OLEH:
6A PENDIDIKAN KIMIA
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum isolasi dan identifikasi karbohidrat ini adalah sebagai berikut.
1. Mengisolasi pati dari ketan putih dengan menggunakan metode ekstraksi sederhana.
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid, polihidroksi keton atau senyawa yang
dapat dihidrolisis menjadi jenis senyawa tersebut. Karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi senyawa yang lebih sederhana disebut monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa.
Karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida disebut disakarida,
seperti maltosa dan sukrosa. Karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul
monosakarida disebut polisakarida, seperti amilum dan selulosa (Frieda Nurlita, 2004).
Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat yang terdiri dari amilosa (20%) dan
amilopektin (80%). Amilosa dapat larut dalam air dingin sedangkan amilopektin tidak. Pati
termasuk senyawa polisakarida karena merupakan gabungan dari banyak monosakarida yang
berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati adalah glukosa yang berikatan dengan
ikatan α(1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang menggabungkan 2 molekul monosakarida
yang berikatan kovalen terhadap sesamanya.
OH
O OH
HO
O OH
OH O
HO
O
HO
OH HO
O O
Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air.
Amilosa memberikan sifat keras dan umumnya tersusun dari satuan glukosa yang bergabung
melalui ikatan α-(1,4) D-glukosa.
CH 2OH CH 2OH CH 2OH
O O O
OH OH OH
O O O
OH OH OH
Gambar 2. Struktur amilosa
Sedangkan amilopektin merupakan suatu polisakarida yang jauh lebih besar daripada
amilosa dan mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul. Amilopektin
menyebabkan sifat lengket pada pati. Seperti halnya rantai dalam amilosa, rantai utama dari
amilopektin juga mengandung 1,4’-α-D-glukosa namun terdapat percabangan rantai, sehingga
terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan pada titik
percabangan ialah ikatan 1,6’-α-glikosida (Ralph J. Fessenden, 1982).
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji.
Gambar 4. I2 dalam struktur amilum
Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micelles pun
tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang
ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan
dan warna biru khas pun kembali muncul (Fessenden, 1997:609). Warna biru khas yang
ditimbulkan sebagai hasil dari reaksi positif, juga akan hilang jika larutan yang telah
positif dalam pengujian iod ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan
mengikat iodium sehingga warna biru khas akan memudar dan hilang.
H
│
CH2OH—HCOH — HCOH—HCOH—HCOH —C=O + H2SO4
heksosa
O
║
→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
║ __SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH
O O
║ ║
R—C—H + 2Cu2+ [tartarat] + 5OH- → R—C—O- + Cu2O + 3H2O
Gula pereduksi pada pati juga dapat diidentifikasi dengan larutan Benedict.
Pengujian Benedict yang akan memberikan warna kehijauan jika hasil reaksi tersebut
positif. Larutan amilum yang dipanaskan setelah diteteskan pada reagen Benedict akan
memberi warna kehijauan. Dengan demikian, amilum mengandung gula pereduksi.
Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida
(Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu 2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Reaksinya adalah sebagai berikut.
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
(gula pereduksi) (endapan merah bata)
Larutan Benedict dibuat dengan melarutkan natrium sitrat (Na3C6H5O7. 11H2O) dan
zat anhidrous. Melarutkan CuSO4 hidrat ke dalam air dan memasukkannya perlahan-
lahan ke dalam larutan sitrat. Jika dalam cuplikan tidak terdapat gula pereduksi, maka
larutan jernih. Jika terdapat gula pereduksi, maka akan terbentuk endapan Cu 2O. Reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut.
O O
║ ║
R—C—H + 2Cu2+ [sitrat] → R—C—H + Cu2O
(gula pereduksi) (endapan merah bata)
Hidrazon merupakan substansi yang mudah larut (soluble) dan sulit diisolasi. Sedang
osazon kebalikannya, ia relatif tidak melarut dan membentuk kristal yang bentuknya
spesifik untuk setiap jenis sakarida. Reaksi pembentukan osazon adalah sebagai berikut:
H C O H C NNHC6 H5
+ H 2NNHC6H5
H C OH
H C OH
f enil-Hidrazon (larut)
H C NNHC6 H5
H C NNHC6 H5 C6H5NH2
2H2NNHC6H5
H C OH H 2O
+ + NH 3
C NNHC6 H5
2H2O
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila
didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton
yang terikat pada monomernya tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut
dalam air
Tabel alat:
Tabel Bahan:
Ke dalam 1 mL larutan koloid pati Koloid pati berupa larutan kental berwarna
ditambahkan 9 mL air dan diaduk. putih.
