Anda di halaman 1dari 10

I.

Tujuan :
1. Untuk menentukan kadar kafein dalam sampel
2. Dapat menggunakan spektrofotometer dengan benar
II. Dasar Teori
1. Kafein
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak
terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai
jarum mengkilat putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air
(1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan
naik dalam air panas (1:6 pada 80C) atau alkohol panas (1:25 pada 60C) (Wilson
and Gisvold, 1982). Berikut ini adalah struktur dari kafein :

Struktur molekul Kafein

Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola,
dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant
dan beberapa aktifitas biologis lainnya. Kandungan kafein dalam teh relative lebih
besar daripada yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian teh dalam minuman
lebih encer dibandingkan dengan kopi (Sudarmi, 1997). Kafein merupakan
perangsang susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan dieresis, merangsang otot
jantung dan melemaskan otot polos bronchus. Secara klinis biasanya digunakan
berdasarkan khasiat sentralnya, merangsang semua susunan saraf pusat mula-mula
korteks kemudian batang otak, sedangkan medulla spinalis hanya dirangsang
dengan dosis besar
2. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut ditransmisikan atau
direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Prinsip dasar dari suatu spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu. Jenis-jenis spektrofotometer :
A. Berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari :

1) Spektrofotometer sinar tampak (Vis).

2) Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV).

B. Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari :

1) Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic).

2) Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu,


monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, S.M, 2002)
Skema konstruksi spektrofotometer yakni Ketika cahaya putih dilewatkan
dalam suatu substansi maka setiap warna cahaya yang dipantulkan akan memiliki
panjang gelombang yang berbeda. Berkas cahaya tersebut diasumsikan sebagai
warna komplemen dari panjang gelombang yang diserap.
Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya adalah memencilkan
cahaya menjadi monokromatik, yang kemudian cahaya tersebut dilewatkan pada
suatu sampel yang akan diukur kekuatan radiasinya. Jika P merupakan banyaknya
sinar sinar yang diteruskan oleh larutan sampel dan Po merupakan banyaknya
sinar yang diserap, maka ratio P/Po dapat kita sebut sebagai transmitansi. %
Transmitansi dapat dituliskan sebagai berikut:
Selain mengukur transmitansi, spektrofotometer pada dasarnya adalah
untuk mengukur absorbansi sampel karena adanya interaksi atom, molekul, dan ion
pada sampel tersebut.
Lambert menjelaskan bahwa serapan cahaya merupakan fungsi ketebalan
medium, sedangkan beer menjelaskan bahwa serapan cahaya sebagai fungsi
konsentrasi larutan yang bersangkutan oleh hukum Lambert beer:

A = bc A= k b c
Keterangan :
= absorptivitas molar (l/cm.mol) k= absorptivitas molar
(l/cm.gram)
b = ketebalan kuvet (cm) c= konsentrasi (gram/l)
c = konsentrasi (mol/l)
Hukum Lambert-Beer

Log lo/lt = A Keterangan :


A= serapan
T = lt/lo
Io = Intensitas sinar yang datang
I = Intensitas sinar yang diteruskan
= absorptivitas molar
= panjang atau tebal larutan
c = konsentrasi larutan
C. Komponen Instrumentasi UV-Vis adalah :
1) Sumber Radiasi
Argon 100 160 nm
Tungsten 350 800 nm
Deuterium 160 360 nm
Xenon 200 900 nm
2) Kuvet (Sample Container)
Kuarsa atau silika

3) Monokromator
Prisma kaca atau kuarsa
4) Detektor
Fotolistrik
5) Pencatat
D. Menurut konfigurasi optiknya, spektrofotometer UV-Vis dibagi menjadi :
1) Single Beam 3) Multi Channel
2) Double Beam
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Spektrofotometer shimadzu 1. Larutan induk kaffein 100 ppm
2. Labu takar 50 ml 2. Metilen Klorida 200 mL
3. Gelas kimia 100 ml 3. HCl 0,1 N
4. Gelas kimia 50 ml 4. Aquadest
5. Pipet tetes 5. Sampel Kaffein
6. Pipet ukur 5 ml
7. Pipet ukur 1 ml
8. Corong tangkai pendek
9. Batang pengaduk
10. Spatula
11. Botol semprot
12. Kuvet Kuarsa
13. Bola hisap

IV. Langkah Kerja


1. Membuat Larutan Induk Kafein
Membuat 100 ml larutan induk kafein (1000 ppm) dalam larutan HCl 0,1 N

Pembuatan larutan standar kafein dengan konsentrasi 2,4,8,10, dan 12


ppm dalam HCl 0,1 N

Menentukan panjang gelombang maksimum ,dengan cara mengukur


serapan larutan standar 8 ppm dari berbagai panjang gelombang.

