Anda di halaman 1dari 32

Tugas Rutin

Pengantar Fisika Zat Padat

MAKALAH

SISTEM KRISTAL

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Dina Alfariza Nst (4181240002)

Arya Wahyudi (4181240003)

August F A C L.Tobing (4183240009)

Yuni Kartika Hutahaean (4183240005)

Indriani Sakdiyah (4211418001)

FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Khususnya kepada Bapak Prof.
Dr. Nurdin Bukit, M.Si, selaku dosen mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat dan kepada
teman-teman semua yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan makalah
ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, baik berupa materi maupun ide dan sehingga makalah ini dapat
mencakup semua pokok pembahasan.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 Februari 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 7

A. Struktur Kristal ......................................................................................... 7

B. Sistem Kristal ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 31

A. Kesimpulan .............................................................................................. 31

B. Saran ......................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar materi zat Padat adalah Kristal Dan elektron didalamnya. Dari beberapa
jenis zat diantaranya zat padat, cair dan gas ternyata dan keunikan tersendiri dari susunan zat
ini.Disini kita mengkerucut membahas tentang zat padat, di mana zat padat ini terdiri dari atom-
atom, ion atau molekul yang sangat bedekatan dan menempati kedudukan tertentu disekitar
posisi keseimbangannya. Secara umum zat padat itu memiliki sifat bentuk bentuk dan volume
yang sukar berubah. berubah. . Zat padat yang kita bahas kali ini adalah berhubungan dengan
Kristal. Zat Padat mulai dikembangkan awal abad ke- 20, mengikuti penemuan difraksi sinar-
x oleh kristal. Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir berjalan hampir satu
abad satu abad ketika tulisan ketika tulisan ini disusun. Tahun 1912 disusun. Tahun 1912
adalah awal adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari pertanyaan
M. van Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing A.Sommerfeld,
W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan dilakukanny dilakukannya eksperimen
mengenai 'difraksi sinar-x' a eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'. \\
Pada saat itu eksperimen itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan
oleh Barkla.Laue mengawali pekerjaannya pekerjaannya dengan menuliskan h dengan
menuliskan hasil pemikiran teoretikny asil pemikiran teoretiknya dengan menga a dengan
mengacu pada hasil eksperimen eksperimen Barkla. Barkla. Laue berargumentasi,
berargumentasi, ketika sinar-x sinar-x melewati melewati sebuah kristal, atom-atom pada
kristal bertindak sebagai sumbersumbergelombang sekunder,layaknya garis-garis pada geritan
optik (optical grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom-atom
tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang pertama pertama
dilakukan dilakukan oleh Herren Friedrich Friedrich danKnipping danKnipping menggunak
menggunakan kristal kristal tembaga sulfatdan berhasil memberikan hasil pola difraksipertama
yang kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi sinar-x
merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. 2 Sebuah Kristal Ideal disusun oleh
satuan-satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang.
Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah Lattice (kisi) dan
sebuah Basis yang ditempelk sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lat an pada setiap
titik lattice (titik kisi). tice (titik kisi).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan antara Kristal dan non Kristal ?
2. Apa saja struktur dari Kristal ?
3. Bagaimana 7 sistem kristal dengan masing-masing kelasnya?

C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara Kristal dan non Kristal
2. Memahami struktur dari Kristal
3. Memahami 7 sistem kristal dengan masing-masing kelasnya

BAB II

5
PEMBAHASAN

Zat Padat
Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau
ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan
berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai
keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan
demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal. Fisika zat padat secara umum dihubungkan
dengan kristal dan elektron dalam kristal. Pengkajian tentang zat padat dimulai pada tahun-
tahun awal abad ini sesudah berhasil dipelajarinya difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini
dapat ditemukan bukti bahwa kristal terdiri dari atom-atom yang susunannya teratur. Melalui
keberhasilan memodelkan susunan atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat mempelajari
lebih banyak dan lebih lanjut tentang zat padat. Dalam perkembangan selanjutnya, pengkajian
zat padat telah meluas pada bahan bukan kristal (amorf), bahan gelas, dan bahkan bahan cair.

Kristal Dan Non Kristal


Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang
(periodik) yang tidak berhingga dalam ruang disebut bahan kristal. Kumpulan yang berupa
atom atau molekul dan sel ini terpisah sejauh 1 Å atau 2 Å. Kristal dapat dibentuk dari larutan,
lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom
atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk mrenempati
posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung
membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga
terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang jauh.
Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf
atau bukan-kristal, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak
mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan
yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai
keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan
amorf.

6
A. Struktur Kristal
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal
dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara
khusus, secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi kristal (crystal lattice).
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah Kristal Ideal disusun oleh satuan-
satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang. Untuk
menggambarkan struktur kristal ini dapat digambarkan/dijelaskan dalam istilah –istilah :
Lattice (kisi) dan sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi) Kisi kristal
: Kisi adalah sebuah susunan titi-titik yang teratur dan periodik di dalam ruang. Basis :
sekumpulan atom, dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satu atom atau lebih.
Atau secara singkatnya adalah struktur kristal terdiri dari kisi dan basis, Struktur kristal
akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik kisi sehingga struktur kristal
merupakan gabungan antara kisi dan basis. Apabila dinyatakan dalam hubungan dua dimensi
adalah sebagai berikut:

Sehingga apabila atom atau sekumpulan atom tersebut menempati titik-titik kisi maka akan
membentuk suatu struktur Kristal

7
Kisi Kristal
Didalam kristal terdapat kisi-kisi yang ekivalen yang sesuai dengan lingkungannya dan
diklasifisikan menurut simetri translasi.
Operasi translasi kisi Didefinisikan sebagai perpindahan dari sebuah kristal oleh sebuah
vektor translasi Kristal
1. Untuk kisi dua dimensi (2D)
Ilustrasi struktur kristal dalam gambaran dua dimensi (2D) :

A,B, dan C adalah atom Penyusun kristal a1 adalah jarak antara atom Vektor posisi dari setiap
titik kisi pada kisi dua dimensi yaitu : T = n1a1 + n2a2 a, a1 dan a2 merupakan vektor translasi
primitif, sedangkan n1 dan n2 merupakan bilangan bulat yang nilainya bergantung pada
kedudukan titik kisi

2. untuk kisi tiga dimensi (3D)


Pada kisi tiga dimensi (3D), vektor posisi untuk titik-titik kisi yaitu:

T = n1a1 + n2a2 + n3a3 a1, a2 dan a3 adalah vektor translasi primitif α, β, dan g adalah sudut
yang dibentuk vektor a1, a2 dan a3

Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain yang membuat kisi “invarian” (tidak
berubah bentuknya dari semula), yaitu :

8
a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbul : m)
b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dgn sudut sebesar (2π/n) (simbul n = 1,2,3,4,dan 6
c. Inversi : Pencerminan pada suatu titik tertentu (simbul : i)
d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi
e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi

Sel Primitif dan Sel Konvensional


1. Sel primitif adalah sel yang mempunyai luas atau volume terkecil, Sel primitif dibangun oleh
vektor basis biasa disebut sel satuan (unit sel).

2. sel konvensional (sel tak primitif) adalah sel yang mempunyai luas atau volume bukan
terkecil artinya mempunyai luas atau volume yang besarnya merupakan kelipatan sel primitif.

Kisi Bravais Dan Non Bravais


Kisi yang memiliki titik-titik kisi yang ekuivalen disebut kisi Bravais sehingga titik-
titik kisi tersebut dalam kristal akan ditempati oleh atom-atom yang sejenis

9
Titik A,B dan C adalah ekuivalen satu sama lain
Titik A dan A1 tidak ekivalen (non-Bravais)

B. Sistem Kristal
Dalam kristalografi, istilah sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi masing-
masing mengacu pada salah satu dari beberapa kelas grup ruang, kisi, grup titik atau kristal.
Secara informal, dua kristal berada dalam sistem kristal yang sama jika memiliki simetri yang
sama, walaupun terfapat banyak pengecualian untuk ini.

Sistem kristal, keluarga kristal dan sistem kisi serupa tapi sedikit berbeda, dan terdapat
kebingungan luas di antara mereka: khususnya sistem kristal trigonal sering dikacaukan dengan
sistem kisi rombohedral, dan istilah "sistem kristal" terkadang digunakan untuk mendefinisikan
"sistem kisi" atau "keluarga kristal".

Grup ruang dan kristal dibagi menjadi tujuh sistem kristal sesuai dengan grup titik
mereka, dan ke dalam tujuh sistem kisi sesuai dengan kisi Bravais mereka. Lima dari sistem
kristal pada dasarnya sama dengan lima sistem kisi, namun sistem kristal heksagonal dan
trigonal berbeda dari sistem kisi heksagonal dan rombohedral. Enam keluarga kristal dibentuk
dengan menggabungkan sistem kristal heksagonal dan trigonal menjadi satu keluarga
heksagonal, untuk menghilangkan kebingungan ini.

Mineral yang terdapat dialam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini
dapattampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari Kristal-kristal
mineralkadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi
umumdari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi
lagimenjadi beberapa kelas.Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang
kosong yang berdasarkansimetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri

10
translasi di tiga arah, mempunyaimempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Ilmu yang
mempelajari hal ini lebih lanjutdisebut dengan kristalografi. Sistem kristal terbagi menjadi
tujuh sistem kristal.

Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system Kristal tersebut :

a. Triclinic : semua contoh dari triclinic tidak mebutuhkan syarat- syarat tertentu
sepertisistem kristal yang lain. Tidak ada simetri selain simetri translasi meskipun
demikianinverse tetaplah sangat mungkin terjadi.

b. Monoclinic : membutuhkan satu sumbu rotasi rangkap dua atau satu bidng cermin.

c. Orthorhombic : membutuhkan tiga buah sumbu rotasi rangkap dua atau 1 buah
sumburotasi rangkap dua dan dua buah bidang cermin.

d. Tetragonal : membutuhkan satu buah sumbu rotasi rangkap empat.

e. Trigonal : membutuhkan satu buah sumbu rotasi rangkap tiga.

f. Hexagonal : membutuhkan satu buah sumbu rotasi rangkap enam.

g. Isometric : membutuhkan empat buah sumbu rotasi rangkap tiga.

11
12
13
Jarak antar bidang-bidang kristal (hkl)

1. Sistem isometrik (kubik)

Perbandingan sumbu : a = b = c
Sudut kristalografi : α =β=γ=90̊
Cara Menggambar :Ða/b+=300

a : b¯: c=1 : 3 : 3

14
Sistem isometrik

No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type

1. Tetartohedral T 23 332 Enantiomorphic


2. Diploidal Th 2/m 3 3*2 Centrosymmetric
3. Gyroidal O 432 432 Enantiomorphic
4. Tetrahedral Td 43m *332
5. Hexotrahedral Oh 4/m 3 2/m *432 Centrosymmetric

a. tetartohedral b. diploida

15
c. gyroidal d.hextetrahedral

e. hexotetrahedral

Kristal Pentagonal Dodecahedron kristal Hexahedron.

16
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2. Sistem tetragonal

Perbandingan sumbu : a = b ≠ c
Sudut kristalografi : α =β=γ=90̊
Cara menggambar:
Ð a + / b-- = 30o
a:b:c=1:3:6

Gambar sistem tetragonal


No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type

1. Tetragonal C4 4 44 Enantiomorphic
pyramidal Polar
2. Tetragonal S4 4 2x
disphenoidal
3. Tetragonal C4h 4/m 4* Centrosymmetric
dipyramidal
4. Tetragonal D4 422 422 Enantiomorphic
trapezoidal
5. Ditetragonal C4v 4mm *44 Polar
pyramidal
6. Tetragonal D2d 42m 2*2
scalenoidal
7. Ditetragonal D4h 4/m 2/m 2/m *422 Centrosymmetric
dipyramidal

17
a. Tetragonal pyramidal b. Tetragonal disphenoidal

c. Tetragonal dipyramidal d. Tetragonal trapezoidal

18
e. Ditetragonal pyramidal f. Tetragonal scalenoidal

g. Ditetragonal dipyramidal

Kristal Tetragonal Prisma Orde I

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem hexagonal

Perbandingan sudut : a = b = c = d ≠ c
Sudut kristalografi : α = β = 90̊ , γ = 120̊
Cara menggambar:Ð a+ / b¯ = 170
Ð b+ / d¯ = 390

19
b:d:c:=3:1:6

No. Kelas Schonflos Mauguin Orbifold Type

1. Hexagonal C 6 66 Enantiomorphic
pyramidal polar
2. Trigonal C 42m 3*
dipyramidal
3. Hexagonal C 6/m 6* Centrosymmetric
dipyramidal
4. Hexagonal D 422 622 Enantiomorphic
trapezoidal
5. Dihexagonal C 6mm *66 Polar
pyramidal
6. Ditrigonal D 6m2 *322
dipyramidal
7. Dihexagonal D 6/m *622 Centrosymmetric
dipyramidal 2/m2/m

a. Hexagonal pyramidal b. Trigonal dipyramidal

20
c. Hexagonal dipyramidal d. Hexagonal trapezoidal

e. Dihexagonal pyramidal f. Ditrigonal dipyramidal

21
g. Dihexagonal dipyramidal

Kristal Hexagonal Prisma Gambar Sistem Hexagonal

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

4. Sistem orthorombik

Perbandingan sudut : a ≠ b ≠ c

22
Sudut kristalografi : α = β = γ = 90˚
Cara menggambar:Ð a- / b+ = 300
a:b:c=1:4:6

No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type

1. Ortorhombic D2 222 222 Enantiomorphic


disphenoidal
2. Ortorhombic C2v mm2 *22 Polar
pyramidal
3. Ortorhombic D2h 2/m 2/m *222 Centrosymmetric
dipyr 2/m
amidal

a. Ortorhombic disphenoidal b. Ortorhombic


pyramidal

23
c. Ortorhombic dipyramidal

Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid Gambar Sistem Orthorhombik

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, Chris: 1992)

5. Sistem monoklin

Perbandingan sudut : a ≠ b ≠ c
Sudut kristalografi : α = β = 90˚ ≠ γ

24
Cara menggambar:Ð a- / b + = 450
a:b:c=1:4:6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type

1. Monoclinic C2 2 22 Enantiomorphic
sphenoidal polar
2. Monoclinic Cs M 1* Polar
domatic
3. Monoclinic C2h 2/m 2* Cetrosymmetrik
prismatic

a. Monoclinic sphenoidal b. Monoclinic domatic

25
c. Monoclinic prismatic

Monoklin Hemybipyramid Gambar Sistem


Monoklin

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem triklin
Perbandingan sudut : ≠ b ≠ c
Sudut kristalografi : α = β ≠ γ ≠ 90˚
Cara menggambar:Ð a+ / c¯ = 450
Ð b- / c + = 800

26
a:b:c=1:4:6

No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type

1. Triclinic C1 1 11 Enantiomorphic
pedial polar
2. Triclinic Ci 1 1x Centrosymmetrik
pinacodial

a. Triclinic pedial b. Triclinic pinacodial

Monoklin Hemybipyramid Gambar Sistem Triklin

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

27
7. Rombohedral / trigonal

Perbandingan sudut : a = b = d ≠ c
Sudut kristalografi : α = β = 90˚ ; γ = 120˚
Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal,perbedaannya hanya pada Sb c bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada Sistem Hexagonal.

No. Kelas Schonflies Mauguin Orbifold Type


1. Trygonal C3 3 33 Enantiomorphic
pyramidal polar
2. Rhombohedral S6(C31) -3 3x Centrosymmetric

3. Trigonal D3 32 322 Enantiomorphic


trapezoidal
4. Ditrygonal C3v 3m *33 Polar
pyramidal
5. Ditrigonal D3d 3 2/m 2*3 Centrosymmetric
scalahedral

28
a. Triclinic pinacodial b. Rhombohedral

c. Trigonal trapezoidal d. Ditrygonal pyramidal

29
e. Ditrigonal scalahedral

Gambar Sistem Trigonal Kristal Hexagonal Prisma

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinabar (Mondadori, Arlondo: 1977)

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal
dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang
ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang
dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.
Sistem kristal terbagi menjadi 7 sistem kristal dengan masing-masing sistem memiliki
beberapa kelas yakni sistem isometrik 5 kelas, hexagonal 7 kelas, rhombohedral 5 kelas,
tetragonal 7 kelas, orthorhombic 3 kelas, monoklin 3 kelas, triklin 2 kelas. Dengan total
keseluruhan 32 kelas.

B. Saran
Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk kemajuan dari makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia,Annisa, dkk. 2012. Struktur Kristal Zat Padat. Pengantar Fisika material. Jurusan
fisika Universitas Padjadjaran.
Dra.Wierdartun,M.Si. Pendahuluan Fisika Zat Padat [slide share]
Kittel, Charles. 2005. Introduction To Solid State Physiscs.john Wiley & Sons,Inc

32

Anda mungkin juga menyukai