Anda di halaman 1dari 33

PENDAHULUAN DAN REVIEW ZAT PADAT

DAN
SUSUN PERIODIK ATOM-ATOM PADA ZAT PADAT

NAMA ANGGOTA : HESTY WIDIYASTUTI ( 4119002 )

ELVI QORIK ISMIYATUN (4119012)

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

MATA KULIAH : PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT

DOSEN PENGAMPUN : WAHYU ARINI, M. Pd. Si.

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

KOTA LUBUKLINGGAU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmatdan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah inidiajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenaitu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Khususnya kepada Ibu
Wahyu Arini, M.Pd.Si selaku dosen mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat dan kepada
teman-teman semua yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan makalah
ini.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, baik berupa materi maupun ide dan sehinggamakalah ini
dapat mencakup semua pokok pembahasan. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, 27 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6
A. Pengertian Zat ....................................................................................... 6
B. Pengertian Zat Padat ............................................................................. 6
C. Zat Padat Fisika..................................................................................... 7
D. Sifat Zat Padat ....................................................................................... 8
E. Ciri Zat Padat ........................................................................................ 8
F. Rumus Dalam Zat Padat ....................................................................... 9
G. Alat Mekanik Zat Padat ...................................................................... 15
H. Beberapa Sifat Unsur Zat Padat Dalam Sistem Periodik .................... 21
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 32
A. Kesimpulan ......................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika Zat Padat adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari struktur dan
berbagai sifat fisika dari suatu bahan (zat) dalam fasa padat. Fasa padat adalah suatu
fasa dimana atom-atomnya menempati posisi yang tetap. Kebanyakan elemen kimia
pada suhu ruang adalah bahan dengan fase padat. Secara umum, terdapat dua jenis zat
padat yaitu kristal dan amorf. Kristal adalah satu jenis zat padat yang memiliki
struktur kimia dengan tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi (long range
order) pada seluruh volumenya. Sedangkan amorf adalah jenis zat padat dimana
strukturnya tidak memiliki keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi pada seluruh
volumenya. Pada buku ajar ini, akan dibahas zat padat berjenis kristal dengan tingkat
keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi. Sifat-sifat fisis yang akan dibahas
meliputi berbagai struktur kristal, gaya ikat dan ikatan atom di dalam kristal serta kisi
kristal. Dibahas pula konsep panas jenis sebagai fungsi dari suhu menurut Einstein
dan Debye, konsep elektron bebas dalam kristal, teori pita energi dan penerapan teori
pita energi ini pada bahan semikonduktor serta menghubungkan teori pita energi
dengan dinamika elektron dalam logam. Pada akhir bagian buku ini, dibahas sekilas
tentang konsep kemagnetan serta berbagai contoh bahan magnet serta aplikasinya.
Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ajar ini adalah memiliki
kemampuan untuk menganalisis struktur, sifat dan perilaku elektron dalam suatu zat
padat. Untuk mencapai kompetensi di atas, pembaca diharapkan dapat: Menjelaskan
konsep struktur kristal. Menjelaskan konsep gaya ikat dan ikatan atom dalam kristal.
Menjelaskan konsep panas jenis sebagai fungsi dari suhu menurut Einstein dan
Debye. Menjelaskan konsep elektron bebas dalam kristal. Menunjukkan teori pita
energi dan berbagai model yang mendasarinya. Menerapkan teori pita energi pada
bahan semikonduktor. Menerapkan dan menghubungkan teori pita energi dengan
dinamika elektron dalam logam. Menunjukkan konsep kemagnetan dan aplikasinya.

1
B. Rumusan masalah
Rumusan Masalah yang Diambil dari Masalah ini yaitu
1. Pengertian Zat Padat dan Sifat Zat Padat
2. Ciri Zat Padat dan Rumus Zat Padat
3. Pemuaian Pada Zat Padat
4. Alat Alat Mekanik dari Zat Padat
5. Beberapa Sifat Unsur Zat Padat dalam Sistem Periodik

C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui Apa Itu Zat Padat Dan Sifat Sifatnya
2) Untuk Mengetahui Ciri Ciri Dan Rumus Dari Zat Padat
3) Untuk Mengetahui Apa Itu Pemuaian Zat Padat
4) Untuk Mengetahui Alat Alat Mekanik Dari Zat Padat
5) Untuk Memahami Sifat Sifat Unsur Dari Zat Periodik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zat
Semua benda terdiri atas zat atau materi. Walaupun zat-zat penyusun benda itu
berlainan jenis atau wujudnya, tetapi ada dua sifat yang sama pada zat-zat itu, yaitu
semua menempati ruang dan memiliki massa. Secara umum didifinisikan bahwa zat
(materi) adalah sesuatu yang menempeti ruangan dan memiliki massa.

B. Pengertian Zat Padat


Zat padat atau padatan (solid) adalah salah satu dari tiga wujud mendasar
materi (yang lainnya adalah cairan dan gas). Zat padat sendiri adalah suatu keadaan
dimana materi memiliki keteraturan struktur tiga dimensi, yang merupakan akibat dari
dekatnya komponen-komponen atom, ion atau molekul dan kuatnya gaya yang
mengikatnya.
Dalam zat padat, partikel-partikelnya dikemas rapat. Ini ditandai dengan
kekakuan struktural dan tidak berubah bentuk atau volume. Tidak seperti cairan,
benda padat tidak mengalir untuk mengambil bentuk wadahnya, juga tidak
mengembang untuk mengisi seluruh volume yang tersedia untuknya seperti halnya
gas. Alasan suatu padatan memiliki bentuk yang kaku adalah karena atom atau
molekul terhubung erat melalui ikatan kimia.
Berdasarkan keteraturan susunan atomnya zat padat dapat berbentuk kristal
dan amorf. Kristal merupakan suatu bentuk padatan yang terdiri dari atom-atom, ion-
ion atau molekul-molekul zat padat yang tersusun secara berulang dengan jarak
teratur dalam tiga dimensi, contohnya besi dan tembaga. Amorf adalah bahan yang
atom atom penyusunnya tidak memiliki pola keteraturan tertentu atau pola
keteraturannya tidak tiga dimensi atau berjangkauan pendek, contohnya kaca dan
plastik.

3
Sebagian besar materi zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya.Zat
padat mulai dikembangkan pada abad ke dua puluh,mengikuti penemuan difraksi
sinar x oleh kristal.Sebuah kristal ideal adalah disusun oleh satuan satuan struktur
yang identik secara berulang ulang yang tak hingga didalam ruang.Semua struktur
dapat dijelaskan dalam istilah istilah,lattice atau kisi dan sebuah basis yang
ditempelkan pada setiap titik lattice atau titik kisi.

Dasar dasar struktur kristal

 Kisi
Kisi adalah sebuah susunan titik titik yang teratur dan priodik didalam ruan.sebuah
kristal ideal disusun oleh satuan satuan kristal yang identik secara berulang ulang
yang tak hingga dalam ruang.

 Basis
Basis didefinisikan sebagai kumpulsn atom,dengan jumlah atom dalam sebuah basis
dapat berisi satu atom atau lebih.

C. Zat Padat dalam Fisika


Zat padat tidak seperti cairan karena gaya antarmolekulnya cukup kuat untuk
menahan partikel di tempatnya. Pada suhu yang cukup rendah, semua zat adalah
padatan (helium adalah satu-satunya pengecualian), tetapi dalam makna suhu di mana
zat padat menjadi fase stabil sangat bervariasi di antara zat-zat, dari 20 K (~ 253°C)
untuk hydrogen hingga lebih dari 3.900 K (3.600°C) untuk karbon.

4
Atom atau molekul materi dalam keadaan padat pada umumnya dikompresi
sekencang yang dimungkinkan oleh gaya tolak di antara mereka. Ketika benda padat
dipanaskan, atom atau molekulnya memperoleh energi kinetik. Jika suhu menjadi
cukup tinggi, energi kinetik ini mengatasi kekuatan yang menahan atom atau molekul
di tempatnya. Kemudian zat padat dapat menjadi cairan atau gas, atau dapat bereaksi
dengan arti kimia di lingkungan. Contoh zat padat yang menjadi cair ketika
dipanaskan secara bertahap yaitu air es, sedangkan es kering mengalami sublimasi
langsung ke fase gas.

D. Sifat Zat Padat


Sifat-sifat zat padat, antara lain:
1. Partikel-partikel zat padat menempati posisi yang tetap. Apabila partikel zat padat
tersebut menempati posisi yang teratur maka dinamakan kristal, sedangkan
apabila partikelnya menempati posisi yang tidak teratur, maka dinamakan amorf.
Posisi partikel yang relaif tetap itulah yang menyebabkan zat padat mempunyai
bentuk dan volume tetap.
2. Gaya tarik-menarik antar partikel sangat kuat
3. Gerakan partikel hanya berupa getaran di sekitar posisi tetapnya, sehingga
menyebabkan zat padat tidak bisa mengalir.
Padatan juga dapat menunjukkan berbagai sifat. Logam umumnya berkilau,
padatan dengan konduktivitas tinggi, dapat membentuk alloy dengan logam lainnya
dan membentuk senyawa ion serupa garam dengan nonlogam (selain gas mulia ).
Sebagai contoh, banyak logam dapat dipukuli menjadi lembaran tipis atau ditarik ke
kabel, sementara senyawa seperti NaCl akan hancur jika dipukul. Beberapa logam,
seperti natrium dan kalium, agak lunak, sementara yang lain, seperti berlian, sangat
keras dan dapat dengan mudah menggaruk zat lain.
Penampilannya juga berbeda: kebanyakan logam mengkilap dan keperakan,
tetapi belerang (bukan logam) berwarna kuning, dan senyawa ionik dapat berubah
warna menjadi pelangi. Logam padat menghantarkan listrik dan panas, sedangkan
padatan ionik tidak. Banyak padatan yang buram, tetapi ada juga yang transparan.
Beberapa larut dalam air, tetapi beberapa tidak.
E. Ciri Zat Padat
Zat padat memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yaitu:

5
1. Benda padat mempertahankan bentuknya. Benda tersebut tidak mengisi seluruh
wadah yang ditempatinya seperti gas, dan tidak mengadopsi bentuk wadah
tersebut seperti cairan.
2. Zat padat tidak dapat dengan mudah dikompresi seperti gas.
3. Zat padat memiliki kepadatan yang relatif tinggi.
4. Zat padat memiliki volume yang pasti.
5. Di bawah kondisi tekanan yang tepat, semua partikel cairan akan berubah menjadi
padat. Merkuri dapat dipadatkan ketika suhunya dibawa ke titik beku. Namun,
ketika kembali ke kondisi suhu kamar, merkuri tidak dalam kondisi padat dalam
waktu lama, dan kembali ke bentuk cairan yang lebih umum.
6. Zat padat biasanya memiliki partikel penyusunnya yang tersusun dalam susunan
tiga dimensi yang teratur dari arti ion positif dan negatif bolak-balik yang disebut
kristal.
7. Beberapa padatan, terutama yang terdiri dari molekul besar, tidak dapat dengan
mudah mengatur partikel mereka dalam kristal biasa dan ada sebagai padatan
amorf.
F. Rumus dalam zat padat
a. Tekanan pada zat padat
Tekanan merupakan besaran gaya yang bekerja dalam suatu benda tiap satuan luas
bidang tekanan. Rumus dari besar tekanan yaitu:

P=F/A
Keterangan:
P = tekanan (N/m2)
F = gaya tekan (N)
A = luas bidang tekan (m2)
Dalam standar internasional satuan tekanan yakni pascal (Pa) atau N/m2.
Semakin besar gaya tekan, semakin besar pula tekanannya. Semakin luas bidang
tekan, semakin kecil pula tekannya.
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
 Makin besar gaya tekan yang diberikan, makin kecil pula tekanan yang
dihasiilkan

6
 Makin kecil luas permukaan bidang tekan, makin besar pula tekanan yang
dihasilkan.
Contoh penerapan konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari:
Kapak: Mata kapak memang dibuat tajam guna memperbesar tekanan sehingga
nantinya akan memudahkan tukang kayu untuk memotong atau membelah kayu.
Orang-orang yang memotong kayu dengan menggunakan kapak yang tajam akan
sedikit mengeluarkan tenaga dibandingkan dengan orang yang menggunakan
kapak tumpul.
Contoh Soal besar tekanan
1. Tentukan dan hitunglah tekanan yang dialami benda apabila dikenakan gaya 120 N
pada bidang seluas 1,5 m2?

Pembahasan:

Diketahui:

F = 120 N

A = 1,5 m2

Ditanyakan: p = …?

Jawaban:

𝐹
p=𝐴

120 N
p = 1,5 m² = 80 N/m2

2. Diketahui pada sebuah kubus besi yang mempunyai panjang sisinya 10 cm kemudian
diletakkan di atas meja dengan luas permukaanya 4 m2. Apabila berat kubus itu yakni
60 N, maka tekanan yang dihasilkan kubus besi tersebut ialah …

Penyelesaian:

Diketahui:

s = 10 cm = 0,1 m

A meja = 4 m2

F = w = 60 N

7
Ditanyakan: p = …?

Akubus = s x s

Akubus = 0,1 x 0,1 = 0,01 m2

𝐹
p = 𝐴 kubus

60 N
p = 0,01 m² = 6.000 N/m2

3. Benda memiliki luas alas 0,2 m2 bertekanan 100 N/m2. Maka Berapakah gaya yang
bekerja pada benda tersebut?

Penyelesaian:

Diketahui:

p = 100 N/m2

A = 0,2 m2

Ditanyakan: F = …?

Jawaban:
𝐹
p=𝐴

F = p x A = 100 N/m2 x 0,2 m2 = 20 N

b. Pemuaiaan pada Zat Padat


Terdapat tiga rumus untuk pemuaian zat padat, diantaranya sebagai berikut:
1. Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang adalah pemuaian yang akan membuat suatu benda
menjadi lebih panjang karena peningkatan suhu.
Seperti yang telah disampaikan di atas, dalam kasus ini perubahan luas
dan volume dapat diabaikan sehingga hanya terjadinya pada benda yang
panjang tetapi tipis.

8
Keterangan:
 L = Panjang akhir benda (m)
 L0 = panjang mula-mula (m)
 α = koefisien muai panjang ( /0C )
 ΔT = perubahan suhu (C0 )
Contoh Soal
Sebuah benda yang terbuat dari baja memiliki panjang 1000 cm. Berapakah
pertambahan panjang baja itu, jika terjadi perubahan suhu sebesar 50°C?

Penyelesaian:

Diketahui :

L₀ = 1000 cm

∆T = 50 °C

α = 12 × 10-6 °C-1 (lihat di tabel koefisien muai panjang)

Ditanyakan : ∆L = ...?

Jawab:

L = L₀(1 + α.∆T)

L = L₀ + L₀.α.∆T

L – L₀ = L₀.α.∆T

∆L = L₀.α.∆T

∆L = 1000 × 12 × 10-6 × 50

∆L = 0,6 cm

2. Pemuaian Luas
Pemuaian luas adalah pemuaian yang akan membuat suatu benda menjadi
lebih luas karena peningkatan suhu. Pemuaian ini dapat terjadi dalam benda luas
yang tipis seperti plat logam.

9
Keterangan:
A = Luas akhir benda (m)
A0 = Luas mula-mula (m)
α = koefisien muai panjang ( /0C )
ΔT = perubahan suhu (C0 )
Contoh Soal
Pada suhu 30oC sebuah pelat besi luasnya 10 m2. Apabila suhunya dinaikkan
menjadi 90oC dan koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/oC, maka
tentukan luas pelat besi tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui:

A₀ = 10 m2

T₀ = 30oC

T = 90oC

∆T = T – T₀ = 90 – 30 = 60oC

α = 0,000012/oC

β = 2α = 2 × 0,000012/oC = 0,000024/oC

Ditanyakan: A = …?

Jawab:

A = A₀(1 + β × ∆T)

A = 10(1 + 0,000024 × 60)

A = 10(1 + 0,00144)

A = 10 × 1,00144

A = 10,0144 m2

3. Pemuaian Volume
Pemuaian volume adalah pemuaian yang akan menambahkan volume
terhadap suatu benda karena adanya peningkatan suhu. Pemuaian volume
terjadi terhadap benda yang volumenya tidak bisa diabaikan seperti halnya
logam yang berbentuk kubus.

10
Keterangan:
V = Volume akhir benda (m)
V0 = Volume mula-mula (m)
α = koefisien muai panjang ( /0C )
ΔT = perubahan suhu (C0 )
Contoh Soal
Sebuah bejana memiliki volume 1 liter pada suhu 25oC. Jika koefisien muai
panjang bejana 2 × 10-5/oC, maka tentukan volume bejana pada suhu 75oC!

Penyelesaian:
Diketahui:
γ = 3α = 3 × 2 × 10-5/oC = 6 × 10-5/oC
∆T = 75oC – 25oC = 50oC
V0 = 1 L
Ditanyakan: V = …?
Jawab:
V = V0(1 + γ × ∆T)
V = 1(1 + 6 × 10-5 × 50)
V = 1(1 + 3 × 10-3)
V = 1(1 + 0,003)
V = 1 × 1,003
V = 1,003 liter
G. Alat-alat mekanik dari zat padat
Zat padat tidak mutlak kokoh, ukuran dan bentuk sedikit diubah ketika
diperlakukan untuk gaya-gaya yang besar. Perubahan ini tidak terlalu perludiperhatikan
di bawah keadaan biasa, tetapi dapat diukur sebagai alat yang dirancang untuk
percobaan material. Maksud dari percobaan tersebut untuk memperoleh kuantitatif
pengukuran dan alat-alat ukur dari material yang berbeda.

11
a. Modulus Young
Dalam percobaan sederhana dari contoh yang berbentuk silinder dari
material dihubungkan agar pelatnya dapat digerakan. Pelat ditarik terpisah (atau
didesak secara bersamaan), contoh pelat itu untuk tegangan (atau tekanan).

Gambar 10.6a menunjukkan contoh dalam tegangan, dan gambar 10.6b


menunjukkan tekanan. Dalam tiap-tiap keadaan pada gay-gaya F1 dan F2
mempunyai besar yang sama karena objek tersebut dalam kesetimbangan.
Tegangan T adalah besar dari gaya-gaya itu (bagian 2.2). Sejak tekanan
berlawanan arah dengan tegangan dapat dibedakan oleh tanda dari T. Derajat
ketegangan T positif ketika percobaan dalam derajat ketegangan (gambar 10.6a)
dan negatif ketika percobaan dalam tekanan (gambar 10.6b).
Hasil dari tegangan, panjang dari contoh itu diubah. Misal L0 panjang ketika
tegangannya sama dengan nol, dan L panjang ketika tegangannya tidak sama
dengan nol. Perubahan dalam panjang L ditunjukan oleh simbol ∆L.

∆L = L - L₀
material diuji coba oleh percobaan yang berubah dari panjang yang
dihasilkan oleh derajat ketegangan T. Perubahan dari panjang ∆L adalah positif
ketika T positif dan negatif ketika T negatife.
Perubahan dari panjang tergantung pada ukuran dan susunan dari bahan
percobaan. Untuk bahan percobaan berbentuk silinder, ∆L bagian untuk panjang

12
L0 dan kebalikan sebanding untuk daerah A yang bersilangan. Panjng dari contoh
percobaan diregangkan lebih dari sekali tarikan pendek, dan bahan percobaan tipis
dari contoh percobaan diregangkan lebih dari sekali. Itu merupakan pengaruh dari
ukuran dalam ∆L dapat dituliskan.

1𝐿
∆𝐿 = 𝑇 (10.1)
𝐸𝐴

di mana E adalah konstanta yang disebut dengan modulus Young, yang tergantung
pada susunan dari percobaan, tidak pada ukuran. Persamaan ini pun menganggap
∆L sebanding dengan T. Ini benar, akan ditemui, disajikan T tidak terlalu besar.
Hal ini sesuai untuk menuliskan kembali persamaan 10.1. hubungan dari
regangan ε dan tegangan σ. Tegangan merupakan rasio dari perubahan panjang ke
panjang yang aslinya,
∆𝐿
𝜀 =
𝐿
regangan merupakan rasio dari derajat keregangan untuk daerah yang bersilangan,
𝑇
𝜎 =
𝐴
syarat-syarat dari kuantitas, persamaan 10.1 dapat ditulis
𝜎
𝜀 =
𝐸
atau
σ=Eε (10.2)
alat-alat ukur dari zat padat selalu dideskripsikan dalam syarat-syarat dari
tegangan dan regangan, lebih baik dari derajat keregangan dan perubahan panjang,
karena hubungan antara tegangan dan regangan bebas dari ukuran dari objek
tersebut.
Tegangan merupakan dimensi kuantitas (jumlah), dan tegangan memiliki
dimensi dari gaya per satuan daerah. Tegangan pada contoh dalam gambar 10.6a
sama untuk besarnya gaya F1 , dibagi oleh daerah A. Serupa untuk definisi dari
tekanan kecuali pada tegangan positif ketika gaya diarahkan keluar. Tegangan
tegangan dipastikan tekanan negatif : σ = -p. Meskipun syarat tekanan biasanya
digunakan untuk zat yang mengalir, di mana gaya per satu daerah sama dengan

13
semua daerah (hukum Pascal). Syarat tegangan digunakan untuk zat padat, di
mana gaya per satu daerah dapat berbeda dalam daerah berbeda. Contohnya, gaya
per satu daerah dalam zat padat dalam gambar 10.6a adalah F1/A pada akhir dari
silinder tetapi nol pada bagian-bagian dari silinder.
Contoh .
Ssebuah kawat panjang mempunyai panjang = 0,5 m dan diameter d = 2 x10-3 m.
Berapa besar regangan ketika tegangan 450 N berlaku? Daerah A bersekat-sekat
silang dari kawat adalah
π𝑑 2
𝐴= = 3,14 x 10-6 m2
4
Jadi tegangannya adalah

𝑇 450 𝑁
𝜎 = = = 143 𝑥 106 N/m2
𝐴 3,14 𝑥 10⁻⁶

dari modulus Young dari baja didapat 200 x 109 N/m2, jadi tegangannya adalah

𝜎 1,43 𝑥 10⁹𝑁/𝑚²
𝜀 = =
𝐸 2 𝑥 10¹¹ 𝑁/𝑚²
= 0,175 x 10⁻³

oleh karena itu perubahan dalam panjang adalah

∆L = εL₀ = 0,175 x 10⁻³x 0,5 m

= 0,357 x 10⁻³m
= 0,357 mm

Tegangan ditambahkan panjangnya dari kawat oleh 0,357 mm. Ketika


tegangan dihilangkan, kawat kembali untuk tidak diregangkan panjangnya.
Persamaan 10.2 hanya berlaku untuk bagian panjang garis dari kurva, di mana
tegangan sebanding dengan regangan. Batas σѳ dan 𝜎ѳ1 dari daerah yang
dibedakan untuk dapat diregangkan dan tekanan kompresi. Batas elastis σѳ dan
𝜎ѳ1 yang dapat diregangkan sampai maksimum dan tekanan kompresi dapat

14
digunakan untuk zat padat seperti hasil untuk ukuran aslinya ketika tegangan
dihilangkan.
Jika tegangan pada anggota dari struktur mekanik mendukung dalam
melampaui batas elastisnya, anggota secara permanen dirusak bentuknya dan alat-
alat fisika diubah. Secara umum cacat bentuk zat padat lebih lemah dari materi
aslinya. Contohnya, pelat besi dapat ditentukan kembali dan selanjutnya terbatas
atau tidak dilenturkan melebihi batas elastis. Tetapi cenderung sekali mlebihi
batasnya, pelat ini mudah patah oleh lebih sedikit belitannya. Anggota dari
beberapa struktur, apakah yang hidup atau yang tidak, jadi maksud dari besar
tegangan sesungguhnya dipakai untuk tidak dilampaui batas elastisnya.

Contoh :
Andaikan sebuah keran diperlukan untuk daya angkat sebesar 20.000 Ib atau
kurang. Berapa diameter minimum dari kawat baja agar dapat digunakan?
Tegangan maksimum dalam kawat adalah

T = 20.000 Ib = 8,9 x 104 N

Dari tabel 10.2 batas elastis dari baja adalah 30 x 107 N/m2 . Jika tegangan ini
tidak melebihi, daerah bersekat-sekat – silang dari kawat harus lebih besar dari

T 8,9 X 10²
𝐴= = = 3 x 10⁻⁴ m²
∈₀ 30 𝑋 107 𝑁/𝑚²

dan diameternya harus lebih dari

√4𝐴
d= = 1,95 x 10⁻²m = 1,95 cm
𝜋

tentu saja, diameter akan dibuat lebih besar untuk persediaan garis tepi dari
keamanan.
Batas maksimum regangan agar dapat dihasilkan dalam objek yang didirikan
oleh pergantian harga dari E dan σѳ dalam persamaan 10.2. Baja, untuk
contohnya, dapat mempunyai regangan maksimum dari

15
σѳ 30 X 107 𝑁/𝑚2
ε= = = 1,5 x 10⁻³
𝐸 2 𝑥 10¹¹ 𝑁 /𝑚2

Hal ini berarti batang baja diregankan oleh lebih daro 0,15 persen, ini
diregangkan melebihi batas elastis. Kecuali untuk elastomers, banyak zat
padat tidak dapat elastis dihilangkan oleh lebih dari beberapa persen.

b. Modulus Shear
Gaya dari luar yang sama diberikan paralel untuk empat permukaan dari zat
padat kubik. Gaya-gaya itu disusun jadi total gaya dan torsi pada zat padat adalah
nol. Akibatnya zat padat dalam kesetimbangan dan tetap istirahat. Bagaimanapun,
bentuk ini dirusak sedikit ke dalam bentuk terlihat oleh titik garisnya. Besar ini
cenderung merusak bentuk dari modulus shear γ, yang merupakan definisi dari
tangen dari sudut ө.

∆𝐸
γ = tan ө =
𝐿₀

gaya-gaya yang dipakai adalah tegangan Shear τ untuk zat padat yang definisinya
adalah besar dari gaya paralel di berbagai permukaan dibagi oleh daerah dari
permukaan .

𝑓₀
τ=
𝐴

jika tegangan Shear tidak besar, ini dihubungkan dengan regangan Shear

τ=Gγ (10.3)

di mana G adalah konstanta, disebut modulus Shear, sifat dari zat padat. Secara
1 1
umum G berkisar antara 2 E dan 3 E.

16
Mengingat kembali zat cair dalam keadaan istirahat, gaya-gaya selalu tegak
lurus dengan permukaan. ini berarti zat cair dalam keadaan zat cair tidak dapat
menopang tegangan Shear; modulus Shear dari zat cair adalah nol. Ketika
tegangan Shear dipakai untuk fluida, fluida mengalir.

c. Modulus Bulk
Volume dari gas berkurang tekanannya ditambahkan. Untuk luas lebih
kecil, volume dari berbagai zat-gas, zat cair, atau zat padat berkurang ketika
tekanan bertambah. Untuk persoalan zat padat untuk tekanan seragam, zat padat
harus dicelupkan dalam fluida. tekanan pengisap dipakai untuk fluida, yang mana
persoalan untuk tekanan seragam. (hal ini boleh disusun kontras untuk disusun
dalam, di mana tegangan dipakai hanya pada akhir dari percobaan). Ketika
tekanan ditambah dari Po untuk ∆𝑃 − 𝑃𝑜 , volume dikurang dari Vo untuk Vo -
∆𝑣.
Perbandingan dari ∆p untuk perubahan relatif dari disebut ∆v/∆𝑜 modulus Bulk B:

∆𝑣
B= (10.4)
∆𝑉/∆𝑈

Timbal balik dari modulus Bulk adalah sifat dapat dimampatkan K

1 ∆𝑣/∆𝐸
K= =
𝐸 ∆𝑃

Untuk zat cair dan zat padat modulus Bulk adalah konstanta, berdiri dendiri
dari tekanan, tekanan disajikan tidak terlalu besar. Oleh karena itu perubahan
dalam volume berhubungan dengn perubahan dalam tekanan oleh

∆𝑉 ∆𝑃
= =K∆p (10.5)
𝑉 𝐸

17
1
Secara umum, modulus Bulk dari zat padat berkisar antara 𝐸 dan E. Ini
3

terlihat dalam bagian 13.2 yang modulus Bulk dari gas ideal yang sama untuk
tekanan dari gas.
Setiap ukuran modulus dari zat padat menghambat untuk tekanan tertentu.
Tes yang lain yang ukurannya dari zat padat untuk menyobek, menggores,
menubruk, dan tipe-tipe yang lain dari tegangan. Informasi dari tes tersebut dapat
didirikan dalam bab daftar pustaka buku.

H. Beberapa Sifat Unsur Zat Padat dalam Sistem Periodik


1. Alkali : Natrium (Na)
 Penampilan
Putih keperakan metalik

Garis spektrum natrium


 Ciri-ciri umum
Nama, lambang, Nomor atom : natrium, Na, 11
Jenis unsur : logam alkali
Golongan, periode, blok : 1, 3, s
Massa atom standar : 22.98976928(2)
Konfigurasi elektron : [Ne] 3s1
2,8,1
 Sifat fisika
Fase : solid
Massa jenis (mendekati suhu kamar) : 0.968 g·cm-3
Massa jenis cairan pada t.l. : 0.927 g·cm-3
Titik lebur : 370.87 K, 97.72 °C, 207.9 °F

18
Titik didih : 1156 K, 883 °C, 1621 °F
Titik kritis : (extrapolated)
2573,35 MPa
Kalor peleburan : 2.60 kJ·mol-1
Kalor penguapan : 97.42 kJ·mol-1
Kapasitas kalor : 28.230 J·mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : +1, -1
(oksida basa kuat)
Elektronegativitas : 0.93 (skala Pauling)
Energi ionisasi (lebih lanjut) : pertama: 495.8 kJ·mol-1
ke-2: 4562 kJ· mol-1
ke-3: 6910.3 kJ· mol-1
Jari-jari atom : 186 pm
Jari-jari kovalen : 166±9 pm
Jari-jari van der Waals : 227 pm
Natrium atau sodium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
mempunyai simbol Na dan nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang
lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak
mempunyai dalam senyawa dunia (terutama halite). Dia sangat reaktif, apinya
berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan cairan,
sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir
tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni.
Seperti logam alkali lainnya, natrium adalah unsur reaktif yang lunak,
ringan, dan putih keperakan, yang tidak pernah bermodel sebagai unsur murni di
dunia. Natrium mengapung di cairan, menguraikannya menjadi gas hidrogen dan
ion hidroksida. Jika digerus menjadi bubuk, natrium akan meledak dalam cairan
secara spontan. Namun, biasanya ia tidak meledak di udarabersuhu di bawah 388
K. Natrium juga bila dalam keadaan berikatan dengan ion OH- maka akan
membentuk basa kuat yaitu NaOH.

2. Alkali tanah : Magnesium (Mg)


 Penampilan
Padatan abu-abu berkilau
19
Garis spektrum magnesium
 Ciri-ciri umum
Nama, lambang, Nomor atom : magnesium, Mg, 12
Macam unsur : logam alkali tanah
Kelompok, periode, blok : 2, 3, s
Massa atom standar : 24.3050(6)
Konfigurasi elektron : [Ne] 3s2
2, 8, 2
 Sifat fisika
Fase : solid
Massa macam (mendekati suhu kamar) : 1.738 g·cm-3
Massa macam cairan pada t.l. : 1.584 g·cm-3
Titik lebur : 923 K, 650 °C, 1202 °F
Titik didih : 1363 K, 1091 °C, 1994 °F
Kalor peleburan : 8.48 kJ·mol−1
Kalor penguapan : 128 kJ·mol-1
Kapasitas kalor : 24.869 J·mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : 2, 1
(oksida basa kuat)
Elektronegativitas : 1.31 (skala Pauling)
Energi ionisasi (lebih lanjut) : pertama: 737.7 kJ·mol-1
ke-2: 1450.7 kJ·mol−1
ke-3: 7732.7 kJ·mol−1
Jari-jari atom : 160 pm
Jari-jari kovalen : 141±7 pm
20
Jari-jari van der Waals : 173 pm
Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
symbol Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen
terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan
unsur terlarut ketiga terbanyak pada cairan laut. Logam alkali tanah ini terutama
digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk menciptakan campuran
alumunium-magnesium yang sering dikata "magnalium" atau "magnelium".

3. Lantanida : Lantanum (La)


 Penampilan
Putih keperakan

 Ciri-ciri umum
Nama, simbol, Nomor atom : lantanum, La, 57
Jenis unsur : lantanida
Golongan, periode, blok : n/a, 6, f
Massa atom standar : 138.90547
Konfigurasi elektron : [Xe] 5d1 6s2
2, 8, 18, 18, 9, 2
 Sifat fisika
Fase : solid
Massa jenis (mendekati suhu kamar) : 6.162 g·cm-3
Massa jenis air pada t.l. : 5.94 g·cm-3
Titik lebur : 1193 K, 920 °C, 1688 °F
Titik didih : 3737 K, 3464 °C, 6267 °F
Kalor peleburan : 6.20 kJ·mol-1
Kalor penguapan : 402.1 kJ·mol-1

21
Kapasitas kalor : 27.11 J·mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : 3, 2 (oksida basa)
Elektronegativitas : 1.10 (skala Pauling)
Energi ionisasi : pertama: 538.1 kJ· mol-1
ke-2: 1067 kJ· mol-1
ke-3: 1850.3 kJ· mol-1
Jari-jari atom : 187 pm
Jari-jari kovalen : 207±8 pm
Lantanum adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol La dan nomor atom 57. Namanya berasal dari bahasa Yunani lanthanein
yang gunanya "tersembunyi". Unsur ini sering dikelompokkan sebagai lantanida
dan bersifat sangat reaktif.
Lantanum kata berasal dari bahasa Yunani λανθανω [lanthanō] =
tersembunyi. Lantanum ditemukan tahun 1839 oleh kimiawan Swedia Carl Gustav
Mosander, ketika dia mengurai sebagian sampel cerium nitrat dengan
memanaskan dan memberi garam yang dihasilkan dengan asam nitrat encer. Dari
larutan yang dihasilkan, di mengisolasi tanah jarang baru yang dia sebut lantana.
Lantanum diisolasi dalam wujud relatif murni pada tahun 1923.

4. Aktinida : Uranium (U)


 Penampilan
Logam kelabu keperakan; teroksidasi menjadi hitam ketika terpapar dengan
udara

 Ciri-ciri umum

22
Nama, lambang, Nomor atom : uranium, U, 92
Jenis unsur : aktinida
Golongan, periode, blok : 3, 7, f
Massa atom standar : 238,02891(3)
Konfigurasi elektron : [Rn] 5f3 6d1 7s2
2, 8, 18, 32, 21, 9, 2
 Sifat fisika
Fase : padat
Massa jenis (mendekati suhu kamar) : 19,1 g·cm-3
Massa jenis cairan pada t.l. : 17,3 g·cm−3
Titik lebur : 1405,3 K, 1132,2 °C, 2070 °F
Titik didih : 4404 K, 4131 °C, 7468 °F
Kalor peleburan : 9,14 kJ· mol-1
Kalor penguapan : 417,1 kJ· mol-1
Kapasitas kalor : 27,665 J· mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : 6, 5, 4, 3
(Oksida basa lemah)
Elektronegativitas : 1,38 (skala Pauling)
Energi ionisasi : pertama: 597,6 kJ· mol-1
ke-2: 1420 kJ· mol-1
Jari-jari atom : 156 pm
Jari-jari kovalen : 196±7 pm
Jari-jari van der Waals : 186 pm
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang U dan nomor atom 92. Ia merupakan logam putih keperakan yang
termasuk dalam deret aktinida tabel periodik. Uranium memiliki 92 proton dan 92
elektron, dan berelektron valensi 6. Inti uranium mengikat sebanyak 141 sampai
dengan 146 neutron, sehingganya terdapat 6 isotop uranium. Isotop yang paling
umum adalah uranium-238 (146 neutron) dan uranium-235 (143 neutron). Semua
isotop uranium tidak stabil dan bersifat radioaktif lemah. Uranium memiliki bobot
atom terberat kedua di antara semua unsur-unsur kimia yang dapat ditemukan
secara alami. Massa jenis uranium kira-kira 70% lebih besar daripada timbal,
namun tidaklah sepadat emas ataupun tungsten. Uranium dapat ditemukan secara
23
alami dalam konsentrasi rendah (beberapa bagian per juta (ppm)) dalam tanah,
bebatuan, dan air.
Uranium yang dapat dijumpai secara alami adalah uranium-238
(99,2742%), uranium-235 (0,7204%), dan sekelumit uranium-234 (0,0054%).
Uranium meluruh secara lambat dengan memancarkan partikel alfa. Umur paruh
uranium-238 adalah sekitar 4,47 milyar tahun, sedangkan untuk uranium-235
adalah 704 juta tahun. Oleh sebab itu, uranium dapat digunakan untuk
penanggalan umur Bumi.
Uranium-235 merupakan satu-satunya isotop unsur kimia alami yang
bersifat fisil (yakni dapat mempertahankan reaksi berantai pada fusi nuklir),
sedangkan uranium-238 dapat dijadikan fisil menggunakan neutron cepat. Selain
itu, uranium-238 juga dapat ditransmutasikan menjadi plutonium-239 yang
bersifat fisil dalam reaktor nuklir. Isotop uranium lainnya yang juga bersifat fisil
adalah uranium-233, yang dapat dihasilkan dari torium.

5. Transisi : Seng (Zn)


 Penampilan
Abu-abu perak

 Ciri-ciri umum
Nama, simbol, Nomor atom : seng, Zn, 30
Jenis unsur : logam transisi
Golongan, periode, blok : 12, 4, d
Massa atom standar : 65.38(2)(4)
Konfigurasi elektron : [Ar] 3d10 4s2
2, 8, 18, 2
 Sifat fisika
24
Fase : solid
Massa jenis (mendekati suhu kamar) : 7.14 g·cm-3
Massa jenis air pada t.l. : 6.57 g·cm-3
Titik lebur : 692.68 K, 419.53 °C, 787.15 °F
Titik didih : 1180 K, 907 °C, 1665 °F
Kalor peleburan : 7.32 kJ· mol-1
Kalor penguapan : 123.6 kJ· mol-1
Kapasitas kalor : 25.470 J· mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : +2, +1, 0
(oksida amfoter)
Elektronegativitas : 1.65 (skala Pauling)
Energi ionisasi (lebih lanjut) : pertama: 906.4 kJ· mol-1
ke-2: 1733.3 kJ· mol-1
ke-3: 3833 kJ· mol-1
Jari-jari atom : 134 pm
Jari-jari kovalen : 122±4 pm
Jari-jari van der Waals : 139 pm
Seng (bahasa Belanda: zink), zink, atau timah sari adalah unsur kimia
dengan simbol kimia Zn, bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Dia
merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek
kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini
mempunyai ukuran nyaris sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan
oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak bumi dan
memiliki lima isotope stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah
sfalerit (seng sulfida).
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan
bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng kualitas komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat
ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini kembali
menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya.
Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam
25
lainnya, seng memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif
rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam logam transisi selain raksa dan kadmium.
Terdapat berlebihan aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya
adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga
diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut,
emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan
natrium. Walaupun seng maupun zirkonium tidak bersifat feromagnetik, aloi
ZrZn2 memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35 K.

6. Pasca-trasisi : Aluminium (Al)


 Penampilan
Abu-abu perak metalik

Garis spektrum dari aluminium


 Ciri-ciri umum
Nama, lambang, Nomor atom : aluminium, Al, 13
Jenis unsur : logam yang lain
Golongan, periode, blok : 13, 3, p
Massa atom standar : 26.9815386(13)
Konfigurasi elektron : [Ne] 3s2 3p1
2, 8, 3
 Sifat fisika
Fase : solid
Massa jenis (mendekati suhu kamar) : 2.70 g·cm-3
Massa jenis cairan pada t.l. : 2.375 g·cm-3

26
Titik lebur : 933.47 K, 660.32 °C, 1220.58 °F
Titik didih : 2792 K, 2519 °C, 4566 °F
Kalor peleburan : 10.71 kJ· mol-1
Kalor penguapan : 294.0 kJ· mol-1
Kapasitas kalor : 24.200 J· mol-1·K-1
 Sifat atom
Bilangan oksidasi : 3, 2, 1
(oksida amfoter)
Elektronegativitas : 1.61 (skala Pauling
Energi ionisasi (lebih lanjut) : pertama: 577.5 kJ· mol-1
ke-2: 1816.7 kJ· mol-1
ke-3: 2744.8 kJ· mol-1
Jari-jari atom : 143 pm
Jari-jari kovalen : 121±4 pm
Jari-jari van der Waals : 184 pm
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar
8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam
penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan
hidung antiperspirant, cairan minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan
aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat.
Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Bisa ditempa dijadikan
lembaran, ditarik dijadikan kawat dan diekstrusi dijadikan batangan dengan
bermacam-macam penampang, tahan korosi.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan
dalam kabel bertegangan tinggi. Juga secara lapang digunakan dalam bingkai
jendela dan badan pesawat terbang. Ditemukan di rumah sbg panci, botol
minuman ringan, tutup botol susu dsb. Aluminium juga digunakan untuk melapisi
lampu mobil dan compact disks. Pada zaman ke-19, sebelum ditemukannya
bagian elektrolisis, aluminium hanya bisa didapatkan dari bauksit dengan bagian
kimia Wöhler. Dibandingkan dengan elektrolisis, bagian ini sangat tidak
ekonomis, dan harga aluminium dulunya jauh melebihi harga emas. Karena dulu
27
dianggap sbg logam bernilai, Napoleon III dari Perancis (1808-1873) pernah
melayani tamunya yang pertama dengan piring aluminium dan tamunya yang
kedua dengan piring emas dan perak. Pada tahun 1886, Charles Martin Hall dari
Amerika Serikat (1863-1914) dan Paul L.T. Héroult dari Perancis (1863-1914)
menemukan bagian elektrolisis yang sampai sekarang menciptakan produksi
aluminium ekonomis.

28
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagian besar materi zat padat adalah kristal dan elektron di dalamnya.Zat
padat mulai dikembangkan pada abad ke dua puluh,mengikuti penemuan difraksi sinar
x oleh kristal.Sebuah kristal ideal adalah disusun oleh satuan satuan struktur yang
identik secara berulang ulang yang tak hingga didalam ruang.Semua struktur dapat
dijelaskan dalam istilah istilah,lattice atau kisi dan sebuah basis yang ditempelkan pada
setiap titik lattice atau titik kisi.

Atom atau molekul materi dalam keadaan padat pada umumnya dikompresi
sekencang yang dimungkinkan oleh gaya tolak di antara mereka. Ketika benda padat
dipanaskan, atom atau molekulnya memperoleh energi kinetik. Jika suhu menjadi
cukup tinggi, energi kinetik ini mengatasi kekuatan yang menahan atom atau molekul
di tempatnya. Kemudian zat padat dapat menjadi cairan atau gas, atau dapat bereaksi
dengan arti kimia di lingkungan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ayu dan Jufriadi. 2019. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang : Universitas Kanjuruhan

Goldberg, David.E. 2017. Kimia untuk Pemula Edisi 3. Jakarta: Erlangga

John Wiley Son Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern

Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.

Keenan, dkk. 2015. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Lestari, Sri. 2018. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: Kawan Pustaka

Suud, Ibnu dan Hufni. 2017. Struktur dan Ikatan Kristal. Padang : UNP

Tipler, P. A., 2015. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Chang, Raymond. 2016. Chemistry (10th edition). New York: McGraw Hill

Wendry, Nyoman. 2016. Fisika Zat Padat I. Bali : Universitas Udayana

30

Anda mungkin juga menyukai