Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN

ELEKTROMETRI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
NI MADE NILA SANTI A 251 18 019
ALFIANA A 251 18 005
NOVITA SALIM A 251 18 037
YUMA ARDRIAN ALLU A 251 18 047
NUR ALFINA A 251 18 063
NUR ANISA A 251 18 096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur patutlah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkat rahmat, dan anugerah-Nyalah sehingga kami dapat
menyusun Makalah ini dengan judul “Elektrometri”yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Analisis Instrumen.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan
makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait,
baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan
datang.

Palu, 29 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................1
1.1  Latar Belakang ................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................2
1..3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II Pembahasan...............................................................................................3
2.1 Pengertian Elektrometri...................................................................................3
2.2 Sel Volta..........................................................................................................4
2.3 Sel Elektrolisis.................................................................................................7
2.4 Potensial Elektroda..........................................................................................8
2.5 Persamaan Nerst............................................................................................10
2.6 Aplikasi Elektrokimia dalam Bidang Analisis Kimia...................................12
BAB III Penutup..................................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................20
Daftar Pustaka......................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu kimia, terdapat salah satu cabang keilmuan yaitu
elektrokimia yang sangat berperan dalam kehidupan. Elektrokimia adalah ilmu
yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan
dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
arus listrik dan potensi.
Metode elektrokimia merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang
kimia. Elektrokimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi
kimia yang terjadi pada permukaan suatu konduktor (elektroda) yang
berhubungan dengan transfer elektron antara suatu konduktor (elektroda) dengan
suatu analit tertentu.Pengukuran secara elektrokimia dilakukan dengan
menggunakan sel elektrokimia. Terdiri dari dua atau lebih elektroda dan
elektronik untuk mengontrol serta menentukan arus dan potensial.
Analisis elektrokimia merupakan metode analisis kuantitatif atau
kualitatifyang didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu larutan zat yang
dianalisis (cuplikan) di dalam suatu sel elektrokimia. Di dalam sel elektrokimia
dapat dipelajari hubungan-hubungan antara konsentrasi dengan potensial
(potensiometri), konsentrasi dengan daya hantar listrik (konduktometri),
konsentrasi dengan jumlah muatan listrik (koulometri), konsentrasi dengan
potensial dan arus listrik (polarografi dan voltammetri).
Pada sistem elektrokimia terdiri atas sel elektrokimia dan reaksi
elektrokimia yang terjadi didalamnya. Sel elektrokimia terbagi atas 2 jenis yaitu
sel galvani dan sel elektrolisis. Sel galvani merupakan sel elektrokimia yang
menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi secara spontan di dalamnya.
Sedangkan sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia di mana reaksi tak-spontan
terjadi di dalam sel elektrokimia. Aplikasi dari elektrokimia dalam kehidupan
antara lain meliputi aplikasinya dalam lingkungan, ilmu kedokteran, industri,
bahkan cabang ilmu lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan elektrometri?
2. Apa yang dimaksud dengan sel volta?
3. Apa yang dimaksud dengan sel elektrolisis?
4. Apa yang dimaksud dengan potensial elektroda?
5. Bagaimana bunyi persamaan Nerst?
6. Bagaimana aplikasi elektrokimia dalam analisis kimia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui yang dimaksud dengan elektrometri.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan sel volta.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan sel elektrolisis.
4. Mengetahui yang dimaksud dengan potensial elektroda.
5. Mengetahui bunyi persamaan Nerst.
6. Mengetahui aplikasi elektrokimia dalam analisis kimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Elektrometri
Elektrometri merupakan metode analisis baik kualitatif maupun kuantitatif
yang didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu cuplikan di dalam sel
elektrokimia. Suatu sel elektrokimia tersusun atas dua buah elektroda (minimal),
larutan elektrolit dan suatu sumber arus bisa voltmeter (sel Galvani) atau sumber
arus searah (elektrolisis) tergantung dari tujuannya. Dua buah elektroda pada sel
elektrokimia yang pertama adalah elektroda standar (baku) yang mempunyai
potensial yang tetap dan kedua adalah elektroda penunjuk (indikator) yang
potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan. Umumnya
reaksi yang terjadi pada sel elektrokimia adalah reaksi redoks.
Sebagian besar metode elektroanalisis didasarkan pada sifat-sifat
elektrokimia dari suatu larutan. Hal ini mengingat bahwa suatu larutan
elektrolit yang terdapat dalam suatu bejana yang dihubungkan dengan dua
buah elektroda akan memberikan arus listrik yang disebabkan oleh adanya
perbedaan potensial. Jadi analisis elektrokimia merupakan metode analisis baik
kualitatif maupun kuantitatif yang didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu
cuplikan di dalam sel elektrokimia. Pada dasarnya secara lebih rinci metode
elektroanalisis dibagi dalam dua bagian, yaitu metode antar muka dan metode
ruah. Metode antar muka didasarkan atas fenomena bahwa terjadi pada
antarmuka antara permukaan elektroda dan lapis tipis dari larutan yang
berdekatan dengan larutan sampel. Sedang pada metode ruah adalah
sebaliknya, yaitu didasarkan atas fenomena bahwa terjadi dalam ruah atau
badan larutan, dan diusahakan menghindari pengaruh antarmuka (seperti pada
konduktometri). Metode antarmuka dapat dibedakan dalam dua katagori besar,
yaitu statis dan dinamis yang didasarkan atas apakah sel-sel elektrokimia
dioperasikan dengan ada atau tidak adanya arus. Metode statis (i = 0), seperti
potensiometri merupakan metode yang penting karena kecepatan dan
selektivitasnya. Metode antarmuka dinamik (i > 0) dimana arus yang bekerja pada
sel elektrokimia merupakan bagian yang vital ada beberapa tipe, yaitu metode

