Anda di halaman 1dari 13

Makalah Fisika Zat Padat

DIFRAKSI SINAR X
(HUKUM BRAGG DAN KISI BALIK)

Di susun
Oleh :

Kelompok II

Nama Nim
1. Indah Winanda 251324528
2. Intan Keumala Sari 251324536
3. Muhammad Iqbal 251324530
4. Nurazizah 251324531
5. Zaitun Munar 251324529

Dosen Pembimbing:

Nurhayati, S.Si., M.Si

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur atas kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah, yang
berjudul “DIFRAKSI SINAR X (HUKUM BRAGG DAN KISI BALIK)”.
Shalawat beserta salam kepada junjungan alam kita, nabi besar muhammad
SAW. Dan kepada al-sahabat beliau sekalian yang telah memperjuangkan agama
Allah dimuka bumi ini.
Makalah ini telah kami susun dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak yang sangat membantu kami dalam
menyelesaikannya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami
semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan kita semua.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.

Banda Aceh, Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3

BAB II: PEMBAHASAN


A. Difraksi Sinar-X ................................................................................. 4
B. Hukum Bragg ..................................................................................... 6
C. Kisi Balik ........................................................................................... 7
D. Contoh Soal ........................................................................................ 9

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
sains maka timbul kebutuhan yang semakin tinggi akan kegunaan dari
perkembangan sains tersebut. Diantara perkembangan tersebut ialah
penggunaan teori Bragg yang berkaitan dengan difraksi sinar X.
Sinar X pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada
tahun 1895. Dinamakan dengan sinar-X pada waktu itu dikarenakan tidak
diketahuinya apa sebenarnya sinar tersebut, maka disebutlah dengan sinar-X.
Sinar-X digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak material
maupun manusia.
X-Ray Diffraction (XRD) merupakan salah satu jenis alat yang
menerapkan prinsip kerja hukum Bragg dengan menggunakan metode
karakterisasi material yang paling tua dan yang paling sering digunakan.
Teknik ini yang digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi suatu fasa dari
kristalin di dalam suatu material dengan cara menentukan parameter struktur
kisi serta untuk mendapatkan ukuran suatu partikel. Pemantulan dari sinar X
inilah yang kita gunakan manfaatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi sinar x?
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum bragg?
3. Apakah yang dimaksud dengan kisi balik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami tentang difraksi sinar x, hukum bragg dan kisi balik

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Difraksi Sinar X
Sinar-x ditemukan oleh Wilhelm Rontgen (1845-1923) eksperimen yang
dilakukan pada mulanya ia menganggap bahwa sinar-x adalah gelombang
elektromegnetik dengan panjang gelombang yang ordenya sebesar 10-10m.
Disaat yang bersamaan, muncul ide baru bahwa dalam sebuah benda padat
kristal, atom-atom disusun dalam sebuah pola yang berulang secara teratur,
dengan jarak atom-atom yang berdekatan juga berorde sebesar 10-10m. dengan
menggabungkan kedua pemikiran ini, Max von Lause (1879-1960) pada tahun
1921 mengusulkan bahwa sebuah Kristal dapat berperan sebagai kisi difraksi
berdimensi tiga untuk sinar-x.
Yakni, seberkas sinar-x dapat dihamburkan (diserap dan dipancarkan
kembali) oleh atom-atom individu dalam sebuah Kristal, dan gelombang-
gelombang yang dihamburkan dapat berinterferensi menyerupai gelombang-
gelombang dari sebuah kisi difraksi.1
Eksperimen difraksi sinar-x pertama dilakukan pada tahun 1912 oleh
Friederich, Knipping, dan von Laue. Dengan menggunakan susunan
eksperimental yang sketsanya seperti gambar dibawah ini.

1
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford, Fisika Universitas, Jakarta:
Erlangga, 2003, hlm.631

4
Sinar-x yang dihamburkan membentuk sebuah pola interferensi, yang
direkam pada film fotografik. Gambar dibawah ini adalah sebuah potret dan
pola interferensi.

Eksperimen ini membuktikan bahwa sinar-x adalah gelombang, atau


setidaknya menyerupai gelombang, dan juga atom-atom dalam sebuah Kristal
disusun dalam sebuah pola yang teratur. Sejak saat itu, difraksi sinar-x terbukti
sebagai sebuah alat penelitian yang sangat penting untuk mengukur panjang
gelombang sinar-x dan untuk mempelajari struktur Kristal.2

Sifat-sifat Sinar X
1. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus dan dapat
mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak
2. Daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan dapat menembus
tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal
3. Dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada film
fotografi (radiograf)
4. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = h f
5. Orde panjang gelombang sinar X adalah 0,5 Ǻ –2,5 Ǻ (sedangkan orde
panjang gelombang ubtuk cahaya tampak = 6000 Ǻ, jadi letak sinar X dalam
diagram spektrum gelombang elektromagnetik adalah antara sinar
ultraviolet dan sinar gamma)

2
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford, Fisika Universitas,.... hlm.631

5
B. Hukum Bragg
Pada tahun 1913, tidak lama setelah sinar-x ditemukan, Max van Loue
berpendapat bahwa sinar x dapat didifraksikan melalui sebuah kristal, karena
panjang gelombangnya hampir sama dengan pemisahan bidang kisi. Pendapat
Loue diperkuat oleh Walter Frendrich dan Paul Knipping, dan sejak saat itu
berkembang menjadi luar biasa.
Pendekatan paling awal pada analisa pola difraksi yang dihasilkan oleh
kristal, dengan menganggap bidang kisi sebagai cermin, dan kristal sebagai
tumpukan bidang kisi pemantul dengan pemisahan d. Model ini mempermudah
perhitungan sudut yang terbentuk antara kristal dengan berkas sinar-x datang
agar terjadi interferensi konstruktif. Model ini juga menghasilkan pantulan
untuk menyatakan titik kuat yang berasal dari interferensi konstruktif.3

Selisih panjang jalan antara kedua sinar yang terlihat pada gambar
adalah:
AB + 𝐵𝐶 = 2𝑑 sin 𝜃
dengan θ merupakan sudut pemantul. Pada banyak sudut pemantul selisih
panjang jalan bukanlah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang,
sehingga gelombangnya berinterferensi destruktif. Akan tetapi jika selisih
panjang jalan merupakaan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang
(AB + BC = 𝑛𝜆), maka gelombang dipantulkan sefase dan berinteraksi
konstruktif. Jadi, pantulan yang terang akan teramati, jika sudut pemantul
memenuhi hukum Bragg. 4

3
P.W. Atkins, Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga, 1996, hlm. 169
4
P.W. Atkins, Kimia Fisika..... hlm. 169

6
𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
dimana:
d = jarak antar bidang (hkl) yang sama
θ = sudut bragg
𝜆 = panjang gelombang sinar-x yang digunakan

Persyaratan mengenai panjang gelombang tersebut disebut dengan


Hukum Bragg dan sudutnya disebut sudut Bragg untuk sekumpulan bidang
sejajar dari atom. Sinar-x mengalami interferensi konstruktif atau lebih lazim
disebut dengan difraksi. Untuk n=1 disebut difraksi Bragg, n=2 disebut orde
kedua, dan seterusnya.5
Dalam perhitungan modern, biasanya n diserap ke dalam d, dan hukum
bragg dituliskan menjadi:
𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
Penggunaan utama Hukum Bragg menentukan jarak antara lapisan dalam kisi.
Setelah sudut θ yang bersangkutan dengan sebuah pantulan ditentukan maka d
dapat langsung dihitung.

C. Kisi Balik
Sel satuan (unit cell) kristal dibangun oleh vaktor-vaktor basis a1, a2, dan
a3. Kisi dalam ruang tiga dimensi tersebut disebut kisi langsung (direct-lattice).
Sebaliknya bisa didefinisikan kisi balik (reciprocal-lattice) yang dibangun oleh
vektor-vektor basis dalam ruang balik b1, b2, dan b3, menurut hubungan:6
2𝜋
𝑏1 = 𝑉 (𝑎2 × 𝑎3 )
𝑝𝑟𝑖𝑚

2𝜋
𝑏2 = 𝑉 (𝑎3 × 𝑎1 )
𝑝𝑟𝑖𝑚

2𝜋
𝑏3 = 𝑉 (𝑎1 × 𝑎2 )
𝑝𝑟𝑖𝑚

5
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Jakarta: Erlangga, 2003,
hlm.170
6
Rita Prasetyowati, Difraksi Kristal dan Kisi Resiprok, Fisika FMIPA UNY, 2012.

7
𝑉𝑝𝑟𝑖𝑚 = 𝑎1 ∙ 𝑎2 × 𝑎3
dengan a1, a2, dan a3 adalah vektor basis kisi.

Sifat-sifat dari b1, b2 dan b3 berlaku aturan:


𝑏𝑖 ∙ 𝑎𝑗 = 2𝜋𝛿𝑖𝑗
𝛿𝑖𝑗 = 1 jika 𝑖 = 𝑗
𝛿𝑖𝑗 = 1 jika 𝑖 ≠ 𝑗

Titik-titik dalam kisi balik dipetakan dengan seperangkat vektor dalam


bentuk vektor kisi balik Ghkl (semacam vektor translasi T dalam kisi langsung)
dinyatakan sebagai berikut:
𝐺ℎ𝑘𝑙 = ℎ𝑏1 + 𝑘𝑏2 + 𝑙𝑏3
dengan h, k dan l adalah bilangan bulat, dan b1, b2 dan b3 disebut dengan vektor
basis balik.

dimana:
ko : vektor gelombang datang
k : vektor gelombang hambur
Ghkl : vektor normal bidang
2𝜋
𝑑ℎ𝑘𝑙 = |𝐺
ℎ𝑘𝑙 |

8
Gambar: Relasi vektor basis balik dan vector basis kisi
dimana:
Vektor b1 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vektor a2 dan a3
Vektor b2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a1 dan a3
Vektor b3 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a1 dan a2.

D. Contoh Soal
1. Pantulan dari bidang (1, 1, 1) suatu kristal kubus, diamati pada sudut
pemantul 11.2° jika digunakan sinar-x Cu Kα X dengan panjang gelombang
154 pm. Berapakah jarak antar bidangnya??
Penyelesaian:
Menurut hukum Bragg, bidang (111) yang berperan pada difraksi
mempunyai pemisahan.
𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
𝜆
𝑑111 = 2 sin 𝜃
154𝑝𝑚
𝑑111 =
2 sin 11.2°
= 396 pm

2. Pola difraksi alumunium diperoleh dengan menggunakan sinar-x dengan


panjang gelombang λ= 0.709 Å. Difraksi Bragg orde kedua dari muka-muka

9
yang sejajar dalam sel satuan kubik teramati pada sudut 2θ= 20.2°.
hitunglah parameter kisi d!
Penyelesaian:
Dari persyaratan Bragg untuk n = 2
𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
2𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
Jarak antara bidang-bidang, yaitu parameter kisi adalah:
𝜆
𝑑 = sin 𝜃
0.709Å
𝑑 = sin 10.0°

𝑑 = 4.04Å

10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Seberkas sinar-x dapat dihamburkan (diserap dan dipancarkan kembali)
oleh atom-atom individu dalam sebuah Kristal, dan gelombang-gelombang
yang dihamburkan dapat berinterferensi menyerupai gelombang-gelombang
dari sebuah kisi difraksi. Sinar X tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam
lintasan lurus dan dapat mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya
tampak namun daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan dapat
menembus tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal.
Hukum Bragg merupakan hukum difraksi sinar x pada bidang kristal
yang memenuhi persamaan 𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃. Penggunaan utama Hukum Bragg
menentukan jarak antara lapisan dalam kisi.
Kisi balik (reciprocal-lattice) didefinisikan sebagai kisi yang dibangun
oleh vektor-vektor basis dalam ruang balik b1, b2, dan b3. Titik-titik dalam kisi
balik dipetakan dengan seperangkat vektor dalam bentuk vektor kisi balik Ghkl
(semacam vektor translasi T dalam kisi langsung) dinyatakan dengan: 𝐺ℎ𝑘𝑙 =
ℎ𝑏1 + 𝑘𝑏2 + 𝑙𝑏3.

B. Kesimpulan dan Saran


Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan ajar
yang akan mendukung proses belajar mengajar untuk pembacanya, amin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford. Fisika


Universitas. Jakarta: Erlangga. 2003.
P.W. Atkins. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga. 1996.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga. 2003.
Rita Prasetyowati. Difraksi Kristal dan Kisi Resiprok. Fisika FMIPA UNY. 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai