Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KIMIA ANALITIK INSTRUMENTAL

Topik Pemicu 1

Kelompok 1
1. M. Ammar Rasyid (2006482086)
2. Anindita Setyorini (2006482123)
3. Faiza Ramadhina Kuncara (2006486323)
4. Harun Alzena (2006579251)
5. Rendy Hasiolan N. (2006579125)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2021

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Kimia Analitik Instrumental
ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas PBL
Kimia Analitik dan juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat lebih
memahami topik mengenai Elektrokimia dan Potensiometri beserta isu-isu yang biasa
kami hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penyusunan laporan ini, ada beberapa kendala yang kami hadapi.
Namun, berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, laporan ini  dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan kepada:
1. Ibu Aprillia Cahyani selaku fasilitator dan dosen pengampu mata kuliah Kimia
Analitik Instrumental.
2. Teman-teman kelompok 1 yang bekerjasama dengan baik dalam menyusun
laporan ini dan telah memberikan kritik dan saran yang membangun. 
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu
Selain itu, kami juga menyadari bahwa baik dalam segi sistematika
penyusunan maupun materi yang dipaparkan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat disampaikan
sebagai bahan evaluasi kami kedepannya. Semoga adanya laporan ini dapat bermanfaat
dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Depok, 28 September 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang Topik 4
1.2 Tujuan Pembahasan Topik 4
BAB II 6
SOAL DAN PEMBAHASAN JAWABAN 6
2.1 Soal Nomor 1 6
2.2 Soal Nomor 2 13
2.3 Soal Nomor 3 14
2.4 Soal Nomor 4 15
2.5 Soal Nomor 5 18
2.6 Soal Nomor 6 24
2.7 Soal Nomor 7 25
2.8 Soal Nomor 8 25
BAB III 26
PENUTUP DAN KESIMPULAN 26
3.1 Kesimpulan 26
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Empat variasi baterai listrik Volta 7
Gambar 2. Jenis Baterai Primer 9
Gambar 3. Jenis Baterai Sekunder 11
Gambar 4. Mekanisme pencemaran limbah baterai pada air 12
Gambar 5. Prinsip Kerja Baterai Lithium-ion 14
Gambar 6. Persamaan setelah diberi larutan TISAB 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Topik


Dalam makalah yang akan membahas Pemicu 1 ini terdapat dua topik besar
yang akan membahas tentang elektrokimia dan potensiometri. Pembahasan yang
dilakukan akan dilakukan secara rinci berdasarkan pertanyaan yang telah diberikan.
Elektrokimia merupakan suatu reaksi kimia yang menghasilkan arus listrik
atau arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia. Konsep dasar
elektrokimia adalah reaksi reduksi oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit.
Pemanfaatan elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak seperti pada
electroplating, electrodialisis, penggunaan aki dan baterai, elektrokoagulasi, dan
elektrosintesis. Dikarenakan banyaknya pemanfaatan elektrokimia dalam
kehidupan sehari-hari, kita sebagai calon insinyur teknik kimia harus mengetahui
dan belajar mengenai elektrokimia agar dapat diaplikasikan, dikembangkan dan di
evaluasi terhadap pengembangan yang sudah ada.
Salah satu pengaplikasian elektrokimia adalah pada baterai. Limbah baterai
merupakan salah satu limbah B3, yaitu limbah yang berbahaya sehingga harus
diperhatikan dalam pengolahan limbah baterainya. Limbah B3 apabila dibuang ke
sungai dapat menyebabkan pencemaran air sungai dan dapat membunuh habitat
yang hidup di sungai. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan sosialisasi
terkait penanganan limbah B3 yang benar.
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia yang bertujuan untuk
menentukan potensial listrik berdasarkan beda potensial dari elektroda.
Potensiometri merupakan pengaplikasian langsung dari persamaan Nernst dengan
cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Besar kecilnya potensial elektroda bergantung pada kepekatan ion tertentu dalam
larutan. Potensiometri biasa digunakan untuk menentukan pH larutan, titik akhir
titrasi dan konsentrasi suatu ion. Sebagai calon insiyur teknik kimia, mempelajari
potensiometri sangat penting karena dapat digunakan sebagai metode analisis kimia
untuk menentukan konsentrasi larutan, mengetahui hubungan antara kepekatan ion
dan menerapkan persamaan Nernst dalam kehidupan sehari-hari untuk
menyelesaikan permasalah di sekitar kita.

1.2 Tujuan Pembahasan Topik


Pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari metode potensiometri untuk mengidentifikasi kandungan logam
pada limbah industri.
2. Memberi informasi tentang dampak pencemaran lingkungan akibat limbah.
3. Mengetahui karakteristik dan kandungan dalam limbah industri.
4. Mengetahui mekanisme elektrolisis dalam pengolahan limbah industri.

4
5. Mengetahui berbagai jenis elektroda sebagai penunjang teknik potensiometri.
6. Mengetahui dan memahami fungsi dari penambahan TISAB, metode standard
addition, dan metode sample addition.
7. Mengetahui jenis larutan yang perlu dan tidak perlu dilakukan metode standar
adisi (standar addition).
8. Mengetahui cara pengolahan data potensiometri dengan persamaan rumus dan
langkah yang tepat.

5
BAB II

SOAL DAN PEMBAHASAN JAWABAN

2.1 Soal Nomor 1


Menurut Anda mengapa Limbah Baterai Berbahaya? Bagaimana mekanisme
pencemaran air oleh limbah baterai ini terjadi dan upaya apa yang bisa diusulkan
untuk mengatasinya?

2.1.1 Definisi dan Sejarah Baterai


Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia secara langsung
menjadi energi listrik. Baterai mengalirkan energi listrik dari potensial tinggi ke
potensial rendah untuk menghidupkan suatu alat elektronik (Schumm, 2021).
Listrik ditemukan kira-kira 400 tahun yang lalu atau mungkin lebih. Tetapi
pemakaian praktisnya mungkin baru pada pertengahan sampai akhir tahun 1800an,
dan awalnya dalam cara yang terbatas. Sebagai contoh, pada pameran dunia di Paris
tahun 1900, salah satu atraksi utama adalah penerangan jembatan dengan listrik
diatas sungai Seine.Listrik ditemukan kira-kira 400 tahun yang lalu atau mungkin
lebih. Tetapi pemakaian praktisnya mungkin baru pada pertengahan sampai akhir
tahun 1800an, dan awalnya dalam cara yang terbatas. Sebagai contoh, pada pameran
dunia di Paris tahun 1900, salah satu atraksi utama adalah penerangan jembatan
dengan listrik diatas sungai Seine. Metode paling awal membangkitkan listrik
adalah dengan menciptakan muatan listrik statis. Pada tahun 1660, Otto von
Guericke membuat mesin listrik pertama yang terdiri atas bola sulfur besar yang,
ketika digosok dan diputar, menarik bulu dan sobekan kertas kecil. Guericke
mampu membuktikan bahwa bunga api yang dihasilkan benar-benar listrik.
Pemakaian listrik statis pertama ditemukan oleh Alessandro Volta (1745-1827)
dengan alat yang disebut “pistol listrik”. Alat ini terdiri dari sebuah kawat yang
dipasang pada bejana yang berisi gas metana. Dengan mengirim bunga api listrik
melalui kawat, bejana akan meledak. Volta menggunakan penemuan ini untuk
komunikasi jarak jauh, meskipun hanya dengan satu bit Boolean. Sebuah kawat besi
yang disangga batang kayu dibentangkan dari Como ke Milan, Italia. Pada ujung
penerima, kawat berakhir pada bejana yang diisi dengan gas metana. Dengan
perintah, bunga api listrik dikirim dengan kawat yang akan memicu pistol listrik
untuk memberi sinyal. Sambungan komunikasi ini tidak pernah dibangun. Pada
tahun 1791, ketika bekerja di Universitas Bologna, Luigi Galvani menemukan
bahwa otot katak berkontraksi ketika disentuh dengan logam. Terinspirasi oleh
percobaan ini, Volta melakukan serangkaian percobaan menggunakan seng, timbal,
timah atau besi sebagai pelat positif dan tembaga, perak, emas atau grafit sebagai
pelat negatif. Pada tahun 1800, Volta menemukan bahwa dengan menggunakan
fluida tertentu sebagai penghantar untuk mendorong reaksi antara logam dan
elektroda, dapat dihasilkan arus listrik kontinyu. Ini menuju pada temuan sel volta
pertama, yang lebih dikenal sebagai baterai. Volta menemukan lebih lanjut bahwa

6
tegangan akan semakin besar ketika sel volta dipasang bersusun satu diatas yang
lain (Buchmann, 2012).

Gambar 1. Empat variasi baterai listrik Volta


(Buchmann, 2012)
Temuan baru dibuat ketika Sir Humphry Davy memasang baterai listrik terbesar
dan paling berdaya pada kubah Institusi Royal London. Ia menghubungkan baterai
dengan elektroda arang dan menghasilkan lampu listrik pertama yang paling terang
yang pernah dilihat pada masa itu. Penelitian paling penting Davy dibaktikan untuk
elektrokimia. Mengikuti percobaan Galvani dan penemuan sel volta, ketertarikan
terhadap listrik galvani telah menjadi tersebar luas. Davy mulai menguji pengaruh
kimia terhadap listrik pada tahun 1800. Ia segera menemukan bahwa dengan
mengalirkan listrik melalui suatu senyawa, senyawa ini terurai, suatu proses yang
kemudian disebut elektrolisa. Tegangan yang dihasilkan secara langsung
berhubungan dengan reaktivitas elektrolit dengan logam. Dengan bukti tersebut
Davy memahami bahwa kerja elektrolisis dan sel volta adalah sama. Pada tahun
1802, Dr. William Cruickshank merancang baterai listrik pertama yang dapat
diproduksi secara masal. Cruickshank menyusun lembaran tembaga persegi, yang
disolder pada ujungnya, bersama-sama dengan lembaran seng yang berukuran
sama. Lembaran ini ditempatkan pada kayu persegi panjang yang direkatkan
dengan semen. Lekukan dalam kotak menahan pelat logam pada posisinya. Kotak
ini kemudian diisi dengan elektrolit garam jenuh atau asam. Metode ketiga
membangkitkan listrik yang ditemukan adalah listrik melalui magnet yang
ditemukan pada tahun 1820 oleh Andre-Marie-Ampere (1775-1836). Ia mengamati
bahwa kawat yang membawa arus listrik pada suatu saat saling tarik satu sama lain
dan pada saat yang lain saling tolak. Pada tahun 1831, michael Faraday
(1791-1867) mendemonstrasikan bagaimana piringan tembaga mampu
menyediakan arus listrik konstan ketika diputar pada medan magnet yang kuat.
Faraday, yang membantu Davy dan tim risetnya, berhasil membangkitkan gaya

7
listrik terus menerus selama gerakan antara koil dan magnet berlanjut. Generator
listrik ditemukan. Proses ini kemudian dibalik dan motor listrik ditemukan. Tidak
lama kemudian, transformer dikembangkan yang dapat merubah listrik ke tegangan
yang diinginkan. Pada tahun 1833, Faraday memantapkan dasar elektrokimia
dengan hukum Faraday, yang menggambarkan jumlah reduksi yang terjadi pada sel
elektrolisa. Pada tahun 1836, John F. Daniell, ahli kimia Inggris, melanjutkan
penelitian tentang baterai elektrokimia dan mengembangkan sel yang semakin baik
yang menghasilkan arus listrik lebih steady daripada sel volta. Sampai saat itu,
semua baterai tersusun atas sel primer, yang berarti baterai tidak dapat diisi ulang.
Pada tahun 1859, ahli fisika Perancis Gaston Plate menemukan baterai yang dapat
diisi ulang pertama. Baterai sekunder ini berdasarkan pada kimia asam timbal,
sistem yang sampai saat ini masih digunakan. Pada tahun 1899, Waldmar Jungner
dari Swedia menemukan baterai nikel-kadmium, yang menggunakan nikel untuk
elektroda positif dan kadmium untuk negatif. Dua tahun kemudian, Edison
memproduksi rancangan alternatif dengan mengganti kadmium dengan besi.
Karena harga bahan yang mahal dibandingkan dengan sel kering dan baterai
penyimpan asam timbal, aplikasi praktis baterai nikel-kadmium dan nikel-besi
terbatas. Baterai nikel-kadmium yang tersegel rapat, yang dikenal saat ini, tidak
akan ada tanpa keberhasilan Neumann yang secara sempurna membuat segel sel
pada tahun 1947 (Buchmann, 2012).
2.1.2 Jenis-jenis Baterai
2.1.2.1 Baterai Primer
Baterai Primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling
sering ditemukan di pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya. Hal
ini dikarenakan penggunaannya yang luas dengan harga yang lebih terjangkau.
Baterai jenis ini pada umumnya memberikan tegangan 1,5 Volt dan terdiri dari
berbagai jenis ukuran seperti AAA (sangat kecil), AA (kecil) dan C (medium) dan
D (besar). Disamping itu, terdapat juga Baterai Primer (sekali pakai) yang
berbentuk kotak dengan tegangan 6 Volt ataupun 9 Volt. Jenis-jenis baterai yang
tergolong dalam Kategori Baterai Primer (sekali pakai / Single use) diantaranya
adalah (Kho, 2015):

a. Baterai Zinc-Carbon (Seng-Karbon)


Baterai Zinc-Carbon juga disering disebut dengan Baterai “Heavy Duty” yang
sering kita jumpai di toko-toko ataupun supermarket. Baterai jenis ini terdiri dari
bahan Zinc yang berfungsi sebagai Terminal Negatif dan juga sebagai pembungkus
Baterainya. Sedangkan Terminal Positifnya adalah terbuat dari Karbon yang
berbentuk Batang (rod). Baterai jenis Zinc-Carbon merupakan jenis baterai yang
relatif murah dibandingkan dengan jenis lainnya.

b. Baterai Alkaline (Alkali)


Baterai Alkaline ini memiliki daya tahan yang lebih lama dengan harga yang lebih
mahal dibanding dengan Baterai Zinc-Carbon. Elektrolit yang digunakannya adalah
Potassium hydroxide yang merupakan Zat Alkali (Alkaline) sehingga namanya juga

8
disebut dengan Baterai Alkaline. Saat ini, banyak Baterai yang menggunakan
Alkalline sebagai Elektrolit, tetapi mereka menggunakan bahan aktif lainnya
sebagai elektrodanya.

c. Baterai Lithium
Baterai Primer Lithium menawarkan kinerja yang lebih baik dibanding jenis-jenis
Baterai Primer (sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium dapat disimpan lebih dari 10
tahun dan dapat bekerja pada suhu yang sangat rendah. Karena keunggulannya
tersebut, Baterai jenis Lithium ini sering digunakan untuk aplikasi Memory Backup
pada Mikrokomputer maupun Jam Tangan. Baterai Lithium biasanya dibuat seperti
bentuk Uang Logam atau disebut juga dengan Baterai Koin (Coin Battery). Ada
juga yang memanggilnya Button Cell atau Baterai Kancing.

d. Baterai Silver Oxide


Baterai Silver Oxide merupakan jenis baterai yang tergolong mahal dalam
harganya. Hal ini dikarenakan tingginya harga Perak (Silver). Baterai Silver Oxide
dapat dibuat untuk menghasilkan energi yang tinggi tetapi dengan bentuk yang
relatif kecil dan ringan. Baterai jenis silver oxide ini sering dibuat dalam dalam
bentuk Baterai Koin (coin battery) / Baterai Kancing (button cell). Baterai jenis
silver oxide ini sering dipergunakan pada jam tangan, kalkulator maupun aplikasi
militer.

Gambar 2. Jenis Baterai Primer


(Kho, 2015)
2.1.2.2 Baterai Sekunder
Baterai Sekunder adalah jenis baterai yang dapat di isi ulang atau rechargeable
battery. Pada prinsipnya, cara Baterai Sekunder menghasilkan arus listrik adalah
sama dengan Baterai Primer. Hanya saja, Reaksi Kimia pada Baterai Sekunder ini
dapat berbalik (reversible). Pada saat Baterai digunakan dengan menghubungkan
beban pada terminal Baterai (discharge), Elektron akan mengalir dari Negatif ke

9
Positif. Sedangkan pada saat Sumber Energi Luar (charger) dihubungkan ke
Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi
pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang
(rechargeable battery) yang sering kita temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd
(Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).
Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi
Ulang) diantaranya adalah :

a. Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium)


Baterai Ni-Cd (Nickel-Cadmium) adalah jenis baterai sekunder (isi ulang) yang
menggunakan Nickel Oxide Hydroxide dan Metallic Cadmium sebagai bahan
Elektrolitnya. Baterai Ni-Cd memiliki kemampuan beroperasi dalam jangkauan
suhu yang luas dan siklus daya tahan yang lama. Di satu sisi, Baterai Ni-Cd akan
melakukan discharge sendiri (self discharge) sekitar 30% per bulan saat tidak
digunakan. Baterai Ni-Cd juga mengandung 15% toksik/racun yaitu bahan
Carcinogenic Cadmium yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Saat ini, penggunaan dan penjualan baterai Ni-Cd
(Nickel-Cadmium) dalam perangkat portabel konsumen telah dilarang oleh EU
(European Union) berdasarkan peraturan “Directive 2006/66/EC” atau dikenal
dengan “Battery Directive”.

b. Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)


Baterai Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) memiliki keunggulan yang hampir sama
dengan Ni-Cd, tetapi baterai Ni-MH mempunyai kapasitas 30% lebih tinggi
dibandingkan dengan Baterai Ni-Cd serta tidak memiliki zat berbahaya cadmium
yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai Ni-MH dapat diisi
ulang hingga ratusan kali sehingga dapat menghemat biaya dalam pembelian
baterai. Baterai Ni-MH memiliki Self-discharge sekitar 40% setiap bulan jika tidak
digunakan. Saat ini Baterai Ni-MH banyak digunakan dalam kamera dan radio
komunikasi. Meskipun tidak memiliki zat berbahaya Cadmium, Baterai Ni-MH
tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia
dan lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak
boleh dibuang di sembarang tempat.

c. Baterai Li-Ion (Lithium-Ion)


Baterai jenis Li-Ion (Lithium-Ion) merupakan jenis baterai yang paling banyak
digunakan pada peralatan elektronika portabel seperti digital kamera, handphone,
video kamera ataupun laptop. Baterai Li-Ion memiliki daya tahan siklus yang tinggi
dan juga lebih ringan sekitar 30% serta menyediakan kapasitas yang lebih tinggi
sekitar 30% jika dibandingkan dengan Baterai Ni-MH. Rasio self-discharge adalah
sekitar 20% per bulan. Baterai Li-Ion lebih ramah lingkungan karena tidak
mengandung zat berbahaya Cadmium. Sama seperti Baterai Ni-MH (Nickel- Metal
Hydride), Meskipun tidak memiliki zat berbahaya cadmium, Baterai Li-Ion tetap
mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia dan

10
lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh
dibuang di sembarang tempat.

Gambar 3. Jenis Baterai Sekunder


(Kho, 2015)
2.1.3 Limbah Baterai
Pada baterai primer terdapat unsur zinc, karbon, campuran MnO2 (Mangan
Dioksida), serbuk karbon dan NH4Cl (Ammonium Klorida). Sedangkan baterai yang
dapat diisi ulang mengandung cadmium , Nikel dan alkaline (potassium
hidroksida). Semua komponen-komponen penyusun baterai ini akan berdampak
negatif bila mencemari lingkungan, misalnya kadmium dan mangan. Kenaikan
konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam
tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan. Dampak yang
muncul apabila keracunan logam kadmium adalah tekanan darah tinggi, kerusakan
ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung serta kerapuhan tulang.
Mangan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan
saraf pada manusia. Lalu, bila keracunan mangan maka akan terjadi halusinasi,
pelupa serta keracunan saraf. Mangan juga dapat menyebabkan parkinson, emboli
paru-paru dan bronkitis. Dalam jangka panjang, kelebihan mangan dapat
mengakibatkan impoten. Suatu sindrom lain yang disebabkan oleh mangan adalah
memiliki gejala seperti skizofrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan
insomnia (Ini Alasan Limbah Baterai Bekas Tidak Boleh Dibuang Sembarangan –
ARAH Environmental Indonesia, 2020).

11
Gambar 4. Mekanisme pencemaran limbah baterai pada air
Ketika baterai habis dibuang ke tempat sampah, mereka berakhir di tempat
pembuangan sampah di mana mereka membusuk dan bocor. Saat baterai terkorosi,
bahan kimianya meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah dan air
permukaan. Ekosistem kita, yang berisi ribuan tumbuhan dan hewan air, terganggu
saat diisi dengan bahan kimia baterai. Ini berarti bahwa ketika kita minum dari
keran air keran, kita bisa menelan logam berbahaya (Battery Recycling is Important
for Environmental Health - Gallegos Sanitation, 2021). Baterai lithium dapat
menyebabkan kebakaran TPA yang dapat membara selama bertahun-tahun.
Akibatnya, bahan kimia beracun yang dilepaskan ke udara berdampak negatif pada
pernapasan kita dan berkontribusi pada pemanasan global. Bentuk baterai yang
diuapkan secara tidak benar juga terperangkap di atmosfer dan mencemari danau
dan sungai dalam bentuk hujan (Battery Recycling is Important for Environmental
Health - Gallegos Sanitation, 2021).
2.1.4 Upaya Pencegahan Pencemaran Air oleh Limbah Baterai
1. Mulailah untuk memisahkan limbah B3 seperti baterai bekas di rumah dengan
meletakkannya di dalam wadah khusus dan terpisah dengan sampah lainnya.
2. Kumpulkan semua limbah bahan beracun dan berbahaya di dalam tempat
tertentu, misalnya di setiap satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung
sementara sampah berbahaya.
3. Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah
memiliki kesadaran untuk tidak mencampur sampah berbahaya dengan sampah
lainnya
4. Setelah itu limbah B3 ini dikirimkan ke tempat pengelola sampah B3 yang
sudah memenuhi standar dan berizin.

12
Untuk itu, masyarakat dapat memanfaatkan solusi dari PT Arah Environmental
Indonesia yang disebut dengan ECOFREN yakni sebuah solusi pengelolaan
limbah dan sampah secara terpadu khusus untuk segmen bisnis dan sarana
komersial. “Kami bukan hanya melakukan pengambilan limbah B3, termasuk
limbah baterai ini saja, tetapi juga mencakup perencanaan, perlengkapan dan
pengemasan, pengangkutan, pengolahan, pelatihan dan konsultasi, serta
penempatan sumber daya manusia (managed service) dalam mengelola limbah
B3 secara tepat dan sesuai dengan standar pengendalian pencemaran lingkungan
hidup,” ungkap Gufron. Harapannya, tentu masyarakat semakin aware dengan
limbah B3 yang di dalamnya juga termasuk baterai bekas dan menekan serendah
mungkin pencemaran lingkungan akibat dari baterai bekas ini (Ini Alasan
Limbah Baterai Bekas Tidak Boleh Dibuang Sembarangan – ARAH
Environmental Indonesia, 2020).

2.2 Soal Nomor 2


Baterai sesungguhnya memiliki manfaat yang besar sebagai sumber energi.
Dapatkah anda menjelaskan bagaimana prinsip kerja baterai sebagai sumber energi
listrik? Gambarkan satu contoh sistemnya dan tuliskan mekanisme reaksinya.

Di dalam baterai ada beberapa sel listrik, dan sel listrik tersebut menjadi tempat
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Elektroda-elektroda yang
tersimpan di dalam baterai ada yang negatif ada pula yang positif. Elektroda negatif
disebut katoda, yang memiliki fungsi sebagai pemberi elektron. Sedangkan
elektroda positif, disebut anoda yang berfungsi sebagai penerima elektron. Ada
aliran arus listrik yang mengalir dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda).
Sedangkan elektron akan mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Di
dalam baterai sendiri, terjadi sebuah reaksi kimia yang menghasilkan elektron.

Pada anode Litium menerima elektron dari katode, dan menghasilkan potensial
reduksi sebesar -3,05 volt. Oleh karena kenegatifannya inilah, litium dimanfaatkan
sebagai anode. Kemudian direaksikan dengan Mangan Oksida yang berpotensial
reduksi +0,35 volt. Agar reaksi terjadi secara spontan, mangan oksida ditempatkan
sebagai katode. Terjadilah proses antara anoda dan katoda akan mengalir arus, yaitu
dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda). Sedangkan elektron akan
mengalir dari katoda menuju anoda. Proses ini adalah proses yang terjadi pada sel
volta, dimana reaksi kimia dapat menghasilkan energi listrik. Berikut adalah
reaksinya (Jika pada kondisi standar) :
(Oksidasi) Anode (–) : Li → 𝐿𝑖 + + e − Eo = 3,05 V
+ −
(Reduksi) Katode (+) : MnO2+ + 𝐿𝑖 + e → Li MnO2 Eo = 0,35 V
Reaksi Sel : Li + MnO2 → Li MnO2 Esel = 3,40 V
Berdasarkan hasil reaksi tersebut, baterai Litium menghasilkan potensial 3,4 volt.
Namun pada saat digunakan turun menjadi 2,8 volt. Penurunan potensial seperti ini
mungkin saja terjadi seiring lamanya baterai digunakan karena elektron terus

13
mengalir dan sel tidak pada kondisi standar, sesuai dengan percobaan Walther Nerst
pada tahun 1889. (Kondisi standar 25oC, tekanan 1 atm, dan konsentrasi 1M)
(Nasional, 2017).

Gambar 5. Prinsip Kerja Baterai Lithium-ion

2.3 Soal Nomor 3


Untuk mengetahui keberadaan logam akibat pencemaran limbah baterai, tim riset
ilmiah anda memutuskan menggunakan potensiometri untuk mengukur kandungan
logam dalam air secara instrumental, apa yang dapat anda jelaskan mengenai
metode tersebut? Bagaimana cara menganalisis keberadaan logam menggunakan
metode potensiometri?

2.3.1 Metode Potensiometri


Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk menentukan konsentrasi ion-ion dalam suatu larutan tertentu,
namun metode ini belum banyak diterapkan untuk menganalisis sampel cairan.
alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometri atau
pH meter dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan
yang diukur. Hasil pengukuran berupa harga potensial elektroda yang dapat
dibuat kurva hubungan antara potensial (E) dan volume pereaksinya.
Untuk itu dilakukan penelitian yang menggunakan metode
potensiometri, tetapi terlebih dahulu metode potensiometri ini perlu di
validasikan, validasi metode analisis menilai kerja analisa dan menentukan
apakah suatu metode cocok dengan tujuan dan data yang dihasilkan. Validasi
metode dapat memberikan tingkat kepercayaan pada hasil analisis dari suatu
metode. Parameter validasi meliputi Akurasi (Kecermatan), Presisi, Linieritas,
LOD ( Limit of Detection), LOQ (Limit of Quantitation) dan Ketidakpastian
Pengukuran (Styarini, 2011).

2.3.2 Cara Mengukur Kandungan Logam Menggunakan Potensiometri

14
1. Mencelupkan elektroda ke dalam larutan yang ingin dicari
kandungannya
2. Melakukan titrasi terhadap larutan yang ingin dicari kandungannya
3. Saat melakukan titrasi, setiap penambahan satu tetes pereaksi, ukur
potensial dengan menggunakan voltmeter
4. Buat grafik hubungan penambahan volume pereaksi dengan potensial
yang dihasilkan
5. Perubahan grafik yang tajam menunjukkan terjadinya kesetaraan
6. Konsentrasi logam yang dapat dicari dengan menggunakan rumus
n.V = n.V

2.4 Soal Nomor 4


Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah
menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?

2.4.1 Klasifikasi Elektroda Potensiometri


Metode potensiometri terdiri dari beberapa komponen seperti elektroda kerja,
elektroda pembanding, rangkaian jembatan garam dan pengukur tegangan
(Voltmeter).
a. Elektroda kerja
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang
potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit
yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara
lain harus memenuhi tingkat kesensitifan terhadap konsentrasi analit.
Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat
mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga
adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan
perbedaan tegangan.
b. Elektroda pembanding
Merupakan elektroda yang harga potensial selnya diketahui, konstan,
dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang
diselidiki. Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia,
diperlukan suatu elektroda pembanding (reference electrode) yang
memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan,
dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang
diselidiki.. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda indikator
(disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada
konsentrasi zat yang sedang diselidiki.

2.4.2 Elektroda Pembanding


2.4.2.1 Elektroda Kalomel Jenuh
Kalomel adalah senyawa raksa (I) klorida, Hg2Cl2. Setengah sel
pembanding ini dapat dituliskan notasi selnya sebagai berikut:

15
Hg | Hg2Cl2 (jenuh), KCl (jenuh) ||

dan reaksi elektroda yang terjadi adalah:

Hg2Cl2 (s) + 2e <-----> 2 Hg (s) + 2 Cl

Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,242 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25 oC

2.4.2.2 Elektroda Ag/AgCl


Jenis ini merupakan elektroda pembanding yang umum digunakan
dengan arus yang umum. Sistem elektroda ini dapat dituliskan notasi
selnya sebagai berikut:

Ag | AgCl (jenuh) KCl (jenuh) ||

dan reaksi elektroda yang terjadi adalah:

AgCl (s) + e <-----> Ag (s) + Cl

Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,2046 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25 oC. Bentuk elektroda ini hampir sama dengan
elektroda kalomel jenuh

2.4.2.3 Elektroda Raksa, Raksa (I) Sulfat


Elektroda ini hampir sama dengan elektroda kalomel jenuh. Elektroda
ini notasi selnya dapat dituliskan sebagai berikut:

|| KCl (jenuh) Hg2SO4 (jenuh) | Hg

dan reaksi elektroda yang terjadi adalah:

Hg2SO4 (s) + 2e <-----> 2 Hg (s) + SO42-

Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,412 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25oC. Garam raksa (I) sulfat mudah terhidrolisis dan
endapan kuning dari garam dasarnya selalu kelihatan pada elektroda
ini. Keuntungannya, reaksi ini tidak mengganggu nilai potensial
elektroda pada temperatur normal.

16
2.4.3 Elektroda Indikator
2.4.3.1 Elektroda Logam
a. Elektroda Logam Jenis Pertama
Pada elektroda ini, ion analit merespon logamnya dalam suatu reaksi
yang dapat balik. Beberapa logam seperti Ag,. Hg, Cu, dan Pb dapat
bertindak sebagai elektroda indikator bila bersentuhan dengan ion
mereka

b. Elektroda Logam Jenis Kedua


Elektroda logam jenis kedua adalah elektroda yang merespon
aktivitas suatu anion yang membentuk suatu endapan atau ion
kompleks yang stabil. Ion-ion dalam larutan tidak bertukar elektron
dengan elektroda logam secara langsung, melainkan mengatur
konsentrasi ion logam yang bertukar elektron dengan permukaan
logam. Elektroda ini bekerja sebagai elektroda referensi tetapi
memberikan respon ketika suatu elektroda indikator berubah nilai
ax-nya (misal KCl jenuh, berarti x=Cl)

c. Elektroda Logam Jenis Ketiga


Elektroda logam jenis ketiga dipergunakan sebagai elektroda
indikator dalam titrasi-titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion
logam. Elektroda ini berupa suatu tetesan atau genangan kecil raksa
dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung-J dengan suatu kawat
sirkuit luar

2.4.3.2 Elektroda Inert


Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi. Salah satu
contohnya adalah Platina (Pt). Elektroda ini bekerja baik sebagai
elektroda indikator untuk pasangan redoks seperti :

Fe3+ + e <----> Fe2+

Fungsi logam Pt untuk membangkitkan kecenderungan sistem untuk


mengambil dan melepas elektron

2.4.3.3 Elektroda Membran


Elektroda indikator ini biasanya sensitif terhadap satu jenis ion saja.
Tegangan yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam
larutan yang mengenai permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
atau konsentrasi ion dalam larutan. Terdapat beberapa jenis
elektroda membran, antara lain elektroda kaca, elektroda membran
cair, elektroda membran padat. Elektroda membran

17
diklasifikasikan dalam dua bagian utama yaitu Elektroda Selektif Ion
(ESI) dan Elektroda Selektif Molekuler.

2.4.4 Pemilihan Elektroda


Beberapa hal penting yang dalam pemilihan suatu elektroda untuk analisis
spesies-spesies tertentu adalah:
1. Elektroda sebaiknya dapat merespon secara Nernstian besarnya aktivitas
spesies zat yang diukur.
2. Elektroda sebaiknya tidak merespon aktivitas spesies-spesies lain zat
yang ada bersama spesies yang diukur. Maka elektroda ini sifatnya
spesifik.
3. Elektroda sebaiknya tidak bereaksi dengan spesies zat yang ada dalam
larutan. Maka elektroda ini disebut bersifat inert.
4. Permukaan elektroda sebaiknya tetap komposisinya (tidak berubah),
meskipun hanya dilewati arus yang kecil.

2.5 Soal Nomor 5


Bagaimana anda menjelaskan terkait pernyataan di beberapa literatur bahwa bila
menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan senyawa penjaga
kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strength Adjustment Buffer),
dan untuk apa dilakukan teknik penambahan larutan standar atau larutan sampel tak
diketahui (standard addition atau sample addition method)?

2.5.1. Potensiometri Langsung


Potensiometri langsung merupakan aplikasi langsung dari persamaaan nerst
berdasarkan pada perbandingan antara potensial yang terjadi saat elektroda indikator
dicelupkan pada larutan uji dengan larutan yang mengandung konsentrasi yang
tidak yang tidak diketahui dan diketahui dari analit. Selain itu, pada potensiometri
langsung elektroda indikator selalu dianggap sebagai katoda dan elektroda refresni
sebagai anoda.

2.5.2. Definisi TISAB


TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan
standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari
larutan standar dalam pengukur elektroda ion selektif. Hal ini disebabkan karena
TISAB memiliki koefisien aktifitas ion yang sama, tetapi memiliki aktifitas ion
yang lebih tinggi sehingga aktifitas ion sampel akan terabaikan. TISAB merupakan

18
senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan yang signifikan antara
konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia. Untuk larutan ionik yang kuat,
penambahan TISAB dibutuhkan sebab aktivitas ion dan konsentrasinya memiliki
perbedaan yang signifikan, sementara itu untuk larutan ionik lemah, penambahan
TISAB tidak dibutuhkan sebab tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
aktivitas dengan konsentrasi sehingga dalam perhitungan, mereka dapat
diasumsikan sama (sebanding).
Sebuah buffer penyesuaian kekuatan ion total (TISAB) penting untuk
pengukuran potensiometri, termasuk elektroda selektif ion, karena mereka
mengukur aktivitas analit daripada konsentrasinya. TISAB pada dasarnya menutupi
perubahan kecil yang dibuat dalam kekuatan ionik larutan dan karenanya
meningkatkan akurasi pembacaan.

Selain itu terdapat beberapa jenis TISAB, diantaranya :

1. TISAB I (low level TISAB)

a. Sodium chloride

b. Sodium citrate dihydrate

c. Glacial acetic acid

d. Sodium hydroxide

2. TISAB II

a. Sodium nitrate

b. Sodium acetate trihydrate

c. Sodium citrate dihydrate

3. TISAB II

a. CDTA

b. Sodium hydroxide

19
c. Sodium citrate dihydrate

d. Sodium chloride

4. TISAB IV

a. Tris (hydroxymethyl) aminomethane

b. Sodium tartrate dihydrate (Na2C4H406-2H2O)

c. Hydrolic acid (36-38 %

2.5.3. Elektrode Ion Selektif


Elektrode selektif ion (Ion Selective Electrode/ISE) adalah salah satu jenis
elektrode (half-cell) yang digunakan dalam potensiometri untuk mengukur jumlah
ion terlarut dalam suatu larutan (D’Orazio dkk, 2012). Sesuai dengan namanya,ISE
memiliki selektivitas yang tinggi. Selektivitas ISE ditentukan oleh komposisi
membrannya. Idealnya membran hanya membiarkan satu ion spesifik untuk
ditangani. Ion analit dapat bersifat kation atau anion. Tiga komponen utama untuk
membuat pengukuran ISE adalah larutan referensi internal (standar) dan larutan
analit luar (sampel) yang dipisahkan oleh memban tipis. Potensial yang muncul
pada membran adalah hasil dari apakah itu proses pertukaran ion atau proses
transport ion yang terjadi pada permukaan antara membran dan larutan (Gross dkk
1998).

2.5.3. Alasan Diperlukannya TISAB Bila Menggunakan Teknik Potensiometri


Langsung
Pada teknik potensiometri langsung, larutan standar dan larutan sampel diukur
potensial selnya. Berdasarkan potensial sel yang diperoleh, konsentrasi sampel
dapat diketahui dengan melakukan perhitungan sederhana. Hasil yang diperoleh
akan berupa hubungan garis lurus apabila kekuatan ion antara larutan standar dan
sampel tidak berbeda jauh. Fungsi utama dari TISAB (Total Ionic Strength
Adjusment Buffer) ini adalah untuk menyamakan kekuatan ion antara dua larutan

20
sehingga meminimalisir potensial junction yang akan berpengaruh pada nilai
potensial sel akhir pada voltmeter.
Efek lain yang diberikan larutan TISAB adalah meningkatkan dan menyamakan
kekutan ion dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis. Apabila kekuatan ion
dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis diberi TISAB, keduanya dapat
memiliki kekuatan ion yang sama dan koefisien aktifitas keduanya, γ, juga sama.
Akibatnya, untuk larutan standar yang mengandung ion dengan konsentrasi X1 dan
larutan yang dianalisis yang mengandung ion dengan konsentrasi X2n+, berlaku
persamaan:

Gambar 6. Persamaan setelah diberi larutan TISAB

di mana E1 adalah potensial sel larutan standar dan E2 adalah potensial sel yang
dianalisis. Berdasarkan Persamaan (1), (2), dan (9), penambahan larutan TISAB
dapat membentuk hubungan linear antara konsentrasi larutan dan Esel, sehingga
salah satu kekurangan metode potensiometri langsung dapat teratasi. Perlu diketahui
bahwa TISAB hanya bekerja efektif untuk larutan dengan konsentrasi kurang dari
0.1 M.

2.5.4. Waktu Ketika TISAB Tidak Diperlukan


TISAB umumnya dapat dilakukan hampir pada setiap pengujian potensiometri
apabila komponen larutan yang diuji tidak memiliki ion yang sama dengan ion pada
larutan TISAB. Larutan TISAB dapat digunakan pada berbagai pengujian karena
TISAB dapat menjaga pH larutan tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Pada saat
larutan terlalu asam atau terlalu basa, pengujian potensiometri dapat menghasilkan
error yang cukup besar. Tetapi, TISAB tidak terlalu diperlukan pada
keadaan-keadaan berikut:

1. Ketika Larutan Sampel dan Larutan Standar Berada Pada Kondisi Sangat
Encer

21
Pada saat konsentrasi larutan sampel dan larutan standar sangat cair, nilai
aktivitas kedua larutan, γ, adalah 1. Pada saat ini, aktivitas sama dengan
konsentrasi sehingga hubungan lurus antara aktivitas dan potensial sel
menunjukkan hubungan yang serupa antara konsenrasi dan potensial sel

2. Ketika Larutan Sampel dan Larutan Standar Diencerkan

Pada saat tidak dilakukan teknik potensiometri langsung, misalnya


dengan perlakuan awal berupa pengenceran, TISAB tidak lagi
diperlukan. Jika larutan diencerkan terlebih dahulu, akan tercapai kondisi
di mana aktivitas, γ, adalah 1, dan dapat dibuat hubungan lurus antara
konsentrasi dan potensial sel.

3. Ketika Konsentrasi Larutan Melebihi 0.1 M

Larutan TISAB berfungsi menyamakan kekuatan ion larutan dengan cara


meningkatkan kekuatan ion keduanya sampai titik maksimal. Pada saat
konsentrasi larutan melebihi 0.1 M, larutan TISAB tidak dapat
meningkatkan kekuatan ion larutan tersebut sehingga penambahan
larutan TISAB tidak akan memberi efek apapun.

4. Ketika Larutan Standar dan Larutan Sampel Memiliki Kekuatan Ion


yang Sama

Pada saat larutan standar dan sampel memiliki kekuatan ion yang sama,
hubungan lurus antara konsentrasi dan potensial sel sudah dapat
diperoleh. Karenanya, penambahan larutan TISAB tidak memberikan
pengaruh signifikan. Sayangnya, kekuaran ion larutan jarang diketahui
terlebih dahulu.

5. Ketika Dilakukan Metode Standard dan Sample

Addition Penggunaan metode standard dan sample addition memberikan


pengaruh yang sama dengan pemberian larutan TISAB, yakni
menyamakan kekuatan ion larutan standar dan larutan sampel. Karena
itu, pada saat metode ini dilakukan, pemberian larutan TISAB tidak

22
diperlukan. Penjelasan tentang metode ini akan dijelaskan pada bagian
berikutnya.

2.5.4. Manfaat Melakukan Metode Standard atau Sample Addition

Metode standard dan sample addition memiliki prinsip dasar yang sama. Untuk
standard addition, pertama-tama larutan sampel yang akan dianalisis diukur
potensial selnya. Kemudian, ke dalam larutan sampel dimasukkan sedikit larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya dan diukur potensial selnya. Dalam
metode ini, volume larutan yang dimasukkan pertama kali harus jauh lebih besar
dari volume larutan yang ditambahkan. Hal ini dilakukan agar kekuatan ion dalam
larutan relatif konstan sehingga dapat dibuat hubungan linear antara konsentrasi ion
dan potensial sel. Untuk metode sample addition, larutan standar dimasukkan
terlebih dahulu dan larutan yang akan dianalisis dimasukkan kemudian.
Penggunaan metode ini memiliki setidaknya dua manfaat, yakni :

1. Menyamakan Kekuatan Ion Larutan Standar dan Larutan Sampel

Metode standard dan sample addition memiliki manfaat yang sama


dengan penambahan larutan TISAB. Dengan menjamin bahwa larutan yang
ditambahkan memiliki volume yang jauh lebih kecil, maka: 1) kekuatan ion
larutan standar dan larutan yang diberi sampel relatif sama, dan; 2) pH larutan
dapat dijaga dengan menjamin bahwa larutan yang pertama dimasukkan berada
dalam pH netral dan larutan yang ditambahkan tidak terlalu banyak. Karena
kekuatan ion larutan sampel dan standar sama, maka dapat dibuat hubungan
linear antara konsentrasi dan potensial sel.

2. Mengurangi Kesalahan Kalibrasi Nilai Konstanta K

Pada metode potensiometri langsung, salah satu kekurangan yang ada


adalah konstanta K (dapat dilihat pada Persamaan (1) dan (2)) sesungguhnya
tidak konstan. Hal ini dikarenakan elektroda yang telah digunakan untuk
menguji potensial sel larutan standar dicuci untuk dilakukan pengujian pada
larutan sampel. Hal ini cenderung merubah nilai Ej, salah satu komponen

23
penyusun K. Pada metode standard dan sample addition, sel yang digunakan
untuk pengukuran potensial sel larutan standar tidak diubah sehingga perubahan
nilai Ej dapat diminimalkan.

2.6 Soal Nomor 6


Bila anda menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri,
bagaimana anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel?
(jelaskan juga penurunan persamaannya)

2.6.1. Jenis-jenis Teknik Potensiometri


1. Teknik Potensiometri Langsung
Pengukuran potensiometri langsung merupakan metode yang
berlangsung cepat dan cocok dalam menjelaskan perubahan aktivitas pada
kation dan anion. Perubahan aktivitas pada kation dan anion ini disebabkan
oleh ditambahkannya jenis larutan lain ke dalam larutan standar yang sudah
tersedia. Penambahan ini akan mengakibatkan perubahan aktivitas larutan, di
mana larutan sudah bercampur. Prinsip yang digunakan dalam potensiometri
langsung adalah perbandingan nilai antara potensial elektrode ketika
dimasukkan dalam satu larutan standar dengan nilai potensial elektrode
ketika ditambahkan satu atau lebih lagi larutan.
Nilai perbandingan kedua potensial elektrode ini dapat dihubungkan
dengan nilai konsentrasi dari masing-masing larutan, baik larutan standar
(mula-mula) maupun larutan yang ditambahkan. Pengukuran potensiometri
langsung juga siap untuk diaplikasikan pada proses yang kontinu
(berlangsung secara terus-menerus) dan pengambilan data analitis secara
otomatis.
Metode potensiometri langsung merupakan suatu metode
potensiometri yang memanfaatkan prinsip perbedaan potensial antara
sampel yang ingin diukur kadar ion natriumnya dengan suatu analit lain
yang telah diketahui potensial dan konsentrasinya. Analit tersebut
merupakan merupakan hasil kalibrasi. Secara umum, potensial sel
dirumuskan dengan:
Esel = Eind. - ( Eref + Eja )
Esel = Potensial sel

24
Eind =Potensial pada elektroda indicator

2. Teknik Titrasi Potensiometri


Pada metoda ini dilakukan proses titrasi terhadap larutan asam oleh
larutan bersifat basa atau sebaliknya dan kemudian potensial diukur setelah
penambahan sejumlah kecil volume titran secara kontinu dengan perangkat
automatik. Titik akhir titrasi adalah ketika terjadi perubahan potensial yang
tajam, ini dapat dilihat dari kemiringan kurva (slop). Reaksi yang terjadi pada
titrasi potensiometri ini meliputi reaksi netralisasi, reaksi pembentukan
kompleks, dan pengendapan.
Untuk melakukan analisis secara titrasi potensiometri dapat
menggunakan alat yang sifatnya manual maupun dengan sistem rangkaian
yang otomatis. Berikut ini merupakan rangkaian alat titrasi potensiometri
secara manual.

Dengan alat tersebut pada prinsipnya kita akan mengukur potensial


setiap penambahan sejumlah volume titran. Sistem pengukuran potensial ini
dapat dilakukan langsung maupun dengan sistem tidak langsung. Kedua
sistem ini secara detail akan diuraikan pada bagian ini. Titrasi potensiometri
seringkali mempunyai beberapa keunggulan daripada metode potensiometri
langsung adalah:
● Metode ini dapat untuk menentukan konsentrasi suatu spesi dengan
kecermatan lebih baik, khususnya pada konsentrasi tinggi.
● Data eksperimen lebih berhubungan langsung dengan total konsentrasi
zat yang ditentukan daripada metode potensiometri langsung.
● Zat-zat yang tidak selektif terhadap elektroda, dapat ditentukan dengan
menitrasinya dengan menggunakan spesi-spesi yang bersifat elektroaktif
terhadap elektroda.
3. Teknik Adisi (Sampel dan Standar)
Metode ini melibatkan penambahan suatu reagen ke dalam sampel dan
mengukur perubahan pada potensial sel. Penambahan reagen berupa larutan

25
standar dari ion tertentu yang diukur, dalam hal ini teknik ini merupakan
salah satu dari metode adisi standar. Metode adisi standar merupakan metode
yang melibatkan penambahan suatu reagen ke dalam sampel dan mengukur
perubahan pada potensial sel. Penambahan reagen berupa larutan standar dari
ion tertentu yang diukur, teknik ini merupakan salah satu dari metode standar
adisi. Sebagai alternatif lain, reagen dapat bereaksi secara kuantitatif dan
memindahkan sejumlah ion.
Sedangkan untuk metode adisi sampel umumnya hampir sama dengan
metode adisi standar, namun larutan sampel yang digunakan lebih sedikit
daripada larutan standar.
2.6.2. Jawaban Pertanyaan
Untuk menentukan konsentrasi pada logam dapat digunakan cara potensi
sel. Hubungan antara konsentrasi ion dalam larutan standar, konsentrasi ion
dalam campuran, dan potensial sel masing-masing dihubungkan sebagai
berikut

Rumus Umum:

.
Dimana:
● S = Respon peralatan
● a1= Nilai keatifan larutan sebelum pencampuran
● a2= Nilai keatifan larutan sesudah pencampuran

Karena nilai keaktifan larutan sama dengan konsentrasinya, maka:

Didapatkan juga bahwa:

26
Yang nantinya akan didapatkan hasil:

Nilai Esel merupakan nilai perubahan potensial yang terjadi setelah dan
sebelum pencampuran, sehingga :

Disubstitusikan dan menjadi:

log pada ruas kanan dapat dihilangkan dan menjadi:

2.7 Soal Nomor 7


Jika anda memiliki larutan A yang berisi Kalium permanganat 0.02 M, MnSO4
0.005 M, dengan suasana asam H2SO4 0.5 M. Kemudian anda juga memiliki
larutan B berisi Besi (II) sulfat 0.15 M dan Besi (III) Sulfat 0.0015M. Kedua larutan
dihubungkan dengan jembatan garam, dengan elektroda platinum ditempatkan di
keduanya. Asumsikan H2SO4 mengalami ionisasi secara sempurna dan volume
kedua larutan juga sama banyaknya.
a. Bagaimana anda menentukan potensial sel pada kondisi standar? (tidak terdapat
H2SO4)
b. Bagaimana anda menentukan potensial sel pada kondisi yang diberikan?

a. Potensial sel standar (E) adalah potensial sel yang diukur pada keadaan standar
(T= 25°C, [reaktan] = [produk] = 1 M, dan Pgas reaktan = Pgas produk = 1 atm).
Oleh karena itu, E ditentukan menjumlahkan potensial oksidasi dan reduksi dari
masing-masing setengah reaksi sel.

MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O Eored = +1.51 V


Fe3+ + e- → Fe2+ Eored = +0.771 V

27
Reaksi pada katoda: MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
Reaksi pada anoda: 5Fe2+ → 5Fe3+ + 5e-
Redoks: MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O

Maka, Eosel = Ereduksi + Eoksidasi = +1.51 V - 0.771 V = + 0.739 V

b. Potensial sel real diperoleh dengan menggunakan data mengenai konsentrasi


yang diketahui ke dalam perhitungan melalui Persamaan Nernst, sehingga
diperoleh potensial sel (E)-nya adalah:
0.0592 0.0592 ⎡ [𝑀𝑛2+][𝐹𝑒3+]5 ⎤
Esel = Eosel - log Q = Eosel - log⎢ ⎥
𝑛 𝑛 ⎢ [𝑀𝑛𝑂−][𝐻+]8[𝐹𝑒2+]5 ⎥
⎣ 4 ⎦

5
log ⎡⎢
0.0592 (0.005)(0.0015) ⎤
Esel = 0.739 - 𝑛 8 5 ⎥
⎣ (0.02)(1.0) (0.15) ⎦

Esel = + 0.864 V

2.8 Soal Nomor 8


Suatu elektroda ion selektif tembaga (Cu2+) yang dihubungkan dengan elektroda
pembanding menunjukkan nilai potensial sebesar 110 mV jika dicelupkan dalam 50
mL larutan ion tembaga pada 298 K. Setelah penambahan larutan standar ion
tembaga 0,10 mol/L sebanyak 5 mL dalam larutan ion tembaga di atas besarnya
potensial larutan menjadi 130 mV. Bagaimana anda menentukan besarnya
konsentrasi larutan ion tembaga tersebut?

Untuk elektroda ion selektif tembaga, n = 2 dan besarnya nilai gradien atau slope
(S) berharga positif berikut:
S = + (RT) / (2F) = 0,0296

Besarnya konsentrasi ion tembaga dihitung sesuai rumus:


c = (x V2)/ [(V1 + V2) antilog [ (E2 – E1) / ± S ] – V1 ]

0,10 𝑥 5
=
[(50 +5) 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 (130−110) . (10−3) / 0.0296] − 50

= 2,4.10-3 mol L-1

Pengukuran diatas atas dasar berbagai asumsi sebagai berikut:


1. Terjadi respon yang Nernstian pada penambahan standar adisi tersebut.
2. Besarnya kekuatan ion total relatif konstan.

28
3. Tidak terjadi perubahan potensial cairan penghubung antara elektroda
pembanding dengan larutannya.
4. Tidak terjadi perubahan temperatur selama pengadukan.
5. Larutan standar adisi yang dipakai tidak mengandung zat/ion pengotor.

Asumsi-asumsi tersebut akan memperoleh nilai yang valid meskipun


tidak terlalu memuaskan. Akan tetapi, apabila kita dapat mengukur nilai x, V1,
dan V2 secara tepat, sumber kesalahan utama adalah saat pengukuran emf atau
lebih tepatnya perbedaan nilai emf. Kita dapat mengukur perbedaan nila emf
hingga sebesar 0,2 mV dan untuk menghasilkan kesalahan kurang dari 5%
dibutuhkan perbedaan nilai emf paling sedikit 4 mV. Secara praktis, besarnya
perbedaan nilai emf diharapkan sebesar 10 – 30 mV dan sistem standar adisi
sesuai dengan kondisi pada asumsi diatas. Dengan demikian secara umum akan
lebih baik dengan menambahkan sedikit larutan yang konsentrasinya pekat
daripada dengan banyak larutan yang konsentrasinya rendah.

BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan/penjelasan studi kasus di atas, kelompok 1 menyimpulkan
bahwa:
1. Perairan yang tercemar limbah baterai mengandung logam berat zinc, karbon,
campuran MnO2 (Mangan Dioksida), serbuk karbon, NH4Cl (Ammonium
Klorida), cadmium , nikel dan alkaline (potassium hidroksida) yang dapat
mencemari perairan di lingkungan sekitar.
2. tambahin masing2 nomor yg dikerjain
3. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
untuk menentukan konsentrasi ion-ion dalam suatu larutan tertentu. Hasil
pengukuran berupa harga potensial elektroda yang dapat dibuat kurva hubungan
antara potensial (E) dan volume pereaksinya. semakin besar konsentrasi ion

29
maka semakin besar pula beda potensial yang dihasilkan dan terbaca oleh
potensiometri.
4. Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektroda
pembanding (reference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah
sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi
larutan yang sedang diselidiki. Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu
elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas)
analit yang diukur.
5. Total ionic strength adjustment buffer (TISAB) digunakan untuk mengontrol
(menambah/menurunkan) kekuatan ionik dan pH sampel dan standar dalam
pengukuran elektroda selektif ion. Selain itu TISAB penting untuk pengukuran
potensiometri, termasuk elektroda selektif ion, karena mereka mengukur
aktivitas analit daripada konsentrasinya. Selanjutnya, metode larutan standar
digunakan untuk mencari nilai konsentrasi substansi dalam sampel yang tidak
diketahui dengan perbandingan untuk susunan sampel yang diketahui
konsentrasinya. pada metode sampel tidak diketahui Hampir sama dengan
metoda larutan standar kecuali pada sejumlah kecil volume sampel. Larutan
standar dimasukkan terlebih dahulu baru larutan sampel ditambahkan
6. Penentuan konsentrasi logam dapat menggunakan metode potensiometri adisi
baik itu adisi standar maupun adisi sampel. Kedua metode tersebut hampir mirip
yang berbeda hanya kadar larutan sampel yang digunakan. Untuk menentukan
konsentrasi pada logam dapat digunakan cara potensial sel.
7. Penentuan konsentrasi logam dalam sampel dengan teknik potensiometri metode
sample addition dapat dilakukan dengan melakukan penurunan persamaan
rumus umum potensial sel.
8. Pada keadaan standar, potensial sel dapat diketahui dengan cara hanya
menjumlahkan potensial oksidasi dan reduksi dari masing-masing setengah
reaksi sel.
9. Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia sesuai nama yang
diusulkan yang melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Secara
umum sel terdiri dari dua buah setengah sel dan kita dapat menggunakan
persamaan Nernst untuk menghitung nilai potensial sel.

3.2 Saran
Melihat sikap pemerintah yang masih belum tegas kepada masyarakat Indonesia
terkait pemilahan limbah B3 terutama baterai, kelompok 1 menyarankan agar
pemerintah lebih gencar lagi dalam melakukan sosialisasi terkait limbah B3 dan
lebih tegas lagi mengenai aturan undang-undang limbah B3 yang telah ditetapkan.

30
DAFTAR PUSTAKA
Aimin Wang, J., Zhang, J., Ye, H., Li, H. and Zhao, S., 2018. Recycling and Treatment
of Waste Batteries. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 612(5),
p.011001.

Arahenvironmental.com. 2020. Ini Alasan Limbah Baterai Bekas Tidak Boleh Dibuang
Sembarangan – ARAH Environmental Indonesia. [online] Available at:
<https://www.arahenvironmental.com/ini-alasan-baterai-bekas-tidak-boleh-dibuang-se
mbarangan/> [Accessed 22 September 2021].

Buchmann, I., 2012. Battery History. [online] Available at:


<https://batteryuniversity.com/article/bu-1501-battery-history> [Accessed 22 September
2021].

Fundamentals of analytical chemistry. Suryanata (2013). Potensiometri. UNY Press.


Gallegos Sanitation. 2021. Battery Recycling is Important for Environmental Health -
Gallegos Sanitation. [online] Available at:
<https://gsiwaste.com/battery-recycling-is-important-for-environmental-health/>
[Accessed 22 September 2021].

Iyabu, H. (2014). Pengantar Elektroda Selektif Ion. 1st ed. UNG Press.

Kho, D., 2015. Pengertian Baterai dan Jenis-jenis Baterai. [online] Teknik Elektronika.
Available at: <https://teknikelektronika.com/pengertian-baterai-jenis-jenis-baterai/>
[Accessed 22 September 2021].

Nasional, I., 2017. [online] Eprints.itenas.ac.id. Available at:


<http://eprints.itenas.ac.id/458/5/05%20Bab%202%20112013083.pdf> [Accessed 22
September 2021].

Schumm, B., 2021. Battery | electronics. [online] Encyclopedia Britannica. Available at:
<https://www.britannica.com/technology/battery-electronics> [Accessed 22 September
2021].

Skoog, D., West, D., Holler, F. and Crouch, S., n.d.

31
Utami, S., 2021. Baterai: Definisi, Jenis, Fungsi, dan Prinsipnya Halaman all -
Kompas.com. [online] KOMPAS.com. Available at:
<https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/06/124328469/baterai-definisi-jenis-fun
gsi-dan-prinsipnya?page=all> [Accessed 22 September 2021].

Suyanta, 2013. Potensiometri. Yogyakarta: UNY Press.

“Potensiometri (Kimia Instrumen).” Potensiometri (Kimia Instrumen),


nabellaislamiyati.blogspot.com/2018/03/potensiometri-kimia-instrumen_56.html.

32

Anda mungkin juga menyukai