Anda di halaman 1dari 40

ENERGITIKA

MATA KULIAH : TELAAH KIMIA SMA II


KODE : KIM 1433
SKS :2
SEMESTER : IV
TAHUN AKADEMIK : 2019/2020

DOSEN : Dr. Drs. I KETUT SUDIANA, M.Kes.

NAMA MAHASISWA :
NI LUH PUTU SUARTINI (1813031012)
NI PUTU ARINKA RISKY CHRISNA DEWI (1813031005)
KELOMPOK :I

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Telaah Kimia SMA II yang berjudul:
“ENERGITIKA”
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Tanpa bimbingan Tuhan dan orang-orang di sekitar kami, mungkin
makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, mohon
dimaklumi, dan harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Singaraja, 22 Maret 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA
PRAKATA..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Energitika Kimia....................................................................................3
2.2 Reaksi Eksoterm dan Endoterm..............................................................................4
2.3 Hukum I Termodinamika Kimia.............................................................................8
2.4 Jenis-jenis Entalpi Standar.......................................................................................11
2.5 Penentuan Perubahan Entalpi..................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................26
3.2 Saran........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LIST PERTANYAAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan sifat panas. Misalnya ketika kita memasak air,
proses pemanasan air dari dingin hingga mendidih memerlukan kalor sebagai
energi untuk meningkatkan suhu air. Dalam kimia, proses ini merupakan
salah satu contoh kecil dari bidang kimia yaitu termokimia.
Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau
pekerjaan (usaha). Energi bukan merupakan suatu materi, tetapi energi
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh materi yang memungkinkan suatu
objek berpindah. Energitika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu
yang mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam suatu proses atau
reaksi. Hukum kekekalan energi dapat disebut juga hukum pertama
termodinamika. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk
energi menjadi suatu bentuk energi lainnya (Brady, 1999). Sistem adalah
bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu
eksperimen tertentu (sesuatu yang menjadi pusat perhatian/pengamatan)
sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sistem
dan berinteraksi dengan sistem. Dalam hukum pertama termodinamika
dipengaruhi adanya energi dalam(U), panas(Q) dan kerja (W).
Dalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian dari
energitika kimia, pengertian reaksi eksoterm dan reaksi endoterm, Hukum-
Hukum termodinamika kimia, jenis-jenis entalpi standar dan Penentuan
perubahan entalpi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2 1 Apakah yang dimaksud dengan energitika kimia?
1.2 2 Bagaimana reaksi eksoterm dan endoterm bisa terjadi?
1.2 3 Bagaimana penerapan Hukum I Termodinamika Kimia?
1.2 4 Apa sajakah jenis-jenis entalpi standar?
1.2 5 Bagaimana menentukan besarnya perubahan entalpi?

1
1.3 Tujuan
1.3 1 Menjelaskan dan mendeskripsikan energitika kimia
1.3 2 Menjelaskan dan mendeskripsikan terjadinya reaksi eksoterm dan
endoterm
1.3 3 Menjelaskan dan mendeskripsikan penerapan Hukum I
Termodinamika Kimia
1.3 4 Menjelaskan dan mendeskripsikan jenis-jenis entalpi standar
1.3 5 Menjelaskan dan mendeskripsikan besarnya perubahan entalpi
1.4 Manfaat
1.4 1 Bagi Penulis
Adapun manfaat yang didapat oleh Penulis dari makalah ini yaitu
untuk dapat menambah pengetahuan sekaligus
menjelaskan/mendeskripsikan tentang energitika, reaksi eksoterm
dan endoterm, Hukum I termodinamika kimia, jenis-jenis entalpi
standar dan cara penentuan besarnya perubahan entalpi.
1.4 2 Bagi Pembaca
Adapun manfaat yang didapat oleh Pembaca setelah membaca
makalah ini yaitu Pembaca dapat menambah pengetahuannya
tentang energitika, reaksi eksoterm dan endoterm, Hukum I
termodinamika kimia, jenis-jenis entalpi standar dan cara
penentuan besarnya perubahan entalpi.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Energitika Kimia


Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan atau
pekerjaan (usaha). Energi bukan merupakan suatu materi, tetapi energi
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh materi yang memungkinkan suatu
objek berpindah. Ada dua jenis energi yang dimiliki oleh objek yaitu energi
kinetik dan energi potensial. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh
suatu objek yang bergerak. Energi ini bergantung pada masa dan kecepatan.
Sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu objek yang
dipengaruhi oleh posisi objek tersebut. Contohnya, tubuh menggunakan
energi yang dilepaskan dalam metabolisme untuk menggerakan proses-proses
biokimia di dalam tubuh.
Energitika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang
mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam suatu proses atau reaksi.
Hukum kekekalan energi dapat disebut juga hukum pertama termodinamika.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi menjadi suatu
bentuk energi lainnya (Brady, 1999). Contoh, dalam minyak tanah
menyimpan energi kimia. Lampu minyak tidak akan menyala jika tidak diberi
minyak tanah. Ketika lampu minyak dinyalakan, energi kimia pada minyak
tanah dipindahkan ke dalam energi panas dan energi cahaya. Bagian dari ilmu
kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang menyertai
suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan
pembentukan larutan. Termokimia menjelaskan tentang jumlah kalor yang
dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor
reaksi. Contohnya pemanfaatan kalor pada setrika. Setrika terbuat dari logam
yang bersifat konduktor yang dapat memindahkan kalor secara konduksi ke
pakaian yang sedang disetrika. Sistem kerja setrika adalah dengan mengubah
energi listrik menjadi energi panas.

3
2.2 Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Sebelum membahas tentang reaksi eksoterm dan endoterm, kita


terlebih dahulu harus memahami tentang sistem dan lingkungan. Sistem
adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung
dalam suatu eksperimen tertentu (sesuatu yang menjadi pusat
perhatian/pengamatan). Sistem selalu mengandung sejumlah tertentu materi
dan digambarkan oleh parameter-parameter tertentu yang dikontrol pada
eksperimen itu. Misalkan kita sedang mempelajari reaksi antara natrium
hidroksida (NaOH) dan asam klorida (HCl) dengan jalan mencampurkan
suatu larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan larutan asam klorida (HCl)
dalam suatu Erlenmeyer. Campuran larutan natrium hidroksida (NaOH) dan
asam klorida (HCl) itu kita sebut sistem. Segala sesuatu di luar sistem,
termasuk erlenmeyer tempat larutan itu kita sebut lingkungan. Contoh lain
misalnya percobaan antara seng (Zn) dan asam klorida (HCl). Pada percobaan
ini sistemnya adalah logam Zn dan larutan HCl, sedangkan lingkungannya
adalah udara sekitar, termometer, pengaduk dan gelas kimia.
Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi pertukaran energi dan
materi (massa). Berdasarkan pertukaran ini ada tiga jenis sistem yaitu:
a. Sistem terbuka
Adalah sistem yang mengalami pertukaran baik materi maupun
kalor dengan lingkungannya. Dengan kata lain sistem terbuka
memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara
lingkungan dan sistem.

4
Contoh:
Air panas dalam gelas terbuka. Jika air tersebut didiamkan
beberapa saat maka air tersebut menjadi dingin, dapat mengalami
pertukaran materi dan energi.
b. Sistem tertutup
Adalah suatu sistem yang dapat mengalami pertukaran energi atau
kalor dengan lingkungan sekitarnya, tetapi tidak dapat mengalami
pertukaran materi.
Contoh:
Mengamati perubahan panas pada gelas yang tertutup. Pada
keadaan itu materi tidak dapat keluar atau masuk gelas, karena
gelas dalam keadaan tertutup, tetapi energi atau panasnya tetap
dilepas ke lingkungan. Hal ini ditandai dengan panas yang
menempel pada dinding gelas saat di pegang atau sebaliknya energi
panas dapat dialirkan ke dalam sistem tersebut dengan cara
dipanaskan di atas nyala api.
c. Sitem tersekat atau terisolasi
Adalah suatu sistem yang tidak mengalami pertukaran baik materi
maupun kalor dengan lingkungan sekitarnya.
Contoh:
Air dalam botol termos yang ideal. Air panas yang disimpan dalam
termos diharapkan tidak mengalamin perubahan panas dan volume
air tidak berkurang. Dengan demikian, baik benda maupun energi
panas tidak mengalami perubahan.

5
Gambar sistem termodinamika

Berdasarkan adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan,


reaksi termokimia dikelompokan menjadi reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm.
1) Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang membebaskan kalor
(menghasilkan kalor). Perpindahan kalor terjadi dari sistem
menuju lingkungan sehingga entalpi sistem berkurang. Artinya
entalpi produk lebih kecil daripada entalpi reaksi. Oleh karena iru
perubahan entalpinya bernilai negatif.
∆ H =H p−H R <0 ( bertanda negatif )

Diagram reaksi eksoterm


Contoh:
 Pembakaran metana

6
CH 4 ( g) +2 O2 (g ) → CO2 ( g) +2 H 2 O+ panas
 Menyalakan api unggun
 Reaksi antara kalsium (CaO) dan air
CaO+ H 2 O →Ca(OH )2 + panas

2) Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap kalor
(menerima kalor). Perpindahan kalor terjadi dari lingkungan
menuju sistem sehingga entalpi bertambah. Oleh karena iru
entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpri reaktan (HR).
Akibatnya perubahan entalpi (ΔH) yaitu selisih antara entalpi
produk dengan entalpi reaktan bertanda positif.
∆ H =H p−H R >0 ( bertanda positif )

Diagram reaksi endoterm

Contoh:
 Reaksi mencairnya es dalam suatu wadah
H 2 O (s) → H 2 O(l) ∆ H =+6,02 kJ
 Proses fotosintesis tumbuhan

 6 CO 2+ 6 H 2 O+ Energi solar Klorofil



C 6 H 12 O 6+ 6 O 2

2.3 Hukum I Termodinamika Kimia

7
Hukum I termodinamika ini merupakan bentuk lain dari kekekalan
energi. Hukum ini menggambarkan percobaan yang menghubungkan usaha
yang dilakukan pada sistem (W), panas yang ditambahkan atau dikurangi
pada sistem (Q) dan energi dalam pada sistem (U). Hukum I Termodinamika
berbunyi:
“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi
hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk energi yang lain.”
Dinyatakan dalam persamaan sebagai:
∆U = Q - W
Q = Kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem
∆U = Perubahan energi dalam sistem
W = Kerja yang dilakukan sistem
Persamaan ini menyatakan bahwa energi dalam sistem berubah sebesar ∆U
jika sistem menyerap atau mengeluarkan sejumlah kalor (Q) dan melakukan
atau menerima sejumlah kerja (W).
Perjanjian tanda yang berlaku untuk persamaan di atas tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif
b. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif
c. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
d. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif

Panas Masuk Usaha Keluar


∆U

Q positif Panas Masuk

∆U = Q - W
Konversi tanda untuk besaran termodinamika

8
Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi
kinetik zat-zat dalam suatu sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan
besarnya hanya bergantung pada keadaan sistem. Jika sistem berubah dari
keadaan I (Energi dalam U1) ke keadaan II ((Energi dalam U2), maka
perubahan energi dalam sistem (∆U) adalah:
∆U = U2 – U1
Bila perubahan energi dalam sistem sangat kecil, maka ∆U ditulis
dalam bentuk diferensial dU. Besarnya energi dalam sistem tidak diketahui,
tetapi yang dapat ditentukan melalui eksperimen hanya perubahannya. Sistem
mengalami perubahan energi dalam melalui kalor (panas) dan kerja.
Panas (Q) adalah energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem
sebagai akibat adanya perbedaan suhu antara sistem dan lingkungan. Panas
selalu berpindah dari sistem panas ke sistem dingin. Panas (Q) adalah besaran
aljabar yang dapat berharga positif atau negatif. Panas (Q) positif jika sistem
menyerap panas, dan panas (Q) negatif jika panas keluar sistem. Jumlah
panas yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan bergantung pada
proses. Oleh karena itu, Q bukan fungsi keadaan. Kalor atau panas berbeda
dengan pengertian suhu. Panas merupakan besaran ekstensif, artinya
bergantung pada jumlah zat. Sedangkan suhi adalah besaran intensif, artinya
besarnya tidak tergantung pada jumlah zat.
Kerja (W) adalah bentuk energi bukan kalor/panas, yang
dipertukarkan antara sistem dan lingkungan. Kerja juga merupakan besarkan
aljabar yang dapat berharga positif atau negatif. Kerja (W) positif jika sistem
menerima kerja dari lingkungan (lingkungan melakukan kerja terhadap
sistem) dan kerja (W) negatif bila sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan. Kerja yang dilakukan oleh sistem dan lingkungan bergantung
pada proses. Jadi kerja bukan merupakan fungsi keadaan.

Contoh soal:

9
Suatu sistem mengalami proses isobarik. Pada sistem dilakukan usaha
sebesar 200 J. Jika perubahan energi dalam sistem ∆U dan kalor yang
diserap sistem 300 J, berapa besar ∆U?
Diketahui:
W = -200 J(dilakukan usaha)
Q = 300 J (menyerap panas)
∆U =……………………….?
Jawab:
∆U = Q – W
∆U = 300 – (-200)
∆U = 500 J
Jadi besarnya perubahan energi dalam sistem adalah 500 J

Dalam termodinamika terdapat 4 jenis proses, yaitu:


a. Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika, yang mana
terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses
yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, maka proses ini
dinamakan proses isotermik, karena berlangsung dalam suhu konstan,
tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum
I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang
dilakukan sistem (Q = W).
b. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang
konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik, karena gas berada
dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0)
dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor ini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV
(QV = ∆U).

c. Proses Isobarik

10
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan
tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Hal ini
disebabkan karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan
usaha (W = p∆V). Kalor ini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan
energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume
konstan (QV =∆U).
Di bawah ini, usaha gas dapat dinyatakan sebagai:
W = Qp – QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai
selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp)
dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
d. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap)
ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian,
usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya
(W = ∆U).
2.4 Jenis-jenis Entalpi Standar
Entalpi adalah banyaknya energi yang dimiliki sistem (U) dan kerja
(PV) sehingga dapat dituliskan:
H = U + PV
Perubahan entalpi adalah kalor reaksi dari suatu reaksi pada tekanan tetap.
Dalam pengukuran harus dilakukan pada suhu serta tekanan tertentu. Menurut
para kimiawan, suhu 25oC (298K) dan tekanan 1 atm adalah ukuran yang
tepat untuk menilai entalpi.
Suatu perubahan entalpi yang diukur dengan ukuran standar akan
disebut perubahan entalpi standar. Satuannya adalah kilo Joule (kJ) dalam
Sistem Internasional (SI). Entalpi molar = perubahan entalpi tiap mol zat
(kJ/mol). Ada beberapa jenis perubahan entalpi standar , yaitu:
1. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar ( ∆ H ¿ ¿ f o )¿
Panas pembentukan atau entalpi pembentukan ( ∆ H f ) adalah
banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan untuk membentuk 1

11
mol senyawa dari unsur-unsurnya. Panas pembentuk standar atau
entalpi pembentukan standar ¿ ¿) adalah perubahan panas
pembentukan yang diserap atau dilepaskan pada pembentukan 1 mol
senyawa dari unsur-unsurnya pada suhu dan keadaan standar. Jika
dilakukan pengukuran pada keadaan standar (tekanan 1 atm dan suhu
25oC (298K)).
Contoh:
Pada panas pembentukan standar Natrium Klorida (NaCl)
membebaskan panas sebesar 401,9 kJ/mol.
1
Na( s ) + Cl → NaCl(s) ( ∆ H ¿ ¿ f o )¿ = -401,9 kJ/mol
2 2( g )

2. Perubahan Entalpi Penguraian Standar ( ∆ H ¿ ¿ d o)¿


Panas penguraian atau entalpi penguraian ( ∆ H d ) adalah banyaknya
panas yang diserap atau dilepaskan untuk menguraikan 1 mol senyawa
menjadi unsur-unsurnya. Panas penguraian standar atau entalpi
penguraian standar ¿ ¿) adalah perubahan panas penguraian yang
diserap atau dilepaskan ketika 1 mol senyawa diuraikan menjadi
unsur-unsurnya pada suhu dan keadaan standar. Jika dilakukan
pengukuran pada keadaan standar (tekanan 1 atm dan suhu 25oC
(298K)).
Contoh:
Pada panas penguraian standar Natrium Klorida (NaCl) menyerap
panas sebesar 401,9 kJ/mol.
1
NaCl(s) → Na( s ) + Cl ( ∆ H ¿ ¿ d o)¿= +401,9 kJ/mol
2 2( g )

3. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( ∆ H ¿ ¿ co ) ¿


Panas pembakaran atau entalpi pembakaran ( ∆ H c ) adalah banyaknya
panas yang dilepaskan atau diserap ketika 1 mol unsur atau senyawa
dibakar sempurna. Panas pembakaran standar atau entalpi pembakaran
standar ¿ ¿) adalah perubahan panas pembakaran yang diserap atau
dilepaskan pada proses pembakaran 1 mol unsur/senyawa dalam

12
keadaan standar. Jika dilakukan pengukuran pada keadaan standar
(tekanan 1 atm dan suhu 25oC (298K)).

Contoh:
Pada panas pembakaran unsur karbon
C (s ) + O 2 ( g) → CO 2(s) ( ∆ H ¿ ¿ co ) ¿= -393,5 kJ/mol

4. Perubahan Entalpi Netralisasi Standar ( ∆ H ¿ ¿ n o)¿


Panas netralisasi atau entalpi netralisasi ( ∆ H n) adalah banyaknya
panas yang dilepaskan atau diserap ketika 1 mol air dibentuk akibat
reaksi penetralan asam dan basa atau sebaliknya.
Panas netralisasi standar atau entalpi netralisasi standar ¿ ¿) adalah
perubahan panas yang diserap atau dilepaskan untuk menetralkan 1
mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam yang diukur pada
keadaan standar.
Contoh:
Untuk netralisasi asam kuat oleh basa kuat, nilai ( ∆ H ¿ ¿ n o)¿ selalu
tetap, yaitu -57 kJ/mol.
−¿¿
¿ ¿ + OH (aq) →
H +¿ H 2 O (l) ( ∆ H ¿ ¿ n o)¿= -57
kJ/mol
Untuk netralisasi basa lemah oleh asam lemah, nilai ( ∆ H ¿ ¿ n o)¿
selalu akan lebih kecil dari -57 kJ/mol.
HCN ( aq) + KOH ( aq) → KCN (aq) + H 2 O (l)

( ∆ H ¿ ¿ co ) ¿= -12 kJ/mol

5. Perubahan Entalpi Penguapan Standar ( ∆ H ¿ ¿ vapo ) ¿


Panas penguapan standar atau entalpi penguapan standar ¿ ¿) adalah
perubahan panas yang diserap atau dilepaskan pada saat 1 mol zat
dalam fase cair berubah menjadi fase gas pada keadaan standar.

13
Contoh:
Pada penguapan air
H 2 O (l)→ H 2 O (g) ( ∆ H ¿ ¿ vapo ) ¿= +44
kJ/mol

6. Perubahan Entalpi Peleburan Standar ( ∆ H ¿ ¿ fuso )¿


Panas peleburan standar atau entalpi peleburan standar ¿ ¿) adalah
perubahan panas yang diserap atau dilepaskan pada saat 1 mol zat
dalam fase padat berubah menjadi fase cair pada keadaan standar.
Contoh:
Pada peleburan es
H 2 O (s)→ H 2 O (l) ( ∆ H ¿ ¿ fuso )¿= +6,01 kJ/mol

7. Perubahan Entalpi Sublimasi Standar ( ∆ H ¿ ¿ ¿ o) ¿


Panas sublimasi standar atau entalpi sublimasi standar ¿ ¿) adalah
perubahan panas yang diperlukan atau dilepaskan pada saat 1 mol zat
fase padat berubah menjadi fase gas pada keadaan standar.
Contoh:
H 2 O (s)→ H 2 O (g) ( ∆ H ¿ ¿ ¿ o) ¿= +50,01 kJ/mol

8. Perubahan Entalpi Pelarutan Standar ( ∆ H ¿ ¿ s o) ¿


Panas pelarutan standar atau entalpi pelarutan standar ¿ ¿) adalah
perubahan panas pada pelarutan 1 mol zat yang menghasilkan larutan
encer pada keadaan standar.
Contoh:
Pada pelarutan NaOH
NaOH (s)→ NaOH (aq ) ( ∆ H ¿ ¿ s o) ¿= +50
kJ/mol

2.5 Penentuan Perubahan Entalpi


Perubahan entalpi reaksi (ΔH) dapat ditentukan dengan berbagai cara,
yaitu penentuan nilai ΔH reaksi melalui eksperimen sederhana (kalor jenis air

14
dan kapasitas kalor, penentuan ΔH reaksi menggunakan kalorimeter tekanan
tetap dan penentuan ΔH reaksi menggunakan kalorimeter bom), perhitungan
ΔH reaksi menggunakan Hukum Hess, perhitungan ΔH reaksi berdasarkan
data ΔH pembentukan standar dan perhitungan ΔH reaksi menggunakan data
energi ikatan.

1) Penentuan nilai ΔH reaksi melalui eksperimen sederhana


a. Kalor jenis air dan kapasitas kalor
Kalor jenis (c) menyatakan kalor yang diperlukan oleh 1 gram
zat untuk menaikan suhunya sebesar 1℃. Adapun kapasistas
kalor (C) adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu
suatu zat sebesar 1℃. Hubungan antara kapasitas kalor dan
kalor jenis dapat dinyatakan sebagi berikut:
C=m× c
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J ℃-1)
m = massa zat (g)
c = kalor jenis (J g-1 ℃-1)
Jika pada suatu reaksi terjadi perubahan suhu (ΔT), perubahan
kalor atau entalpi yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut
q=m ×c ×∆ T
q=C × ∆ T
Keterangan:
q = kalor yang dibebaskan atau diserap (Joule)
∆T = perubahan suhu (T akhir reaksi – T awal reaksi)
Kalor q bernilai positif untuk reaksi endoterm dan negatif untuk
reaksi eksoterm.

b. Penentuan ΔH reaksi menggunakan kalorimeter tekanan tetap


Kalorimeter merupakan wadah yang dapat menyekat sistem
sedemikian rupa sehingga tidak ada kalor yang berpindah dari

15
sistem ke lingkungan dan sebaliknya. Kalorimeter dilengkapi
dengan termometer untuk mengukur perubahan suhu sistem.

Kalorimeter tekanan tetap maksudnya adalah reaksi yang diukur


dalam kalorimeter adalah reaksi yang berlangsung dalam
tekanan tetap, seperti reaksi penetralan, pelarutan dan
pengendapan. Pada tekanan tetap terjadi perpindahan kalor
antara sistem dan lingkungan sehingga kalor reaksi dapat
dirumuskan sebagai berikut.
q reaksi=(q sistem−qkalorimeter )
Contoh:
1. Dalam suatu percobaan penentuan reaksi dengan menggunakan
kalorimeter sederhana, sejumlah 0,05 mol logam nikel
dimasukan ke dalam larutan CuSO4. Termometer menunjukan
kenaikan suhu sistem (larutan) sebesar 4 kJ ℃-1 dan kapasitas
calorimeter dianggap nol (sama sekali tidak menyerap kalor).
Hitunglah kalor reaksi!
Jawab:
q sistem=C ×∆ T
= 4 kJ ℃-1 × 5℃ = 20 kJ
q kalorimeter=0
q reaksi=−q sistem=−20 kJ

16
Angka tersebut menunjukan kalor reaksi untuk 0,05 mol nikel.
Perubahan entalpi untuk 1 mol nikel adalah:
∆ H =−20 kJ =400 kJ mol−1
0,05 mol
Jadi, kalor reaksi dari
¿(s) +CuSO 4 → NiSO4 (aq) +Cu(s) adalah−400 kJ mol−1
Dalam penentuan entalpi reaksi dengan metode
kalorimetri, perlu diketahui istilah “harga air kalorimeter”. Yang
dimaksud dengan harga air kalorimeter adalah banyaknya panas
yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan derajat suhu
kalorimeter tersebut. Jika bahan dari kalorimeter diketahui, yang
dimaksudkan dengan harga air tersebut sama dengan kapasitas
panas dari kalormeter tersebut.
Desain dari suatu contoh kalorimeter yang biasa
digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi
pembakaran ditunjukkan pada gambar. Kalorimeter seperti itu
biasa juga disebut kalorimeter bom. Kalorimeter sederhana
dapat disusun dari dua buah gelas plastik. Plastik merupakan
bahan non-konduktor, sehingga jumlah kalor yang diserap atau
yang berpindah ke lingkungan dapat diabaikan. Jika suatu reaksi
berlangsung secara eksoterm maka kalor sepenuhnya akan
diserap oleh larutan di dalam gelas. Sebaliknya, jika reaksi yang
berlangsung tergolong endoterm, maka kalor itu diserap dari
larutan di dalam gelas. Jadi, kalor reaksi sama dengan jumlah
kalor yang diserap atau yang dilepakan larutan, sedangkan kalor
yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.
q reaksi=−qlarutan
Contoh:
Sebanyak 7,5 garam kristal LiOH ditambahkan ke dalam
kalorimeter yang berisi 120 gram air. Setelah kristal LiOH itu
larut, ternyata suhu kalorimeter beserta isinya naik dari 23,25℃.
Tentukanlah entalpi pelarutan LiOH dalam air!

17
−¿¿

LiOH ( s ) → Li+¿ (aq) +OH ∆ H =?


¿

Diketahui:
Kalor jenis larutan = 4,2 J . g−1 . ℃−1
Kapasitas kalor kalorimeter = 1 1,7 J . ℃−1 ; Mr LiOH = 24.
Ditanya:
Entalpi pelarutan LiOH dalam air = …?
Jawab :
q reaksi=−qlarutan
q larutan=m. c . ∆ T
= (120 + 7,5) g x 4,2 J . g−1 . ℃−1 x (34,9 – 23,25)℃
= 6238,6 J
q kalorimeter=C . ∆ T
= 11,7 J .℃ −1 x (34,9 – 23,25)℃
= 136,3 J
Jadi, q reaksi = -(6238,6 + 136,3)J = -6374,9 J.

c. Penentuan ΔH reaksi menggunakan kalorimeter bom


Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang khusus
digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi
pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat
berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless
steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan
sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas.
Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan
menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena
tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka:
qreaksi = – (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus:
qair = m x c x ΔT
Keterangan:
m = massa air dalam kalorimeter (g)
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.℃) atau (J / g. K)

18
ΔT = perubahan suhu (℃atau K)
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan
rumus:
qbom = Cbom x ΔT
Keterangan:
Cbom = kapasitas kalor bom (J /℃) atau (J / K)
ΔT = perubahan suhu (℃ atau K)
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung
pada volume tetap (ΔV = nol). Oleh karena itu, perubahan kalor
yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
ΔE = q + w dimana w = – P. ΔV (jika ΔV = nol maka w = nol)
maka:
ΔE = qv
Contoh:
Suatu kalorimeter bom berisi 250 mL air yang suhunya 25℃,
kemudian dibakar 200 mg gas metana. Suhu tertinggi yang
dicapai air dalam kalorimeter = 35℃. Jika kapasitas kalor
kalorimeter = 75 J / ℃ dan kalor jenis air = 4,2 J / g.℃,
berapakah ΔHc gas metana?
Jawab:
qair = m x c x ΔT
= (250) x (4,2) x (35 – 25)
= 10.500 J
qbom = Cbom x ΔT
= (75) x (35 – 25)
= 750 J
qreaksi = – (qair + qbom)
qreaksi = – (10.500 J + 750 J)
= – 11.250 J = – 11,25 kJ
200 mg CH4 = 0,2 g CH4 = ( 0,2 / 16 ) mol = 0,0125 mol
ΔHc CH4 = (–11,25 kJ / 0,0125 mol) = – 900 kJ / mol (reaksi
eksoterm)

19
2) Perhitungan ΔH reaksi menggunakan Hukum Hess
Perhitungan perubahan entalpi pada suatu reaksi dari data
entalpi reaksi yang berhubungan dilakukan menggunakan Hukum
Hess. Hukum Hess dikemukakan oleh Germain Henry Hess (1802-
1850), seorang ahli kimia berkebangsaan Swiss. Hukum ini sangat
berguna karena kenyataannya tidak semua reaksi ditentukan dengan
eksperimen. Menurut Hukum Hess:
“Kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan dalam suatu
reaksi tidak bergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi”

Hukum Hess juga dapat dituliskan sebagai berikut:


“Perubahan entalpi suatureaksi tetap sama, baik berlangsung
dalam satu tahap maupun beberapa tahap”
Contohnya, reaksi pembentukan SO3(g) yang berlangsung dua cara
yaitu:
a. Pembentukan SO3 melalui satu tahap reaksi
S(s) + 3/2 O2(g)  SO3(g) ; H = -396 kJ
b. Pembentukan SO3 melalui dua tahap reaksi
Reaksi 1: S(s) + O2(g)  SO2(g) ; ΔH = -297 kJ
Reaksi 2: SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) ; ΔH = -99 kJ
Jika entalpi dua reaksi tersebut dijumlahkan, akan diperoleh entalpi
reaksi yang sama dengan reaksi pembentukan SO 3(g) melalui satu tahap
reaksi.
Reaksi 1: S(s) + O2(g)  SO2(g) ; ΔH = -297 kJ
Reaksi 2: SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) ; ΔH = -99 kJ
S(s) + 3/2 O2(g)  SO3(g) ; H = -396 kJ
Jadi, nilai entapi reaksi pembentukan SO3(g) tetap sama, baik
berlangsung melalui satu tahap maupun beberapa tahap reaksi.
Tahapan reaksi yang berhubungan dengan entalpi reaksi dapat juga
digambarkan dengan diagram bertingkat atau siklus. Pada diagram

20
bertingkat nilai entalpi reakis dinyatakan dalam skala, sedangkan
tanda entalpi reaksi dinyatakan dengan arah panah. Panah arah ke atas
diberi tanda positif sedangkan ke bawah negatif.

Diagram bertingkat reaksi pembentukan SO3

Contoh soal:

Jawab:
Reaksi peleburan es: H2O(s)  H2O(l) ; ΔHr = …?
Pada diagram, ΔHf H2O(s) = -584 kJ
ΔHf H2O(l) = -572 kJ
Jadi, untuk reaksi 2H2O(s)  2H2O(l)
ΔH = (-572) – (-584) = 12 kJ
ΔH reaksi untuk melebur 2 mol H2O adalah 12 kJ
Untuk melebur 1 mol H2O, ΔH = 6 kJ

21
(Tanda positif karena arah panah ke atas). Jadi kalor peleburan es
6 kJ/mol.

3) Perhitungan ΔH reaksi berdasarkan data ΔH pembentukan standar


Pada cara ini, data entalpi yang diketahui harus berupa data
pembentukan. Zat-zat pereaksi dianggap mengalami reaksi penguraian
dan zat-zat reaksi dianggap dianggap mengalami reaksi pembentukan.
Jadi, entalpi penguraian suatu zat sama dengan entalpi
pembentukannya, namun tandanya berlawanan. Untuk lebih jelasnya
perhatikan perhitungan ΔH berikut ini.
C3H8(g)  3C(s) + 4H2(g) ; ΔH1 = ΔH0d C3H8(g)
3C(s) + 3O2(g)  3CO2(g) ; ΔH2 = 3 x ΔH0f CO2(g)
4H2(g) + 2O2(g)  4H2O(l) ; ΔH3 = 4 x ΔH0f H2O(l)
C3H8(g) + 5O2(g)  3CO2(g) + 4H2O(l)

ΔHr = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3


ΔH reaksi = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3
= ΔH0d C3H8 + 3 x ΔH0f CO2 + 4 x ΔH0f H2O
= (3ΔH0f CO2 + 4ΔH0f H2O) – (ΔH0f C3H8)
CO2(g) dan H2O(l) merupakan hasil reaksi, sedangkan C3H8(g)
merupakan pereaksi, sehingga diperoleh persamaan berikut:
∆ H reaksi =∆ H ° f hasil reaksi −∆ H ° f pereaksi
ΔH0f O2 tidak diikutsertakan dalam perhitungan entalpi sebab entalpi
unsur dalam bentuk yang paling stabil sama dengan nol. Secara
umum, perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut.
pA + qB  rC + sD; ΔH =…?
∆ H reaksi =∆ H ° f hasil reaksi −∆ H ° f pereaksi
(r ΔH0f C + s ΔH0f D) – (p ΔH0f A + q ΔH0f B)

Contoh soal:

22
Diketahui kalor pembakaran CH3OH(l) = - 638 kJ/mol, kalor
pembentukan CO2(g) dan H2O(l) berturut-turut -394 kJ/mol dan
-286 kJ/mol. Tentukan kalor pembentukan CH3OH(l)
Jawab:
Reaksi pembentukan CH3OH(l)
CH3OH(l) + 3/2 O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) ΔHr = -638 kJ
ΔHr = ΔH0f CO2 + 2 ΔH0f H2O – (ΔH0f CH3OH)
-638 kJ/mol = {(-394) + (2 x - 286) kJ/mol} – (ΔH0f CH3OH)
ΔH0f CH3OH = (-966) + (638) kJ/mol = -328 kJ/mol
Jadi, kalor pembentukan CH3OH = -328 kJ/mol

4) Perhitungan ΔH reaksi menggunakan data energi ikatan


Suatu unsur atau senyawa kimia terbentuk melalui ikatan antar
atom penyusunnya. Ikatan-ikatan antar atom inti memiliki nilai energi
ikatan tertentu. Energi yang terdapat pada ikatan inilah yang disebut
sebagai energi kimia. Berikut adalah tabel beberapa nilai energi
ikatan.
Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)
H-H 436 O=O 498
H-C 415 C≡N 891
H-N 390 F-F 160
C-C 345 Cl-Cl 243
C≡C 837 H-Cl 432
C-O 350 C=C 611
C=O 741 I-I 150
C-Cl 330 N=N 418
O-H 450 C-F 485

Reaksi kimia pada dasarnya merupakan proses penyusunan ulang


atom-atom dalam molekul, membentuk susunan molekul yang baru.
Penyusunan ulang ini mencakup pemutusan dan pembentukan ikatan.
Pada saat bereaksi molekul pereaksi dapat dianggap memutuskan
seluruh ikatannya sehingga menjadi atom-atom bebas. Proses
pemutusan ikatan memerlukan sejumlah energi sehingga perubahan
entalpinya diberi tanda positif. Selanjutnya, atom-atom bebas (hasil

23
penguraian pereaksi) membentuk zat-zat hasil reaksi melalui
pembentukan ikatan baru. Peristiwa pembentukan ikatan
membebaskan sejumlah energi sehingga perubahan entalpi bertanda
negatif. Perhatikan reaksi berikut.
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) ; ΔHr = …?
Reaksi pemutusan ikatan pada CH4 dan 2O2(g) adalah:
Reaksi (1)

H
→ C+ 4 H ; ∆ H 1=4 × E❑ H C H

Reaksi (2)
2 O O  4O ; ΔH2 = 2 × E❑
Reaksi pembentukan ikatan pada senyawa CO2(g) dan 2H2O(l)
adalah:
Reaksi (3)
C + 2O  O C O ; ΔH3 = -(2 E❑)
Reaksi (4) : 4H + 2O  2(H O H) ; ΔH4 = -(4 E❑ ¿

Jika keempat reaksi tersebut dijumlahkan, akan diperoleh:


CH4(g) + C + 4H ; ΔH1 = + E❑
2O2(g)  4O ; ΔH2 = + E❑
C + 2O  CO2(l) ; ΔH3 = -2E❑
4H + 2O  2H2O(l) ; ΔH4 = -E❑
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l)
ΔHr = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3 + ΔH4
Hreaksi = (4EC-H + 2EO=O) + (-2EO=O – 4EO-H)
(4EC-H + 2EO=O) - (2EO=O + 4EO-H)

Energi ini Energi ini


berasal dari berasal dari
pemutusan pembentukan
ikatan ikatan baru
ikatan

24
Secara umum, perhitungan ΔH reaksi menggunakan data energi ikatan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Energi total Energi total
ΔH reaksi= ( pemutu san ikatan )−(
pembentukan ikatan )

Contoh soal:
Diketahui energi ikatan:
C–C = 348 kJ/mol
C=C = 614 kJ/mol
C–H = 413 kJ/mol
C – Cl = 328 kJ/mol
H – Cl = 431 kJ/mol
Tentukan ΔHreaksi C2H4 + HCl  C2H5Cl
Jawab:
Struktur ikatan:
Energi total pemutusan ikatan (pereaksi)
4 x EC – H = 4 x 413 kJ/mol = 1652 kJ/mol
1 x EC = C = 1 x 614 kJ/mol = 614 kJ/mol
1 x EH – Cl = 1 x 431 kJ/mol = 431 kJ/mol
Energi total = 2697 kJ/mol
Energi total pemutusan ikatan (hasil reaksi)
5 x EC – H = 5 x 413 kJ/mol = 2065 kJ/mol
1 x EC – C = 1 x 348 kJ/mol = 348 kJ/mol
1 x EC – Cl = 1 x 328 kJ/mol = 328 kJ/mol
Energi total = 2741 kJ/mol
Jadi, ΔH reaksi = energi pemutusan ikatan – energi pembentukan
ikatan
= (2697 - 2741) kJ/mol
= - 44 kJ/mol

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi tentang energitika yang sudah
dijelaskan di atas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
Energitika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi
yang terjadi dalam suatu proses atau reaksi. Energi tersebut dapat mengalami
perubahan sehingga ada yang disebut dengan sistem dan lingkungan. Sistem
adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian sedangkan lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem dan dapat berinteraksi
dengan sistem. Berdasarkan pertukaran energi dan materi yang terjadi, sistem
dibedakan menjadi tiga yakni sistem terbuka, tertutup dan tersekat
Berdasarkan adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan,
reaksi termokimia dikelompokan menjadi reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepas panas sedangkan
reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap panas.
Hukum I termodinamika merupakan bentuk lain dari kekekalan
energi. Hukum ini menggambarkan percobaan yang menghubungkan usaha
yang dilakukan pada sistem (W), panas yang ditambahkan atau dikurangi
pada sistem (Q) dan energi dalam pada sistem (U). Hukum I Termodinamika
berbunyi, Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi
hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk energi yang lain.
Jenis-jenis entalpi standar ada delapan diantaranya, Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar ( ∆ H ¿ ¿ f o )¿ , Perubahan Entalpi Penguraian Standar

( ∆ H ¿ ¿ d o)¿, Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( ∆ H ¿ ¿ co ) ¿, Perubahan


Entalpi Netralisasi Standar ( ∆ H ¿ ¿ n o)¿, Perubahan Entalpi Penguapan
Standar ( ∆ H ¿ ¿ vapo ) ¿, Perubahan Entalpi Peleburan Standar ( ∆ H ¿ ¿ fuso )¿,
Perubahan Entalpi Sublimasi Standar ( ∆ H ¿ ¿ ¿ o) ¿ dan Perubahan Entalpi
Pelarutan Standar ( ∆ H ¿ ¿ s o) ¿.

26
Adapun untuk menghitung besarnya perubahan entalpi dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti, penentuan nilai ΔH reaksi melalui
eksperimen sederhana (kalor jenis air dan kapasitas kalor, penentuan ΔH
reaksi menggunakan kalorimeter tekanan tetap dan penentuan ΔH reaksi
menggunakan kalorimeter bom), perhitungan ΔH reaksi menggunakan
Hukum Hess, perhitungan ΔH reaksi berdasarkan data ΔH pembentukan
standar dan perhitungan ΔH reaksi menggunakan data energi ikatan.
3.2 Saran
3.2 1 Untuk Penulis
Saran yang dapat diberikan untuk penulis yaitu lebih memperbanyak
sumber-sumber pengetahuan agar pengetahuan yang dibangun bersifat
relavan dan dapat dipercaya oleh para pembaca.
3.2 2 Untuk Pembaca
Saran yang dapat diberikan untuk pembaca yaitu lebih berhati-hati
dalam membaca dan memahami setiap pengetahuan yang ada, jika
nantinya terdapat kesalahan agar bisa mengirimkan kritik kepada
penulis.

27
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta:


Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 3. Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 2012. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi 9, Prinsip-prinsip dan
Aplikasi Modern. Erlangga.

28
LIST PERTANYAAN MATERI ENERGITIKA KIMIA
TELAAH KIMIA SMA II

1. Nurul Izzah (1813031024)


Mengapa pada Hukum Termodinamika II kalor dapat mengalir secara alami
dari benda panas ke benda yang dingin sedangkan dari benda yang dingin ke
benda yang panas tidak bisa tanpa dilakukan usaha?
Jawab:
Pada Hukum Termodinamika II kalor dapat mengalir secara alami dari
benda panas ke benda yang dingin, hal tersebut dapat dimisalkan seperti
kita menyentuhkan benda bersuhu tinggi (benda panas) dengan benda
yang bersuhu rendah (benda dingin), kalor dengan sendirinya mengalir
dari benda bersuhu tinggi menuju benda bersuhu rendah. Kita tidak
pernah melihat proses sebaliknya, dimana kalor dengan sendirinya
berpindah dari benda dingin menuju benda panas. Jika proses ini terjadi,
maka benda yang dingin akan bertambah dingin, sedangkan benda panas
akan bertambah panas.
2. Hasannudin (1813031020)
Bagaimana sistem bisa mencapai temperatur absolut, dan mengapa saat
sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan
entropi sistem akan mendekati nilai minimum?
Jawab:
Pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (hukum
termodinamika III), semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan
mendekati nilai minimum karena pada keadaan nol absolut setiap atom
berada pada posisis yang pasti dan memiliki energi dalam yang terendah.
3. Dewa Putu Gogo Balayoga (1813031004)
Mengapa bisa terjadi perubahan entalpi? Apakah semua senyawa kimia
menyebabkan adanya perubahan entalpi?

29
Jawab:
Entalpi adalah banyaknya energi yang dimiliki oleh sistem dan kerja
sedangkan perubahan entalpi adalah kalor reaksi dari suatu reaksi pada
tekanan tetap. Perubahan entalpi terjadi karena adanya perpindahan
energi antara sistem dan lingkungan. Semua senyawa kimia dapat
menyebabkan perubahan entalpi yang bergantung pada jumlah zat yang
direaksikan. Jika pereaksinya semakin banyak, maka perubahan
entalpinya semakin besar.
4. Kadek Dwi Septianingtyas (1813031017)
Jika satu objek menabrak objek lainnya hingga objek tersebut bergerak lalu
melambat atau berhenti secara perlahan, objek manakah yang melakukan
kerja?
Jawab:
Kerja (usaha) adalah sejumlah gaya yang bekera pada benda yang
menyebabkan benda tersebut berpindah sepanjang garis lurus dan searah
dengan arah gaya. Suatu benda dikatakan melakukan kerja apabila benda
tersebut melakukan gaya pada benda lain dan benda lain yang dikenai
berpindah tempat. Jadi, pada pertanyaan ini, objek yang melakukan kerja
adalah objek awal (objek yang menabrak).
5. Dewa Ayu Komang Widi Adnyani (1813031009)
Menurut Hukum Hess perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama baik
berlangsung dalam satu tahap maupun dua tahap. Mengapa hal itu bisa
terjadi?
Jawab:
Hal ini disebabkan karena perubahan entalpi suatu reaksi tidak
bergantung pada berapa banyak banyak tahap yang dijalani suatu reaksi
tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir saja. Jika pada
suatu reaksi dan perubahan entalpinya dijumlahkan hasilnya sama, maka
hasil pada suatu tahap sama dengan reaksi pada beberapa tahap.
6. Ni Putu Arinka Risky Chrisna Dewi (1813031005)
Apa yang membedakan antara penentuan perubahan entalpi reaksi
menggunakan kalorimeter tekanan tetap dengan penentuan perubahan entalpi

30
reaksi menggunakan kalorimeter bom, dan mana yang lebih berbahaya
digunakan pada saat penentuan perubahan entalpi reaksi?
Jawab:
Yang membedakan antara penentuan entalpi reaksi menggunakan
kalorimeter tekanan tetap dengan penentuan perubahan entalpi reaksi
menggunakan kalorimeter bom adalah jenis reaksi yang terjadi. Pada
kalorimeter tekanan tetap reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan,
pelarutan dan pengendapan sedangkan pada kalorimeter bom reaksi yang
terjadi adalah reaksi pembakaran. Antara kalorimeter tekanan tetap dan
kalorimeter bom, keduanya tidak ada yang berbahaya karena keduanya
sudah mempunyai reaksi masing-masing dalam pengkuran perubahan
entalpi.
7. Khairun Nissa (1813031013)
Berdasarkan kesepakatan bahwa Entalpi pembentukan standar setiap unsur
dalam bentuknya yang paling stabil adalah nol. Contohnya pada oksigen.
Entalpi pembentukan standar molekul oksigen (O2) dalam suhu 25℃ 1 atm
lebih stabil (ΔHf = 0, dibandingkan dengan alotropi oksigen oksigen yakni
ozon (ΔHf ≠ 0). Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Jawab:
Hal ini dapat terjadi karena molekul oksigen ternasuk unsur bebas
sehingga entalpi pembentukan standarnya sama dengan nol sedangkan
pada alotropi oksigen yaitu ozon termasuk senyawa sehingga entalpi
pembentukan standarnya tidak sama dengan nol.
8. Anak Agung Istri Pradnyawati Semari (1813031014)
Mengapa dalam proses isokhorik gas harus berada dalam volume konstan dan
tidak melakukan usaha?
Jawab:
Pada proses isokhorik atau volume konstan, tidak ada kerja yang
diberikan atau dihasilkan oleh sistem karena volume awal dan akhir
proses sama, sehingga perubahan volume (dV) adalah nol. Pada proses
isokhorik semua kalor yang diberikan diubah menjadi energi dalam
sistem.

31
9. Ni Ketut Devi Puspasari (1813031016)
Mengapa hanya kalorimeter bom yang dikhususkan untuk menentukan kalor
dari reaksi-reaksi pembakaran? Apakah ada kalorimeter lain selain itu?
Jawab:
Khusus untuk reaksi pembakaran hanya digunakan kalorimeter bom
karena pada prinsipnya kalorimeter bom bekerja pada sistem terisolasi,
dimana tidak ada perpindahan baik energi maupun massa. Reaksi yang
terjadi di dalam calorimeter bom akan menghasilkan kalor dan akan
diserap oleh air dan bom pada suhu yang sama yang ditunjukan dengan
adanya kenaikan suhu air yang terbaca oleh termometer. Oleh karena itu,
tidak ada kalor yang terbang ke lingkungan sehingga kalor reaksi sama
dengan kalor yang diserap oleh air dan bom.
10. Idawati (1813031015)
Jelaskan bagaimana manfaat hukum termodinamika III dalam perhitungan
nilai entropi?
Jawab:
Pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (hukum
termodinamika III), semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan
mendekati nilai minimum karena pada keadaan nol absolut setiap atom
berada pada posisis yang pasti dan memiliki energi dalam yang terendah.
Suatu kristal sempurna pada nol mutlak mempunyai keteraturan
sempurna, jadi entropinya adalah nol.
11. Ingrit Lumban Batu (1813031006)
Tolong sebutkan dan jelaskan satu contoh pengaplikasian hukum lll
termodinamika!
Jawab:
Hukum Termodinamika III jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
karena kita jarang menemui situasi suhu -273,15℃ atau 0 K. Namun
suhu ini berperan penting sebagai acuan perhitungan, seperti:
1. Penggunaan skala Kelvin
2. Perhitungan termodinamika pada gas ideal

32
3. Penyelidikan superkonduktivitas dan superfluiditas di
laboratorium

12. Riskayanti Tamba (1813031018)


Jelaskan bagaimana penggunaan kalorimeter tekanan tetap dan kalorimeter
bom dalam menentukan ΔH reaksi!
Jawab:
Penentuan ΔH reaksi menggunakan kalorimeter perlu memperhatikan
harga air kalorimeter yaitu banyaknya panas yang diperlukan untuk
menaikkan satu satuan derajat suhu kalorimeter tersebut.
 Pada kalorimeter tekanan tetap perubahan kalornya sama dengan
perubahan entalpinya, sedangkan
 Pada kalorimeter bom perubahan kalor yang terjadi di dalam
sistem sama dengan perubahan energi dalamnya sehingga
perubahan entalpi dapat ditentukan dengan membagi antara
besarnya kalor reaksi dengan mol senyawa yang ingin diketahui
perubahan entalpinya.
13. Ayu Asmara Waruwu (1813031021)
 Menurut hukum Hess, entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari
suatu reaksi kimia adalah sama. Mengapa perubahan entalpi dari suatu
reaksi kimia bisa sama?
Jawab:
Hal ini terjadi karena walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produknya berbeda tetapi hanya keadaan awal dan akhir
yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah
yang dilakukan untuk memperoleh produknya. Hal ini menyebabkan
perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat
diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan
aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui.

33
 Mengapa hasil perhitungan energi bebas dapat mempengaruhi spontan atau
tidaknya suatu reaksi kimia?
Jawab:
Hasil perhitungan energi bebas dapat mempengaruhi spontan atau
tidaknya suatu reaksi kimia karena jika hasil perhitungan diperoleh nilai
energi bebas bernilai negatif atau kurang dari nol, maka proses reaksi
kimia terjadi secara spontan, jika perubahan energi bebasnya sama
dengan nol, maka terjadi proses reaksi kesetimbangan, dan jika energi
bebas bernilai positif atau lebih dari nol maka reaksi kimia terjadi secara
tidak spontan.
14. Ni Luh Putu Suartini (1813031012)
Bagaimana hubungan antara Hukum I Termodinamika dengan hukum
kekekalan energi?
Jawab:
Hukum Termodinamika I berbunyi, energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke
bentuk energi yang lain, hubungannya dengan hukum kekekalan energi
yaitu jumlah energi dalam suatu sistem adalah tetap. Walaupun energi
berada dalam berbagai bentuk, jumlah energi total adalah tetap. Apabila
suatu energi hilang dari suatu bentuk maka pada waktu yang bersamaan
energi itu berubah menjadi bentuk lain.
15. Ni Wayan Dinda Puspa Widnyani Serongga (1813031002)
Untuk reaksi endoterm, dimana reaksi yang menyerap energi. Apakah bisa
kita menggunakan permisalan seseorang yang sedang mengonsumsi makanan
yang dimana seseorang tersebut membutuhkan energi dari makanan itu?
Namun diketahui bahwa reaksi endoterm yang membutuhkan energi tersebut,
pada reaksinya energi tersebut berupa kalor atau panas, sedangkan seseorang
yang sedang makan tidak perlu menyerap panas untuk mencerna makanan
tersebut?
Jawab:
Permisalan seseorang yang sedang mengonsumsi makanan dapat
dikatakan sebagai contoh dari reaksi endoterm dimana anak tersebut

34
membutuhkan energi untuk bisa mengubah makanan yang dia makan
menjadi energi yang dapat membantu metabolisme dan menggerakan
proses-proses biokimia di dalam tubuh. Sementara itu, energi tidak hanya
berupa panas atau kalor saja, namun energi dapat berupa gaya atau
gerakan yang membantu anak tersebut mengunyah makanannya sehingga
anak tersebut dapat menerima energi dari makanan yang ia makan.
16. Burma Michael Sipayung (1813031003)
Bagaimana perubahan entalpi suatu reaksi bisa tetap sama pada satu tahap
maupun beberapa tahap?
Jawab:
Perubahan entalpi bisa tetap sama karena jika pada suatu reaksi dan
perubahan entalpinya dijumlahkan hasilnya sama, maka hasil pada suatu
tahap sama dengan reaksi pada beberapa tahap. Maka perubahan entalpi
suatu reaksi tidak bergantung pada berapa banyak banyak tahap yang
dijalani suatu reaksi tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan
akhir saja.
17. Yudi Putra Sidabutar (1813031019)
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi jenis entalpi?
Jawab:
Faktor yang mempengerahi jenis entalpi:
1. Konsentrasi
Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung
partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer.
Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-
molekul dalam setiap satuan luas ruangan, akibatnya tumbukan
antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung
semakin cepat. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, makin
besar laju reaksinya.
2. Luas permukaan sentuh
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan.
Pada pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih,
tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan

35
berbentuk serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh
yang lebih besar daripada padatan berbentuk lempeng atau
butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi
tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi
dapat berlangsung lebih cepat.
Laju reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan reaktan.
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi
gerak (kinetik) partikel ikut meningkat sehingga makin banyak
partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi
(Ea). Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah jika suhunya
berubah.
Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi.
4. Katalisator
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi
tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga
pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis
mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi
aktivasi (Ea). Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi
sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun katalis
menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi tidak mempengaruhi
perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain,
penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.

36
37

Anda mungkin juga menyukai