3
potensial terkontrol dan arus konstan. Dalam metode potensial terkontrol (seperti
voltametri atau polarografi), potensial sel dikontrol sementara variabel-variabel
lain dilakukan pengukuran. Dalam metode dinamik arus konstan (seperti
elektrogravimetri), arus dalam sel dipertahankan konstan pada saat dilakukan
pengumpulan data.
Beberapa istilah dalam elektrometri adalah sebagai berikut:
1. Elektrometri yaitu Suatu metode kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan
pada sifat-sifat kelistrikan cuplikan dalam sel elektrokimia.
2. Sel elektrokimia yaitu tempat terjadinya reaksi elektrokimia
3. Reaksi elektrokimia yaitu proses terjadinya pertukaran elektron pada
elektroda antara senyawa elektroaktif
4. Zat elektroaktif yaitu zat yang dapat dioksidasi/direduksi
5. Katoda/anoda yaitu Elektroda dimana terjadi reaksi reduksi/oksidasi
6. Sel Galvani merupakan sel elektrokimia yang mampu merubah reaksi
kimia menjadi energi listrik (energi producer).
7. Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang mampu merubah energi
listrik menjadi suatu zat (substance producer).
8. Potensial elektroda yaitu Beda potensial yang timbul antara logam dengan
larutan ion logamnya. Untuk mengukur harga potensial elektroda
dibutuhkan elektroda pembanding  I kali elektroda hidrogen
9. Potensial elektroda standar yaitu beda potensial dari suatu logam antara
elektroda hidrogen standar (elektroda normal hidrogen = ENH) dengan
½ sel logam yang tercelup dalam larutan dengan konsentrasi 1 Molar.

2.2 Sel Volta


Ada dua jenis sel elektrokimia yaitu sel Galvani dan sel elektrolisis. Sel
Galvani merupakan sel elektrokimia yang mampu merubah reaksi kimia
menjadi energi listrik (energy producer). Sebaliknya, sel elektrolisis merupakan
sel elektrokimia yang mampu merubah energi listrik menjadi suatu zat (substance
producer). Dalam sel elektrokimia terdapat 2 buah elektroda yang masing-masing
disebut dengan anoda dan katoda. Sesuai dengan perjanjian yang di maksud

4
dengan anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi dan katoda
adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Kedua elektroda tersebut
mempunyai fungsi yang sama baik pada sel Galvani maupun pada sel
elektrolisis.

Gambar 1. Sel Galvani (Skoog dan Leary, 1992: 463)


Untuk lebih memperjelas mengenai sel Galvani dapat dilihat contoh tentang
sel tersebut pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa elektroda
tembaga (sebagai kutub positif) dicelupkan ke dalam larutan tembaga sulfat
pada bejana disebelah kanan dan elektroda seng (sebagai kutub negatif)
dicelupkan ke dalam larutan seng sulfat pada bejana di sebelah kiri. Kedua
larutan dalam bejana yang berbeda tersebut dihubungkan dengan jembatan garam.
Jembatan garam bentuknya seperti pipa U terbalik yang diisi dengan larutan
elektrolit KCl (dalam agar-agar) yang kedua ujungnya disumbat dengan kapas
agar tidak terjadi aliran mekanis. Selain KCl bisa juga digunakan elektrolit
KNO3, NaC1 dan K2SO4. Fungsi dari jembatan garam, pertama adalah untuk
menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang berada dalam kedua
bejana. Kedua adalah untuk menetralkan kelebihan atau kekurangan muatan
dari ion-ion yang ada dalam larutan di dalam kedua bejana selama reaksi
elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat dari suatu zat yang dapat
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi
dengan elektrolit yang digunakan dalam pengukuran potensial sel. Kedua
elektroda yang tercelup dalam larutan elektrolit yang terpisah selanjutnya
dihubungkan dengan sebuah voltmeter. Bila rangkaian dihubungkan, voltmeter
akan menunjukkan simpangan yang sebanding dengan voltase kedua elektroda
tersebut.

5
Elektroda dalamhal ini Zn dan Cu berfungsi :untuk mengalirkan arus listrik
yang dihubungkan secara eksternel dengan kawat, partikel elektron berfungsi
sebagai pembawa arus listrik. Mengalirnya arus listrik dalam sistem larutan
melibatkan migrasi ion-ion; kation Zn lepas dan menjauhi elektrode Zn ke arah
Cu; anion bergerak berlawanan; selanjutnya dalam permukaan elektrode terjadi
serah terima elektron. Reaksi kimia yang terjadi pada bejana di sebelah kanan
merupakan proses reaksi reduksi dari ion tembaga menjadi tembaga tak
bermuatan yang akan mengendap pada permukaan elektroda tembaga. Hal ini
mengakibatkan berat elektroda tembaga bertambah besar. Reaksi yang terjadi
pada bejana ini merupakan reaksi setengah sel dari reaksi sel elektrokimia.
Kekurangan muatan positif terhadap muatan negatif dalam elektrolit pada
bejana di sebelah kanan sebagai akibat dari reaksi reduksi tembaga akan segera
disetimbangkan dengan muatan positif (kation) yang berada dalam jembatan
garam. Dengan demikian elektrolit tetap netral secara listrik. Sebaliknva
elektrolit dalam bejana di sebelah kiri akan terjadi penambahan kation sebagai
akibat reaksi oksidasi logam seng. Hal ini dapat dideteksi dengan berkurangnya
berat elektroda seng. Reaksi yang terjadi pada bejana di sebelah kiri ini juga
merupakan reaksi setengah sel yang lain dari sel elektrokimia. Jadi reaksi sel
yang terjadi adalah:
Zn(s) + Cu2+ ⇄ Zn2+ + Cu(s)
Potensial yang dihasilkan dalam sel ini diukur dari kecendengan reaksi
menuju ke arah kesetimbangan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2, bila
aktivitas ion (a) tembaga dan seng masing-masing adalah 1 maka potensial yang
dihasilkan adalah 1,100 V, hal ini menunjukkan bahwa reaksi adalah jauh dari
kesetimbangan. Bila reaksi dilanjutkan potensial akan menjadi semakin rendah,
akhirnya potensial sama dengan 0,000 V jika sistem mencapai kesetimbangan (AG
= 0 dan E = 0).
Untuk memudahkan dan memperjelas suatu sel elektrokimia dalam sel
Volta/sel Galvani digunakan notasi sel Garis vertikal (|) menunjukkan batas
fase muncul/adanya potensial, dan koma (,) memisahkan spesi yang berada dalam
fase yang sama, atau batas dua fase dimana tidak ada potensial yang muncul.

6
Notasi sel dimulai dengan anode, dilanjutkan dengan cathode. Garis vertikal
ganda (||) menunjukkan jembatan garam. Garis ini juga menunjukkan adanya
perbedaan potensial antara jembatan garam dan masing-masing setengah sel.
Untuk notasi sel pada Gambar 10, dituliskan sebagai berikut.
Zn(s) | ZnSO4 (aq, x M) || CuSO4 (aq, x M) | Cu(s)

2.3 Sel Elektrolisis


Sel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 yang pada operasionalnya
menghasilkan energi listrik disebut dengan sel Galvani. Sebaliknya sel yang
memerlukan energi listrik disebut sel elektrolisis. Sebagai contoh, bila sel tersebut
dihubungkan secara seri dengan sebuah sumber tegangan searah (DC) dari
luar, kutub positif sumber tegangan DC dihubungkan dengan elektroda tembaga
dan kutub negatif sumber tegangan DC dihubungkan dengan elektroda seng,
seperti yang dilukiskan pada Gambar 1. Tanda panah sumber tegangan DC
mempunyai arti bahwa voltase luar yang diberikan kepada sel dapat diubah-
ubah. Lingkaran yang ditandai huruf A dan V berturut-turut menggambarkan
sebuah amperemeter dan voltmeter.

Gambar 2. Sel Elektrolisis

Andaikata sumber tegangan luar diatur tepat 1,100 V dan menutup


kunci saklar, jarum amperemeter tidak akan menunjukkan arus. Hal ini
disebabkan sumber tegangan luar (DC) dan sel Galvani yang saling
dihubungkan berlawanan tepat setimbang. Akibatnya tidak satupun ada
aliran elektron yang dapat mengalir melalui sistem ini. Tetapi jika kita

7
memberikan tegangan luar lebih kecil dari 1,100 V, elektron akan mengalir
dari elektroda seng menuju elektroda tembaga melalui rangkaian luar. Hal ini
berarti reaksi sel sedang berlangsung spontan dari kiri ke kanan dan
sistemnya disebut sistem sel Galvani. Sebaliknya, jika pada sel elektro kimia
tersebut diberikan suatu voltase yang lebih besar dari 1,100 V, maka aliran arus
akan mengalir tetapi arah aliran akan berlawanan dengan arah pada sel
Galvani, yaitu arah aliran elektron akan bergerak dari kutub negatif
sumber tegangan DC masuk ke dalam elektroda seng dan elektron akan
mengalir ke luar dari elektroda tembaga menuju ke dalam rangkaian luar
sumber tegangan DC yang berkutub positif. Proses yang sedang terjadi
disebut elektrolisis, sehingga reaksi yang terjadi pada kedua elek troda akan
terbalik dan reaksi sel yang terjadi adalah:
Cu(s) + Zn2+ ⇄ Cu2+ + Zn(s)
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa jika di dalam sel Galvani
diberikan sumber tegangan searah (arus DC) yang besarnya di bawah nilai voltase
kesetimbangannya, maka proses elektrolisis masih belum dapat berlangsung.
Dengan kata lain reaksi masih berlangsung secara spontan sesuai pada proses
di dalam sel Galvani. Akan tetapi jika pada sel Galvani dihubungkan dengan
rangkaian luar yang berasal dari sumber tegangan searah yang memiliki
voltase di atas nilai voltase kesetimbangan dari sel Galvani, maka sel
elektrokimia tersebut berubah proses menjadi sel elektrolisis dan fungsi
elektroda-elektrodanya menjadi berubah.

2.4 Potensial Elektroda


Reaksi sel dari suatu sel elektrokimia merupakan penjumlahan dari dua reaksi
setengah sel yang terlibat, dimana masing-masing setengah sel tersebut
mempunyai potensial elektroda yang tertentu. Jadi potensial dari suatu reaksi sel
dalam sel elektrokimia ditentukan oleh harga potensial elektroda dari masing-
masing elektroda pada setengah sel yang terlibat. Apabila sepotong logam M
(penghantar elektron) dicelupkan ke dalam larutan elektrolit Mn+, maka pada
kesetimbangan akan terjadi beda potensial antara logam dan larutan elektrolitnya

8
dan disebut potensial elektroda.
Tidak ada cara langsung untuk menentukan nilai atau harga absolut
potensial suatu elektroda tunggal. Untuk mengukur harga potensial elektroda
dibutuhkan elektroda pembanding yang harga potensialnya sudah diketahui.
Elektroda Hidrogen Standar atau lektroda normal hidrogen yang pertama kali
digunakan sebagai elektroda pembanding dalam menentukan nilai
potensilaelektroda. Elektroda hidrogen dapat bertindak sebagai katoda dan anoda
tergantung setengah sel lainnya yang akan diukur. Jika aH+ = 1 maka elektroda
normal hidrogen (ENH) dengan Eo = 0,00 Volt. Membrane Pt berperan sebagai
media transfer electron, tidak terlibat dalam reaksi (inert).

Gambar 3. Elektrode Normal Hidrogen

Secara skematik: Pt,H2(g) (g, 1atm) | H+ (aq, a = 1.00) || …


Reaksi selnya: 2H+ (aq) + 2 e ─ == H2 (g)
Sebagai konvensi, potensial elektroda hydrogen pada semua harga T = 0,0 V
Dengan p (H2) = 1 atm, a H+ = 1
EHS atau ENH dapat berperan sebagai anoda atau katoda, tergantung elektroda
pasangannya.Untuk mengetahui potensial sel Zn yang dicelupkan dalam larutan
Zn2+ 1 M maka dihubungkan dengan ENH sebagai elektrode pembanding. Reaksi
kimia yang terjadi pada sel ini logam Zn melarut menjadi Zn2+ , sehingga reaksi

9
yang terjadi adalah oksidasi dan Zn bertidak sebagai anoda, sebaliknya ENH
sebagai katoda. Potensial sel yang dihasilkan adalah 0,76 Volt
Katoda: 2H+ + 2 e H2
Anoda : Zn Zn2+ + 2 e
E0sel = E0k - E0a (kedua elektroda katoda dan anoda dalam bentuk reaksi
reduksi)
0,76 = 0,00 - E0a
E0a = - 0,76 V
Jadi Zn2+ /Zn = - 0,76 V
Sebaliknya jika logam Cu dicelupkan ke dalam larutan Cu2+, maka kecenderungan
Cu2+ eaksi menjadi Cu lebih besar daripada Cu2+ menjadi Cu, sehingga logam Cu
sebagai katoda dan ENH sebagai anoda. Potensial sel yang dihasilkan adalah
0,337 Volt
K: Cu2+ + 2 e  C u
A: H2  2H+ + 2 e
Eo sel = Eo kat – Eo anoda
0,337 = Eo kat - 0
Eo kat = 0,337 Volt
Jadi Cu2+ /Cu = 0,337 Volt

2.5 Persamaan Nerst

aA + bB cC + dD

[C]c [D]d aCc . aDd


K= (1) = (2)
[A]a [B]b aAa . aBb

K dalam konsentrasi,  dalam aktifitas


Secara termodinamika dapat ditunjukkan perubahan energi bebas (∆G) dari
suatu reaksi sel yaitu,

