Anda di halaman 1dari 37

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

SISTEM PERIODIK UNSUR DAN KISI RESIPROK


Dosen Pengampu : Prof. Nurdin Bukit

Di Susun Oleh
Kelompok 1
Dina Alfariza Nst (4181240002)
Arya Wahyudi (4181240003)
August F A C L.Tobing (4183240009)
Yuni Kartika Hutahaean (4183240005)
Indriani Sakdiyah (4211418001)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kisi Resiprok”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas final mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha seoptimal mungkin demi
sempurnanya makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Medan, 17 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
A. Pendahuluan ............................................................................................7
B. Sistem Periodik Unsur..............................................................................9
C. Difraksi Gelombang Oleh Kristal.............................................................15
D. Kisi Resiprokal.........................................................................................20
E. Vektor Kisi Respirokal.............................................................................22
F. Keadaan Difraksi......................................................................................26
G. Zona Brillouin .........................................................................................30
H. Teknik-Teknik Difraksi Kristal................................................................32
BAB III PENUTUP.............................................................................................37
A. Kesimpulan...............................................................................................37
B. Saran.........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................38

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar materi zat Padat adalah Kristal Dan elektron
didalamnya. Dari beberapa jenis zat diantaranya zat padat, cair dan gas
ternyata dan keunikan tersendiri dari susunan zat ini.Disini kita mengkerucut
membahas tentang zat padat, di mana zat padat ini terdiri dari atom-atom, ion
atau molekul yang sangat bedekatan dan menempati kedudukan tertentu
disekitar posisi keseimbangannya. Secara umum zat padat itu memiliki sifat
bentuk dan volume yang sukar berubah. . Zat padat yang kita bahas kali ini
adalah berhubungan dengan Kristal.
Zat Padat mulai dikembangkan awal abad ke- 20, mengikuti
penemuan difraksi sinar-x oleh kristal. Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah
berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal
dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van
Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing
A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan
dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen
mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh Barkla.Laue mengawali
pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran teoretiknya dengan mengacu
pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x melewati
sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-
sumbergelombang sekunder,layaknya garis-garis pada geritan optik (optical
grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom-atom
tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang
pertama dilakukan oleh Herren Friedrich danKnipping menggunakan kristal
tembaga sulfatdan berhasil memberikan hasil pola difraksipertama yang

4
kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal.
Sebuah Kristal Ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang
identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang. Semua struktur
kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah Lattice (kisi) dan
sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rita Prasetyowati pada
tahun 2012 yang mana dalam penelitiannya di ungkapkan bahwa Struktur
kristal mempunyai 2 kisi, yaitu kisi Kristal dan kisi resiprok. Jika Kristal
disinari dengan sinar x, maka akan dihasilkan pola dipraksi yang merupakan
peta kisi resiprok Kristal tersebut. Bila sinar x mengenai Kristal sebagai kisi
nyata, maka dihasilkan pola dipraksi yang berbentuk kisi resiprok. Jika suatu
Kristal terdiri dari atom-atom yang tersusun secara teratur dan periodik dalam
ruang dan jarak anatar atom hampir sama dengan panjang gelombang sinar x,
maka Kristal tersebut dapat berfungsi sebagai kisi-kisi yang menghamburkan
cahaya. Sinar x mempunyai panjang gelombang yang mendekati jarak antar
atom, maka difraksi dapat terjadi kalau Kristal dikenai oleh sinar x..
Dengan demikian, kisi resiprok yang mana didalamnya memuat
pembahasan mengennai difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika
yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dari permasalahan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana system periodic unsur ?
2. Apa yang dimaksud dengan difraksi gelombang oleh kristal ?
3. Apa yang dimaksud dengan kisi resiprok ?
4. Bagaimana keadaan difraksi?
5. Bagaimana zona brilloun?
6. Apa saja teknik-teknik difraksi kristal ?

5
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui tentang sisitem periodic unsur
2. Dapat mengetahui difraksi gelombang oleh kristal
3. Dapat mengetahui kisi resiprok
4. Dapat mengetahui keadaan difraksi
5. Dapat mengetahui zona brilloun
6. Dapat mengetahui teknik-teknik difraksi kristal

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Para ilmuan dalam mempelajari suatu material terlebih dahulu


mempelajari struktur material tersebut. Difraksi pada Kristal adalahpenggunaan
gelombang radiasidengan panjang gelombang yangseorde dengan jarak antar atom
dalamkristal (dalam angstrom) guna untuk mempelajari struktur Kristal tersebut.
Terdapat tiga sumber radiasi yang dapat digunakan untuk proses difraksi kristal
yakni sinar X, elektron dan neutron.
1. Sinar X
a. Gelombangnya mendekati 1 ÅPanjang gelombang dari sinar Xmemiliki
besar yang sama dengankonstanta kisi Kristal dan itulah yang
membuat sinar X berguna pada analisisunsure struktur Kristal.
b. Radiasi sinar X dibangkitkan oleh tabungsinar X.Spektrum keseluruhan
dari sinar Xbersifat polikhromatis (spektrum malardan karakteristik).
c. Untuk keperluan difraksi digunakanspektrum karakteristik dengan
intensitasyang terkuat, biasanya spektrum Kα.
d. Untuk menjamin agar berkas sinar Xbenar-benar monokhromatis
diperlukanfilter.
e. Bahan filter bergantung pada panjanggelombang spektrum Kα yang akan
dipakainya
2. Elektron
a. Berkas elektron dihasilkan dari bedil elektron (elektron gun).
b. Pemilihan panjang gelombang elektron dilakukan dengan
mengatur tegangan pemercepatnya (energi elektron),menurut
persamaan :
h 12
λ= =
p ¿¿
(2.1)

7
c. Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk
difraksi kristal, adalah karena elektron merupakan partikel
bermuatan.
d. Sebagai pertikel bermuatan, elektron mudah diserap oleh bahan,
sehingga daya tembusnya kurang. Dengan demikian, difraksi
elektron hanya memberikan informasi tentang permukaan bahan
saja.
3. Neutron
a. Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat
berlangsung di dalam reaktor atom (melalui reaksi fisi)dan dalam
generator neutron.
b. Dalam reaktor atom, reaksi fisi diawali denganpenembakan neutron termal
yang diarahkan pada intiberat, misal uranium (92U235), sehingga
terjadipembelahan inti (fisi) yang disertai denganpemancaran neutron
(dalam jumlah yang banyak) danpembebasan energi sampai 200 MeV,
menurut reaksi :

c. b e r k a s n e u
intiatom, dan memberikan hasil reaksi berupa neutron dan inti hasil
reaksi.Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

d. Berkas
neutron, yang dihasilkan oleh reaksi inti umumnya memiliki energyyang
e. Agar neutron tersebut memiliki panjang gelombang sekitar 1 angstrom,
makaenerginya harus diturunkan menurut hubungan
h 0,28
λ= = (2.2)
p ¿¿

8
dengan λ panjang gelombang neutron (de Broglie), h tetapan planck dan p
momentum neutron, serta E enrgi neutron dalam eV
f. Untuk menurunkan energi neutron perlu langkah termalisasi, dengan cara
melewatkan berkas neutron pada moderator (air, grafit, air berat : D2O).
g. Neutron termal (λ sekitar 1 angstrom) masih memerlukan upaya
penyelesaianagar berkas neutron bersifat monokhromatis (tepatnya
monoergis), dan sebagaimonokhomator umumnya dipakai kristal grafit

B. Sistem Periodik Unsur (Spu)

 
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur kimia berdasarkan
urutan nomor atom dan kemiripan sifat. Awalnya unsur -unsur dikelompokkan
berdasarkan kemiripan sifat. Selanjutnya, penggelompokkan didasarkan atas
kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Hal ini membawa pada
penggelompokkan unsur unsur dalam suatu sistem periodik. Pemahaman yang
lebih baik tentang struktur atom membawa kita pada penggelompokkan unsur
yang digunakan sekarang yakni  sistem periodik modern. Penggelompokkan ini
didasarkan pada kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat.

9
1) Sejarah Perkembangan Sistem Periodik

2) Teori Oktaf Newland

John Alexander, pada tahun 1864 mengelompokkan unsur-unsur


bedasarkan kenaikan massa atom. dari sifat-sifat unsurnya, ia mengamati adanya
pengulangan sifat atau keperiodikan sifat unsur. Susunan Newland menunjukkan
bahwa jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka
unsur pertama (unsur H) punya kemiripan sifat dengan unsur kedelapan (F), unsur

10
kedua (unsur Li) dengan unsur kesembilan (unsur Na), dan seterusnya.  oleh karen
aitu terjadi pengulangan sifat setiap unsur ke-8 maka Penemuan Newland ini
dinyatakan sebagai Hukum Oktaf Newland.
Pada saat daftar Oktaf Newland ini disusun, unsur-unsur gas mulia (He,
Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) belum ditemukan. Gas mulia ditemukan
oleh Rayleigh dan Ramsay pada tahun 1984. Unsur gas mulia yang pertama
ditemukan adalah gas argon.
Hukum oktaf ini memiliki kelemahan karena hanya berlaku untuk unsur-unsur
ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifatnya terlalu dipaksakan. Misalkan,
Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca.
ternyata pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi pada unsur ke-8. hal ini
ditunjukkan oleh Lothar Meyer.

3) Sistem Periodik Lothar Meyer


Ditahun 1864, lothar mayer melekukan pengamatan hubungan antara
kenaikan massa atom dengan sifat unsur. hal ini dilakukan dengan membuat
grafik massa atom versus volum atom pada gambar berikut :

11
dari kurva tersebut, ia melihat keteratutaran dari unsur-unsur dengan sifat yang
mirip. sebagai contoh, litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), dan Rubidium (Rb)
berada dititik puncak. dan ia juga mengamati bahwa jumlah unsur antara puncak-
puncak tersebut berbeda. sebgai contoh, jumlah unsur dari puncak Li ke puncak
Na adalah 8, demikian pula dari puncak Na ke puncak K. Namun dari puncak K
ke puncak  Rb dan dari puncak Rb ke puncak Cs lebih dari 8. dengan kata lain
pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi setelah 8 unsur seperi dinyatakan
dalam hukum oktaf.
4) Sistem Periodik Mendeleev

Dmitri Ivanovich Mendeleev pada tahun 1869, membuat


mengelompokkan unsur-unsur berdasrakan kenaikan massa atom.   jika unsur-
unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan
berulang secara periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai
kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-lajur
horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya,
disebut periode.

5) Sistem Periodik Modern


Dalam sistem periodik modern, unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan
kenaikan nomor atom (Z) yang mirip untu setiap unsur. pengelompokkan ini
ternyata sesuai dengan konfigurasi elektron dari atom unsur.

12
 
dari sistem periodik modern, tampak bahwa penyusunan unsur-unsur
berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat , menghasilkan keteraturan
sifat berupa periode (baris) dan kemiripan sifat berupa golongan
(kolom). kemiripan sifat dari unsur-unsur dalam golongan yang sama, terkait
dengan konfigurasi elektronnya. unsur-unsur tersebut ternyata mempunyai jumlah
elektron valensi yang sama.
 

Golongan

13
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan.
Penempatan unsur dalam golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik
modern terdiri atas 18 kolom vertikal. Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:
Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan
yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B disebut juga unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak
antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi kedalam 18
golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri.
Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus,
diantaranya:
Golongan IA            : logam alkali (kecuali hidrogen)
Golongan IIA           : logam alkali tanah
Golongan VIIA         : halogen
Golongan VIIIA        : gas mulia

Unsur transisi dan transisi dalam

Unsur Transisi
Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur
transisi atau unsur peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari
golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu unsur-unsur yang dialihkan hingga
ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan golongan IIIA

Unsur transisi dalam


Dua baris unsur yang ditempatkan dibagian bawah Tabel Periodik disebut
unsur transisi dalam, yaitu terdiri dari:

14
Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga disebut lantanoid
atau lantanida
Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
sangat mirip dengan aktinium, sehingga  disebut aktinoida atau aktinida
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida
pada periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB
periode keenam dan periode ke tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.

Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik


Hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem periodik
modern adalah sebagai berikut :
1. unsur-unsur yang dalam periode yang sama mempunyai jumlah kulit
elektron yang sama, jumlah kulit dinyatakan sebagai bilangan kuantum
n (n = 1,2,3,…)
2. nomor periode menyatakan jumlah kulit (bilangan kuantum n)
3. unsur-unsur dalam golongan yang sama mempunyai jumlah elektron
valensi (e.v) yang sama. nomor golongan menyatakan jumlah elektron
valensi (e.v)

C. Difraksi Gelombang oleh Kristal


1. Hukum Bragg
W. L. Bragg memperkenalkan tafsiran sederhana tentang difraksi
cahaya dari sebuah kristal. Derivasi Bragg adalah sederhana tetapi cukup
meyakinkan karena menghasilkan pendapat yang benar. Dugaan bahwa
peristiwa gelombang adalah direfleksikan secara spekular dari lintasan paralel
atom dalam kristal, yang mana setiap lintasan hanya merefleksikan sebuah
fraksi radiasi yang sangat kecil, seperti merefleksi sebuah perak ringan.Dalam
kelipatan bulatrefleksi sudut tingkat kejadian menghasilkan sudut refleksi.
Difraksi cahaya ditemukan ketika pemantulan dari lintasan paralel atom
berinterferensi secara konstruktif (saling menguatkan). Seperti pada Gambar 1.

15
berikut.Ketikaberkas sinar-x monokromatik datang padapermukaankristal,
terjadi refleksihanya ketikasudutdatang memilikinilai-nilai tertentu. Nilai-nilai
initergantung padapanjang gelombangdankonstantakisikristal, dan untuk
menjelaskanreflektifitasselektifdalam halefek interferensi, seperti
dalamoptikfisik. Pemantulan oleh kisi kristal terjadi apabila gelombang sinar-x
lebih kecil dari 2 kali jarak antara bidang pemantul dalam kisi kristal.
Pemantulan spekular merupakan pemantulan dengan sudut berkas yang masuk
sama dengan sudut berkas yang keluar, yaitu θ=θ'
Untuk mendapatkan hukum Bragg, kita mulai dengan
mengasumsikan bahwatiap tiap bidang dari atom secara parsial
merefleksikangelombang datang. Sinar xtidak benar benar direfleksikan, tetapi
dihamburkan, pada bidang ini kitamenyebutnya “bidang refleksi” dan
gelombang pantulan disebut gelombang“gelombang refleksi”, puncak puncak
yang terlihat dalam pola difraksi sinar x disebutRefleksi.

Gambar 1 Eksperimen Bragg


Berdasarkan Gambar 1 di atas, secara matematis dapat diuraikan sebagai
berikut :
Beda lintasan (Δ) ¿ AB+ BC
¿ d sin θ+d sin θ
¿ 2 d sin θ (2.3)
Interferensi maksimum terjadi jika beda lintasan sama dengan kelipatan
bilangan bulat panjang gelombang sinar (syarat Hukum Bragg) :
2 d sinθ=n λ   (2.4)
n=1 ,2 , 3 ,. . .

16
Persamaan ini disebut Hukum Bragg, dimana bisa cukup memadai untuk
panjang gelombang λ ≤ 2d, olehnya itu tiak dapat menggunakan cahaya kasat
mata.
Meskipun pemantulan dari setiap lintasan adalah kelipatan bulat,
hanya saja untuk suatu nilai akan terefleksi dari semua lintasan paralel
periodik dijumlahkan dalam fase untuk memberikan sebuah sinar yang
terrefleksi kuat. Jika setiap lintasan terrefleksi secara sempurna, hanya
pasangan lintasan pertama paralel yang akan terlihat radiasi, dan setiap panjang
gelombang akan terefleksi. Tetapi, setiap lintasan berefleksi 10−3 hingga 10−5
peristiwa radiasi, sehingga 103 hingga 105 lintasan dapat dikontribusikan ke
formasi sinar refleksi Bragg dalam kristal sempurna. Refleksi oleh lintasan
tunggal atom dijelaskan pada chapter 17 pada bagian pertama.Hukum Bragg
adalah sebuah konsekuensi periodisasi kisi. Perhatian bahwa hukum Bragg
tidak menyebutkan komposisi basis atom yang berasosiasi dengan setiap titik
kisi. Sedangkan komposisi basis menentukan intensitas relatif berbagai orde
difraksi yang diberikan dari sepasang lintasan paralel.
Modelini telah digunakan dalam hukum Bragg yang disederhanakan.
Mengingat fakta bahwa hamburan sinar-x disebabkan oleh atom diskrit sendiri,
seseorang mungkin menolak mewakili bidang atom oleh satu set cermin
mencerminkan terus menerus. Perlakuan yang tepat harus dipertimbangkan
terhadap berkas difraksi yang terjadi karena interferensi sinar parsial yang
tersebar oleh semua atom dalam kisi. Artinya, seseorang harus memperlakukan
kisi sebagai kisi difraksi tiga-dimensi. Dalam menambahkan kontribusi dari
sinar parsial, seseorang harus membayar perhatian khusus pada fase sinar ini,
seperti dalam optik analog Program ini, yang dikembangkan dalam bagian-
bagian berikut, membawa kita kembali kehukum Bragg, tapi kami akan
mendapatkan apresiasi yang lebih mendalam dari proses difraksi analog.
Model yang dikemukakan di atas terlalu sederhana. Fakta
menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit
kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum
Bragg melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di atas terlalu

17
sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan
oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut
menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan.
2. Penyebaran Amplitudo Gelombang
Bragg menderivasikan keadaan difraksi pers. (2.4) memberikan
laporan kondisi rapi untuk memperkuat interferensi gelombang hamburan dari
titik kisi. Kita membutuhkan analisis mendalam untuk membedakan intensitas
hamburan dari basis atom yang berarti dari distribusi ruang elektron dalam
setiap sel.
Analisis Fourier
Dengan memandang sebuah kristal adalah invarian terhadap translasi
apapun bentuk T =u1 a1 +u2 a2 +u3 a3, dimana u1 ,u 2 , u3 adalah bilangan bulat dan
a 1 , a2 , a3 adalah sumbu kristal. Dimana pun sifat fisik kristal, seperti
menghidupkan konsentrasi, kerapatan bilangan elektron, atau kerapatan megnetik
sesaat, adalah bentuk yang sama di bawah T. Yang terpenting bagi kita adalah
bahwa kerapatan bilangan elektron n(r) adalah fungsi periodik r, dengan periode
a 1 , a2 , a3dalam arah tiga sumbu kristal, secara berturut-turut, sehingga :
N (r +T) = n (r) (2.5)
Seperti perioditas menciptakan sebuah keadaan ideal untuk analisis Fourier. Yang
lebih menarik perhatian sifat-sifat kristal adalah langsung berhubungan dengan
komponen Fourier kerapatan elektron.Pertama-tama kita menganggap fungsi n(x)
adalah satu dimensi dengan periode a dalam sumbu-x. Kita kembangkan n(x)
dalam deret Fourier sinus dan kosinus :
n ( x )=n o+ ∑ ⌊ Cp cos (px )+ Cqsin ( px) ⌋ (2.6)
p>0

Dimana p adalah bilangan bulat positif dan C p , C p adalah konstanta real, disebut
koefisien Fourier ekspansi. Faktor 2ᴨ/a merupakan sebuah pernyataan yang
memastikan bahwa n(x) memiliki periode a :
2π 2π
n ( x )=n o+ ∑ ⌊ Cp cos ( px)+Cq sin( px ) ⌋ (2.7)
p>0 a a
2π 2π 2π 2π
n ( x +a )=no + ∑ ⌊ Cpcos ( px + pa)+ Cqsin ( px+ pa) ⌋
p >0 a a a a

18
2π 2π
n ( x +a )=no + ∑ ⌊ Cpcos ( px +2 πp)+Cq sin( px +2 πp) ⌋
p >0 a a

n ( x +a )=∑ ⌊ Cp cos
p>0
( 2aπ px)+Cq sin ( 2aπ px ) ⌋ =n( x ) (2.8)

Kita mengatakan bahwa 2ᴨ/a sebagai titik dalam kisi resiprokal atau jarak Fourier
kristal. Dalam satu dimensi titik-titik ini menipu dalam garis. Titik kisi resiprokal
memberitahukan kita diperbolehkan syarat dalam deret Fourier (4) atau (5). Satu
syarat diperbolehkan jika konsisten dengan periodesitas kristal, seperti pada
gambar 5, titik lainnya dalam jarak resiprokal tidak diperbolehkan dalam Fourier
ekspansi fungsi periodik. Persamaan (2.8) dapat ditulis menjadi :
n ( x +a )=∑ C exp ¿ ¿ ¿ (2.9)
p>0

Dimana jumlah seluruh bilangan bulat p : positif, negatif, dan nol. Koefisien n p
bilangan kompleks. Untuk memastikan bahwa n(x) adalah fungsi real, kita
mempersyaratkan :
n¿− p=n p (2.10)
Untuk selanjutnya jumlah keadaan dalam p dan –p adalah real. Tanda asterik pada
n¿− p mengindikasikan konjugat kompleks n p .Dengan φ = 2ᴨpx/a, jumlah keadaan
dalam p dan –ppada (2.9) adalah real jika (2.10) memenuhi syarat.
Penjumlahannya adalah :
n p ( cos φ+isin φ )+ n− p ( cos φ−isin φ )=( n p+ n− p ) cos φ+ ( n p −n−p ) i sin φ
(2.11)
Jika diputar akan menghasilkan fungsi real
2 ℜ ( n p ) cos φ−2 ℑ ( n p ) sin φ (2.12)
Jika memenuhi. disini Re {n p } dan Im {n p }adalah real dan mengindikasikan
bagian real dan imajiner n p . Sehingga kerapatan bilangan n(x) adalah fungsi real,
seperti yang diinginkan.Perluasan analisis Fourier untuk fungsi periodik n(r)
dalam tiga dimensi telah terbuka. Kita harus menemukan sepasang vektor G
sebagaimana bahwa :
n ( r )=∑ nG exp(iG ∙ r ) (2.13)
G

19
D. Kisi Resiprokal
Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok. Saat
kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta kisi
resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal melalui kisi resiproknya.
Perangkat baru dapat digunakan untuk menelaah difraksi dan interaksi antara kisi
dan radiasi elektromagnet.Andaikan vektor basis dalam ruang nyata a 1, a2, a3 dan
vektor kisi resiprok b1, b2, b3 Maka dibataskan basis vektor resiprok sebagai
berikut

Gambar 2 Relasi Vektor Kristal dan Vektor Resiprok


Dimana :
b1, a2, a3 saling tegak lurus
b2, a1, a2 saling tegak lurus
b3, a1, a2 saling tegak lurus
maka sumbu kisi resiprok adalah :
2 π a2 × a3 2 π a1 ×a 3 2 π a1 ×a2
b 1= (
a1 . a2 × a3)b2= (
a2 . a1 ×a 3 )
b3 = (
a3 . a1 ×a2 ) (2.14)

Karena a 1 .(a ¿ ¿ 2× a3 )=a2 .(a ¿ ¿1 × a3)=a3 .(a ¿ ¿ 1 ×a 2) ¿ ¿ ¿Maka sumbu kisi


resiprok dapat dituliskan :
2 π a2 × a3 2 π a1 × a 3 2 π a1 ×a 2
b 1= (
a1 . a2 × a3)b2 = ( )
a1 . a2 × a 3
b3= (
a 1 . a2 ×a 3 ) (2.15)

20
Basis vektor resiprok ini:
a. Dimensinya adalah kebalikan dari panjang atau [l]-1; sama dengan dimensi
bilangan gelombang.
b. Bahwa b1 tegak lurus terhadap bidang a2 dan a3; dan demikian pula permutasi
siklisnya.
c. Bahwaa 1 .(a ¿ ¿ 2× a3 )=a2 .(a ¿ ¿1 × a3)=a3 .(a ¿ ¿ 1 ×a 2) ¿ ¿ ¿ mempresentasikan

volume benda yang rusuk-rusuknya dibentuk oleh vektor ⃗a , ⃗b , dan ⃗c .

Jadi hubungan antara kisi kristal dan kisi resiprok adalah :

b 1 . a2=b1 . a3 =0 b 1 a1 =2 π
b 2 . a1=b2 . a3 =0 b 2 a2 =2 π

b 3 . a1=b3 .a 2=0 b 2 a2 =2 π
Vektor pada ruang kisi resiprok adalah :
G =v 1 b⃗1+ v 2 ⃗
⃗ b2 +v 3 ⃗
b3 (2.16)
Setiap struktur kristal memiliki dua kisi yang berasosiasi dengannya,
yaitu kisi kristal dan kisi resiprokal. Pola difraksi sebuah kristal adalah seperti
sebuah denah kisi resiprokal kristal. Sebuah gambar mikroskop, jika dapat
menguraikan dalam skala yang cukup memadai, adalah sebuah sebuah denah
struktur kristal dalam ruang real. Dua kisi dihubungkan Sehingga ketika kita
memutar sebuah kristal dalam sebuah pemegang, kita memutar kedua kisi
langsung dan kisi resiprokal.
Vektor dalam kisi lurus memiliki dimensi (panjang) ; vektor dalam
kisi resiprok memiliki dimensi (1/panjang). Kisi resiprokal adalah sebuah kisi
dalam ruang Fourier yang berasosiasi dengan kristal. Panjang vektor selalu
digambarkan dalam ruang Fourier, maka setiap posisi dalam ruang Fourier dapat
memiliki makna sebagai gambaran sebuah gelombang, tetapi ada sebuah
signifikansi spesial untuk titik-titik yang dijabarkan oleh sepasang asosiasi G
dengan sebuah struktur kristal.

21
Kisi resiprokal untuk SC, FCC dan BCC dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 1 Kisi Resiprok SC, FCC dan BCC

Gambar 3(a)SC, (b) FCC dan (c) BCC

E. Vector Kisi Resiprok


Hasil lebih jauh dari analisis Fourier dari konsentrasi elektron kita
harus menemukan vektor G dari jumlah Fourier Σ nGexp (iG ∙ r) seperti pada
persamaan (12). Disana ada sebuah energi. Sedikit abstrak untuk melakukan
prosedur ini. Bentuk prosedur dasar teoritikal untuk keadaan padat dalam
fisika, dimana analisis Fourier dilakukan pada waktu lainnya.
Konsep dari sumbu vektor b 1, dari kisi resiprok :
a2 ×a3 a ×a a ×a
b 1=2 π ; b2=2 π 3 1 ; b3=2 π 1 2 …(1)
a1 ∙ a2 ×a 3 a 1 ∙ a2 ×a3 a 1 ∙ a2 × a3

faktor 2 π tidak digunakan dalam kristalografi tapi cocok untuk


keadaan fisika padat. Jika a 1 , a 2 ,a 3 adalah keadaan vektor dari kisi vektor,
lalu b 1 , b 2 ,b 3 keadaan vektor dari kisi Kristal. Masing-masing vektor

22
digambarkan dengan persamaan (1) adalah orthogonal untuk dua sumbu kisi
Kristal. Dengan demikian b 1 , b 2 ,b 3 mempunyai persamaan :
b i ∙ a j=2 π δ ij ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(2)

Dimana, 𝛿ij = 1 jika i = j dan 𝛿ij = 0 jika i ≠ j. Titik pada kisi resiprok
dipetakan dengan kumpulan dari vector,
G=v 1 b 1+ v 2 b2 +v 3 b3 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(3)

Dimana v1, v2, v3 adalah integer. Sebuah vektor G dari bentuk ini adalah
sebuah vector kisi resiprok. Titik-titik dalam kisi balik dipetakan dengan
seperangkat vektor dalam bentuk vektor kisi balik G :
G=hb 1+ kb 2+lb3

dengan h , k dan l adalah bilangan bulat . b1, b2 dan b3 disebut dengan vektor
basis balik.

Gambar 1. Relasi vektor basis balik dan vector basis kisi

Vektor b 1 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vektor a 2 dan
a 3 Vektor b 2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a 1
dana 3 Vektor b 3 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector
a 1 dan a 2.

Setiap struktur kristal mempunyai dua kisi yang berhubungan dengan


itu, kisi Kristal dan kisi resiprok. Sebuah pola difraksi dari sebuah Kristal,
seperti yang diperlihatkan pada sebuah peta dari kisi resiprok dari Kristal.

23
Sebuah gambar mikroskopik, jika bisa dipecahkan dengan sebuah skala yang
cukup baik, yaitu sebuah peta dari struktur Kristal dengan spasi nyata. Dua
kisi berkaitan dengan definisi persamaan (1). Demikian ketika mereka berotasi
pada sebuah pegangan Kristal, kedua kisi berotasi langsung dan kisi resiprok.
Vektor kisi sebenarnya mempunyai dimensi dari [panjang]; vektor pada kisi
resiprok mempunyai dimensi dari [1/ panjang ]. Kisi resiprok adalah sebuah
kisi pada spasi asosiasi Fourier dengan Kristal. Vektor gelombang selalu
tergambar pada spasi Fourier, jadi setiap posisi pada spasi Fourier mungkin
mempunyai sebuah gambaran dari sebuah gelombang, tapi disana adalah
sebuah pertemuan penting antar titik yang digambarkan dengan kumpulan dari
G’s asosiasi dengan struktur Kristal. Vektor G pada Fourier seri hanya vektor
kisi resiprok (3), untuk kemudian seri fourier direpresentasi dari densitas
elektron dengan invarians yang diinginkan menurut beberapa translasi Kristal
T =u 1 a1+u 2 a 2+u 3 a 3 seperti yang digambarkan pada (1) dari ().

n ( r +T )=∑ n G exp (i G∙ r ) exp(i G∙ T ) ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (4)


G

Tapi exp( iG ∙T )=1, karena,


exp ( iG ∙ T ) =exp [ i ( v 1 b 1+ v 2 b 2+ v 3 b3 ) ∙ ( u 1 a 1+u 2 a 2+u 3 a 3 ) ]

¿ exp [ i 2 π ( v 1 u1+ v 2 u 2+ v 3 u 3 ) ∙ ( u1 a1 +u2 a2 +u3 a3 ) ] ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(7)

Penjelasan dari eksponensial mempunyai bentuk 2 πi dalam integer,


karena v1 u1 +v 2 u2 +v 3 u3 adalah sebuah integer, wujud penjumlahan dari
produk integer. Demikian dalam (9) kita mendapatkan variasi yang
diinginkan, n(r +T )=n (r ).
Ini akibat pembuktian representasi Fourier dari sebuah fungsi periodic
dalam kisi Kristal yang bisa berisi komponen nG exp(iG ∙ r ) hanya pada vektor
kisi resiprok G.
a. Kisi Balik Dari Kubus Sederhana (sc = simple cubic)
Vektor basis dari kisi kubus sederhana adalah,

24
Volume sel adalah a 1 . a2 x a3 =a3 . Vektor basis primitif dari kisi
baliknya adalah Batas-batas daerah Brillouin pertamanya adalah
bidang normal dari ke 6 vektor kisi balik ± b1 ,± b 2 , ± b3 , yaitu pada
titik tengah dari vektor kisi balik bersangkutan.

b. Kisi Balik untuk Kubus Berpusat Tubuh (bcc = body center cubic)

Gambar 2. Kisi Balik untuk Kubus Berpusat Tubuh


Vektor basis primitif dari kekisi bcc adalah,

Vektor basis kisi balik dari bcc adalah


2π 2π 2π
b 1= ( ^y + ^z ) ; b 2= ( x^ + ^z ) ; b3= ( x^ + ^y )
a a a
Volume sel dalam ruang balik terebut adalah,
b 1 ∙ b2 × b3 =2 ( 2 π /a )
Vektor kisi baliknya dalam bilangan h k l adalah

25

G= [ ( k +l ) ^x + ( h+ l ) ^y +(h+k ) ^z ]
a
c. Kisi Balik Dari Kubus Berpusat Muka (fcc = face center cubic)

Gambar 3. Vektor basis kisi kubus berpusat-muka (fcc)

Vektor basis primitif untuk kisi fcc adalah,


a 1=a ( ^y + ^z ) ; a 2=a ( ^x + ^z ) ; a3 =a ( ^x + ^y )
Vektor basis primitif kisi balik untuk kisi fcc adalah,
2π 2π 2π
b 1= (−^x + ^y + ^z ) ; b 2= ( ^x − ^y + z^ ) ; b3= ( ^x + ^y −^z )
a a a

F. Keadaan Difraksi
Kondisi difraksi kristal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4 Kondisi Difraksi


Gambar 4 di atas dapat dibagi menjadi dua bagian yakni sinar datang dan sinar
pantul. Sinar datang dapat digambarkan sebagai berikut :

26
Gambar 5 Sinar Datang pada Kondisi Difraksi
Beda lintasan antara kedua sinar datang adalah :
∆=r sin φ (2.16)

Beda sudut fase antara kedua sinar datang adalah :


δ =k ∆ (2.17)

¿ r sin φ
λ
k⃗ ∙ ⃗r =k . r cos ( 90−φ )

¿ r cos ( 90−φ )
λ

k⃗ ∙ ⃗r = r sin φ=δ
λ

k⃗ ∙ ⃗r =δ (2.18)
Sinar pantul dapat digambarkan sebagai berikut :

27
Gambar 6 Sinar Pantul pada Kondisi Difraksi
Beda sudut fase antara kedua sinar pantul adalah :
δ =+ k ∆ (2.19)

¿+ r sin φ
λ
−k⃗ ' ∙ ⃗r =−k ' .r cos ( 90−φ )

¿− r cos ( 90−φ )
λ

¿− r sin φ=δ
λ
−k⃗ ' ∙ ⃗r =δ (2.20)

Maka beda fase antara kedua sinar datang dan sinar pantul adalah :
β=δ +δ '
¿ k⃗ ∙ ⃗r + (−⃗k ' ∙ ⃗r )
¿( ⃗k− ⃗k ' ) ∙ r⃗ (2.21)
Sehingga gelombang atau sinar difraksi dari element volume dV mempunyai
faktor fase :
exp iβ =exp ¿ ¿ ¿ (2.22)

Difraksi amplitudo gelombang dari elemen volume dV berbanding lurus dengan


konsentrasi elektron lokal n ( r⃗ ) dan elemen volume dV dan amplitudo total (F) dari
gelombang terdifraksi dari arah k⃗ ' adalah :
F=∫ dV n ( ⃗r ) exp ¿ (2.23)
Jika ∆ ⃗k= ⃗k ' −⃗k ❑

28
Maka :
F=∫ dV n ( ⃗r ) exp ¿ (2.24)

Karena n ( r⃗ )=∑ nG exp(i G ∙ r⃗ )



G

Maka persamaan (2.24) menjadi :


F=∫ dV ∑ nG exp (i ⃗
G ∙ r⃗ ) exp ¿
G

F=∫ dV ∑ nG exp [i( G


⃗ −∆ k⃗ ) ¿ ¿ ¿ . r⃗ ]¿ ¿ ¿
G (2.25)

Jika vektor hambatan∆ ⃗k sama dengan vektor kisi resiprok,


k ' − ⃗k❑
G= ⃗

(2.26)
Maka :
F=V nG exp 0
F=V nG (2.27)
Dimana V adalah volume kristal
Untuk hamburan atau difraksi elastik, energi foton datang (ħω) = energi foton
pantul (ħω '), maka :
|⃗k|2 = |⃗k ' |2
Dengan demikian kondisi difraksi dapat dituliskan :
G =∆ ⃗k

¿ k⃗' − ⃗k
G+ k⃗ =⃗k '
⃗ (2.28)
Sehingga :
¿

29 (2.29)
G2 + ⃗k 2 +2 ⃗k ⃗
⃗ G=¿
2 ⃗k ⃗ ⃗2
G=G Kondisi Difraksi

G. Zona Brillouin

Brillouin memberikan pernyataan kondisi difraksi bahwa penggunaan


yang lebih luas pada fisika zat padat, yang berarti dalam deskripsi teori kelompok
energi elektron dan tipe-tipe eksitasi elementer lainnya. Zona Brillouin
digambarkan sebagai sel primitif Wigner-Seitz pada kisi resiprokal. Zona
Brillouin memberikan interpretasi geometri yang jelas kondisi difraksi yang
dinyatakan dalam persamaan :
2 ⃗k ⃗ ⃗2
G=G
1 1 2
k⃗ ⃗G= ⃗G (2.30)
2 2
Sekarang pembahasan kita tentang jarak resiprokal, jarak k’s dan
G’s.Pilih sebuah vektor G dari asalnya untuk titik kisi resiprokal. Konstruk
normal plane untuk vektor G ini pada titik tengahnya. Plane ini berbentuk
sebagian zona berbatas. Seberkas sinar-x pada kristal akan terdifraksi jika
gelombang vektor k memiliki besaran dan arah Difraksi sinar akan selanjutnya
berada di arah k – G, dengan ∆k = -G. Sehingga konstruksi Brillouin
menunjukkan semua vektor gelombang k yang dapat berefleksi Bragg oleh kristal.
Sepasang plane tersebut tegak lurus pembagi dua vektor kisi resiprok
adalah kepentingan umum dalam teori perambatan gelombang pada kristal.
Sebuah gelombang yang vektor gelombang digambarkan dari terminal asalnya
pada berbagai plane ini akan memenuhi kondisi difraksi. Celah plane ini jarak
Fourier kristal ke dalam fragment untuk medan kisi. Medan pusat adalah sel
primitif kisi resiprok. Ini adalah sel Wigner-Seitz kisi resiprok.Sel pusat dalam
kisi resiprok adalah pentingnya spesial dalam teori zat padat, dam kita
menyebutnya sebagai zona pertama Brillouin. Zona pertama Brillouin adalah
volume terkecil tertutup sepenuhnya oleh plane bahwa pembagi dua tegak lurus
vektor kisi resiprok yang digambarkan dari asal. Secara historis, zona Brillouin

30
adalah bukan bagian pembahasan dari analisis difraksi sinar-x struktur kristal,
tetapi zona adalah bagian esensial analisis energi ikat elektronik struktur kristal.

Menggambarkan sel Weigner – Seitz dari ruang kisi resiprok :


• Hubungkan antara titik kisi resiprok dengan tetangga terdekatnya
• Buatlah garis tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung tadi,
perpotongan garis-garis tersebut akan membentuk sebuah kisi persegi
• Segi empat ini merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok.

Gambar 7 sel Weigner Seitz


Daerah segi empat yang diarsir adalah sel primitif dari kisi resiprok atau
merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok atau sering disebut derah
brillouin pertama.

H. Teknik – Teknik Difraksi Kristal


Pada dasarnya terdapat tiga teknik atau metode difraksi kristal, yakni
Metode rotasi kristal, metode Laue, dan metode bubuk. Ketiga metode ini
digunakan untuk mengkaji struktur kristal.
a. Metode Laue
Metode ini tidak menggunakan sinar monokromatik. Agar sudut
difraksinya bernilai konstan maka digunakan kristal tunggal sebagai
spesimennya. Hukum bragg dapat terpenuhi jika sinar X mendifraksi sesuai
dengan panjang gelombangnya pada bidang dari kristal tunggal. Metode

31
Laue ini terbagi menjadi dua yaitu metode transmisi dan metode pemantulan
balik.

i. Metode transmisi
Metode ini menggunakan film foto yang terletak dibagian belakang
kristal sehingga berkas sinar difraksi yang ditransmisikan dapat langsung
direkam

Gambar 8 Metode Transmisi


ii. Metode pemantulan balik
Lain halnya dengan metode transmisi di atas, metode pemantulan
balik ini, film fotonya ditempatkan diantara sinar datang dan kristal
sehingga yang terakam adalah berkas sinar yang dipantulkan kembali
oleh kristal.

Gambar 9 Metode Pemantulan Balik


b. Metode kristal berputar

32
. Kristal yang berdiameter sekitar 2 mm ditempatkan pada ujung suatu
sumbu vertical yang berputar. Suatu berkas sinar-X yang monokromatik
dijatuhkan pada Kristal yang berputar tersebut. Arah berkas adalah tegak
lurus terhadap sumbu perputaran. Arah daripada berkas sinar-X yang
dihambur (interferensi yang saling menguatkan) terekam sebagai
penghitaman kertas film yang ditempatkan secara konsentris terhadap
sumbu perputaran. Metode kristal berputar berbeda dengan metode Laue
yang mana dalam metode Laue tidak menggunakan berkas sinar
monokromatik akan tetapi yang digunakan adalah spectrum yang kontinu,
sedangkan untuk metode kristal berputar ini terjadi ketika kristal dari
sampel dari sampel uji disinari sinar X dan sinar X tersebut mengelilingi
kristal sehingga pada orientasi tertentu akan dihasilkan berkas difraksi
kemudian direkam oleh film foto

Gambar 10 Metode kristal berputar


Kristal yang digunakan dalam metode ini adalah Kristal tunggal.
Perputaran Kristal menyebabkan perubahan sudut 2θ, jadi yang berarti
perubahan posisi berbagai bidang untuk dapat memenuhi syarat refleksi
Bragg. Pada pola bintik-bintik hitam di film dapat dikatakan hal berikut:
a. Bahwa berkas sinar-X yang direfleksikan oleh semua bidang Kristal yang
letaknya sejajar dengan sumbu rotasi akan memberikan bintik-bintik
hitam yang terletak pada suatu bidang horizontal. Bidang horizontal
termaksud adalah tegak lurus terhadap sumbu perputaran (yang vertical),
dan memuat berkas sinar-X yang datang.

33
b. Bahwa bidang-bidang Kristal yang tidak sejajar dengan sumbu
perputaran akan memberikan bintik-bintik yang letaknya di bawah atau
di atas bidang horizontal tersebut.

c. Metode serbuk
Cara ini paling lazim dipergunakan, karena tidak rumit dan mudah
dalam analisisnya. Untuk cara ini tidak perlu dipergunakan kristal tunggal,
cukup dengan serbuk halus kristal. Serbuk halus tersebut membuat kita
berhadapan dengan banyak sekali Kristal-kristal kecil dengan orientasi
Kristal yang serba acak, atau randomly distributed crystal orientation. Pada
metode ini, suatu berkas sinar-X yang monokromatik ditujukan pada sampel
yang berbentuk serbuk iniDalam metode ini, kristal yang diamati dalam
bentuk serbukan dimana setiap butir serbuk berlaku sebagai kristal
berukuran kecil dengan orientasi acak dan diputar tidak melalui satu sumbu
saja

Gambar 11 Metode Serbuk


Berkas sinar-X monokromatik mengenai cuplikan serbuk kristal yang
ditempatkan pada ujung sumbu di tengah-tengah kamera.Serbuk kristal yang
orientasinya kebetulan dengan syarat difraksi Bragg memberikan pantulan
dengan sudut hamburan 2θ. Berkas yang dihamburkan ini memberikan
penghitaman pada film yang secara silindrik mengelilingi sampel. Silinder

34
film tersebut konsentrik terhadap sumbu sampel. Tempat dengan intensitas
tinggi memberikan penghitaman yang lebih pekat dibandingkan dengan
tempat dimana intensitas sinar-X yang sampel di film tidak begitu tinggi.
Derajat penghitaman diukur dengan suatu densitometer. Dalam sistem-
sistem yang telah maju tidak lagi dipergunakan film. Intensitas direkam
dengan suatu system.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur kimia berdasarkan
urutan nomor atom dan kemiripan sifat. Awalnya unsur -unsur
dikelompokkan berdasarkan kemiripan sifat. selanjutnya,
penggelompokkan didasarkan atas kenaikan massa atom dan
kemiripan sifatHamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit
kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah
hukum Bragg melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di
atas terlalu sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas
sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh
karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui proses
hamburan.
2. Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok.
Saat kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang

35
merupakan peta kisi resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal
melalui kisi resiproknya.
3. Menggambarkan sel Weigner – Seitz dari ruang kisi resiprok :
a. Hubungkan antara titik kisi resiprok dengan tetangga terdekatnya
b. Buatlah garis tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung
tadi,
c. perpotongan garis-garis tersebut akan membentuk sebuah kisi
persegi
d. empat ini merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok.
4. Pada dasarnya terdapat tiga teknik atau metode difraksi kristal, yakni
Metode rotasi kristal, metode Laue, dan metode bubuk.

B. Saran
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan
makalah dan dari segi tutur bahasa dalam membahas isi makalah. Penyusun
mengharapkan kritik yang sifatnya konstruktif dari bapak dosen maupun rekan-
rekan mahasiswa demi kesempurnaan dimasa mendatang.

36
DAFTAR PUSTAKA

Guinier, A. (1963), X-ray diffraction in crystals, imperfect crystals and


amorphous bodies,W.H. Freeman, San Francisco.
Rahman, Syaiful. 2016. Rancangan Eksperimen Analisis Struktur Mikro Sampel
dengan Prinsip XRD Menggunakan Metode Kristal Berputar. JRKPF
UAD Vol 3 No 1
Warren, B. E. (1969), X-ray diffraction, Addison-Wesley Pub. Co,
Massachussetts.

37

Anda mungkin juga menyukai