Topik Pemicu 1
Kelompok 1
1. M. Ammar Rasyid (2006482086)
2. Anindita Setyorini (2006482123)
3. Faiza Ramadhina Kuncara (2006486323)
4. Harun Alzena (2006579251)
5. Rendy Hasiolan N. (2006579125)
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Kimia Analitik Instrumental
ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas PBL
Kimia Analitik dan juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat lebih
memahami topik mengenai Elektrokimia dan Potensiometri beserta isu-isu yang biasa
kami hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penyusunan laporan ini, ada beberapa kendala yang kami hadapi.
Namun, berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan kepada:
1. Ibu Aprillia Cahyani selaku fasilitator dan dosen pengampu mata kuliah Kimia
Analitik Instrumental.
2. Teman-teman kelompok 1 yang bekerjasama dengan baik dalam menyusun
laporan ini dan telah memberikan kritik dan saran yang membangun.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu
Selain itu, kami juga menyadari bahwa baik dalam segi sistematika
penyusunan maupun materi yang dipaparkan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat disampaikan
sebagai bahan evaluasi kami kedepannya. Semoga adanya laporan ini dapat bermanfaat
dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang Topik 4
1.2 Tujuan Pembahasan Topik 4
BAB II 6
SOAL DAN PEMBAHASAN JAWABAN 6
2.1 Soal Nomor 1 6
2.2 Soal Nomor 2 13
2.3 Soal Nomor 3 14
2.4 Soal Nomor 4 15
2.5 Soal Nomor 5 18
2.6 Soal Nomor 6 24
2.7 Soal Nomor 7 25
2.8 Soal Nomor 8 25
BAB III 26
PENUTUP DAN KESIMPULAN 26
3.1 Kesimpulan 26
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Empat variasi baterai listrik Volta 7
Gambar 2. Jenis Baterai Primer 9
Gambar 3. Jenis Baterai Sekunder 11
Gambar 4. Mekanisme pencemaran limbah baterai pada air 12
Gambar 5. Prinsip Kerja Baterai Lithium-ion 14
Gambar 6. Persamaan setelah diberi larutan TISAB 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
5. Mengetahui berbagai jenis elektroda sebagai penunjang teknik potensiometri.
6. Mengetahui dan memahami fungsi dari penambahan TISAB, metode standard
addition, dan metode sample addition.
7. Mengetahui jenis larutan yang perlu dan tidak perlu dilakukan metode standar
adisi (standar addition).
8. Mengetahui cara pengolahan data potensiometri dengan persamaan rumus dan
langkah yang tepat.
5
BAB II
6
tegangan akan semakin besar ketika sel volta dipasang bersusun satu diatas yang
lain (Buchmann, 2012).
7
listrik terus menerus selama gerakan antara koil dan magnet berlanjut. Generator
listrik ditemukan. Proses ini kemudian dibalik dan motor listrik ditemukan. Tidak
lama kemudian, transformer dikembangkan yang dapat merubah listrik ke tegangan
yang diinginkan. Pada tahun 1833, Faraday memantapkan dasar elektrokimia
dengan hukum Faraday, yang menggambarkan jumlah reduksi yang terjadi pada sel
elektrolisa. Pada tahun 1836, John F. Daniell, ahli kimia Inggris, melanjutkan
penelitian tentang baterai elektrokimia dan mengembangkan sel yang semakin baik
yang menghasilkan arus listrik lebih steady daripada sel volta. Sampai saat itu,
semua baterai tersusun atas sel primer, yang berarti baterai tidak dapat diisi ulang.
Pada tahun 1859, ahli fisika Perancis Gaston Plate menemukan baterai yang dapat
diisi ulang pertama. Baterai sekunder ini berdasarkan pada kimia asam timbal,
sistem yang sampai saat ini masih digunakan. Pada tahun 1899, Waldmar Jungner
dari Swedia menemukan baterai nikel-kadmium, yang menggunakan nikel untuk
elektroda positif dan kadmium untuk negatif. Dua tahun kemudian, Edison
memproduksi rancangan alternatif dengan mengganti kadmium dengan besi.