10
∆G = R T lnQ-R T 1nK (3)
selain dari itu dapat pula diketahui kelayakan suatu reaksi kimia ditinjau dari
besarnya energi bebas, dengan kriteria:
∆G < 0, reaksi kimia berlangsung spontan
∆G = 0, reaksi kimia berada dalam kondisi setimbang
∆G > 0, reaksi kimi tidak dapat berlangsung spontan
Sedangkan hubungan antara ∆G dengan potensial (E) adalah:
∆G = - nFE s e l (4)
dan ∆G pada keadaan standar adalah:
∆G o = n F E° (5)
Hubungan ∆G dengan ∆G° dirumuskan sebagai berikut:
∆G = ∆G ° + R T l n K
Pada keadaan setimbang ∆G = 0 sehingga,
∆G °= - R T InK (6)
Substitusi persamaan (6) ke persamaan (5) diperoleh
-RTInK= -nFE°

RT
Eo = ln K
nF (7)
Persamaan di atas disebut potensial standar yang merupakan suatu tetapan,
dimana F adalah Faraday yang besamya sama dengan 96487 Coulomb per
ekivalen, n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi redoks, T adalah
suhu dalam Kelvin dan R adalah tetapan gas yang besarnya sama dengan
8,316 J mol-1 K-1. Substitusi persamaan (5) dan (7) ke persamaan (6) diperoleh,
RT RT
Esel =− lnQ+ ln K
nF nF
2 2
RT ( aCl− ) ( a H+ ) RT
Esel =− ln + ln K
nF PH nF
2 (8)
Substitusi persaman (9.7) ke persamaan (9.8) diperoleh,

11
2 2
o
sel RT (a Cl− ) ( a H+ )
Esel =E − ln
nF PH 2
(9)
Perlu dicatat bahwa potensial standar sama dengan potensial sel bila konsentrasi
reaktan, produk dan tekanan sama dengan satu. Persamaan (9) sering disebut
dengan persamaan Nernst. Persamaan (9) dapat ditulis dalam konsentrasi
karena aktivitas identik dengan konsentrasi sehingga,
+ −2 2
o
sel RT ( H ) ( Cl )
Esel =E − ln
nF PH2

Pada suhu 25°C (278 K) dengan memasukkan harga-harga tetapan di atas dan
merubah ln ke log diperoleh persamaan,
2 2
o
sel 0 , 0592 ( H + ) ( Cl− )
Esel =E − log
n PH 2
(10)
dimana 0,0592/n disebut dengan faktor Nernst. [H +] dan [Cl-] merupakan produk
dan H2 merupakan reaktan maka persamaan Nersnst (10) secara umum dapat
ditulis dengan,
o 0 , 0592 [ produk ]
Esel =E sel − log
n [reak tan ] (11)
Rumus di atas dapat digunakan untuk menghitung harga tetapan kesetimbangan
dari suatu reaksi redoks.

2.6 Aplikasi Elektrokimia Dalam Bidang Analisis Kimia


Elektrokimia memiliki banyak metode yang digunakan dalam bidang analisis
kimia.Namun, aplikasi / metode-metode tersebut sangat jarang kita dengarkan. Sesuai dengan
namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan padareaksi redoks, yakni
gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektrodayang sama/berbeda
dalam suatu sistim elektrokimia.
Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel
elektrokimiayang menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi spontan di dalamnya di sebut sel
galvani.Sedangkan sel elektrokimia di mana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya di sebut
selelektrolisis. Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua elektroda -umumnya

12
konduktorlogam- yang dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan
maupuncairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang
berperandalam metode ini adalah elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik.
Sesuai dengan reaksiyang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat
dibedakan menjadi : katoda,yakni elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung
dan anoda di mana reaksioksidasi (reaksi anodik) berlangsung.
a. Elektroanalisis
Kimia elektroanalisis merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan
pengukuransifat larutan analit ( sebagai bagian dari elektrokimia).System pengukuran terdiri dari:
a. Elektrolit yang mampu menghantarkan arus listrik 
b. Alat ukur ( rangkaian luar), untuk mengukur signal listrik 
c. Elektroda, koduktor yang berfungsi mengabungkan system alat ukur denganelektrolit.
Contoh metoda elektroanalisis adalah potensiometrik.Potensiometrik adalah satu cara
elektrokimia untuk analisa ion secara kuantitatif berdasarkanpengukuran potensial dari elektroda
yang peka terhadap ion yang bersangkutan. Potensiometridigunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu ion,pH larutan , dan titik akhir titrasi. Potensiometri digunakan sebagai salah
satu metodeuntuk mengukur konsentrasi suatu larutan,yang dijelaskan melalaui persamaan
Nerst.
Elemen yang digunakan dalam potensiometri adalah Elektroda
pembanding,elektrodaIndikator, jembatan garam dan larutan yang dianalisis.Elektroda
pembanding dibagi menjadi dua ,yaitu elektroda pembanding primer dan elektrodapembanding
skunder ( elektroda kalomel dan elektroda perak).Elektroda Indikator dibagi menjadi dua yaitu
elektroda logam dan elektroda membran. ElektrodaLogam terdiri dari tiga macam,antara lain
elektroda jenis pertama, kedua dan ketiga. Sedangkanelektroda membran dibagi menjadi
elektroda membran kaca,elektroda membran padat,elektrodamembran cair dan elektroda
membran gas.Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator
danelektroda pembanding yang sesuai. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada
indikatoryang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi .
b. Elektrosintesis
Teknik / metode elektrosintesisadalah suatu cara untuk mensintesis atau memproduksi
suatu bahan yang didasarkan pada teknik elektrokimia. Pada metode ini terjadi perubahan