Setelah ditambahkan aquades dan diaduk,
larutan masih kental berwarna putih.
Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 10 mL Larutan iodium berwarna coklat
air yang mengandung 2 tetes larutan iodium kemerahan
(10 gram kristal iodium dalam 20 gram KI Ketika aquades ditambahkan 2 tetes
dalam 80 mL air). Larutan ini setara dengan larutan iodium, terbentuk larutan yang
0,33 ppm pati berwarna bening kekuningan
Setelah koloid pati ditambahkan larutan
iodium dalam air, warna larutan berubah
menjadi biru keunguan
Larutan tersebut diencerkan sebanyak sepuluh Warna campuran sebelum pengenceran
kali. Perubahan warna diamati. adalah biru keunguan
Warna campuran memudar menjadi tak
berwarna setelah dilakukan pengenceran
sebanyak 10 kali
Uji Molisch (α-naftol)
Ke dalam larutan koloid pati ditambahkan 2 Setelah larutan koloid pati ditambahkan
tetes larutan α-naftol (15% α-naftol dalam larutan α-naftol sebanyak 2 tetes terbentuk
alkohol 95%). koloid dan terdapat butiran berwarna
coklat
Asam sulfat pekat diteteskan perlahan-lahan Asam sulfat pekat berupa larutan tidak
melalui dinding tabung. Tabung dimiringkan berwarna
dan jangan sampai tercampur. Warna diamati Setelah ditambahkan asam sulfat pekat
pada bidang batas campuran. melalui dinding tabung, terbentuk cincin
ungu pada tabung reaksi
Campuran reaksi dipanaskan dalam penangas Setelah dipanaskan selama 30 menit tidak
air selama 30 menit. Perubahan yang terjadi ada perubahan warna
diamati.
Hidrolisis dengan Asam
Sebanyak 4-5 tetes HCl pekat dimasukkan ke HCl pekat berupa larutan tidak berwarna
dalam 50 mL larutan koloid pati. Setelah larutan koloid pati ditambahkan 4
tetes HCl pekat, terbentuk larutan
berwarna putih keruh
Campuran dipanaskan dalam penangas air Setelah campuran dipanaskan selama 30
selama 30 menit. menit dalam penangas air, larutan menjadi
lebih bening dari sebelumnya
Campuran didinginkan, lalu dinetralkan Ketika dinetralkan dengan NaOH, warna
dengan larutan NaOH 10%. larutan tidak berubah
Dilakukan uji Fehling dan uji iodium. Ketika dilakukan uji Fehling dilakukan,
larutan berwarna biru pada mulanya.
Setelah dipanaskan, larutan berubah
menjadi merah bata
Ketika dilakukan uji iodium, terbentuk
arutan berwarna warna larutan biru muda
Hidrolisis dengan Enzim
Ke dalam larutan koloid pati dimasukkan 1-2 Saliva berwarna bening dan kental
mL saliva (air ludah) dan dicampurkan dengan Setelah koloid pati ditambahkan saliva,
baik. terbentuk larutan berwarna putih keruh
dan kental
Dimasukkan dalam penangas air dengan suhu Setelah dipanaskan dalam penangas air,
antara 38-400C selama 25 menit. larutan menjadi bening kental
Dilakukan uji Fehling dan uji iodium. Ketika dilakukan uji Fehling, larutan
berwarna biru pada awalnya. Setelah
pemanasan, warna larutan berubah
menjadi merah bata
Ketika dilakukan uji iodium, larutan
berwarna bening. Setelah dilakukan
pemanasan, warna larutan tidak berubah
Uji Osazon
Sedikit pati kering hasil isolasi ditaruh dalam Dihasilkan pati yang cair
kaca arloji, kemudian dicampurkan dengan
sedikit aquades. Diteteskan dalam kaca objek.
Bentuk kristalnya diamati dan digambarkan. Bentuk kristal adalah bulat-bulat dan
bergerombol
Bentuk kristal hasil percobaan dibandingkan Bentuk kristal pada uji osazon meruncing
dengan bentuk kristal hasil literatur. dan pada kristal pati berbentuk bulat-
bulat dan bergerombol. Jika dibandingkan
dengan literatur, diperoleh hasil yang
hampir sama, dimana bentuk kristal
osazon meruncing dan tajam serta khas
untuk setiap senyawa monosakarida
sedangkan bentuk kristal pada pati yakni
bulat
V. Pembahasan
Dalam proses isolasi pati dari ketan putih, terlebih dahulu ketan putih dihaluskan dan
ditimbang beratnya, berat ketan putih yang diperoleh adalah 100,0037 gram. Ketan kemudian
dilarutkan dalam 500 mL air dan diperas dengan menggunakan kain kasa, dimana kain kasa
berfungsi untuk menyaring dan memisahkan antara ampas ketan putih dengan pati yang
diperoleh (tidak larut dalam air). Penggunaan kain kasa sebagai penyaring lebih baik daripada
kertas saring karena ukuran pati yang merupakan makromelekul tidak bisa melewati lubang
kertas saring sehingga bila menggunakan kertas saring maka akan sangat sulit untuk
dipisahkan antara ampas dan pati yang ingin diperoleh.
Setelah dilakukan penyaringan diperoleh suspensi berwarna putih dimana bagian atas
lebih bening dari bagian bawahnya. Selanjutnya dilakukan dekantasi terhadap suspensi untuk
memisahkan pati hasil isolasi dari air disamping juga untuk mempermudah pengeringannya.
Berat pati hasil isolasi yang diperoleh adalah sebesar 67,2943 gram. Sehingga kadar pati
dalam ketan putih yang diperoleh adalah:
Secara teori, dalam 100 gram ketan putih terdapat 80 gram pati. Sehingga massa pati dalam
ketan putih secara teoritis dalam ketan putih yang digunakan adalah
100,0037𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 80 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
100𝑔𝑟𝑎𝑚
Menurut perhitungan, massa ketan putih yang didapat adalah sebesar 18,8098 gram sehingga
randemennya adalah:
Pada prosedur selanjutnya, sebelum dilakukan uji terhadap pati yang diperoleh, terlebih
dahulu dibuat larutan koloid dari pati yang bertujuan agar pati tidak terkumpul di satu titik
yang akan memudah dilakukannya pengujian. Namun, dalam membuat larutan koloid pati
terdapat kendala dimana setelah ditambahkan dengan air dingin terbentuk larutan keruh dan
setelah digerus dengan martil terbentuk pasta kemudian setelah ditambahkan dengan air
hangat terbentuk cairan kental berwarna putih yang merupakan pati koloid yang selanjutnya
dilanjutkan dengan melakukan uji terhadap pati.
Uji Iodium
Uji iodium merupakan uji identifikasi terhadap adanya karbohidrat khususnya
golongan polisakarida dengan menggunakan reagen yang larutan I2 dalam KI yang dibuat
dari campuran padatan iodium (I2) dan padatan KI yang dilarutkan dalam pelarut air.
Berdasarkan hasil pengamatan, ketika larutan I2 dalam KI yang berwarna coklat kemerahan
ditambahkan ke dalam larutan koloid (berwarna putih kental) yang telah diencerkan,
terbentuk larutan berwarna biru keunguan. Adanya perubahan warna menjadi biru
keunguan mengindikasikan bahwa zat pati termasuk ke dalam golongan polisakarida. Dari
penambahan iodium, maka iodium akan bereaksi dengan amilum pati membentuk suatu
senyawa kompleks adsorpsi yang berwarna spesifik yakni khusus pati berwarna biru
walaupun sedikit keunguan. Di dalam pati, terdapat unit-unit glukosa (monosakarida) yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya. Bentuk ini menyebabkan zat pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru pada
kompleks tersebut. Persamaan reaksi dari uji iodium terhadap zat pati adalah sebagai
berikut.
Gambar 5. Terikatnya I2 pada struktur helix amilosa
Pengenceran dilakukan pada campuran yang berwarna biru keunguan sehingga warna
memudar menjadi bening transparan. Pengenceran dengan air ini menyebabkan struktur
helix dari amilosa ini merenggang dan terbuka sehingga iodium yang terikat di dalam
struktur helix terlepas yang menyebabkan warna campuran memudar.