Karena harga bahan yang mahal dibandingkan dengan sel kering dan baterai
penyimpan asam timbal, aplikasi praktis baterai nikel-kadmium dan nikel-besi
terbatas. Baterai nikel-kadmium yang tersegel rapat, yang dikenal saat ini, tidak
akan ada tanpa keberhasilan Neumann yang secara sempurna membuat segel sel
pada tahun 1947 (Buchmann, 2012).
2.1.2 Jenis-jenis Baterai
2.1.2.1 Baterai Primer
Baterai Primer atau Baterai sekali pakai ini merupakan baterai yang paling
sering ditemukan di pasaran, hampir semua toko dan supermarket menjualnya. Hal
ini dikarenakan penggunaannya yang luas dengan harga yang lebih terjangkau.
Baterai jenis ini pada umumnya memberikan tegangan 1,5 Volt dan terdiri dari
berbagai jenis ukuran seperti AAA (sangat kecil), AA (kecil) dan C (medium) dan
D (besar). Disamping itu, terdapat juga Baterai Primer (sekali pakai) yang
berbentuk kotak dengan tegangan 6 Volt ataupun 9 Volt. Jenis-jenis baterai yang
tergolong dalam Kategori Baterai Primer (sekali pakai / Single use) diantaranya
adalah (Kho, 2015):
8
disebut dengan Baterai Alkaline. Saat ini, banyak Baterai yang menggunakan
Alkalline sebagai Elektrolit, tetapi mereka menggunakan bahan aktif lainnya
sebagai elektrodanya.
c. Baterai Lithium
Baterai Primer Lithium menawarkan kinerja yang lebih baik dibanding jenis-jenis
Baterai Primer (sekali pakai) lainnya. Baterai Lithium dapat disimpan lebih dari 10
tahun dan dapat bekerja pada suhu yang sangat rendah. Karena keunggulannya
tersebut, Baterai jenis Lithium ini sering digunakan untuk aplikasi Memory Backup
pada Mikrokomputer maupun Jam Tangan. Baterai Lithium biasanya dibuat seperti
bentuk Uang Logam atau disebut juga dengan Baterai Koin (Coin Battery). Ada
juga yang memanggilnya Button Cell atau Baterai Kancing.
9
Positif. Sedangkan pada saat Sumber Energi Luar (charger) dihubungkan ke
Baterai Sekunder, elektron akan mengalir dari Positif ke Negatif sehingga terjadi
pengisian muatan pada baterai. Jenis-jenis Baterai yang dapat di isi ulang
(rechargeable battery) yang sering kita temukan antara lain seperti Baterai Ni-cd
(Nickel-Cadmium), Ni-MH (Nickel-Metal Hydride) dan Li-Ion (Lithium-Ion).
Jenis-jenis Baterai yang tergolong dalam Kategori Baterai Sekunder (Baterai Isi
Ulang) diantaranya adalah :
10
lingkungan hidup, sehingga perlu dilakukan daur ulang (recycle) dan tidak boleh
dibuang di sembarang tempat.
11
Gambar 4. Mekanisme pencemaran limbah baterai pada air
Ketika baterai habis dibuang ke tempat sampah, mereka berakhir di tempat
pembuangan sampah di mana mereka membusuk dan bocor. Saat baterai terkorosi,
bahan kimianya meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah dan air
permukaan. Ekosistem kita, yang berisi ribuan tumbuhan dan hewan air, terganggu
saat diisi dengan bahan kimia baterai. Ini berarti bahwa ketika kita minum dari
keran air keran, kita bisa menelan logam berbahaya (Battery Recycling is Important
for Environmental Health - Gallegos Sanitation, 2021). Baterai lithium dapat
menyebabkan kebakaran TPA yang dapat membara selama bertahun-tahun.
Akibatnya, bahan kimia beracun yang dilepaskan ke udara berdampak negatif pada
pernapasan kita dan berkontribusi pada pemanasan global. Bentuk baterai yang
diuapkan secara tidak benar juga terperangkap di atmosfer dan mencemari danau
dan sungai dalam bentuk hujan (Battery Recycling is Important for Environmental
Health - Gallegos Sanitation, 2021).
2.1.4 Upaya Pencegahan Pencemaran Air oleh Limbah Baterai
1. Mulailah untuk memisahkan limbah B3 seperti baterai bekas di rumah dengan
meletakkannya di dalam wadah khusus dan terpisah dengan sampah lainnya.
2. Kumpulkan semua limbah bahan beracun dan berbahaya di dalam tempat
tertentu, misalnya di setiap satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung
sementara sampah berbahaya.
3. Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah
memiliki kesadaran untuk tidak mencampur sampah berbahaya dengan sampah
lainnya
4. Setelah itu limbah B3 ini dikirimkan ke tempat pengelola sampah B3 yang
sudah memenuhi standar dan berizin.
12
Untuk itu, masyarakat dapat memanfaatkan solusi dari PT Arah Environmental
Indonesia yang disebut dengan ECOFREN yakni sebuah solusi pengelolaan
limbah dan sampah secara terpadu khusus untuk segmen bisnis dan sarana
komersial. “Kami bukan hanya melakukan pengambilan limbah B3, termasuk
limbah baterai ini saja, tetapi juga mencakup perencanaan, perlengkapan dan
pengemasan, pengangkutan, pengolahan, pelatihan dan konsultasi, serta
penempatan sumber daya manusia (managed service) dalam mengelola limbah
B3 secara tepat dan sesuai dengan standar pengendalian pencemaran lingkungan
hidup,” ungkap Gufron. Harapannya, tentu masyarakat semakin aware dengan
limbah B3 yang di dalamnya juga termasuk baterai bekas dan menekan serendah
mungkin pencemaran lingkungan akibat dari baterai bekas ini (Ini Alasan
Limbah Baterai Bekas Tidak Boleh Dibuang Sembarangan – ARAH
Environmental Indonesia, 2020).
Di dalam baterai ada beberapa sel listrik, dan sel listrik tersebut menjadi tempat
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Elektroda-elektroda yang
tersimpan di dalam baterai ada yang negatif ada pula yang positif. Elektroda negatif
disebut katoda, yang memiliki fungsi sebagai pemberi elektron. Sedangkan
elektroda positif, disebut anoda yang berfungsi sebagai penerima elektron. Ada
aliran arus listrik yang mengalir dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda).
Sedangkan elektron akan mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Di
dalam baterai sendiri, terjadi sebuah reaksi kimia yang menghasilkan elektron.
Pada anode Litium menerima elektron dari katode, dan menghasilkan potensial
reduksi sebesar -3,05 volt. Oleh karena kenegatifannya inilah, litium dimanfaatkan
sebagai anode. Kemudian direaksikan dengan Mangan Oksida yang berpotensial
reduksi +0,35 volt. Agar reaksi terjadi secara spontan, mangan oksida ditempatkan
sebagai katode. Terjadilah proses antara anoda dan katoda akan mengalir arus, yaitu
dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda). Sedangkan elektron akan
mengalir dari katoda menuju anoda. Proses ini adalah proses yang terjadi pada sel
volta, dimana reaksi kimia dapat menghasilkan energi listrik. Berikut adalah
reaksinya (Jika pada kondisi standar) :
(Oksidasi) Anode (–) : Li → 𝐿𝑖 + + e − Eo = 3,05 V
+ −
(Reduksi) Katode (+) : MnO2+ + 𝐿𝑖 + e → Li MnO2 Eo = 0,35 V
Reaksi Sel : Li + MnO2 → Li MnO2 Esel = 3,40 V
Berdasarkan hasil reaksi tersebut, baterai Litium menghasilkan potensial 3,4 volt.
Namun pada saat digunakan turun menjadi 2,8 volt. Penurunan potensial seperti ini
mungkin saja terjadi seiring lamanya baterai digunakan karena elektron terus
13
mengalir dan sel tidak pada kondisi standar, sesuai dengan percobaan Walther Nerst
pada tahun 1889. (Kondisi standar 25oC, tekanan 1 atm, dan konsentrasi 1M)
(Nasional, 2017).
14
1. Mencelupkan elektroda ke dalam larutan yang ingin dicari
kandungannya
2. Melakukan titrasi terhadap larutan yang ingin dicari kandungannya
3. Saat melakukan titrasi, setiap penambahan satu tetes pereaksi, ukur
potensial dengan menggunakan voltmeter
4. Buat grafik hubungan penambahan volume pereaksi dengan potensial
yang dihasilkan
5. Perubahan grafik yang tajam menunjukkan terjadinya kesetaraan
6. Konsentrasi logam yang dapat dicari dengan menggunakan rumus
n.V = n.V
15
Hg | Hg2Cl2 (jenuh), KCl (jenuh) ||
Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,242 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25 oC
Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,2046 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25 oC. Bentuk elektroda ini hampir sama dengan
elektroda kalomel jenuh
Besarnya nilai potensial sel dari elektroda ini adalah + 0,412 volt
dibandingkan dengan nilai potensial elektroda hidrogen standar (ehs)
pada temperatur 25oC. Garam raksa (I) sulfat mudah terhidrolisis dan
endapan kuning dari garam dasarnya selalu kelihatan pada elektroda
ini. Keuntungannya, reaksi ini tidak mengganggu nilai potensial
elektroda pada temperatur normal.
16
2.4.3 Elektroda Indikator
2.4.3.1 Elektroda Logam
a. Elektroda Logam Jenis Pertama
Pada elektroda ini, ion analit merespon logamnya dalam suatu reaksi
yang dapat balik. Beberapa logam seperti Ag,. Hg, Cu, dan Pb dapat
bertindak sebagai elektroda indikator bila bersentuhan dengan ion
mereka
17
diklasifikasikan dalam dua bagian utama yaitu Elektroda Selektif Ion
(ESI) dan Elektroda Selektif Molekuler.
18
senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan yang signifikan antara
konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia. Untuk larutan ionik yang kuat,
penambahan TISAB dibutuhkan sebab aktivitas ion dan konsentrasinya memiliki
perbedaan yang signifikan, sementara itu untuk larutan ionik lemah, penambahan
TISAB tidak dibutuhkan sebab tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
aktivitas dengan konsentrasi sehingga dalam perhitungan, mereka dapat
diasumsikan sama (sebanding).
Sebuah buffer penyesuaian kekuatan ion total (TISAB) penting untuk
pengukuran potensiometri, termasuk elektroda selektif ion, karena mereka
mengukur aktivitas analit daripada konsentrasinya. TISAB pada dasarnya menutupi
perubahan kecil yang dibuat dalam kekuatan ionik larutan dan karenanya
meningkatkan akurasi pembacaan.
a. Sodium chloride
d. Sodium hydroxide
2. TISAB II
a. Sodium nitrate
3. TISAB II
a. CDTA
b. Sodium hydroxide
19
c. Sodium citrate dihydrate
d. Sodium chloride
4. TISAB IV
20
sehingga meminimalisir potensial junction yang akan berpengaruh pada nilai
potensial sel akhir pada voltmeter.
Efek lain yang diberikan larutan TISAB adalah meningkatkan dan menyamakan
kekutan ion dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis. Apabila kekuatan ion
dalam larutan standar dan larutan yang dianalisis diberi TISAB, keduanya dapat
memiliki kekuatan ion yang sama dan koefisien aktifitas keduanya, γ, juga sama.
Akibatnya, untuk larutan standar yang mengandung ion dengan konsentrasi X1 dan
larutan yang dianalisis yang mengandung ion dengan konsentrasi X2n+, berlaku
persamaan:
di mana E1 adalah potensial sel larutan standar dan E2 adalah potensial sel yang
dianalisis. Berdasarkan Persamaan (1), (2), dan (9), penambahan larutan TISAB
dapat membentuk hubungan linear antara konsentrasi larutan dan Esel, sehingga
salah satu kekurangan metode potensiometri langsung dapat teratasi. Perlu diketahui
bahwa TISAB hanya bekerja efektif untuk larutan dengan konsentrasi kurang dari
0.1 M.
1. Ketika Larutan Sampel dan Larutan Standar Berada Pada Kondisi Sangat
Encer
21
Pada saat konsentrasi larutan sampel dan larutan standar sangat cair, nilai
aktivitas kedua larutan, γ, adalah 1. Pada saat ini, aktivitas sama dengan
konsentrasi sehingga hubungan lurus antara aktivitas dan potensial sel
menunjukkan hubungan yang serupa antara konsenrasi dan potensial sel
Pada saat larutan standar dan sampel memiliki kekuatan ion yang sama,
hubungan lurus antara konsentrasi dan potensial sel sudah dapat
diperoleh. Karenanya, penambahan larutan TISAB tidak memberikan
pengaruh signifikan. Sayangnya, kekuaran ion larutan jarang diketahui
terlebih dahulu.
22
diperlukan. Penjelasan tentang metode ini akan dijelaskan pada bagian
berikutnya.
Metode standard dan sample addition memiliki prinsip dasar yang sama. Untuk
standard addition, pertama-tama larutan sampel yang akan dianalisis diukur
potensial selnya. Kemudian, ke dalam larutan sampel dimasukkan sedikit larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya dan diukur potensial selnya. Dalam
metode ini, volume larutan yang dimasukkan pertama kali harus jauh lebih besar
dari volume larutan yang ditambahkan. Hal ini dilakukan agar kekuatan ion dalam
larutan relatif konstan sehingga dapat dibuat hubungan linear antara konsentrasi ion
dan potensial sel. Untuk metode sample addition, larutan standar dimasukkan
terlebih dahulu dan larutan yang akan dianalisis dimasukkan kemudian.
Penggunaan metode ini memiliki setidaknya dua manfaat, yakni :
23
penyusun K. Pada metode standard dan sample addition, sel yang digunakan
untuk pengukuran potensial sel larutan standar tidak diubah sehingga perubahan
nilai Ej dapat diminimalkan.
24
Eind =Potensial pada elektroda indicator
25
standar dari ion tertentu yang diukur, dalam hal ini teknik ini merupakan
salah satu dari metode adisi standar. Metode adisi standar merupakan metode
yang melibatkan penambahan suatu reagen ke dalam sampel dan mengukur
perubahan pada potensial sel. Penambahan reagen berupa larutan standar dari
ion tertentu yang diukur, teknik ini merupakan salah satu dari metode standar
adisi. Sebagai alternatif lain, reagen dapat bereaksi secara kuantitatif dan
memindahkan sejumlah ion.
Sedangkan untuk metode adisi sampel umumnya hampir sama dengan
metode adisi standar, namun larutan sampel yang digunakan lebih sedikit
daripada larutan standar.
2.6.2. Jawaban Pertanyaan
Untuk menentukan konsentrasi pada logam dapat digunakan cara potensi
sel. Hubungan antara konsentrasi ion dalam larutan standar, konsentrasi ion
dalam campuran, dan potensial sel masing-masing dihubungkan sebagai
berikut
Rumus Umum:
.
Dimana:
● S = Respon peralatan
● a1= Nilai keatifan larutan sebelum pencampuran
● a2= Nilai keatifan larutan sesudah pencampuran
26
Yang nantinya akan didapatkan hasil:
Nilai Esel merupakan nilai perubahan potensial yang terjadi setelah dan
sebelum pencampuran, sehingga :
a. Potensial sel standar (E) adalah potensial sel yang diukur pada keadaan standar
(T= 25°C, [reaktan] = [produk] = 1 M, dan Pgas reaktan = Pgas produk = 1 atm).
Oleh karena itu, E ditentukan menjumlahkan potensial oksidasi dan reduksi dari
masing-masing setengah reaksi sel.
27
Reaksi pada katoda: MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
Reaksi pada anoda: 5Fe2+ → 5Fe3+ + 5e-
Redoks: MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
5
log ⎡⎢
0.0592 (0.005)(0.0015) ⎤
Esel = 0.739 - 𝑛 8 5 ⎥
⎣ (0.02)(1.0) (0.15) ⎦
Esel = + 0.864 V
Untuk elektroda ion selektif tembaga, n = 2 dan besarnya nilai gradien atau slope
(S) berharga positif berikut:
S = + (RT) / (2F) = 0,0296
0,10 𝑥 5
=
[(50 +5) 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 (130−110) . (10−3) / 0.0296] − 50
28
3. Tidak terjadi perubahan potensial cairan penghubung antara elektroda
pembanding dengan larutannya.
4. Tidak terjadi perubahan temperatur selama pengadukan.
5. Larutan standar adisi yang dipakai tidak mengandung zat/ion pengotor.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan/penjelasan studi kasus di atas, kelompok 1 menyimpulkan
bahwa:
1. Perairan yang tercemar limbah baterai mengandung logam berat zinc, karbon,
campuran MnO2 (Mangan Dioksida), serbuk karbon, NH4Cl (Ammonium
Klorida), cadmium , nikel dan alkaline (potassium hidroksida) yang dapat
mencemari perairan di lingkungan sekitar.
2. tambahin masing2 nomor yg dikerjain
3. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
untuk menentukan konsentrasi ion-ion dalam suatu larutan tertentu. Hasil
pengukuran berupa harga potensial elektroda yang dapat dibuat kurva hubungan
antara potensial (E) dan volume pereaksinya. semakin besar konsentrasi ion
29
maka semakin besar pula beda potensial yang dihasilkan dan terbaca oleh
potensiometri.
4. Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektroda
pembanding (reference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah
sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi
larutan yang sedang diselidiki. Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu
elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas)
analit yang diukur.
5. Total ionic strength adjustment buffer (TISAB) digunakan untuk mengontrol
(menambah/menurunkan) kekuatan ionik dan pH sampel dan standar dalam
pengukuran elektroda selektif ion. Selain itu TISAB penting untuk pengukuran
potensiometri, termasuk elektroda selektif ion, karena mereka mengukur
aktivitas analit daripada konsentrasinya. Selanjutnya, metode larutan standar
digunakan untuk mencari nilai konsentrasi substansi dalam sampel yang tidak
diketahui dengan perbandingan untuk susunan sampel yang diketahui
konsentrasinya. pada metode sampel tidak diketahui Hampir sama dengan
metoda larutan standar kecuali pada sejumlah kecil volume sampel. Larutan
standar dimasukkan terlebih dahulu baru larutan sampel ditambahkan
6. Penentuan konsentrasi logam dapat menggunakan metode potensiometri adisi
baik itu adisi standar maupun adisi sampel. Kedua metode tersebut hampir mirip
yang berbeda hanya kadar larutan sampel yang digunakan. Untuk menentukan
konsentrasi pada logam dapat digunakan cara potensial sel.
7. Penentuan konsentrasi logam dalam sampel dengan teknik potensiometri metode
sample addition dapat dilakukan dengan melakukan penurunan persamaan
rumus umum potensial sel.
8. Pada keadaan standar, potensial sel dapat diketahui dengan cara hanya
menjumlahkan potensial oksidasi dan reduksi dari masing-masing setengah
reaksi sel.
9. Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia sesuai nama yang
diusulkan yang melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Secara
umum sel terdiri dari dua buah setengah sel dan kita dapat menggunakan
persamaan Nernst untuk menghitung nilai potensial sel.
3.2 Saran
Melihat sikap pemerintah yang masih belum tegas kepada masyarakat Indonesia
terkait pemilahan limbah B3 terutama baterai, kelompok 1 menyarankan agar
pemerintah lebih gencar lagi dalam melakukan sosialisasi terkait limbah B3 dan
lebih tegas lagi mengenai aturan undang-undang limbah B3 yang telah ditetapkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Aimin Wang, J., Zhang, J., Ye, H., Li, H. and Zhao, S., 2018. Recycling and Treatment
of Waste Batteries. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 612(5),
p.011001.
Arahenvironmental.com. 2020. Ini Alasan Limbah Baterai Bekas Tidak Boleh Dibuang
Sembarangan – ARAH Environmental Indonesia. [online] Available at:
<https://www.arahenvironmental.com/ini-alasan-baterai-bekas-tidak-boleh-dibuang-se
mbarangan/> [Accessed 22 September 2021].
Iyabu, H. (2014). Pengantar Elektroda Selektif Ion. 1st ed. UNG Press.
Kho, D., 2015. Pengertian Baterai dan Jenis-jenis Baterai. [online] Teknik Elektronika.
Available at: <https://teknikelektronika.com/pengertian-baterai-jenis-jenis-baterai/>
[Accessed 22 September 2021].
Schumm, B., 2021. Battery | electronics. [online] Encyclopedia Britannica. Available at:
<https://www.britannica.com/technology/battery-electronics> [Accessed 22 September
2021].
31
Utami, S., 2021. Baterai: Definisi, Jenis, Fungsi, dan Prinsipnya Halaman all -
Kompas.com. [online] KOMPAS.com. Available at:
<https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/06/124328469/baterai-definisi-jenis-fun
gsi-dan-prinsipnya?page=all> [Accessed 22 September 2021].
32