13
unsur / senyawa kimia menjadi senyawa yangsesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan
metode ini oleh para peneliti dalam mensintesisbahan didasarkan oleh berbagai keuntungan yang
ditawarkan seperti peralatan yang diperlukansangat sederhana, yakni terdiri dari dua/tiga batang
elektroda yang dihubungkan dengan sumberarus listrik, potensial elektroda dan rapat arusnya
dapat diatur sehingga selektivitas dankecepatan reaksinya dapat ditempatkan pada batas-batas
yang diinginkan melalui pengaturanbesarnya potensial listrik serta tingkat polusi sangat rendah
dan mudah dikontrol.
Darikeuntungan yang ditawarkan menyebabkan teknik elektrosintesis lebih
menguntungkandibandingkan metode sintesis secara konvensional, yang sangat dipengaruhi
oleh tekanan, suhu,katalis dan konsentrasi. Selain itu proses elektrosintesis juga dimungkinkan
untuk dilakukanpada tekanan atmosfer dan pada suhu antara 100-9000C terutama untuk sintesis
senyawaorganik, sehingga memungkinkan penggunaan materi yang murah.
1) Prinsip Elektrosintesis
Prinsip dari metode elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori-teori
elektrokimiabiasa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Baik teknik elektrosintesis maupun
metodesintesis secara konvensional, mempunyai variabel-variabel yang sama seperti suhu,
pelarut, pH,konsentrasi reaktan, metode pencampuran dan waktu. Akan tetapi perbedaannya,
jika dielektrosintesis mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti
elektroda, jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis yang
digunakan,media elektrolisis dan derajat pengadukan.Pada dasarnya semua jenis sel elektrolisis
termasuk elektrosintesis selalu berlaku hukum Faraday yakni :
- Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis, sebanding dengan muatanlistrik
yang dilewatkan di dalam sel tersebut.
- Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan menyebabkan perubahan
suatusenyawa sebanyak 1,0 gram ekivalen (grek).
Sebelum melaksanakan elektrosintesis, sangatlah penting untuk memahami reaksi
yangterjadi pada elektroda. Di dalam sel elektrolisis akan terjadi perubahan kimia pada daerah
sekitarelektroda, karena adanya aliran listrik. Jika tidak terjadi reaksi kimia, maka elektroda
hanya akanterpolarisasi, akibat potensial listrik yang diberikan.
Reaksi kimia hanya akan terjadi apabila ada perpindahan elektron dari larutan menuju
keelektroda (proses oksidasi), sedangkan pada katoda akan terjadi aliran elektron dari

14
katodamenuju ke larutan (proses reduksi). Proses perpindahan elektron dibedakan atas
perpindahanelektron primer,artinya materi pokok bereaksi secara langsung pada permukaan
elektroda,sedangkan pada perpindahan elektron secara sekunder, elektron akan bereaksi dengan
elektrolitpenunjang, sehingga akan dihasilkan suatu reaktan antara (intermediate reactan), yang
akanbereaksi lebih lanjut dengan materi pokok di dalam larutan. Reaktan antara ini dapat
dihasilkansecara internal maupun eksternal.
Perpindahan elektron secara primer :
O + ne → P 
 Perpindahan elektron secara sekunder :
 X + ne → I, O + I → P 
2) Aplikasi Metode Elektrosintesis
Metode elektrosintesis telah banyak dimanfaatkan oleh para peneliti dalam
mensintesissenyawa organik (elektrosintesis organik) dan elektrosintesis bahan konduktor
organik serta yangtak kalah bergengsinya dan sedang dikembangkan saat ini adalah
pemanfaatan polutan menjadisenyawa yang bermanfaat melalui metode elektrosintesis.
Aplikasi di luar yang penulis ketahuisebagaimana tersebut di atas mungkin telah sangat
jauh berkembang karena memang sifat ilmupengetahuan yang dinamis dan selalu berkembang
seiring waktu.
Untuk sintesis bahan organik, didasarkan pada reaksi penggabungan, substitusi,
siklisasidan reaksi eliminasi yang diikuti pengaturan kembali secara elektrokimia. Ini berbeda
denganmetode secara konvensional yang memakai dasar reduksi aldehid, oksidasi alkohol,
reduksisenyawa nitro dan oksidasi senyawa sulfur. Kesulitan yang timbul selama elektrosintesis
organik yakni apabila zat antara yang diinginkan memiliki kestabilan yang rendah, cara
mengatasinyaadalah dengan menyediakan zat perangkap (trapping agent) di dalam larutan
dengan syarat zatperangkap ini tidak bereaksi dengan zat elektroaktif dan tidak mengalami
elektrolisis.
Beberapa contoh dari elektrosintesis organik adalah pembuatan chiral drug untuk
industrifarmasi, sintesis p-aminofenol melalui reduksi nitrobenzena secara elektrolisis,
pembuatan soda(NaOH) dan asam sulfat (H2SO4) dari Na2SO4melalui proses splitting
electrochemis, reduksisenyawa Triphenylbiomoethylene menjadi Triphenilethylene dan
Triphenylethan serta ratusansenyawa organik lainnya yang telah berhasil dibuat untuk keperluan

