Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH BIOMEDIK II (A3)

“TERMOKIMIA, KINETIKA, KIMIA INTI, DAN RADIOKIMIA”

OLEH
KELOMPOK 2

HAQQI ISMAH LATIFAH 1711211012


NADIA 1711211019
APRILIANISA PUTRI 1711211028
SHINDY SINTIA SORAYA 1711211020
SUCI YULIA SAPUTRI 1711211031
RENI NOVITA 1711211005
ALIF LAILA 1711211024

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Termokimia, Kinetika, Kimia Inti, dan Radiokimia”

Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan


Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk melaksanakan tugas makalah mata
kuliah Biomedik II. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah
Biomedik II yang telah memberikan materi dalam pembelajaran sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar penyusun dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi tim penyusun.

Padang, 3 Maret 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7

2.1 Sifat-Sifat Gas Ideal..................................................................................7

2.2 Hukum-Hukum Gas Ideal.........................................................................7

2.3 Persamaan Gas Ideal.................................................................................8

2.4 Stoikiometri Gas......................................................................................11

2.5 Macam-Macam Energi............................................................................11

2.6 Perubahan Energi dalam Reaksi Kimia...................................................17

2.7 Hukum Termodinamika..........................................................................21

2.8 Hukum Laju Reaksi.................................................................................22

2.9 Energi Aktivasi........................................................................................25

2.10 Katalis......................................................................................................30

2.11 Konstanta Keseimbangan Kimia.............................................................33

2.12 Hubungan Keseimbangan Kimia dan Laju Reaksi..................................34

2.13 Kimia Inti................................................................................................35

2.14 Radiokimia..............................................................................................39

BAB III PENUTUP..............................................................................................41

2
3.1 Kesimpulan..............................................................................................41

3.2 Saran........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas
dan energi kimia. Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran
dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan,
dan pembentukan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang
dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan
dasar untuk pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Termokimia
merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia
yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Salah satu terapan ilmu termokimia dalam kehidupan sehari-hari ialah
reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang
dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran
dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik.
Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang
menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita
membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas
untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar
berfungsi. Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diambil atau
dikeluarkan.
Kinetika kimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
bagaimana suatu reaksi berlangsung, berkaitan tentang laju reaksi. Suatu reaksi
kimia dapat berlangsung karena molekul-molekul akan saling bertabrakan dan
molekul-molekul tersebut harus mempunyai kelebihan energi yang disebut energi
aktivasi. Laju reaksi didefinisikan bertambahnya konsentrasi pereaksi tiap satuan
waktu atau berkurangnya konsentrasi hasil reaksi tiap satuan waktu.

4
Atom adalah struktur terkecil suatu unit, oleh karena itu semua yang ada di
alam semesta ini terdiri dari atom-atom penyusunnya. Termasuk unsur-unsur yang
tersedia di alam yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
kimia inti adalah ilmu yang mempeloajari tentang Perubahan-perubahan dalam
inti atom. Sesungguhnya atom adalah unit dasar pembangun kehidupan sehingga
sangat erat hubungannya dengan kegiatan sehari-hari. Seperti dalam bidang
kesehatan, pertanian, industry, peternakan, biologi, dan sebagainya.
Tanpa kita ketahui banyak sekali radiasi yang berada di sekitar kita.
Disadari ataupun tanpa disadari ternyata di sekitar kita baik di rumah, di kantor, di
pasar, di lapangan, maupun di tempat-tempat umum lainnya ternyata banyak
sekali radiasi. Yang perlu diketahui selanjutnya adalah sejauh mana radiasi
tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sifat-sifat dari gas ideal ?
2. Apa saja hukum-hukum gas ideal ?
3. Bagaimana persamaan gas ideal ?
4. Apa yang dimaksud dengan stiokiometri gas ?
5. Apa saja macam-macam energy ?
6. Bagaimana perubahan energi dalam reaksi kimia ?
7. Bagiaman hukum termodinamika ?
8. Bagaimana hukum laju reaksi ?
9. Apa yang dimaksud dengan energy aktivasi ?
10. Apa yang dimaksud dengan katalis ?
11. Apa yang dimaksud dengan konstanta keseimbangan kimia ?
12. Bagaimana hubungan keseimbangan antara kimia dan laju reaksi ?
13. Apa yang dimaksud dengan kimia inti ?
14. Apa yang dimaksud dengan radiokimia ?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sifat-sifat gas ideal
2. Untuk mengetahui hukum-hukum gas ideal
3. Untuk mengetahui persamaan gas ideal
4. Untuk mengetahui pengertian dari stiokiometri kimia
5. Untuk mengetahui macam-macam energy
6. Untuk mengetahui perubahan energy dalam reaksi kimia
7. Untuk mengetahui hukum termodinamika
8. Untuk mengetahui hukum laju reaksi
9. Untuk mengetahui pengertian dari energy aktivasi
10. Untuk mengetahui pengertian dari katalis
11. Untuk mengetahui konstanta keseimbangan kimia
12. Untuk mengetahui keseimbangan kimia dan laju reaksi
13. Untuk mengetahui pengertian dari kimia inti
14. Untuk mengetahui pengertian dari radiokimia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat-Sifat Gas Ideal


a. Gas terdiri atas partikel-partikel padat kecil yg bergerak dengan
kecepatan tetap dan dengan arah sembarang.
b. Masing-masing partikel bergerak dalam garis lurus, gerakan partikel
hanya dipengaruhi oleh tumbukan antara masing-masing partikel atau
antara partikel dan dinding. Gaya tarik-menarik antarpartikel sangat
kecil sekali dan dianggap tidak ada (diabaikan).
c. Tumbukan antara masing-masing partikel atau antara partikel dengan
dinding adalah tumbukan lenting sempurna.
d. Waktu terjadinya tumbukan antarpartikel atau antara partikel dengan
dinding sangat singkat dan bisa diabaikan.
e. Ukuran volume partikel sangat kecil dibandingkan ukuran volume
ruang tempat partikel tersebut bergerak. Berlaku hukum Newton
tentang gerak.
2.2 Hukum-Hukum Gas Ideal
a. Hukum Boyle
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Robert Boyle
menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka
ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian
juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin
bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan
volume gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

7
b. Hukum Charles
Seratus tahun setelah Boyle menemukan hubungan antara volume dan
tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles
(1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan
hasil percobaannya, Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar
selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun ikt2an
bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut2an
berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :

c. Hukum Gay-Lussac
Setelah Boyle dan Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika,
Joseph Gay-Lussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang
dilakukannya, Jose menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu
konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an
bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak
gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan
julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

2.3 Persamaan Gas Ideal


Pernah melihat atau mendengar alat masak Preswere Cooler (Presto)? Alat
tersebut digunakan untuk memasak dengan memanfaatkan tekanan gas.
Tekanan gas dapat diatur dengan mengatur suhu dan volumenya. Dari penjelasan
ini dapat diketahui bahwa gas memiliki besaran-besaran diantaranya adalah

8
tekanan P, volume V dan suhu T. Hubungan ketiga besaran inilah yang
dipelajari dalam bagian ini.
a. Hukum Boyle – Guy Lussac
Keadaan tekanan, volume dan suhu gas dimulai penjelasannya oleh Boyle.
Boyle mengalami keadaan gas yang suhunya tetap. Pada saat gas ditekan
ternyata volumenya mengecil dan saat volumenya diperbesar tekanannya kecil.
Keadaan di atas menjelaskan bahwa pada suhu yang tetap tekanan gas berbanding
terbalik dengan volumenya.

