Anda di halaman 1dari 9

FOTOMETER NYALA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menggunakan alat spektrofotometer nyala;
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometer nyala;

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
1. Alat Fotometer Nyala untuk Na dan K
2. Tabunng LPG
3. Gelas Kimia 100 ml
4. Gelas Kimia 250 ml
5. Labu Takar 100 ml
6. Pipet Volume 1 ml dan 5 ml
7. Botol Semprot

Bahan yang digunakan :


1. Larutan standar Na dan K
2. Pocari Sweat
3. Mizone
4. Hidrococo
5. Aquadest

III. TEORI SINGKAT


Fotometer Nyala adalah alat yang berdasarkan prinsip spectrum emisi.
Sebagai cohtoh, jika garam diletakkan ke sebuah nyala, maka nyalanya akan
berubah menjadi kuning. Hal ini dikarenakan atom natrium menyerap energi
normal, garam melepas energi. Tanda energi ini adalah jalur spectrum atom
natrium-spektrum kuning.
Instrument yang digunakan untuk membuat unsur memberikan sinar ke
nyala dan memberikan analisis spektrumnya disebut fotometer nyala.
Dalam analisis kimia disebut mwtode luminoritas nyala. Penentuan unsur
terkandung ( analisis kuantitatif ) sesuai analisis spektrum didasarkan atas
proporsi antara kandungan unsur dan densitas spektrum sehingga dapat
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi unsur. Kondisi yang
dipergunakan adalah :
 Konsentrasi rendah
 Reagen tidak mempunyai efek terhadap densitas spectrum
Penentuan secara Kuantitatif unsur K dan Na dapat dilakukan dengan
fotometer nyala, konsentrasi unsur diperoleh setelah membandingkan
dengan satu seri kurva larutan standar.
Kegunaan fotometer nyala :
 Diagnose klinis dan riset patologi pada bidang Kesehatan dan untuk
kualititas control
 Analisis fertilizer dan tanah
 Analisis dan penentuan produk petroleum, metalurgi, kimia
 Uji laboratorium untuk obat dan makanan
 Analisis dan penentuan semen, keramik gelas dan material tahan api

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menyambungkan selang gas LPG ke tabung LPG
2. Memastikan tidak ada kebocoran gas LPG
3. Menyalakan alat dengan menekan tombol MAIN ke atas
4. Menyalakan air compressor dengan menekan tombol COMP ke atas
5. Menekan tombol IGN dan menahannya, sambal memutar tombol
IGNITION pelan-pelan kearah kiri.
6. Melihat nyala api pada prosedur 5, jika nyala api sudah ada, memutar
tombol GAS VALUE ke kiri kurang lebih 6x putaran.
7. Memutar tombol IGNITION ke kanan sampai batas minimal tidak bisa
diputar lagi, setelah api besar menyala.
8. Memutar tombol IGNITION ke kanan sampai batas minimal tidak bisa
diputar lagi, setelah api besar menyala.
9. Mengatur nyala api dengan mengatur/memutar-mutar GAS VALUE.
Nyala yang bagus adalah nyala biru tanpa ada warna kuning/merah.
10. Memasukkan Blanko, memilih range 1,2 atau 3, mengatur jarum
penunjuk keposisi 0 dengan memutar tombol 0.
11. Memasukkan standar ppm, mengatur jarum petunjuk supaya
menunjukkan angka 100% dengan memutar tombol 100%.
12. Menganalisis sampel dan mencatat skala pembacaan, membandingkan
dengan skala pembacaan standar 10ppm, misalnya terbaca 13% artinya
konsentrasi sampel adalah 1,3 ppm.
13. Mengusahakan melakukan analisis blanko 1x setiap melakukan analisis
2 sampel.
14. Mengulangi Langkah no.11 setelah melakukan analisis sampel sebanyak
10 atau 15.
15. Melakukan analisis blanko selama 5 menit untuk membersihkan sisa-
sisa sampel dalam alat setelah selesai melakukan analisis sampel.
16. Mematikan nyala api dengan memutar tombol GAS VALUE ke kanan
sampai full.
17. Mematikan air compressor dengan mmenekan tombol COMP,
kemudian mematikan alat dengan meneka MAIN setelah api mati.
18. Melepas sambungkan KPG.

Catatan :

- Larutan yang akan dianalisis harus tidak mengandung endapan, jika ada
endapan melakukan penyaringan terlebih dahulu
- Jika pembacaan sampel melebihi skala % (melebihi 100%) melakukan
pengenceran sampel sampai pembacaan dibawah 100%.

V. DATA PENGAMATAN

Pengukuran Standar
Pembacaan Konsentrasi
No. Cuplikan
1 Blanko 0% 10
Standar Kalium
2 100% 10 ppm
10 ppm
Standar Natrium
3 100% 10 ppm
10 ppm

No. Sampel K+ Na+

40 (5 kali
1 Pocari Sweat 60
pengenceran)

2 Mizone 27 85

70 (2 kali
3 Hidrococo 38
pengenceran)

VI. PERHITUNGAN
1. Larutan Standar (Pengenceran Kalium)
1000 ppm menjadi 100 ppm (100 ml aquadest)
𝑉2 𝑋 𝑀2
V1 = 𝑀1
100 𝑚𝑙 𝑋 100 𝑝𝑝𝑚
= 1000 𝑝𝑝𝑚

= 10 ml
100 ppm menjadi 10 ppm (100 ml aquadest)
𝑉2 𝑋 𝑀2
V1 = 𝑀1
100 𝑚𝑙 𝑋 10 𝑝𝑝𝑚
= 100 𝑝𝑝𝑚

= 10 ml

2. Larutan Standar (Pengenceran Natrium)


1000 𝑚𝑔
1000 ppm =
𝐿
100 𝑚𝑔
= 0,1 𝐿
𝐵𝑀 𝐷𝑖𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎
CH3COONa = massa yang diketahui x 𝐵𝑀 𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖
82,03 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 100 mg x 23 𝑔/𝑚𝑜𝑙
82,03 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,1 gr x 23 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 0,3566 gram

1000 ppm menjadi 100 ppm (100 ml aquadest)

𝑉2 𝑋 𝑀2
V1 = 𝑀1

100 𝑚𝑙 𝑋 100 𝑝𝑝𝑚


= 1000 𝑝𝑝𝑚

= 10 ml

100 ppm menjadi 10 ppm

𝑉2 𝑋 𝑀2
V1 = 𝑀1

100 𝑚𝑙 𝑋 10 𝑝𝑝𝑚
= 100 𝑝𝑝𝑚

= 10 ml
3. Kandungan Kalium Pada Sampel

Rumus :

% 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
M = x Mlarutan standar
% 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

- Pocari Sweat

60 %
M = x 10 ppm
100 %

= 6 ppm

- Mizone

27 %
M = x 10 ppm
100 %

= 2,7 ppm

- Hidrococo

38 %
M = x 10 ppm
100 %

= 3,8 ppm

4. Kandungan Natrium Pada Sampel

Rumus :

% 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
M = x Mlarutan standar
% 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

- Pocari Sweat (setelah 5 kali pengenceran)

40 %
M = x 10 ppm
100 %

= 4 ppm
Maka kadar natrium dalam pocari sweat sebelum dilakukan
pengenceran yaitu 20 ppm.
- Mizone

85 %
M = x 10 ppm
100 %

= 8,5 ppm

- Hidrococo (Setelah 2 kali pengenceran)

70 %
M = x 10 ppm
100 %

= 7 ppm
Maka kadar natrium dalam Hidrococo sebelum dilakukan
pengenceran yaitu 14 ppm.