Uji Molisch (α-naftol)
Uji molisch merupakan uji untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat yang ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu. Pada uji Molosch, sampel yang mengandung
pati terlebih dahulu dikocok-kocok kemudian ditambahkan α-naftol. Larutan α-naftol yang
ditambahkan tidak larut dalam larutan uji dan berupa gumpalan-gumpalan cairan berwarna
coklat di atas permukaan larutan uji. Koloid pati selanjutnya ditambahkan asam sulfat pekat
secara perlahan dan lewat pinggir tabung reaksi dengan tujuan agar asam sulfat berada di
antara larutan uji dan α-naftol, sehingga cincin berwarna ungu dapat terbentuk.
Terbentuknya cincin ungu disebabkan karena karbohidrat yang merupakan polihidroksi
keton dan polihidroksi aldehid akan terdehidrasi dengan penambahan asam sulfat pekat
sehingga membentuk hidroksi metil furfural, dimana reaksinya adalah sebagai berikut:
H H H H H H OH O
H C C C C C C O CH 2 C H
+ H2SO4 O
OH OH OH OH OH
5-hidroksimetil f urf ural
heksosa
Furfural yang terbentuk akan berekasi dengan α-naftol membentuk komplek cincin ungu.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
O
OH O
OH SO 3H
CH2 C H + H 2C C OH
O OH O
cincin ungu
Terbentuknya cincin ungu mengindikasikan bahwa sampel koloid pati yang diuji
mengandung karbohidrat.
Uji Fehling atau Benedict untuk gula pereduksi
Uji Benedict dan uji Fehling merupakan uji yang digunakan untuk mengidentifikasi
adanya gula pereduksi. Gula pereduksi merupakan golongan karbohidrat monosakarida
yang memiliki gugus aldehid bebas sehingga dapat mereduksi berbagai macam reduktor,
sedangkan monosakarida ketosa tidak termasuk gula pereduksi karena mengandung gugus
keton. Golongan disakarida, oligosakarida, dan polisakarida yang tersusun oleh monomer
monosakarida yang mengandung gugus aldehid tidak termasuk gula pereduksi karena tidak
terdapat lagi gugus aldehid yang dapat mengalami mutarotasi akibat telah terikat dengan
monomer lain. Berdasarkan hasil pengamatan dengan uji Fehling terhadap koloid pati,
larutan Fehling yang berwarna biru tua setelah ditambahkan dengan koloid pati yang
berupa larutan putih kental. Larutan Fehling tidak mengalami perubahan warna yang
mengindikasikan hasil negatif karena pati merupakan karbohidrat golongan polisakarida
dimana gugus aldehidnya tidak dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka sehingga tidak
dapat mereduksi reagen Fehling atau reagen Benedict.
2+ -
zat amilum + Cu [tartarat]+ OH
2+ -
zat amilum + Cu [sitrat] + OH
H C O H C NNHC6 H5
+ H2NNHC6H5
H C OH
H C OH
fenil-Hidrazon (larut)
H C NNHC6 H5
H C NNHC6 H5 C6H5NH2
2H2NNHC6H5
H C OH H2O
+ + NH3
C NNHC6 H5
2H2O
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila
didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton
yang terikat pada monomernya tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut
dalam air mendidih.
Pada percobaan yang telah dilakukan terhadap sampel koloid pati tidak ditemukan
adanya kristal ozason, baik sampel pati yang belum ditambahkan zat penghidrolisis
ataupun yang sudah ditambahkan zat penghidrolisis. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena tidak terdapatnya senyawa disakarida ataupun monosakarida dalam sampel pati
yang diuji tersebut sehingga tidak terbentuk kristal osazon. Oleh karena tidak
ditemukannya kristal osazon, maka pengamatan kristal tidak dilakukan.
Pembentukan kristal
Pengamatan bentuk kristal dari amilum yang diisolasi dilakukan dengan cara
membasahi amilum kering dengan sedikit air kemudian larutan ini diletakkan pada kaca
objek dan diamati. Berdasarkan hasil pengamatan, struktur kristal pati berupa bulatan yang
menggambarkan struktur granula amilum. Jadi dapat dikatakan kristal pati hasil isolasi
memiliki bentuk kristal butiran bulat-bulat.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pati
dapat diisolasi dari ketan putih dengan menggunakan metode ekstraksi sederhana. Zat pati
yang telah diisolasi dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji iodium, uji Fehling, Uji
Benedict, Uji Molisch, hidrolisis dengan asam dan enzim, dan bentuk kristal. Kristal yang
terbentuk dari pati yang diisolasi berbentuk butiran bulat. Adapun rendemen dari pati yang
diperoleh adalah sebesar 67,2943 gram.
1) Jelaskan, mengapa air dapat dipakai untuk mengisolasi pati dari ketan putih dan bahan
pangan lainnya!
Jawab:
Air dapat dipakai untuk mengisolasi pati dari ketan putih dan bahan pangan lainnya hal
itu dikarenakan pati tidak larut dalam air, sehingga pati akan mengendap dan endapan
pati akan mudah didapat.
2) Apakah dapat dipergunakan kertas saring sebagai pengganti kain (kasa) pada prosedur
kerja isolasi pati yang Anda lakukan? Jelaskan!
Jawab:
Kertas saring tidak dapat dipergunakan sebagai pengganti kain (kasa) pada prosedur
kerja isolasi pati dikarenakan pati memiliki ukuran molekul-molekul yang besar
(makromolekul), sehingga apabila menggunakan kertas saring maka molekul-molekul
dari pati akan memenuhi pori – pori dari kertas saring yang sangat kecil sehingga pati
tidak diperoleh secara maksimal.
3) Apakah ada sisa pati pada ampas ketan putih tersebut?
Jawab:
Pada ampas ketan putih kemungkinan masih ada sisa pati. Hal ini mungkin disebabkan
pada proses penghalusan ketan putih masih terdapat bagian – bagian ketan putih yang
masih berukuran cukup besar yang dapat mempengaruhi terpisahnya pati dari bagian
tersebut.
2. Mengapa uji iodium dilakukan dengan pereaksi I 2 dalam KI, tidak dengan I2 dalam air?
Jawab:
Uji iodium dilakukan dengan pereaksi I2 dalam KI, tidak dengan I2 dalam air karena I2
tidak larut dalam air, sehingga uji iodium dilakukan dengan pereaksi I 2 dalam KI
karena I2 dapat larut dalam KI.
3. Bagaimanakah warna koloid pati setelah ditetesi larutan iodium? Jelaskan, mengapa
demikian!
Jawab:
Setelah koloid pati ditetesi dengan iodium maka akan terbentuk warna biru. Hal ini
karena pati atau amilum termasuk polisakarida. Polisakarida memiliki struktur yang
spiral (menutup) yang apabila polisakarida ini (amilum) ditetesi Iod, maka molekul
Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan ini akan berwarna biru.
1. Apakah yang terjadi jika penambahan larutan asam sulfat dilakukan sebelum
penambahan larutan -naftol? Jelaskan!
Jawab:
Jika penambahan larutan asam sulfat dilakukan sebelum penambahan larutan α-naftol,
maka yang akan terjadi adalah tidak terbentuk cincin ungu karena α-naftol berfungsi
sebagai indikator warna untuk mempermudah pengamatan. Sedangkan asam sulfat
berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa). Jika asam sulfat ditambahkan
sebelum penambahan α-naftol maka reaksi yang terjadi sulit diamati. Dengan adanya α-
naftol sebagai indikator warna maka reaksi akan mudah diamati dengan terjadinya
perubahan warna. H2SO4 menyebabkan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida.
Selanjutnya monosakarida, misalnya jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan
asam tersebut menjadi furfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari α-naftol dalam
alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu. Reaksinya sebagai berikut.
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +
│
OH
pentosa furfural α-naftol
H
│
CH2OH—HCOH — HCOH—HCOH—HCOH —C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut.
O
║
║ __SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH
2. Apakah fungsi penambahan asam sulfat, apakah bisa diganti dengan asam-asam kuat
lainnya?
Jawab:
3. Apakah yang teramati jika uji Molisch menunjukkan hasil yang positif ?
Jawab:
Jika uji Molisch menunjukkan hasil positif, maka yang terbentuk cincin ungu pada
larutan.
4. Apakah simpulan anda, jika uji tersebut menunjukkan hasil yang positif ?
Jawab:
Jika uji tersebut menunjukkan hasil positif, maka dapat disimpulkan bahan yang
digunakan mengandung karbohidrat.
Jawab:
H H H H H H OH O
H C C C C C C O CH 2 C H
+ H2SO4 O
OH OH OH OH OH
5-hidroksimetil f urf ural
heksosa
Furfural yang terbentuk akan berekasi dengan α-naftol membentuk komplek cincin
ungu, dimana reaksinya adalah sebagai berikut:
O
OH O
OH SO 3H
CH2 C H + H 2C C OH
O OH O
cincin ungu
H O
O O
R C + 2 Cu 2+ [sitrat] + 5 OH- R C + Cu 2 O
H O
Hasil positif yang ditunjukkan setelah direaksikan dengan pereaksi fehling adalah
terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna kuning atau merah sedangkan hasil
positif yang ditunjukkan setelah direaksikan dengan pereaksi benedict adalah
terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah, kuning dan hijau kekuningan
yang bergantung pada warna asal dan jumlah gula pereduksi yang direaksikan.
2. Apakah bisa koloid pati ditambahkan larutan Fehling A dan B secara terpisah, tanpa
dicampur sebelumnya?
Jawab:
Koloid pati tidak bisa ditambahkan larutan Fehling A dan B secara terpisah, tanpa
dicampur sebelumny karena Fehling yang digunakan untuk menguji gula reduksi ini
adalah campuran Fehling A dan Fehling B. Apabila Fehling A dan Fehling B tidak
dicampurkan terlebih dahulu dapat mempengaruhi reaksi sehingga menghasilkan
produk atau uji yang tidak tepat sasaran atau harapan.
3. Apakah yang dapat teramati jika uji Fehling /Benedict menunjukkan hasil positif?
Jawab:
Jika uji Fehling/Benedict menunjukkan hasil positif, maka yang dapat teramati adalah
terbentuknya endapan berwarna merah bata.
4. Apa simpulan Anda jika reaksi tersebut menunjukkan hasil positif, atau sebaliknya
negatif?
Jawab:
Jika reaksi tersebut menunjukkan hasil positif, maka dapat disimpulkan pada
bahan yang digunakan mengandung karbohidrat.
Jika reaksi tersebut menunjukkan hasil negatif, maka dapat disimpulkan pada
bahan yang digunakan tidak mengandung karbohidrat.
5. Tulis reaksi yang terjadi, jika uji tersebut menunjukkan hasil positif.
Jawab:
Jika uji tersebut menunjukkan hasil positif, maka reaksi yang terjadi adalah
O O
║ ║
R—C—H + 2Cu2+ [tartarat] + 5OH- → R—C—O- + Cu2O + 3H2O
6. Apakah uji ini dapat dipakai untuk menentukan kadar gula pereduksi dalam ketan putih
secara kuantitatif? Jelaskan!
Jawab:
Uji ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kadar gula pereduksi dalam ketan putih
secara kuantitatif karena pada uji ini hanya dilakukan secara kualitatif (menentukan
keberdaannya pada ketan putih bukan jumlah) dengan mengamati perubahan warna.
4. Bagaimana simpulan anda, jika: a) uji Fehling positif, tetapi uji iodium negative; b) uji
Fehling negative, tetapi uji iodium positif; c) uji Fehling dan uji iodium kedua-duanya
positif.
a) Jika uji Fehling positif, tetapi uji iodium negative: polisakarida (pati) telah
terhidrolisis sempurna
b) Jika ujiFehling negative, tetapi uji iodium positif: polisakarida (pati) belum
terhidrolisis
c) Jika uji Fehling dan uji Iodium keduanya positif: polisakarida terhidrolsis sebagian.
fenil-Hidrazon (larut)
H C NNHC6 H5
H C NNHC6 H5 C6H5NH2
2H2NNHC6H5
H C OH H2O
+ + NH3
C NNHC6 H5
2H2O
1. Jelasan mengapa perlu ditambahkan air pada uji bentuk kristal di atas?
Jawa:
Pada uji bentuk kristal ini perlu ditambahkan air agar mudah diamati karena nantinya
pati akan terdistribusi ke dalam air sehingga kristal pati dapat diamati.
Fessenden, Raph J, Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga
Refren Video:
https://youtu.be/1ErKUzUDDDw
https://youtu.be/x93lTi6TAnI
https://youtu.be/5tvkxcP-sWA