Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM PERIODIK ATOM

OLEH:
KELOMPOK 5

Alda V. Panjaitan (4183321001)

Aprido W. Purba (4183121063)

Dian Primuharyani (4201418101)

Fadhila Putri (4181121006)

Maria Gracyiela P.S (4183121038)

Rio J. Hutajulu (4183121052)

Kelas : Fisika Dik C 2018

MK : Fisika SMA Berorientasi Laboraturium

Dosen : Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu “Pendahuluan Fisika Zat Padat”.
Makalah yang kami buat ini berjudul “Sistem Periodik Atom”.
Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Makmur Sirait., M.Si sebagai dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini. Dengan diberikannya tugas ini mengajarkan penulis untuk
bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini dan membantu penulis dalam memahami
sistem periodik Atom.

Demikianlah makalah yang kami buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dari berbagai pihak khususnya Dosen Pendahuluan Fisika Zat Padat, agar dapat
bermanfaat bagi penyusunan makalah ini untuk kedepannya.

Medan, 14 Februari 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

BAB III PENUTUP.............................................................................................9


A. Kesimpulan .............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya
luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan
yang semua strukturnya komplek yang berbentuk. Seorang ahli mempelajari alat-alat mekanik
dari bahan material, seperti baja dan beton, digunakan untuk struktur yang akan dia bangun,
demikian pula, ini juga menarik minat ahli biologi untuk mengetahui sesuatu tentang alat-alat
material, seperti kayu dan tulang yang berasal dari komponen tanaman dan binatang. Dalam
bagian ini mendiskusikan pokok-pokok bagian dari zat padat dan beberapa kelompok-
kelompok dari materi biologi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian sistem periodik unsur?
2. Bagaimanaonfigurasi elektron?
3. Bagaimana sifat-sifat unsur zat padat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem periodik unsur.
2. Untuk mengetahui konfigurasi elektron.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat unsur zat padat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Periodik Atom

A. Pengertian Sistem Periodik Unsur

Sistem Periodik unsur adalah sebuah tabel yang memuat seluruh unsur kimia yang
dikenal. Di dalam tabel periodik unsur IUPAC ( International Union of Pure Applied
Chemistry) unsur dikelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya. Dengan memanfaatkan
tabel periodik, kita dapat membuat kalsifikasi, penafsiran dan perkiraan yang sistematik dari
semua informasi kimia. Selain itu, kita juga dapat lebih mudah mempelajari struktut atom.

B. Pengelompokan Unsur dalam Sistem Periodik.

Pada awalnya,unsur hanya digolongkan menjadi logam dan nonlogam. Dua puluh
unsur yang dikenal pada masa itu mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Setelah John Dalton mengemukakan teori atom maka terdapat perkembangan yang cukup
berarti dalam pengelompokan unsur-unsur. Penelitian Dalton tentang atom menjelaskan
bahwa setiap unsur mempunyai atom-atom dengan sifat tertentu yang berbeda dari atom
unsur lain.

Hal yang membedakan diantara unsur adalah massanya. Pada awalnya massa atom
individu belum bisa ditentukan karena atom mempunyai massa yang amat kecil sehingga
digunakan massa atom relatif yaitu perbandingan massa antar atom. Berzelius pada tahun
1814 dan P.Dulong dan A.Petit pada tahun 1819 melakukan penentuan massa atom relatif
berdasarkan kalor jenis unsur. Massa atom relatif termasuk sifat khas atom karena setiap
unsur mempunyai massa atom relatif tertentu yang berbeda dari unsur lainnya. Penelitian
selanjutnya melibatkan Lavoisier yang mengelompokan unsur berdasarkan sifat kimianya.
Lalu, Dobereiner, Newlands, Mendeleev, dan Lothar Meyer yang mengelompokan unsur
berdasarkan massa atom relatif. Seorang ahli geologi Perancis, Alexander Beguyern yang
mengelompokan unsur-unsur kimia berdasarkan kenaikan berat atom. Dan Moseley yang
mengelompokan unsur-unsur kimia berdasarkan sifat fisis dan kimia yang diurutkan
berdasarkan kenaikan nomor atom dalam bentuk tabel periodik yang selanjutnya
disempurnakan oleh Seaborg dan lebih dekenal sebagai Tabel Periodik Modern
C. Lajur Sistem Periodik

Adapun ketentuan lajurnya adalah sebagai berikut.

1. Periode

Periode menunjukkan banyaknya kulit yang terisi elektron. Artinya, nomor periode sama
dengan jumlah kulitnya. Jumlah periode yang ada di tabel periodik unsur adalah 7.

 Periode 1 termasuk periode pendek karena memuat 2 unsur.


 Periode 2 dan 3 termasuk periode pendek karena memuat 8 unsur.
 Periode 4 dan 5 termasuk periode panjang karena berisi 18 unsur.
 Periode 6 termasuk periode sangat panjang karena berisi 32 unsur.
 Periode 7 termasuk periode belum lengkap karena belum semua unsurnya ditemukan.

2. Golongan

Golongan disusun berdasarkan kemiripan sifat. Jumlah golongan yang ada di tabel periodik
unsur adalah 8. Kedelapan golongan dibagai menjadi dua, yaitu golongan A (utama) dan B
(transisi)

D. Menentukan Letak Periode dan Golongan Suatu Unsur

1. Golongan A
Elektron terakhir unsur golongan A berada di subkulit s atau p. Jika elektron terakhirnya
berada di subkulit s, nomor golongannya sama dengan jumlah elektron terakhirnya. Jika
elektron terakhirnya berada di subkulit p, nomor golongannya jumlah elektron terakhir
pada subkulit s dan p (s + p).
2. Golongan B
Unsur yang berada di golongan B memiliki elektron terakhir di subkulit d. Nomor
golongannya ditentukan dari hasil penjumlahan elektron di subkulit s dan d. Perhatikan
ketentuan berikut.
 s2 d1  -> golongan IIIB
 s2 d2-> golongan IVB
 s2 d3-> golongan VB
 s1 d5-> golongan VIB
 s2 d5-> golongan VIIB
 s1 d10-> golongan IB
 s2 d10  -> golongan IIB
 s2 d5 s2 d7 s2 d8   -> golongan VIIIB

Perhatikan SUPER “Solusi Quipper” berikut ini.


3. Golongan transisi dalam (IIIB)
Golongan transisi dalam memiliki subkulit terakhir f. Contohnya lantanida di 4f dan
aktinida di 5f. Untuk lebih jelasnya, simak contoh soal berikut ini.
Contoh Soal 1
Tentukan letak periode dan golongan unsur 11 Na dan 17Cl!
Pembahasan:
Pertama, Quipperian harus menguraikan dulu kulit elektronnya.
2 2 6 1
11 Na=1 s 2 s 2 p 3 s

Oleh karena kulit tertinggi adalah kulit ke-3, maka unsur tersebut masuk dalam periode 3.
Elektron terakhir berada di subkulit s dengan jumlah 1. Artinya, unsur tersebut masuk
golongan IA
2 2 6 2 5
17Cl=1 s 2 s 2 p 3 s 3 p

Oleh karena kulit tertinggi adalah kulit ke-3, maka unsur tersebut masuk dalam periode 3.
Elektron terakhir berada di subkulit p dengan jumlah elektron valensi 7 (2 dari subkulit 3s
dan 5 dari subkulit p). Artinya, unsur tersebut masuk golongan VIIA.
Jadi, unsur IINa dan 17Cl terletak di periode 3 dan golongan IA serta VIIA.
4. Elektron valensi
Elektron valensi adalah elektron yang berada di kulit terluar.  Contohnya 11
Na=1 s 2 2 s2 2 p6 3 s 1 memiliki elektron valensi sebanyak 1. Hal itu terlihat dari subkulit
terakhirnya yaitu s
5. Kulit valensi
Kulit valensi menyatakan kulit tempat melekatnya elektron valensi atau kulit terluar.
Contohnya kulit valensi 11 Na=1 s 2 2 s2 2 p6 3 s 1 adalah 3s
6. Blok
Blok menyatakan letak subkulit dari elektron valensi, misalnya s, (s+p), dan seterusnya.

E. Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum adalah bilangan yang menyatakan kedudukan atau posisi elektron
dalam atom yang diwakili oleh suatu nilai yang menjelaskan kuantitas kekal dalam sistem
dinamis. Bilangan kuantum menggambarkan sifat elektron dalam orbital.
Jenis-jenis bilangan kuantum:
1. Bilangan kuantum utama (n) adalah bilangan yang menggambarkan lintasan
elektron atau tingkat energi utama.
Kulit K L M N
Nilai n 1 2 3 4

2. Bilangan kuantum azimuth (l) adalah bilangan yang menggambarkan subkulit atau
sub-tingkat energi utama; l = 0, 1, 2,3 … (n-1), menyatakan subkulit s, p, d, f, …

L 0 1 2 3
Nama orbital s p d f

3. Bilangan kuantum magnetik (m) adalah bilangan yang menyatakan orientasi orbital
dalam subkulit , nilai m = -l sampai +l
4. Bilangan kuantum spin (s) menggambarkan arah rotasi atau putaran elektron dalam
satu orbital, s = ± ½

F. Konfigurasi Elektron dan Tabel Periodik


Konfigurasi elektron sangat erat hubungannya dengan system periodik unsur. Seperti
telah kalian ketahui bahwa sifat-sifat unsure sangat tergantung pada jumlah elektron
valensinya. Jika jumlah elektron luar yang mengisi orbital dalam subkulit sama dengan
bilangan kuantum utama (n), maka atom unsur tersebut pasti terletak pada golongan yang
sama (selain yang berbentuk ion). Sedangkan nilai n (bilangan kuantum utama) yang
terbesar menunjuk nomor periode unsur tersebut dalam sistem periodic unsur. Misal
konfigurasi elektron unsur K sebagai berikut:

19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1.


Nilai n terbesar adalah 4, maka K menempati periode 4.

Untuk menentukan golongan unsur dalam sistem periodic berdasarkan konfigurasi


elektron, perlu dilihat pada jenis dan jumlah elektron terluar yang menempati kulit yang
sama.

Pembagian Unsur menurut konfigurasi s, p, d dan f


Berdasarkan kesamaan konfigurasi elektron, terluar dapat dikelompokan unsur-unsur
tersebut dalam blok berikut.

1. Blok s. Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital s terletak
pada golongan IA dan IIA, kecuali unsure H dan He. Unsur-unsur ini merupakan
logam yang reaktif. Misal konfigurasi elektron terluar adalah nsx, maka unsure
tersebut terletak pada golongan xA.
2. Blok p. Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital p, terdapat
dalam golongan IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIII. Golongan unsur-unsur ini
meliputi logam, metaloid, dan non logam. Misal konfigurasi elektron terluar adalah
npy, maka unsure tersebut terletak pada golongan (2 + y)A.
3. Blok d. Konfigurasi elektron terluar d terdapat dalam unsurunsur transisi, yaitu
golongan IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan IIB. Jika:
a. x + z = 8, x + z = 9, dan x + z = 10, maka unsur terletak pada golongan VIIIB;
b. x + z = 11, maka unsur terletak pada golongan IB;
c. x + z = 12, maka unsur terletak pada golongan IIB.
4. Blok f. Blok f merupakan golongan unsur lantanida dan aktinida. Golongan ini
disebut juga golongan transisi dalam.

G. Sifat-sifat Sistem Periodik Unsur


1. Sifat logam
Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, non-logam
dan metaloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat konduktor panas dan listrik, titik
leleh relatif tinggi, cenderung melepaskan elektron kepada unsur non-logam. Unsur-unsur
non-logam memiliki sifat-sifat non-konduktor panas dan listrik, rapuh, kebanyakan
berwujud gas pada temparatur kamar, cenderung menerima elektron dari unsur logam.
Sifat logam semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas sistem periodik
unsur, kecuali hidrogen. Unsur-unsur metaloid berada antara unsur-unsur logam dan non-
logam.
2. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang
sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan , dari atas ke bawah,
jari-jari atom cenderung semakin besar (pertambahan kulit elektron). Dalam satu periode,
dari kiri ke kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil (pertambahan muatan inti
efektif).
3. Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam
fase gas untuk melepaskan sebuah elektronya. Dalam satu golongan dari atas ke bawah,
energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke elektron
terluar oleh inti berkurang. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama
cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga tarikan
oleh inti bertambah.
Kekecualian unsur-unsur golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar
dari pada golongan IIIA dan energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan
VI A
4. Jari-jari ion
Jari-jari ion adalah jari-jari dari kation (ion bermuatan positif) atau anion (ion
bermuatan negatif) yang dihitung berdasarkan jarak antara dua inti kation dan anion
dalam kristal ionik.
5. Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau ion
dalam fase gas menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan energi postif, maka
terjadi penyerapan energi. Sedangkan jika perubahan energi negatif, maka terjadi
pelepasan energi.
6. Elektronegativitas

Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah molekul


(keadaan berikatan) untuk menarik elektron kepadanya. Nilai keelektronegatifan dari
suatu atom ditetapkan oleh berbagai skala dengan rumusan tertentu dan skala yang sering
digunakan adalah skala pauling yang menyatakan nilai
keelektronegatifan F adalah 4,0 sebagai keelektronegatifantertinggi dan 0,7 untuk Cs seb
agai elektronegatifan terendah. Nilai tersebut akan meningkat dari kiri ke kanan dan dari
bawah ke atas.

2.2 Konfigurasi Elektron


Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-orbital pada kulit
utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan konfigurasi elektron perlu
dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.

A. Prinsip Aufbau

Elektron-elektron dalam suatu atom berusaha untuk menempati subkulit-subkulit yang


berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dengan demikian,
atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang disebutprinsip Aufbau. Jadi,
pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada gambar dapat dilihat
bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada subkulit 4s. Oleh karena itu,
setelah 3p terisi penuh maka elektron berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru kemudian
akan mengisi subkulit 3d.

Pada saat pengisian elektron subkulit dengan tingkat energi terendah diisi penuh
terlebih dahulu, kemudian sisa elektron akan menempati subkulit dengan tingkat energi lebih
tinggi. Misalnya pada atom hidrogen, elektron terletak pada subkulit 1s. Jadi orbital ini
mempunyai tingkat energi paling rendah. Karena atom hidrogen mempunyai 1 elektron
maka kita tulis 1s1 untuk menunjukkan konfigurasi elektron atom hidrogen.

B. Kaidah Hund
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu
subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Suatu orbital
dilambangkan dengan strip, sedangkan dua elektron yang menghuni satu orbital
dilambangkan dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya
mengandung satu elektron, anak panah dituliskan mengarah ke atas. Dalam kaidah Hund,
dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 –1968) pada tahun 1930, disebutkan bahwa
elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan.
Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital
kosong.

C. Larangan Pauli

Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 –1958) mengemukakan bahwa tidak ada dua
elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama.
Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth, dan magnetik yang sama
dalam satu orbital, harus mempunyai spin yang berbeda. Kedua elektron tersebut
berpasangan. Setiap orbital mampu menampung maksimum dua elektron. Untuk
mengimbangi gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron tersebut, dua elektron dalam
satu orbital selalu berotasi dalam arah yang berlawanan. Dengan kata lain, asas larangan
Pauli, tidak boleh ada lebih dari dua elektron yang dapat menempati sebuah orbital atom,
sehingga elektron hanya akan meloncat dari satu orbital ke orbital yang lainnya hanya jika
terdapat kekosongan di dalamnya.

1. Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron


2. Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron
3. Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron
4. Subkulit f (7 orbital) maksimum 14 elektron

D. Penyimpangan Konfigurasi Elektron


Berdasarkan eksperimen, terdapat penyimpangan konfigurasi elektron dalam pengisian
elektron. Penyimpangan pengisian elektron ditemui pada elektron yang terdapat pada orbital
subkulit d dan f. Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang setengah
penuh (d5) atau penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital yang hampir
setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika elektron terluar
berakhir pada d4, d8 atau d9 tersebut, maka satu atau semua elektron pada orbital s ( yang
berada pada tingkat energi yang lebih rendah dari d ) pindah ke orbital subkulit d.

E. Penulisan Konfigurasi
Elektron Pada Ion Konfigurasi ion positif dan negatif bergantung pada jumlah elektron
yang dimiliki ion tersebut. Atom-atom atau ion-ion yang memiliki jumlah elektron yang
sama disebut dengan isoelektronis dan konfigurasi elektronnya sama. Penulisan konfigurasi
elektron berlaku pada atom netral. Penulisan konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan
pada dasarnya sama dengan penulisan konfigurasi elektron pada atom netral. Atom
bermuatan positif (misalnya x+) terbentuk karena atom netral melepaskan elektron pada kulit
terluarnya sebanyak x, sedangkan ion negatif (misalnya y–) terbentuk karena menarik
elektron sebanyak y. Sebagai contoh, konfigurasi ion Na+ dengan F-. Ion Na+ dapat terbentuk
jika atom Na melepaskan satu elektronnya (pada 3s 1), sedangkan ion F- dapat terbentuk jika
atom F menerima satu elektron. Konfigurasi kedua ion itulah yang disebut dengan
isoelektronis. Penulisan konfigurasi elektronnya hanya menambah atau mengurangi elektron
yang dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan penulisan konfigurasi elektron. Ini berlaku
untuk semua unsur yang membentuk ion, termasuk unsur transisi.

2.3 Padatan/Zat Padat

Alam semesta tersusun atas zat cair, gas, plasma dan zat padat. Zat padat merupakan
bagian terkecil penyususn alam semesta tetapi banyak teknologi modern yang didasarkan atas
karakteristik khusus zat padat, bahkan zat padat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
dan peradaban manusia.

Semua analisis fisika tentang zat padat secara mutlak memerlukan pertimbangan tentang
unsurunsur internalnya, yaitu kesetangkupan dan keberkalaan kedudukan atom-atom atu gugus-
gugus atomnya dalam ruang. Oleh karena itu pengetahuan tentang struktur kristal sangat penting
dalam telaah fisika zat padat.

Sifat-sifat suatu bahan seperti kekuatan, kekerasan, kelistrikan, sifat termal, warna, dan
yang lainnya, ditentukan oleh struktur internal bahan tersebut. Hal ini melibatkan atom dan cara-
cara atom tersebut berikatan dengan atom sekitarnya dalam kristal, molekul, atau struktur mikro
lainnya. Zat Padat sendiri adalah suatu keadaan dimana materi memiliki keteraturan struktur tiga
dimensi, yang merupakan akibat dari dekatnya komponenkomponen atom, ion atau molekul dan
kuatnya gaya yang mengikatnya.

Berdasarkan keteraturan susunan atomnya zat padat dapat berbentuk kristal dan amorf.
Amorf adalah bahan yang atom atom penyusunnya tidak memiliki pola keteraturan tertentu atau
pola keteraturannya tidak tiga dimensi atau berjangkauan pendek. Contohnya: kaca, plastik,
amorf-SiO2 dan amorf B2O3.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan urutan nomor atom dan
kemiripan sifat unsur-unsur seperti sifat logam atau non-logam, jari-jari atom, energi
ionisasi, jari-jari ion, afinitas elektron, dan elektronegativitas.
2. Konfigurasi elektron adalah susunan penyebaran (pengisian) elektron-elektron dalam
suatu atom.
3. Sifat yang dimiliki oleh zat padat adalah mempunyai bentuk dan volume tertentu,
partikel-partikel zat padat mempunyai energi yang sangat rendah, jarak partikelnya sangat
rapat sehingga partikelnya tidak dapat bergerak bebas. Jika zat padat dipanaskan, terjadi
penambahan energi yang menyebabkan partikel-partikelnya bervibrasi (bergetar). Jika
suhu dinaikkan maka getaran semakin cepat sehingga terjadi proses pemuaian dan jarak
partikelnya semakin merenggang dan menjauh, yang menyebabkan perubahan fase padat
mulai mencair.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Tipler, P. A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Chang, Raymond. 2010. Chemistry (10th edition). New York: McGraw Hill

Kittel, C. 1996. Introduction to Solid State Physics, 7th edition,Canada, John Wiley &

SonPetrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern Applications
(10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.

Ayu, Hena D., dan Jufriadi, Akhmad. 2014. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang : Universitas
Kanjuruhan

Suud, Ibnu dan Hufni. 1999. Struktur dan Ikatan Kristal. Padang : UNP

Wendry, Nyoman. 2016. Fisika Zat Padat I. Bali : Universitas Udayana

Suud, Ibnu dan Hufri. 1998. Struktur dan Ikatan Kristal. Padang: IKIP Padang

Anda mungkin juga menyukai