Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

JENIS-JENIS IKATAN PADA ZAT PADAT

Disusun oleh :
SINTIA SELFIANA SINAGA
2103134493

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. H. Iwantono, M.Phil

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " JENIS-JENIS IKATAN PADA ZAT PADAT "
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Zat Padat. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada bapak Prof.Dr.H. Iwantono, M.Phil. selaku dosen mata kuliah fisika zat padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun
dari segi materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar penulis menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah ini, memberi manfaat bagi
pembaca.

Pekanbaru, 4 Oktober 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 Struktur Atom..........................................................................................................................2
2.2 Gaya Energi Ikat......................................................................................................................2
2.3 Jenis-Jenis Ikatan.....................................................................................................................2
2.3.1 IKATAN PRIMER....................................................................................................................2
2.3.2 IKATAN SEKUNDER................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar
mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang
semua strukturnya komplek yang berbentuk. Susunan zat padat merupakan kumpulan dari atom,
electron, dan inti atom, proton dan neutron dan quark. Bahan padat dapat diklasifikasikan
berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh
deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan
bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat
yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.
Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan,
lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom atau
pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk mrenempati posisi
yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk
susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan
susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal. Sebaliknya,
dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak mempunyai cukup waktu
untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan yang memiliki tingkat energi
yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai keteraturan yang berjangkauan
terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan
keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.
Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan omorf di pihak lain,
terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini tersusun oleh
kristal-kistal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang
bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde
nanometer, maka bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline). Partikel-partikel
zat padat begitu erat terikat satu sama lain karena adanya suatu gaya tarik menarik yang terjadi
antara partikel-partikel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ikatan pada zat padat ?
2. Apa saja yang di maksud dengan ikatan primer ?
3. Apa yang dimaksud dengan ikatan sekunder ?
4. Apa saja yang termasuk ikatan primer dan ikatan sekunder ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis ikatan pada zat padat.
2. Mengetahui apa itu ikatan primer
3. Mengetahui apa itu ikatan sekunder.
4. Mengetahui apa saja yang termasuk ikatan sekunder dan ikatan primer beserta contohnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Atom


Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi
oleh elektron yang bergerak. Elektron dan proton mempunyai muatan listrik yang besarnya 1,60 x
−19
10 C dengan tanda negatif untuk elektron dan positif untuk proton sedangkan neutron tidak
bermuatan listrik. Massa partikel-partikel subatom ini sangat kecil: proton dan neutron mempunyai
massa kira-kira sama yaitu 1,67 x 10−27kg, dan lebih besar dari elektron yang massanya 9,11 x 10−31
kg.
Setiap unsur kimia dibedakan oleh jumlah proton di dalam inti, atau nomor atom (Z). Untuk atom
yang bermuatan listrik netral atau atom yang lengkap, nomor atom adalah sama dengan jumlah
elektron. Nomor atom merupakan bilangan bulat dan mempunyai jangkauan dari 1 untuk hidrogen
hingga 94 untuk plutonium yang merupakan nomor atom yang paling tinggi untuk unsur yang
terbentuk secara alami.
Massa atom (A) dari sebuah atom tertentu bisa dinyatakan sebagai jumlah massa proton dan
neutron di dalam inti. Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom pada sebuah unsur tertentu,
namun jumlah neutron (N) bisa bervariasi. Karena itu atom dari sebuah unsur bisa mempunyai dua
atau lebih massa atom yang disebut isotop. Berat atom berkaitan dengan berat rata-rata massa atom
dari isotop yang terjadi secara alami. Satuan massa atom (sma) bisa digunakan untuk perhitungan
berat atom. Suatu skala sudah ditentukan dimana 1 sma didefinisikan sebagai 1/12 massa atom dari
isotop karbon yang paling umum, karbon 12 (12 C) (A = 12,00000). Dengan teori tersebut, massa
proton dan neutron sedikit lebih besar dari satu, dan
A≅Z+N
Berat atom dari unsur atau berat molekul dari senyawa bisa dijelaskan berdasarkan sma per atom
(molekul) atau massa per mol material. Satu mol zat terdiri dari 6,023 x 1023 atom atau molekul
(bilangan Avogadro). Kedua teori berat atom ini dikaitkan dengan persamaan berikut: 1 sma/atom
(molekul) = 1 g/mol. Sebagai contoh, berat atom besi adalah 55,85 sma/atom, atau 55,85 g/mol.
Kadang-kadang penggunaan sma per atom atau molekul lebih disukai; pada kesempatan lain g/mol
(atau kg/mol) juga digunakan.

2.2 Gaya Energi Ikat


Ketika atom didekatkan dari suatu jarak yang tak terbatas. Pada jarak jauh, interaksi bisa
diabaikan, tetapi ketika atom saling mendekati, masing-masing memberikan gaya ke yang lainnya.
Gaya ini ada dua macam, tarik atau tolak, dan besarnya merupakan fungsi jarak antar atom. Akhirnya,
kulit elektron terluar dari kedua atom mulai tumpang tindih, dan gaya tolak yang kuat F R mulai
timbul. Gaya netto F N antar dua atom adalah jumlah kedua komponen tarik dan tolak, yaitu :

F N = F A+ F R

2.3 Jenis-Jenis Ikatan


2.3.1 IKATAN PRIMER
Ikatan primer adalah ikatan kimia dimana ikatan gata antar atomnya relatif besar. Ikatan
primer ini terdiri atas ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
1. Ikatan Ion

2
Ada beberapa definisi tentang ikatan ion, yaitu:

 Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik-menarik lantara ion positif dan ion
negatif.
 Ikatan ion terjadi antara unsur logam dengan unsur nonlogam.
 Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima elektron dari satu atom ke atom yang lain.
 Ikatan ion ini sangat stabil, khususnya bila menyangkut ion bervalensi ganda.
Ciri-ciri senyawa ionik:

 Mempunyai titik didih dan titik leleh tinggi.


 Gaya tarik menarik antarpartikel sangat kuat.
 Tidak dapat menghantarkan listrik karena ion-ion yang berada dalam kristal sulit bergerak.
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain.
Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan electron (logam) dengan atom yang menangkap
elektron (bukan logam). Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah menjadi ion positif.
Sedangkan atom bukan logam, setelah menerima elektron berubah menjadi ion negatif. Antara ion-ion
yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan
elektrovalen). Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya
terbentuk antara atom-atom unsur logam dan nonlogam.

Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan NaCl. Natirum (Na) dengan
konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil jika melepaskan 1 elektron sehingga konfugurasi
elektron berubah menjadi (2,8). Sedangkan Klorin (Cl), yang mempunyai konfigurasi (2,8,7), akan
lebih stabil jika mendapatkan 1 elektron sehingga konfigurasinya menjadi (2,8,8). Jadi agar keduanya
menjadi lebih stabil, maka natrium menyumbang satu elektron dan klorin akan kedapatan satu
elektron dari natrium. Ketika natrium kehilangan satu elektron, maka natrium menjadi lebih kecil.
Sedangkan klorin akan menjadi lebih besar karena ketambahan satu elektron. Oleh karena itu ukuran
ion positif selalu lebih kecil daripada ukuran sebelumnya, namun ion negatif akan cenderung lebih
besar daripada ukuran sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi, maka Na akan menjadi
+¿¿ −¿¿
bermuatan positif ( Na ) dan Cl akan menjadi bermuatan negatif (Cl ). Kemudian terjadi gaya
elektrostatik antara Na+ dan Cl– sehingga membentuk ikatan ionik.
2. Ikatan Kovalen
Ada beberapa definisi tentang ikatan kovalen, yaitu:

 Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang sangat kuat dimana gaya antar atomnya
ditimbulkan dari penggunaan bersama elektron.
 Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur non logam, serta mempunyai
perbedaan elektronegatifitas yang kecil.
 Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama elektron-elektron oleh dua atom.
 Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam.
Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen

3
Pembentukan ikatan dalam molekul H2 tidak melalui pelepasan dan penyerapan elektron. Sebagai
unsur nonlogam, atom-atom hidrogen mempunyai daya tarik elektron yang cukup besar. Oleh karena
peasangan elektron yang terbentuk ditarik oleh kedua inti atom hidrogen yang berikatan, kedua atom
tersebut menjadi saling terikat. Ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan
elektron ini yang dimaksud dengan ikatan kovalen.

Rumus Kimia Senyawa Kovalen


Dengan mengacu pada aturan oktet, kita dapat memprediksikan rumus molekul dari senyawa yang
berikatan kovalen. Dalam hal ini, jumlah elektron yang dipasangkan harus disamakan. Akan tetapi,
perlu diingat bahwa aturan oktet tidak selalui dipatuhi, terdapat beberapa senyawa kovalen yang
melanggar aturan oktet. Contohnya adalah ikatan antara H dan O dalam H2O. Konfigurasi elektron H
dan O adalah H memerlukan 1 elektron dan O memerlukan 2 elektron. Agar atom O dan H mengikuti
kaidah oktet,jumlah atom H yang diberikan harus menjadi dua, sedangkan atom O satu, sehingga
rumus molekul senyawa adalah H2O.

Struktur Lewis atau Rumus Struktur Senyawa Kovalen

Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom dalam suatu molekul.
Struktur Lewis digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinat. Cara
atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun atau rumus
struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis, setiap pasangan elektron ikatan pada rumus
lewis digambarkan dengan sepotong garis.
Ikatan kovalen terdiri atas ikatan kovalen polar, kovalen non polar, dan kovalen koordinasi.
a. Kovalen polar
Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan kovalen terjadi pengutuban muatan. Ikatan kovalen
polar adalah Pasangan Elektron Ikatannya (PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan.
Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya
besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, mempunyai momen dipol.
b. Kovalen non polar

4
Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa tersebut tidak memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa berikatan kovalen tidak terjadi nonpolar adalah
ikatan kovalen yang tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar
terbentuk antara atom-atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai
momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri.
c. Kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terbentuk dari pemakaian bersama elektron
yang hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang lainnya tidak menyumbangkan
elektron. Ikatan ini dapat terjadi jika atom penyumbang memiliki Pasangan Elektron Bebas (PEB).
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah ammonia (NH3) yang bereaksi dengan boron triklorida
(BCl3) membentuk senyawa NH3BCl3. Atom N dalam NH3 sudah memenuhi kaidah oktet dan
mempunyai sepasang elektron bebas. Di lain pihak, atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua
elektron valensinya, namun belum memenuhi kaidah oktet. Dalam hal ini, atom N (dari NH3) dan
atom B (dari BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas dari atom
N.

2.3.2 IKATAN SEKUNDER


Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya ikatan sekunder timbul dari dipol atom
atau molekul. Pada dasarnya dipol listrik timbul jika ada jarak pisah antara bagian positif dan negatif
dari sebuah atom dan molekul. Perlu diingat bahwa gaya tarik antarmolekul berikatan dengan sifat-
sifat fisis zat, seperti titik leleh dan titik didih. Semakin kuat gaya tarik antarmolekul, semakin sulit
untuk memutuskannya, sehingga mengakibatkan semakin tinggi titik leleh maupun titik didih suatu
senyawa.
1. Gaya London / Gaya Dispersi
Gaya London atau gaya dispersi adalah gaya tarik menarik antara molekul-molekul dalam zat yang
nonpolar. Fritz London, seorang ilmuwan Jerman mengungkapkan teori tentang gaya ini, sehingga
gaya ini bisa disebut gaya London. Gaya London adalah gaya dimana elektron senantiasa bergerak
dalam orbital. Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul
yang secara normal bersifat nonpolar menjadi polar sesaat, membentuk dipol sesaat. Dipol yang
terbentuk dengan cara ini disebut dipol sesaat karena dipol ini dapat berubah secara banyak dalam
satu detik. Dipol sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas molekul di sekitarnya sehingga
membentuk suatu dipol terimbas. Gaya London merupakan gaya yang relatif lemah. Zat yng
molekulnya bertarikan hanya berdasarkan gaya London mempunyai titik leleh dan titik didih yang
rendah dibandingkan dengan zat lain yang massa molekulnya relatif kira-kira sama.Jika molekul-
molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada suhu kamar. Contohnya adalah hidrogen
(H2), nitrogen (N2), metana (CH4), gas-gas mulia seperti helium (He), dan sebagainya.
2. Ikatan Hidrogen
Suatu gaya antarmolekul yang relatif kuat terdapat dalam senyawa hidrogen yang mempunyai
keelektronegatifan besar, yaitu fluorin (F), oksigen (O), dan nitrogen (N). Misalnya dalam HF, H20,
dan NH3. Hal ini tercermin dari titik didih yang menyolok tinggi dari senyawa-senyawa tersebut
dibandingkan dengan senyawa lain yang sejenis. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh
perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya,
semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen memengaruhi titik didih suatu
senyawa. Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air
(H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan hidrogennya
lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki ikatan hidrogen terbesar (karena
paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya) sehingga titik didih air lebih tinggi daripada asam
florida.

5
3. Gaya Van Der Waals
Gaya-gaya antarmolekul secara kolektif disebut juga gaya van der Waals. Jadi, bisa dikatakan bahwa
gaya London, gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol terimbas, semuanya tergolong gaya van der
Waals. Namun demikian, ada kebiasaan untuk melakukan pembedaan yang bertujuan untuk
memperjelas gaya antarmolekul dalam suatu zat berikut.

 Istilah gaya London atau gaya dispersi digunakan, jika gaya antarmolekul itulah satu-satunya,
yaitu untuk zat-zat yang nonpolar. Misalnya untuk gas mulia, hidrogen, dan nitrogen.
 Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang mempunyai dipol-dipol selain gaya
dipersi, misalnya hidrogen klorida dan aseton

6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan ini adalah:
1. Ikatan antar atom adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.
2. Ada berbagai macam ikatan tetapi semuanya dikelompokkan dalam dua kategori
utama, ikatan primer dan sekunder. Ikatan primer adalah ikatan yang sifatnya kuat.
Mereka memiliki gaya tarik dan tolakan elektronik seperti ikatan sekunder tetapi
dalam kesetimbangan mereka lebih kuat daripada yang belakangan. Mereka secara
luas diklasifikasikan menjadi tiga jenis: ikatan ionik, ikatan kovalen dan ikatan logam.
3. Dua atom atau lebih dapat membentuk suatu molekul melalui ikatan kimia. Ikatan
kimia terjadi karena penggabungan atom-atom, yang membentuk molekul senyawa
yang sesuai dengan aturan oktet.

7
DAFTAR PUSTAKA
Elida Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Mukti Agus. 2013. Peningkatan Pemahaman Konsep Ikatan Kimia Melalui Perbaikan Bahan Ajar.
Aceh: Chimica Didactica Acta.

Nigel, Saunders. 2007. Chemistry eBook for AQA. New York: Oxford University Press.

UPT MKU. 20113. Kimia Dasar I. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Rufaida, Anis Dyah., Wulandari, Erna Tri, dan Waldjinah. 2013. Detik-detik Ujian Nasional Kimia
Tahun Pelajaran 2013/2014. Klaten: Intan Pariwara.

Saidah, Aas, dan Purba, Michael. 2013. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Syarifudin. 2008. Inti Sari Kimia untuk SMA. Tangerang: Scientific Press.

Hark Suminar, 1983. Kimia Organik, Edisi Ke Enam. Penerbit: Erlangga, Jakarta

Kolo, Sefrinus,. 2009. Bahan Ajar Kimia Organik. Universitas Timor. Kefamenanu.

Lianawati Lucia, 1999. Bimbingan Pemantapan Kimia. Penerbit: CV Yrama Widya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai