Di Susun Oleh
Kelompok 1
Dina Alfariza Nst (4181240002)
Arya Wahyudi (4181240003)
August F A C L.Tobing (4183240009)
Yuni Kartika Hutahaean (4183240005)
Indriani Sakdiyah (4211418001)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Kisi Resiprok”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas final mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha seoptimal mungkin demi
sempurnanya makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
A. Pendahuluan ............................................................................................7
B. Sistem Periodik Unsur..............................................................................9
C. Difraksi Gelombang Oleh Kristal.............................................................15
D. Kisi Resiprokal.........................................................................................20
E. Vektor Kisi Respirokal.............................................................................22
F. Keadaan Difraksi......................................................................................26
G. Zona Brillouin .........................................................................................30
H. Teknik-Teknik Difraksi Kristal................................................................32
BAB III PENUTUP.............................................................................................37
A. Kesimpulan...............................................................................................37
B. Saran.........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................38
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar materi zat Padat adalah Kristal Dan elektron
didalamnya. Dari beberapa jenis zat diantaranya zat padat, cair dan gas
ternyata dan keunikan tersendiri dari susunan zat ini.Disini kita mengkerucut
membahas tentang zat padat, di mana zat padat ini terdiri dari atom-atom, ion
atau molekul yang sangat bedekatan dan menempati kedudukan tertentu
disekitar posisi keseimbangannya. Secara umum zat padat itu memiliki sifat
bentuk dan volume yang sukar berubah. . Zat padat yang kita bahas kali ini
adalah berhubungan dengan Kristal.
Zat Padat mulai dikembangkan awal abad ke- 20, mengikuti
penemuan difraksi sinar-x oleh kristal. Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah
berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal
dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van
Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing
A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan
dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen
mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh Barkla.Laue mengawali
pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran teoretiknya dengan mengacu
pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x melewati
sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-
sumbergelombang sekunder,layaknya garis-garis pada geritan optik (optical
grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom-atom
tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang
pertama dilakukan oleh Herren Friedrich danKnipping menggunakan kristal
tembaga sulfatdan berhasil memberikan hasil pola difraksipertama yang
4
kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal.
Sebuah Kristal Ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang
identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang. Semua struktur
kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah Lattice (kisi) dan
sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rita Prasetyowati pada
tahun 2012 yang mana dalam penelitiannya di ungkapkan bahwa Struktur
kristal mempunyai 2 kisi, yaitu kisi Kristal dan kisi resiprok. Jika Kristal
disinari dengan sinar x, maka akan dihasilkan pola dipraksi yang merupakan
peta kisi resiprok Kristal tersebut. Bila sinar x mengenai Kristal sebagai kisi
nyata, maka dihasilkan pola dipraksi yang berbentuk kisi resiprok. Jika suatu
Kristal terdiri dari atom-atom yang tersusun secara teratur dan periodik dalam
ruang dan jarak anatar atom hampir sama dengan panjang gelombang sinar x,
maka Kristal tersebut dapat berfungsi sebagai kisi-kisi yang menghamburkan
cahaya. Sinar x mempunyai panjang gelombang yang mendekati jarak antar
atom, maka difraksi dapat terjadi kalau Kristal dikenai oleh sinar x..
Dengan demikian, kisi resiprok yang mana didalamnya memuat
pembahasan mengennai difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika
yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dari permasalahan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana system periodic unsur ?
2. Apa yang dimaksud dengan difraksi gelombang oleh kristal ?
3. Apa yang dimaksud dengan kisi resiprok ?
4. Bagaimana keadaan difraksi?
5. Bagaimana zona brilloun?
6. Apa saja teknik-teknik difraksi kristal ?
5
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui tentang sisitem periodic unsur
2. Dapat mengetahui difraksi gelombang oleh kristal
3. Dapat mengetahui kisi resiprok
4. Dapat mengetahui keadaan difraksi
5. Dapat mengetahui zona brilloun
6. Dapat mengetahui teknik-teknik difraksi kristal
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
7
c. Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk
difraksi kristal, adalah karena elektron merupakan partikel
bermuatan.
d. Sebagai pertikel bermuatan, elektron mudah diserap oleh bahan,
sehingga daya tembusnya kurang. Dengan demikian, difraksi
elektron hanya memberikan informasi tentang permukaan bahan
saja.
3. Neutron
a. Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat
berlangsung di dalam reaktor atom (melalui reaksi fisi)dan dalam
generator neutron.
b. Dalam reaktor atom, reaksi fisi diawali denganpenembakan neutron termal
yang diarahkan pada intiberat, misal uranium (92U235), sehingga
terjadipembelahan inti (fisi) yang disertai denganpemancaran neutron
(dalam jumlah yang banyak) danpembebasan energi sampai 200 MeV,
menurut reaksi :
c. b e r k a s n e u
intiatom, dan memberikan hasil reaksi berupa neutron dan inti hasil
reaksi.Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
d. Berkas
neutron, yang dihasilkan oleh reaksi inti umumnya memiliki energyyang
e. Agar neutron tersebut memiliki panjang gelombang sekitar 1 angstrom,
makaenerginya harus diturunkan menurut hubungan
h 0,28
λ= = (2.2)
p ¿¿
8
dengan λ panjang gelombang neutron (de Broglie), h tetapan planck dan p
momentum neutron, serta E enrgi neutron dalam eV
f. Untuk menurunkan energi neutron perlu langkah termalisasi, dengan cara
melewatkan berkas neutron pada moderator (air, grafit, air berat : D2O).
g. Neutron termal (λ sekitar 1 angstrom) masih memerlukan upaya
penyelesaianagar berkas neutron bersifat monokhromatis (tepatnya
monoergis), dan sebagaimonokhomator umumnya dipakai kristal grafit
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur kimia berdasarkan
urutan nomor atom dan kemiripan sifat. Awalnya unsur -unsur dikelompokkan
berdasarkan kemiripan sifat. Selanjutnya, penggelompokkan didasarkan atas
kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Hal ini membawa pada
penggelompokkan unsur unsur dalam suatu sistem periodik. Pemahaman yang
lebih baik tentang struktur atom membawa kita pada penggelompokkan unsur
yang digunakan sekarang yakni sistem periodik modern. Penggelompokkan ini
didasarkan pada kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat.
9
1) Sejarah Perkembangan Sistem Periodik
10
kedua (unsur Li) dengan unsur kesembilan (unsur Na), dan seterusnya. oleh karen
aitu terjadi pengulangan sifat setiap unsur ke-8 maka Penemuan Newland ini
dinyatakan sebagai Hukum Oktaf Newland.
Pada saat daftar Oktaf Newland ini disusun, unsur-unsur gas mulia (He,
Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) belum ditemukan. Gas mulia ditemukan
oleh Rayleigh dan Ramsay pada tahun 1984. Unsur gas mulia yang pertama
ditemukan adalah gas argon.
Hukum oktaf ini memiliki kelemahan karena hanya berlaku untuk unsur-unsur
ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifatnya terlalu dipaksakan. Misalkan,
Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca.
ternyata pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi pada unsur ke-8. hal ini
ditunjukkan oleh Lothar Meyer.
11
dari kurva tersebut, ia melihat keteratutaran dari unsur-unsur dengan sifat yang
mirip. sebagai contoh, litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), dan Rubidium (Rb)
berada dititik puncak. dan ia juga mengamati bahwa jumlah unsur antara puncak-
puncak tersebut berbeda. sebgai contoh, jumlah unsur dari puncak Li ke puncak
Na adalah 8, demikian pula dari puncak Na ke puncak K. Namun dari puncak K
ke puncak Rb dan dari puncak Rb ke puncak Cs lebih dari 8. dengan kata lain
pengulangan sifat unsur tidak selalu terjadi setelah 8 unsur seperi dinyatakan
dalam hukum oktaf.
4) Sistem Periodik Mendeleev
12
dari sistem periodik modern, tampak bahwa penyusunan unsur-unsur
berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat , menghasilkan keteraturan
sifat berupa periode (baris) dan kemiripan sifat berupa golongan
(kolom). kemiripan sifat dari unsur-unsur dalam golongan yang sama, terkait
dengan konfigurasi elektronnya. unsur-unsur tersebut ternyata mempunyai jumlah
elektron valensi yang sama.
Golongan
13
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan.
Penempatan unsur dalam golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik
modern terdiri atas 18 kolom vertikal. Ada dua cara penamaan golongan, yaitu:
Sistem 8 golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan
yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B disebut juga unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak
antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal.
Sistem 18 Golongan. Menurut cara ini, sistem periodik dibagi kedalam 18
golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri.
Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus,
diantaranya:
Golongan IA : logam alkali (kecuali hidrogen)
Golongan IIA : logam alkali tanah
Golongan VIIA : halogen
Golongan VIIIA : gas mulia
Unsur Transisi
Unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongan B disebut unsur
transisi atau unsur peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari
golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu unsur-unsur yang dialihkan hingga
ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan golongan IIIA
14
Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57-70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La), sehingga disebut lantanoid
atau lantanida
Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14 unsur). Ke-14 unsur ini
sangat mirip dengan aktinium, sehingga disebut aktinoida atau aktinida
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida
pada periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB
periode keenam dan periode ke tujuh, masing-masing berisi 15 unsur.
15
berikut.Ketikaberkas sinar-x monokromatik datang padapermukaankristal,
terjadi refleksihanya ketikasudutdatang memilikinilai-nilai tertentu. Nilai-nilai
initergantung padapanjang gelombangdankonstantakisikristal, dan untuk
menjelaskanreflektifitasselektifdalam halefek interferensi, seperti
dalamoptikfisik. Pemantulan oleh kisi kristal terjadi apabila gelombang sinar-x
lebih kecil dari 2 kali jarak antara bidang pemantul dalam kisi kristal.
Pemantulan spekular merupakan pemantulan dengan sudut berkas yang masuk
sama dengan sudut berkas yang keluar, yaitu θ=θ'
Untuk mendapatkan hukum Bragg, kita mulai dengan
mengasumsikan bahwatiap tiap bidang dari atom secara parsial
merefleksikangelombang datang. Sinar xtidak benar benar direfleksikan, tetapi
dihamburkan, pada bidang ini kitamenyebutnya “bidang refleksi” dan
gelombang pantulan disebut gelombang“gelombang refleksi”, puncak puncak
yang terlihat dalam pola difraksi sinar x disebutRefleksi.
16
Persamaan ini disebut Hukum Bragg, dimana bisa cukup memadai untuk
panjang gelombang λ ≤ 2d, olehnya itu tiak dapat menggunakan cahaya kasat
mata.
Meskipun pemantulan dari setiap lintasan adalah kelipatan bulat,
hanya saja untuk suatu nilai akan terefleksi dari semua lintasan paralel
periodik dijumlahkan dalam fase untuk memberikan sebuah sinar yang
terrefleksi kuat. Jika setiap lintasan terrefleksi secara sempurna, hanya
pasangan lintasan pertama paralel yang akan terlihat radiasi, dan setiap panjang
gelombang akan terefleksi. Tetapi, setiap lintasan berefleksi 10−3 hingga 10−5
peristiwa radiasi, sehingga 103 hingga 105 lintasan dapat dikontribusikan ke
formasi sinar refleksi Bragg dalam kristal sempurna. Refleksi oleh lintasan
tunggal atom dijelaskan pada chapter 17 pada bagian pertama.Hukum Bragg
adalah sebuah konsekuensi periodisasi kisi. Perhatian bahwa hukum Bragg
tidak menyebutkan komposisi basis atom yang berasosiasi dengan setiap titik
kisi. Sedangkan komposisi basis menentukan intensitas relatif berbagai orde
difraksi yang diberikan dari sepasang lintasan paralel.
Modelini telah digunakan dalam hukum Bragg yang disederhanakan.
Mengingat fakta bahwa hamburan sinar-x disebabkan oleh atom diskrit sendiri,
seseorang mungkin menolak mewakili bidang atom oleh satu set cermin
mencerminkan terus menerus. Perlakuan yang tepat harus dipertimbangkan
terhadap berkas difraksi yang terjadi karena interferensi sinar parsial yang
tersebar oleh semua atom dalam kisi. Artinya, seseorang harus memperlakukan
kisi sebagai kisi difraksi tiga-dimensi. Dalam menambahkan kontribusi dari
sinar parsial, seseorang harus membayar perhatian khusus pada fase sinar ini,
seperti dalam optik analog Program ini, yang dikembangkan dalam bagian-
bagian berikut, membawa kita kembali kehukum Bragg, tapi kami akan
mendapatkan apresiasi yang lebih mendalam dari proses difraksi analog.
Model yang dikemukakan di atas terlalu sederhana. Fakta
menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit
kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah hukum
Bragg melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di atas terlalu
17
sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas sinar-X disebabkan
oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut
menelaah hukum Bragg melalui proses hamburan.
2. Penyebaran Amplitudo Gelombang
Bragg menderivasikan keadaan difraksi pers. (2.4) memberikan
laporan kondisi rapi untuk memperkuat interferensi gelombang hamburan dari
titik kisi. Kita membutuhkan analisis mendalam untuk membedakan intensitas
hamburan dari basis atom yang berarti dari distribusi ruang elektron dalam
setiap sel.
Analisis Fourier
Dengan memandang sebuah kristal adalah invarian terhadap translasi
apapun bentuk T =u1 a1 +u2 a2 +u3 a3, dimana u1 ,u 2 , u3 adalah bilangan bulat dan
a 1 , a2 , a3 adalah sumbu kristal. Dimana pun sifat fisik kristal, seperti
menghidupkan konsentrasi, kerapatan bilangan elektron, atau kerapatan megnetik
sesaat, adalah bentuk yang sama di bawah T. Yang terpenting bagi kita adalah
bahwa kerapatan bilangan elektron n(r) adalah fungsi periodik r, dengan periode
a 1 , a2 , a3dalam arah tiga sumbu kristal, secara berturut-turut, sehingga :
N (r +T) = n (r) (2.5)
Seperti perioditas menciptakan sebuah keadaan ideal untuk analisis Fourier. Yang
lebih menarik perhatian sifat-sifat kristal adalah langsung berhubungan dengan
komponen Fourier kerapatan elektron.Pertama-tama kita menganggap fungsi n(x)
adalah satu dimensi dengan periode a dalam sumbu-x. Kita kembangkan n(x)
dalam deret Fourier sinus dan kosinus :
n ( x )=n o+ ∑ ⌊ Cp cos (px )+ Cqsin ( px) ⌋ (2.6)
p>0
Dimana p adalah bilangan bulat positif dan C p , C p adalah konstanta real, disebut
koefisien Fourier ekspansi. Faktor 2ᴨ/a merupakan sebuah pernyataan yang
memastikan bahwa n(x) memiliki periode a :
2π 2π
n ( x )=n o+ ∑ ⌊ Cp cos ( px)+Cq sin( px ) ⌋ (2.7)
p>0 a a
2π 2π 2π 2π
n ( x +a )=no + ∑ ⌊ Cpcos ( px + pa)+ Cqsin ( px+ pa) ⌋
p >0 a a a a
18
2π 2π
n ( x +a )=no + ∑ ⌊ Cpcos ( px +2 πp)+Cq sin( px +2 πp) ⌋
p >0 a a
n ( x +a )=∑ ⌊ Cp cos
p>0
( 2aπ px)+Cq sin ( 2aπ px ) ⌋ =n( x ) (2.8)
Kita mengatakan bahwa 2ᴨ/a sebagai titik dalam kisi resiprokal atau jarak Fourier
kristal. Dalam satu dimensi titik-titik ini menipu dalam garis. Titik kisi resiprokal
memberitahukan kita diperbolehkan syarat dalam deret Fourier (4) atau (5). Satu
syarat diperbolehkan jika konsisten dengan periodesitas kristal, seperti pada
gambar 5, titik lainnya dalam jarak resiprokal tidak diperbolehkan dalam Fourier
ekspansi fungsi periodik. Persamaan (2.8) dapat ditulis menjadi :
n ( x +a )=∑ C exp ¿ ¿ ¿ (2.9)
p>0
Dimana jumlah seluruh bilangan bulat p : positif, negatif, dan nol. Koefisien n p
bilangan kompleks. Untuk memastikan bahwa n(x) adalah fungsi real, kita
mempersyaratkan :
n¿− p=n p (2.10)
Untuk selanjutnya jumlah keadaan dalam p dan –p adalah real. Tanda asterik pada
n¿− p mengindikasikan konjugat kompleks n p .Dengan φ = 2ᴨpx/a, jumlah keadaan
dalam p dan –ppada (2.9) adalah real jika (2.10) memenuhi syarat.
Penjumlahannya adalah :
n p ( cos φ+isin φ )+ n− p ( cos φ−isin φ )=( n p+ n− p ) cos φ+ ( n p −n−p ) i sin φ
(2.11)
Jika diputar akan menghasilkan fungsi real
2 ℜ ( n p ) cos φ−2 ℑ ( n p ) sin φ (2.12)
Jika memenuhi. disini Re {n p } dan Im {n p }adalah real dan mengindikasikan
bagian real dan imajiner n p . Sehingga kerapatan bilangan n(x) adalah fungsi real,
seperti yang diinginkan.Perluasan analisis Fourier untuk fungsi periodik n(r)
dalam tiga dimensi telah terbuka. Kita harus menemukan sepasang vektor G
sebagaimana bahwa :
n ( r )=∑ nG exp(iG ∙ r ) (2.13)
G
19
D. Kisi Resiprokal
Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok. Saat
kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta kisi
resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal melalui kisi resiproknya.
Perangkat baru dapat digunakan untuk menelaah difraksi dan interaksi antara kisi
dan radiasi elektromagnet.Andaikan vektor basis dalam ruang nyata a 1, a2, a3 dan
vektor kisi resiprok b1, b2, b3 Maka dibataskan basis vektor resiprok sebagai
berikut
20
Basis vektor resiprok ini:
a. Dimensinya adalah kebalikan dari panjang atau [l]-1; sama dengan dimensi
bilangan gelombang.
b. Bahwa b1 tegak lurus terhadap bidang a2 dan a3; dan demikian pula permutasi
siklisnya.
c. Bahwaa 1 .(a ¿ ¿ 2× a3 )=a2 .(a ¿ ¿1 × a3)=a3 .(a ¿ ¿ 1 ×a 2) ¿ ¿ ¿ mempresentasikan
b 1 . a2=b1 . a3 =0 b 1 a1 =2 π
b 2 . a1=b2 . a3 =0 b 2 a2 =2 π
b 3 . a1=b3 .a 2=0 b 2 a2 =2 π
Vektor pada ruang kisi resiprok adalah :
G =v 1 b⃗1+ v 2 ⃗
⃗ b2 +v 3 ⃗
b3 (2.16)
Setiap struktur kristal memiliki dua kisi yang berasosiasi dengannya,
yaitu kisi kristal dan kisi resiprokal. Pola difraksi sebuah kristal adalah seperti
sebuah denah kisi resiprokal kristal. Sebuah gambar mikroskop, jika dapat
menguraikan dalam skala yang cukup memadai, adalah sebuah sebuah denah
struktur kristal dalam ruang real. Dua kisi dihubungkan Sehingga ketika kita
memutar sebuah kristal dalam sebuah pemegang, kita memutar kedua kisi
langsung dan kisi resiprokal.
Vektor dalam kisi lurus memiliki dimensi (panjang) ; vektor dalam
kisi resiprok memiliki dimensi (1/panjang). Kisi resiprokal adalah sebuah kisi
dalam ruang Fourier yang berasosiasi dengan kristal. Panjang vektor selalu
digambarkan dalam ruang Fourier, maka setiap posisi dalam ruang Fourier dapat
memiliki makna sebagai gambaran sebuah gelombang, tetapi ada sebuah
signifikansi spesial untuk titik-titik yang dijabarkan oleh sepasang asosiasi G
dengan sebuah struktur kristal.
21
Kisi resiprokal untuk SC, FCC dan BCC dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 1 Kisi Resiprok SC, FCC dan BCC
22
digambarkan dengan persamaan (1) adalah orthogonal untuk dua sumbu kisi
Kristal. Dengan demikian b 1 , b 2 ,b 3 mempunyai persamaan :
b i ∙ a j=2 π δ ij ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(2)
Dimana, 𝛿ij = 1 jika i = j dan 𝛿ij = 0 jika i ≠ j. Titik pada kisi resiprok
dipetakan dengan kumpulan dari vector,
G=v 1 b 1+ v 2 b2 +v 3 b3 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(3)
Dimana v1, v2, v3 adalah integer. Sebuah vektor G dari bentuk ini adalah
sebuah vector kisi resiprok. Titik-titik dalam kisi balik dipetakan dengan
seperangkat vektor dalam bentuk vektor kisi balik G :
G=hb 1+ kb 2+lb3
dengan h , k dan l adalah bilangan bulat . b1, b2 dan b3 disebut dengan vektor
basis balik.
Vektor b 1 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vektor a 2 dan
a 3 Vektor b 2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a 1
dana 3 Vektor b 3 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector
a 1 dan a 2.
23
Sebuah gambar mikroskopik, jika bisa dipecahkan dengan sebuah skala yang
cukup baik, yaitu sebuah peta dari struktur Kristal dengan spasi nyata. Dua
kisi berkaitan dengan definisi persamaan (1). Demikian ketika mereka berotasi
pada sebuah pegangan Kristal, kedua kisi berotasi langsung dan kisi resiprok.
Vektor kisi sebenarnya mempunyai dimensi dari [panjang]; vektor pada kisi
resiprok mempunyai dimensi dari [1/ panjang ]. Kisi resiprok adalah sebuah
kisi pada spasi asosiasi Fourier dengan Kristal. Vektor gelombang selalu
tergambar pada spasi Fourier, jadi setiap posisi pada spasi Fourier mungkin
mempunyai sebuah gambaran dari sebuah gelombang, tapi disana adalah
sebuah pertemuan penting antar titik yang digambarkan dengan kumpulan dari
G’s asosiasi dengan struktur Kristal. Vektor G pada Fourier seri hanya vektor
kisi resiprok (3), untuk kemudian seri fourier direpresentasi dari densitas
elektron dengan invarians yang diinginkan menurut beberapa translasi Kristal
T =u 1 a1+u 2 a 2+u 3 a 3 seperti yang digambarkan pada (1) dari ().
24
Volume sel adalah a 1 . a2 x a3 =a3 . Vektor basis primitif dari kisi
baliknya adalah Batas-batas daerah Brillouin pertamanya adalah
bidang normal dari ke 6 vektor kisi balik ± b1 ,± b 2 , ± b3 , yaitu pada
titik tengah dari vektor kisi balik bersangkutan.
b. Kisi Balik untuk Kubus Berpusat Tubuh (bcc = body center cubic)
25
2π
G= [ ( k +l ) ^x + ( h+ l ) ^y +(h+k ) ^z ]
a
c. Kisi Balik Dari Kubus Berpusat Muka (fcc = face center cubic)
F. Keadaan Difraksi
Kondisi difraksi kristal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :
26
Gambar 5 Sinar Datang pada Kondisi Difraksi
Beda lintasan antara kedua sinar datang adalah :
∆=r sin φ (2.16)
k⃗ ∙ ⃗r =δ (2.18)
Sinar pantul dapat digambarkan sebagai berikut :
27
Gambar 6 Sinar Pantul pada Kondisi Difraksi
Beda sudut fase antara kedua sinar pantul adalah :
δ =+ k ∆ (2.19)
2π
¿+ r sin φ
λ
−k⃗ ' ∙ ⃗r =−k ' .r cos ( 90−φ )
2π
¿− r cos ( 90−φ )
λ
2π
¿− r sin φ=δ
λ
−k⃗ ' ∙ ⃗r =δ (2.20)
Maka beda fase antara kedua sinar datang dan sinar pantul adalah :
β=δ +δ '
¿ k⃗ ∙ ⃗r + (−⃗k ' ∙ ⃗r )
¿( ⃗k− ⃗k ' ) ∙ r⃗ (2.21)
Sehingga gelombang atau sinar difraksi dari element volume dV mempunyai
faktor fase :
exp iβ =exp ¿ ¿ ¿ (2.22)
28
Maka :
F=∫ dV n ( ⃗r ) exp ¿ (2.24)
¿ k⃗' − ⃗k
G+ k⃗ =⃗k '
⃗ (2.28)
Sehingga :
¿
29 (2.29)
G2 + ⃗k 2 +2 ⃗k ⃗
⃗ G=¿
2 ⃗k ⃗ ⃗2
G=G Kondisi Difraksi
G. Zona Brillouin
30
adalah bukan bagian pembahasan dari analisis difraksi sinar-x struktur kristal,
tetapi zona adalah bagian esensial analisis energi ikat elektronik struktur kristal.
31
Laue ini terbagi menjadi dua yaitu metode transmisi dan metode pemantulan
balik.
i. Metode transmisi
Metode ini menggunakan film foto yang terletak dibagian belakang
kristal sehingga berkas sinar difraksi yang ditransmisikan dapat langsung
direkam
32
. Kristal yang berdiameter sekitar 2 mm ditempatkan pada ujung suatu
sumbu vertical yang berputar. Suatu berkas sinar-X yang monokromatik
dijatuhkan pada Kristal yang berputar tersebut. Arah berkas adalah tegak
lurus terhadap sumbu perputaran. Arah daripada berkas sinar-X yang
dihambur (interferensi yang saling menguatkan) terekam sebagai
penghitaman kertas film yang ditempatkan secara konsentris terhadap
sumbu perputaran. Metode kristal berputar berbeda dengan metode Laue
yang mana dalam metode Laue tidak menggunakan berkas sinar
monokromatik akan tetapi yang digunakan adalah spectrum yang kontinu,
sedangkan untuk metode kristal berputar ini terjadi ketika kristal dari
sampel dari sampel uji disinari sinar X dan sinar X tersebut mengelilingi
kristal sehingga pada orientasi tertentu akan dihasilkan berkas difraksi
kemudian direkam oleh film foto
33
b. Bahwa bidang-bidang Kristal yang tidak sejajar dengan sumbu
perputaran akan memberikan bintik-bintik yang letaknya di bawah atau
di atas bidang horizontal tersebut.
c. Metode serbuk
Cara ini paling lazim dipergunakan, karena tidak rumit dan mudah
dalam analisisnya. Untuk cara ini tidak perlu dipergunakan kristal tunggal,
cukup dengan serbuk halus kristal. Serbuk halus tersebut membuat kita
berhadapan dengan banyak sekali Kristal-kristal kecil dengan orientasi
Kristal yang serba acak, atau randomly distributed crystal orientation. Pada
metode ini, suatu berkas sinar-X yang monokromatik ditujukan pada sampel
yang berbentuk serbuk iniDalam metode ini, kristal yang diamati dalam
bentuk serbukan dimana setiap butir serbuk berlaku sebagai kristal
berukuran kecil dengan orientasi acak dan diputar tidak melalui satu sumbu
saja
34
film tersebut konsentrik terhadap sumbu sampel. Tempat dengan intensitas
tinggi memberikan penghitaman yang lebih pekat dibandingkan dengan
tempat dimana intensitas sinar-X yang sampel di film tidak begitu tinggi.
Derajat penghitaman diukur dengan suatu densitometer. Dalam sistem-
sistem yang telah maju tidak lagi dipergunakan film. Intensitas direkam
dengan suatu system.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur kimia berdasarkan
urutan nomor atom dan kemiripan sifat. Awalnya unsur -unsur
dikelompokkan berdasarkan kemiripan sifat. selanjutnya,
penggelompokkan didasarkan atas kenaikan massa atom dan
kemiripan sifatHamburan berkas sinar-X disebabkan oleh atom diskrit
kristal yang bersangkutan. Oleh karena itu bahasan berikut menelaah
hukum Bragg melalui proses hamburan. Model yang dikemukakan di
atas terlalu sederhana. Fakta menunjukkan bahwa hamburan berkas
sinar-X disebabkan oleh atom diskrit kristal yang bersangkutan. Oleh
karena itu bahasan berikut menelaah hukum Bragg melalui proses
hamburan.
2. Setiap struktur kristal memiliki 2 kisi, yaitu kisi kristal dan resiprok.
Saat kristal dikenai sinar-X, akan dihasilkan pola difraksi yang
35
merupakan peta kisi resiprok kristal tersebut. Representasi kisi kristal
melalui kisi resiproknya.
3. Menggambarkan sel Weigner – Seitz dari ruang kisi resiprok :
a. Hubungkan antara titik kisi resiprok dengan tetangga terdekatnya
b. Buatlah garis tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung
tadi,
c. perpotongan garis-garis tersebut akan membentuk sebuah kisi
persegi
d. empat ini merupakan sel Weigner Seitz dari sebuah kisi resiprok.
4. Pada dasarnya terdapat tiga teknik atau metode difraksi kristal, yakni
Metode rotasi kristal, metode Laue, dan metode bubuk.
B. Saran
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan
makalah dan dari segi tutur bahasa dalam membahas isi makalah. Penyusun
mengharapkan kritik yang sifatnya konstruktif dari bapak dosen maupun rekan-
rekan mahasiswa demi kesempurnaan dimasa mendatang.
36
DAFTAR PUSTAKA
37