DISUSUN OLEH :
Kelompok : 6
Nama Anggota : 1. Putri Sartika (062130400110)
2. Nabila Syahira (062130401203)
3. Hamdika Priadi (062130401197)
Kelas : 2 KA
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Rusdianasari, M. Si
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Jika ada isi yang kurang
relevan maka untuk ke depannya kami akan memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Potensiometri ....................................................................................... 4
2.1.1 Macam – macam Elektroda ................................................... 5
2.1.2 Titrasi Potensiometri ............................................................. 10
2.1.3 Aplikasi Potensiometri .......................................................... 11
2.2. Elektrogravimetri ................................................................................ 11
2.2.1. Langkah Kerja Elektrogravimetri ........................................ 12
2.2.2. Aplikasi Elektrogravimetri ................................................... 13
2.3. Kulometri ............................................................................................ 13
2.3.1 Jenis- Jenis Koulometri ......................................................... 14
2.3.2 Titrasi Koulometri ( Koulometri dengan amper tetap ) ........ 16
2.4.Voltametri ............................................................................................ 19
2.4.1. Jenis- Jenis Metode Volumetri ............................................. 19
2.5. Amperometri ....................................................................................... 29
2.5.1. Titrasi Anperometri .............................................................. 30
2.5.2. Prinsip Kerja Amperometri .................................................. 31
2.5.3. Aplikasi Amperometri .......................................................... 32
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 33
3.2. Saran .................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PNDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari elektrokimia ?
2. Bagaimana prinsip dari analisis secara elektrokimia ?
3. Bagaimana penggolongan masing masing instrumen dalam analisis secara
elektrokimia ?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan masing masing instrumen dalam
analisis secara elektrokimia ?
5. Bagaimana proses berlangsungnya titrasi pada masing masing instrumen
dalam analisis secara elektrokimia ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka ada beberapa tujuan yang
akan diperoleh dari penyususan makalah ini. Tujuan-tujuan tersebut antara
lain:
1. Pembaca dapat mengerti bahwa Elektrokimia itu adalah ilmu yang
mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik dengan reaksi kimia.
2. Pembaca dapat mengetahui apa saja penggolongan Analisis Secara
Elektrokimia.
3. Pembaca dapat mengerti kelebihan dan kelemahan masing masing
instrumen dalam analisis secara elektrokimia.
4. Pembaca dapat mengetahui prinsip dasar dan proses titrasi pada masing
masing instrumen dalam analisis secara elektrokimia.
1.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya, yaitu antara lain :
a. Bagi Pembaca
Setelah membaca diharapkan para pembaca dapat mengerti ilmu dan
penerapan elektrokimia.
2
b. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya makalah ini akan menjadi dasar akan munculnya
makalah-makalah yang lain yang lebih berguna lagi bagi para pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Potensiometri
Potensiometer metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
potensial sel pada kondisi dimana arus listrik tidak mengalir. Adapun
keuntungannya yaitu hal ini memungkinkan kita untuk menganalisa
larutan sampel, tanpa mengubah komposisi larutan sampel.
Susunan instrumennya secara umum sama dengan sel volta biasa :
Gambar 1. Potensiometer
• Sistem terdiri dari 2 buah elektroda : elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang berfungsi sebagai katoda dan anoda.
• Masing – masing elektroda tersebut ducelupkan dalam larutan sampel dan
larutan pembanding.
• Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam.
• Kedua elektroda dihubunngkan dengan potensiometer.
• Perlu diingat bahwa pada metode ini, potensial sel diukur pada kondisi
dimana arus listrik tidak mengalir. Artinya, meskipun reaksi redoks dalam
sel elektrokimia itu dapat berlangsung, nilai hambatan listrik
potensiometer dibuat besar seddemikian rupa, sehingga mencegah
terjadinya reaksi tersebut.
4
diukur. Elektroda Hidrogen Standar (EHS) tidak praktis digunakan sebagai
elektroda pembanding dalam analisa potensiometer.
Ada dua elektoda pembanding yang biasanya digunakan untuk potensiometer :
1. Elektroda perak/perak klorida :
2. Elektroda kalomel (Merkuri/Merkuri klorida) :
Pada kedua elektroda ini, garam klorida tak larut menyelimuti
unsur bebasnya (Ag/Hg), dan keduanya dicelupkan dalam KCl (aq) yang
diketahui konsentrasinya.
5
Contoh : kawat Pb yang diselimuti PbC2O4 (s) dan dicelupkan dalam
larutan yang mengandung ion Ca2+ yang berkesetimbangan dengan
endapan CaC2O4.
• Jembatan Garam
Jembatan Garam berfungsi untuk menghubungkan larutan dalam sel
katoda dengan larutan dalam sel anoda agar arus listrik dapat mengalir.
Jembatan garam dibuat dari tabung gelas berbentuk huruf U yang diisi
dengan agar-agar yang mengandung larutan kalium klorida. Agar-agar
adalah gel yang berfungsi untuk mencegah bercampurnya larutan sel
katoda dengan larutan sel anoda, namun demikian larutan garam di
dalamnya akan memungkinkan ion-ion untuk bermigrasi diantara larutan
anoda dan katoda. Saat larutan dalam salah satu sel mulai kehabisan ion
negatif (akibat reaksi), maka ion Cl- akan mengalir dari jembatan garam
untuk menetralkan larutan ini. Sebaliknya, ion K+ akan mengalir pada
arah yang berlawanan untuk menetralkan kelebihan ion negatif dalam sel
yang lainnya. Meskipun jembatan garam mutlak diperlukan sel
elektrokimia, ia menimbulkan suatu masalah dalam analisa potensiometri.