VII. ANALISIS DATA


Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja alat
fotometer nyala dan menganalisa kandungan kalium dan natirum pada
sampel pocari sweat, mizone, dan hidrococo menggunakan alat fotometer
nyala. Namun, pada percobaan ini terdapat trouble pada alat fotometer nyala
sehingga tidak dapat digunakan. Meskipun begitu, praktium ini tetap
dilanjutkan dengan hasil data yang diberikan oleh instruktur praktikum
dengan tetap melakukan sebagian langkah yang tertera di prosedur
percobaan.
Langkah awal, kami melakukan pembuatan serta pengenceran
larutan standar. Larutan standar yang digunakan yaitu Natrium Asetat dan
Kalium Standart Solution. Pada pembuatan larutan standar ini terdapat
percobaan akurasi pipet yang digunakan, yaitu pipet volume dan pipet ukur.
Hasil yang didapat bahwa pipet volume lebih akurat dibandingkan dengan
pipet ukur karena ketelitiannya lebih akurat dibanding pipet ukur.
Selanjutnya kami melakukan pengenceran terhadap larutan standar,
masing-masing 10 ppm. Hal ini dilakukan karena pada alat fotometer nyala
memiliki skala 100%. Artinya larutan yang terbaca apabila berkonsentrasi
hingga 10 ppm atau dibawahnya. Apabila konsentrasi larutan diatas 10 ppm,
maka tidak dapat terbaca di alat fotometer nyala. Maka dari itu, larutan
standar yang dibuat dari 1000 ppm diencerkan terlebih dahulu menjadi 10
ppm. Barulah berikutnya dilanjutkan dengan pembacaan konsentrasi
sampel.
Berdasarkan data yang diberikan oleh instruktur dapat dianalisa
bahwa sampel pocari sweat dan hidrococo memiliki kandungan kalium yang
sangat pekat sehingga harus diencerkan agar terbaca oleh alat fotometer
nyala, yaitu pocari sweat 5 kali pengenceran dan hidrococo 2 kali
pengenceran. Oleh karena itu, dilakukan pengenceran pada sampel pocari
sweat dan hidrococo agar terbaca pada alat fotometer nyala kadar
kaliumnya. Selanjutnya akan diketahui unsur akan terseksitasi dalam suatu
nyala pada suhu tertentu serta memancarkan emisi radiasi untuk panjang
gelombang tetentu.
Eksitasi terjadi bila electron dari atom netral keluar dari orbitalnya
ke orbital yang lebih tinggi. Bila terjadi eksitasi atom, molekul ini akan
kembali ke orbital semula dan akan memancarkan cahaya pada panjang
gelombang tertentu. Sehingga dari percobaan akan diketahui bahwa
semakin besar konsentrasi unsur natrium dan kalium maka semakin besar
emisi sinar yang dihasilkan.

VIII. KESIMPULAN
Percobaan praktikum fotometer nyala ini meghasilakn kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penggunaan alat spektrofotometer nyala ini dilakukan dengan bantuan
gas elpiji dan kelibrasi alat dengan larutan blanko, standar 10 ppm, dan
dilanjutkan dengan pembacaan konsentrasi larutan sampel.
2. Fotometer nyala adalah sutau metoda analisis yang digunakan untuk
menentukan kadar logam suatu sampel yang didasarkan emisi sinar
kromatir pada panjang gelombang berpijar atau menyala.
3. Prinsip dari fotometer nyala adalah pencaran cahaya electron yang
tereksitasi dan kemudian kembali ke dasar serta diketahui bahwa
semakin besar konsentrasi unsur yang dianalisa maka semakin banyak
emisi sinar yang dihasilkan.
4. Hasil pengukuran penentuan unsur kalium pada sampel yaitu :
Pocari Sweat : 6 ppm
Mizone : 2,7 ppm
Hidrococo : 3,8 ppm
5. Hasil pengukuran penentuan unsur natrium pada sampel yaitu :
Pocari Sweat : 20 ppm
Mizone : 8,5 ppm
Hidrococo : 14 ppm

Anda mungkin juga menyukai