Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM TERMODINAMIKA

Disusun Oleh:

Nama : Reno Nabila (4120004)


Arga Dwi Muhayad (4120016)
Deka Yaniza (4120013)
Prodi : Pendidikan Fiska
Mata Kuliah : Termodinamika
Dosen Pengampu : Endang Lovisia,M.Pd.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Termodinamika” ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang penulis sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “Hukum 1
Termodinamika”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas PGRI Silampari Bpk. Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd.
2. Ibu Tri Ariani, M.Pd.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universtas PGRI
Silampari yang selalu mendukung dan memfasilitasi hingga karya makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik,
3. Endang Lovisia M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah termodinamika
4. Teman-teman seperjuangan khususnya mahasiswa progam studi pendidikan fisika
Universitas PGRI Silampari yang telah memberikan dukungan kepada penyusun..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada
pembaca.Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak memerlukan perbaikan. Untuk itu
mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.

Lubuklinggau 09 Oktober 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................I
KATA PENGANTAR.......................................................................II
DAFTAR ISI.....................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN .............................................................1
1.1Latar Belakang.............................................................................1
1.2Rumusan Masalah........................................................................1
1.3Tuljuan ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
2.1Konsep Dasar Termodinamika....................................................2
A. Skala suhu internasional........................................................2
B. Teori kinetik gas ideal ..........................................................4
C. Kapasitor kalor ......................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................11
3.2. Kesimpulan ............................................................................11
3.3 Saran .......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan (equilibrium), yang dapat


digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem
keseimbangan, tetapi tidak dapat dipakai untuk mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu
terjadi karena selama proses sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu sistem tersebut dapat
berubah akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Sementara untuk aplikasi dalam
materialnya, termodinamika membahas material yang menerima energi panas atau energi dalam
bentuk yang berbeda-beda. Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat
termodinamika. Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus yang berbeda pula,
sesuai denganpermasalahan yang ada. Ada Hukum 0 Termodinamika atau biasa disebut sebagai
Hukum awal Termodinamika, lalu ada Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan
Hukum 3 Termodinamika.
Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi yang ada dalam
suatu sistem dalam termodinamika. Hukum 1 Termodinamika mengenalkan hukum
Kekekalan Energi. Hukum Kekekalan Energi yaitu energi yang tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, hanya dapat berubah bentuk energi dari bentuk satu ke bentuk lainnya.
Oleh karena itu, Hukum 1 Termodinamika sering disebut Hukum Kekekalan Energi. Ini
berhubungan dengan beberapa proses termodinamika yaitu proses isotermik, isokhorik,
isobarik, dan adiabatik. Dari energi yang ada pada proses tersebut, dapat pula dihitung
berapa kapasitas panas kalornya, entalpi, dan kalor yang dihasilkan dari proses tersebut

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan skala suhu internasional?
2. Apa saja hukum yang terdapat di Teori kinetik gas ideal ?
3. Apa yang dimaksud Kapasitas kalor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu skala suhu internasional
2. Untuk mengetahui hukum-hukum di teori kinetik gas ideal
3. Untuk mengetahui apa itu kapasitas kalor
BAB II

PEMBAHASAN

A. Skala Suhu Internasional

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan
sebaliknya.Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini,
energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah
dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.Jika kalor diberikan kepada sistem,
volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akanterlihat mengembang dan bertambah panas).
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volumedan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak
mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip inimerupakan hukum alam yang penting dan salah satu
bentuk dari hukum kekekalan energi.

  Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yangmengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikankepada sistem
akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energidalam. Prinsip ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebutHukum I Termodinamika.
Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan keadaan awal (1)

∆U=U2 - U1

 Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q =W+∆U

Dimana Q adalah kalor,W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Tapirumus
itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan
kerjaW padalingkungannya.
Gambar 1. Sistem pada Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U ),perpindahan panas(Q), dan
kerja (W )

∆U = U1 – U2 = Q - W

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka

dQ = dU + dW

dQ = dU + p Dv

1) Pengertian

Suhu Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita dapat
merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika menyentuh es, otak
memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di terik matahari, otak memberikan
informasi rasa panas. Tampak di sini bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.

Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas? Pada suhu lebih tinggi atom-
atom atau molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang
dimiliki partikel menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan
terjadi perpindahan energi dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan
lebih panas.

Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang. Molekul-
molekul ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita merasakan lebih panas.
Sebaliknya, pada saat udara dingin, molekul-molekul di udara bergerak lebih lambat.
Molekul-molekul di kulit kita justru bergetar lebih kencang. Ketika udara dingin bersentuhan
dengan kulit maka sebagian energi yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom
di udara. Getaran atom kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin.

a) Skala Suhu

Pertanyaan berikutnya adalah berapakan suhu es yang sedang mencair? Berapakah


suhu air yang sedang mendidih? Agar semua orang di seluruh dunia menyimpulkan nilai suhu
yang sama maka perlu ditetapkan skala suhu secara internasional. Banyak skala suhu yang
telah diusulkan para ahli. Di sini kita akan bahas beberapa saja. Skala Reamur Pada saat
menetapkan skala suhu, maka orang perlu menentukan dua peristiwa di mana suhunya
ditetapkan terlebih dahulu. Dua peristiwa tersebut harus dapat dihasilkan ulang secara mudah
dan teliti. Dua peristiwa yang sering digunakan sebagai acuan penetapan adalah peleburan es
pada tekanan satu atmosfer dan air mendidih pada tekanan satu atmosfer (Gambar 11.1). Suhu
peleburan es pada tekanan satu atmosfer sering disebut titik acuan bawah dan suhu didih air
pada tekanan satu atmosfer sering disebut titik acuan atas.

Suhu es yang melebur pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai titik acuan bawah dan
(kanan) suhu air mendidih pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai titik acuan atas.

Skala suhu Reamur ditetapkan sebagai berikut.

i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai
suhu 0 derajat.

ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 80.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer (udara terbuka) maka kita menaikkan suhu sebesar 80
derajat skala Reamur, atau 80 oR.

b) Skala Celcius

Cara penetapan skala suhu Celcius tidak beda jauh dengan cara penetuan skala suhu
Reamur. Skala suhu Celcius ditetapkan sebagai berikut.

i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai suhu
0 derajat

ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 100.

Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer kita menaikkan suhu sebesar 100 derajat skala Celcius, atau
100 oC.

c) Skala Fahrenheit

Penetapan skala suhu Fahrenheit sedikit berbeda dengan penetapan skala Celcius dan
Reamur. Skala suhu Fahrenheit ditetapkan sebagai berikut

i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan sebagai
suhu 32 derajat e

ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer diterapkan sebagai
suhu 212.

Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga menjadi air yang sedang
mendidih pada tekanan 1 atmosfer maka kita menaikkan suhu sebesar (212 – 32) = 180 derajat
skala Fahrenheit, atau 180 oF.
`d) Skala Kelvin

Jika suhu zat terus didinginkan maka zat tersebut akan berubah wujud dari gas menjadi
cair, lalu berubah menjadi padat. Jika diturunkan terusmenerus maka getaran atom-atom
dalam zat makin lambat. Ketika diturunkan lagi maka atom-atom zat tidak bergerak lagi.
Untuk semua zat yang ada di alam semesta didapatkan bahwa suhu ketika semua partikel tidak
bergerak lagi sama dengan -273 oC.

Skala suhu Kelvin ditetapkan sebagai berikut.

i. Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi dipilih sebagai
titik acuan bawah. Suhu titik acuan bawah ini diambil sebagai nol derajat mutlak atau
nol kelvin.

ii. Besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama dengan besar kenaikan
suhu untuk tiap kenaikan skala celcius.

Dengan demikian, hubungan antara skala kelvin dan celius adalah:

e) Skala kelvin = skala celcius + 273

 Suhu es murni melebur pada tekanan satu atmosfer adalah 0 oC dan sama dengan 0 + 273
= 273 K

 Suhu air murni mendidih pada tekanan satu atmosfer adalah 100 oC dan sama dengan 100
+ 273 = 373 K

Skala kelvin ditetapkan sebagai skala suhu dalam satuan SI.

2. Konversi Antar Skala Suhu

Berapa kelvinkah sepuluh fahrenheit? Berapa reamurkah negatif 100 celcius?


Pertanyaan semacam ini akan sering kita jumpai. Beberapa negara menggunakan skala
fehrenheit sedangkan kita di Indonesia umumnya menggunakan skala celcius. Pada bagian ini
kita akan belajar cara mengonversi suhu dalam berbagai skala di atas. Ada juga alat ukur suhu
yang menampilkan dua skala secara bersamaan, seperti pada Gambar 11.2. Untuk memudahkan
pemahaman tentang teknik konversi suhu, lihat Gambar 11.3.
a) Konversi antara skala celcius dan reamur

Lihat dua pita yang sebelah atas pada Gambar 11.3. Perhatikan batas kiri dan kanan
pita sebagai titik acuan bawah dan titik acuan atas. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita. Ini adalah suhu benda yang sama. Namun nilainya
berbeda ketika diungkapkan dalam skala berbeda. Jika diungkapkan dalam skala reamur,
nilainya tr, jika diungkapkan dalam skala celcius, nilainya tc, dan seterusnya. Kita gunakan
aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut ini

atau
Gambar 11.2 Alat ukur suhu yang menunjukkan skala celcius dan fahrenheit secara
bersamaan.

b) Konversi celcius dan fahrenheit

Perhatikan pita kedua dan ketiga pada Gambar 11.2. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika

atau
Gambar 11.3 Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam berbagai skala.

c) Konversi reamur dan fahrenheit

Perhatikan pita pertama dan ketiga pada Gambar 11.3. Perhatikan pula suatu suhu yang
dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika
yang sederhana berikut

d) Konversi celcius dan kelvin


Perhatikan pita kedua dan keempat pada Gambar 11.3. Perhatikan pula suatu suhu
yang dinyatakan oleh garis di tengah pita. Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang
sederhana berikut

Kalian dapat melakukan koversi antar satuan yang lain lagi, seperti antara reamur dan kelvin
dan antara fahrenheit dan kelvin.

Contoh 11.1

Nyatakan suhu pada Gambar 11.4 dalam satuan reamur, fahrenheit, dan kevlin?

Gambar 11.4 Gambar untuk contoh 11.1


Jawab:

Pada gambar di atas suhu dinyatakan dalam satuan celcius, yaitu c t = 36,6 oC. Dengan
menggunakan persamaan (11.1) kita peroleh suhu dalam skala reamur

Dengan menggunakan persamaan (11.2) kita peroleh suhu dalam skala fahrenheit

Dengan menggunakan persamaan (11.4) kita peroleh suhu dalam skala kelvin

3. Alat Ukur Suhu

Berapakah suhu air yang baru dipanaskan 3 menit? Berapakah suhu udara di luar
ruangan saat ini? Berapakah suhu ruangan setelah AC dinyalakan 10 menit? Berapa suhu
badan adik saat diserang deman? Bagaimana cara mengetahuinya? Jawabnya hanya satu, yaitu
melakukan pengukuran?

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan termometer. Termometer


telah dibuat dalam berbagai jenis. Jenis-jenis tersebut disesuaikan dengan kegunaan masing-
masing. Juga jangkauan pengukuran satu termometer dengan termometer lainnya berbeda,
sesuai dengan di mana termometer itu akan digunakan. Termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu tubuh hanya berjangkauan sekitar 30 oC – 50 oC. Penyebabnya adalah tidak
ada manusia yang memiliki suhu badan di bawah 30 oC dan di atas 50 oC. Jadi akan percuma
saja membuat skala di bawah 30 oC dan di atas 50 oC. Gambar 11.5 memperlihatkan sejumlah
termometer yang digunakan dalam rumah sakit, laboratorium, dan industri.
B. Teori kinetik gas ideal
1. Pengertian gas ideal

Partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan
yang ditempatinya. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat gas. Untuk
menyederhanakan permasalahan ini diambil pengertian tentang gas ideal. Dalam kehidupan
nyata gas ideal tidak pernah ada. Sifat-sifat gas pada tekanan rendah dan suhu kamar
mendekati sifat-sifat gas ideal, sehingga gas tersebut dapat dianggap sebagai gas ideal. Sifat-
sifat gas ideal adalah sebagai berikut.
a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-molekul dalam jumlah
besar. Molekul ini dapat berupa atom maupun kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak). Artinya, semua
molekul bergerak ke segala arah dengan pelbagai kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam wadah.
e. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul maupun tumbukan
molekul dengan dinding) adalah tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu
yang sangat singkat.
2. Persamaan Umum Gas Ideal
Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling berhubungan. Besaran-
besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V), dan temperatur mutlak (T). Hubungan
ketiga besaran ini telah dipelajari dan diteliti oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui
bagaimana hubungan ketiga variabel tersebut, mari kita pelajari beberapa hukum mengenai
gas ideal.
 Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan gas adalah
Robert Boyle (1627 - 1691). Boyle telah menyelidiki hubungan tekanan dan volume gas
dalam wadah tertutup pada temperatur tetap.
Boyle menemukan bahwa :
hasil kali tekanan dan volume gas pada temperatur tetap adalah konstan.
Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle. Secara
matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :

P V = konstan atau P1 V1 = P2 V2

Keterangan :
P1 = tekanan gas awal (N/m2) V1 =
volume gas awal (m3)
P2 = tekanan gas akhir V2 =
volume akhir

Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan volume pada
temperatur tetap dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti Gambar 1 berikut.

Gambar 1 : Grafik hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap.

 Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles (1747 - 1823)
menemukan bahwa:

volume gas berbanding lurus dengan temperatur mudaknya, jika tekanan gas di dalam ruang
tertutup dijaga konstan.
Pernyataan Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk
persamaan :

atau

Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3) V2 =
volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K) T2 =
temperatur mutlak akhir (K)

Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk grafik, seperti gambar 2 berikut.

Gambar 2. Grafik hubungan volume dan temperatur pada tekanan tetap.

Jika digambarkan sampai temperatur rendah, grafik akan memotong sumbu di sekitar
-273 °C atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jika dapat didinginkan sampai volume -
273 °C, maka volumenya akan nol.
Grafik ini dapat berlaku untuk semua jenis gas. Semua jenis gas tidak dapat didinginkan lagi,
hingga tempteraturnya kurang dari -273 °C. Ini berarti temperatur -273 °C atau 0 K
merupakan suhu terendah yang dapat dicapai gas. Temperatur ini disebut temperatur nol
mutlak. Nol mutlak merupakan dasar bagi skala temperatur yang dikenal sebagai skala
mutlak atau skala Kelvin. Pada skala ini, temperatur dinyatakan dalam Kelvin (K).

 Hukum Gay Lussac


Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidiki hubungan tekanan
dan temperatur gas pada volume tetap. Gay Lussac menyatakan:
Jika volume gas pada ruang tertutup dibuat tetap, maka tekanan gas berbanding lurus dengan
temperatur gas.
Pernyataan ini disebut Hukum Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk persamaan berikut

atau

Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Grafik hubungan tekanan dan temperatur pada volume tetap

 Hukum Boyle - Gay Lussac


Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum Boyle, hukum
Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan menjadi satu persamaan. Hasil gabungan
ketiga hukum tersebut dikenal sebagai hukum Boyle - Gay Lussac. Hukum ini dinyatakan
dalam bentuk persamaan :

atau

Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai karakteristik
yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk itu diperlukan satu konstanta lagi
yang dapat digunakan untuk semua jenis gas. Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman
(k).
Jadi, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut :

atau

Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol) n =
jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)

Pada persamaan tersebut, NA k disebut dengan konstanta gas umum (R). Jadi,
persamaan gas tersebut dapat diubah menjadi :

Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,314 J/mol K
= 0,082 L atm/mol K
Persamaan inilah yang disebut dengan Persamaan Gas Ideal.
Contoh Soal 1 :
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volum V dan suhu 27 oC mempunyai tekanan 1,5 . 105 Pa.
Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga volumnya menjadi ¼ V, berapakah tekanan gas
sekarang?

Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 + 273)K = 300 K V1 =
V
V2 = ¼ V
P1 = 1,5 . 105 Pa (proses isotermik ditekan perlahan-lahan) Ditanya: P2 = ...?
Jawab:
P1 . V1 = P2 . V2
1,5 . 105 . V = P2 . ¼ V P2 = 5.
105 Pa

Contoh Soal 2 :
Suatu gas ideal sebanyak 4 liter memiliki tekanan 1,5 atmosfer dan suhu 27 oC. Tentukan tekanan
gas tersebut jika suhunya 47 oC dan volumenya 3,2 liter!

Penyelesaian:
Diketahui:
V1 = 4 liter V2
= 3,2 liter P1 =
1,5 atm
T1 = 27 oC = 27 + 273 = 300 K
T2 = 47 oC = 47 + 273 = 320 K
Ditanya: P2 = ... ?
Jawab:

= 2 atm

Contoh Soal 3 :
Gas helium sebanyak 16 gram memiliki volume 5 liter dan tekanan 2 x 105 Pa. Jika R = 8,31
J/mol.K, berapakah suhu gas tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui:
m = 16 gram Mr
O2 = 32
P = 2 x 105 Pa
R = 8,31 J/mol.K
V = 5 liter = 5 x 10-3 m3 Ditanya: T =... ?
Jawab:

= 0,5 mol

P.V=n.R.T

= 2,406 x 102 K

3. Teori Kinetik gas ideal


Salah satu sifat gas ideal adalah molekul-molekulnya dapat bergerak bebas (acak). Sekarang
kita akan membahas pengaruh gerak molekul- molekul gas terhadap sifat gas secara umum
dengan Teori Kinetik Gas. Beberapa konsep yang dibicarakan dalam teori kinetik gas antara lain
tekanan akibat gerak molekul gas, kecepatan molekul gas, dan energi kinetik gas.

 Tekanan Gas
Tekanan gas yang akan kita bahas adalah tekanan gas akibat gerak molekul. Jika gas
tersebut berada di dalam ruangan tertutup, molekul- molekulnya akan menumbuk dinding
ruangan dengan kecepatan tertentu. Tekanan gas di dalam sebuah ruangan tertutup sama
dengan tekanan gas pada dindingnya akibat ditumbuk molekul gas. Gaya tumbukan yang
merupakan laju momentum terhadap dinding inilah yang memberikan tekanan gas.
Walaupun arah kecepatan molekul tidak sama, namun besar kecepatan (kelajuan) molekul
gas ke semua arah dapat dianggap sama (vx = vy = vz).

Maka, besar tekanan gas dinyatakan dengan rumus:


atau
Mengingat bahwa Nm adalah massa gas (M) dan (massa jenis), maka
tekanan dapat dicari dengan persamaan :

Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2)
N = jumlah molekul
m = massa satu molekul gas (kg)
v2 = rata-rata kuadrat kelajuan molekul (m/s) ρ = massa
jenis gas (kg/m3)

1. Energi Kinetik sebagai Fungsi Temperatur


Molekul gas yang bergerak mempunyai energi kinetik. Kita lihat kembali persamaan
tekanan sebagai fungsi rata-rata kuadrat kelajuan di depan yang dinyatakan dengan persamaan :

Persamaan tersebut berlaku jika gas terdiri dari N buah molekul. Untuk satu buah molekul,
persamaan tersebut menjadi :

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut.

Faktor adalah energi kinetik. Jadi, persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :

atau

Pada pembahasan di atas, kita telah mendapatkan persamaan PV = NkT dan PV = nRT. Maka,
persamaan energi kinetik translasi rata-rata molekul gas dapat dicari dengan rumus :

atau

Keterangan:
Ek = energi kinetik translasi rata-rata gas (J) k = tetapan
Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)
T = temperatur mudak gas (K) n =
jumlah mol gas
Contoh Soal 4 :
Suatu gas dalam ruang tertutup dengan suhu 57 oC. Berapakah energi kinetik rata-rata
molekul gas tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1 mol
k = 1,38 x 10-23 J/K
T = (57 + 273) K = 330 K
Ditanya: Ek = ...?
Jawab:

= . 1,38 x 10-23 . 330

= 6,21 x 10-21 Joule

Contoh Soal 5 :
Sebuah tangki yang volumenya 50 liter mengandung 3 mol gas monoatomik. Jika energi kinetik
rata-rata yang dimiliki setiap gas adalah 8,2 x 10-21 J, tentukan besar tekanan gas dalam tangki?

Penyelesaian:
Diketahui:
V = 50 liter = 5 x 10-2 m3 n = 3
mol
Ek = 8,2 x 10-21 J

Ditanya: P = ... ?
Jawab:

= 1,97 x 105 N/m2

Contoh Soal 6 :
Di dalam ruang tertutup terdapat gas yang tekanannya 3,2 x 10 5 N/m2. Jika massa jenis gas tersebut
adalah 6 kg/m3, berapakah kecepatan efektif tiap partikel gas tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui: P = 3,2 x 105 N/m2 ; ρ = 6 kg/
Ditanya: Ek = … ?
Jawab:

= 400 m/s

4. Penerapan Teori Kinetik Gas

1. Gerak Brown
Pada tahun 1827, Robert Brown menemukan gejala gerak semba¬rang yang terus-
menerus dari tepung sari yang tergantung di dalam air. Gerakan partikel tepung tersebut di
dalam air kemudian dikenal sebagai gerak Brown. Sebelum ditemukan teori kinetik, gerakan
ini belum dapat dijelaskan. Pada tahun 1905, Albert Einstein mengembangkan teori gerak
Brown.
Anggapan dasar yang dikemukakan Einstein tentang fenomena tersebut adalah bahwa partikel-
partikel yang tergantung bebas di dalam suatu fluida (cairan atau gas) bergerak karena
temperatur medium (disebut gerak termal).

2. Penguapan
Proses penguapan dapat dijelaskan dengan dasar teori kinetik. Molekul-molekul air
tarik-menarik satu sama lain. Gaya tarik-menarik ini membuat molekul air berdekatan pada
fase cair. Jika terjadi kenaikan temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih cepat yang
berarti energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai energi kinetik tinggi mampu
melawan gaya tarik molekul lain. Akibatnya, molekul dengan energi kinetik tinggi dapat
terlepas dari ikatan molekul lain, dan berubah ke fase gas. Akan tetapi, jika molekul tidak
memiliki kecepatan yang memadai untuk berubah ke fase gas, maka ia akan tertarik kembali
ke permukaan air.
3. Kelembaban
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengatakan bahwa udara di
sekitar kita kering atau lembab. Keadaan ini disebut kelembaban udara. Ketika
kelembaban udara ini disebabkan oleh kandungan uap air di udara. Semakin
banyak uap air di suatu tempat, semakin lembab udara di tempat tersebut.

4. Difusi pada Organisme Hidup


Difusi merupakan peristiwa bergeraknya suatu zat dari konsentrasi tinggi
menuju konsentrasi rendah. Peristiwa difusi dapat diperhatikan ketika meneteskan
zat pewarna ke dalam gelas berisi air. Zat pewarna yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi daripada konsentrasi air, akan menyebar ke seluruh air, walaupun
kalian tidak mengaduk air. Pencampuran ini disebabkan oleh gerakan molekul
yang acak.

C. Kapasitas Kalor pada Gas Ideakl[P ----U0]


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu
sistemsebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa, panas yang diberikan
kepada sistem akanmengakibatkan kenaikan temperatur. Ada 2 jenis kapasitas kalor,
yaitu ada kapasitas kalor saatvolume tetap (CV) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap
(CP ). Sedangkan rumus kapasitas kaloritu sendiri adalah :

ΔQ = C . ΔT →C = dQ/dT

Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif didefinisikan


sebagai besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1° C.
Dengandemikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal atau J/K. Sedangkan ΔT tidak
lain adalah menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi energi
panas Q.

 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

dQv = CvdT

dQv = n Cv dT

Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus, tergantung


pada gasidealnya itu sendiri. Apakah monoatomik, diatomik, atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R 


Saat diatomik Cv = 5/2R 
Saat polyatomic Cv = 5/2R 
 
 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQP = Cp dT

dQP = nC p dT
Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

1 . Proses Isotermal

Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :

Vf
∆U = Q – W → Q = ∆U +¿ W = nCV∆T+nRT ∈¿
Vi

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

∆U = nCY∆T

2 . Proses Isokhorik

Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :

Q = NcP ∆T = NcV (Tf – Ti)

 Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

3. Proses Isobarik

Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

Q = nCP ∆T = nC p (Tf – Ti )

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

∆U = Q – W → ∆U = nCp∆T - p∆T

pV = nRT → pR ∆T

CV = CV + R →∆U = nC p∆T - nR∆T = nC v ∆T

4. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi karena kalor
yang diterimadan dikeluarkan sama besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang
dihasilkan proses adiabatik pada gas ideal yaitu :

Adiabatik : pVY = konstan

C
P= = CV y
Vy
Vf Vf
W = ∫ pdV =∫ CV –y
dV
Vi Vi

1
W=C V-y+1¿Vf
Vi
− y +1

C
= (Vf –y+1)
1−Y

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

I
Q = 0 ∆U = Q –W →∆U = -W = ( p f Vf - pi Vi )
Y −I

Anda mungkin juga menyukai