Persamaan di atas yang kemudian dikenal sebagai hukum Boyle.


Keadaan berikutnya dijelaskan oleh Guy Lussac. Menurut Guy Lussac,
pada gas yang tekanannya tetap maka volumenya akan sebanding dengan
suhunya. Jika ada gas dalam ruang tertutup dengan P = tetap dipanaskan maka
volumenya akan berubah.
Persamaan yang dapat menggambarkan keadaan perubahan P, V dan T
(tidak ada yang tetap). Persamaan gabungan itulah yang dinamakan hukum Boyle-
Guy Lussac. Persamaannya dapat kalian lihat di bawah.

b. Persamaan umum gas


Kalian tentu sering melihat balon yang ditiup. Meniup balon berarti
menambah jumlah partikel. Pada saat itu volume benda akan bertambah.
Berarti jumlah partikel sebanding dengan volumenya.
Contoh kedua adalah saat memompa ban dalam roda sepeda atau mobil.
Saat dipompa berarti jumlah partikelnya bertambah. Pertambahan itu dapat
memperbesar tekanan sedangkan volume dan suhu tetap. Dari penjelasan itu

terlihat bahwa  sebanding dengan jumlah partikelnya. Pembandingnya


dinamakan konstanta Stefan-Boltzmann, dan disimbolkan k.

9
Dengan :
P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
V = volume gas (m3)
T = suhu gas (K)
N = jumlah partikel
k = 1,38 . 10-23 J/K
c. Azas Ekuipartisi
Setiap gas mengandung partikel-partikel yang selalu bergerak. Mengapa
selalu bergerak? Partikel-partikel itu dapat bergerak karena memiliki energi.
Energinya dinamakan energi kinetik.
“Jika pada gas berlaku hukum Newton maka semua derajat kebebasan
gerak partikel akan menyumbang energi kinetik sebesar 1/2 kT.”

Dengan :
=energi kinetik rata-rata partikel (joule)
T = suhu gas (K)
f = derajat kebebasan
k = ketetapan Baltzum.
Aturan di atas itulah yang dikenal sebagai Azas ekuipartisi atau azas bagi rata.
a) Energi gaya monoatomik
Partikel-partikel gas monoatomik memiliki tiga derajat kebebasan.  Berarti
energi kinetik rata-rata partikelnya memenuhi persamaan berikut.

Dalam sejumlah gas dapat mengandung banyak partikel (N partikel).


Setiap partikel tersebut memiliki energi, jumlah semua energi kinetik partikel-
partikel itu dinamakan energi dalam gas dan disimbulkan U sesuai persamaan
berikut.

b) Kecepatan efektif

10
Adalah nilai rata-rata kecepatan partikel kuadrat. Jika diakarkan akan
mendapatkan nilai yang dinamakan road mean square velsiti (vrms). Nilai akar
rata-rata kuadrat dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai nilai efektif. Jadi

Dengan :
vef = kecepatan efektif partikel
T = suhu gas (K)
m = massa partikel (kg)
k = 1,38 . 10-23 J/K

2.4 Stoikiometri Gas

Jenis stoikiometri gas ialah berkaitan dengan suatu reaksi yang melibatkan
gas, yang mana gas berada pada suatu suhu, tekanan dan juga volume yang
dikenal dan juga dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, perbandingan volume
idealnya tersebut sama dengan hukum gas ideal, Namun rasio massa reaksi
tunggal tersebut harus dihitung dari massa molekul reaktan serta juga produk,yang
mana massa molekul ialah massa 1(satu) molekul zat.

Gas ideal ialah suatu gas teoretis yang terdiri dari 1(satu) set partikel yang
bergerak acak, tanpa-berinteraksi yang mematuhi suatu hukum gas ideal. Hukum
gas ideal ialah suatu persamaan keadaan gas ideal. Persamaan hukum gas ideal
ialah sebagai berikut :

“PV = nRT, yang mana P ialah tekanan, V ialah volume dan juga T


ialah temperatur absolut, n ialah mol gas dan juga R ialah konstanta gas
universal”.

11
2.5 Macam-Macam Energi
Pengertian energi berdasarkan ilmu fisika adalah kemampuan untuk
melakukan usaha. Kemampuan ini diukur dengan variabel waktu dan besarnya
usaha yang dilakukan. Tidak ada pengertian energi selain ini yang sangat
menggambarkan apa itu energi.

Dalam sistem SI, Energi memiliki satuan Joule. Satuan lain dari energi
seperti KWh, Erg dan kalori digunakan dalam bidang tertentu untuk
memudahkan. Konversi satuan energi dapat dilakukan melalui ketetapan bahwa 1
kalori=4.2 Joule dan 1 joule=1 watt sekon.

Macam Macam Energi


Setelah membahas tentang pengertian energi, kali ini akan diterangkan
tentan berbagai macam bentuk energi yang telah diketahui oleh manusia. Perlu
anda ketahui bahwa energi tidak mampu dimusnahkan (tidak akan hilang) akan
tetapi berubah bentuk. Hal ini merupakan hukum kekekalan energi.

1. Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang paling dibutuhkan oleh makhluk hidup
dikarenakan pada bentuk kimiawi, energi mampu disimpan lebih lama. Energi
kimia tersimpan dalam bahan bahan makanan. Dalam metabolisme sel, ATP
adalah salah satu bentuk energi kimia yang paling berguna dan penting untuk
manusia. Energi kimia juga tersimpan dalam bahan bakar yang sering kita
gunakan seperti bensin, dan minyak tanah. Energi ini muncul karena terjadi
proses pemecahan ikatan kimia dalam susunannya sehingga menghasilkan energi.
Melalui penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa energi kimia
merupakan energi yang paling utama di dunia ini.

12
2. Energi Panas
Energi panas adalah bentuk energi yang berubah menjadi kalor. Energi panas
dapat muncul karena terjadi perubahan bentuk energi seperti pada reaksi energi
kimiawi pada matahari yang mengakibatkan munculnya api serta panas yang
berpindah secara radiasi.

3. Energi Bunyi
Energi ini merupakan salah satu bentuk perubahan energi. Bunyi mampu
dihasilkan oleh tabrakan, tumbukan, serta banyak peristiwa lainnya asalkan ada
penghantar seperti udara ataupun benda lainnya. Satuan bunyi adalah desibell

4. Energi Listrik
Energi listrik merupakan energi yang saat ini paling banyak digunakan dan
dianggap penting oleh penduduk dunia. Energi ini muncul karena adanya
perbedaan muatan antara dua buah titik penghantar. Energi listrik dihasilkan oleh

13
pembangkit tenaga listrik. Energi ini mampu diperoleh dari perubahan berbagai
sumber energi seperti air, angin, panas, cahaya, dan bahan bakar fosil (kimiawi).
Energi tersebut dikonversikan menjadi energi listrik melalui terputarnya turbin
yang merupakan dinamo yang mampu menghasilkan medan listrik. Untuk
cahaya, energi listrik diperoleh berdasarkan reaksi fotovoltaik pada
permukaannya sehingga menyebabkan perbedaan muatan dan menghasilkan
listrik. Energi ini sekarang sering sekali dikonversikan menjadi bentuk energi lain
seperti panas, gerak, cahaya, dan lain lain.

5. Energi Gerak
Ini merupakan salah satu bentuk energi dasar. Energi gerak sesuai namanya
muncul pada benda atau zat yang bergerak. Saat suatu benda atau zat bergerak,
gerakan yang ada adalah energi. Hal ini searah dengan perubahan energi air
(gerakan air di sungai) untuk memutar turbin untuk menghasilkan listrik. 

Pembangkit Listrik Menggunakan turbin

6. Energi Nuklir
Energi ini adalah energi yang berada dalam setiap materi atau zat yang
tentunya tersusun atas atom atom dan material penyusun atom seperti elektron,
neutron dan proton. Energi nuklir sebenarnya juga merupakan energi kimia akan

14
tetapi lebih bersifat spesifik dan membutuhkan usaha yang lebih dalam
menggunakannya. Energi nuklir ini dapat diperoleh melalui proses yang cukup
rumit dan untuk sekarang ini hanya mampu diambil dari materi yang bersifat
radioaktif serta tidak stabil dengan inti yang berat seperti Uranium dan
Plutonium. Untuk atom atom lain masih terbilang cukup sulit. 
Energi nuklir ini sesuai dengan rumus E=mc2. Sehingga energi yang sangat besar
dapat dihasilkan dalam jumlah massa yang sedikit saja. Contoh reaksi nuklir yang
ada adalah matahari yang terus menerus berpijar, kemudian pembangkit listrik
tenaga nuklir (reaktor nuklir) serta Bom Atom.

7. Energi cahaya

Matahari merupakan salah satu sumber energi cahaya. Energi cahaya dapat
diperoleh dari benda-benda yang dapat memancarkan cahaya, misalnya api dan
lampu. Energi cahaya biasanya disertai bentuk energi lain seperti energi kalor
(panas). Bahkan dengan menggunakan sel surya, energi yang dipancarkan oleh
matahari dapat diubah menjadi energi listrik.
8. Energi pegas

Semua benda yang elastis atau lentur memiliki energi pegas. Contoh benda
elastic antara lain pegas, per, busur panah, trampolin, dan ketapel. Jika kamu

15
menekan, menggulung, atau meregangkan sebuah benda elastis, setelah kamu
melepaskan gaya yang kamu berikan maka benda tersebut akan kembali ke bentuk
semula. Ketika benda tersebut kamu beri gaya maka benda memiliki energi
potensial. Ketika gaya kamu lepaskan, energi potensial pada benda berubah
menjadi energi kinetik.
9. Energi mekanik

Mengapa kaki kita terasa sakit saat kejatuhan buah apel dari atas pohon? Hal
itu disebabkan buah apel yang berada di atas pohon memiliki energi. Buah apel
yang jatuh dari pohonnya memiliki energi mekanik. Pada saat buah apel masih
berada di pohon, energi mekaniknya sama dengan energi potensialnya. Ketika
buah apel tersebut jatuh sampai di tanah, energi mekaniknya sama dengan energi
kinetiknya. Besarnya energi mekanik merupakan penjumlahan antara besarnya
energi kinetik dengan energi potensial.
Energi mekanik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena sifat geraknya.
Energi mekanik terdiri dari energi potensial dan energi kinetik.
Secara matematis dapat dituliuskan :
Em = Ep + Ek dimana Em = Energi Mekanik

10. Energi potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisinya


(kedudukan) terhadap suatu acuan.
Sebagai contoh sebuah batu yang kita angkat pada ketinggian tertentu
memiliki energi potensial, jika batu kita lepas maka batu akan melakukan kerja
yaitu bergerak ke bawah atau jatuh. Jika massa batu lebih besar maka energi yang
dimiliki juga lebih besar, batu yang memiliki energi potensial ini karena gaya
gravitasi bumi, energi ini disebut energi potensial bumi.
Energi potensial bumi tergantung pada massa benda, gravitasi bumi dan
ketinggian benda. Sehingga dapat dirumuskan:
Ep = m.g.h

Dimana :

16
Ep = Energi potensial
m = massa benda
g = gaya gravitasi
h = tinggi benda
11. Energi kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Makin
besar kecepatan benda bergerak makin besar energi kinetiknya dan semakin besar
massa benda yang bergerak makin besar pula energi kinetik yang dimilikinya.
Secara matematis dapat dirumuskan:
Ek = 1/2 ( m.v2 )
dimana :
Ek = Energi kinetik
m = massa benda
v = kecepatan benda 

2.6 Perubahan Energi dalam Reaksi Kimia


Seringkali perubahan energi yang berlangsung selama reaksi kimia
memiliki sisi praktis yang sama seperti hubungan massa yang dibahas pada
Stoikiometri. Sebagai contoh, reaksi pembakaran, yang melibatkan bahan bakar
seperti gas alam dan minyak bumi dilakukan sehari-hari lebih untuk
memanfaatkan energi termal yang dihasilkannya daripada untuk memanfaatkan
jumlah produknya, yaitu air dan karbon dioksida.
    
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi. Umumnya dalam bentuk kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi
termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakan “aliran
kalor” dari benda panas ke benda dingin. Walaupun “kalor” itu sendiri
mengandung arti perpindahan energi, kita biasanya menyebut “kalor diserap” atau
“kalor dibebaskan” ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama

17
proses tersebut. Ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia disebut termokimia (termochemistry).

Untuk menganalisis perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia


kita pertama-tama harus mendefinisikan sistem (system); atau bagian tertentu dari
atom yang menjadi perhatian kita. Untuk kimiawan, sistem biasanya mencakup
zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sebagai contoh, dalam
suatu percobaan penetralan asam-basa, sistem dapat berupa gelas kimia yang
mengandung 50 mL HCl yang kedalamnya ditambahkan 50 mL larutan NaOH.
Sisa alam yang berada di luar sistem disebut lingkungan (surrounding).

Terdapat tiga jenis sistem. Sistem terbuka (open system) dapat


mempertukarkan massa dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan
lingkungannya. Sebagai contoh, sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah air
dalam wadah terbuka, seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.1a. Jika kita tutup
botol itu, seperti dalam gambar 6.1b, sedemikian rupa sehingga tidak ada uap air
yang dapat lepas dari atau mengembun ke wadah, maka kita menciptakan sistem
tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan energi (kalor) tetapi
bukan massanya. Dengan menempatkan air dalam wadah yang disekat seluruhnya,
maka kita membuat sistem terisolasi (isolated system), yang tidak memungkinkan
perpindahan massa maupun energi, seperti ditunjukan pada Gambar 6.1c.

18
Pembakaran gas hydrogen (H2) dalam oksigen adalah salah satu dari
banyak reaksi kimia yang sudah dikenal yang melepaskan sejumlah energi yang
cukup besar.

           Pada kasus ini kita menyebut campuran reaksi (hidrogen, oksigen, dan air)
sebagai sistem dan alam sisanya sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat
diciptakan atau tidak dapat dimusnahkan, setiap energi yang hilang dari sistem
harus diterima oleh lingkungannya. Jadi kalor yang dihasilkan oleh proses
pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungannya. Setiap proses yang
melepaskan kalor (yaitu, perpindahan energi termal ke lingkungan) disebut proses
eksotermik (exothermic process) (ekso- adalah awalan yang berarti “ke luar”).
Gambar 6.3a menunjukan perubahan energi pada pembakaran gas hidrogen.

19
         Sekarang perhatikan reaksi lain, penguraian merkuri(II) oksida (HgO) pada
suhu tinggi. Berikut reaksinya:
Energi + 2HgO(s) → 2Hg(l) + O2(g)
    
Ini merupakan contoh proses endotermik (endothermic process) (endo-
adalah awalan yang berarti “ke dalam”), dimana kalor harus disalurkan ke sistem
(yaitu, HgO) oleh lingkungan (Gambar 6.3b).
      
Dari Gambar 6.3 dapat dilihat bahwa dalam reaksi eksotermik energi total
produk lebih kecil daripada energi total reaktan. Perbedaan dalam energi tersebut
adalah kalor yang disalurkan oleh sistem ke lingkungan. Yang sebaliknya terjadi
pada reaksi endotermik. Disni, perbedaan antara energi produk dan reaktan sama
dengan kalor yang disalurkan ke sistem oleh lingkungan.

Pada hampir semua reaksi kimia selalu di sertai dengan perubahan energi atau
dengan kata lain reaksi kimia akan menghasilkan energi, Energi yang umum
dihasilkan adalah kalor. Terkait dengan energi, ada 2 jenis reaksi kimia, yaitu:
1. Perubahan Eksoterm
Adalah reaksi kimia yang menghasilkan panas. Hasil reaksi di sertai
dengan kenaikan suhu.
Contoh : reaksi pembakaran
2. Perubahan Endoterm
Adalah reaksi yang terjadi bila ada kalor yang diberikan. Bila terjadi suatu
reaksi endoterm temperatur dari campuran reaksi akan turun.
Contoh : Reaksi penguraian H2O

Thermokimia adalah cabang ilmu kimia yang membahas tentang perubahan


kalor yang menyertai reaksi kimia.
Persamaan Reaksi yang menyebutkan secara lengkap energi yang dihasilkan
maupun yang dilepas oleh suatu reaksi kimia disebut sebagai persamaan
termokimia.

20
Contoh:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) Δ Ho = -571,5 kJ
Catatan Tanda = - reaksi melepaskan energi (eksoterm)
= + reaksi menyerap energi (endoterm)

Satuan energi dalam ilmu Fisika adalah Joule


1 Joule = 1 Kg m2/s2,
Energi panas memiliki satuan kalori (kal), 1 kal didefinisikan sebagai
jumlah panas yang di perlukan unutk menaikkan temperature 1 gram air dengan
suhu asal 15o sebesar 1o
1 kal = 4,184 J
1 Kkal = 418 J = 4,184 KJ

2.7 Hukum Termodinamika

Pada termodinamika, terdapat 4 hukum yang berlaku secara universal.

- Hukum Termodinamika 0

Hukum termodinamika 0 menjelaskan kesetimbangan termal berlaku


universal, dengan kata lain apapun zat atau materi benda akan memiliki
kesetimbangan termal yang sama bila disatukan.

“Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain”

- Hukum Termodinamika 1

Hukum termodinamika 1 menunjukkan hukum kekekalan energi.

“Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa


diubah bentuknya saja”

21
Terdapat persamaan matematik yang menjelaskan hukum ini, yaitu:

Dimana adalah kalor/panas yang diterima/dilepas (J), adalah


energi/usaha (J), dan adalah perubahan energi (J). J adalah satuan
internasional untuk energi atau usaha, yaitu Joule. Dari persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa seluruh kalor yang diterima atau dilepas oleh benda akan
dijadikan usaha ditambahkan dengan perubahan energi.

- Hukum 2 Termodinamika

Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi alami dari alur kalor suatu


objek dengan sistem.

“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin;
kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa
dilakukan usaha”

- Hukum Termodinamika 3

“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”

2.8 Hukum Laju Reaksi

Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau


produk per satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik).
Sebagaimana yang kita ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan
menuju produk. Ini berarti, selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan
(dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah produk. Dengan
demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan
maupun peningkatan konsentrasi produk.

22
Secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana berikut :

A  ——->   B

laju reaksi  =  – ∆ [A] / ∆ t atau laju reaksi  =  + ∆ [B] / ∆ t

Tanda – (negatif) menunjukkan pengurangan konsentrasi reaktan

Tanda + (positif) menunjukkan peningkatan konsentrasi produk

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia
dengan koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan
koefisien reaksi masing-masing spesi. Sebagai contoh, dalam reaksi 2A ——-> B,
terlihat bahwa dua mol A dikonsumsi untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini
menandakan bahwa laju konsumsi spesi A adalah dua kali laju pembentukan spesi
B. Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

laju reaksi  =  – 1 ∆ [A] / 2.∆ t atau laju reaksi  =  + ∆ [B] / ∆ t

Secara umum, untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi di bawah ini,

aA + bB  ——->  cC + dD

laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :

laju reaksi  =  – 1 ∆ [A] / a.∆ t =  – 1 ∆ [B] / b.∆ t  =  + 1 ∆ [C] / c.∆ t  =  + 1 ∆ [D]


/ d.∆ t

Laju suatu reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi


reaktan yang digunakan dalam reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan yang
digunakan, laju reaksi akan meningkat. Di samping itu, laju reaksi juga
dipengaruhi oleh nilai konstanta laju reaksi (k). Konstanta laju reaksi (k) adalah
perbandingan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Nilai k akan
semakin besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi

23
reaktan dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data
eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi.

Hukum laju reaksi (The Rate Law) menunjukkan korelasi antara laju
reaksi (v) terhadap konstanta laju reaksi (k) dan konsentrasi reaktan yang
dipangkatkan dengan bilangan tertentu (orde reaksi). Hukum laju reaksi dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :

aA + bB  ——->  cC + dD

v  =  k [A]x [B]y

x dan y adalah bilangan perpangkatan (orde reaksi) yang hanya dapat ditentukan
melalui eksperimen. Nilai x maupun y tidak sama dengan koefisien reaksi a dan b.

Bilangan perpangkatan x dan y memperlihatkan pengaruh konsentrasi


reaktan A dan B terhadap laju reaksi. Orde total (orde keseluruhan) atau
tingkat reaksi adalah jumlah orde reaksi reaktan secara keseluruhan. Dalam hal
ini, orde total adalah x + y.

Untuk menentukan orde reaksi masing-masing reaktan, berikut ini


diberikan data hasil eksperimen reaksi antara F2 dan ClO2.

F2(g) +  2 ClO2(g) ——-> 2 FClO2(g)

No. [F2] (M) [ClO2] (M) laju reaksi (M/s)


1 0,10 0,010 1,2 x 10-3
2 0,10 0,040 4,8 x 10-3
3 0,20 0,010 2,4 x 10-3

Dengan mempelajari data nomor 1 dan 3, terlihat bahwa peningkatan


konsentrasi F2 sebesar dua kali saat konsentrasi ClO2 tetap menyebabkan
peningkatan laju reaksi sebesar dua kali. Ini menunjukkan bahwa peningkatan

24
konsentrasi F2 sebanding dengan peningkatan laju reaksi. Dengan demikian, orde
reaksi F2 adalah satu. Sementara, dari data nomor 1 dan 2, terlihat bahwa
peningkatan konsentrasi ClO2 sebesar empat kali saat konsentrasi F2 tetap
menyebabkan peningkatan laju reaksi sebesar empat kali pula. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ClO2 juga berbanding lurus
(sebanding) dengan peningkatan laju reaksi. Oleh karena itu, orde reaksi ClO2
adalah satu. Orde total reaksi tersebut adalah dua. Persamaan laju reaksi dapat
dinyatakan dalam bentuk berikut :

v  =  k [F2] [ClO2]

Konstanta laju reaksi (k) dapat diperoleh dengan mensubstitusikan salah


satu data percobaan ke dalam persamaan laju reaksi. Dalam hal ini, saya
menggunakan data nomor 1. Persamaan laju reaksi setelah disubstitusikan dengan
data eksperimen akan berubah menjadi sebagai berikut :

1,2 x 10-3 =  k (0,10) (0,010)

k = 1,2 / M.s

Hukum laju reaksi dapat digunakan untuk menghitung laju suatu reaksi
melalui data konstanta laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Hukum laju reaksi
juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi reaktan setiap saat selama
reaksi kimia berlangsung.