15
bahan baku obat. Untuk skala perusahaan/pabrik telah dilakukan oleh Perusahan Monsanto
(Kanada) denganmemproduksi adiponitril (bahan dasar nylon 6,6) dan produksi fluorokarbon
oleh PerusahaanPhilips (Belanda).
c. Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan proses yang dilewati oleh arus listrik pada air. Hal tersebut
telahdibuktikan betapa efisiennya proses tersebut untuk menghilangkan kontaminan di dalam air.
Elektrokoagulasi mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penghilangan kontaminan dan
biayaoperasi yang rendah. Proses ini berdasarkan pada prinsip ilmu dimana adanya respon air
yangmengandung kontaminan terhadap medan listrik melalui reaksi reduksi dan oksidasi dan
dapatmenghilangkan beberapa kation berat 99% serta dapat mengurangi mikroorganisme dalam
air.Beberapa ion-ion lainnya dan koloid-koloid dapat dihilangkan.
Elektrokoagulasi (EC) merupakan bukan teknologi terbaru. Pengolahan limbah
cairdengan menggunakan EC telah dipraktekan sejak abad ke-20 (100 tahun yang lalu)
dengankeberhasilan proses yang terbatas. Dengan menggunakan listrik untuk mengolah air
merupakanhal pertama yang dilakukan di Inggris pada tahun 1889 dan aplikasi dari elektrolisis
pada mineralbeneficiation telah dipatenkan oleh Elmore padatahun 1904. Prinsip proses EC
telah digunakanuntuk mengolah air ”bilge” dari kapal-kapal dan dipatenkan pertama kali oleh A.
E. Dietrichpada tahun 1906.
Mekanisme Proses elektrokoagulasisebuah reaktor elektrokoagulasi adalah sel
elektrokimia dimana anoda korban ( biasanyamenggunakan aluminium atau besi) digunakan
sebagai agen akoagula.
Secara simultan, gas-gaselektrolit dihasilkan ( hidrogen pada katoda).Beberapa material
elektroda dapat dibuat dari aluminium, besi, stainless steel dan platina.Aluminium merupakan
material anoda yang sering digunakan. Persamaan (1) menjelaskanpelarutan anode aluminium :
  Al3++ 3e-↔ Al ……. (1)
Secara simultan, reaksi katodik biasanya terjadi perubahan hidrogen. Reaksi ini terjadi
padakatoda dan tergantung pada pH Pada pH netral atau alkali, hidrogen diproduksi
melaluipersamaan (2) :
2H2O+ 2e-→OH-+H2……..(2)
 ketika dalam kondisi asam, persamaan (3) dapat menjelaskan dengan baik perubahan
hidrogenpada katoda.2H++2e-→H2……... (3)

16
d. Elektrodialisis
Elektrodialisis adalah gabungan antara elektrokimia dan penukaran ion.Elektrodialisis
yang disingkat ED merupakan proses pemisahan elektrokimia denganion-ion berpisah melintas
membran selektif anion dan kation dari larutan encerkelarutan membran lebih pekat akibat aliran
arus searah atau DC.sedangkan ED-Balikan atau ED-Reversal atau (EDR) adalah proses ED
namunkutub/polaritas elektroda-elektrodanya dibalik dengan daur waktu tertentu,
sehinggamembalik pula arah gerak ion dalam jajaran membrannya.
Sistem ini digunakan untukmengubah air payau menjadi air minum atau untuk
memekatkan buangan atau limbahagar dapat dipakai ulang atau juga sebagai pralakuan atas
umpan air padatan totalterlarut (PTT) tinggi sebelum masuk kesistem penukaran ion.
e. Elektrowining
Elektrowinning adalah proses elektrokimia yaitu proses pengendapan logam pada
kutubkatoda menggunakan arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit ( hasil dari
pelarutan ),hasil yang diperoleh pada kutub katoda adalah lumpur logam emas dan perak yang
disebutcakeyang dapat langsung dilebur (smelting).
Electrowinning adalah cara terbaru dan paling efesien digunakan dalam ekstraksi emas
danperak yang terdapat di air kaya / PLS ( Pregnant Liquid Solution ) dengan prinsip elektrolisa
(reaksi redoks ) dalam sebuah kompartemen. Proses ini melibatkan penggunaan larutan
alkalisianida sebagai elektrolit dalam suatu sel sebagai anoda dan katoda antara lain
dapatmenggunakan. Reaksi sel yang terjadi adalah anoda :
2OH-→ O2+ H2O + 2e-
 Kotoda : 2Au(CN)2- + 2e-→ 2Au + 4CN-
 Overall : 2Au(CN)2- + 2OH-→ 2Au + O2+ H2O + 4CN-
 Pada proses electrowinning akan melepaskan gas H+membuat pH menjadi turun
sehinggaberisiko mengasilkan gas HCN. Gas ini sangat berbahaya dan bersifat korosif terhadap
anoda,untuk itu larutan alkali sianida harus dijaga pada pH 12,5.Parameter suatu
proseselectrowinningdapat dikatakan selesai apabila telah sesuaidengan waktu yang dibutuhkan
untuk mengendapnya logam berharga yang diinginkan dikatoda dengan kadar yang tinggi.
Untuk mengetahui berapa lama suatu proseselectrowinningberlangsung hingga
mencapai kadar endapan logam berharga yangdiinginkan, maka dapat dihitung berdasarkan
Hukum Faraday:

17
dimana W = W total – W katoda
Ar .i .t
W=
ZF
W .Z. F
Sehingga t =
Ar . i

 Keterangan:
W = berat endapan (gram)
Ar = berat atom logam (gram)
I = arus yang digunakan (ampere)
t = waktu yang digunakan untuk pengendapan logam berharga di katoda
Z = muatan ion
F = konstanta faraday, 96.500
f. Elektrofining
Proses elektrolitik yang dilakukan untuk pemurnian logam yang biasanya
telahmengalami pemurnian dengan cara lain, dengan harapan mencapai kemurnian setinggi-
tingginya.Biasanya, terdapat 2 metoda yang digunakan :
1. Bullion Kadar Ag Tinggi Proses electrorefining adalah proses pertama, dengan
prinsipyang sama dengan electrowinning. Tetapi anoda untuk ini adalah Bullion, dan
AgNO3adalah larutan. Perak pada katoda dan emas pada anoda, lalu peleburan dilakukan untuk 

18
mendapatkan batangan emas dan perak. Kita harus melakukan elektrolisis
untuk mendapatkan kadar 99,99%, dan larutan pada elektrolisis emas adalah Au(Cl)2-.
 2. Bullion Kadar Au Tinggi Bullion dilebur langsung dengan aliran gas Cl2, gas
klorinakan mengambil Au dan kita akan mendapatkan batangan Au dan Ag. Kita juga
harusmelakukan elektrolisis untuk mendapatkan kadar 99,99%, dan larutan pada
elektrolisisemas adalah Au(Cl)2-
g. Elektroplating
Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia (elektrokimia) yang
membahastentang energi atau arus listrik yang menyebabkan suatu reaksi atau perubahan kimia
sertaenergy listrik yang di hasilkan melalui suatu reaksi kimia, hasil reaksi – reaksi pada suhu
yangamat tinggi melalui perubahan energi listrik menjadi panas.
Dalam elektroplating proses yang terjadi adalah melalui elektroforesis yaitu
gerakanpartikel koloid dalam medan listrik dengan menghasilkan dua elektrode (suatu
penghantar yangdapat berbentuk batangan, kepingan, atau kawat yang digunakan untuk
memancarkan ataumengendalikan aliran partikel-partikel yang bermuatan, baik dalam suatu
cairan, gas, atau semikonduktor). Yang dialiri arus kearah, koloid bermuatan negatif bergerak
kearah anode,sedangkan koloid bermuatan positif ke katode. Proses ini digunakan untuk
memisahkan ataupenguraian campuran. Setelah koloid itu terpisah atau melapisi anode tersebut
sehinggaterbentuk lapisan tipis yang biasanya disebut plate.
Proses elektroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu
material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengannikel adalah
bertambahnya dayatahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas
konduktifitasnya. Adapundalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan
dari suatu material sesudahmengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Elektrometri merupakan metode analisis baik kualitatif maupun kuantitatif yang
didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu cuplikan di dalam sel elektrokimia.
2. Sel Galvani merupakan sel elektrokimia yang mampu merubah reaksi kimia menjadi
energi listrik (energy producer).
3. Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang mampu merubah energi listrik
menjadi suatu zat (substance producer).
4. Potensial elektroda yaitu Beda potensial yang timbul antara logam dengan larutan ion
logamnya. Untuk mengukur harga potensial elektroda dibutuhkan elektroda
pembanding  I kali elektroda hidrogen
5. potensial standar sama dengan potensial sel bila konsentrasi reaktan, produk dan
tekanan sama dengan satu. Persamaan sering disebut dengan persamaan Nernst
6. Elektrokimia memiliki banyak metode yang digunakan dalam bidang analisis kimia.

3.2 Saran
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami
mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan atau ada kalimat-kalimat dalam
makalah yang kurang berkenan, sehingga kedepannya dapat dibenahi menjadi
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Purnawan, C.(2014). Analisis Elektrokimia. Surakarta: Kimia FMIPA UNS.


Underwood.(1996).Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

21

Anda mungkin juga menyukai