SISTEM TERMODINAMIKA
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Termodinamika” ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang penulis sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “Hukum 1
Termodinamika”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas PGRI Silampari Bpk. Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd.
2. Ibu Tri Ariani, M.Pd.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universtas PGRI
Silampari yang selalu mendukung dan memfasilitasi hingga karya makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik,
3. Endang Lovisia M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah termodinamika
4. Teman-teman seperjuangan khususnya mahasiswa progam studi pendidikan fisika
Universitas PGRI Silampari yang telah memberikan dukungan kepada penyusun..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada
pembaca.Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak memerlukan perbaikan. Untuk itu
mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.
HALAMAN JUDUL............................................................................I
KATA PENGANTAR.......................................................................II
DAFTAR ISI.....................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN .............................................................1
1.1Latar Belakang.............................................................................1
1.2Rumusan Masalah........................................................................1
1.3Tuljuan ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
2.1Konsep Dasar Termodinamika....................................................2
A. Skala suhu internasional........................................................2
B. Teori kinetik gas ideal ..........................................................4
C. Kapasitor kalor ......................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................11
3.2. Kesimpulan ............................................................................11
3.3 Saran .......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu skala suhu internasional
2. Untuk mengetahui hukum-hukum di teori kinetik gas ideal
3. Untuk mengetahui apa itu kapasitas kalor
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan
sebaliknya.Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini,
energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah
dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.Jika kalor diberikan kepada sistem,
volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akanterlihat mengembang dan bertambah panas).
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volumedan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak
mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip inimerupakan hukum alam yang penting dan salah satu
bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yangmengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikankepada sistem
akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energidalam. Prinsip ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebutHukum I Termodinamika.
Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan keadaan awal (1)
∆U=U2 - U1
Q =W+∆U
Dimana Q adalah kalor,W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Tapirumus
itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan
kerjaW padalingkungannya.
Gambar 1. Sistem pada Termodinamika
Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U ),perpindahan panas(Q), dan
kerja (W )
∆U = U1 – U2 = Q - W
Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka
dQ = dU + dW
dQ = dU + p Dv
1) Pengertian
Suhu Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat
merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak
memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di terik matahari, otak memberikan
informasi rasa panas. Tampak di sini bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.
Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas? Pada suhu lebih tinggi atom-
atom atau molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang
dimiliki partikel menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan
terjadi perpindahan energi dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan
lebih panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang. Molekul-
molekul ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita merasakan lebih panas.
Sebaliknya, pada saat udara dingin, molekul-molekul di udara bergerak lebih lambat.
Molekul-molekul di kulit kita justru bergetar lebih kencang. Ketika udara dingin bersentuhan
dengan kulit maka sebagian energi yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom
di udara. Getaran atom kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin.
a) Skala Suhu
Suhu es yang melebur pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai titik acuan bawah dan
(kanan) suhu air mendidih pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai titik acuan atas.
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai
suhu 0 derajat.
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 80.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer (udara terbuka) maka kita menaikkan suhu sebesar 80
derajat skala Reamur, atau 80 oR.
b) Skala Celcius
Cara penetapan skala suhu Celcius tidak beda jauh dengan cara penetuan skala suhu
Reamur. Skala suhu Celcius ditetapkan sebagai berikut.
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai suhu
0 derajat
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 100.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer kita menaikkan suhu sebesar 100 derajat skala Celcius, atau
100 oC.
c) Skala Fahrenheit
Penetapan skala suhu Fahrenheit sedikit berbeda dengan penetapan skala Celcius dan
Reamur. Skala suhu Fahrenheit ditetapkan sebagai berikut
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai
suhu 32 derajat e
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 212.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer maka kita menaikkan suhu sebesar (212 – 32) = 180 derajat
skala Fahrenheit, atau 180 oF.
`d) Skala Kelvin
Jika suhu zat terus didinginkan maka zat tersebut akan berubah wujud dari gas menjadi
cair, lalu berubah menjadi padat. Jika diturunkan terusmenerus maka getaran atom-atom
dalam zat makin lambat. Ketika diturunkan lagi maka atom-atom zat tidak bergerak lagi.
Untuk semua zat yang ada di alam semesta didapatkan bahwa suhu ketika semua partikel tidak
bergerak lagi sama dengan -273 oC.
i. Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi dipilih sebagai
titik acuan bawah. Suhu titik acuan bawah ini diambil sebagai nol derajat mutlak atau
nol kelvin.
ii. Besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama dengan besar kenaikan
suhu untuk tiap kenaikan skala celcius.
Suhu es murni melebur pada tekanan satu atmosfer adalah 0 oC dan sama dengan 0 + 273
= 273 K
Suhu air murni mendidih pada tekanan satu atmosfer adalah 100 oC dan sama dengan 100
+ 273 = 373 K
Lihat dua pita yang sebelah atas pada Gambar 11.3. Perhatikan batas kiri dan kanan
pita sebagai titik acuan bawah dan titik acuan atas. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita. Ini adalah suhu benda yang sama. Namun nilainya
berbeda ketika diungkapkan dalam skala berbeda. Jika diungkapkan dalam skala reamur,
nilainya tr, jika diungkapkan dalam skala celcius, nilainya tc, dan seterusnya. Kita gunakan
aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut ini
atau
Gambar 11.2 Alat ukur suhu yang menunjukkan skala celcius dan fahrenheit secara
bersamaan.
Perhatikan pita kedua dan ketiga pada Gambar 11.2. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika
atau
Gambar 11.3 Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam berbagai skala.
Perhatikan pita pertama dan ketiga pada Gambar 11.3. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika
yang sederhana berikut
Kalian dapat melakukan koversi antar satuan yang lain lagi, seperti antara reamur dan kelvin
dan antara fahrenheit dan kelvin.
Contoh 11.1
Nyatakan suhu pada Gambar 11.4 dalam satuan reamur, fahrenheit, dan kevlin?
Pada gambar di atas suhu dinyatakan dalam satuan celcius, yaitu c t = 36,6 oC. Dengan
menggunakan persamaan (11.1) kita peroleh suhu dalam skala reamur
Dengan menggunakan persamaan (11.2) kita peroleh suhu dalam skala fahrenheit
Dengan menggunakan persamaan (11.4) kita peroleh suhu dalam skala kelvin
Berapakah suhu air yang baru dipanaskan 3 menit? Berapakah suhu udara di luar
ruangan saat ini? Berapakah suhu ruangan setelah AC dinyalakan 10 menit? Berapa suhu
badan adik saat diserang deman? Bagaimana cara mengetahuinya? Jawabnya hanya satu, yaitu
melakukan pengukuran?
Partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan
yang ditempatinya. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat gas. Untuk
menyederhanakan permasalahan ini diambil pengertian tentang gas ideal. Dalam kehidupan
nyata gas ideal tidak pernah ada. Sifat-sifat gas pada tekanan rendah dan suhu kamar
mendekati sifat-sifat gas ideal, sehingga gas tersebut dapat dianggap sebagai gas ideal. Sifat-
sifat gas ideal adalah sebagai berikut.
a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-molekul dalam jumlah
besar. Molekul ini dapat berupa atom maupun kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak). Artinya, semua
molekul bergerak ke segala arah dengan pelbagai kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam wadah.
e. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul maupun tumbukan
molekul dengan dinding) adalah tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu
yang sangat singkat.
2. Persamaan Umum Gas Ideal
Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling berhubungan. Besaran-
besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V), dan temperatur mutlak (T). Hubungan
ketiga besaran ini telah dipelajari dan diteliti oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui
bagaimana hubungan ketiga variabel tersebut, mari kita pelajari beberapa hukum mengenai
gas ideal.
Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan gas adalah
Robert Boyle (1627 - 1691). Boyle telah menyelidiki hubungan tekanan dan volume gas
dalam wadah tertutup pada temperatur tetap.
Boyle menemukan bahwa :
hasil kali tekanan dan volume gas pada temperatur tetap adalah konstan.
Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle. Secara
matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :
P V = konstan atau P1 V1 = P2 V2
Keterangan :
P1 = tekanan gas awal (N/m2) V1 =
volume gas awal (m3)
P2 = tekanan gas akhir V2 =
volume akhir
Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan volume pada
temperatur tetap dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti Gambar 1 berikut.
Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles (1747 - 1823)
menemukan bahwa:
volume gas berbanding lurus dengan temperatur mudaknya, jika tekanan gas di dalam ruang
tertutup dijaga konstan.
Pernyataan Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk
persamaan :
atau
Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3) V2 =
volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K) T2 =
temperatur mutlak akhir (K)
Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk grafik, seperti gambar 2 berikut.
Jika digambarkan sampai temperatur rendah, grafik akan memotong sumbu di sekitar
-273 °C atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jika dapat didinginkan sampai volume -
273 °C, maka volumenya akan nol.
Grafik ini dapat berlaku untuk semua jenis gas. Semua jenis gas tidak dapat didinginkan lagi,
hingga tempteraturnya kurang dari -273 °C. Ini berarti temperatur -273 °C atau 0 K
merupakan suhu terendah yang dapat dicapai gas. Temperatur ini disebut temperatur nol
mutlak. Nol mutlak merupakan dasar bagi skala temperatur yang dikenal sebagai skala
mutlak atau skala Kelvin. Pada skala ini, temperatur dinyatakan dalam Kelvin (K).
atau
Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Grafik hubungan tekanan dan temperatur pada volume tetap
atau
Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai karakteristik
yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk itu diperlukan satu konstanta lagi
yang dapat digunakan untuk semua jenis gas. Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman
(k).
Jadi, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut :
atau
Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol) n =
jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)
Pada persamaan tersebut, NA k disebut dengan konstanta gas umum (R). Jadi,
persamaan gas tersebut dapat diubah menjadi :
Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,314 J/mol K
= 0,082 L atm/mol K
Persamaan inilah yang disebut dengan Persamaan Gas Ideal.
Contoh Soal 1 :
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volum V dan suhu 27 oC mempunyai tekanan 1,5 . 105 Pa.
Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga volumnya menjadi ¼ V, berapakah tekanan gas
sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 + 273)K = 300 K V1 =
V
V2 = ¼ V
P1 = 1,5 . 105 Pa (proses isotermik ditekan perlahan-lahan) Ditanya: P2 = ...?
Jawab:
P1 . V1 = P2 . V2
1,5 . 105 . V = P2 . ¼ V P2 = 5.
105 Pa
Contoh Soal 2 :
Suatu gas ideal sebanyak 4 liter memiliki tekanan 1,5 atmosfer dan suhu 27 oC. Tentukan tekanan
gas tersebut jika suhunya 47 oC dan volumenya 3,2 liter!
Penyelesaian:
Diketahui:
V1 = 4 liter V2
= 3,2 liter P1 =
1,5 atm
T1 = 27 oC = 27 + 273 = 300 K
T2 = 47 oC = 47 + 273 = 320 K
Ditanya: P2 = ... ?
Jawab:
= 2 atm
Contoh Soal 3 :
Gas helium sebanyak 16 gram memiliki volume 5 liter dan tekanan 2 x 105 Pa. Jika R = 8,31
J/mol.K, berapakah suhu gas tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
m = 16 gram Mr
O2 = 32
P = 2 x 105 Pa
R = 8,31 J/mol.K
V = 5 liter = 5 x 10-3 m3 Ditanya: T =... ?
Jawab:
= 0,5 mol
P.V=n.R.T
= 2,406 x 102 K
Tekanan Gas
Tekanan gas yang akan kita bahas adalah tekanan gas akibat gerak molekul. Jika gas
tersebut berada di dalam ruangan tertutup, molekul- molekulnya akan menumbuk dinding
ruangan dengan kecepatan tertentu. Tekanan gas di dalam sebuah ruangan tertutup sama
dengan tekanan gas pada dindingnya akibat ditumbuk molekul gas. Gaya tumbukan yang
merupakan laju momentum terhadap dinding inilah yang memberikan tekanan gas.
Walaupun arah kecepatan molekul tidak sama, namun besar kecepatan (kelajuan) molekul
gas ke semua arah dapat dianggap sama (vx = vy = vz).
Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2)
N = jumlah molekul
m = massa satu molekul gas (kg)
v2 = rata-rata kuadrat kelajuan molekul (m/s) ρ = massa
jenis gas (kg/m3)
Persamaan tersebut berlaku jika gas terdiri dari N buah molekul. Untuk satu buah molekul,
persamaan tersebut menjadi :
Faktor adalah energi kinetik. Jadi, persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :
atau
Pada pembahasan di atas, kita telah mendapatkan persamaan PV = NkT dan PV = nRT. Maka,
persamaan energi kinetik translasi rata-rata molekul gas dapat dicari dengan rumus :
atau
Keterangan:
Ek = energi kinetik translasi rata-rata gas (J) k = tetapan
Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)
T = temperatur mudak gas (K) n =
jumlah mol gas
Contoh Soal 4 :
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan suhu 57 oC. Berapakah energi kinetik rata-rata
molekul gas tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1 mol
k = 1,38 x 10-23 J/K
T = (57 + 273) K = 330 K
Ditanya: Ek = ...?
Jawab:
Contoh Soal 5 :
Sebuah tangki yang volumenya 50 liter mengandung 3 mol gas monoatomik. Jika energi kinetik
rata-rata yang dimiliki setiap gas adalah 8,2 x 10-21 J, tentukan besar tekanan gas dalam tangki?
Penyelesaian:
Diketahui:
V = 50 liter = 5 x 10-2 m3 n = 3
mol
Ek = 8,2 x 10-21 J
Ditanya: P = ... ?
Jawab:
Contoh Soal 6 :
Di dalam ruang tertutup terdapat gas yang tekanannya 3,2 x 10 5 N/m2. Jika massa jenis gas tersebut
adalah 6 kg/m3, berapakah kecepatan efektif tiap partikel gas tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui: P = 3,2 x 105 N/m2 ; ρ = 6 kg/
Ditanya: Ek = … ?
Jawab:
= 400 m/s
1. Gerak Brown
Pada tahun 1827, Robert Brown menemukan gejala gerak semba¬rang yang terus-
menerus dari tepung sari yang tergantung di dalam air. Gerakan partikel tepung tersebut di
dalam air kemudian dikenal sebagai gerak Brown. Sebelum ditemukan teori kinetik, gerakan
ini belum dapat dijelaskan. Pada tahun 1905, Albert Einstein mengembangkan teori gerak
Brown.
Anggapan dasar yang dikemukakan Einstein tentang fenomena tersebut adalah bahwa partikel-
partikel yang tergantung bebas di dalam suatu fluida (cairan atau gas) bergerak karena
temperatur medium (disebut gerak termal).
2. Penguapan
Proses penguapan dapat dijelaskan dengan dasar teori kinetik. Molekul-molekul air
tarik-menarik satu sama lain. Gaya tarik-menarik ini membuat molekul air berdekatan pada
fase cair. Jika terjadi kenaikan temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih cepat yang
berarti energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai energi kinetik tinggi mampu
melawan gaya tarik molekul lain. Akibatnya, molekul dengan energi kinetik tinggi dapat
terlepas dari ikatan molekul lain, dan berubah ke fase gas. Akan tetapi, jika molekul tidak
memiliki kecepatan yang memadai untuk berubah ke fase gas, maka ia akan tertarik kembali
ke permukaan air.
3. Kelembaban
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengatakan bahwa udara di
sekitar kita kering atau lembab. Keadaan ini disebut kelembaban udara. Ketika
kelembaban udara ini disebabkan oleh kandungan uap air di udara. Semakin
banyak uap air di suatu tempat, semakin lembab udara di tempat tersebut.
ΔQ = C . ΔT →C = dQ/dT
dQv = CvdT
dQv = n Cv dT
dQP = Cp dT
dQP = nC p dT
Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah
1 . Proses Isotermal
Vf
∆U = Q – W → Q = ∆U +¿ W = nCV∆T+nRT ∈¿
Vi
∆U = nCY∆T
2 . Proses Isokhorik
3. Proses Isobarik
Q = nCP ∆T = nC p (Tf – Ti )
pV = nRT → pR ∆T
4. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi karena kalor
yang diterimadan dikeluarkan sama besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang
dihasilkan proses adiabatik pada gas ideal yaitu :
C
P= = CV y
Vy
Vf Vf
W = ∫ pdV =∫ CV –y
dV
Vi Vi
1
W=C V-y+1¿Vf
Vi
− y +1
C
= (Vf –y+1)
1−Y
I
Q = 0 ∆U = Q –W →∆U = -W = ( p f Vf - pi Vi )
Y −I