Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

Sistem Kristal dan Dinamika Kristal

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 10

Nova Syahfitri Siregar (4202540003)

Putri Nanta Sari Marbun (42032400227)

Windi Syafitri (4203240020)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu Pengantar Fisika
Zat Padat. Makalah yang kami buat ini berjudul Sistem Kristal dan Dinamika Kristal.
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M. Si sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini. Dengan diberikannya tugas ini mengajarkan
penulis untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini dan membantu penulis
dalam memahami sistem periodik atom.
Demikianlah makalah yang kami buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
buat masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari berbagai pihak khususnya bapak dosen selaku pembimbing
mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat, agar dapat bermanfaat bagi penyusunan makalah
ini untuk kedepannya.

Medan, 03 Maret 2023


Penulis

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5
2.1 Sistem Kristal...............................................................................................................5
2.2 Dinamika Kristal..........................................................................................................7
2.3 Soal dan Pembahasan.................................................................................................20
BAB III PENUTUP................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau
ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur
letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal
mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak
memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.
Fisika zat padat secara umum dihubungkan dengan kristal dan elektron dalam
kristal. Pengkajian tentang zat padat dimulai pada tahun-tahun awal abad ini sesudah
berhasil dipelajarinya difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini dapat ditemukan
bukti bahwa kristal terdiri dari atom-atom yang susunannya teratur. Melalui
keberhasilan memodelkan susunan atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat
mempelajari lebih banyak dan lebih lanjut tentang zat padat. Dalam perkembangan
selanjutnya, pengkajian zat padat telah meluas pada bahan bukan kristal (amorf), bahan
gelas, dan bahkan bahan cair.
Studi tentang dinamika kisi Kristal secara khusus menelah getaran atomatom di
dalam Kristal. Hal ini penting mengingat bahwa getaran atom-atom di dalam Kristal
itu menentukan sifat termal Kristal dan pula memainkan peran sangat penting di dalam
berbagai gejala fisik seperti : hamburan netron, relaksasi spin kisi, transmisi sinar infra
merah, perambatan gelombang ultrasonik dan lain sebagainya.
Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan vibrasi
kolektif suatu bahan.Vibrasi ini dapat terjadi pada atom monoatomik dan
diatomik.Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada
kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan
jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan
pedekatan gelombang panjang.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah berikut ini, yaitu :
1. Apa itu sistem kristal?

2. Apa itu dinamika kristal?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah berikut ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu sistem kristal

2. Untuk mengetahui apa itu dinamika kristal

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kristal

Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang
(periodik) yang tidak berhingga dalam ruang disebut bahan kristal. Kumpulan yang
berupa atom atau molekul dan sel ini terpisah sejauh 1 Å atau 2 Å. Kristal dapat dibentuk
dari larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya
lambat, atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses
tersebut untuk mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya
minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang
pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan
yang jauh.
Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf
atau bukan-kristal, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak
mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan
yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya
mempunyai. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan
berulang (periodik) yang tidak berhingga dalam ruang disebut bahan kristal. Kumpulan
yang berupa atom atau molekul dan sel ini terpisah sejauh 1 Å atau 2 Å. Kristal dapat
dibentuk dari larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses
pertumbuhannya lambat, atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri
selama proses tersebut untuk mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi
potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga
berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam
jangkauan yang jauh. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian
disebut bahan amorf atau bukankristal, dalam proses pembentukan yang berlangsung
cepat, atom-atom tidak mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur.
Hasilnya terbentuklah susunan yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan
atom ini umumnya hanya mempunyai urut simetri translasi.
Operasi translasi kisi Didefinisikan sebagai perpindahan dari sebuah kristal oleh
sebuah vektor translasi kristal . Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain
yang membuat kisi “invarian” (tidak berubah bentuknya dari semula), yaitu :
a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbul : m)
b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dgn sudut sebesar (2π/n) (simbul n =
1,2,3,4,dan 6
c. Inversi : Pencerminan pada suatu titik tertentu (simbul : i)
d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi
e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi
5
Zat Padat
Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau
ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya
dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai
keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki
keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.
Fisika zat padat secara umum dihubungkan dengan kristal dan elektron dalam kristal.
Pengkajian tentang zat padat dimulai pada tahun-tahun awal abad ini sesudah berhasil
dipelajarinya difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini dapat ditemukan bukti bahwa
kristal terdiri dari atom-atom yang susunannya teratur. Melalui keberhasilan memodelkan
susunan atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat mempelajari lebih banyak dan
lebih lanjut tentang zat padat. Dalam perkembangan selanjutnya, pengkajian zat padat
telah meluas pada bahan bukan kristal (amorf), bahan gelas, dan bahkan bahan cair.
Kristal dan Non Kristal
Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang
(periodik) yang tidak berhingga dalam ruang disebut bahan kristal. Kumpulan yang
berupa atom atau molekul dan sel ini terpisah sejauh 1 Å atau 2 Å. Kristal dapat dibentuk
dari larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya
lambat, atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses
tersebut untuk mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya
minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang
pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan
yang jauh.
Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf
atau bukan-kristal, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak
mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan
yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya
mempunyai keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang
mencerminkan keadaan amorf.

Struktur Kristal
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal
6
dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun
secara khusus, secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi kristal
(crystal lattice). Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah Kristal Ideal
disusun oleh satuan-satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga
didalam ruang.
Untuk menggambarkan struktur kristal ini dapat digambarkan/dijelaskan dalam istilah
– istilah:
Lattice (kisi) dan sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi).
Kisi Kristal : Kisi adalah sebuah susunan titi-titik yang teratur dan periodik di dalam
ruang.
Basis : sekumpulan atom, dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satu atom
atau lebih.
Atau secara singkatnya adalah struktur kristal terdiri dari kisi dan basis, Struktur
kristal akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik kisi sehingga struktur
kristal merupakan gabungan antara kisi dan basis. Apabila dinyatakan dalam hubungan
dua dimensi adalah sebagai berikut: Sehingga apabila atom atau sekumpulan atom
tersebut menempati titik-titik kisi maka akan membentuk suatu struktur kristal

2.2 Dinamika Kristal

Kristal tersusun oleh atom-atom yang “diam” pada posisinya di titik kisi.
Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi
kesetimbangannya.Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari energi
termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.
Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar
atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan
gelombang panjang.
 Pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki
panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan
ini, gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atomatom yang

7
diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit. Sebaliknya,
bila dipakai.
 Gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi
akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang.
Oleh karena itu, pendekatan ini sering disbut sebagai pendekatan kisi malar.

A. Pendahuluan
Dalam bab yang lalu, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh atom-atom yang
“diam” pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam ,
tetapi bergetar pada posisi kesetim bangannya. Getaran atom-atom pada suhu ruang
adalah sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dim iliki atom-atom
pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada
kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak
antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan
pedekatan gelombang panjang. Disebut pendekatan gelombang pendek apabila
gelombang yang digunakan memiliki panjang gelombang yang lebih kecil dari pada
jarak antar atom. Dalam keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun
oleh atom-atom yang diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi
diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari
jarak antar atom, kisi akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan
gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan kisi
malar.

B. Gelombang Elastik
Zat padat tersusun dari atom-atom yang terpisah dan pisahan ini harus di
perhitungkan dalam dinamika kisi ketika panjang gelombang zat padat dapat
diberlakukan dalam medium tak hingga. Dinamika seperti ini dinamakan gelombang
elastik.
Dalam pendekatan gelombang panjang, tinjau sebuah batang berpenampang A
dengan rapat massa ρ, yang dirambati gelombang mekanik ke arah memanjang batang x.
Pada setiap titik x dalam batang terjadi perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya
tegangan σ(x) dari gelombang, lihat gambar

Dapat dituliskan regangan pada batang :


du
∈= (2.1)
dx
8
karena tegangan σ yang memenuhi hukum Hooke sebagai berikut :
σ =E ∈(2.2)
Dengan E menyatakan Modulus elastik atau Modulus Young. Selanjutnya, menurut
hukum kedua Newton, tegangan yang bekerja pada elemen batang dx menghasilkan gaya
sebesar :
F= A { σ ( x +dx )−σ (x ) } (2.3)
akan menyebabkan massa elemen batang tersebut (ρAdx) mendapatkan percepatan
sebesar
2
∂u
2
∂t
Sehingga
2
∂u
ρAdx 2 =A { σ ( x+ dx )−σ ( x) } (2.4)
∂t

Perhatikan lebih lanjut ruas kanan persamaan (2.4), dapat dijabarkan :


∂σ ∂ε
¿ dx=E dx
∂x ∂x

( )
2
∂ du ∂ u
¿E dx=E 2 dx ( 2.5 )
∂ x dx ∂x
Masukkan kembali hasil (2.5) ke persamaan semula (2.4) memberikan :
2 2
∂u ∂u
ρAdx 2 =E 2 dx . A
∂t ∂x
yang dapat disederhanakan menjadi:

( )
2 2
∂ u ρ ∂ u
2
= (2.6)
∂x E ∂t 2
yaitu persamaan gelombang elastik. Dan bila dibandingkan dengan persamaan
gelombang umum :

( )
2 2
∂ u 1 ∂ u
2
= 2 2
∂x v s ∂t
akan diperoleh ungkapan bagi kecepatan gelombang elastik :

( )
1/ 2
E
v s= (2.7)
ρ
Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum pada zat
padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus Young. Karena
perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik maka gelombang yang
bersangkutan disebut gelombang elastik.

C. Konsep Fonon
Dalam analisisnya, Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena
perambatan suara dalam padatan merupakan gejala gelombang elastis. Spektrum
frekuensi Debye yang dinyatakan pada persamaan (3.1) sering disebut spektrum phonon.
Phonon adalah kuantum energi elastik analog dengan photon yang merupakan kuantum
energi elektromagnetik.
9
Adapun persamaannyan adalah :
3 Nhf E
E=3 N Ē= ( 3 .1 )
( hf E / k T )
e B
−1
Gelombang elastik pada zat padat ini dapat disebabkan baik oleh gelombang
mekanik (bunyi/ultrasonik) maupun oleh gelombang termal (inframerah). Kedua
gelombang tersebut dapat menyebabkan getaran kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket
energi getaran kisi disebut fonon. Fonon dapat dipandang sebagai “kuasi partikel” seperti
halnya foton pada gelombang cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip
“dualisme partikel-gelombang” ini, rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat
dianggap sebagai aliran fonon.
Tabel 3.1. Beberapa konsep dualisme gelombang-pertikel
GELOMBANG PARTIKEL
Gelombang elektromagnetik Foton
Gelombang elastik/kisi Kristal Fonon
Gelombang elektron kolektif Plasmon
Gelombang magnetisasi Magnon
Gelombang electron+deformasi elastik Polaron
Gelombang polarisasi Eksiton

 Momentum Fonon
Sebuah fonon dari vektor gelombang K akan berinteraksi dengan foton
neutron, dan seolah-olah memiliki ℏ K . Bagaimanapun, fonon tidak membawa
momentum fisik.
Alasan bahwa fonon dalam satu kisi tidak membawa momentum adalah
bahwa koordinat fonon melibatkan koordinat relatif dari atom. Sehingga dalam
molekul H2 koordinat getaran molekul terletak di r 1-r2, yang merupakan koordinat
relatif dan tidak membawa momentum linier, koordinat pusat massa ½ (r 1 + r2) sesuai
dengan mode K = 0 dan dapat membawa momentum linier.
Momentum fisik dari kristal adalah

p=M ( dtd ) ∑ u s ( 3 .2 )

ketika kristal membawa Fonon K,


M ( dudt )[ 1−exp ( iNKa ) ]
p=M ( )∑ exp ( isKa) =
du
dt s [ 1−exp ( iKa ) ]
( 3 .3 )

dimana s berjalan di atas N atom. Digunakanlah deret


N −1
( 1−x s )
∑ s
x =
( 1−x )
(3 . 4 )
s=0
2 πr
K=±
Telah ditemukan bahwa nilai, Na dimana r adalah integer. Sehingga

10
exp iNKa=±( i2 πr )=0 , dan momentum kristal bernilai nol.

p=M ( dudt )∑ exp ( isKa) =0


s
( 3 .5 )

Semua sama, untuk tujuan praktik fonon bertindak seolah-olah momentum


adalah ℏ K , dimana hal ini disebut momentum kristal. Dalam kristal terdapat aturan
seleksi vektor gelombang untuk memperbolehkan transisi antara keadaan kuantum.
Hamburan elastis dari foton sinar x oleh kristal diatur oleh aturan seleksi vektor
gelombang.
k ' =k +G (3.6)
Dimana G adalah vektor dalam kisi timbal balik, k adalah vektor gelombang
dari foton yang diamati, dan k’ adalah vektor gelombang dari foton tersebar. Dalam
proses refleksi kristal semua akan mengalami momentum −ℏ G , tetapi ini jarang
dianggap secara eksplisit.
Gelombang vektor total yang merupakan interaksi gelombang bersifat kekal
dalam kisi periodik, dengan penambahan yang mungkin dari vektor kisi resiprokal G.
Momentum keseluruhan selalu dijaga.
Jika hamburan foton bersifat inelastis, dengan membuat fonon dari vektor
gelombang K, maka aturan seleksi vektor gelombang menjadi
k ' + K =k +G
Jika foton K yang diserap dalam proses, didapatkan persamaan
k ' =k + K +G (3.7)
 Penghamburan Fonon Tak-Elastik
Hubungan dispersi fonon sering dijelaskan dengan hamburan tak elastik dari
neutron dengan emisi atau absorpsi proton. Lebar sudut dari berkas neutron yang
tersebar memberi informasi tentang waktu hidup fonon.
Sebuah neutron berada pada kisi kristal akibat interaksi inti atom. Hamburan
kinematik neutron pada kisi kristal menggambarkan aturan seleksi vektor gelombang
secara umum.
k +G =k ' ±K ( 3 .8 )
Dengan persyaratan konservasi energi. K merupakan vektor gelombang dari
foton yang dilepas (+) atau diserap (-) dalam suatu proses, dan G adalah vektor kisi
resiprokal. Untuk fonon, G sama seperti k, berada di zona Brillouin pertama.
p2
Energi kinetik interaksi neutron adalah 2 M n , dimana
M n adalah massa
neutron. Momentum p diberikan oleh ℏ k , dimana k adalah vektor gelombang dari
ℏ2 k 2
neutron. Energi kinetik dari interaksi neutron adalah 2 M n . Jika k’ adalah vektor
ℏ2 k ' 2
gelombang dari hasil interaksi neutron, maka energinya adalah 2 M n . Persamaan
konservasi energi adalah

11
ℏ2 k 2 ℏ2 k ' 2
= ±ℏ ω ( 3 . 9)
2Mn 2Mn
dimana ℏ ω adalah energi fonon yang dilepaskan (+) atau diserap (-) selama proses
berlangsung.

D. Dinamika Kisi Monoatomik


Perhatikan kisi eka-atom (hanya tersusun oleh satu jenis atom) satu dimensi
seperti ditunjukkan oleh gambar 2.5. Pada keadaan seimbang atom-atom secara rata-rata
menduduk ititik kisi. Kemudian, atom-atom akan menyimpang dengan simpangan
sebesar ….un-1, un, un +1, ............dst.

Gambar 4.1. Kisi eka-atom satu dimensi dalam keadaan seimbang (atas)
dan dirambati gelombang longitudinal (bawah).
Menurut hukum kedua Newton, persamaan gerak atom ke-n dapat diungkapkan
sebagai berikut :
F s=C ( un+1−un ) + ( un−1−u n )
2
d un
2
=C (un+1 +u n−1 −2u n)
m (4.1)
dt
m massa atom, C tetapan elastik ikatan antar atom (semacam tetapan pegas), dan t
menyatakan waktu. Terhadap persamaan gerak itu dapat diambil penyelesaian
berbentuk:
(iq x )
un =A e n
(4.2)
A amplitudo dan xn adalah posisi atom ke-n terhadap pusat-pusat koordinat sembarang
dan dapat dituliskan :
x n=na
n bilangan bulat dan a tetapan kisi. Masukkan solusi (4.2) ke dalam persamaan gerak
(4.1), dan memiliki ketergantungan terhadap waktu e−iωt
2
d un
m 2 =C ¿ )
dt
d 2 ( A e [ i ( qan−ωt )] )
m 2
=C ¿)
dt
2
−m ω un=C ¿) (4.3)
12
dimana,
inqa ± iqa
un ± 1=Ae e (4.4)
maka,
2 (inqa)
−m ω A e =C ¿)
2 (inqa) inqa +iqa −iqa
−m ω A e =C Ae (e + e −2)
2 +iqa −iqa
−m ω =C ( e + e −2) (4.5)
dan dengan menggunakan hubungan Euler :
iqa −iqa
2 cos qa=e +e
sehingga,
−m ω =C (2 cos qa−2 ¿
2

−m ω =−2C (1-cos qa ¿
2

2 2C
ω= (1-cos qa ¿
m
Turunkan ,
2
cos 2 a=1−2 sin a
jadi,
2 2C
ω= ¿
m
2 2C 21
ω= (2sin qa)
m 2
2 4 C 2 qa
ω= sin
m 2
ω=2 ¿
Diperoleh solusi ω :
qa
ω=ω m sin(¿ ) ¿ (4.6)
2
Dengan,
ω m=2 ¿
Hasil (4.6) menyatakan hubungan antara ω dan q, jadi jelas bahwa persamaan
tersebut menyatakan hubungan dispersi yang dalam kasus ini berbentuk/bersifat
sinusoida. Dalam pembahasan di atas secara implisit telah digunakan pendekatan
gelombang pendek, karena medium “tampak” sebagai deretan atom-atom diskrit. Dari
hasil dapat dikatakan bahwa untuk kisi diskrit atau pendekatan gelombang pendek,
hubungan dispersinya sinusoida (tidak linier); lihat gambar 4.2.

13
Gambar 4.2. Hubungan dispersi, ω vs q, sinusoida dari kisi
diskrit (pendekatan gelombang pendek).
E. Dinamika Kisi Dwiatomik
Kisi dwi atom 1 dimensi merupakan kisi yang tersusun oleh dua atom dengan
massa berbeda yang diperlihatkan dalam satu dimensi. Massa M 1 bisa dianggap berada
pada titik kisi sedangkan massa 2 atau M 2 berada pada titik tengah suatu sel satuan.
Sehingga simpangan akibat adanya getaran yang menyebabkan atom-atom ini bergerak
dapat terukur dalam jangka waktu tertentu. Berikut gambar pergerakan atom dalam kisi

Gambar 5.1: posisi atom pada sel primitive yang tersusun atas 2 atom,
(a) posisi atom setimbang, (b) perpindahan kontinyu

Gambar di atas menunjukkan apabila kisi dirambati gelombang maka atom-atom akan
menyimpang sejauh …U n−1 , un ,u n+1 dan seterusnya. Kita dapat menganggap atom-atom
yang berdekatan atau tetangga terdekat akan dipengaruhi oleh potensial tetangganya
masing- masing sehingga Energi potensial yang dialami oleh atom-atom dapat
digambarkan secara matematis,yaitu:
1 2 1
EP= K ∑ (un−un ) + K ∑ (un −un+1 ) (5.1)
2
2 n 2 n
Untuk mempermudah perhitungan kita dapat menganggap atom dengan massa lebih
kecil(m) bernomor ganjil sedangkan atom bermassa lebih besar (M) bernomor genap
maka

14
Dari gambar diatas terlihat bahwa atom-atom baik itu atom bermassa kecil
maupun lebih besar akan memiliki perpindahan sebagai berikut:
Sesuai dengan hokum II Newton
2
d U
F=m . a dimana a= 2
dt
F=−ku (5.2)
Namun, karena massa dan pergerakan kedua atom ini berbeda sehingga kita harus
menuliskannya secara terpisah.
 Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih besar (M) atau atom bernomor
ganjil.
2
d U 2 r +1
m 2
=k ( u2 r+ 2+u 2r −2 u2 r+1 ) (5.3)
dt
 Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih kecil (m) atau atom bernomor
genap
2
d U2r
m 2
=k ( u 2r +1 +u2 r−1−2 ur ) (5.4)
dt
Dengan adanya persamaan posisi ini maka kita harus mampumenyatakan
persamaan tersebut dalam bentuk persamaan gelombang yang mengandung q sebagai
bilangan gelombang dan ω sebagai frekuensi sudut gelombang.
Sehingga fungsi gelombangnya yaitu
u2 r +1= A1 exp ⁡[iqa ( 2r +1 )−ωt ](5.5)
u2 r =A 2 exp ⁡[iqa ( 2 r )−ωt ](5.6)
Masuukkan ke persamaan posisi
( 2 c−M ω2 ) A1− ( 2ccosqa ) A 2=0 (5.7)
(−2 ccosqa ) A 1+ ( 2 c−mω 2 ) A 2=0(5.8)

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

[ −2 ccosqa 2 c−m ω2 ][ ]
( 2 c−M ω2 ) − ( 2ccosqa ) A1 =0(5.9)
A2
Persamaan ini akan bernilai tidaknoljika determinan matriks di atas sama dengan nol.
Jadi,

| |
( 2 c−M ω 2 ) −( 2 ccosqa ) =0 (5.10)
−2 ccosqa 2 c−m ω2

( 2 c−M ω2 ) .(2 c−m ω2 ¿− (−2ccosqa ) .(−2 ccosqa)=0

4c 2−2 cm ω2−2cM ω 2+ Mm ω 4−¿4c 2 c os 2 qa=0

Mm ω 4−( m+ M ) 2 c ω2 + 4 c 2 ( 1−cos 2 qa )=0

Sehingga nilai frekuensi menjadi

15
( ) ( )
2 2 1/ 2
2 1 1 1 1 4 sin qa
ω =c + ±c [ + − ] (5.10)
M m M m Mm

Dimana persamaan ini menghasilkan dua penyelesaian yaitu:

( ) ( )
2 2 1/ 2
2 1 1 1 1 4 sin qa
ω =c + +c [ + − ] (5.11)
M m M m Mm

Persamaan ini disebut persamaan frekuensi cabang optic karena apabila dihitung,
frekuensi ini berada dibawah frekuensi gelombang inframerah atau optic.

( ) ( )
2 2 1/ 2
2 1 1 1 1 4 sin qa
ω =c + −c[ + − ] (5.12)
M m M m Mm

Persamaan kedua ini disebut persamaan gelombang frekuensi cabang akustik karena
karakteristiknya mirip seperti gelombang bunyi yang mana apabila ω meningkat maka q
juga meningkat begitu pula sebaliknya.

Berikut pola gerakan atom akibat getaran yang terjadi di lihat dari Amplitudo baik itu
Amplitudo atom bernomor ganjil maupun genap. Yang didapat dari persamaan berikut
u2 r +1= A1 exp ⁡[iqa ( 2r +1 )−ωt ]
u2 r =A 2 exp ⁡[iqa ( 2 r )−ωt ]

Ga
A A
mbar 5.3. Dapat dilihat pada gambar bahwa cabang akustik untuk 1 dan 2 sefase
sedangkan untuk cabang optic tidak sefase

16
.
Gambar 5.4. Daerah frekuensi dan dispersi
Jika kita lihat dari gambar 5.4 bahwa daerah antara ω 1dan ω 1 disebut celah frekuensi
π π
yaitu daerah dengan interval – <q< karena pada interval ini tidak ada gelombang
2a 2a
maka kisi dwi atomik tidak merambatkan gelombang tetapi meredamnya. Hal ini
memungkinkan kisi menjadi tapis lolos yakni mampu meredam maupun merambatkan
frekuensi tertentu.

F. Zone Brilouin Pertama


Konsep zona Brillouin dikembangkan oleh Léon Brillouin (1889-1969), seorang
fisikawan Perancis. Dalam matematika dan fisika zat padat, zona Brillouin adalah sel
satuan primitif dalam kisi resiprok. Batas-batas sel ini diberikan oleh bidang yang
berhubungan dengan titik pada kisi resiprokal. Sebuah zona Brillouin didefinisikan
sebagai sel Wigner-Seitz di kisi resiprokal. Garis yang menghubungkan titik asal kisi ke
titik-titik kisi tetangga sekarang merupakan vektor kisi resiprokal G (Gambar 6.1).
Daerah terkecil yang ditutupi oleh sel Weigner-Seitz (kuning) juga dikenal sebagai zona
Brillouin pertama.

Gambar 6.1. Zona Brillouin pertama


17
Ada juga zona Brillouin kedua, ketiga, dll, , berhubungan dengan rangkaian
daerah yang memisah (semua dengan volume yang sama) untuk meningkatkan jarak
terdekat dari asal, tetapi ini lebih jarang digunakan. Sehingga, zona Brillouin pertama
sering disebut sebagai zona Brillouin saja (Secara umum, zona Brillouin-n terdiri dari
himpunan titik-titik yang dapat dihubungkan dari asal dengan melintasi n-1 bidang
Bragg yang berbeda). Sebuah konsep yang terkait bahwa dari zona Brillouin dapat
diminimalkan, yang merupakan zona Brillouin pertama dikurangi dengan semua simetri
dalam kelompok titik kisi.

 Zona Brillouin Kisi Satu Dimensi


Zona Brillouin juga dikatakan sebagai representasi tiga dimensi dari nilai k, k
adalah vektor bilangan gelombang yang searah dengan rambatan gelombang. Nilai
kritis bilangan gelombang k tergantung dari sudut antara datangnya elektron
dengan bidang kristal, θ. Oleh karena itu dalam kristal tiga dimensi k kritis
tergantung dari arah gerakan elektron relatif terhadap kisi kristal, dan kemungkinan
adanya susunan bidang kristal yang berbeda. Jika jarak antar ion dalam padatan

adalah a , maka dari persamaan |k|= ≡ ±k , kita dapatkan nilai kritis bilangan
d sin θ
gelombang untuk kasus satu dimensi adalah

k kritis= dengan n=± 1 ,± 2 ,± 3 …(6.1)
a
Daerah antara –k1 dan +k1 disebut zona Brillouin pertama. Gambar 6.2
memperlihatkan situasi satu dimensi yang menggambarkan zona yang pertama.

Gambar 6.2. Gambaran satu dimensi Zona Brillouin pertama.

 Zona Brillouin Kisi Dua Dimensi


Pada kasus dua dimensi kita melihat gambaran nilai-nilai batas k pada
sumbu koordinat x-y pada Gambar 6.3. Karena baik bidang vertikal maupun
horizontal dapat memantulkan elektron, maka kita memiliki hubungan
π 2
k x n1+ k y n2= ( n 1 +n 2 ) (6.2)
2
a

18
Gambar 6.3. Gambaran dua dimensi zona Brillouin pertama.

 Zona Brillouin Kisi Tiga Dimensi


Pada kasus tiga dimensi, kita melihat satu contoh Zona Brillouin untuk kisi
kristal kubus sederhana. Untuk kasus ini hubungannya (8.16) berubah menjadi
π 2
k x n1+ k y n2 +k z n3= ( n 1 +n 2 + n3 ) (6.3)
2 2
a
Gambar 6.4. memperlihatkan gambaran tiga dimensi zona Brillouin pertama pada kisi
kristal kubus sederhana.

Gambar 6.4. Zona Brillouin pertama kisi kristal kubus sederhana

Untuk BCC, kisi resiproknya adalah kisi FCC. Bekerja pada garis yang sama
dapat ditemukan bahwa kisi resiprokal dari kisi bcc adalah kisi yang face-centred dan
sesuai zona Brillouin pertama adalah berbentuk belah ketupat dodecahedron.

19
Gambar 6.5. Zona Brillouin BCC
Untuk FCC, kisi resiproknya adalah kisi BCC. Kisi resiprokal dari kisi fcc
adalah kisi yang body-centred dan sesuai zona Brillouin pertama adalah segi delapan.

Gambar 6.6. Zona Brillouin FCC

2.3 Soal dan Penyelesaian


1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kisi diskrit?
Penyelesaian
Pendekatan kisi diskrit adalah kata lain dari pendekatan gelombang pendek yakni
20
apabila gelombang yang digunakan dalam Kristal memiliki panjang gelombang
yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Ketika suatu keadaan saat gelombang
melihat kristal sebagai sesuatu yang tersusun oleh atom-atom yang diskrit; sehingga
pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit.

2. Apa yang anda ketahui tentang gelombang elastik?


Penyelesaian
Gelombang elastik adalah dinamika kisi ketika panjang gelombang zat padat dapat
diberlakukan dalam medium tak hingga karena zat padat tersusun dari atom-atom
yang terpisah dan pisahan ini harus di perhitungkan. Gelombang elastik pada zat
padat ini dapat disebabkan baik oleh gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik)
maupun oleh gelombang termal (inframerah). Kedua gelombang tersebut dapat
menyebabkan getaran kisi.

3. Sebutkan perbedaan dari fonon dan foton!


Penyelesaian
 Fonon :
(1) rambatan getaran kisi dalam zat padat
(2) Termasuk gelombang elastik
 Foton
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya
foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya,
gelombang radio, dan Sinar-X.
Foton memiliki baik sifat gelombang maupun partikel ("dualisme gelombang-
partikel").
 Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan
menunjukkan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan
interferensi destruktif ketika gelombang terpantulkan saling
memusnahkan satu sama lain.
 Sebagai partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan
memindahkan energi

4. Cari dan gambarkan persamaan (hubungan) dispersi antara ω dan q untuk kristal berbasis
satu atom (monoatomik) menurut hukum kedua Newton, dimana persamaan gerak atom
ke-n sebagai berikut :
F s=C ( un+1−un ) + ( un−1−u n )
Penyelesaian,
Menurut hukum kedua Newton, persamaan gerak atom ke-n dapat diungkapkan
sebagai berikut :
F s=C ( un+1−un ) + ( un−1−u n )
2
d un
m 2
=C (un+1 +u n−1 −2u n) (4.1)
dt
m massa atom, C tetapan elastik ikatan antar atom (semacam tetapan pegas), dan t
21
menyatakan waktu. Terhadap persamaan gerak itu dapat diambil penyelesaian
berbentuk:
(iq x )
un =A e n
(4.2)
A amplitudo dan xn adalah posisi atom ke-n terhadap pusat-pusat koordinat sembarang
dan dapat dituliskan :
x n=na
n bilangan bulat dan a tetapan kisi. Masukkan solusi (4.2) ke dalam persamaan gerak
(4.1), dan memiliki ketergantungan terhadap waktu e−iωt
2
d un
m 2 =C ¿ )
dt
d 2 ( A e [ i ( qan−ωt )] )
m 2
=C ¿)
dt
2
−m ω un=C ¿) (4.3)
dimana,
inqa ± iqa
un ± 1=Ae e (4.4)
maka,
2 (inqa)
−m ω A e =C ¿)
2 (inqa) inqa +iqa −iqa
−m ω A e =C Ae (e + e −2)
2 +iqa −iqa
−m ω =C ( e + e −2) (4.5)
dan dengan menggunakan hubungan Euler :
iqa −iqa
2 cos qa=e +e
sehingga,
−m ω =C (2 cos qa−2 ¿
2

−m ω =−2C (1-cos qa ¿
2

2 2C
ω= (1-cos qa ¿
m
Turunkan ,
2
cos 2 a=1−2 sin a

jadi,
2 2C
ω= ¿
m
2 2C 21
ω= (2sin qa)
m 2
2 4 C 2 qa
ω= sin
m 2
ω=2 ¿
Diperoleh solusi ω :
qa
ω=ω m sin(¿ ) ¿ (4.6)
2
Dengan,

22
ω m=2 ¿
Sehingga hubungan dispersi antara ω dan q pada kristal berbasis satu atom
(monoatomik) dapat digambarkan sebagai berikut:

5. Turunkan persamaan disperse hubungan antara ω dan q pada kisi dwi atom.
Jawaban:
2
d U 2 r+ 1
M 2
=k ( u2 r+2 +u2 r −2 u2 r+1 )
dt
2
d U2r
m 2
=k ( u 2r +1 +u2 r−1−2 ur )
dt
Dengan
u2 r +1= A1 exp ⁡[iqa ( 2r +1 )−ωt ]
u2 r =A 2 exp ⁡[iqa ( 2 r )−ωt ]
Sehingga
( 2 c−M ω2 ) A1− ( 2ccosqa ) A 2=0
(−2 ccosqa ) A 1+ ( 2 c−mω 2 ) A 2=0
Atau dalam bentuk matriks

[ −2 ccosqa 2
2 c−m ω ][ ]
( 2 c−M ω2 ) − ( 2ccosqa ) A1 =0
A2
Akan memiliki penyelesaian jika determinan matriks sama dengan 0

| |
( 2 c−M ω 2 ) −( 2 ccosqa ) =0
−2 ccosqa 2 c−m ω2

( 2 c−M ω2 ) .(2 c−m ω2 ¿− (−2ccosqa ) .(−2 ccosqa)=0

4c 2−2 cm ω2−2cM ω 2+ Mm ω 4−¿4c 2 cos2 qa=0

Mm ω 4−( m+ M ) 2 c ω2 + 4 c 2 ( 1−cos 2 qa )=0


Dapat diselesaikan dengan
−b ± √ b2−4 ac
ω 122=
2a
Dengan a=Mm b=−2c ( m+ M ) c =4 c2 ( 1−cos 2 qa )

23
2 c ( m+ M ) ± √ (2 c ( m+ M )) −4 Mm 4 c ( 1−cos qa )
2 2 2
2
ω =
12
2 Mm

2 c ( m+ M ) ± √ 4 c ( ( m+ M )) −4 Mm 4 c sin qa
2 2 2 2
ω 122=
2 Mm
2
ω 12 =2 c ( m+ M ) ± √ 4 c [ ( m+ M ) ¿ ¿ 2−4 Mm sin2 qa]
2
¿
2 Mm

ω 122=2 c ( m+ M ) ± 2 c √
[ ( m+ M )¿ ¿ 2−4 Mm sin2 qa]
¿
2 Mm
2
2 2 c ( m+ M ) [ ( m+ M ) ¿ ¿ 2−4 Mm sin qa]
ω 12 = ±2c ¿
2 Mm 2 Mm

( ) ( )
2 2 1 /2
2 1 1 1 1 4 sin qa
ω 12 =c + ±c[ + − ]
M m M m Mm

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang
mengikuti pola-pola tertentu. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami
proses pemadatan.
24
Vibrasi kristal dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya dalam vibrasi kristal
terdapat Gelombang Elastik dan Fonon. Vibrasi fonon adalah vibrasi atom secara kolektif
pada suatu struktur kristal. Vibrasi ini memiliki frekuensi karakteristik dan arah rambat
getaran ini bergantung pada struktur kristal yang ditinjau. Fonon dapat ditemui dalam
sistem kristal.
Tidak semua kristal dibentuk sempurna. Ketidaksempurnaanitu disebabkan cacatnya
susunan atom dalam kristal. Cacat dapat terjadi karena adanya solidifikasi ataupun akibat
dari luar. Kristal biasanya mengandung ketidaksempurnaan, yang kebanyakan terjadi pada
kisi-kisi kristalnya. Cacat kristal diantaranya adalah, cacat titik, cacat garis, cacat bidang
dan cacat ruang.
3.2 Saran

Kami menyadari masih banyak kekurangan dari materi yang telah kami sampaikan
disini, maka dari itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
menyempurnakan makalah kami dan untuk sebagai pemicu bagi kami dalam mempelajari
cara menulis makalah yang baik dan benar untuk makalah dan karya tulis selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu dan Jufriadi. 2019. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang: Universitas Kanjuruhan.
Chang, Raymond. 2016. Chemistry (10th edition). New York: McGraw Hill.
Goldberg, David. E. 2017. Kimia untuk Pemula Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
http://kimia08yeahriderx.blogspot.co.id/2013/04/cacat-kristal.html
http://myblogcobacoba.blogspot.co.id/2015/04/makalah-ilmu-logam-cacat-pada-kristal.html
https://ciripo.wordpress.com/2011/11/11/cacat-kristal/
Huang, Yuan Ming. - . Solid State Physics. Diakses melalui http://www.lcst-cn.org/Solid
%20State%20Physics/Ch24.html pada tanggal 25 Mei 2013.
25
John Wiley Son Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
Keenan, dkk. 2015. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kittel, C. 1996. Introduction to Solid State Physics Seventh Editio. United States Of America:
John Willey & Sons.
Parno. 1999. Pendahuluan Fisika Zat Padat: Dinamika Kisi. Diakses melalui
http://elearning.unsri.ac.id/ pada tanggal 23 Mei 2013.
Sirait, Motlan. 2017. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Medan : UNIMED PRESS
Solyo, Jeno. 2007. Fundamental Of The Physics Of Solids. Germany: Springer.
Sudaryatno, S dan Ning Utari S. 2012. Mengenal Sifat Material. Bandung: Darpublic.
Suud, Ibnu dan Hufni. 2017. Struktur dan Ikatan Kristal. Padang: UNP.
Tipler, P. A., 2015. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Erlangga .
Wendry, Nyoman. 2016. Fisika Zat Padat I. Bali: Universitas Udayana.

26

Anda mungkin juga menyukai