• Potensial Batas
Potensial batas muncul pada bidang batas antara jembatan garam dan
larutan. Dalam sel elektrokimia, potensial batas ini akan selalu muncul
dimana pun terdapat pertemuan antara 2 daerah/larutan yang berbeda
komposisi kimianya. Gambar berikut ini mengilustrasikan proses
terbentuknya potensial batas :
6
Na+ di dalam larutan, larutan HCl ditepi bidang batas menjadi bermuatan
sedikit negatif, dan larutan NaCl di tepi bidang batas menjadi bermuatan
sedikit positif. Pemisahan muatan listrik ini menimbulkan beda potensial
listrik yang kemudian disebut potensial batas. Potensial batas ini penting
karena akan mempengaruhi potensial sel yang terukur.
Esel yang terukur = Esel + Ebatas
Besarnya potensial batas ini seringkali merupakan besaran yang tak
diketahui, namun besarnya potensial batas ini dapat diminimumkan
dengan menggunakan jembatan garam yang mobilitas kation dan anionnya
hampir sama, misal : KCl. Meskipun potensial batas menimbulkan
masalah, pada kasus tertentu, potensial batas sengaja diciptakan untuk
melakukan analisa kimia.
• Elektroda Selektif Ion
Elektroda Selektif Ion merupakan elektroda yang dapat bekerja spesifik hanya
untuk satu jenis kation/anion saja. Keuntungannya, elektroda ini dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi analit di dalam larutan yang
mengandung campuran kation/anion.
Contoh :
• Elektroda membran gelas/elektroda pH
• Elektroda ini selektif terhadap ion H+, merupakan membran tipis dari
gelas,yang dibuat dari campuran: Li, Ba, La, dan silikon oksida
• Elektroda pH
Elektroda ini disebut elektroda kombinasi, sebab ia menggabungkan
katoda dan anodadi dalam satu alat. Elektroda luar (outer elektrode) nya
terdiri dari elektroda Ag/AgCl yang dicelupkandalam larutan jenuh AgCl
dan KCl. Lalu elektroda dalam (inner elektrode) terdiri dari: elektroda
Ag/AgCl yang dicelupkan dalam larutan jenuh AgCl yang mengandung
HCl dengan konsentrasi tertentu. Pada sumbat berpori (porous plug)
berfungsi sebagai jembatan garam antara elektroda luar dengan larutan
sampel. Kemampuan elektroda kombinasi untuk mengukur pH berasal dari
penggunaan membran gelas tipis yang selektif terhadap ion H+ . Ketika
elektroda dicelupkan dalam larutan sampel, permukaan membran
gelasmenerima ion H+ lebih cepat daripada kation lainnya. Hal ini
menimbulkan potensial batas antara larutan sampel dan dinding membran
gelas sebelah luar. Potensial batas juga muncul antara dinding membran
gelas sebelah dalam dengan larutan interior yang mengandung HCl dengan
konsentrasinya tertentu. Bila konsentrasi H+dalam larutan sampel berbeda
7
dengan konsentrasi H+dalamlarutan interior, maka potensial batas yang
timbul juga akan berbeda. Perbedaan potensial batas inilah yang diukur
dan digunakan sebagai sinyal untuk menunjukkan consentrasi ion H.
8
Gambar 5. Desain umum elektroda membran padat
Secara umum, syarat material yang dapat digunakanuntuk elektroda selektif
ion adalah:
• Mempunyai adsorpsi/interaksi yang bersifat selektif terhadap ion yang
diinginkan.
• Dapat mengalirkan sedikit arus listrik, sehinggapengukuran potensial
dapat dilakukan.
• Elektroda membran padat disamping bukan merupakanelektroda
kombinasi, jadi perlu dihubungkan denganelektroda pembanding saat
digunakan.
• Prinsip kerjanya persis sama dengan elektroda pH.
• Elektroda Majemuk
Elektroda Majemuk adalah elektroda pH atau elektroda selektif ion yang telah
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk
menganalisa jenis-jenis analit lainnya dan tidak hanya dalam fasa larutan.
Misalnya elektroda sensor gas dan elektroda enzim.
Beberapa contoh dari elektroda sensor gas, sebagai berikut
9
Elektroda ini merupakan elektroda pH yang membran gelasnya
ditutupi dengan sebuah membran luar, yang hanya melewatkan gas-gas
dengan massa molekul rendah.
10
2.1.3 Aplikasi Potensiometri
• Pengukuran konsentrasi analit secara langsung
Salah satu contohnya yang paling sukses adalah: pH meter.Kesuksesan ini
disebabkan karena alatnya: murah, dapat diandalkan, danselektif (dalam
arti hanya mendeteksi ion H+, ion lain tak mengganggu).
• Titrasi potensiometri
Pengukuran potensial dilakukan untuk mengikuti jalannya suatu titrasi,
gunamenentukan letak titik ekivalen titrasi.
• Kombinasi dengan instrumen/metode analisa yang lain
Misalnya: dikombinasikan dengan kromatografi cair (liquid
chromatography)untuk mendeteksi konsentrasi analit setelah mereka
keluar daritabung/kolom pemisahan.
2.2. Elektrogravimetri
Elektrogravimetri / elektrodeposisi adalah suatu analisa gravimetri
dimana analit yang terlarut diendapkan pada elektroda inert melalui reaksi
reduksi/oksidasi. Kenaikan massa elektroda akibat analit yang terdeposisi
langsung menunjukkan jumlah analit yang ada di dalam sample.
11
• Dalam kasus khusus, analit dapat juga diendapkan pada katoda dan
anodasekaligus. Misalnya pada penentuan kadar Cu dan Pb yang ada di
dalam sampel paduan logam kuningan (brass). Cu diendapkan di katoda,
Pb diendapkan di anoda.
12
2.3. Kulometri
Kulometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran kuantitas elektrik yang diperlukan untuk membentuk analit
secara kuantitatif. Apabila suatu arus sebesar 1 ampere dilewatkan selama
1 detik maka banyaknya listrik yang terjadi sebesar 1 coulomb.
Coulomb = ampere x detik
Hal ini sesuai dengan hukum Faraday yang pertama dimana untuk
setiap ekivalen perubahan kimia pada sebuah elektrode diperlukan 96.487
coulomb listrik (tetapan faraday). Dalam suatu analisis coulometri berat
analit yang sedang dielektrolisis dapat dihitung berdasarkan persamaan :
Gram zat yang sedang ditentukan = jumlah coulomb x BMn x F
dimana n adalah bilangan elektron yang dipindahkan dan F adalah satuan
Faraday sebesar 96.500. Apabila sejumlah zat yang telah diketahui
banyaknya maka jumlah elektron suatu proses kimia dapat dihitung.
Pengaturan Potensial Analisis koulometri dengan adanya pengaturan
potensial menyebabkan arus akan berkurang secara eksponensial dengan
waktu berdasarkan persamaan :
It = lo.e-kt
It = lo.ekt
Dimana Io adalah arus awal, It adalah arus pada saat t dan k atau k-
1 adalah suatu tetapan yaitu sebesar :
k = 25,8 DA
13
Vd
Dimana D adalah koefisien difusi dari zat yang tereduksi, A adalah
luas adalah tebal lapis difusi dan V adalah volume total
daridelektrode, larutan dengan konsentrasi C. Kuantitas listrik Q
(coulomb) yang mengalir dari awal pada saat waktu 0 hingga waktu t
dapat dihitung berdasarkan persamaan :
t.It.dtòQ = o
Integral diatas secara grafik merupakan luas daerah di bawah kurva arus
waktu. Dua teknik umum yang digunakan untuk analisis koulometri adalah
potensiostatik dan amperostatik yang lebih dikenal dengan nama titrasi
kolumetrik.
a. Sel
Pada koulometri potensial tetap , terdapat dua jenis sel yang
digunakan, yaitu:
14
Jenis pertama terdiri dari elektrode kerja (kasa platina) dan elektroda
pasangan (kawat platina), yang dipisahkan dari larutan yang di uji oleh
tabung berpori yang mengandung elektrolit elktroda pendukung yang sama
seperti di dalam larutan yang di uji. Pemisahan elektroda dipasang untuk
mencegah hasil reaksi dari gangguan di dalam analisis. Elektroda
pembanding kolomel jenuh dihubungkan dengan larutan yang di uji
dengan bantuan jembatan garam.
Jenis kedua adalah bejana berisi raksa yang digunakan untuk
memisahkan unsure-unsur yang mudah direduksi sebagai langkah
pendahuluan dalam analisis. Contoh : tembaga, nikel, kobalt, segera
dipisahkan dengan ion aluminium, logam alkali, dan pospat. Endapan
unsure-unsur yang larut di dalam raksa, dengan potensial tinggi hidrogen
sedikit dibebaskan akibat kelebihan arus yang tinggi.
b. Potensiostat
Potensiostat adalah alat elektronik yang menjaga potensial elektroda
kerja tetap dibandingkan dengan elektroda pembanding. Untuk mengerti
kontrol potensial katode yang di uji dalam system, pertama perhatikan
terlebih dahulu cara kerja sirkuit tanpa penguat.
c. Integrator
Kebanyakan alat-alat koulometri potensial tetap yang canggih
menggunakan integrator yang langsung menunjukan jumlah koulom yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu elektrolisis. Metode koulometri
potensial terkontrol telah digunakan pada penentuan 55 unsur di dalam
senyawa anorganik. Cara kerja koulometri potensial terkontrol juga
memungkinkan penentuan secara elektrolisis ( dan sintesis ) senyawa
organik. Pengukuran koulometri dalam melakukan analisis senyawa-
senyawa mempunyai kesalahan yang relatif rendah.
Arus yang dapat berubah dalam metode koulometri banyak
digunakan untuk memantau secara terus-menerus dan otomatis, kepekatan
15
komponen-komponen dalam bentuk gas dan cairan mengalir, contohnya
menentukan konsentrasi oksigen sekecil mungkin.
Katoda perak berpori berfungsi untuk menyebarkan gas yang masuk
menjadi gelembung-gelembung kecil, pereduksian oksigen terjadi secara
kuantitatif di dalam pori-pori yaitu :
O2(g) + 2H2O + 4e ↔ 4 OH-
Anoda adalah lempengan kadmium reaksi setengah selnya adalah
Cd(s) + 2OH- ↔ Cd(OH) + 2e
Suatu sel galvani terbentuk sehingga tidak diperlukan tenaga listik
dari luar. Juga potensiostat tidak diperlukan, karena potensial anoda yang
bekerja untuk mengoksidasi zat-zat lain tidak besar. Arus listrik yang
dihasilkan dialirkan melalui tahanan standard dan penurunan potensial di
catat. Kepekatan oksigen sebanding dengan potensial, dan kertas pencatat
dapat di atur kepekatan oksigen secara langsung.
16
kuantitatif pada sebuah elektrode dapat juga ditentukan. Kuantitas dari zat
yang bereaksi dapat dihitung dengan menggunakan bantuan hukum
Faraday dan kuantitas listrik yang mengalir dapat dihitung dengan
menggunakan waktu elektrolisis pada arus yang konstan. Metode ini
mempunyai kepekaan yang tinggi karena dengan arus instrumentasi yag
digunakan pada metode ini antara lain adalah alat pengukur arus,
pengukuran waktu, dan sel koulometrik. Masing – masing penjelasan dari
instrumen tersebut dijelaskan di bawah ini :
a. Alat Pengukur Arus
Arus yang digunakan pada titrasi koulometri biasanya dalam
rentang 1 hingga 50 mA. Arus-arus yang konstan dapat diperoleh dengan
mudah . Arus yang digunakan pada titrasi koulometri biasanya dalam
rentang 1 hingga 50 mA. Arus-arus yang konstan dapat diperoleh dengan
mudah menggunakan baterai dengan suatu tahanan pengatur seri.
Penyesuaian tahanan seri ini secara berkala diperlukan untuk menjaga agar
arus tetap konstan. Alat yang lebih teliti dan seksama untuk pengukuran
arus adalah dengan menggunakan sebuah potensiometer.
b. Pengukuran waktu
Sebuah stop-clock listrik dijalankan dengan cara membuka dan
menutup rangkaian elektrolisis; untuk pengendalian secara baik maka
perlu dilengkapi dengan rem magnetik dimana dimulai berjalan dan
berhentinya serempak dengan dimulai dan dihentikannya arus. Pengukuran
waktu listrik harus dikendalikan dengan saklar yang sama yang
menjalankan dan menghentikan arus listrik.
c. Sel koulometrik
Sel koulometrik terdiri dari elektrode generator (elektrode kerja)
sebagai tempat dihasilkannya titran secara listrik dan elektrode pembantu.
Elektrode kerja yang umum digunakan adalah dari bahan platinum, emas,
perak dan merkurium. Elektrode pembantu umumnya dari platinum.
Bagian lainnya adalah elektrode indikator yang terdiri dari sepasang
17
lembaran tipis platinum atau terdiri dari sebuah platinum dan lainnya
adalah sebuah elektrode pembanding kalomel jenuh.
Prosedur umum pada titrasi koulometri adalah sebagai berikut:Ø
Sel elektrolisis dipasang, diikuti dengan elektrode generator dan elektrode
indikator pada tempatnya. Sel titrasi diisi dengan larutan dimana titran
akan dibentuk secara elektrolisis bersama-sama dengan larutan yang akan
dititrasi. Bagian dari elektrode pembantu diisi dengan suatu larutan
elektrolit yang sesuai. Elektrode indikator dihubungkan dengan alat yang
digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi berupa pH-meter atau
galvanometer. Selama proses elektrolisis dilakukan pengadukan dengan
menggunakan sebuah pengadukan magnetik. Arus disesuaikan dengan
harga yang tepat, dihidupkan dan reaksi antara titran yang dibentuk secara
internal sehingga larutan uji dibiarkan berlangsung. Pembacaan dilakukan
secara berkala (lebih sering dilakukan pada saat hampir mencapai titik
akhir titrasi) dari instrumen indikator (misal pH-meter). Titik akhir titrasi
dapat dengan mudah ditentukan dari gambar grafik dimana kurva turunan
yang pertama atau kedua dibuat untuk mencari letak titik ekivalen dengan
tetap.
Keuntungan dari titrasi koulometri antara lain adalah :
1. Tidak memerlukan larutan standar karena yang diukur adalah perubahan
Coulomb dengan besarnya arus yang dibuat konstan.
2. Senyawa atau unsur yang kurang atau tidak stabil dapat digunakan karena
senyawa atau unsur tersebut begitu ditambahkan akan secepatnya bereaksi.
3. Waktu analisis yang cepat.
4. Dapat dilakukan secara otomatis sehingga memungkinkan untuk digunakan
dalam penentuan unsur radioaktif.
2.4. Voltametri
Voltametri adalah salah satu metode elektroanalitik dimana informasi
mengenai analit diperoleh dari pengukuran arus sebagai fungsi dari
potensial yang diterapkan. Teknik ini digunakan secara luas oleh ilmuwan
18
kimia anorganik, kimia fisik dan biokimia untuk tujuan nonanalitik
termasuk studi awal proses oksidasi-reduksi pada media yang bervariasi,
proses adsorpsi permukaan dan mekanisme transfer elektron pada
permukaan elektroda termodifikasi. Voltametri menjadi salah satu metoda
yang penting bagi ahli kimia untuk penentuan ion anorganik tertentu
dalam larutan (Skoog, Holler and Nieman, 1998). Elektroanalisis
khususnya berkonsentrasi pada studi larutan menggunakan elektroda
merkuri cair dan elektroda padat. Untuk mempelajari eletroanalisis
padatan, diperlukan suatu strategi eksperimen dan konsep teoritis yang
baru.
Penggunaan voltametri untuk analisis bahan organik dan anorganik
sukar larut telah berkembang. Voltammetry of Microparticles (VMP)
dahulu dikenal dengan Abrasive Stripping Voltammetry (AbrSV) adalah
metode baru untuk analisis sampel padat secara langsung telah
diperkenalkan oleh Scholz, Nitschke and Henrion pada tahun 1989
(Grygar, Marken, Schroder and Scholz; 2002). Voltammetry of
Microparticles (VMP) membutuhkan sampel padat yang sangat sedikit,
dan elektroda yang digunakan adalah Paraffin Impregnated Graphite
Electrode (PIGE). Teknik ini terdiri dari dua langkah kerja, yaitu transfer
analit ke permukaan elektroda dengan cara abrasi kemudian dilanjutkan
pengukuran arus secara voltametri dengan proses striping (Scholz and
Meyer, 1994). Voltammetry of Microparticles (VMP) dapat memberikan
informasi analit melalui identifikasi struktur permukaan padatan,
homogenitas sampel atau keberadaan sampel lain dan analisis kuantitatif
komposisi padatan.
19
titran. Tiap liter larutan standar berisi sejumlah berat/mol ekivalen
senyawa baku. Berat atau kadar suatu bahan yang diteliti dihitung dari
volume larutan serta kesetaraaan mol yang bereaksi dari reagennya. Di
samping volume titran, massa titran juga dapat diketahui dengan
mengetahui massa jenisnya terlebih dahulu. Untuk mengamati volume
secara akurat, alat utama yang digunakan dalam metode ini salah satunya
adalah buret. Kriteria buret yang cocok dan baik digunakan untuk titrasi
yaitu buret yang memiliki diameter dalam yang kecil sehingga
memudahkan dalam pengamatan meniskus cairan secara lebih presisi.
Ketika volume titran mencapai “yang diperlukan” untuk suatu analit
bereaksi secara stoikiometris dengan titran maka saat itulah titrasi
dihentikan dan disebut titik ekivalen. Secara eksperimental, titik akhir
titrasi dapat diamati dengan perubahan warna/perubahan bentuk larutan
yang diakibatkan oleh adanya suatu indikator yang sengaja ditambahkan
pada saat titrasi.
Syarat reaksi kimia yang tepat untuk berlangsung dalam analisis
volumetri adalah :
a. Reaksinya harus cepat.
b. Reaksinya cukup sederhana sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang tepat.
c. Bahan yang dianalisis harus bereaksi sempurna dengan senyawa baku
(standar) dan perbandingan stoikiometrisnya bisa mencapai
kesetimbangan/setara.
d. Perubahan yang terjadi harus tampak jelas saat titik ekivalen tercapai, baik
perubahan secara fisik maupun kimia.
e. Indikator diperlukan ketika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi agar
pengamatan dengan pengukuran daya hantar listrik (misalna untuk titrasi
potensiometri atau konduktometri) dapat dilakukan dengan tepat sasaran.
Kelebihan metode volumetri untuk penetapan kadar suatu zat
antara lain :
20
a. Alatnya sederhana, cepat dan tidak memerlukan pekerjaan yang
menjemukan, seperti pengeringan dan penimbangan secara berulangulang.
b. Memiliki ketelitian hingga part per million (ppm), yaitu 1 bagian dalam
1000.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika analisis volumetri adalah
sebagai berikut :
a. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume dan labu takar harus
ditera secara teliti (telah dikalibrasi).
b. Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau sebagai standar harus
senyawa dengan kemurnian yang tinggi.
c. Indikator atau perangkat lain untuk mengetahui titik akhir (selesai)nya
titrasi.
d. Neraca analitik yang akurat untuk menimbang bahan atau senyawa baku
untuk membuat larutan baku.
• Titik Ekivalen dan Titik Akhir Titrasi
Kesetaraan kimia teoretis antar reagen dapat diketahui dari
perhitungan persamaan reaksinya. Hasil titrasi yang akurat bisa tercapai
ketika jumlah larutan analit telah bereaksi secara stoikiometris adalah
dinyatakan ekivalen. Pada saat itulah disebut sebagai titik ekivalen.
Pengamatan dan penentuan berapa volume yang pasti untuk mencapai titik
ekivalen adalah sangat penting. Jumlah mol titran yang digunakan bisa
diketahui dari volume yang digunakan untuk mencapai titik ekivalen dikali
dengan konsentrasi larutan titran.
𝑚𝑜𝑙𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 = 𝑉𝑒𝑞𝑥𝐶𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Veq= Volume titran saat titik ekivalen tercapai
Berakhirnya suatu titrasi harus disertai tanda yang muncul tepat
saat reaksi kimia telah berlangsung setimbang. Tanda yang terjadi misal
tampak dari perubahan warna atau adanya endapan (kekeruhan) yang
dapat dilihat dengan jelas. Perubahan tersebut diamati dengan sendirinya
atau dengan bantuan larutan (zat lain) yang disebut dengan indikator.
Momen saat perubahan pertanda bahwa suatu titrasi harus berakhir disebut
21
dengan titik akhir titrasi yang dinyatakan dengan berapa jumlah volume
larutan baku yang terpakai dari buret sebanyak sekian miliLiter.
• Kurva Titrasi
Kurva titrasi dapat dibuat dengan tujuan sebagai alternatif untuk
mengkoreksi suatu kesalahan (error) pada titrasi. Suatu kurva titrasi dapat
menunjukkan progress (perjalanan) suatu reaksi dalam titrasi sebagai suatu
fungsi volume. Kurva titrasi dapat memberikan gambaran secara visual
tentang bagaimana profil perubahan sifat atau karakter larutan seiring
dengan penambahan titran selama titrasi. Perubahan sifat larutan yang
dapat diamati sesuai dengan jenis titrasi apa yang dilakukan. Misal, pada
titrasi asam basa maka sifat larutan yang dapat diamati seiring
penambahan volume selama titrasi adalah perubahan pH yang dapat
diamati dengan alat ukur pH. Dari kurva titrasi juga dapat diamati karakter
indikator, apakah sesuai untuk suatu jenis titrasi, ataukah justru
menimbulkan kesalahan titrasi. Tentunya ini akan sangat berguna untuk
evaluasi pada teknik titrasi selanjutnya.
22
tanda titik ekivalen akan segera tercapai, yaitu sedikit saja penambahan
volume titran akan menyebabkan perubahan signifikan pada karakter pH
larutan. Ini adalah ciri bahwa suatu larutan sudah mencapai ekivalensi
secara kesetimbangan stoikiometris. Artinya, jumlah mol antara kedua
reagen yang direaksikan tepat habis bereaksi dengan jumlah mol yang
sama. Jika titrasi dilanjutkan hingga volume lebih dari titik ekivalen, maka
dapat dipastikan bahwa volume titran sudah berlebih. Dari kurva titrasi
dapat diprediksi seberapa besar kesalahan (error) dalam titrasi dan
seberapa powerful suatu indikator yang digunakan.
23
mgrek HCl = mgrek Na2CO3
Volume HCL (mL) x N HCl = mmol Na2CO3 x valensi
Volume HCL (mL) x N HCl = mg Natrium karbonat BM Natrium karbonat x
valensi
sehingga :
NHCl = mg Natrium karbonat x valensi BM Natrium karbonat x mL HCl →
354,2 x 2 106 x 30,23 = 0,2211 N
• Indikator
Di dalam titrasi, maksud indikator adalah suatu senyawa yang sengaja
ditambahkan ke dalam sistem titrasi (ke dalam analit) yang bertujuan agar
dapat memberikan tanda bahwa titrasi sudah bisa dihentikan. Laju alir
titran menuju analit (sampel) dapat dihentikan saat larutan analit yang
telah ditambahkan senyawa indikator mengalami perubahan dari keadaan
awal, baik itu perubahan warna, terjadi endapan, dan lain-lain. Senyawa
indikator sebenarnya adalah molekul yang dapat mengalami perubahan
secara sifat fisik ketika suatu titrasi dilakukan. Pemilihan indikator
disesuaikan dengan jenis titrasi, reagen yang terlibat dalam titrasi yang
dilakukan. Perubahan sifat fisik yang dialami indikator disebabkan oleh
perubahan dalam susunan atau struktur molekulnya, yaitu berubah secara
ionik, atau berubah secara konformasi, berubah secara ikatan fisik bisa
karena pH, pengaruh reagen lain x ekivalen : ekivalen (100%) x ( massa
sampel) x BM 10 dan lain-lain. Macam-macam indikator yang dikenal
dalam dunia titrasi, khususnya asam basa antara lain disebutkan dalam
tabel 1.
24
Thymol blue Merah Kuning 1,2-2,8
Bromothymol blue Kuning Biru 6,0-7,6
Bromophenol blue Kuning Biru 3,0-4,6
Cresol red Merah Kuning 0,2-1,8
Bromocresol green Kuning Biru 3,8-5,4
Bromocresol purple Kuning Ungu 5,2-6,8
Methyl red Merah Kuning 4,2-6,3
Litmus Merah Biru 5,0-8,0
Phenol red Kuning Merah 6,8-8,4
Allizarin yellow R Kuning Orange/merah 10,1-12,0
Phenolphthalein Tak berwarna Merah 8,3-10,0
Indikator Campuran
Bromocresol green Kuning kehijauan Biru violet 5,4-6,2
dan Chlorophenol red
Bromocresol green Orange Biru kehijauan 3,5-4,3
dan Methyl orange
Bromothymol blue Kuning Violet 7,2-7,6
dan phenol red
b. Titrasi balik
Titrasi kembali dilakukan untuk logam yang mengendap dengan
hidroksida pada pH yang diinginkan untuk titrasi, senyawa tidak larut
seperti sulfat, kalsium oksalat, untuk membentuk senyawa kompleks yang
sangat lambat dan ion logam yang digunakan untuk membentuk senyawa
kompleks lebih stabil dengan larutan standar daripada dengan indikator.
Jika sudah stabil kemudian ditambahkan larutan baku berlebih lalu
ditambahkan buffer pada pH yang diinginkan. Larutan standar yang
berlebih diatasi dengan titrasi balik dengan menggunakan larutan standar
ion logam. Penentuan titik akhir titrasi pada titrasi balik dengan
menggunakan bantuan indikator logam.
25
c. Titrasi subtitusi
Titrasi subtitusi ini dilakukan karena ion logam yang tidak bereaksi
sempurna dengan indikator maupun ion-ion logam yang membentuk
kompleks yang lebih stabil dengan pengkhelat, misal EDTA. Ion logam
tersebut akan mampu mengganti ion logam lainnya pada kompleks, misal
ion logam Mg2+ atau Ca2+ pada Mg-EDTA atau Ca-EDTA diganti
dengan ion logam M+ . Indikator ang sering digunakan dalam titrasi
substitusi, yaitu indikator hitam eriokrom.
d. Titrasi tidak langsung
Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar ion seperti
anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat, sehingga perlu penambahan
treatment pra titrasi. Contohnya adalah ion barbiturat yang tidak dapat
bereaksi dengan EDTA tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan
ion Hg2+ dalam keadaan basa sebagai ion kompleks. Pengendapan ditandai
dengan kelebihan Hg(II) sehingga endapan dapat disaring dan dilarutkan
kembali dengan larutan baku EDTA berlebih. Larutan baku Zn(II)
digunakan untuk menitrasi kelebihan EDTA menggunakan indikator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi dan kadar kelebihan EDTA
dapat dideteksi sehingga kadar barbiturat dapat diketahui setelahnya.
Reaksi lengkap dapat dilihat pada persamaan reaksi sebagai berikut.
Anion barbiturat (B-) + Hg2+ → Kompleks Hg-B
Kompleks Hg-B + EDTA2- berlebih → B- + Hg-EDTA + EDTA2- berlebih
EDTA2- berlebih + Zn2+ → Zn-EDTA + 2 H+
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengendapkan anion
dengan kelebihan logam yang sesuai dan kelebihan ion logam dalam filtrat
dititrasi dengan larutan baku EDTA.
e. Titrasi alkalimetri
Prinsip titrasi alkalimetri dalam kaitannya dengan metode kompleksometri
yaitu menganalisis H + yang dibebaskan dari kompleks logam-EDTA
dengan cara dititrasi dengan larutan baku yang bersifat alkali (basa).
Penentuan kadar logam dengan cara ini dapat dilakukan dengan syarat
26
kondisi larutan sebelum titrasi harus netral terhadap indikator yang
digunakan. Penentuan titik akhir titrasi menggunakan indikator asam-basa
atau dapat juga dilakukan secara potensiometri. Dalam Farmakope
Indonesia disebutkan bahwa titrasi kompleksometri umumnya digunakan
untuk menetapkan kadar bismut subkarbonat, bismut subnitrat, kalsium
karbonat, kalsium klorida dan sediaan injeksinya, kalsium glukonat,
kalsium hidrogen pospat, kalsium hidroksida dan larutan tabletnya,
kalsium pantotenat, kalsium sulfat, magnesium karbonat, magnesium
stearat, mangan sulfat, zink klorida dan zink sulfat.
27
Titrasi diazotasi atau biasa disebut dengan nitrimetri merupakan cara
analisa volumetri dengan titrasi redoks yang didasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang
direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan
cara mereaksikan NaNO2 dengan suatu asam. Garam diazonium terbentuk
dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis
bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Contoh titrasi
diazotasi adalah digunakan untuk menetapkan kadar senyawa antibiotik
sulfonamida dan senyawa anestetika lokal golongan asam amino benzoat.
Titrasi diazotasi digunakan dalam analisis senyawa-senyawa organik,
khususnya untuk persenyawaan amina primer. Contoh zat yang memiliki
gugus amin aromatik primer adalah benzokain, parasetamol sekunder,
gugus nitroaromatik (misalnya:kloramfenikol), senyawa nitrosamine, amin
alifatik, senyawa dengan gugus hidrazida (INH=Isoniazid). Metode titrasi
diazotasi dalam penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku NaNO2.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan ketika titrasi diazotasi adalah :
a. Suhu Suhu untuk melakukan titrasi harus antara 5-15˚C. Untuk menjaga
agar selama titrasi berada pada suhu tersebut maka biasanya digunakan
stabilitator yaitu dengan penambahan KBr. Titrasi ini tidak dapat
dilakukan pada suhu tinggi karena HNO2 yang terbentuk akan menguap
pada suhu tinggi, dan garam diazoniumnya akan terurai menjadi fenol.
b. Keasaman Pada titrasi ini diperlukan suasana asam, yaitu berlangsung pada
pH= 2. Kondisi asam tersebut bertujuan untuk mengubah NaNO2 menjadi
HNO2 dan pembentukan garam diazonium.
c. Kecepatan reaksi Reaksi diazotasi berlangsung sangat lambat sehingga
supaya reaksi berlangsung sempurna maka titrasi harus dilakukan
perlahan-lahan dan dilakukan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan
pada awal titrasi diatur kurang lebih 1 mL/menit dan ketika mendekati titik
akhir titrasi menjadi 2 mL/menit karena asam nitrit terbentuk pada suasana
asam dan adanya KBr pada titrasi nitrimetri. KBr dapat mengikat NO2
28
untuk membentuk nitrosobromid yang akan menghilangkan reaksi
tautomerasi dari bentuk keto ke bentuk enol sehingga dibutuhkan
katalisator untuk mempercepat reaksi. Stabilisator suhu, yaitu KBr
digunakan untuk menjaga suhu agar tetap rendah (5-150C) untuk mengikat
NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.
2.5. Amperometri
Amperometri atau voltametri merupakan metoda analisis yang
berkembang pesat dibanding metode analisis yang lain. Hal ini
dikarenakan kelebihannya dalam sensitivitas, selektifitas, juga sederhana
alatnya dan mudah penganalisisannya. Amperometri atau voltametri cara
kerjanya didasarkan pada pengukuran arus sebagai fungsi dari potensial
yang aplikasi (applied potential) pada saat terjadi polarisasi pada indicator
elektroda atau elektroda kerja (working electrode). Berbeda dengan
potensiometri yang analisisnya berdasarkan pengukuran potensial
dilakukan pada saat arus nol dan tidak terjadi polarisasi. Amperometri atau
voltametri berkembang pesat setelah adanya penemuan polarografi oleh
Jaroslav Heyrovsky pada tahun 1920 an. Dimana Jaroslav Heyrovsky
mendapat hadiah nobel atas penemuannya tersebut ditahun 1957. Pada saat
sekarang banyak jenis dari amperometri atau voltametri yang telah
ditemukan.Antaralain voltametri yang merupakan analisis dalam ukuran
mikroskala dengan menggunakan mikroelektroda kerja,disebut juga
dengan teknik arus voltase .Potensial dari mikro elektroda
kerjadivariasikan dan arus yang dihasilkan dicetak sebagai fungsi dari
potensial yang disebut voltamograf di temukan oleh Christian, 1994.
Kemudian elektroda merkurium tetes (D.M.E) disebut sebagai polarografi
(Bassett,J,1984). Laludiikuti dengan siklik voltametri yang merupakan
tehnik pengukuran potensial dari awal sampaiakhir dan kembali lagi ke
awal yang disebut dengan penyapuan (scanning) dari katodik
menujuanodic dan sebaliknya (Khopkar, 1985).Metode yang berdasarkan
voltametri yang dikatakan polarograpi bila elektrodanya terpolarisasi
29
adalah elektroda merkuri atau Drpping Mercuryelectrode (D.M.E)
digunakan untuk menentukan komposisi dan analisis kuantitatif dari
larutan.
Amperometri adalah salah satu metoda voltametri dengan memberikan
potensial konstan pada elektroda kerja, serta arus diukur sebagai fungsi
waktu. Secara harafiah, amperometri merupakan pengukuran arus. Dalam
kimia elektroanalisis, konsentrasi analit menentukan nilai arusnya. Metode
ini dilakukan berdasarkan elektrolisis sempurna dari analit. Pada metode
ini analit dioksidasi dan direduksi secara sempurna pada permukaan
elektroda kerja atau bereaksi sempurna dengan pereaksi yang dihasilkan
oleh elektroda kerja.
Titrasi amperometri adalah suatu titrasi dimana titik akhirnya dicari
dengan mengamati efek penambahan titran terhadap arus yang diukur.
Pada dasarnya prinsipnya sama saja dengan potensiometri. Hanya saja,
jika pada potensiometri yang diukur adalah beda potensialnya. Sedangkan
pada amperometri, larutan yang dititrasi diberi potensial, dan yang diukur
adalah perubahan arus listriknya yang dipantau dengan alat amperometer.
2.5.1. Titrasi Amperometri
Titrasi amperometri yaitu teknik yang mana potensial konstan
diaplikasikan pada elektroda kerja, dan arus diukur sebagai fungsi waktu.
Karena potensial tidak discan, amperometri tidak meandorong kearah
voltamogram.Suatu titrasi volumetric dapat dilaksanakan dengan
mengukur arus difusi setelah tiap penambahan titran.Titrasi yang
dilakukan dengan cara ini dikenal sebagai titrasi amperometri. Dengan
mengalirkan setiap perubahan volume titran terhadap perubahan arus yang
teramati maka akan diperoleh kurva yang terdiri atas dua garis lurus yang
merupakan titik perpotongan yang disebut dengan titik ekivalen.