Mengukur serapan berbagai konsentrasi larutan standar pada panjang


gelombang yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Menggunakan Spektrofotometer UV-1700 SHIMADZU
A. Menyalakan Alat

Mengeluarkan silica gel dari sample compartement

Menyalakan alat UV-1700

Membuka monitor dengan perlahan. Bila layer tampak biru, putar


tombol sebelah kanan hingga pada layar monitor tampak initialization

Menunggu sampai proses selesai dan akan keluar tampilan mode menu

B. Pengukuran Spektrum

Memilih menu spektrum, menekan angka 2 untuk mengatur parameter


seperti setting meas mode, scanning range, rec., speed, no. of. Scan,
display mode

Masukkan kuvet yang berisi larutan belangko pada kedua reference


sample pada sample compartement

Menekan tombol Base Corr F1, menunggu sampai dengan 0,000A


(terdengar bunyi bip bip)

Mengganti kuvet blanko pada posisi sampel dengan kuvet isi larutan
standar yang diingikan. Lalu, menekan tombol Start
Setelah muncul wavelength & absorbance, tampilan kurva A vs lamda.
Menekan tombol data proccF2. Peak(3) untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum dan absorbansi

3. Pengukuran Photometric

Pilih menu Photometric, yaitu tekan 1, Go to WL, isikan nilai panjang


gelombang

Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko dua duanya pada sample
compartement

Tekan tombol auto zero, tunggu sampai dengan A: 0.000 A dan alat berbunyi
bip bip

Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet berisi larutan standar yang dianalisis, lalu tekan
tombol start

Ganti kuvet sampel dengan larutan sampel lain, lalu akan muncul tabel
Photometric
4. Pengukuran Quantitative

Pilih menu Quantitative dengan cara tekan


(3)

Atur parameter : Meas, 1 Lamda : isikan nilai panjng gelombang; enter

Method: multi point (3); isi jumlah larutan standar yang


digunakan
No of meas.1
Unit ppm
Data print NO

Masukkan kuvet isi larutan blanko pada kedua sisi reference sample, lalu Tekan
tombol auto zero, tunggu sampai dengan 0.000A
Tekan start, masukkan nilai konsentrasi larutan standar,
tekan enter

Muncul tampilan: NO | Conc


| ABS

Tekan meas (2), Ganti kuvet blanko dengan larutan standar


yang pertama

Tekan start, maka akan keluar nilai ABS. Ganti kuvet dengan larutan standar
berikutnya, tekan start sampai pengukuran selesai

Tekan cal curve F1 untuk melihat

5. Pengukuran konsentrasi sampel

Menekan return sampai ke menu


quantitative

mengganti kuvet larutan standar di bagian


depan dengan kurvet sampel

start

Ulangi pekerjaan itu jika sampel lebih dari satu


6. Mematikan alat

Mengosongkan compartment cell

Memasukan kembali silica gel

Memutar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru

V. Data Pengukuran Spektrum


1. Panjang gelombang maksimum (maks) : 380 nm
2. Data Pengukuran Fotometric

Sampel ABS K*ABS


2 ppm 0.0895 89.478
4 ppm 0.1421 142.09
8 ppm 0.3139 319.34
10 ppm 0.4608 460.82
12 ppm 0.5391 539.06

Sampel ABS K*ABS


Sampel 1 0.4275 427.49
0.4423 442.26
0.4476 447.63
0.2927 292.72
Sampel 2 0.3085 308.47
0.3125 312.50
K : 1000
3. Data Pengukuran Quantitaive
: 274.2 nm A: 0.2853 A
Sampel ABS Konstrasi (ppm)
Blanko ( HCl 0,1 0.3950 9.9942
N)
2 ppm 0.4000 10.112
4 ppm 0.4000 10.112
8 ppm 0.2343 6.2002
10 ppm 0.2561 6.7159
12 ppm 0.2620 6.8542

Sampel ABS Cons (ppm)


Sampel 1 0.4346 11.443
0.4346 11.443
0.4327 11.393
0.2927 6.6076
Sampel 2 0.3085 7.0527
0.3125 7.1842

Kurva Kalibrasi
ABS

0.5
0.45 y = 0.0362x + 0.0204
R = 0.9785
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)

Data Kurva kalibrasi

No Konsentrasi (ppm) ABS


1 0 0

2 2 0,093
3 4 0,175
4 8 0.343
5 10 0,396
6 12 0,417

Sampel ke- ABS Konsentrasi


1 0,4391 11,530

2 0.3045 7,791

https://yovayuvitasari.wordpress.com/laporan-praktikum/penentuan-kadar-kafein-
spektrofotometer-shimadzu/

http://documents.tips/documents/1-laporan-jadi.html

https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-kadar-kafein-
spektrofotometer-shimadzu/

http://documents.tips/search/?q=SPEKTOFOTOMETRI+UV+POLBAN

http://documents.tips/documents/uv-spectroscopy.html

Anda mungkin juga menyukai