2.9 Energi Aktivasi


Energi minimum yang harus dimiliki molekul untuk dapat bereaksi disebut
energi pengaktifan (Ea). Berdasarkan teori kinetik gas, molekul-molekul gas
dalam satu wadah tidak mempunyai energi kinetik yang sama, tetapi bervariasi
seperti ditampilkan pada gambar 1. di bawah ini.

25
Gambar 1. Distribusi energi molekul-molekul gas.

Pada suhu yang lebih tinggi (T2), fraksi molekul yang mencapai energi
pengaktifan sebesar x2, distribusi energi melebar. Energi kinetik molekul rata-rata
meningkat dengan kenaikkan suhu sehingga lebih banyak molekul yang memiliki
energi lebih besar dari energi pengaktifan. Akibatnya, reaksi makin sering terjadi
dan laju reaksi juga semakin meningkat.

Laju reaksi kimia tergantung pada hasil kali frekuensi tumbukan dengan
fraksi molekul yang memiliki energi sama atau melebihi energi pengaktifan.
Karena fraksi molekul yang teraktifkan biasanya sangat kecil, maka laju reaksi
jauh lebih kecil daripada frekuensi tumbukannya sendiri. Semakin tinggi nilai
energi pengaktifan, semakin kecil fraksi molekul yang teraktifkan dan semakin
lambat reaksi berlangsung. Perhatikan contoh reaksi berikut.

A2(g) + B2(g) → 2AB(g)

Menurut pengertian teori tumbukan, selama tumbukan antara


molekul A2 dan B2 (dianggap) ikatan A–A dan B–B putus dan terbentuk ikatan A–
B. Pada gambar 2. ditunjukkan bahwa anggapan itu tidak selamanya berlaku
untuk setiap tumbukan.

26
Gambar 2. Tumbukan molekul dan reaksi kimia (a) Tumbukan yang tidak
memungkinkan terjadinya reaksi. (b) Tumbukan yang memungkinkan terjadinya
reaksi.

Molekul-molekul harus mempunyai orientasi tertentu agar tumbukan


efektif untuk menghasilkan reaksi kimia. Pada gambar 2. ditunjukkan bahwa
jumlah tumbukan yang orientasinya tidak memungkinkan terjadi reaksi umumnya
lebih banyak daripada jumlah tumbukan yang memungkinkan terjadinya reaksi.
Hal itu berarti peluang suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi
umumnya kecil.

1. Luas permukaan sentuhan


Makin luas permukaan sentuhan antara zat-zat pereaksi, makin banyak
molekul-molekul pereaksi yang bertumbukan. Dengan demikian, kemungkinan
terjadi reaksi semakin besar sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.

2. Sifat kimia pereaksi


Senyawa-senyawa ion lebih cepat bereaksi daripada senyawa-senyawa
kovalen. Pada setiap tumbukan yang terjadi antara ion positif dan ion negatif
selalu dihasilkan reaksi sebab tidak ada energi tumbukan yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan terlebih dahulu. Lain halnya dengan reaksi antara senyawa-
senyawa kovalen yang tidak setiap tumbukan dapat menghasilkan reaksi.

27
3. Konsentrasi
Dalam konsentrasi yang besar, jumlah partikel per satuan volume juga
besar. Kemungkinan terjadinya tumbukan antar partikel di dalamnya lebih besar
jika dibandingkan dengan yang terjadi pada konsentrasi yang rendah. Dengan
demikian makin besar konsentrasi zat yang bereaksi, makin banyak partikel yang
bereaksi per satuan waktu dan makin besar laju reaksinya.

Pada beberapa jenis reaksi, perbesaran konsentrasi pereaksi tidak selalu


mempercepat reaksi atau perbesaran konsentrasi tidak sebanding dengan
perbesaran laju reaksinya. Hal ini dijelaskan dengan teori tumbukan sebagai
berikut.

Agar pereaksi dapat bereaksi, terlebih dahulu harus terjadi tumbukan


antara partikel-partikel zat pereaksi tersebut. Pada reaksi sederhana, yaitu reaksi
yang berlangsung satu tahap, perubahan konsentrasi pereaksi sebanding dengan
perubahan kecepatan reaksinya. Misalnya, pada reaksi sederhana A + B → C jika
konsentrasi A dijadikan 2 kali dan konsentrasi B tetap, maka laju reaksi akan
menjadi 2 kali pula. Demikian pula, jika konsentrasi B dijadikan 2 kali dan
konsentrasi A tetap. Pada reaksi yang tidak sederhana, tumbukan antara partikel-
partikel pereaksi tidak langsung menghasilkan hasil akhir. Reaksi ini dapat terjadi
pada reaksi yang melibatkan satu jenis pereaksi atau lebih. Reaksi yang
melibatkan lebih dari dua partikel seperti dalam reaksi 2H2 + 2NO → N2 +
2H2O tidak mungkin terjadi karena tumbukan sekaligus antara 4 partikel pada satu
titik dan satu saat yang sama. Tumbukan hanya mungkin terjadi antara dua
partikel. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa reaksi yang tidak sederhana berjalan
tahap demi tahap yang pada setiap tahap hanya terjadi tumbukan antara dua
partikel. Pada contoh reaksi di atas, diperkirakan reaksi berjalan melalui tahap-
tahap sebagai berikut.

Tahap 1 : NO(g) + NO(g) ↔ N2O2(g) (cepat)


Tahap 2 : N2O2(g) + H2(g) → N2O(g) + H2O(l) (cepat)

28
Tahap 3 : N2O(g) + H2(g) → N2(g) + H2O(l) (lambat)
+
2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2 H2O(l) (reaksi stoikiometri)

Tiap-tiap tahap merupakan reaksi sederhana.

Rangkaian tahap-tahap yang menerangkan jalannya suatu reaksi dari awal


hingga akhir disebut mekanisme reaksi. Setiap tahap mempunyai laju reaksi yang
berbeda. Seringkali ditemukan bahwa di antara tahap-tahap reaksi dalam
mekanisme reaksi terdapat satu tahap dengan laju yang relatif rendah. Dalam hal
ini, laju reaksi secara keseluruhan ditentukan oleh tahap yang lambat atau dengan
kata lain tahap yang paling lambat dalam suatu mekanisme reaksi merupakan
tahap penentu laju reaksi.

Pada mekanisme reaksi tersebut, tahap ketiga merupakan tahap yang


menentukan laju reaksi keseluruhan.

r = k [N2O] [H2]

Oleh karena N2O tidak terdapat dalam reaksi stoikiometri, maka


konsentrasi N2O pada persamaan laju reaksi harus dieliminasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan reaksi tahap 1. Reaksi tahap 1 merupakan reaksi
yang berjalan dua arah dengan laju yang sama (reaksi kesetimbangan).

rke kanan = rke kiri


rke kanan = k" [NO]2
rke kiri = k" [N2O2]
k' [NO]2 = k" [N2O2]

Berdasarkan stoikiometri reaksi tahap 2, dapat dilihat bahwa [N 2O2] sama dengan
[N2O]

29
k’ [NO]2 = k” [N2O]
[N2O] = k’/ k” [NO]2

Jadi, r = k . k’/ k” [NO]2 [H2] atau jika k . k’/ k” = K, maka,

r = K [NO]2 [H2]

Reaksi merupakan orde ketiga dan ini sesuai dengan hasil eksperimen.

4. Suhu / Temperatur
Kenaikan suhu mempercepat reaksi karena dengan kenaikan suhu gerakan
partikel semakin cepat. Energi kinetik partikel-partikel semakin bertambah
sehingga makin banyak terjadi tumbukan yang efektif. Dengan demikian, makin
banyak partikel-partikel yang bereaksi.

5. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa
mengakibatkan perubahan kimia yang kekal bagi zat itu sendiri. Setelah reaksi
kimia berlangsung, katalis terdapat kembali dalam keadaan dan jumlah yang sama
dengan sebelum reaksi.

2.10 Katalis
Telah dijelaskan bahwa agar terjadi reaksi, partikel-partikel zat harus
memiliki energi minimum tertentu yang disebut energi pengaktifan. Dalam hal ini,
katalis berfungsi untuk menurunkan sejumlah energi pengaktifan agar reaksi dapat
berlangsung.

Berikut ini diberikan contoh pengaruh katalis terhadap energi pengaktifan


suatu reaksi.

a. Reaksi : 2N2O(g) → 2N2(g) + O2(g)

30
Reaksi ini membutuhkan energi pengaktifan sebesar 247 kJ jika tanpa
katalis. Akan tetapi, dengan memberikan logam platina (Pt) sebagai katalis, energi
pengaktifannya berkurang menjadi 138 kJ.

b. Reaksi : 2HI(g) → H2(g) + I2(g)

Reaksi ini membutuhkan energi pengaktifan sebesar 184 kJ jika tanpa


katalis. Akan tetapi, dengan memberikan logam emas (Au) sebagai katalis, energi
pengaktifannya berkurang menjadi 59 kJ.

Peranan katalis dalam menurunkan energi pengaktifan ditunjukkan pada gambar


3.

Gambar 3. Katalis menurunkan energi pengaktifan sehingga memperbesar laju


reaksi.

Jenis katalis
Katalis digolongkan sebagai katalis homogen dan heterogen. Katalis
homogen adalah katalis yang memiliki fase yang sama dengan pereaksi dan

31
bekerja melalui penggabungan dengan molekul atau ion pereaksi membentuk
keadaan ‘antara’. Keadaan antara ini bergabung dengan pereaksi lainnya
membentuk produk dan setelah produk dihasilkan, katalis melakukan regenerasi
sebagai zat semula.

Suatu katalis heterogen adalah katalis yang berbeda fase dengan pereaksi
dan produk. Katalis ini biasanya padatan dalam pereaksi gas atau cairan, dan
reaksi terjadi pada permukaan katalis heterogen. Untuk alasan ini, katalis biasanya
dipecah-pecah menjadi butiran halus.

Tabel 1. Hubungan faktor-faktor yang mempercepat laju reaksi dengan teori


tumbukan

Fakta Uraian Teori


Peningkatan konsentrasi pereaksi dapat Peningkatan konsentrasi berarti jumlah
mempercepat laju reaksi. partikel akan bertambah pada volume
tersebut dan menyebabkan tumbukan
antar partikel lebih sering terjadi.
Banyaknya tumbukan memungkinkan
tumbukan yang berhasil akan
bertambah sehingga laju reaksi
meningkat.
Peningkatan suhu dapat mempercepat Suhu suatu sistem adalah ukuran dari
laju reaksi. rata-rata energi kinetik dari partikel-
partikel pada sistem tersebut. Jika suhu
naik maka energi kinetik partikel-
partikel akan bertambah, sehingga
kemungkinan terjadi tumbukan yang
berhasil akan bertambah dan laju reaksi
meningkat.
Penambahan luas permukaan bidang Makin besar luas permukaan,

32
sentuh akan mempercepat laju reaksi. menyebabkan tumbukan makin banyak,
karena makin banyak bagian permukaan
yang bersentuhan sehingga laju reaksi
makin cepat.
Katalis dapat mempercepat reaksi. Katalis dapat menurunkan energi
aktivasi (Ea), sehingga dengan energi
yang sama jumlah tumbukan yang
berhasil lebih banyak sehingga laju
reaksi makin cepat.
Sumber: Lewis, Thinking Chemistry

Berdasarkan teori tumbukan, suatu tumbukan akan menghasilkan suatu reaksi jika
ada energi yang cukup. Selain energi, jumlah tumbukan juga berpengaruh. Laju
reaksi akan lebih cepat, jika tumbukan antara partikel yang berhasil lebih banyak
terjadi.

2.11 Konstanta Keseimbangan Kimia


Tetapan Kesetimbangan
Pada umumnya ketika suatu reaksi berlangsung, laju reaksi semakin
berkurang. Setelah waktu tertentu kemungkinan konsentrasi pereaksi tidak dapat
bersisa dan disebut reaksi berkesudahan/tidak dapat balik. Kemungkinan lain
pereaksi masih sisa dan disebut reaksi dapat balik atau reversible. Pada kondisi
tertentu konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi besarnya tetap, keadaan ini
dinamakan telah mencapai kesetimbangan. Permasalahannya adalah pada keadaan
setimbang tersebut apakah reaksi berhenti? Seberapa besar jumlah reaksi dan hasil
reaksi?

Persamaan Tetapan Kesetimbangan/ Hukum Kesetimbangan


Ungkapan aksi masa yang ditemukan Guldberg dan Waage (1866) merupakan
dasar untuk menjelaskan konsep tetapan kesetimbangan. Ungkapan aksi massa
tersebut dikenal sebagai hukum Aksi massa secara umum untuk reaksi

33
mA(g) + nB(g) pC(g) + qD(g)
(harga Kc dihitung pada T tertentu volume 1 liter)
Satuan konsentrasi Kc adalah molaritas (M) sehingga satuan
Kc = M(p+q) – (m+n)
Rumusan di atas berlaku untuk kesetimbangan homogen, sedang untuk
kesetimbangan heterogen yang diperhitungkan adalah konsentrasi zat yang
berfasa gas saja (campuran padat atau gas) atau yang berfasa larutan (campuran
berfasa larutan dan padatan).
Tetapan Kesetimbangan Tekanan Parsial (Kp)
Tetapan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan gas juga dapat dinyatakan
berdasarkan tekanan parsial gas. Tetapan kesetimbangnnya disebut tetapan
kesetimbangan tekanan parsial.
Misal: mA(g) + nB(g) pC(g) + qD(g)
Contoh dalam reaksi:
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)
Harga tetapan parsial yang diperhitungkan hanyalah zat-zat yang berwujud gas.
Hubungan Kc dengan Kp
mA + nB pC + qD
Berdasarkan hukum gas ideal:
PV = nRT

2.12 Hubungan Keseimbangan Kimia dan Laju Reaksi


Untuk menjawab pertanyaan ini dapat mengambil contoh reaksi
pembentukan dan peruraian H2O pada suhu 25oC atau 298 K.
Reaksi pembentukan H2O adalah sebagai berikut:
2H2(g) + O2(g) <--> 2H2O(g) Kc = 9,1 x 1080mol/L
Pada reaksi pembentukan H2O di atas, nilai Kc sangat besar yang
menandakan bahwa reaksi berlangsung hampir tuntas. Akan tetapi reaksi
pembentukan H2O ini tidak berlangsung spontan atau laju reaksinya sangat
lambat. Mengapa bisa demikian?

34
Hal ini dikarenakan energy pengaktifan Ea reaksi tersebut sangat besar.
Akibatnya, sebagian besar partikel-partikel H2 dan O2tidak mempunyai energy
kinetic yang cukup untuk mengatasi halangan Ea ini.
Jika di atas menjelaskan tentang pembentukan H2O, bagaimana halnya
dengan peruraian H2O menjadi H2 dan O2?
Diagram energi potensial untuk kesetimbangan reaksi :
2H2(g) + O2(g) <--> 2H2O(g)
Reaksi peruraian H2O dapat ditulis sebagai berikut:
2H2O(g) <--> 2H2(g) + O2(g) Kc = 1,1 x 10-81mol/L
Terlihat Kc untuk reaksi peruraian H2O sangat kecil, artinya reaksi hanya
sedikit sekali membentuk produk reaksi. Hal ini dikarenakan energy aktivasi
peruraian H2O juga sangat besar walaupun lebih kecil jika dibandingkan dengan
energy aktivasi pembentukan H2O, reaksi juga berlangsung sangat lambat.
Dari penjelasan kedua reaksi di atas, sekarang dapat dipahami mengapa
pencampuran H2 dan O2 dapat dikatakan tidak menghasilkan uap air H2O.
demikian pula dengan uap air H2O yang pada suhu ruang dapat dikatanan tidak
terurai menghasilkan H2 dan O2.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tetapan kesetimbangan Kc (baik besar maupun
rendah) tidak memberikan informasi tentang laju reaksi tersebut, karena
berdasarkan penjelasan di atas reaksi berlangsung lambat untuk Kc sangat besar
dan Kc sangat kecil.

2.13 Kimia Inti


A. Struktur Inti
Inti atom tersusun dari proton dan neutron. Suatu inti dengan jumlah nucleon
(proton + neutron) tertentu disebut nuklida. Suatu nuklida dilambangkan sebagai
berikut.
X = lambang atom
A = nomor massa = jumlah proton + neutron
Z = nomor atom = jumlah proton

35
Bila ditinjau dari nomor massa, nomor atom, dan jumlah neutronnya, nuklida
dapat dikelompokan sebagai berikut.
Isotop
Isotop adalah nuklida-nuklida dengan nomor atom (Z) sama tetapi nomor massa
(A) berbeda.
Contoh : dengan
Isobar
Isobar adalah nuklida-nuklida dengan nomor massa (A) sama tetapi nomor atom
(Z) berbeda.
Contoh : dengan
Isoton
Isoton adalah nuklida-nuklida dengan jumlah neutron (A-Z) sama.
Contoh : dengan
B. Unsur Radioaktif
Unsur atau zat radioaktif adalah unsur atau zat yang mempunyai inti tidak stabil,
sehingga dapat menjadi inti atom yang lain.
Tokoh-tokoh penemu zat radioaktif :
W. C. Rontgen : Penemu sinar X ( sinar Rontgen )
H. Bacuerel : Penemu Uranium
P. Curie dan M. Curie : Penemu Polonium dan Radium

1. Sinar-sinar Radioaktif
Radiasi yang dipancarkan oleh zat raioaktif adalah partikel alfa, beta dan gamma
yang kemudian disebut sinar alfa, beta, gamma.
Pita kestabilan
Yang dimaksud dengan pita kestabilan adalah tempat dimana isotop-isotop stabil
berada.
1. Pemancaran sinar Beta
Peristiwa ini terjadi jika isotop yang berada diatas pita kestabilan (nilai > dari
isotop stabilnya) ingin menycapai kestabilan.
Contoh : F→ Ne + e

36
Harga : >
2. Pemancaran Positron
Peristiwa ini terjadi jika isotop yang berada dibawah pita kestabilan (nilai < dari
isotop stabilnya) ingin menycapai kestabilan.
Contoh : F→ O + e
3. Pemancaran Sinar Alfa
Peristiwa ini terjadi jika isotop yang berada disembarang pita kestabilan ingin
mencapai kestabilan terjadi umumnya pada inti-inti yang mempunyai nomor atom
diatas 83.
Contoh : Rn→ Po + He
C. Waktu Paruh
Waktu paruh ( t ) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu zat radioaktif agar
massanya/ kereaktifannya berkurang setangahnya (50%). Karena laju reaksi
peluruhan adalah reaksi orde pertama, maka massa/ kereaktifan suatu zat
radioaktif pada saat tertentu dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut.
Nt = N0
Nt = massa/ keaktifan yang tersisa t = waktu peluruhan
N0 = massa/ keaktifan mula-mula t1/2 = waktu paruh
D. Reaksi Inti
Pada suatu reaksi inti selalu berlaku :
Jumlah nomor massa pereaksi = jumlah nomor massa hasil reaksi.
Jumlah nomor atom pereaksi = jumlah nomor atom hasil reaksi.
Jenis-jenis Reaksi Inti
1. Reaksi Peluruhan
Reaksi Peluruhan berjalan dengan spontan dan exoergik (melepas energi). Pada
reaksi peluruhan terjadi perubahan inti tidak stabil menjadi inti stabil.
Contoh : Ra→ Rn + α
2. Reaksi Transmutasi Inti
Pada reaksi transmutasi inti, suatu inti menyerap suatu partikel dan berubah
menjadi inti lain dengan memancarkan suatu radiasi.
Contoh : N + α → O + p atau dapat ditulis N(α,p) O

37
3. Reaksi Penghasil Energi
a. Reaksi Fisi
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti, dimana suatu nuklida berat ditembak
oleh suatu partikel dan belah menjadi dua nuklida awal.
Contoh : U + n → Kr + Ba + 3n
Energi yang dihasilkan dari dari reaksi fusi 1 gram uranium setara dengan energi
dari reksi pembakaran 3 ton batubara.
b. Reaksi Fusi
Reaksi fusi adalah reaksi penggabungan inti, dimana dua atau lebih nuklida ringan
bergabung membentuk nuklida yang lebih berat.
Contoh : H + H + 2 n → He
Pada matahari terjadi perubahan 637 juta ton hidrogen menjadi 633 juta ton
helium setiap detiknya. Empat juta ton massa yang hilang diubah menjadi energi
(E = m) yang dipancarkan segenap penjuru tata surya.

C. Penggunaan Radioisotop
1. Radioisotop sebagai Perunut (Scanner)
a. Bidang Kedokteran
1. I-131 untuk diagnosa kelenjar tiroid/ gondok.
2. Tc-99 digunakan dalam berbagai runutan (scanner) diantaranya otak,
hati, sel darah, dll.
3. Tl-201 untuk mendeteksi kerusakan jantung.

b. Bidang Sains
1. I-131 untuk mempelajari kesetimbangan dinamis pada reaksi kimia.
2. O-18 untuk mempelajri reaksi esterifikasi.

c. Bidang Hidrologi
1. Na-24 untuk mempelajari kecepatan aliran sungai.
2. Radioisotop Na-24 dalam bentuk karbonat untuk menyelidiki kebocoran
pipa air bawah tanah.

38
2. Radioisotop sebagai Sumber Radiasi
a. Bidang Kedokteran
1. Co-60 adalah suatu sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan
kangker.
b. Bidang Pertanian
Radiasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemberantasan hama
dan pemulihan tanaman.
c. Bidang Industri
1. Radiasi gamma yang dihasilkan dapat digunakan untuk memeriksa cacat
pada logam.

2.14 Radiokimia

Radiokimia adalah bidang kimia yang mempelajari material radioaktif, di


mana isotop elemen radioaktif digunakan untuk mempelajari karakteristik dan
reaksi kimia isotop non-radioaktif. Keanyakan radiokimia berhubungan dengan
penggunaan radioaktivitas untuk mempelajari reaksi kimia. Hal ini sangat berbeda
dengan radiasi kimia karena level radiasi yang digunakan dijaga rendah.
Radiokimia juga mencakup studi mengenai radioisotop alami atau buatan
manusia.
Radiokimia mempelajari penggunaan teknik-teknik kimia dalam mengkaji
zat radioaktif dan pengaruh kimiawi dari radiasi zat radioaktif tersebut.
Aplikasi radiokimia
a) Fisi inti:
1. Bom atom
Penerapan pertamakali fisi inti ialah dalam pengembangan bom atom. Faktor
krusial dalam rancangan bom ini adalah penentuan massa kritis untuk bom itu.
Satu bom atom yang kecil setara dengan 20.000 ton TNT. Massa kritis suatu bom
atom biasanya dibentuk dengan menggunakan bahan peledak konvensional seperti
TNT tersebut, untuk memaksa bagian-bagian terfisikan menjadi bersatu.

39
Bahan yang pertama diledakkan adalah TNT, sehingga ledakan akan mendorong
bagian-bagian yang terfisikan untuk bersama-sama membentuk jumlah yang lebih
besar dibandingkan massa kritis.
Uranium-235 adalah bahan terfisikan dalam bom yang dijatuhkan di Hiroshima
dan plutonium-239 digunakan dalam bom yang meledak di Nagasaki.
2. Reaktor Nuklir
Suatu penerapan damai tetapi kontroversial dari fisi inti adalah pembangkitan
listrik menggunakan kalor yang dihasilkan dari reaksi rantai terbatas yang
dilakukan dalam suatu reaktor nuklir.
Reaktor nuklir adalah suatu tempat dimana reaksi pembelahan (fision) nuklida
terjadi secara terkendaliberlangsung. Reaktor nuklir ini dapat dimanfaatkan energi
nuklir sehingga disebut reaktor termal.
Komponen reaktor nuklir:
1). Bahan bakar
2). Moderator
3). Reflektor
4). Bahan pengendali
5). Pendingin
6). Perisai
7). Pemindah panas

40
BAB III
PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan
1. Hukum hukum gas ideal
a. Hukum Boyle
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, om Robert Boyle
menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka
ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian
juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin
bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan
volume gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

b. Hukum Charles
Seratus tahun setelah om Obet Boyle menemukan hubungan antara volume
dan tekanan, seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama om Jacques
Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas.
Berdasarkan hasil percobaannya, om Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas
dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas
pun ikt2an bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas
juga ikut2an berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :

41
c. Hukum Gay-Lussac
Setelah Boyle dan Charles mengabadikan namanya dalam ilmu fisika,
Joseph Gay-Lussac pun tak mau ketinggalan. Berdasarkan percobaan yang
dilakukannya, Jose menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu
konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an
bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak
gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan
julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

2. Pengertian Energi
Pengertian energi berdasarkan ilmu fisika adalah kemampuan untuk melakukan
usaha. Kemampuan ini diukur dengan variabel waktu dan besarnya usaha yang
dilakukan. Tidak ada pengertian energi selain ini yang sangat menggambarkan apa
itu energi.
Macam Macam Energi

Energi Kimia, Energi Panas, Energi Bunyi, Energi Listrik, Energi Gerak, Energi
Nuklir, Energi Cahaya, Energi Pegas, Energi Mekanik, Energi Potensial, Energi
Kinetik

Pada hampir semua reaksi kimia selalu di sertai dengan perubahan energi atau
dengan kata lain reaksi kimia akan menghasilkan energi, Energi yang umum
dihasilkan adalah kalor. Terkait dengan energi, ada 2 jenis reaksi kimia, yaitu:
1) Perubahan Eksoterm
Adalah reaksi kimia yang menghasilkan panas. Hasil reaksi di sertai
dengan kenaikan suhu.
Contoh : reaksi pembakaran
2) Perubahan Endoterm

42
Adalah reaksi yang terjadi bila ada kalor yang diberikan. Bila terjadi suatu
reaksi endoterm temperatur dari campuran reaksi akan turun.
Contoh : Reaksi penguraian H2O
3. Thermokimia
Thermokimia adalah cabang ilmu kimia yang membahas tentang
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia.
Persamaan Reaksi yang menyebutkan secara lengkap energi yang dihasilkan
maupun yang dilepas oleh suatu reaksi kimia disebut sebagai persamaan
termokimia.
4. Radiokimia
Radiokimia adalah bidang kimia yang mempelajari material radioaktif, di
mana isotop elemen radioaktif digunakan untuk mempelajari karakteristik dan
reaksi kimia isotop non-radioaktif. Radiokimia mempelajari penggunaan teknik-
teknik kimia dalam mengkaji zat radioaktif dan pengaruh kimiawi dari radiasi zat
radioaktif tersebut.
3.2 Saran
Agar dapat lebih memahami dan menguasai materi termokimia, kinetika,
kimia inti, radiokimia disarankan agar kita dapat mengulang kembali dengan
membaca, berusaha mengingat materi materi yang telah dipresentasikan dan
menambah sumber acuan seperti buku, internet, dan sebagainya.

43
DAFTAR PUSTAKA

"Rangkuman Kimia Inti". dalam


http://ramdhanschwartz.blogspot.co.id/2012/10/rangkuman-kimia-
inti.html?m=1 diakses 2 April 2018.
"Laju Reaksi dan Kesetimbangan Kimia” dalam: https://www.google.co.id/url?

sa=t&source=web&rct=j&url=http://kuliah.rohmadi.info/wp-content/

uploads/2012/12/Laju-dan-Kesetimbangan.doc diunduh 2 April 2018.

"Hubungan Antara Tetapan Kesetimbangan dengan Laju Reaksi". dalam:

http://www.jejaringkimia.web.id/2011/04/bagaimana-hubungan-antara-

tetapan.html?m=1 diakses 2 April 2018.

"Konsep Kimia Inti dan Radiokimia". dalam:

http://kimiaeducation7.blogspot.co.id/2013/03/konsep-kimia-inti-dan-

radiokimia.html?m=1 diakses 2 April 2018.

Arya, Suharyadi. 2015. “Perubahan energi dalam reaksi kimia”. dalam:


http://suharyadi01.blogspot.co.id/2015/12/perubahan-energi-dalam-reaksi-
kimia.html diakses 31 maret 2018.

Dian sinaga. Termodinamika. Dalam https://www.studiobelajar.


com/termodinamika/. Diakses 30 Maret 2018.

Adom, Andy. 2009. “Hukum Laju Reaksi”. dalam:


https://andykimia03.wordpress.com/ tag/hukum-laju-reaksi/ diakses 31
maret 2018.

Khoironi, Rouf. 2014. “Teori Tumbukan Laju Reaksi”. dalam:


https://roufchemistrymedia.blogspot.co.id/p/teori-tumbukan-laju-reaksi-
energi.html diakses 31 maret 2018.

44
Ozan, dalam: http://teori-fisika.blogspot.co.id/2009/08/hukum-gas-ideal-
persamaan-keadaan-gas.html, diakses pada pukul 21.29 WIB, 2018.
Nanda, Refsa. 2016. “Fisika,Kimia, dalam: ”http://www.materikelas.com/macam-
macam-energi-dan-contohnya
Tatang. dalam: http://tatangsma.com/2016/04/pengertian-gas-ideal-dan-sifat-
sifat-gas-ideal.html

45

Anda mungkin juga menyukai