Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

“DIFRAKSI SINAR X”
(HUKUM BRAGG DAN KISI BALIK)

OLEH :

NAMA : RAHMADDILLAH AL FATH

NIM : 17033148

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA D

DOSEN PEMBIMBING : Dr. RIRI JONUARTI, M.Si.

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur atas kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah, yang
berjudul “DIFRAKSI SINAR X (HUKUM BRAGG DAN KISI BALIK)”.
Shalawat beserta salam kepada junjungan alam kita, nabi besar muhammad
SAW. Dan kepada al-sahabat beliau sekalian yang telah memperjuangkan agama
Allah dimuka bumi ini.
Makalah ini telah saya susun dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari berbagai sumber baik dari video dan literatur yang sangat membantu
saya dalam menyelesaikannya. Harapan saya semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan kita semua.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.

Padang Panjang, 29 September 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN


A. Difraksi Sinar-X..................................................................................4
B. Hukum Bragg......................................................................................6
C. Kisi Balik............................................................................................7
D. Contoh Soal........................................................................................9

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
sains maka timbul kebutuhan yang semakin tinggi akan kegunaan dari
perkembangan sains tersebut. Diantara perkembangan tersebut ialah
penggunaan teori Bragg yang berkaitan dengan difraksi sinar X.
Sinar X pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada
tahun 1895. Dinamakan dengan sinar-X pada waktu itu dikarenakan  tidak
diketahuinya apa sebenarnya sinar tersebut, maka disebutlah dengan sinar-X.
Sinar-X digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak material 
maupun manusia.
X-Ray Diffraction (XRD) merupakan salah satu jenis alat yang
menerapkan prinsip kerja hukum Bragg dengan menggunakan metode
karakterisasi material yang paling tua dan yang paling sering digunakan.
Teknik ini yang digunakan sebagai alat untuk  mengidentifikasi suatu fasa dari
kristalin di dalam suatu material dengan cara menentukan parameter struktur
kisi serta untuk mendapatkan ukuran suatu partikel. Pemantulan dari sinar X
inilah yang kita gunakan manfaatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan difraksi sinar x?
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum bragg?
3. Apakah yang dimaksud dengan kisi balik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami tentang difraksi sinar x, hukum bragg dan kisi balik

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Difraksi Sinar X
Sinar-x ditemukan oleh Wilhelm Rontgen (1845-1923) eksperimen yang
dilakukan pada mulanya ia menganggap bahwa sinar-x adalah gelombang
elektromegnetik dengan panjang gelombang yang ordenya sebesar 10 -10m.
Disaat yang bersamaan, muncul ide baru bahwa dalam sebuah benda padat
kristal, atom-atom disusun dalam sebuah pola yang berulang secara teratur,
dengan jarak atom-atom yang berdekatan juga berorde sebesar 10-10m. dengan
menggabungkan kedua pemikiran ini, Max von Lause (1879-1960) pada tahun
1921 mengusulkan bahwa sebuah Kristal dapat berperan sebagai kisi difraksi
berdimensi tiga untuk sinar-x.
Yakni, seberkas sinar-x dapat dihamburkan (diserap dan dipancarkan
kembali) oleh atom-atom individu dalam sebuah Kristal, dan gelombang-
gelombang yang dihamburkan dapat berinterferensi menyerupai gelombang-
gelombang dari sebuah kisi difraksi.1
Eksperimen difraksi sinar-x pertama dilakukan pada tahun 1912 oleh
Friederich, Knipping, dan von Laue. Dengan menggunakan susunan
eksperimental yang sketsanya seperti gambar dibawah ini.

1
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford, Fisika Universitas, Jakarta:
Erlangga, 2003, hlm.631

4
Sinar-x yang dihamburkan membentuk sebuah pola interferensi, yang
direkam pada film fotografik. Gambar dibawah ini adalah sebuah potret dan
pola interferensi.

Eksperimen ini membuktikan bahwa sinar-x adalah gelombang, atau


setidaknya menyerupai gelombang, dan juga atom-atom dalam sebuah Kristal
disusun dalam sebuah pola yang teratur. Sejak saat itu, difraksi sinar-x terbukti
sebagai sebuah alat penelitian yang sangat penting untuk mengukur panjang
gelombang sinar-x dan untuk mempelajari struktur Kristal.2

Sifat-sifat Sinar X
1. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus
dan dapat mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak
2. Daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan
dapat menembus tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal
3. Dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah
objek pada film fotografi (radiograf)
4. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan
energi E = h f
5. Orde panjang gelombang sinar X adalah 0,5 Ǻ –2,5 Ǻ
(sedangkan orde panjang gelombang untuk cahaya tampak = 6000 Ǻ, jadi
letak sinar X dalam diagram spektrum gelombang elektromagnetik adalah
antara sinar ultraviolet dan sinar gamma)

2
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford, Fisika Universitas,.... hlm.631

5
B. Hukum Bragg
Pada tahun 1913, tidak lama setelah sinar-x ditemukan, Max van Loue
berpendapat bahwa sinar x dapat didifraksikan melalui sebuah kristal, karena
panjang gelombangnya hampir sama dengan pemisahan bidang kisi. Pendapat
Loue diperkuat oleh Walter Frendrich dan Paul Knipping, dan sejak saat itu
berkembang menjadi luar biasa.
Pendekatan paling awal pada analisa pola difraksi yang dihasilkan oleh
kristal, dengan menganggap bidang kisi sebagai cermin, dan kristal sebagai
tumpukan bidang kisi pemantul dengan pemisahan d. Model ini mempermudah
perhitungan sudut yang terbentuk antara kristal dengan berkas sinar-x datang
agar terjadi interferensi konstruktif. Model ini juga menghasilkan pantulan
untuk menyatakan titik kuat yang berasal dari interferensi konstruktif.3

Selisih panjang jalan antara kedua sinar yang terlihat pada gambar
adalah:
AB+ BC =2 d sinθ
dengan θ merupakan sudut pemantul. Pada banyak sudut pemantul selisih
panjang jalan bukanlah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang,
sehingga gelombangnya berinterferensi destruktif. Akan tetapi jika selisih
panjang jalan merupakaan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang
(AB + BC = nλ), maka gelombang dipantulkan sefase dan berinteraksi

3
P.W. Atkins, Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga, 1996, hlm. 169

6
konstruktif. Jadi, pantulan yang terang akan teramati, jika sudut pemantul
memenuhi hukum Bragg. 4
nλ=2 d sin θ
dimana:
d = jarak antar bidang (hkl) yang sama
θ = sudut bragg
λ = panjang gelombang sinar-x yang digunakan

Persyaratan mengenai panjang gelombang tersebut disebut dengan


Hukum Bragg dan sudutnya disebut sudut Bragg untuk sekumpulan bidang
sejajar dari atom. Sinar-x mengalami interferensi konstruktif atau lebih lazim
disebut dengan difraksi. Untuk n=1 disebut difraksi Bragg, n=2 disebut orde
kedua, dan seterusnya.5
Dalam perhitungan modern, biasanya n diserap ke dalam d, dan hukum
bragg dituliskan menjadi:
λ=2 d sin θ
Penggunaan utama Hukum Bragg menentukan jarak antara lapisan dalam kisi.
Setelah sudut θ yang bersangkutan dengan sebuah pantulan ditentukan maka d
dapat langsung dihitung.

C. Kisi Balik
Sel satuan (unit cell) kristal dibangun oleh vaktor-vaktor basis a 1, a2, dan
a3. Kisi dalam ruang tiga dimensi tersebut disebut kisi langsung (direct-lattice).
Sebaliknya bisa didefinisikan kisi balik (reciprocal-lattice) yang dibangun oleh
vektor-vektor basis dalam ruang balik b1, b2, dan b3, menurut hubungan:6

b 1= ( a ×a )
V prim 2 3

4
P.W. Atkins, Kimia Fisika..... hlm. 169
5
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Jakarta: Erlangga, 2003,
hlm.170
6
Rita Prasetyowati, Difraksi Kristal dan Kisi Resiprok, Fisika FMIPA UNY, 2012.

7

b 2= (a × a )
V prim 3 1

b 3= (a × a )
V prim 1 2
V prim =a1 ∙a 2 × a3
dengan a1, a2, dan a3 adalah vektor basis kisi.

Sifat-sifat dari b1, b2 dan b3 berlaku aturan:


b i ∙ a j=2 π δ ij
δ ij =1 jikai= j
δ ij =1 jikai ≠ j

Titik-titik dalam kisi balik dipetakan dengan seperangkat vektor dalam


bentuk vektor kisi balik Ghkl (semacam vektor translasi T dalam kisi langsung)
dinyatakan sebagai berikut:
G hkl=hb1 +kb 2+lb 3
dengan h, k dan l adalah bilangan bulat, dan b1, b2 dan b3 disebut dengan vektor
basis balik.

dimana:
ko : vektor gelombang datang
k : vektor gelombang hambur

8
Ghkl : vektor normal bidang

d hkl =
|G hkl|

b
1

a
2

a
2

Gambar: Relasi vektor basis balik dan vector basis kisi


dimana:
Vektor b1 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vektor a2 dan a3
Vektor b2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a1 dan a3
Vektor b3 adalah tegak lurus terhadap bidang yang dibuat oleh vector a1 dan a2.

D. Contoh Soal
1. Pantulan dari bidang (1, 1, 1) suatu kristal kubus,
diamati pada sudut pemantul 11.2° jika digunakan sinar-x Cu Kα X dengan
panjang gelombang 154 pm. Berapakah jarak antar bidangnya??
Penyelesaian:
Menurut hukum Bragg, bidang (111) yang berperan pada difraksi
mempunyai pemisahan.
λ=2 d sin θ
λ
d 111 =
2 sinθ
154 pm
d 111=
2 sin11.2 °
= 396 pm

9
2. Pola difraksi alumunium diperoleh dengan
menggunakan sinar-x dengan panjang gelombang λ= 0.709 Å. Difraksi
Bragg orde kedua dari muka-muka yang sejajar dalam sel satuan kubik
teramati pada sudut 2θ= 20.2°. hitunglah parameter kisi d!
Penyelesaian:
Dari persyaratan Bragg untuk n = 2
nλ=2 d sin θ
2 λ=2d sin θ
Jarak antara bidang-bidang, yaitu parameter kisi adalah:
λ
d=
sin θ
0.709 Å
d=
sin 10.0 °
d=4.04 Å

10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Seberkas sinar-x dapat dihamburkan (diserap dan dipancarkan kembali)
oleh atom-atom individu dalam sebuah Kristal, dan gelombang-gelombang
yang dihamburkan dapat berinterferensi menyerupai gelombang-gelombang
dari sebuah kisi difraksi. Sinar X tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam
lintasan lurus dan dapat mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya
tampak namun daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan dapat
menembus tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal.
Hukum Bragg merupakan hukum difraksi sinar x pada bidang kristal
yang memenuhi persamaan nλ=2 d sin θ. Penggunaan utama Hukum Bragg
menentukan jarak antara lapisan dalam kisi.
Kisi balik (reciprocal-lattice) didefinisikan sebagai kisi yang dibangun
oleh vektor-vektor basis dalam ruang balik b1, b2, dan b3. Titik-titik dalam kisi
balik dipetakan dengan seperangkat vektor dalam bentuk vektor kisi balik Ghkl
(semacam vektor translasi T dalam kisi langsung) dinyatakan dengan:
Ghkl=hb1 +kb 2+lb 3.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan ajar
yang akan mendukung proses belajar mengajar untuk pembacanya, amin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hugh D. Young, Roger A. Freedman, T.R. Sandin, A. Lewis Ford. Fisika


Universitas. Jakarta: Erlangga. 2003.
P.W. Atkins. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga. 1996.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga. 2003.
Rita Prasetyowati. Difraksi Kristal dan Kisi Resiprok. Fisika FMIPA UNY. 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai