksi tersebut belum tentu reaksi sederhana. Terdapat berbagai cara
untuk menyusun reaksi-reaksi sederhana menjadi suatu reaksi rumit.
Untuk itu secara sederhana terdapat tiga macam susunan, yaitu :

5
a. susunan reaksi parallel
b. susunan reaksi berurutan (seri)
c. susunan reaksi berlawan
d. reaksi polimerisasi

Suatu susunan reaksi disebut sebagai parallel bila satu pereaksi


secara bersamaan dapat mengalami dua atau lebih reaksi yang
berbeda, dengan produk yang berbeda pula. Dengan begitu maka bagi
susunan :
k1
A+B P1 + ...
k2
A+C P2 + ...

Suatu susunan reaksi disebut berurutan bila salah satu produk dari
reaksi pertama mengalami reaksi lebih lanjut pada reaksi kedua.
Sebagai contoh adalah dua reaksi pertama pada mekanisme disosiasi
etana, dengan kehadiran oksigen nitrogen :
k1
C2H6 + NO C2H5 + HNO
k2
C2H5 H + C2H4

Disini C2H5 disebut zat antara, karena tidak terdapat dalam produk
reaksi maupun dalam pereaksi.
Suatu susunan reaksi disebut berlawanan bila produk-produk
reaksinya dapat bereaksi kembali menghasilkan pereaksi awal.
Sebagai contoh adalah suatu bagian dari mekanisme pembentukan
HBr dari hidrogen dan brom :

k1
Br + H2 HBr + H
k2
H + HBr H2 + Br

6
2. KATALIS
Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan
tujuan untuk mempercepat reaksi. Di dalam industri pemakaian katalis sangat
penting karena akan meningkatkan produk dan mengurangi biaya produksi.
Penggunaan katalis dalam reaksi kimia bertujuan untuk mempercepat jalannya
reaksi. Katalis berperan dalam pembentukan senyawa antara reaktan-reaktan
yang bereaksi. Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi dan
meningkatkan frekuensi reaksi. Sifat-sifat katalis yang penting adalah sebagai
berikut :
a. Aktivitas : Kemampuan katalis untuk mengubah bahan mentah
menjadi produk, misalnya dinyatakan dalam kg reaktan yang
terkonversi per kg (atau per lt) katalis per jam; persen reaktan yang
berubah (konversi); jumlah molekul yang bereaksi per detik.
b. Selektivitas : Kemampuan katalis untuk menghasilkan produk yang
„diinginkan‟, terhadap semua produk yang mungkin dihasilkan.
c. Umur : Umur dimana katalis dapat mempertahankan tingkat aktivitas
dan / atau selektivitas yang cukup.

Katalis menurunkan energi yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan


transisi pada reaksi, memungkinkan interaksi yang lebih pada molekul
untuk mencapai keadaan tersebut. Namun, katalis tidak mempengaruhi
proses reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain, meskipun katalis
mempengaruhi kinetika reaksi, keadaan ekuilibrium tetap, tidak
terpengaruh.

7
Gambar 1. Pengaruh Katalis terhadap Energi aktivasi

Katalis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: katalis


homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah senyawa yang
ada dalam fase yang sama (gas atau cair) sebagai reaktan, sedangkan
katalis heterogen tidak berada dalam fase yang sama dengan reaktan.
Biasanya, katalisis heterogen melibatkan penggunaan katalis padat
ditempatkan dalam campuran reaksi cair.
Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang
berfungsi mempercepat reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang
berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperan
menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai
untuk terjadinya tumbukan. Akibatnya molekul gas yang teradsorpsi
pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif daripada molekul
gas yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis
heterogen, yang banyak dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi
gas.

a. KATALIS HOMOGEN
Secara umum, katalis homogen adalah senyawa yang memiliki fase
sama dengan reaktan ketika reaksi kimia berlangsung. Katalis
homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk

8
membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi
membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan
katalisnya. Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan
yaitu: mencemari lingkungan, dan tidak dapat digunakan kembali.
Selain itu katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada
skala laboratorium ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit
dilakukan secara komersil, oprasi pada fase cair dibatasi pada kondisi
suhu dan tekanan, sehingga peralatan lebih kompleks dan diperlukan
pemisahan antara produk dan katalis.
Contoh Katalis Homogen :
1. Katalis dan pereaksi berwujud gas

2. Katalis dan pereaksi berwujud cair

b. KATALIS HETEROGEN
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda
dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisisnya. Penggunaan
katalis heterogen biasanya pada suhu dan tekanan tinggu.
Umumnya katalis heterogen berupa zat padat yang terdiri dari logam
atau oksida logam. Keuntungan penggunaan katalis heterogen adalah
katalisnya dapat dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila
reaksi telah selesai. Banyak proses industri yang menggunakan
katalis heterogen, sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat
dan biaya produksi dapat dikurangi. Beberapa logam ada yang dapat
mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada permukannya,
misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom
logam dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen
pada molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan itu.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa

9
katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi
(atau substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-
substrat menjadi sedemikian lemah sehingga memadai terbentuknya
produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau
mengabsorpsi zat yang direaksikan. Sehingga katalis dapat
meningkatkan laju reaksi, sementara katalis itu sendiri tidak
mengalami perubahan kimia secara permanen. Cara kerjanya
yaitu dengan menempel pada bagian substrat tertentu dan pada
akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat. Suatu reaksi yang menggunakan
katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme.

Mekanisme Katalis Heterogen


Adapun mekanisme reaksi katalisis heterogen secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Difusi molekul reaktan ke permukaan katalis
2. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis.
3. Reaksi difusi reaktan pada permukaan katalis.
4. Reaksi dalam lapisan adsorpsi.
5. Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis.
6. Abfusi pada produk keluar dari permukaan katalis

Mekanisme katalisis heterogen menurut Langmuir-hinshelwood


1. Atom A dan B teradsorpsi kepermukaan katalis.
2. Atom A dan B berdifusi melalui permukaan.
3. Atom A dan B berinteraksi satu sama lain.
4. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi

10
Mekanisme katalisis heterogen menurut Rideal-Eley
1. Atom A diadsorpsi oleh permukaan katalis (k).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya / berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian
berkonsentrasi rendah. Proses difusi molekul reaktan kepermukaan
atau difusi pada produk desorpsi merupakan proses yang paling
lambat dan tidak dapat ditentukan kecuali pada penentuan proses
teknik yang melibatkan penyerapan katalis.
2. Atom B lewat, kemudian berinteraksi dengan atom A yang ada
dipermukaan katalis (k). Katalis menyediakan suatu permukaan
dimana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap.
3. Atom A dan B saling berinteraksi satu sama lain
4. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi.

C. RANGKUMAN
1. Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi
(reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu
dihasilkan zat-zat yang baru dengan sifat-sifat yang baru.
2. Ada 2 teori yang menjelaskan bagaimana reaksi kimia dapat terjadi, yaitu
teori tumbukan (teori koalisi) dan teori kompleks teraktivasi (teori
transisi).
3. Ada beberapa klasifikasi reaksi yang umum digunakan dalam perancangan
suatu reaktor, antara lain :
- Berdasarkan fasenya
Reaksi homogen, yaitu reaksi yang terjadi melalui dua buah reaktan
atau lebih yang memiliki fase yang sama
Reaksi heterogen, yaitu reaksi yang terjadi ketika memiliki reaktan
dengan fase yang berbeda, dalam hal reaksi heterogen ada dua
fenomena yang terjadi yaitu transfer massa dan reaksi kimia
- Berdasarkan mekanisme reaksinya

11
Reaksi elementer dan reaksi rumit. Reaksi rumit terdiri dari reaksi seri,
reaksi paralel, reaksi reversible, dan reaksi polimerisasi
4. Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan
tujuan untuk mempercepat reaksi.
5. katalis homogen adalah senyawa yang memiliki fase sama dengan reaktan
ketika reaksi kimia berlangsung
6. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisisnya

D. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Jelaskan dengan disertai contoh reaksi kimia perbedaan katalis homogen
dan reaksi heterogen!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi kimia, berikan contohnya!
3. Jelaskan macam-macam dari reaksi kimia!
4. Jelaskan mengenai katalis dan jenis-jenisnya!

12
BAB II
KONSEP DASAR PERANCANGAN REAKTOR

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan
terukur dalam mengonsepkan dasar perancangan reaktor.
b. Mampu mengambil keputusan secara tepat hal –hal apa saja yang
menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan reaktor
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep yang tepat dalam perancangan reaktor
b. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
perancangan reaktor kimia dalam industri
c. Mampu menjelaskan jenis-jenis reaktor kimia

A. PENDAHULUAN
Reaktor kimia merupakan tempat terjadinya suatu reaksi kimia. Apakah itu
berbentuk silinder ataupun berbentuk pipa. Bentuk dari reaktor kimia didasari atas
bahan baku maupun produk yang ingin dihasilkan, serta proses yang terjadi. Di
dalam bab ini akan dijelaskan mengenai macam-macam reaktor secara umum dan
jenisnya berdasarkan proses yang berlangsung serta langkah-langkah apa saja
yang harus diambil dalam merancang reaktor kimia.

B. POKOK – POKOK ISI


2.1. DEFINISI REAKTOR KIMIA
Reaktor kimia adalah sebuah alat industri kimia , dimana terjadi reaksi bahan
mentah menjadi hasil jadi yang lebih berharga. Dalam teknik kimia, Reaktor
adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor adalah suatu alat proses
tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau
nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan

13
berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan
alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas
(contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan fasa misalnya dari air menjadi uap yang
merupakan reaksi fisika.
Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat
dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan
efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan
(input) yang besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun
operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya
operasi biasanya termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau diambil,
harga bahan baku juga upah operator.
 Tujuan pemilihan reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya

 Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh :


1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi
samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup
untuk perpindahan panas

14
2.2. JENIS – JENIS REAKTOR KIMIA
2.2.1. Berdasarkan Bentuknya
1. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat
dipakai untuk proses batch, semi batch, dan proses alir.
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir
didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
2.2.2. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
- Biasanya untuk reaksi fase cair
- Digunakan pada kapasitas produksi yang kecil
Keuntungan reactor batch:
- Lebih murah dibanding reactor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
Kerugian reactor batch:
- Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada
lubang pengaduk)
- Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor,
waktu reaksi)

2. Reaktor Alir (Continous Flow)


Ada 2 jenis:
a. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)
Keuntungan:
- Suhu dan komposisi campuran dalam rerraktor sama

15
- Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat
pereaksi lebih lama bereaksi di reactor.

Kerugian:
- Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan
tinggi.
- Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
- Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang dibutuhkan
RATB lebih besar dari RAP.

b. RAP

Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan
kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan :
Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi
yang sama
Kerugian:
1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot” (bagian
yang suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.

3. Reaktor semi batch


Biasanya berbentuk tangki berpengaduk

16
2.2.3. Jenis reaktor berdasarkan keadaan operasinya
1. Reaktor isotermal.
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
2. Reaktor adiabatis.
- Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dan sekelilingnya.
- Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat
dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik dan –rA
besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis

2.2.4. Reaktor Gas Cair dengan Katalis Padat


1. Packed/Fixed bed reaktor (PBR).
Terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan
dioperasikan vertikal. Biasanya dioperasikan secara adiabatis.
Product stream

Cooling/heating
medium in

Out

Feed

2. Fluidized bed reaktor (FBR)


- Reaktor dimana katalisnya terangkat oleh aliran gas reaktan.
- Operasinya: isotermal.

17
- Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis lebih
sedikit dan katalis bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang masuk
serta FBR memberikan luas permukaan yang lebih besar dari PBR

Product stream

Gelembung gas

Partikel katalis

Feed

2.2.5. Fluid-fluid Reaktor


Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.
1. Bubble Tank.

Gas

Liquid Liquid

Gas

18
2. Agitate Tank

3. Spray Tower

Liquid in Gas out

Gas in Liquid out

Pertimbangan dalam pemilihan fluid-fluid reaktor.


- Untuk gas yang sukar larut (Kl <) sehingga transfer massa kecil maka
Kl harus diperbesar .Jenis spray tower tidak sesuai karena kg besar pada
Spray Tower
- Jika lapisan cairan yang dominan, berarti tahanan dilapisan cairan kecil
maka Kl harus diperbesar
 jenis spray tower tidak sesuai.
- Jika lapisan gas yang mengendalikan (maka Kg <)

19
 jenis bubble tank dihindari.
- Untuk gas yang mudah larut dalam air
 jenis bubble tank dihindari.

2.3. TAHAPAN DALAM MENDESAIN REAKTOR


Reaktor merupakan jantung dari proses kimia. Tahapan dalam mendesain
reaktor hampir sama dengan perancangan alat industri lainnya. Insinyur kimia
diperlukan untuk memilih konfigurasi reaktor dan modus operasi yang
menghasilkan keuntungan terbesar yang konsisten dengan kekuatan pasar
yang terkait dengan baku bahan dan produk biaya, modal dan biaya operasi,
pertimbangan keamanan, lingkungan/persyaratan pengendalian pencemaran,
dan kendala estetika yang dapat didirikan oleh manajemen, masyarakat, atau
serikat pekerja. Biasanya, ada banyak kombinasi dari kondisi operasi dan
ukuran reaktor dan / atau jenis yang akan memenuhi persyaratan dikenakan
dalam hal ekspresi laju reaksi terlibat dan yang dikenakan oleh manajemen
dalam hal kapasitas produksi yang diperlukan. Insinyur demikian dihadapi
dengan tugas menjaga keseimbangan antara penalaran analitis dinyatakan
secara kuantitatif dan penilaian sound engineering. Dalam upaya untuk
mempertahankan keseimbangan ini, beberapa atau semua pertanyaan-
pertanyaan berikut harus dijawab.
1. Bagaimana komposisi dari bahan baku, dan tersedia di bawah
kondisi apa itu? Apakah ada prosedur pemurnian yang diperlukan?
2. Apa skala proses apa? Apakah wajib menggunakan kapasitas?
3. Apakah katalis yang diperlukan atau diinginkan? Jika katalis
digunakan, apa konsekuensinya sehubungan dengan distribusi
produk, kondisi operasi, yang paling diinginkan, jenis reaktor,
proses ekonomi, dan lainnya?
4. Kondisinya dijalankan dalam operasi yang bagaimana (suhu,
tekanan,
tingkat agitasi, dll) yang diperlukan untuk yang paling ekonomis?

20
5. Apakah perlu atau diinginkan untuk menambah inerts atau bahan
lainnya
untuk meningkatkan hasil produk dari yang diinginkan, sampai
efek termal, atau untuk memperpanjang masa manfaat katalis
apapun yang mungkin digunakan?
6. Jika proses terus menerus atau intermiten? Akankah batch atau
operasi semibatch menguntungkan?
7. Apa jenis reaktor paling memenuhi persyaratan proses? Apakah
ada keuntungan yang terkait dengan penggunaan dari kombinasi
jenis reaktor atau beberapa reaktor secara paralel atau seri?
8. Apa ukuran dan bentuk reaktor yang harus digunakan?
9. Bagaimana persyaratan perpindahan energi untuk proses terbaik
dicapai? Harus satu mengoperasikan isotermal, adiabatik, atau
sesuai dengan alternatif protokol suhu?
10. Apakah single-pass operasi terbaik, atau mendaur ulang diperlukan
untuk mencapai tingkat yang diinginkan dari konversi mentah
bahan baku?
11. Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk pasokan katalis, aktivasi,
dan regenerasi?
12. Apa komposisi reaktor dan kondisi limbah? Apakah langkah-
langkah pemisahan kimia atau fisik operasi diperlukan untuk
memperoleh limbah yang memuaskan untuk penggunaan akhir
yang diinginkan?
13. Apakah ada persyaratan bahan khusus yang dikenakan dengan
kondisi proses? Apakah cairan proses korosif? Apakah suhu sangat
tinggi atau tekanan digunakan?
14. Jika produk farmasi, makanan, atau minuman, apa tindakan
pencegahan yang diperlukan?
15. Apakah ada aspek lingkungan atau keselamatan operasi yang perlu
ditangani?

21
Kita akan sering melihat, kebebasan yang cukup pilihan tersedia dalam hal
jenis reaktor dan kondisi reaksi yang akan menyelesaikan tugas yang
diberikan. Pengembangan skema pengolahan optimal atau bahkan dari
konfigurasi reaktor optimal dan modus operasi membutuhkan sejumlah
perhitungan yang rumit yang sering melibatkan perhitungan angka berulang.
Karena itu, Mesin perhitungan digunakan secara luas dalam industri untuk
menyederhanakan tugas optimasi. Meskipun begitu, kita telah sengaja dipilih
untuk mempresentasikan konsep yang digunakan dalam perhitungan desain
reaktor dalam kerangka yang sejauh mungkin untuk menguraikan konsep
dasar dari perpindahan massa terkait dengan mesin komputasi.
Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja
reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang
besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modalmaupun operasi.
Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi
biasanya termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga
bahan baku, upah operator.
Prinsip design reaktor :
1. The overall size of the reactor
2. The ecxact composition and physical condition of the product
emerging from the reactor.
3. The temperature.
4. The operating pressure and pressure drop associated with the flow of
the reaction mixture.

22
C. RANGKUMAN
1. Jenis – jenis reaktor kimia, antara lain :
a. Berdasarkan Bentuknya
1. Reaktor tangki
2. Reaktor pipa
b. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
2. Reaktor Alir (Continous Flow)
3. Reaktor semi batch
c. Jenis reaktor berdasarkan keadaan operasinya
1. Reaktor isotermal.
2. Reaktor adiabatis.
3. Reaktor Non-Adiabatis
d. Reaktor Gas Cair dengan Katalis Padat
1. Packed/Fixed bed reaktor (PBR).
2. Fluidized bed reaktor (FBR)
e. Fluid-fluid Reaktor
1. Bubble Tank.
2. Agitate Tank
3. Spray Tower
2. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor,
sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar
dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modalmaupun operasi. Tentu saja
faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya
termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku,
upah operator.
3. Prinsip design reaktor :
1. The overall size of the reactor
2. The ecxact composition and physical condition of the product emerging
from the reactor.
3. The temperature.

23
4. The operating pressure and pressure drop associated with the flow of the
reaction mixture.

D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan mengenai langkah-langkah atau tahapan – tahapan apa saja
yang diperlukan dalam perancangan reaktor kimia?
2. Jelaskan mengenai reaktor berdasarkan proses yang terjadi didalamnya,
kemudian buatlah persamaan neraca massanya sehingga menjadi suatu
formulasi hubungan volume!
3. Jelaskan mengenai prinsip – prinsip desain reaktor!

24
BAB III
REAKTOR BATCH

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam membahas mengenai reaktor batch baik dari segi neraca massa
maupun dlam keadaan operasinya.
b. mampu mengambil keputusan dan menganalisa secara tepat kondisi
operasi yang terjadi didalam reaktor batch.
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai reaktor batch, cara kerjanya, dan
penyusunan neraca massa dan neraca panasnya.
b. Mampu membuat persamaan neraca energi untuk reaktor batch isotermal,
non isotermal adiabatis, dan non isotermal non adiabatis.

A. PENDAHULUAN
Reaktor batch merupakan suatu reaktor dimana tidak ada umpan masuk
dan keluar, bahan baku sudah terdapat di dalam reaktor sehingga yang diamati
adalah perubahan konsentrasi di setiap waktu (unsteady state). Pada bab ini akan
dibahas mengenai neraca maasa, neraca energi pada keadaan reaktor batch kondisi
isothermal, non isothermal, adiabatis, dan non adiabatis.

B. POKOK – POKOK ISI


3.1. DASAR – DASAR PERANCANGAN REAKTOR BATCH
Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu
reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang
berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stoikiometri. Reaktor jenis
ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil misalnya
dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch

25
distillation, kristalisasi, ekstraksi caircair, polimerisasi, farmasi dan
fermentasi.
Batch reactor bisa tersusun oleh sebuah tangki dengan pengaduk serta
sistem pendingin atau pemanas yang menyatu dengan reaktor. Tangki ini
memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari < 1 L sampai > 15.000 L
tergantung kebutuhan. Batch reactor biasanya terbuat dari baja, stainless steel
atau baja berlapis kaca. Padatan dan cairan yang akan masuk reaktor biasanya
melalui sambungan yang terdapat pada tutup atas reaktor. Untuk uap dan gas
yang keluar reaktor biasanya juga melalui bagian atas, sedangkan untuk
cairan keluar melalui bagian bawah.
Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady – state,
banyak reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh
pasangan reaksi kinetika dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak
temperatur berlebih, dengan kata lain reaksi berjalan eksotermis
memproduksi panas berlebih sehingga harus dihilangkan dengan sistem
pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendingan bertujuan meminimalkan
waktu tinggal agar tetap konstan.
Kelebihan :
1. Ongkos atau harga instrumentasi rendah.
2. Penggunaannya fleksibel,artinya dapat dihentikan secara mudah
dan cepat kapan saja diinginkan.
3. Penggunaan yang multifungsi.
4. Reaktor ini dapat digunakan untuk reaksi yang menggunakan
campuran kuat dan beracun.
5. Mudah dibersihkan.
6. Dapat menangani reaksi dalam fase gas, cair dan cair-padat.

Kelemahan
1. Biaya buruh dan handling tinggi.
2. Kadang-kadang waktu shut downnya besar, yaitu waktu untuk
mengosongkan, membersihkan dan mengisi kembali.

26
3. Pengendalian kualitas dari produk jelek atau susah.
4. Skala produksi yang kecil.

3.2. NERACA MASSA REAKTOR BATCH


Beberapa ketetapan menggunakan reaktor tipe Batch :
 Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur
 Pengadukan dilakukan dengan sempurna,konsentrasi
di semua titik dalam reaktor adalah sama atau homogen
pada waktu yang sama
 Reaktor ideal

Gambar 2. Reaktor Batch

Misalkan : A + B→ C
Neraca massa untuk komponen A adalah :
A masuk = A keluar + A terakumulasi + A yang bereaksi
FAi = FAC + (dNA/dt) + (-rA)(V)

27
FAi = FAo = 0, karena tidak ada reaktan yang masuk atau keluar
Volume campuran =V
[A] di dalam reaktor = CA
A kecepatan reaksi = - ra
derajat konversi = XA
komponen di setiap titik sama.
Campuran reaktan & produk

Neraca massa Komponen A


zat masuk = zat keluar +terakumulasi + zat yang hilang
0 0
Untuk reaktor batch isothermal dengan volume tetap
0 = 0 + dNa/dt + (-rA) . V
(-rA) . V = - dNa/dt
-rA = - 1/V dNa/dt
Jika volume tetap selama campuran di dalam reaktan, maka :
-rA = - dCA /dt (mol/vol.waktu)
Integrasi persamaan di atas, menyatakan hubungan antara waktu reaksi dan
konsentrasi.
t CA
dC A
 dt   
0 C A0
dt

Bila volume tetap:


t CA
dC A
 dt   
0 C A0
 rA

Bila volume berubah:


t CA
dC A
 dt    1v
0 C A0
dt

Integrasi ini biasa dilakukan secara analisis kalau diketahui hubungan antara –rA
dengan CA.

28
3.3. LAJU PRODUKSI REAKTOR BATCH
Jika waktu reaksi (t), waktu down-time (td), maka waktu 1 siklus produksi
(tc) adalah
tc = t + td
Waktu down-time adalah penjumlahan dari waktu pemasukan reaktan,
pemanasan, pengambilan produk dan pembersihan. Laju produksi zat C dalam
satu siklus reaksi adalah Nilai Nc tergantung dari stoikiometri reaksi jika
reaksi A→2C, maka

3.4. NERACA ENERGI REAKTOR BATCH


Hal yang pertama diperhatikan untuk menurunkan persamaan neraca
energi di dalam reaktor batch adalah diketahui dahulu apakah sistim operasi
pada volume konstan atau pada tekanan konstan. Untuk keadaan yang
pertama (volume konstan) setiap perubahan energi yang dialami sistim adalah
ekivalen dengan perubahan energi dalamnya. Sedangkan untuk sistim yang
kedua (tekanan tetap) setiap perubahan energi yang dialami sistim adalah
ekivalen dengan perubahan entalpi. Dengan demikian, neraca panas untuk
reaksi
aA + bB rR + sS
dapat ditulis sebagai berikut:
panas masuk + panas reaksi/panas yang hilang karena reaksi = panas
terakumulasi
a. untuk sistem dengan volume tetap

Q +  rA  V R (U R ) = M T . CV dT / dt
b. untuk sistem dengan tekanan tetap
Q +  rA  V R (H R ) = M T . C P dT / dt

29
dimana :
VR = volume reaktor
Q = panas masuk
CV = panas jenis campuran pada volume tetap, kal/gr O C

CP = panas jenis campuran pada tekanan tetap, kal/gr O C


Ur = panas reaksi per mol A (pada volume tetap)
Hr = panas reaksi per mol A (pada tekanan tetap)
MT = massa total campuran di dalam reaktor

3.5. REAKTOR BATCH KONDISI ISOTERMAL


Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama. Reaktor
isothermal adalah reaktor proses yang terjadi pada keadaan suhu yang tidak
berubah selama berlangsungnya proses tersebut. Umumnya berkaitan dengan
perubahan fasa. Semisal pencairan dan penguapan.
Pada perubahan isothermal suhu dipertahankan agar konstan (tetap).Hal
ini dilakukan dengan menempatkan silinder yang dihubungkan dengan
sumber air pada suhu yang di inginkan.Silinder mempunyai dinding yang
tipis yang terbuat dari bahan yang dapat menghantarkan panas,misalnya
tembaga, sehingga panas dengan mudah mengalir secara bolak-balik antara
sumber air dan gas. Sumber air cukup besar dengan suhu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh jumlah perubahan panas dan gas. Selama ekspansi
isothermal, panas mengalir ke gas untuk menjaga suhu agar konstan (ingat,
suhu gas menurun jika panas terhalangi untuk mengalir ke gas selama
ekspansi terjadi). Sistem yang mengikuti keadaan isotherm terjadi dari
keadaan awal A ke keadaan Akhir B‟.
Kondisi isotermal untuk energy balance dari reaksi A + ... → produk,
dT/dt = 0, sehingga peramaan neraca panas menjadi

(1)

30
(2)
substitusi (1) dan (2), didapatkan persamaan :

(3)
Jika diasumsikan jika Tc merupakan temperatur di sepanjang koil dan
tidak terikat t, maka persamaan menjadi

(4)
Keterangan :
(-rA) = laju reaksi (konsentrasi/waktu)
nAo = jumlah zat A awal (mol)
fA = konversi reaksi (%)
T = Temperatur reaksi (oK)
U = the overall heat transfer coefficient, J m-2 s-l K-1 atau W
m-2 K-1
Ac = Luas penampang koil (m2)
t = waktu reaksi
(H R ) = entalpi reaksi (Joule/mol)
V = volume (m3)

Reaktor isothermal digunakan untuk mempertahankan suhu agar tetap


(konstan) sesuai suhu yang diinginkan. Dikatakan isotermal jika umpan yang
masuk, campuran dalam reaktor, aliran yang keluar dari reaktor selalu
seragam dan bersuhu sama.

3.6. REAKTOR BATCH KONDISI NON-ISOTERMAL


Operasi isotermal reaktor batch tidak cukup realistis jika dijadikan sebagai
dasar perancangan, terutama untuk reaksi yang sangat eksotermik atau
endotermik. Meski mungkin temperatur berubah jauh jika dibiarkan tanpa dijaga,
dan perlu dikontrol sehingga terjadi panas yang hilang terlalu tinggi atau terlalu

31
rendah, sehingga temperatur dalam operasi yang dihasilkan tidak perlu benar-
benar konstan.
Selanjutnya, dalam beberapa kasus, jika T dibiarkan meningkat dengan cara
yang terkendali akan ada keuntungan dari sudut pandang kinetika. Untuk menilai
desain reaktor dan penukar panas yang dibutuhkan dalam mengendalikan T, perlu
menggunakan keseimbangan material dan keseimbangan energi, bersama dengan
informasi laju reaksi dan laju perpindahan panas, karena ada interaksi antara T
dan fA. Pada bagian ini, kita mempertimbangkan dua kasus nonisothermal operasi
yaitu adiabatik (Q = 0) dan nonadiabatik (Q ≠ 0).

3.6.1. REAKTOR BATCH NON- ISOTERMAL ADIABATIS


Dalam operasi adiabatik, tidak ada usaha untuk mendinginkan atau
memanaskan isi reaktor (yaitu, tidak ada penukar panas). Akibatnya, T meningkat
dalam reaksi eksotermik dan turun dalam reaksi endotermik. Kasus ini dapat
digunakan sebagai kasus pembatas untuk nonisotherma1, untuk menentukan
apakah perubahan T cukup membutuhkan biaya tambahan
dari penukar panas dan pengontrol T. Untuk sistem adiabatik dengan Q = 0,
keseimbangan energi menjadi

(5)
dengan mensubtitusikan (-rA)V dari neraca massa dalam bentuk fA, maka
persamaan didapatkan

(6)

(7)
melalui penyederhanaan persamaan, maka

(8)

32
3.6.2. REAKTOR BATCH NON- ISOTERMAL DAN NON-ADIABATIS
Jika reaktor batch dijalankan secara nonadiabatic dan nonisothermal, maka
persamaan neraca panasnya adalah sebagai berikut

(9)
dengan mensubtitusikan persamaan (-rA)V dalam bentuk dfA/dt, maka persamaan
menjadi

(10)

sehingga didapatkan persamaan yang simultan, nonlinier dan orde satu, sehingga
persamaan ini harus diselesaikan secara numerik.

C. KESIMPULAN
Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu
reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang
berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stoikiometri. Reaktor jenis ini
biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil misalnya
dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi caircair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi.
Beberapa ketetapan menggunakan reaktor tipe Batch :
 Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur
 Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam
reaktor adalah sama atau homogen pada waktu yang sama
 Reaktor ideal
Batch reactor bisa tersusun oleh sebuah tangki dengan pengaduk serta
sistem pendingin atau pemanas yang menyatu dengan reaktor. Tangki ini
memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari < 1 L sampai > 15.000 L tergantung
kebutuhan. Batch reactor biasanya terbuat dari baja, stainless steel atau baja
berlapis kaca. Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady –

33
state, banyak reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh
pasangan reaksi kinetika dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur
berlebih, dengan kata lain reaksi berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih
sehingga harus dihilangkan dengan sistem pendinginan. Sirkulasi pompa untuk
pendingan bertujuan meminimalkan waktu tinggal agar tetap konstan.
1. Jika volume tetap selama campuran di dalam reaktan, maka :
-rA = - dCA /dt (mol/vol.waktu)
2. Laju alir produksi reaktor batch :

3. Neraca energi reaktor batch :


a. untuk sistem dengan volume tetap

Q +  rA  V R (U R ) = M T . CV dT / dt
b. untuk sistem dengan tekanan tetap
Q +  rA  V R (H R ) = M T . C P dT / dt
4. Reaktor batch kondisi isotermal

5. Reaktor batch kondisi nonisotermal


a. non isoterrmal dan adiabatis

b. non isotermal dan non adiabatis

34
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Determine the time required for 80% conversion of 7.5 mol A in a 15-L
constant-volume batch reactor operating isothermally at 300 K. The
reaction is first-order with respect to A, with kA = 0.05 min-‟ at 300 K.
2. Reaksi A + B → C dijalankan secara adiabatis dalam reaktor batch dengan
volume konstan. Persamaan laju reaksi yang diberikan :
-rA = k1. CA1/2 . CB1/2 – k2CC
Hitunglah konversi dan konsentrasi dari reaksi dalam fungsi waktu.
Temperatur yang masuk 100oC, k1 = 2 x 10-3 s-1, k2 = 3 x 10-5 s-1 dalam
373 oK, CAo = 0,1 mol/dm3, CBo = 0,125 mol/dm3, ∆H pada 298oK = -
40.000 J/moloK, E1 = 100 KJ/mol, E2 = 150 KJ/mol, CpA = 25 J/moloK,
CpB = 25 J/oK, CpC = 40 J/moloK.
3. A liquid-phase reaction A + B + C is conducted in a 50-L batch reactor.
The reaction is first-order with respect to each reactant.
a. Determine the time required for 90% conversion of A, if (i) the reaction
occurs adiabatically; (ii) the reaction occurs isothermally at T,.
b. Determine d and T, (as functions of time), if a cooling coil is placed in the
tank to maintain the isothermal conditions required in (a) part (ii).
c. For (a) part (i), sketch the conversion-versus-time and temperature-versus-
time profiles.
Data: CAo and CBo are 0.50 mol L-l and 0.75 mol L-l, respectively. The
initial temperature (T,) is 400 K, and the heat capacity of the reactor
contents is 3.8 J g-1 K-l. The fluid density is 0.75 g cm-3, and the heat
transfer parameter (UAc,) for part (b) is 100 W K-l. The reaction is
exothermic (- 145 kJ (mol A)-1), and kA = 1.4 X 107e-7700/T L mol-1 mm-1.
4. Reaksi fase gas A → B + C dijalankan dalam reaktor batch secara
isotermal dengan volume konstan 20 dm3 dan 20 mol A.
a. Jika reaksi orde 1 dengan k = 0,865 menit-1. Hitung waktu yang
diperlukan agar A dalam reaktor tinggal 0,2 mol.
b. Jika reaksi orde 2 dengan k = 2 dm3/mol.menit, hitung waktu yang
diperlukan agar A bereaksi sebanyak 19 mol

35
c. Jika temperatur 127oC, berapakah tekanan awal?
5. A gas-phase decomposition, A + R + S, is to be conducted in a batch
reactor, with initial conditions of T, = 300 K, Vo = 0.5 m3, and a (constant)
total pressure of 500 kPa. The values of C, for A, R, and S are,
respectively, 185.6, 104.7, and 80.9 J mol-1 K-l. The enthalpy of reaction is
-6280 J (mol A)-l, and the reaction is first-order with respect to A, with kA
= 1014e-10,000/T h-l. De termine the profiles of fA and T versus t, if the
process is adiabatic, and T and t for fA = 0.99.

36
BAB IV
REAKTOR ALIR TANKI BERPENGADUK

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam membahas mengenai reaktor alir tanki bepengaduk dari segi neraca
massa maupun dlam keadaan operasinya.
b. mampu mengambil keputusan dan menganalisa secara tepat kondisi
operasi yang terjadi didalam reaktor alir tanki berpengaduk.
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai reaktor alir tanki berpengaduk, cara
kerjanya, dan penyusunan neraca massa dan neraca panasnya.
b. Mampu membuat persamaan neraca energi untuk reaktor alir tanki
berpengaduk isotermal, non isotermal adiabatis, dan non isotermal non
adiabatis.

A. PENDAHULUAN
Reaktor alir tanki berpengaduk biasanya terdiri dari satu atau lebih tangki
berpengaduk. Biasanya tangki-tangki ini dipasang vertikal dengan pengadukan
sempurna. Pengadukan pada masing-masing tangki dilakukan secara kontinyu,
sehingga diperoleh suatu keadaan dimana komposisi campuran di dalam reaktor
benar-benar seragam. Reaktor tangki biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi
dalam fase cair, reaksi heterogen cair-padat, cair-cair dan sebagainya.
Reaktor alir tanki berpengaduk (RATB) merupakan suatu reaktor dimana ada
umpan masuk dan keluar di setiap waktu (steady state). Pada bab ini akan dibahas
mengenai neraca maasa, neraca energi pada keadaan RATB kondisi isothermal,
non isothermal, adiabatis, dan non adiabatis.

37
B. POKOK-POKOK ISI
4.1. DASAR – DASAR PERANCANGAN RATB
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran (inlet/outlet)
yang terdiri dari campuran homogen/heterogen. Reaksi kontinyu di operasikan
pada kondisi steady, dimana arus aliran masuk sama dengan arus aliran
keluar. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) juga disebut Continous
Stirred Tank Reaktor (CSTR).
RATB biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi pengadukan
sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi
aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi
homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi
antara cair dan gas dengan katalis cair.

Gambar 3. RATB

Reaktor RATB dapat disusun secara seri maupun paralel seperti yang
terlihat pada gambar berikut:

38
Gambar 4. RATB seri

Gambar 5. RATB paralel

Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan konversi reaktor


RATB, semakin banyak jumlah yang dipasang seri maka konversinya akan
semakin mendekati reaktor PFR dengan volume yang sama. Sementara
pemasangan secara paralel umumnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
produsi dengan konversi yang sama.
• Kelebihan:
– Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
– Relatif murah dalam instalasi
– Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar

39
– Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan

• Kekurangan:
– Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif kecil bila
dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu lainnya.
– Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi
– Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP
– Kerugian yang paling jelas dalam prinsipnya berasal dari fakta bahwa
arus keluar sama dengan isi reaktor. Ini menyiratkan bahwa semua
reaksi terjadi pada konsentrasi terendah (reaktan A, katakanlah, cA)
antara inlet dan outlet. agar dihasilkan kinetika yang Normal, dimana
laju reaksi (-rA) menurun saat cA menurun, ini berarti A memerlukan
volume reaktor yang lebih besar untuk mendapatkan konversi yang
diinginkan.

RATB umum digunakan pada industri proses, terutama dengan reaksi


homogen fasa cair, dimana diperlukan pengadukan yang konstan. RATB juga
banyak digunakan pada proses biologi di industri dan dikenal dengan sebutan
Fermentor. Contohnya pada industri antibiotik, dan waste water treatment.
Fermentor mendegradasi atau menghancurkan molekul berukuran besar menjadi
berukuran lebih kecil dengan hasil samping pada umumnya adalah alkohol.

4.2. LAJU PRODUKSI RATB


Laju produksi dalam pembentukan produk C dalam bentuk laju molar dari
reaktor (pada reaksi A + ... → C) sebagai berikut,

Pr(C) = FC = VC.FAO.fA = CC.q

4.3. NERACA MASSA RATB


Di dalam reaktor tangki ideal, konsentrasi di setiap titik di dalam reaktor
adalah sama, sehingga kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di

40
dalam reaktor. Dengan demikian, perhitungan neraca massanya dapat dilakukan
secara makro, yaitu dengan meninjau reaktor tersebut sebagai suatu unit yang
utuh.

XA0 = 0

FA0, CAO, Qo

- rA
CA
XA
Q
F

Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan yang bereaksi +
laju reaktan terakumulasi

Dalam keadaan steady state tidak terjadi akumulasi, sehingga neraca massa
komponen A:
FAo = FA + (-rA) V
Sementara : FA = FAo - FAo. XA
= FAo (1- XA)
sehingga,
FAo = FAo (1- XA) + (-rA. V)
FAo. XA = (-rA) V
V/ FAo = XA/(-rA) (11)

dimana : F = laju alir molar (mol/waktu)


Q = laju alir volum (volume/waktu)

Bila Q adalah volumetric rate = unit volume/satuan waktu, maka pers (11) dapat
ditulis :
V/Q. CAo = XA / -rA
V/Q = CAo. (XA/-rA) = 

dimana  = space time / waktu tinggal

41
Kebalikan space time adalah space velocity (sv)
sv = 1 / 
 = (CAo. XA) / -rA)
 = (CAo - CA) / -rA)
Untuk reaksi orde pertama : -rA = k . CA
k .  = (CAo. XA) / CA = (CAo - CA) / CA
k .  = (CAo - CA) – 1
CA / CAo = 1 / (1 + k . )

Bila terjadi perubahan volume selama reaksi berlangsung, maka :


V = Vo ( 1 +  A . XA) (12)
 A = ratio bilangan stoikiometri produk dan reaktan
CA = CAo (1- XA)/Vo . ( 1 +  A . XA)
CA / CAo = (1- XA) / ( 1 +  A . XA) (13)

Untuk reaksi orde pertama pers. (12) dapat dieliminasi ke dalam per. (13),
sehingga didapat : k .  = XA {( 1 +  A . XA) / (1- XA) }

4.4. NERACA ENERGI RATB


Rumus umum neraca energi sebagai berikut.

Neraca panas : input = output + reaksi


H reaktan = H produk + H r
O

Input = H1 = FAO Cp1 (T1 – T0)


Output = H2 + H2` = FAO. XA Cp2 (T – T0) + FAO. (1-XA) Cp1 (T – T0)
Neraca panas
FAO Cp1 (T1 – T0) = FAO. XA Cp2 (T – T0) + FAO. (1-XA) Cp1 (T – T0) + FAO. XA .

42
H r
O

FAO Cp1 (T1 – T0) = FAO.{ XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r }
O

Cp1 (T1 – T0) = XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r


O
(14)

Keterangan :
FiO = laju alir umpan masuk reaktor

C Pi = kapasitas panas rata-rata komponen i


T = temperatur operasi
T1 = temperatur umpan masuk
TO = temperatur standar
XA = konversi komponen A
C P = ( b Cp B + c Cp C - a Cp A)
a,b,c = koefisien reaksi
Q = panas yang dipindahkan =U.A (T1- TK)
TK = temperatur media pemanas
U = overall koefisien heat transfer
A = luas permukaaan perpindahan panas

4.5. RATB KONDISI ISOTERMAL


Kondisi isotermal untuk energy balance dari reaksi A + ... → produk,
dT/dt= 0, sehingga peramaan neraca panas menjadi

pada RATB, (-rA) = (CAo. XA) / 


= (CAo. XA). Q/V
dengan mensubtitusikan (-rA) maka persamaan menjadi :
U.Ac (Tc – T) = -(-∆HRA) (CAo. XA). Q

Tc = T - (15)

43
Keterangan :
(-rA) = laju reaksi (konsentrasi/waktu)
CAo = konsentrasi zat A awal (mol/liter)
XA = konversi reaksi (%)
T = Temperatur reaksi (oK)
U = the overall heat transfer coefficient, J m-2 s-l K-1 atau W
m-2 K-1
Ac = Luas penampang koil (m2)
t = waktu reaksi
(H R ) = entalpi reaksi (Joule/mol)
V = volume (m3)
Q = laju alir volum (volume/waktu)

4.5.1. APLIKASI INDUSTRI REAKTOR RATB ISOTERMAL


Pembuatan Etil Asetat dilakukan dengan proses esterifikasi pada suhu
100ºC dan tekanan 1,5 atm menggunakan reaktor alir tangki berpengaduk. Reaksi
berjalan pada kondisi isothermal dan adiabatis. Hasil dari reaktor dialirkan ke
dekanter untuk memisahkan fraksi berat sisa proses di reaktor dan fraksi ringan
yang merupakan produk utama, fraksi ringan dengan kemurnian 97% diumpankan
ke menara distilasi I untuk dimurnikan menjadi 99%. Hasil bawah menara distilasi
I adalah hasil samping, berupa air sedangkan hasil atas merupakan produk utama
etil asetat. Fraksi berat dekanter diumpankan ke menara distilasi II
untuk memisahkan larutan dengan senyawa dominan asam asetat sebagai hasil
bawah menara distilasi. Hasil bawah tersebut akan direcycle menuju pipa
pengumpan reaktor dan sebagian dipurging menuju unit pengolahan lanjut. Hasil
atas dari menara distilasi II akan diumpankan menuju menara distilasi III untuk
memisahkan larutan dengan senyawa dominan etanol sebagai hasil atas menara
distilasi. Hasil atas tersebut akan direcycle menuju pipa pengumpan reaktor.
Sedangkan hasil bawah berupa larutan dengan senyawa dominan air akan
dialirkan menuju unit pengolahan lanjut.

44
4.6. RATB KONDISI NON-ISOTERMAL
Pada sub bab ini, diberikan persamaan neraca energi secara umum umtuk
RATB pada kondisi operasi steady state. Kemudian akan ditampilkan bagaimana
jumlah mil dan neraca energi yang dikombinasikan untuk ukuran reaktor yang
beroperasi secara adiabatis dan non adiabatis.
Neraca energi steady-state energi menjadi

(16)

Pada perhitungan neraca massa RATB (FAo.XA = -rA.V) . Persamaan (16), -rA.V
telah diubah menjadi FAo.XA. Jika kapasitas panas , maka persamaan diatas
disusun menjadi

(17)

4.6.1. RATB KONDISI NON-ISOTERMAL DAN ADIABATIS


Jika sistem memiliki kondisi yang khusus, dimana “no work” Ws = 0, dan
beroperasi secara adiabatis Q = 0, maka persamaan (17) menjadi

(18)

4.6.2. RATB KONDISI NON-ISOTERMAL DAN NON-ADIABATIS


Untuk reaksi orde satu A → B pada fasa liquid, persamaan nonisotermal dan
nonadiabatis didapatkan sebagai berikut.

(19)

45
C. RANGKUMAN
RATB biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi pengadukan
sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi
aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi
homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi
antara cair dan gas dengan katalis cair.
RATB umum digunakan pada industri proses, terutama dengan reaksi
homogen fasa cair, dimana diperlukan pengadukan yang konstan. RATB juga
banyak digunakan pada proses biologi di industri dan dikenal dengan sebutan
Fermentor
Laju produksi dalam pembentukan produk C dalam bentuk laju molar dari
reaktor (pada reaksi A + ... → C) sebagai berikut,
Pr(C) = FC = VC.FAO.fA = CC.q
Persamaan neraca massa RATB,
V/ FAo = XA/(-rA)
Persamaan neraca energi RATB
Cp1 (T1 – T0) = XA Cp2 (T – T0) + (1-XA) Cp1 (T – T0) + XA . H r
O

RATB kondisi isotermal

Tc = T -

RATB kondisi nonisotermal dan adiabatis

RATB kondisi nonisotermal dan nonadiabatis

46
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Hidrasi fasa liquid dari etilen oksida (A) menjadi etilen glikol dalam RATB
dengan volume 10.000 liter, konstanta kecepatan reaksi 2,464 x 10-5 min-1.
a. hitunglah fraksi A pada keadaan steady state, jika volume alir umpan 0,3 L/s
dan konsentrasi etilen oksida awal 0,120 mol/L
b. Jika molume alir umpan turun tiba-tiba menjadi 70%, berrapakahn konversi
yang dihasilkan dalam waktu 60 menit
c. berapakah nilai laju produksi pada point (a) dan (b)

2. Reaktan A diumpankan RATB bervolume 7.000 Liter sebanyak 5 L/s. Jika


persamaan laju reaksi = kA. CA, dan kA = 8 x 10-4 s-1, laju inlet dan outlet konstan
pada 5 L/s, hitunglah CA pada t = 15 menit dan t = 40 menit. Asumsi bahwa
temperatur dan densitas konstan, CAo = 2 mol/L.

3. Larutan metil asetat (A) diumpankan ke dalam RATB sebanyak 0,5 L/s dan
konsentrasi awalnya 0,2 mol/L. Katalis HCl ditambahkan pada campuran asetat
sebanyak 0,1 mol/L sehingga konstanta kecepatan reaksinya 1,1 x 10-4 s-1.
Berapakah konsentrasi asetat yang keluar reaktor setelah 30 menit?

4. Consider the task of designing a single stirred-tank reactor for accomplishing


the reversible addition reaction

The feed flow rate is to be 0.20 m3/h and the feed concentrations of species A and
B are to be 1.5 M and 0.75 M, respectively. The CSTR is to be operated at the
temperature that maximizes the reaction rate at an effluent conversion of 70% of
the limiting reagent. If the feedstock enters at 25∘C, determine:
(a) the temperature at which the CSTR should operate,
(b) the volume of the CSTR,
(c) the heat transfer rate required for the CSTR.
The data are as follows:

47
kf = Af e−Ef ∕RT
kr = Ar e−Er ∕RT
Af = 31.4 L∕(mol⋅s)
Ar = 3.06 × 107s−1
Ef = 7.20 kcal∕mol
Er = 18.00 kcal∕mol
ΔH0R = −10.80 kcal∕mol for the temperatures of interest
For the temperature range of interest, the density of the feed stream is 0.90 kg/L
and its heat capacity is 0.95 cal/(g⋅C).

5. Propylene glycol is produced by the hydrolysis of propylene oxide:

Over 800 million pounds of propylene glycol were produced in 1997 and
the seliing price was approximately $0.67 per pound. Propylene glycol makes up
about 25% of the major derivatives of propylene oxide. The reaction takes place
readily at room temperature when catalyzed by sulfuric acid.
You are the engineer in charge of an adiabatic CSTR producing propylene
glycol by this raedjod. Unfortunately, the reactor is beginning to leak, and you
must replace it. (You told your boss several times that sulfiiric acid was corrosive
and that mild steel was a poor material for construction.) There is a nice overflow
CSTR of 300-gal capacity standing idle; it is glass-lined and you would like to use
it.
You are feeding 2500 Ib/h (43.04 lb mol/h) of propylene oxide (P.O.) to the
reactor. The feed stream consists of (1) an equivolumetric mixture of propylene
oxide (46.62 ft3/h) and methanol (46.62 ft3/h), and (2) water containing 0.1 wt %
H2SO4. The volumetric flow rate of water is 233.1 ft3/h, which is 2.5 times the
methanoi-P.O. flow rate. The corresponding molar feed rates of methanol and
water are 71.87 and 802.8 lb mol/h, respectively. The water-propylene oxide-
methanol mixture undergoes a slight decrease in volume upon mixing
(approximately 3%), but you neglect this decrease in your calculations. The

48
temperature of both feed streams is 58°F prior to mixing, but there is an
immediate 17oF temperature rise upon mixing of the two feed streams caused by
the heat of mixing. The entering temperamre of all feed streams is thus taken to be
75°F

Furosawa et al.* state that under conditions similar to those at which you are
operating, the reaction is first-order in propylene oxide concentration and apparent
zero-order in excess of water with the specific reaction rate

The units of E are Btu/lb mol.


There is an important constraint on your operation. Propylene oxide is a rather
low-boiling substance (b.p, at 1 atm, 93.7°F). Wth the mixture you are using, you
feel thai you cannot exceed an operating temperature of 125°F, or you will lose
too much oxide by vaporization through the vent system. Can you use the idle
CSTR as a replacement for the leaking one if it will be operated adiabatically? If
so, what will be the conversion of oxide to glycol?

49
BAB V
REAKTOR ALIR PIPA

CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
c. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam membahas mengenai reaktor alir pipa dari segi neraca massa
maupun dlam keadaan operasinya.
d. mampu mengambil keputusan dan menganalisa secara tepat kondisi
operasi yang terjadi didalam reaktor alir pipa.
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
c. Mampu menjelaskan mengenai reaktor alir pipa, cara kerjanya, dan
penyusunan neraca massa dan neraca panasnya.
d. Mampu membuat persamaan neraca energi untuk reaktor alir pipa
isotermal, non isotermal adiabatis, dan non isotermal non adiabatis.

A. PENDAHULUAN
Reaktor alir pipa (RAP) dapat digunakan untuk reaksi fasa cair dan fase gas,
dan untuk investigasi skala besar kinetika dan produksi skala besar. RAP sendiri
dapat terdiri dari tabung atau bejana kosong, atau mungkin berisi kemasan atau
diikat partikel (misalnya, partikel katalis). RAP mirip dengan RATB sebagai
reaktor alir, namun berbeda dalam karakteristik pencampurannya. Berbeda dengan
RB yang menjadi reaktor alir, namun serupa dalam progresif perubahan sifat,
dengan posisi menggantikan waktu. Pada bab ini akan dibahas mengenai neraca
maasa, neraca energi pada keadaan RATB kondisi isothermal, non isothermal,
adiabatis, dan non adiabatis.

B. POKOK – POKOK ISI

50
5.1. DASAR – DASAR PERANCANGAN RAP
Seperti RATB, RAP selalu dioperasikan secara kontinyu pada keadaan
tunak, selain daripada periode startup dan shutdown. Tidak seperti RATB yang
digunakan terutama untuk reaksi-reaksi fasa cair, RAP dapat digunakan untuk
reaksi-reaksi fasa cair dan fasa gas.
Reaktor Alir Pipa (RAP) adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan
suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan cara
mengalirkan fluida tersebut dalam pipa secara berkelanjutan (continuous).
Biasanya reaktor ini dipakai untuk mempelajari berbagai proses kimia yang
penting seperti perubahan kimia senyawa, reaksi termal, dan lain-lain. Di mana
katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan
baku seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan. RAP biasa digunakan
untuk mempelajari beberapa proses penting seperti reaksi termal dan reaksi kimia
plasma dalam aliran gas yang cepat serta daerah katalisis. Dalam beberapa kasus,
hasil yang didapat tidak hanya membantu kita dalam memahami karakteristik
proses-proses kimia, tetapi juga dapat memberikan kita pengertian praktis dari
proses-proses kimia yang penting. Di dalam RAP, konsentrasi produk meningkat
sepanjang perjalanan dalam reaktor.

Ciri - ciri utama RAP antara lain,


1. Pola aliran adalah Plug Flow, dan RAP adalah vesel tertutup
2. Kecepatan aliran volumetris dapat bervariasi secara kontinyu ke arah aliran
sebab perubahan densitas
3. Setiap elemen fluida merupakan sistem tertutup (dibandingkan RATB); yaitu,
tidak ada pencampuran kearah axial, meskipun terjadi pencampuran
sempurna searah radial (dalam vesel silinder)
4. Sebagai konsequensi dari sifat-sifat fluida dapat berubah secara kontinyu ke
arah radial, tapi konstan secara radial (pada posisi axial tertentu)
5. Setiap elemen fluida mempunyai residence time yang sama seperti yang lain
(dibandingkan RATB)
Kegunaan RAP

51
 Model RAP seringkali digunakan untuk sebuah reaktor yang mana sistem
reaksi (gas atau cair) mengalir pada kecepatan relatif tinggi (Re>>, sampai
mendekati PF) melalui suatu vesel kosong atau vesel yang berisi katalis padat
yang dipacked
 Disini tidak ada peralatan seperti pengaduk untuk menghasilkan backmixing
 Reaktordapatdigunakan dalam operasi skala besar untuk produksi komersial,
atau dilaboratorium atau operasi skala pilot untuk mendapatkan data
perancangan
 Tingkat perubahannnya besar dalam setiap volumenya
 Bekerja dalam periode waktu yang cukup lama tanpa tenaga kerja sehingga
upah produksi rendah
 Perpindahan kalornya baik sekali
 Operasinya terus-menerus

Kekurangan dari RAP

Tingginya temperatur yang tidak diinginkan dapat terjadi

5.2. NERACA MASSA RAP


Di dalam RAP komposisi dari fluida berubah dari titik ke titik sepanjang
aliran. Persamaan NM untuk komp A disusun berdasarkan :
A yang masuk : FA mol/waktu
A yang keluar : FA + dFA mol/waktu
A yang berkurang krn bereaksi : (-rA)dV

52
Gambar 6. Reaktor Alir Pipa

Tinjauan untuk reaksi A + ... → vC


neraca massa RAP :

untuk steady state,

Jika densitas konstan,

dimana V/Q0 = volume reaktor / laju alir umpan =  = space time

XA

  C A0  dX A /  rA
X A0
(20)

53
Gambar 7. Interpretasi persamaan neraca massa RAP

5.3. NERACA ENERGI RAP


Pengembangan neraca energi untuk RAP, kita pertimbangkan hanya operasi
keadaan tunak, jadi kecepatan akumulasi diabaikan. Kecepatan entalpi masuk dan
keluar oleh (1) aliran, (2) transfer panas, (3) reaksi mungkin dikembangkan atas
dasar diferensial kontrol volume dV seperti gambar berikut :

Gambar 8. Kontrol Volume dan Simbol untuk Neraca Energi RAP

1) Kecepatan entalpi masuk oleh aliran – kecepatan entalpi keluar oleh aliran

2) Kecepatan transfer panas ke (atau dari) kontrol volume

54
Dengan U adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan, TS adalah temperatur
sekitar diluar pipa pada titik tinjauan, dan dA adalah perubahan luas bidang
transfer panas.
3) Kecepatan entalpi masuk/terbentuk (atau keluar/terserap) oleh reaksi

Dari persamaan pada point 1), 2), dan 3) menjadi neraca energi keseluruhan
(untuk kondisi steady state), yaitu
(21)

Persamaan (21) mungkin lebih sesuai ditransformasi ke hubungan T dan fA

(22)

dengan D adalah diameter pipa atau vesel

Dengan mensubtitusikan persamaan – persamaan diatas, didapatkan :

(23)

Secara alternatif, persamaan (21) dapat ditransformasi ke temperatur sebagai


fungsi x (panjang reaktor)

(24)

5.4. RAP KONDISI ISOTERMAL


Kondisi isotermal dari RAP, maka yang terlibat adalah neraca massanya
sehingga persamaan yang terlibat sebagai berikut.
Untuk sistem densitas konstan :

kemudian,

55
resident time dan space time sama, maka

dan,

(25)

Gambar 8. Ilustrasi dari persamaan (25)

Pada operasi isotermal, temperatur konstan selama reaksi berlangsung. Ini


berarti semua panas yang dihasilkan/diserap adalah sama dengan panas yang
dipindahkan melalui dinding media pemindah panas, sehingga tidak ada
akumulasi panas di dalam sistem.
Panas yang dihasilkan reaksi = panas yang dipindahkan
(H R )  rA  V R = U.A (T - TC)

(H R ) (dFA/dV). V R = U.A (T - TC) (26)

56
5.5. RAP KONDISI NON ISOTERMAL
Pada sub bab ini, diberikan persamaan neraca energi secara umum umtuk
RAP pada kondisi operasi steady state. Kemudian akan ditampilkan bagaimana
jumlah mil dan neraca energi yang dikombinasikan untuk ukuran reaktor yang
beroperasi secara adiabatis dan non adiabatis. Persamaan neraca energi RAP
secara umum,

(27)

5.5.1. RAP Kondisi Non-Isotermal dan Adiabatis


Biasanya, ada sejumlah pekerjaan yang dapat diabaikan pada campuran
reaksi, istilah kerja dapat diabaikan dalam rancangan reaktor berbentuk tabung.
Namun, kecuali jika reaksi dilakukan secara adiabatik, Persamaan (27) masih sulit
untuk dievaluasi, karena pada reaktor nonadiabatik, panas yang ditambahkan ke
atau dikeluarkan dari sistem bervariasi sepanjang reaktor. Masalah ini tidak terjadi
pada reaktor adiabatik, yang sering ditemukan di industri. Oleh karena itu, reaktor
RAP adiabatik akan dianalisis terlebih dahulu.
Karena Q dan W sama dengan nol untuk alasan yang disebutkan di atas

(28)
Persamaan (28) dapat digabungkan dengan persamaan neraca massa

untuk mendapatkan suhu, konversi, dan profil konsentrasi sepanjang reaktor.


Salah satu cara untuk mencapai kombinasi ini adalah dengan menggunakan
Persamaan (28) untuk membuat tabel T sebagai fungsi X. Begitu kita memiliki T
sebagai fungsi X, kita dapat memperoleh k(T) sebagai fungsi X dan karenanya -rA
sebagai fungsi X.

57
5.5.2. RAP Kondisi Non-Isotermal dan Non-Adiabatis
Pada bagian ini kita mempertimbangkan sebuah reaktor RAP dimana panas
ditambahkan atau dilepaskan melalui dinding silinder reaktor. Dalam pemodelan
reaktor kita dapat berasumsi bahwa tidak ada gradien radial di dalam reaktor dan
bahwa fluks panas melalui dinding per satuan volume reaktor seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 9.

.Gambar 9. RAP dengan heat gain atau loss

dengan mengabaikan Ws = 0, maka

(29)
terjadi perubahan volume,

(30)
dengan –rA = FAo . dX/dV,

(31)
Persamaan diferensial menggambarkan perubahan temperatur yang disertai
perubahan volume disepanjang pipa.

(31)

58
Persamaan diatas dipasangkan dengan persamaan neraca massa,

dan diselesaikan secara bersamaan. Berbagai skema integrasi numerik dapat


digunakan untuk menyelesaikan dua persamaan secara simultan.

C. RANGKUMAN
Reaktor Alir Pipa (RAP) adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan
suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan cara
mengalirkan fluida tersebut dalam pipa secara berkelanjutan (continuous).
Biasanya reaktor ini dipakai untuk mempelajari berbagai proses kimia yang
penting seperti perubahan kimia senyawa, reaksi termal, dan lain-lain
resident time dari RAP,
XA

  C A0  dX A /  rA
X A0

neraca energi RAP,

D. SOAL LATIHAN
1. Butadiene akan direaksikan dengan etilen dalam fase gas pada temperatur
diatas 500 oC. Reaksi diberikan oleh Diels–Alder reaction

Jika equimolar campuran dari butadiene (C4H6) dan ethylene (C2H4) pada
450∘C dan 1 atm dimasukan ke dalam tubular reactor, hitunglah waktu tinggal
(space times) untuk mengkonversi 10% dari butadiene menjadi cyclohexene

59
untuk operasi isothermal dan untuk proses adiabatik. Data pendukung yang
diperlukan sebagai berikut,
k = 107,5 e−27.500∕RT L∕(mol⋅s)
ΔHR = −30.000 cal∕g-mol
Cp,C4H6 = 36.8 cal∕(g-mol⋅K)
Cp,C2H4 = 20.2 cal∕(g-mol⋅K)
Cp,C6H10 = 59.5 cal∕(g-mol⋅K)

2. Reaksi eksotermis A → B + C dijalankan secara adiabaik dan diperoleh data


sebagai berikut,

molar flow rate ang masuk sebear 300 mol/enit.


a. berapakah volume RAP dan RATB yang diperlukan agar reaksi mencapai
konversi 40%?
b. Pada rentang konversi berapakah volume PFR dan CSTR sama?

3. J. M. Castro, S. D. Lipshitz, and C. W. Macosko [AIChEJ., 28, 973 (1982)]


memodelkan termoseting reaksi polimerisasi pada aliran lamone diberbagai
kondisi operasi. Gambarkan performance dari RAP untuk reaksi ini dibawah
kondisi isotermal dan kondisi adiabatis. Hitung juga space time yang
diperlukan agar tercapai konversi 73% untuk kesua kondisi diatas. Reaksi
mengikuti orde 3/2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
(r = k c1,5).
k = Ae−E∕RT dengan A = 3,14 × 108(m3∕g-equiv)0.5∕min
E = 64,64 kJ∕mol
ΔHRo= −6,.33 kJ∕g-equiv
Cp = 1,875 kJ∕(kg⋅K)
ρ = 1075 kg∕m3

60
Bahan baku mengandung prepolimer diisosianat dan caprolactone-based triol.
umpan yang masuk reaktor 318 K dengan konsentrasi awal campuran 2,64 ×
103g-equiv∕m3. Laju alir umpan 1,05 m3∕ min. Berpakah volume reaktor yang
diperlukan? Pada tingkat berapa energi termal dihilangkan agar tetap terjaga
sistem isotermal? Berapakah suhu buangan ketika reaktor beroperasi secara
adiabatik?

4. Reaksi fasa liqud A → B dijalankan dalam RAP pada tekanan konstan 202,6
kPa. Laju umpan A yang masuk sebesar 600 kmol/ks dengan temperatur inlet
temperatur 200∘C. Volume spesifik A sebesar 0,056 m3/kmol. Panas reaksi
pada 200∘C adalah −15 kJ/mol. Molar specific panas dari A dan B adalah 42
J/(mol⋅K).
Kontanta kecepatan reaksi pad temperatur ini
k = 110 + 0.8(T − 200)
dengan k dalam ks−1 dan T dalam ∘C. Walaupun reaktor ijalankan secara
adibatik, temperatur maksimum yang diijinkan hanya 400∘C. Jika dijalankan
diatas temperatr ini mengakibatkan terbentuknya produk samping. Hitnglah
volume minimum reaktor yang diperlukan agar A terkonversi 80 %.
volume required to obtain 80% conversion of A. Berapakah laju perpindahan
panas yang terjadi pada bagian pendinginan pada reaktor?

BAB VI
REAKTOR SERI

61
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan
terukur dalam menguraikan reaktor seri.
b. Mampu mengambil keputusan secara tepat hal –hal apa saja yang
menjadi bahan pertimbangan dalam perhitungan pada reaktor seri
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
a. Mampu menjelaskan RATB disusun seri dan menghitung volumenya
b. Mampu menjelaskan RAP disusun seri dan menghitung volumenya
c. mampu menjelaskan menghitung volume RATB dan RAP yang
disusun seri

A. PENDAHULUAN
Banyak sekali reaktor dihubungkan secara seri sehingga aliran keluar satu
reaktor adalah aliran umpan untuk reaktor lain. Bila hal ini digunakan, seringkali
dimungkinkan untuk mempercepat perhitungan dengan menentukan konversi satu
reaktor tunggal. Artinya, konversi X adalah jumlah total mol A yang telah
bereaksi terhadap per mol A yang diumpankan ke reaktor pertama. Namun,
definisi ini hanya dapat digunakan asalkan tidak ada aliran samping yang ditarik
dan arus umpan hanya masuk ke reaktor pertama. Pada BAB ini akan dibahas
mengenai perhitungan volume reaktor yang diperlukan apabila reaktor RATB
diserikan, RAP diserikan, dan RAP dipasang seri dengan RATB.

B. POKOK – POKOK ISI


6.1. RATB DISUSUN SERI
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (RATB) adalah bahwa
reaksi berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah yaitu sama dengan konsentrasi di
dalam campuran yang meninggalkan reaktor. Salah satu cara untuk menghindari
kerugian ini adalah dengan mempergunakan beberapa reaktor tangki yang
dipasang seri, sehingga konsentrasi reaktan tidak turun secara drastis tetapi
bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya.

62
RATB bisa berbentuk dalam tanki satu atau lebih dari satu dalam bentuk
seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase cair dan biasanya digunakan dalam
industri kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah kualitas produk yang
bagus, biaya murah, kontrol temperatur mudah dan tidak banyak membutuhkan
banyak tenaga operator. Sedangkan kelemahan reaktor ini diantaranya, tidak
efisien untuk reaksi bertekanan tinggi, Konversi per unit volume rendah dan
waktu tinggal dalam reaktor sangat terbatas karena ditentukan oleh laju alir
feed yang masuk dan keluar.
Alasan Pemilihan Reaktor Alir Tangki Berpengaduk rangkaian Seri :
1. Kondisi operasi Isothermal
2. Reaksi berlangsung secara steady state, dengan aliran reaktan dan produk
bekerja secara kontinyu
3. Konsentrasi, konversi dan suhu di semua titik dalam reactor adalah homogen
4. Konsentrasi reaktan tidak turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki
ke tangki yang berikutnya
5. Hanya memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun
stainless steel), dan konveyor yang digunakan juga cukup satu

Gambar 10. RATB disusun secara Seri

Persamaan yang digunakan untuk menghitung volume reaktor seri :

keterangan :
Vi = volume reaktor ke i (liter)
FAo = laju alir molar awal (mol/s)
fAi = konversi pada reaktor i
fA, i-1 = konversi umpan masuk ke reaktor i

63
(-rA)i = laju reaksi pada reaktor ke i

Gambar 11. Levenspiel plot untuk 2 RATB seri

6.2. RAP DISUSUN SERI


Seperti pada RAP, reaktor RAP juga dapat disusun secara seri seperti yang terlihat
pada gambar berikut:

Gambar 12. (a) RAP Tunggal


(b). 3 RAP dengan total volume yang sama seperti RAP dibuat seri

RAP yang dipasang seri maka konversinya akan sama dengan RAP tunggal yang
panjangnya sama dengan jumlah dari panjang tiap reaktor RAP penyusun.
Neraca massa untuk RPA seri sebagai berikut.

= FAo ( ))

64
Gambar 13. Levenspiel plot untuk RAP seri

6.3. RATB DAN PFR DISUSUN SERI


Ketika reaktor yang dihubungkan secara seri, aliran efluen reaktor pertama
menjadi aliran umpan untuk reaktor kedua. sehingga definisi untuk konversi :

Gambar 14. RATB dan RAP disusun seri

Konversi yang sesuai untuk kedua reactor diatas adalah

Persamaan diatas dapat disusun ulang untuk mendapatkan persamaan laju aliran :

Persamaan desain untuk RATB

65
dan persamaan desain untuk RAP

substitusi FA2, sehingga

Karena FA0 adalah konstanta, maka turunannya akan menjadi nol dan dapat
dihilangkan dari turunan untuk FA0X2

Mengintegrasikan atas kondisi batas PFR, maka:

C. RANGKUMAN
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tunggal dengan sistem
kontinyu adalah bahwa reaksi berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah yaitu
sama dengan konsentrasi di dalam campuran yang meninggalkan reaktor. Salah satu
cara untuk menghindari kerugian ini adalah dengan mempergunakan beberapa
reaktor tangki yang dipasang seri, sehingga konsentrasi reaktan tidak turun secara
drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya. Perhitungan untuk
volume reaktor mengikuti persamaan volume reaktor masing (RATB dan RAP), kemudian
untuk volume total dijumlahkan dari haril perhitungan.

66
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Gambar P2-8a menunjukkan Cao/(-rA) versus X untuk nonisothermal,
nonelementary, muItiple-reaction liquid-phase dekomposisi dari reaktan
A.

(a) Gambar P2-8b menunjukkan CSTR and plug-flow reactor di pasang secara
series. Konversi intermediate sebesar 0.3 dan konversi akhir 0.7. Bagaimana
seharusnya reaktor disusun agar didapatkan volume reaktor yang minimum?
Jelaskan!.
(b) Jika volumetric rate sebesar 50 L/min, berapakah volume reaktor?

BAB VII
REAKTOR KATALITIK HETEROGEN

67
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur
dalam menguraikan reaktor katalitik heterogen.
2. Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
a. Mampu menjelaskan jenis-jenis reaktor katalitik heterogen
b. Mampu menjelaskan difusi dan reaksi pada poros katalis
c. mampu menjelaskan kinetika adsorpsi

A. PENDAHULUAN
Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai tipe-tipe reaktor yang
menggunakan katalis heterogen, umumnya padatan, dan juga akan dijelaskan
secara umum mengenai difusi dan reaksi pada poros katalis berdaarkan Eley-
Rideal dan Langmuir-Hinshelwood. Pada bab ini juga dikembangkan mengenai
kinetika adsorpsi yang mana pada saat ini banyak penelitian yang mengacu pada
kinetika adsorpsi yang melibatkan adsorben padatan.

B. POKOK – POKOK ISI


7.1. TIPE – TIPE REAKTOR KATALITIK HETEROGEN
Reaktor heterogen atau reaktor multifasa adalah reaktor yang digunakan
untuk mereaksikan komponen-komponen lebih dari satu fasa dan minimal
terdapat 2 fasa. Tipe Reaksi Heterogen, yaitu antara lain
 Reaksi katalitik gas-padat → Cracking HC (katalisSi-Al)
 Reaksi non katalitik gas-padat → Pembuatanbatubara
 Reaksi cair-padat → Pembuatan asetilin dari CaS2 dan air
 Reaksi padat-padat →Pembuatan semen, kalsiumkarbida dari batu kapur
dan karbon
 Reaksi gas-cair →Hidrogenasi minyak
Tipe Reaktor Heterogen, antara lain :
 Reactor fixed bed

68
 Submerge fixed bed reactor with upward gas bubbling
 Trickle bed reactor
 Reactor moving bed
 Stirred slurry reactor
 Bubbling slurry columns
 Fluidized slurry reactor
 Co current up flow reactors with fluidized pellets

Fixed Bed Reactors


Dalam bentuknya yang paling dasar, fixed bed reactor terdiri dari dari
tabung silinder diisi dengan pelet katalis. Reaktor semacam itu juga dikenal
sebagai packed bed reactors. Aliran reaktan melalui bed katalis dan diubah
menjadi produk. Reaktor ini digunakan pada bahan kimia industri yang keras
sehubungan dengan jumlah reaktor yang digunakan dan nilai ekonomis dari bahan
yang dihasilkan. Amonia sintesis, produksi asam sulfat (dengan oksidasi SO2 ke
SO3), dan produksi asam nitrat (dengan oksidasi NH3) hanya beberapa dari proses
tonase yang sangat tinggi yang membuat ekstensif penggunaan berbagai bentuk
fixed bed reactor. Katalis yang merupakan fixed bed umumnya dikonfigurasi
berikut:
1. single bed.
2. horizontal beds yang disusun katalis pada tumpukan vertikal.
3. Beberapa tabung bed paralel dalam satu penyangga tunggal.
4. Beberapa beds

Trickle Bed Reactors


Trickle bed reactor menggunakan bed tetap dimana cairan mengalir tanpa
sepenuhnya mengisi ruang hampa antar partikel. Cairan biasanya mengalir ke
bawah di bawah pengaruh gravitasi, sementara gas mengalir ke atas atau ke bawah
ruang hampa antara pelet katalis dan cairan yang terambil. Umumnya aliran arus
bawah arus co-current dan gas lebih disukai karena mode operasi ini memfasilitasi
distribusi seragam cairan di atas unggun katalis dan memungkinkan penggunaan

69
tingkat aliran cairan yang lebih tinggi menyebabkan flooding. Penggunaan utama
dari trickle bed reactor adalah untuk hidrodesulfurisasi, hydrocracking, dan
hydrotreating dari berbagai fraksi minyak bertitik didih tinggi.

Moving Bed Reactors


Pada reaktor unggun bergerak, fase fluida melewati ke atas melalui tempat
pelet katalis. Katalis diumpankan ke bagian atas bed, bergerak ke bawah dibawah
pengaruh gravitasi dengan cara yang mendekati aliran dan pelet katalis saat itu
dipindahkan terus menerus ke atas reaktor menggunakan peralatan eksternal untuk
efek pneumatik atau mekanik. Selama periode katalis tidak berada dalam reaktor,
katalis mungkin akan diregenerasi atau direkondisi.

Fluidized Bed Reactor


Reaktor unggun terfluidisasi adalah partikel yang relatif kecil katalis
dihentikan oleh gerakan ke atas cairan yang bereaksi. Di hampir semua aplikasi
industri Cairan adalah gas yang mengalir ke atas melalui partikel padat pada
tingkat yang cukup untuk mengangkat mereka dari grid pendukung, tapi yang
tidak begitu besar untuk membawa mereka keluar dari reaktor atau untuk
mencegahnya jatuh kembali ke fase terfluidasi diatas permukaannya yang bebas.
Partikel bergerak konstan dalam wilayah yang relatif terbatas, dan luas
Pencampuran terjadi baik pada arah radial maupun longitudinal dari tempat tidur
Reaktor tempat tidur terfluidisasi pertama kali bekerja pada tempat yang besar
skala untuk retakan katalitik dari fraksi minyak bumi.

Reaktor Slurry
Reaktor slurry biasa digunakan dalam menghubungkan reaktan cair atau
larutan yang mengandung reaktan dengan katalis padat. Untuk memudahkan
massa transfer dan penggunaan katalis yang efektif, biasanya katalis berbentuk
butiran atau butiran dalam fase cair. Jenis reaktor ini berguna bila salah satu dari
reaktan biasanya berupa gas pada kondisi reaksi dan reaktan kedua adalah cairan
(mis., dalam hidrogenasi dari berbagai minyak). Gas reaktan digelembungkan

70
melalui cairan, larut, lalu berdifusi ke permukaan katalis. Keterbatasan transfer
massa pada laju reaksi bisa sangat signifikan dalam kasus di mana ada tiga fase
(katalis padat dan reaktan cair dan gas) dan perlu untuk melanjutkan dengan cepat
dari pereaksi ke produk.

7.2. DIFUSI DAN REAKSI PADA POROS KATALIS


Reaksi heterogen adalah reaksi yang berlangsung dalam suatu sistem
yang heterogen, yaitu sistem yang di dalamnya terdapat dua atau lebih fasa.
Banyak reaksi-reaksi kimia fasa cair maupun gas yang hanya dapat berlangsung
pada permukaan padatan. Karena sifat reaksinya hanya bergantung pada fasa
padat, maka reaksi tersebut dikatakan berkatalisis dengan fasa padat sebagai
katalisnya. Ada lima tahapan dalam reaksi heterogen :
a. Difusi molekul-molekul pereaksi menuju permukaan,
b. Adsorpsi molekul-molekul pereaksi pada permukaan,
c. Reaksi berlangsung di permukaan,
d. Desorpsi hasil reaksi dari permukaan,
e. Difusi hasil-hasil reaksi meninggalkan permukaan menuju sistem
keseluruhan.

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut


dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Proses
difusi molekul reaktan kepermukaan atau difusi pada produk desorpsi kedalam
gas utama merupakan proses yang paling lambat dan tidak dapat ditentukan
kecuali pada penentuan proses teknik yang melibatkan penyerapan katalis.
Permukaan spesifik, Specific surface yang besar lebih diharapkan karena
laju perpindahan massa akan meningkat sehingga akan meningkatkan laju reaksi
kimia secara keseluruhan. Permukaan spesifik yang besar ini berhubungan dengan
diameter partikel yang kecil dan seluruh permukaan porinya. Pori yang kecil
membatasi kemampuan senyawa mendifusi ke dalam permukaan sebelah dalam,
internal surface, demikian juga difusi produk keluar dari pori. Sehingga didalam
pemilihan diameter pori dan keseragaman diameter pori untuk menyediakan

71
specific surface dan tahanan difusi didalam permukaan sebelah dalam perlu
diperhatikan. Tahanan difusi yang terjadi di dalam katalis disebabkan karena
gesekan antar molekul maupun dengan dinding pori. Proses heterogen selalu
melibatkan energi aktivasi yang cukup besar sedang difusi dalam gas tidak
melibatkan energi aktivasi. Didalam adsorpsi dan desorpsi sangat lambat didalam
poses heterogen karena keduanya melibatkan energi aktivasi yang cukup besar.
Secara umum, apabila suatu partikel padat terdispersi dalam suatu media
cair, maka partikel tersebut dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Terjadinya peristiwa adsorpsi yang bersifat selektif terhadap spesies
bermuatan yang terdapat didalam dispersi tersebut.
2. Terjadinya peristiwa ionisasi gugus-gugus yang terdapat pada
permukaan padatan, sehingga meninggalkan muatan tertentu pada
permukaan padat tersebut. Mekanisme ini sering terjadi ketika pada
suatu permukaan partikel padat terdapat gugus yang mudah terionisasi,
misalnya –COOH.

Adsorpsi kimia menghasilkan pembentukan lapisan monomolekular


adsorbat pada permukaan melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-
molekul pada permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan kondensasi molekular
dalam kapiler-kapiler dari padatan. Secara umum, unsur-unsur dengan berat
molekul yang lebih besar akan lebih mudah diadsorpsi. Terjadi pembentukan
yang cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antar-muka, diikuti dengan difusi
lambat ke dalam partikel-partikei. Laju adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh
kecepatan difusi dari molekul-moleku l zat terlarut dalam pori-pori kapiler dari
partikel.

Mekanisme katalisis heterogen menurut Langmuir-hinshelwood


1. Atom A dan B teradsorpsi kepermukaan katalis.
2. Atom A dan B berdifusi melalui permukaan.
3. Atom A dan B berinteraksi satu sama lain.
4. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi

72
Mekanisme katalisis heterogen menurut Rideal-Eley
1. Atom A diadsorpsi oleh permukaan katalis (k).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya / berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Proses difusi
molekul reaktan kepermukaan atau difusi pada produk desorpsi merupakan proses
yang paling lambat dan tidak dapat ditentukan kecuali pada penentuan proses
teknik yang melibatkan penyerapan katalis.
2. Atom B lewat, kemudian berinteraksi dengan atom A yang ada dipermukaan
katalis (k). Katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi (atau
substrat) untuk sementara terjerap.
3. Atom A dan B saling berinteraksi satu sama lain
4. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi.

B A A B A B
B B B
B A B A A A A A
B A B A B A
B A B A B A B A B A B A

Langmuir - Hinshelwood Rideal - Eley Precursor

(a) (b) (c)

Gambar 4. Skema mekanisme (a) Langmuir-Hinshelwood, (b) Rideal-


Eley dan (c) Precursor untuk reaksi A + B  A-B

Lima kemungkinan mekanisme reaksi berkatalis padat antara 2


(dua) reaktan, A dan B, dan menghasilkan 2 (dua) produk reaksi, C
dan D:

1. (i) Adsorpsi reaktan :

(ii) Reaksi di permukaan :


(iii)Desorpsi produk :

73
II. (i) Adsorpsi reaktan :
(ii) Reaksi di permukaan :
(iii)Desorpsi produk :
III. (i) Adsorpsi reaktan :
(ii) Reaksi di permukaan :
(iii)Desorpsi produk :
IV. (i) Adsorpsi reaktan :
(ii) Reaksi di permukaan :
(iii)Desorpsi produk :
V. (i) Adsorpsi reaktan :
(ii) Reaksi di permukaan :
(iii)Desorpsi produk :

Berdasarkan penggambaran 5 (lima) mekanisme tersebut di atas, terlihat bahwa


pada:
• Mekanisme I:
semua (kedua) reaktan dan produk reaksi sama-sama teradsorp di permukaan aktif
katalis. Mekanisme reaksi yang seperti ini disebut mekanisme Langmuir-
Hinshelwood (L-H) atau mekanisme Hougen-Watson. Pada mekanisme ini,
tahap reaksi antara dua reaktan teradsorp (di permukaan aktif katalis) merupakan
tahap yang lambat, sehingga menjadi tahap pengendali atau tahap penentu
kecepatan reaksi.

• Mekanisme II, III, IV, dan V:


hanya salah satu reaktan dan salah satu produk reaksi yang teradsorp di
permukaan. Mekanisme seperti ini disebut mekanisme Eley-Rideal (E-R).

Contoh :
Reaksi fase gas berkatalis padat: A + B →Q + R, Mekanisme reaksi predicted
yang terjadi di permukaan katalis padat:

74
(i) Adsorpsi reaktan :

(ii) Reaksi di permukaan : (lambat)


(iii) Desorpsi produk :

Reaksi di permukaan katalis (tahap (ii) yang berlangsung lambat) merupakan


tahap pengendali kecepatan reaksi. Pertanyaan: Persamaan kecepatan
reaksinya???
• Kecepatan reaksi: r” = r” tahap yang lambat = r” tahap (ii)
(x)
• Berdasarkan mekanisme reaksi, terlihat bahwa semua reaktan dan produk (A,
B, Q, dan R) teradsorp di permukaan katalis.
Hubungan kesetimbangan adsorpsi untuk:
A : dari tahap (i)

(a)
B : dari tahap (i)

(b)
Q : dari tahap (iii)

(c)
R : dari tahap (iii)

(d)

• Neraca permukaan aktif katalis:

(e)
Substitusi (a), (b), (c), dan (d) ke (e):

75
(f)
sehingga:

(g)

(h)

(i)

(j)
Dengan demikian, persamaan kinetika permukaan untuk kasus ini dapat diperoleh
dengan mensubstitusikan (g) dan (h) ke (x):

7.3. KINETIKA ADSORPSI


Adsorpsi merupakan fenomena di mana sejumlah kuantitas gas atau larutan
menetap pada suatu permukaan. Sebagai contoh kontak antara gas atau larutan
pada suatu logam. Interaksi yang terjadi akan menyebabkan sifat permukaan
logam mengalami perubahan. Gas atau larutan yang tertarik disebut adsorbat
sedangkan permukaan logam disebut adsorben (Cash, 2001). Model isotherm
adsorpsi yang umum digunakan ada dua macam yaitu isotherm Langmuir dan
isoterm Freundlich.

a. Adsorpsi Isoterm Langmuir

76
Langmuir mengembangkan suatu. Model kuantitatif untuk menjelaskan
fenomena isoterm adsorpsi dengan pendekatan kinetika. Analog dari penurunan
persamaan adsorpsi pada gas, Langmuir mengasumsikan bahwa pada permukaan
adsorben terdapat situs-situs aktif yang proporsional dengan luas permukaan.
Model ini berdasar pada beberapa asumsi, yaitu (Sembodo, 2006) :
1. Permukaan adsorben bersifat homogen, sehingga energi adsorpsi konstan
pada seluruh bagian.
2. Tiap atom teradsorpsi pada lokasi tertentu di permukaan adsorben.
3. Tiap bagian permukaan hanya dapat menampung satu molekul atau atom.
Penurunan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir sistem cair-padat
didasarkan pada kesetimbangan proses adsorpsi dan desorpsi adsorbat di
permukaan padatan. Model persamaan Langmuir dinyatakan sebagai berikut:

qc =

bentuk linear persamaan tersebut dinyatakan dalam:


= +

Dimana qe adalah jumlah adsorbat yang teradsorpsi per unit berat oleh adsorben
(mg g-1), Ce adalah konsentrasi adsorbat dalam keadaan setimbang (mg L-1),
sedangkan Q dan b adalah konstanta Langmuir. Nilai dari Q dan b dapat diperolah
dari intersep dan slope dari plot persamaan Ce qe-1 versus Ce.

b. Adsorpsi Isotherm Freudlich


Isotherm Freundlich digunakan untuk model kinetika adsorpsi pada
permukaan adsorben yang heterogen. Bentuk linear dari persamaan Freundlich
dinyatakan dalam persamaan berikut:

qe = KF C1/n

dimana KF dan n adalah konstanta Freundlich. Bentuk linear dari persamaan


Freundlich dinyatakan dalam persamaan :

log qe = log KF + log Ce ..................................................................................(4)

77
Konstanta KF dan n merupakan kapasitas adsorpsi dan intensitas adsorpsi. Nilai
KF dan n diperoleh dari intersep dan slope dari plot grafik antara log q e versus log
Ce.
Adapun beberapa model kinetika adsorpsi yang biasanya diajukan sebagai
berikut.
Model orde satu pseudo

di mana Q dan Qe adalah adalah jumlah zat teradsorpsi tiap unit massa adsorben
(mmol g-1) pada saat t dan pada kesetimbangan, k adalah konstanta kecepatan
adsorpsi orde-1 (menit-1).

Model orde dua pseudo

di mana k adalah konstanta kecepatan adsorpsi orde-2

C. RANGKUMAN
1. Reaktor heterogen atau reaktor multifasa adalah reaktor yang digunakan untuk
mereaksikan komponen-komponen lebih dari satu fasa dan minimal terdapat 2
fasa
2. Tipe Reaktor Heterogen, antara lain :
 Reactor fixed bed
 Submerge fixed bed reactor with upward gas bubbling
 Trickle bed reactor
 Reactor moving bed
 Stirred slurry reactor
 Bubbling slurry columns
 Fluidized slurry reactor
 Co current up flow reactors with fluidized pellets

78
3. Mekanisme katalisis heterogen menurut Langmuir-hinshelwood
a. Atom A dan B teradsorpsi kepermukaan katalis.
b. Atom A dan B berdifusi melalui permukaan.
c. Atom A dan B berinteraksi satu sama lain.
d. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi
4. Mekanisme katalisis heterogen menurut Rideal-Eley
a. Atom A diadsorpsi oleh permukaan katalis (k).
b. Atom B lewat, kemudian berinteraksi dengan atom A yang ada
dipermukaan katalis (k). Katalis menyediakan suatu permukaan dimana
pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap.
c. Atom A dan B saling berinteraksi satu sama lain
d. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi.
5. Model isotherm adsorpsi yang umum digunakan ada dua macam yaitu isotherm
Langmuir dan isoterm Freundlich.

D. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Tuliskanlah mekanisme adsorbsi Eley-Rideal dan Langmuir-Hinselwood dari
reaksi-reaksi di bawah ini.
a. C6H5CH(CH3)2 → C6H6 + C3H6
b. A2 + 2B ↔ 2AB
2. Jelaskan jenis-jenis reaktor heterogen
3. Jelaskan macam-macam isoterm adsorpsi?
4. Penurunan Logam Fe dan Mn menggunakan fly ash didapatkan dari penelitian,
datanya sebagai berikut. (Purnamasari dan Supraptiah, 2017)
Variasi Berat Belum Aktivasi Sudah Aktivasi
(gram) Fe (mg/L) Mn (mg/L) Fe (mg/L) Mn (mg/L)
10 0.1 0.02 0.09 0.04
20 0.19 0.007 0.14 0.007
30 0.54 0.11 0.13 0.02
40 0.19 0.007 0.27 0.007
50 0.06 0.007 0.25 0.03
Tentukanlah konstanta Langmuir dan Freundlich serta tentukanlah kinetika
adsorpsinya.

79
DAFTAR PUSTAKA

Brownell, L.E., and Young, E.H, 1979, ” Process Engineering Design ”, 3rd
edition, Willey Eastern Ltd. New Delhi.
Davis, M.E., dan Davis, R.J. 2003. Fundamentals of Chemical Reaction
Engineering. Mc. Graw Hill, New York.
Fogler, Scott. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering. Third Edition.
Prentice Hall Inc. New Jersey
Hill, CG.., and Root, T,W. 2014. Introduction to Chemical Engineering Kinetics
and Reactor Design, 2nd edition. John Willey. New Jersey
Levenspiel, O. 1998. Chemical Reaction Engineering. John Willey, New York
Missen, L.W., Mims, C.A., dan Saville, B.A. 1999. Introduction to Chemical
Reaction Engineering and Kinetics. John Willey, New York.
Purnamasari, I., dan Supraptiah, E. 2017. Kinetika Adsorpsi Fe dan Mn dengan
Memanfaatkan Fly Ash PT Semen Baturaja dalam Air Asam Tambang.
Laporan Penelitian Akhir Penelitian Dosen Pemula, Politeknik Negeri
Sriwijaya
Smith, I.W.M. 1980. Kinetics and Dynamics of Elementary Gas Reactions.
Butterworth. London
.

80
LAMPIRAN -LAMPIRAN
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
(CPMK)

NAMA MATA KULIAH : REAKTOR KIMIA


NAMA DOSEN PENGAMPU : INDAH PURNAMASARI
NIDN : 0023038701
KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN : OPERASI TEKNIK KIMIA
KODE MATA KULIAH : KI161632
SEMESTER :V

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH

Kode Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


M1 Mahasiswa mampu menjelaskan reaksi kimia dan katalis yang ditemui
di industri (KU2, P1, KK1, S9);
M2 Mahasiswa mampu menjelaskan suatu konsep dasar perancangan
reaktor dan apikasinya (S9, P2, KU2,);
M3 Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor batch dan menyelesaikan
soal-soal perhitungannya secara tepat (P1, KK1, P3);
M4 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor alir
tanki berpengaduk dan menyelesaikan soal-soal perhitungannya secara
tepat (P1, KK1, P3);
M5 Mahasiswa mampu membuat Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
menjelaskan kerja reaktor alir pipa dan menyelesaikan soal-soal
perhitungannya secara tepat (P1, KK1, P3).
M6 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor seri
dan aplikasinya dalam industri (P7, S9)
M7 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor
katalitik heterogen, contoh reaktornya, dan menyelesaikan perhitungan
secara tepat (P7, P1, KK1, KU2)
FORM PENILAIAN ISI BAHAN AJAR

NAMA MATA KULIAH : Reaktor Kimia


NAMA DOSEN PENGAMPU : Indah Purnamasari, S.T., M.Eng
NIDN : 0027038701
KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN : Operasi Teknik Kimia
KODE MATA KULIAH : KI161632
SEMESTER :V

Unsur penilaian

Sangat
No Unsur Penilaian Baik Sedang Cukup Keterangan
Baik
1 Kesesuaian CP-MK dengan
CPL-Prodi
2 Kesesuaian keluasan dan
kedalaman materi MK
3 Kesesuaian besar SKS-MK
dan jam tatap muka MK
4 Materi yang disajikan sesuai
dengan Kebutuhan updating
materi kuliah
Bahan Ajar Tersebut diatas sudah memenuhi unsur-unsur penilaian dan
persyaratan untuk diajukan menjadi Bahan Ajar di Prodi Teknologi Kimia Industri

Palembang, 08 Desember 2017


Reviewer KBK 1/2

Ir. Robert Junaidi, M.T.


NIP 196607121993031003
FORM REKAPITULASI
PENILAIAN ISI BAHAN AJAR

NAMA MATA KULIAH : Reaktor Kimia


NAMA DOSEN PENGAMPU : Indah Purnamasari, S.T., M.Eng
NIDN : 0027038701
KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN : Operasi Teknik Kimia
KODE MATA KULIAH : KI161632
SEMESTER :V

Bahan Ajar yang diusulkan sudah/belum memenuhi unsur-unsur:


1 Kesesuaian CP-MK dengan CPL-Prodi
2 Kesesuaian keluasan dan kedalaman materi MK
3 Kesesuaian besar SKS-MK dan jam tatap muka MK
4 Materi yang disajikan sesuai dengan Kebutuhan updating materi kuliah

Palembang, 08 Desember 2017


Reviewer KBK 1 Reviewer KBK 2

Ir. Robert Junaidi,M.T. Ir. K.A. Ridwan, M.T.


NIP 196607121993031003 NIP 196002251989031002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia

Adi Syakdani, S.T., M.T.


NIP 196904111992031001
FORM PENILAIAN FORMAT DAN KELENGKAPAN
BAHAN AJAR

Penilaian
No Kriteria Sangat
Baik Cukup Kurang
Baik
1 Format
- Jumlah halaman
- Jarak Baris (spasi)
- Font (Time New Roman)
II Kelengkapan Bahan Ajar
- Cover
- Halaman Pengesahan
- Daftar Pustaka
- Silabus
- Rencana Pembelajaran
Semester
- Capaian Pembelajaran

Saran-saran perbaikan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………

Palembang, 08 Desember 2017


Kepala P3AI,

Muhammad Rasid, ST.,M.T.


NIP. 196302051989031001
NAMA PERGURUAN TINGGI : POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
NAMA JURUSAN : Teknik Kimia
NAMA PROGRAM STUDI : D4 Teknologi Kimia Industri

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


Bobot
MATA KULIAH Kode MK Rumpun MK Semester Tgl. Penyusunan
(sks)

REAKTOR KIMIA KI161632 Mata Kuliah Penguasaan Pengetahuan 3 5 04 September 2017

Dosen Pengembang RPS Koordinator RMK Ka. Prodi

OTORISASI (tanda tangan) (tanda tangan) (tanda tangan)

Indah Purnamasari, S.T, M.Eng Ir. Robert Junaidi, M.T Ir Fadarina HC, MT
Capaian CPL-Prodi
Pembelajaran S9 Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
P1 Menguasai konsep teoritis sains alam, aplikasi matematika rekayasa, prinsip-prinsip rekayasa, sains rekayasa dan perancangan rekayasa yang
diperlukan untuk analisis dan perancangan sistem, proses, produk atau komponen;
P2 Menguasai prinsip dan teknik perancangan sistem, proses, produk, atau komponen menggunakan rekayasa pada tatanan praktikal
P3 Menguasai konsep teoritis rekayasa yang diperlukan pada satu bidang Industri Kimia
P7 Menguasai pengetahuan tentang perkembangan rekayasa terbaru dan terkini di bidang industri proses kimia

KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;


KK1 Mampu menerapkan matematika, sains dan prinsip rekayasa ke dalam prosedur, rekayasa terapan untuk menyelesaikan masalah rekayasa kimia
umum;
CP-MK
M1 Mahasiswa mampu menjelaskan reaksi kimia dan katalis yang ditemui di industri (KU2, P1, KK1, S9);
M2 Mahasiswa mampu menjelaskan suatu konsep dasar perancangan reaktor dan apikasinya (S9, P2, KU2,);
M3 Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor batch dan menyelesaikan soal-soal perhitungannya secara tepat (P1, KK1, P3);
M4 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor alir tanki berpengaduk dan menyelesaikan soal-soal perhitungannya secara
tepat (P1, KK1, P3);
M5 Mahasiswa mampu membuat Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor alir pipa dan menyelesaikan soal-soal
perhitungannya secara tepat (P1, KK1, P3).
M6 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor seri dan aplikasinya dalam industri (P7, S9)
M7 Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu menjelaskan kerja reaktor katalitik heterogen, contoh reaktornya, dan menyelesaikan perhitungan
secara tepat (P7, P1, KK1, KU2)
Deskripsi Mata kuliah ini menjelaskan mengenai reaksi kimia dan reaktor kimia. Di dalam mata kuliah ini terdapat penjelasan deail mengenai
Singkat MK fenomena neraca massa dan energi pada reaktor kimia yang umum terdapat pada industri. Kemampuan menganalisis dan merancang
proses reaksi, menentukan jenis reaktor, dan kondisi operasi dalam perhitungan volume reaktor ditekankan pada mata kuliah ini. Mata
kuliah ini merupakan mata kuliah inti di semester 5 yang dapat digunakan mahasiswa nantinya pada saat Kerja Praktek maupun Tugas
akhir mengenai reaktor di lapangan/industri. Materi prasyarat untuk mempelajari mata kuliah ini adalah teknik reaksi kimia,
termodinamika, azas teknik kimia, dan satuan proses.
Materi 1 Reaksi Kimia dan Katalis
Pembelajaran/
Pokok 2 Konsep Dasar Perancangan Reaktor
bahasan 3 Reaktor Batch
4 Reaktor Alir Tanki Berpengaduk
5 Reaktor Alir Pipa
6 Reaktor Seri
7 Reaktor Katalitik Heterogen
Pustaka Utama:
1 Fogler, Scott. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering. Third Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey

2 Levenspiel, O. 1998. Chemical Reaction Engineering. John Willey, New York

3 Missen, L.W., Mims, C.A., dan Saville, B.A. 1999. Introduction to Chemical Reaction Engineering and Kinetics. John Willey, New York

4 Purnamasari, I. 2017. Bahan Ajar Reaktor Kimia. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya

Pendukung:
1 Brownell, L.E., and Young, E.H, 1979, ” Process Engineering Design ”, 3rd edition, Willey Eastern Ltd. New Delhi.

2 Davis, M.E., dan Davis, R.J. 2003. Fundamentals of Chemical Reaction Engineering. Mc. Graw Hill, New York.

3 Hill, CG.., and Root, T,W. 2014. Introduction to Chemical Engineering Kinetics and Reactor Design, 2nd edition. John Willey. New Jersey

4 Purnamasari, I., dan Supraptiah, E. 2017. Kinetika Adsorpsi Fe dan Mn dengan Memanfaatkan Fly Ash PT Semen Baturaja dalam Air Asam
Tambang. Laporan Penelitian Akhir Penelitian Dosen Pemula, Politeknik Negeri Sriwijaya

Media Perangkat Lunak: Perangkat Keras:


Pembelajaran internet Spidol dan Whiteboard

Tim Teaching Indah Purnamasari, ST, M.Eng


Sub-CP-MK Bobot
Kinerja & Bentuk Metode Pembelajaran [Estimasi Materi Pembelajaran
Mg ke- (sgb kemampuan akhir yg Indikator Penilaian
Penilaian Waktu] [Pustaka]
diharapkan) (%)
1, 2 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 1. Reaksi Kimia 10
menjelaskan tentang jenis- menjelaskan tentang jenis-jenis jawab (TM : 2 x 50”) dan Katalis
jenis reaksi kimia dan tentang jenis- reaksi kimia dan  Tugas : mengerjakan soal-
katalis jenis reaksi kimia katalis soal latihan BAB I (BT + BM :
2. mahasiswa mampu dan katalis 2. menjelaskan 50”)
menjelaskan katalis 2. ketepatan katalis homogen
homogen menjelaskan 3. menjelaskan
3. mahasiswa mampu katalis homogen katalis heterogen
menjelaskan mengenai 3. ketepatan
katalis heterogen menjelaskan
mengenai katalis
heterogen

3, 4 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 2. Konsep-konsep 15
menjelaskan konsep dasar menjelaskan konsep dasar jawab (TM : 2 x 50”) Dasar
perancangan reaktor konsep dasar perancangan  Tugas : mengerjakan soal- Perancangan
2. mahasiswa mampu perancangan reaktor soal latihan BAB II (BT + BM : Reaktor
menjelaskan faktor – reaktor 2. menjelaskan faktor 50”)
faktor pertimbangan 2. ketepatan –faktor
dalam perancangan menjelaskan pertimbangan
reaktor faktor –faktor dalam
pertimbangan perancangan
dalam reaktor
perancangan
reaktor
5-7 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 3. Reaktor Batch 15
menjelaskan proses menjelaskan proses reaktor jawab (TM : 2 x 50”)
reaktor batch proses reaktor batch  Tugas : mengerjakan soal-
batch 2. menjelaskan soal latihan BAB III (BT + BM :
2. mahasiswa mampu 2. ketepatan menjelaskan 50”)
menjelaskan keunggulan menjelaskan keunggulan dan
dan kelemahan reaktor menjelaskan kelemahan
batch keunggulan dan reaktor batch
3. mampu membuat neraca kelemahan 3. membuat neraca
massa dan panas pada reaktor batch massa dan panas
reaktor batch 3. ketepatan pada reaktor
membuat neraca batch
massa dan panas
pada reaktor
batch
8 UJIAN TENGAH SEMESTER
9 - 11 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 4. Reaktor Alir Tanki 15
menjelaskan proses RATB menjelaskan proses RATB jawab (TM : 2 x 50”) Berpengaduk (RATB)
2. mahasiswa mampu proses RATB 2. menjelaskan  Tugas : mengerjakan soal-
menjelaskan keunggulan 2. ketepatan menjelaskan soal latihan BAB IV (BT + BM :
dan kelemahan RATB menjelaskan keunggulan 50”)
3. mampu membuat neraca menjelaskan dan
massa dan panas pada keunggulan dan kelemahan
reaktor RATB kelemahan RATB RATB
3. ketepatan 3. membuat
membuat neraca neraca massa
massa dan panas dan panas
pada RATB pada RATB
12 - 14 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 5. Reaktor Alir Pipa 15
menjelaskan proses RAP menjelaskan proses RAP jawab (TM : 2 x 50”) (RAP)
2. mahasiswa mampu proses RAP 2. menjelaskan  Tugas : mengerjakan soal-
menjelaskan keunggulan 2. ketepatan menjelaskan soal latihan BAB V (BT + BM :
dan kelemahan RAP menjelaskan keunggulan 50”)
3. mampu membuat neraca menjelaskan dan
massa dan panas pada keunggulan dan kelemahan
reaktor RAP kelemahan RAP RAP
3. ketepatan 3. membuat
membuat neraca neraca massa
massa dan panas dan panas
pada RAP pada RP
15 - 17 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. ketepatan Tatap muka, diskusi, dan tanya 6. Reaktor Seri 15
menjelaskan pengertian menjelaskan menjelaskan jawab (TM : 2 x 50”)
reaktor seri pengertian pengertian  Tugas : mengerjakan soal-
2. mahasiswa mampu reaktor seri reaktor seri soal latihan BAB VI (BT + BM :
menghitung volume 2. ketepatan 2. ketepatan 50”)
reaktor RATB seri menghitung menghitung
3. mahasiswa mampu volume reaktor volume reaktor
menghitung volume RATB seri RATB seri
reaktor RAP seri 3. ketepatan 3. ketepatan
4. mahasiswa mampu mampu mampu
menghitung volume menghitung menghitung
reaktor RATB - RAP seri volume reaktor volume reaktor
RAP seri RAP seri
4. ketepatan 4. ketepatan
menghitung menghitung
volume reaktor volume reaktor
RATB - RAP seri RATB - RAP seri

18, 19 1. mahasiswa mampu 1. ketepatan 1. menjelaskan Tatap muka, diskusi, dan tanya 7. Reaktor Katalitik 15
menjelaskan mengenai menjelaskan menjelaskan jawab (TM : 2 x 50”) Heterogen
reaktor katalitik heterogen mengenai reaktor mengenai  Tugas : mengerjakan soal-
2. mahasiswa mampu katalitik reaktor katalitik soal latihan BAB VII (BT + BM :
membuat persamaan heterogen heterogen 50”)
kinetika reaksi untuk 2. ketepatan 2. membuat
reaksi katalisis heterogen membuat persamaan
persamaan kinetika reaksi
kinetika reaksi untuk reaksi
untuk reaksi katalisis
katalisis heterogen
heterogen 3. membuat dan
3. mahasiswa mampu 3. ketepatan menjelaskan
membuat dan membuat dan persamaan
menjelaskan persamaan menjelaskan kinetika adsorpsi
kinetika adsorpsi persamaan
kinetika adsorpsi
20 UAS
Catatan :
(1) TM: Tatap Muka, BT: Belajar Terstruktur, BM: Belajar Mandiri;
(2) [TM: (2x50'')] dibaca: kuliah tatap muka 1 kali (per minggu) x 2 sks x 50 menit = 100 menit ;
(3) [BT + BM: 1x50'')] dibaca: belajar terstruktur 1 kali (per minggu) dan belajar mandiri 1 kali (per minggu) x 1 sks x 50 menit = 50 menit);
(4) Mahasiswa mampu merancang penelitian dalam bentuk proposal penelitian & mempresentasikannya [C6, A2, P2]: menunjukkan bahwa Sub-CPMK ini mengandung
kemampuan dalam ranah taksonomi kognitif level 2 (kemampuan merancang), afeksi level 2 (kemampuan merespon dalam diskusi), dan psikomotorik level 2
(memanipulasi gerakan tubuh dalam keterampilan presentasi).
(5) Penulisan daftar Pustaka disarankan menggunakan salah satu standar/ style penulisan pustaka internasional, dalam contoh ini menggunakan style APA;
(6) RPS: Rencana Pembelajaran Semester, RMK: Rumpun mata Kuliah, PRODI: Program Studi.
BIODATA PENULIS

Lahir di Palembang pada tanggal 27 Maret 1987, perempuan


yang memiliki nama lengkap Indah Purnamasari S.T., M. Eng
ini menempuh pendidikan S1 di Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya, Palembang pada tahun 2004. Setelah menyelesaikan
studi S1, tahun 2009 melanjutkan S2 dengan mengambil
Program Master Teknik Kimia Konsentrasi Teknik Proses
Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Thesis yang diambil berkaitan dengan kinetika reaksi dengan judul “Kinetika
Reaksi Polimerisasi Urea-Asetaldehid dalam Proses Enkapsulasi Urea”. Pada
Oktober 2011, mengikuti seminar internasional berbasis teknik kimia yaitu 18th
Regional Symposium on Chemical Engineering (RSCE 2011), Innovation and
Sustainability for a Rapidly Changing World, 27th – 28th October 2011, di Ho Chi
Minh City, Vietnam dengan dana dari Universitas, dan menjadi pemakalah yang
berjudul “Kinetics of Polimerization Reaction of Urea-Acetaldehyde in The Urea
Encapsulation Process”. Sebelum merintis karir menjadi dosen, beliau pernah
bekerja sebagai guru les private dan menjadi karyawan di Pusat Penelitian Karet
Bogor selama 1 tahun dengan jabatan Calon Peneliti. Saat ini, beliau tercatat
sebagai Dosen dan Peneliti di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai