Disusun oleh :
SINTIA SELFIANA SINAGA
2103134493
DOSEN PENGAMPU:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " JENIS-JENIS IKATAN PADA ZAT PADAT "
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Zat Padat. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada bapak Prof.Dr.H. Iwantono, M.Phil. selaku dosen mata kuliah fisika zat padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun
dari segi materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar penulis menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah ini, memberi manfaat bagi
pembaca.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 Struktur Atom..........................................................................................................................2
2.2 Gaya Energi Ikat......................................................................................................................2
2.3 Jenis-Jenis Ikatan.....................................................................................................................2
2.3.1 IKATAN PRIMER....................................................................................................................2
2.3.2 IKATAN SEKUNDER................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar
mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang
semua strukturnya komplek yang berbentuk. Susunan zat padat merupakan kumpulan dari atom,
electron, dan inti atom, proton dan neutron dan quark. Bahan padat dapat diklasifikasikan
berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh
deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan
bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat
yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.
Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan,
lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom atau
pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk mrenempati posisi
yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk
susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan
susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal. Sebaliknya,
dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak mempunyai cukup waktu
untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan yang memiliki tingkat energi
yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai keteraturan yang berjangkauan
terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan
keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.
Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan omorf di pihak lain,
terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini tersusun oleh
kristal-kistal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang
bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde
nanometer, maka bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline). Partikel-partikel
zat padat begitu erat terikat satu sama lain karena adanya suatu gaya tarik menarik yang terjadi
antara partikel-partikel tersebut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis ikatan pada zat padat.
2. Mengetahui apa itu ikatan primer
3. Mengetahui apa itu ikatan sekunder.
4. Mengetahui apa saja yang termasuk ikatan sekunder dan ikatan primer beserta contohnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
F N = F A+ F R
2
Ada beberapa definisi tentang ikatan ion, yaitu:
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik-menarik lantara ion positif dan ion
negatif.
Ikatan ion terjadi antara unsur logam dengan unsur nonlogam.
Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima elektron dari satu atom ke atom yang lain.
Ikatan ion ini sangat stabil, khususnya bila menyangkut ion bervalensi ganda.
Ciri-ciri senyawa ionik:
Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan NaCl. Natirum (Na) dengan
konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil jika melepaskan 1 elektron sehingga konfugurasi
elektron berubah menjadi (2,8). Sedangkan Klorin (Cl), yang mempunyai konfigurasi (2,8,7), akan
lebih stabil jika mendapatkan 1 elektron sehingga konfigurasinya menjadi (2,8,8). Jadi agar keduanya
menjadi lebih stabil, maka natrium menyumbang satu elektron dan klorin akan kedapatan satu
elektron dari natrium. Ketika natrium kehilangan satu elektron, maka natrium menjadi lebih kecil.
Sedangkan klorin akan menjadi lebih besar karena ketambahan satu elektron. Oleh karena itu ukuran
ion positif selalu lebih kecil daripada ukuran sebelumnya, namun ion negatif akan cenderung lebih
besar daripada ukuran sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi, maka Na akan menjadi
+¿¿ −¿¿
bermuatan positif ( Na ) dan Cl akan menjadi bermuatan negatif (Cl ). Kemudian terjadi gaya
elektrostatik antara Na+ dan Cl– sehingga membentuk ikatan ionik.
2. Ikatan Kovalen
Ada beberapa definisi tentang ikatan kovalen, yaitu:
Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang sangat kuat dimana gaya antar atomnya
ditimbulkan dari penggunaan bersama elektron.
Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur non logam, serta mempunyai
perbedaan elektronegatifitas yang kecil.
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama elektron-elektron oleh dua atom.
Ikatan kovalen terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam.
Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen
3
Pembentukan ikatan dalam molekul H2 tidak melalui pelepasan dan penyerapan elektron. Sebagai
unsur nonlogam, atom-atom hidrogen mempunyai daya tarik elektron yang cukup besar. Oleh karena
peasangan elektron yang terbentuk ditarik oleh kedua inti atom hidrogen yang berikatan, kedua atom
tersebut menjadi saling terikat. Ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan
elektron ini yang dimaksud dengan ikatan kovalen.
Struktur Lewis adalah diagram yang menunjukkan ikatan-ikatan antar atom dalam suatu molekul.
Struktur Lewis digunakan untuk menggambarkan ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinat. Cara
atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun atau rumus
struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis, setiap pasangan elektron ikatan pada rumus
lewis digambarkan dengan sepotong garis.
Ikatan kovalen terdiri atas ikatan kovalen polar, kovalen non polar, dan kovalen koordinasi.
a. Kovalen polar
Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan kovalen terjadi pengutuban muatan. Ikatan kovalen
polar adalah Pasangan Elektron Ikatannya (PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan.
Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya
besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, mempunyai momen dipol.
b. Kovalen non polar
4
Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa tersebut tidak memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa berikatan kovalen tidak terjadi nonpolar adalah
ikatan kovalen yang tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar
terbentuk antara atom-atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai
momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri.
c. Kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terbentuk dari pemakaian bersama elektron
yang hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang lainnya tidak menyumbangkan
elektron. Ikatan ini dapat terjadi jika atom penyumbang memiliki Pasangan Elektron Bebas (PEB).
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah ammonia (NH3) yang bereaksi dengan boron triklorida
(BCl3) membentuk senyawa NH3BCl3. Atom N dalam NH3 sudah memenuhi kaidah oktet dan
mempunyai sepasang elektron bebas. Di lain pihak, atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua
elektron valensinya, namun belum memenuhi kaidah oktet. Dalam hal ini, atom N (dari NH3) dan
atom B (dari BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas dari atom
N.
5
3. Gaya Van Der Waals
Gaya-gaya antarmolekul secara kolektif disebut juga gaya van der Waals. Jadi, bisa dikatakan bahwa
gaya London, gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol terimbas, semuanya tergolong gaya van der
Waals. Namun demikian, ada kebiasaan untuk melakukan pembedaan yang bertujuan untuk
memperjelas gaya antarmolekul dalam suatu zat berikut.
Istilah gaya London atau gaya dispersi digunakan, jika gaya antarmolekul itulah satu-satunya,
yaitu untuk zat-zat yang nonpolar. Misalnya untuk gas mulia, hidrogen, dan nitrogen.
Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang mempunyai dipol-dipol selain gaya
dipersi, misalnya hidrogen klorida dan aseton
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan ini adalah:
1. Ikatan antar atom adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.
2. Ada berbagai macam ikatan tetapi semuanya dikelompokkan dalam dua kategori
utama, ikatan primer dan sekunder. Ikatan primer adalah ikatan yang sifatnya kuat.
Mereka memiliki gaya tarik dan tolakan elektronik seperti ikatan sekunder tetapi
dalam kesetimbangan mereka lebih kuat daripada yang belakangan. Mereka secara
luas diklasifikasikan menjadi tiga jenis: ikatan ionik, ikatan kovalen dan ikatan logam.
3. Dua atom atau lebih dapat membentuk suatu molekul melalui ikatan kimia. Ikatan
kimia terjadi karena penggabungan atom-atom, yang membentuk molekul senyawa
yang sesuai dengan aturan oktet.
7
DAFTAR PUSTAKA
Elida Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Mukti Agus. 2013. Peningkatan Pemahaman Konsep Ikatan Kimia Melalui Perbaikan Bahan Ajar.
Aceh: Chimica Didactica Acta.
Nigel, Saunders. 2007. Chemistry eBook for AQA. New York: Oxford University Press.
Rufaida, Anis Dyah., Wulandari, Erna Tri, dan Waldjinah. 2013. Detik-detik Ujian Nasional Kimia
Tahun Pelajaran 2013/2014. Klaten: Intan Pariwara.
Saidah, Aas, dan Purba, Michael. 2013. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Syarifudin. 2008. Inti Sari Kimia untuk SMA. Tangerang: Scientific Press.
Hark Suminar, 1983. Kimia Organik, Edisi Ke Enam. Penerbit: Erlangga, Jakarta
Kolo, Sefrinus,. 2009. Bahan Ajar Kimia Organik. Universitas Timor. Kefamenanu.
Lianawati Lucia, 1999. Bimbingan Pemantapan Kimia. Penerbit: CV Yrama Widya, Bandung