Peralatan titrasi:
• Setiap alat polarografi dapat digunakan untuk mengikuti titrasi.Temperatur
harus diawasi dengan cermat. Waktu untuk satu kali titrasi sekitar 10
30
menit. Banyak zat-zat yang dapat dianalisis dengan cara ini. Kelebihan
cara ini adalah :
• Tidak diperlukan langkah untuk mengkalibrasi galvanometer.
• Tegangan yang dapat diberikan cukup teliti (sampai 1/10 volt).
• Tidak ada efek karakteristik dari kapiler
• Tidak diperlukan unit polarisasi- Elektroda referens dapat dipilih yang
nilai potensial elektrodanya sedemikian rupa sehingga peristiwa
reduksinya tidak memerlukan sumber tegangan dari luar
• Untuk tujuan tersebut separuh sel yang sesuai dapat dipilih.Sensitivitas
dapat diperbaiki dengan menukar DME dengan elektroda platina (Pt)
yang berputar, sebab dengan berputarnya elektroda platina denga dengan
kecepatan konstan, lapisan difusi pada permukaan elektroda tidak pernah
terbentuk.Akibatnya arus residual dapat ditekan.Titrasi dilakukan dengan
hanya menambahkan titran 3 sampai 4 kali sampai muncul arus difusi
(berarti penitrannya yang tereduksi).Ekstrapolasi antara garis lurus yang
dibentuk akibat kenaikan arus sebagai akibat bertambahnya titran terhadap
sumbu volume memberikan titik ekivalen.
Titrasi amperometri lebih sering digunakan daripada titrasi
potensiometri.Titrasi bi-amperometri adalah metode titrasi dimana
potensial diberikan terhadap dua elektroda inert yang identik seperti
elektroda platina.Metode ini banyak digunakan dalam titrasi Karl Fisher
untuk menentukan kandungan air suatu materi.Selain itu titrasi
amperometri dapat digunakan untuk titrasi pengendapan maupun titrasi
pengompleksan.Umumnya hasil diperoleh serta reprodusibel.
31
kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga konsentrasi tetap.
Jika potensial yang diberikan cukup tinggi, konsentrasi analit yang berada
dekat dengan elektroda kerja akan bergantung pada laju rata-rata difusi.
Arus yang dihasilkan disebut batas difusi. Pada saat analit tereduksi pada
elektroda kerja, konsentrasi analit pada seluruh larutan akan perlahan-
lahan menurun, bergantung pada ukuran elektroda kerja berbanding volum
larutan.
Kelebihan & Kelemahan
Kelebihan analisis menggunakan metode ini antara lain:
• Sensitifitas pada saat titrasi amperometri sangat tinggi.
• Pengukuran arus dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi analit
secara langsung
• Tidak diperlukan indikator pada titrasi amperometri.
Kelemahan analisis menggunakan metode ini antara lain:
• Sulit untuk mengukur arus dari beberapa analit.
• Perubahan arus sensitif terhadap penambahan analit.
2.5.3. Aplikasi Amperometri
Salah satu aplikasi dari metode amperometri ialah dalam ilmu
biokimia yaitu dalam pembuatan biosensor yang digunakan untuk
mendeteksi dan menganalisis kadar dari piruvat dan fosfat karena adanya
enzim piruvat oksidase. Piruvat merupakan senyawa intermediet yang
dihasilkan dalam proses glikolisis dan jalur piruvat dehidrogenase dimana
berfungsi untuk proses produksi energi dalam tubuh. Piruvat ditemukan
dalam organisme hidup dan merupakan nutrisi non esensial yang
diproduksi didalam sel tubuh. Fungsi dari piruvat tersebut dalam tubuh
sangatlah penting yaitu sebagai bagian dalam proses pembentukan energi.
Apabila proses sintesis piruvat dalam tubuh terganggu maka, produksi
energi pada tubuh pun akan terganggu. Energi tidak dapat terbentuk tanpa
adanya piruvat.
32
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi
kimia yang dapat menghasilkan energi listrik atau sebaliknya.
2. Analisis secara elektrokimia terbagi menjadi 5 yaitu Potensiometri,
elektrogravimetri, kuolometri, voltametri, dan amperometri
3. Masing- masing instrumen dalam analisis secara elektrokimia memiliki
pengaplikasian dalam dunia industri.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini
mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih
sempurna lagi dan agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami materi
tentang Analisis Secara Elektrokimia.
33
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M dan Abdul, R. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis:
Volumetri dan Gravimetri. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Gandjar, I. G. 1991. Kimia Analisis Instrumental. Fakultas Fasrmasi.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Hage, David S.; Carr, James D., Analytical Chemistry and Quantitative
Analysis, Pearson, 2011, halaman 348 - 364; 392 - 404.
Harris, Daniel C. Quantitative Chemical Analysis, 7th edition, W. H. Freeman
and Company, 2007, halaman 327 – 347.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry, New York: McGraw-Hill
Comp.
J. J. Lingane, Electromanalytical Chemistry, 2nd edition. halaman 413. New
York: Interscience, 1958.
Kartiko, Nugroho. Amperometri dan Elektrokimia, 2015/2016. Blogspot.
Ridwan, Muhammad Harahap. ISSN: 2460-5476 178. Circuit, Vol 2, No.1,
Juli 2016.
Skoog, West, Holler, Crouch, Fundamentals of Analytical Chemistry, 8th
edition, 2004, halaman 588 – 706.
Underwood, A, L,; Day, R. A., Analisis Kimia Kuantitatif, edisi ke 6, Penerbit
Erlangga, 2002, halaman 308 – 381.
Watson, D. G. 1999. Pharmaceutical Analysis: A textbook for Pharmacy
student and pharmaceutical chemists. Churchill Livingston: UK.
Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :
UNHAS.
34